klik di sini - Dinas Koperasi dan UMKM Jawa Tengah

advertisement
PETUNJUK TEKNIS DAN BORANG
PENILAIAN KEBERPIHAKAN BUPATI / WALIKOTA
TERHADAP PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN UMKM
DI JAWA TENGAH TAHUN 2015
A. DASAR PELAKSANAAN
1. Undang – Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
2. Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.
3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pedoman Pengelolaan Koperasi.
4. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
5. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perseroan Terbatas
Penjaminan Kredit Daerah Provinsi Jawa Tengah;
6. Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2013 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 2 Tahun 2012
tentang Pedoman Pengelolaan Koperasi.
7. Instruksi Gubernur Jawa Tengah Nomor 518/23546 Tahun 2011 tentang
Pengembangan Produk Unggulan Daerah Perdesaan Melalui Pendekatan One
Village One Product (OVOP) Berbasis Koperasi Di Provinsi Jawa Tengah.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Umum
a. Mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang,
berkembang, dan berkeadilan.
b. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan UMKM menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri.
c. Meningkatkan peran UMKM dalam pembangunan daerah, penciptaan
lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi dan
pengentasan kemiskinan.
2. Khusus
a. Menyamakan persepsi diantara para pemangku kepentingan, pemerintah,
pemda, dunia usaha dan masyarakat dalam bersinergi untuk
mengembangkan Koperasi dan UMKM.
b. Mendorong optimalisasi pemberdayaan Koperasi dan UMKM diseluruh
Kab/Kota di Jawa Tengah.
c. Memberikan penghargaan kepada Bupati/ Walikota yang berpihak
terhadap Pemberdayaan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
di Jawa Tengah Tahun 2015.
C. PENJELASAN
1. Peraturan Daerah tentang Pedoman Pengelolaan Koperasi adalah Peraturan
yang diterbitkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa Tengah
bersama dengan Gubernur Jawa Tengah dimaksudkan agar Koperasi sebagai
gerakan ekonomi rakyat maupun badan usaha memiliki arti penting, peran dan
kedudukan yang strategis dalam menopang ketahanan ekonomi masyarakat
dan sebagai wahana penciptaan lapangan kerja di Jawa Tengah serta
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
2
membangun Koperasi yang profesional, kuat dan mandiri dan berpegang
teguh pada asas kekeluargaan dan prinsip Koperasi.
Instruksi Gubernur tentang Pengembangan Produk Unggulan Daerah
Perdesaan Melalui Pendekatan One Village One Product (OVOP) Berbasis
Koperasi di Provinsi Jawa Tengah adalah Instruksi Gubernur kepada
Bupati/Walikota, Kepala Satuan Kepala Perangkat Daerah serta Ketua Kamar
Dagang dan Industri Daerah Jawa Tengah, Ketua Dewan Koperasi Indonesia
Wilayah Jawa Tengah, Para Ketua Asosiasi Usaha, Para Ketua Asosiasi
Profesi se-Jawa Tengah agar melakukan koordinasi, sinkronisasi dan
komitmen dari pemangku kepentingan guna pengembangan komoditas
unggulan daerah perdesaan melalui pendekatan sistem One Village One
Product dalam rangka mewujudkan pembangunan ekonomi kerakyatan
berbasis agrobisnis, pertanian, UMKM dan industri padat karya.
Gubernur adalah Gubernur Jawa Tengah.
Kabupaten/Kota adalah Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Bupati/Walikota adalah Bupati/Walikota di wilayah Provinsi Jawa Tengah.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang selanjutnya
disebut Dinas adalah Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah sebagai
pelaksana otonomi daerah di bidang Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah.
Koperasi adalah (a) gerakan ekonomi rakyat maupun sebagai badan
usaha berperan serta untuk mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan
makmur berlandaskan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945 dalam tata
perekonomian nasional yang disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan dan demokrasi ekonomi (b) badan usaha yang beranggotakan
orang-seorang atau Badan Hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Koperasi Primer adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
orang-seorang.
Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
Badan Hukum Koperasi.
