MANAJEMEN KEUANGAN BISNIS. I 1. Pengertian Manajemen Keuangan Perusahaan Pengertian manajemen keuangan perusahaan merupakan gabungan pengertian dari manajemen secara umum dan keuangan perusahaan. Manajemen secara umum dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasinya meliputi: bahan baku (materials), mesin (machineries), tenaga kerja (man), metode (methods) dan uang (money). Lima sumber daya tersebut sering disingkat 5 M harus dikelola secara efisien, sehingga dapat memperoleh laba atau nilai tambah ekonomi untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Uang (money) sebagai salah satu sumber daya, memegang peranan penting terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Keuangan dalam suatu perusahaan juga merupakan salah satu fungsi manajemen, disamping bidang lain seperti sumber daya manusia, produksi dan pemasaran. Manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian keuangan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Warsono, 2003). Salah satu tujuan manajemen keuangan yang terpenting adalah memaksimumkan kekayaan / kemakmuran pemegang saham / pemilik perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Secara ringkas, manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya keuangan supaya dapat memaksimumkan kekayaan pemiliknya. Manajemen keuangan memfokuskan aktivitasnya pada berbagai usaha yang dapat menciptakan dan menjaga nilai perusahaan agar dapat memaksimumkan kekayaan para pemilik atau pemegang saham. Pengertian yang sama dinyatakan oleh Hanafi (2005) manajemen keuangan diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan. Manajemen keuangan bisa didefinisikan sebagai manajemen fungsifungsi keuangan perusahaan. Manager keuangan bertugas mengelola fungsi keuangan. Dengan semakin meningkatnya lingkungan perusahaan, tugas manager keuangan mengalami transformasi dari fokus mencari pendanaan (financing) menjadi tugas yang lebih kompleks mencakup perencanaan dan alokasi sumber daya yang dalam perusahaan. Secara garis besar, fungsi pokok yang ada dalam perusahaan meliputi : fungsi personalia, fungsi keuangan, fungsi produksi dan fungsi pemasaran. Menurut Sutrisno (2000) manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Usaha mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pasif dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi aktiva. Menurut Van Horne, (1997) manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh. Oleh karena itu, fungsi pembuatan keputusan dari manajemen keuangan dapat dibagi tiga area utama: keputusan sehubungan investasi, pendanaan dan manajemen aktiva. Keputusan investasi merupakan keputusan terpenting yang dibuat dalam perusahaan. Langkah awal adalah menentukan jumlah keseluruhan aktiva yang dibutuhkan perusahaan. Keputusan utama yang kedua adalah keputusan pendanaan. Selanjutnya, kebijakan dividen harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan. Keputusan ketiga adalah keputusan manajemen aktiva. Jika aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, aktivaaktiva yang ada tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. Menurut Martono & Harjito (2003) pengertian manajemen keuangan (Financial Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu: 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) 3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) Menurut Warsono,(2003), pengertian manajemen keuangan tidak dapat dilepaskan dari pengertian manajemen secara umum. Keuangan dalam suatu perusahaan merupakan salah satu bidang garap atau fungsi dari manajemen, disamping bidang lain seperti sumber daya manusia, produksi dan operasi serta pemasaran. Pengertian manajemen secara umum dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Manajemen Keuangan dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian keuangan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan manajemen keuangan yang terpenting adalah memaksimumkan kekayaan/kemakmuran pemegang saham/pemiliknya. Dengan demikian, manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya keuangan supaya dapat memaksimumkan kekayaan pemiliknya. Dengan memaksimumkan kekayaan pemilik, berarti manajemen keuangan memfokuskan aktivitasnya pada bagaimana suatu organisasi dapat menciptakan dan menjaga nilai perusahaan. 