Koperasi Produsen adalah koperasi yang anggotanya tidak memiliki rumah
tangga usaha atau perusahaan sendiri-sendiri tetapi bekerja sama dalam
wadah koperasi untuk menghasilkan dan memasarkan barang atau jasa, dan
kegiatan utamanya menyediakan, mengoperasikan, atau mengelola sarana
produksi bersama.
Koperasi Konsumen adalah koperasi yang anggotanya para konsumen akhir
atau pemakai barang atau jasa, dan kegiatan atau jasa utama melakukan
pembelian bersama.
Koperasi Pemasaran adalah koperasi yang anggotanya para produsen atau
pemilik barang atau penyedia jasa dan kegiatan atau jasa utamanya
melakukan pemasaran bersama.
Koperasi Jasa adalah koperasi yang anggotanya sebagai pengguna atau
konsumen jasa yang disediakan oleh koperasi.
Koperasi Jasa Keuangan yang selanjutnya disingkat KJK adalah koperasi
yang kegiatan usahanya hanya usaha simpan pinjam disebut Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) dan/atau usaha jasa keuangan syariah disebut Koperasi Jasa
Keuangan Syariah (KJKS).
Unit Usaha Jasa Keuangan Koperasi yang selanjutnya disingkat UJK
Koperasi adalah unit usaha koperasi yang bergerak di bidang simpan pinjam
disebut Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP Koperasi) dan/atau usaha jasa
keuangan syariah disebut Unit Jasa Keuangan Syariah Koperasi (UJKS
Koperasi).
16. Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang kegiatan usahanya
menghimpun dan menyalurkan dana melalui kegiatan usaha simpan pinjam
dari dan untuk anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan/atau
anggotanya.
17. Koperasi Jasa Keuangan Syariah adalah koperasi yang kegiatan usahanya
bergerak dibidang pembiayaan, investasi dan simpanan sesuai pola syariah.
18. Pengurus Koperasi yang selanjutnya disebut Pengurus adalah perlengkapan
organisasi koperasi yang diberi kuasa oleh anggota atau rapat anggota
koperasi untuk melaksanakan kegiatan koperasi sehari-hari.
19. Pengawas Koperasi yang selanjutnya disebut Pengawas adalah kelengkapan
organisasi koperasi, yang diberi kuasa oleh anggota atau rapat anggota untuk
melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan terhadap koperasi.
20. Pejabat Pengawas Koperasi Daerah yang selanjutnya disebut Pejabat
Pengawas adalah Pegawai Negeri Sipil pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang diangkat oleh Gubernur sesuai kewenangannya atas usul Kepala
SKPD.
21. Pengelola Koperasi selanjutnya disebut Pengelola adalah pengelola kegiatan
usaha koperasi yang diberi wewenang dan kuasa oleh pengurus.
22. Anggota koperasi selanjutnya disebut anggota adalah pemilik sekaligus
pengguna jasa koperasi.
23. Pemberdayaan Koperasi adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah
dan/atau Lembaga Non Pemerintah dalam bentuk penumbuhan iklim yang
kondusif bagi koperasi baik kelembagaan maupun usahanya yang mampu
memperkuat dirinya menjadi lembaga ekonomi yang kuat, tangguh, mandiri
serta mampu bersaing dengan pelaku usaha lain.
24. Pengawasan adalah kegiatan monitoring yang dilakukan secara terus
menerus dengan tujuan untuk memastikan bahwa rencana yang ditetapkan
telah dilaksanakan oleh koperasi.
25. Anggaran Dasar Koperasi adalah aturan dasar tertulis yang memuat
keterangan yang memuat : daftar nama pendiri, nama dan tempat kedudukan,
maksud dan tujuan serta tujuan, ketentuan mengenai keanggotaan, ketentuan
rapat anggota, ketentuan mengenai pengelolaan, ketentuan mengenai
permodalan, ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya, ketentuan
mengenai pembagian sisa hasil usaha dan ketentuan mengenai sanksi.
26. Anggaran Rumah Tangga Koperasi adalah aturan penyelenggaraan rumah
tangga koperasi yang menjabarkan Anggaran Dasar.
27. Standar Operasional Manajemen yang selanjutnya disingkat SOM adalah
pedoman pengelolaan yang berisikan kebijakan dan strategi pengelolaan
koperasi dibidang organisasi, kelembagaan, usaha dan pengelolaan
keuangan.
28. Standar Operasional Prosedur yang selanjutnya disingkat SOP adalah
pedoman operasional yang merupakan penjabaran lebih teknis dari Standar
Operasional Manajemen yang berisikan peraturan dan kebijakan serta tata
kerja dan/atau sistem prosedur kerja koperasi.
29. Modal penyertaan adalah sejumlah uang atau barang modal yang dapat
dinilai dengan uang yang diinvestasikan oleh pemilik modal untuk
meningkatkan kegiatan usaha.
30. Penguatan adalah fasilitasi kepada Koperasi berupa modal, penjaminan
kredit, sarana dan sumberdaya manusia.
31. Lembaga Penjamin Kredit Daerah adalah lembaga yang bergerak dalam
pemberian jasa penjaminan kredit dan dukungan permodalan perkoperasian
baik yang dikelola pemerintah maupun swasta yang ditunjuk Pemerintah
Daerah.
3
32. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 300.000.000,00 (tiga
ratus juta rupiah).
33. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dan usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria adalah sebagai berikut
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah).
34. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan adalah
sebagai berikut:
a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta
rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar
rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar
lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00
(lima puluh milyar rupiah).
35. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari
usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha
patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
36. Dalam hal Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menyelenggarakan usaha dengan
modal patungan dengan pihak asing, berlaku ketentuan sebagaimana diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
37. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha
Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di
Indonesia.
38. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim
dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga
mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.
39. Iklim Usaha adalah (a) kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara
sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan
kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan
dukungan berusaha yang seluas-luasnya. (b) kondisi yang memungkinkan pelaku
usaha mendapatkan kepastian dalam kesempatan berusaha.
40. Perlindungan Usaha adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untuk memberikan perlindungan kepada usaha untuk menghindari
praktik monopoli dan pemusatan kekuatan ekonomi oleh pelaku usaha.
4
41. Jaringan Usaha adalah kumpulan usaha yang berada dalam industri kegiatan
usaha yang sama atau berbeda yang memiliki keterkaitan satu sama lain dan
kepentingan yang sama.
42. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas bimbingan pendampingan
dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan
daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
43. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan
bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah.
44. Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk
memperbesar kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat
permodalannya.
45. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun
tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai,
memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil,
dan Menengah dengan Usaha Besar.
46. Pelaksanaan kemitraan dengan pola inti-plasma, Usaha Besar sebagai inti
membina dan pengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang menjadi
plasmanya dalam:
a. Penyediaan dan penyiapan lahan;
b. Penyediaan sarana produksi;
c. Pemberian bimbingan teknis produksi dan manajemen usaha;
d. Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan;
e. Pembiayaan;
f. Pemasaran;
g. Penjaminan;
h. Pemberian informasi; dan
b. Pemberia bantuan lain yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan
produktivitas dan wawasan usaha.
47. Pelaksanaan kemitraan usaha dengan pola subkontrak, untuk memproduksi
barang dan/atau jasa, Usaha Besar memberikan dukungan berupa:
a. Kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan/atau
komponennya;
b. Kesempatan memperoleh bahan baku yang diproduksi secara
berkesinambungan;
c. Dengan jumlah dan harga yang wajar;
d. Bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen;
e. Perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan;
f. Pembiayaan dan pengaturan sistem pembayaran yang tidak merugikan
salah satu pihak; dan
g. Upaya untuk tidak melakukan pemutusan hubungan sepihak.
48. Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba,
memberikan kesempatan dan mendahulukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
yang memiliki kemampuan.
a. Pemberi waralaba dan penerima waralaba mengutamakan penggunaan
barang dan/atau bahan hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi
standar mutu barang dan jasa yang disediakan dan/atau dijual berdasarkan
perjanjian waralaba.
b. Pemberi waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan,
bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan
pengembangan kepada penerima waralaba secara berkesinambungan.
5
49. Pelaksanaan kemitraan dengan pola perdagangan umum, dapat dilakukan
dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan
pasokan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah oleh Usaha Besar yang dilakukan
secara terbuka.
a. Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan oleh Usaha Besar
dilakukan dengan mengutamakan pengadaan hasil produksi Usaha Kecil atau
Usaha Mikro sepanjang memenuhi standar mutu barang dan jasa yang
diperlukan.
b. Pengaturan sistem pembayaran dilakukan dengan tidak merugikan salah satu
pihak.
50. Dalam pelaksanaan kemitraan dengan pola distribusi dan keagenan
sebagaimana, Usaha Besar dan/atau Usaha Menengah memberikan hak khusus
untuk memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Mikro dan/atau Usaha Kecil.
51. Monitoring dan Evaluasi adalah segala bentuk kegiatan yang dilakukan
dalam rangka memantau dan menilai hasil pelaksanaan pembinaan dan
pemberdayaan Koperasi.
D. UNSUR – UNSUR TIM PENILAI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah.
Biro Hukum Setda Provinsi Jawa Tengah.
Bappeda Provinsi Jawa Tengah.
BPMD Provinsi Jawa Tengah.
Biro Perekonomian Provinsi Jawa Tengah.
Lembaga Perbankan (Bank Indonesia dan Bank Jateng).
Dekopinwil Jawa Tengah.
KADIN Jawa Tengah.
Perguruan Tinggi (UNDIP dan UKSW).
ABDSI Korwil Jateng.
E. JADWAL KEGIATAN TENTATIF
No
1
2
6
Tanggal
URAIAN KEGIATAN
2 April 2015
Rapat Penyusunan Draft Juknis
-
Pengesahan Keputusan Gubernur
tentang Pembentukan Tim
3
10 April 2015
Pemantapan Penyelarasan Materi Penilaian Tim Evaluasi
4
14 April 2015
Sosialisasi Kabupaten/Kota
5
17 April – 8
2015
6
18 Mei 2015
Desk Evaluation / Verifikasi
7
28 Mei 2015
Rapat Koordinasi Pra Visitasi
8
1 – 11 Juni 2015
Visitasi (15 Kabupaten/Kota)
9
16 Juni 2015
Penentuan Nominator (7 Kabupaten/Kota)
Mei
Pengumpulan Borang
10
-
Paparan Bupati/Walikota (7 Kabupaten/Kota Nominator)
11
-
Penetapan Penghargaan melalui Keputusan Gubernur
12
-
Pemberian Penghargaan Peringatan Hari Jadi Provinsi Jawa
Tengah / Peringatan Hari Koperasi Tingkat Provinsi Jawa Tengah
di Kota Magelang
F. SUBSTANSI PENILAIAN
Penilaian keberpihakan kabupaten/kota terhadap pemberdayaan Koperasi dan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah meliputi beberapa aspek sebagai berikut :
1. Aspek Penumbuhan Iklim Usaha
Penilaian dilakukan terhadap tingkat keberpihakan atau peranan
Kabupaten/Kota secara aktif membantu menumbuhkan iklim usaha melalui
penerbitan produk hukum, yang meliputi:
a. Aspek Anggaran;
b. Aspek Organisasi;
c. Aspek Kemitraan Stakeholder;
d. Aspek Pengelolaan KUMKM;
e. Aspek Iklim Investasi dan Penanaman Modal.
2. Aspek Kelembagaan dan Pengembangan Usaha
Penilaian dilakukan terhadap tingkat keberpihakan atau peranan Kabupaten/Kota
secara aktif dalam fasilitasi kelembagaan dan pengembangan usaha KUMKM,
memfasilitasi pengembangan usaha, yang meliputi :
a. Aspek Kelembagaan KUMKM;
b. Produksi dan Pemasaran.
3. Aspek Pembiayaan dan Penjaminan
Penilaian dilakukan terhadap tingkat keberpihakan atau peranan Kabupaten/Kota
secara aktif dalam fasilitasi pembiayaan dan penjaminan KUMKM baik melalui
dana APBD maupun dana dari Bank / Non Bank.
4. Aspek Kemitraan
Penilaian dilakukan terhadap tingkat keberpihakan atau peranan
Kabupaten/Kota secara aktif memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi
kegiatan kemitraan yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat dan
menguntungkan.
5. Aspek Koordinasi dan Pengendalian
Penilaian dilakukan terhadap tingkat keberpihakan atau peranan
kabupaten/kota secara horizontal, vertikal dan aktif dalam penyusunan dan
pengintegrasian kebijakan dan program, pemantauan, evaluasi serta
pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan KUMKM termasuk
penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan KUMKM, yang meliputi :
a. Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan KUMKM di Kabupaten/Kota;
b. Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan KUMKM dengan Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah;
c. Koordinasi dan Pengendalian Pemberdayaan KUMKM dengan Pemerintah
Pusat.
G. PROSES PENILAIAN
1. Tahap Pertama : Penilaian Borang
a.
Borang Keberpihakan dinilai berdasarkan pengisian borang/formulir dilampiri
dengan dokumen pendukung (terlampir).
b.
Nilai ditentukan dari nilai pada masing-masing aspek dikalikan bobot yang sudah
ditentukan.
 Aspek Penumbuhan Iklim usaha
: 25 %
 Aspek Kelembagaan dan Pengembangan Usaha : 35 %
 Aspek Pembiayaan dan Penjaminan
: 20 %
 Aspek Kemitraan
: 10 %
 Aspek Koordinasi dan Pengendalian
: 10 %
Total Nilai Borang
: 100 %
7
c.
d.
Dari hasil penilaian borang ini ditentukan 15 Kabupaten/Kota yang selanjutnya
akan dilakukan visitasi.
Penentuan dilakukan berdasarkan ranking nilai tertinggi sampai dengan yang
terendah.
2. Tahap 2 : Penilaian Visitasi
a.
b.
Penilaian dilakukan terhadap Visitasi Ke Kabupaten / Kota
Aspek yang dinilai dan Bobot :





c.
d.
e.
Penerimaan Bupati/Walikota
Kehadiran SKPD.
Paparan
Kunjungan (Koperasi, UMKM, OVOP)
Kearifan lokal
Total Nilai Visitasi
: 20 %
: 10 %
: 25 %
: 30 %
: 15 %
: 100%
Sesuai dengan instrumen penilaian yang sudah disusun, ditentukan nilai visitasi
untuk 15 Kabupaten/Kota yang dikunjungi oleh Tim Penilai.
Total nilai visitasi akan ditambahkan dengan nilai borang dengan bobot sebagai
berikut :
 Nilai Borang
: 60%
 Nilai Visitasi
: 40%
Total Nilai Borang dan Visitasi
: 100%
Total nilai borang dan visitasi ini akan menghasilkan rangking yang dijadikan dasar
untuk menentukan 7 kabupaten kota dengan nilai tertinggi
 Sebanyak 3 Kabupaten/Kota dengan nilai tertinggi diberikan PIN EMAS
 Sebanyak 4 Kabupaten/Kota dengan nilai tertinggi berikutnya diberikan PIN
PERAK
 Sebanyak 8 Kabupaten/Kota berikutnya diberikan PIN PERUNGGU
3. Borang sebagaimana terlampir dan menjadi satu kesatuan dari petunjuk teknis ini.
4. Hasil penilaian Keberpihakan Bupati/Walikota Terhadap KUMKM ini akan dibuatkan
berita acara yang akan ditandatangani oleh seluruh Tim Penilai dan akan dilaporkan
langsung kepada Gubernur Jawa Tengah untuk mendapatkan pengesahan.
Semarang,
April 2015
TIM PENYUSUN JUKNIS / BORANG
8
Sekretariat Tim Penilai
Keberpihakan Bupati / Walikota Terhadap Pemberdayaan Koperasi dan UMKM
Di Jawa Tengah Tahun 2015
SUKARTONO, SE, MM
Bidang Kelembagaan Koperasi dan UMKM
Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah
(024) 8310556 Fax (024) 8414165
085727417555, 082134851637
email : [email protected]
9
Download