2. Arti Penting Manajemen Keuangan Manajemen keuangan perlu dipelajari oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama praktisi (manajer keuangan perusahaan, praktisi pasar modal dan pasar uang, dan sebagainya), maupun calon praktisi (mahasiswa), karena mempunyai arti penting. Arti penting ini perlu diketahui oleh pihak-pihak yang akan mempelajari manajemen keuangan, sehingga diharapkan dapat mengaplikasikannya dengan baik dan berhasil, baik dalam menangani sumber daya manusia, produksi dan operasi, pemasaran,maupun aspek-aspek yang lain. Hal ini berarti para praktisi dan calon praktisi seharusnya perlu mempelajari teori yang ada dalam manajemen keuangan. Dengan mempelajari teori-teori ini, para praktisi diharapkan mempunyai landasan yang kuat dalam setiap pengambilan keputusan keuangan. Ada 4 (empat) macam arti penting manajemen keuangan, yaitu: Pertama, pengetahuan manajemen keuangan membantu dalam perencanaan, pemecahan masalah, dan pembuatan keputusan. Dalam hal ini, dibutuhkan ada-nya penguasaan tentang pengetahuan keuangan dan akuntansi, supaya mampu mengerti laporan keuangan yang dipersiapkan oleh bagian/segmen lain dari organisasi. Sebagian besar aktivitas manajemen keuangan menganalisis laporan keuangan, baik neraca, laporan labarugi, laporan perubahan modal, maupun laporan arus kas. Kedua, dengan manajemen keuangan (dalam arti pengelolaan) memung-kinkan terjadinya komunikasi dan koordinasi antar bagian yang lebih baik. Sebagai contoh anggaran perusahaan (rencana keuangan) mengkomunikasi-kan tujuan perusahaan menyeluruh kepada para manajer bagian, sehingga mereka tahu apa yang diharapkan darinya dan parameter keuangan apa yang berlaku terhadap operasinya. Dengan mengetahui parameter keuangan yang berlaku terhadap operasinya, masing-masing bagian dapat membuat rencana kerja/operasi dengan baik. Di samping itu, dengan adanya anggaran menyeluruh ini, konflik antar bagian dapat ditekan/dihindari. Ketiga, manajemen keuangan (dalam arti tugas) menyajikan informasi yang meyakinkan kepada manajemen yang lebih tinggi untuk mendapat persetujuan bagi tindakan atau proyek. Sebagai contoh, rencana pembukaan lini produk baru, yang biasanya diusulkan oleh bagian pemasaran kepada bagian keuangan. Rencana tersebut hanya bisa diterima oleh manajemen puncak, jika manajemen keuangan dapat mengajukan proposal proyek tersebut secara meyakinkan tentang kelayakan proyek untuk dijalankan. Keempat, pengetahuan manajemen keuangan sangat diperlukan di ber-bagai bidang. Setiap organisasi, baik bisnis maupun non bisnis memerlukan manajemen keuangan untuk mengelola keuangan organisasi. Di samping itu, setiap bagian dalam suatu organisasi juga memerlukan manajemen keuangan untuk mengelola keuangan pada bagiannya. Tanpa adanya pengelolaan yang baik, akan terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan keuangan pada setiap bagian dan perusahaan secara menyeluruh. 3. Ruang lingkup atau Bidang Dasar Manajemen Keuangan Manajemen keuangan dibagi menjadi empat bjdang dasar, yaitu keuangan perusahaan (corporate finance), investasi (investments), lembaga keuangan (financial institutions), dan keuangan internasional (international finance). Keuangan perusahaan (corporate finance) mengkaji tentang bagaimana keuangan di suatu perusahaan dikelola, terutama perusahaan yang berbentuk korporasi, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud yaitu terutama memaksimumkan kekayaan pemilik. Investasi (investments) mengkaji tentang bagaimana seharusnya keputusan yang dibuat oleh para investor di pasar keuangan, terutama pasar modal, sehingga ada suatu keseimbangan antara pengembalian yang diharapkan dengan risiko yang ditanggung dalam berinvestasi pada suatu sekuritas. Pada bidang lembaga keuangan (financial institutions), manajemen keuangan mengkaji tentang bagaimana bekerjanya suatu lembaga keuangan dan bagaimana dunia usaha (perusahaan) dapat memanfaatkannya. Terakhir, keuangan internasional (international finance) mengkaji tentang mekanisme terbentuknya nilai tukar valuta asing dan implikasinya bagi perusahaan, terutama perusahaan multinasional dan transnasional. 4. Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan Tujuan mempunyai pengertian yang berbeda dengan fungsi. Tujuan adalah suatu hasil akhir, titik akhir, atau segala sesuatu yang ingin dicapai. Pengertian tujuan ini berbeda dengan sasaran atau target. Sasaran adalah setiap tujuan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dalam konteks ini, pengertian tujuan dan sasaran manajemen keuangan dianggap sama. Di sisi lain, fungsi merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam bidang tertentu, yang dapat dibedakan dengan kegiatan bidang lainnya. Hal ini berarti bahwa fungsi berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh pihak tertentu dalam suatu organisasi, baik secara individu maupun kelompok atau bagian. Tujuan manajemen keuangan tidak dapat dilepaskan dari tujuan perusahaan secara umum, yaitu rneliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas. Tujuan perusahaan tersebut kemudian dijabarkan pada masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan. Misalnya, bagian pemasaran, menjabarkan menjadi peningkatan penjualan atau usaha memasuki daerah pasar baru. Bagian produksi dan operasi dapat menjabarkannya menjadi penurunan biaya produksi dan operasi atau usaha untuk mempercepat proses produksi sehingga efisiensi dapat meningkat. Tujuan manajemen keuangan secara rinci yaitu : 1. Maksimalisasi kekayaan para pemegang saham. Indikator kekayaan para pemegang saham dapat dilihat dari harga / nilai saham yang dimilikinya di pasar modal. Perusahaan dengan prestasi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain, pemegang sahamnya akan menikmati kenaikan nilai saham yang lebih tinggi (memperoleh capital gains), dan cenderung memperoleh kemudahan untuk menambah dana baru jika diperlukan. 2. Maksimalisasi laba. Laba, menurut akuntansi diartikan sebagai selisih antara pendapatan dengan biaya total. Dalam konteks manajemen keuangan, memaksimumkan kekayaan lebih dipilih dibandingkan memaksimumkan laba karena adanya beberapa pertimbangan. Ada empat pertimbangan mengapa memaksimumkan kekayaan bagi para pemilik lebih dipilih dibandingkan dengan memaksimumkan laba yaitu (1) Kekayaan untuk jangka panjang; (2) Risiko atau ketidakpastian; (3) Penjadwalan hasil; dan (4) Pendapatan para pemegang saham. Untuk lebih jelasnya, perbandingan (keunggulan dan kelemahan) antara konsep maksimalisasi kekayaan para pemegang saham dengan laba dapat dilihat pada Tabel 1.1. Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan antara Maksimalisasi Laba dan Kekayaan Tujuan Keunggulan Maksimalisasi 1. Mudah menghitung laba Laba 2. Mudah menentukan hubungan antara keputusan keuangan dan laba Maksimalisasi 1. Penekanan pada jangka panjang Kekayaan 2. Memperhitungkan risiko dan ketidakpastian 3. Memperhitungkan penjadwalan hasil 4. Mempertimbangkan laba pemegang saham 1. 2. 3. 4. Kelemahan Penekanan pada jangka pendek Mengabaikan risiko atau ketiakpastian Mengabaikan penjadwalan hasil Memerlukan sumber dana segera 1. Hubungan antara keputusan keuangan dan harga persediaan tidak jelas 2. Dapat menimbulkan kekhawatiran dan kekecewaan manajemen. 3. Memaksimumkan ganjaran / kompensasi bagi manajemen. Ganjaran bagi manajemen dapat berupa fasilitas yang diberikan (kantor yang representatif, kendaraan dinas, dan rumah dinas), dan bentuk insentif lainnya. Memaksimumkan ganjaran bagi para manajer ditujukan untuk memaksimumkan produktivitas mereka, sehingga dengan demikian diharapkan perusahaan akan dapat tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhan dan perkembangan yang tinggi akan meningkatkan nilai saham perusahaan. 4. Sasaran keperilakuan. Manajemen keuangan yang bijaksana juga ditujukan pada sasaran perilaku. Kebijakan di bidang keuangan dapat dipergunakan untuk mempengaruhi para anggota organisasi perusahaan agar berperilaku tertentu, sesuai dengan yang dikehendaki manajemen, seperti harapan terhadap peningkatan semangat kerja dan loyalitas terhadap perusahaan. Sasaran keperilakuan dalam manajemen keuangan dapat diilustrasikan dengan adanya rencana kenaikan upah dan gaji, untuk peningkatan semangat kerja dan loyalitas karyawan. Bagi perusahaan, hal ini merupakan salah satu cara mengantisipasi keluarnya karyawan terlatih dan pembajakan karyawan potensial oleh perusahaan lain, karena semakin ketatnya persaingan di pasar tenaga kerja. 5. Tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan ini dilakukan karena perusahaan hidup di tengah masyarakat dan eksistensinya sangat bergantung pada masyarakat yang berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders). Jadi, beberapa persoalan pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan, idealnya juga menjadi persoalan bagi perusahaan. Dengan demikian, seharusnya perusahaan ikut serta memikirkan dan berpartisipasi dalam pemecahan masalah yang ada, sehingga ada semacam timbal baliknya. Tanggung jawab sosial manajemen keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu yang berkaitan dengan pihak yang hidupnya berkaitan langsung dengan perusahaan, seperti karyawan; dan yang berkaitan dengan pihak lain di luar perusahaan, seperti masyarakat sekitar, konsumen, dan negara pada umumnya. Tanggung jawab sosial ini dapat diperinci menjadi tujuh macam, yaitu: (1) melindungi konsumen; (2) membayar upah/gaji yang wajar kepada karyawan; (3) menjaga keselamatan pekerja; (4) memberi bantuan dalam bidang pendidikan; (5) menjaga kebersihan lingkungan, air, dan udara; (6) berpartisipasi dalam peningkatan dan pengembangan kebudayaan; dan (7) memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat menjadi karyawan perusahaan secara adil. 5. Fungsi Majemen Keuangan Fungsi manajemen keuangan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari tugas dan tanggung jawab seorang manajer / direktur keuangan. Tugas dan tanggung jawab manajer keuangan antar perusahaan mungkin saja berbeda. Hal ini mungkin bergantung pada jenis usaha perusahaan, besar kecilnya ukuran perusahaan, atau kompleksitas perusahaan. Ini berarti tugas dan tanggung jawab manajer keuangan antar perusahaan mungkin saja mempunyai cakupan yang berbeda, tetapi ada beberapa kesamaan yang dapat diidentifikasi. Secara umum ada tiga macam tugas dan tanggung jawab manajer keuangan. Pertama, keputusan investasi (investment decision}. Keputusan investasi akan menghasilkan kebijakan investasi. Kebijakan investasi ini menyangkut bagaimana manajer keuangan mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Hasil dari kebijakan investasi, secara sederhana dapat dilihat pada sisi aktiva neraca perusahaan. Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan, pada aktiva riil ataupun aktiva finansial. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva finansial merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Pengambilan keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi juga merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan sangat penting, karena berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, Manajer keuangan perlu menetapkan berapa aset secara keseluruhan (total assets) yang diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari aset yang diperlukan perlu ditetapkan komposisi dari aset-aset tersebut yaitu berapa jumlah aktiva lancar (current assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Aktiva lancar dirinci lagi menjadi berapa jumlah kas, pihutang dan persediaan. Aktiva tetap dirinci lagi misalnya berapa jumlah alat kantor, kendaraan, mesin, gedung dan tanah. Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan aset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru. Pengurangan aset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis tersebut dan diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat mengurangi beban biaya yang dikeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan menghemat biaya operasi. Komponen-komponen aktiva dapat dilihat pada sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan keuangan perusahaan yang berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari atas secara unit dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat berharga (efek), pihutang dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap disusun di bawah aktiva lancar secara unit mulai dari aktiva tetap yang berujud berupa tanah, bangunan, peralatan dan aktiva tetap lain, kemudian disusul dengan aktiva tetap tidak berujud berupa goodwill, hak paten dan aktiva tidak berujud lainnya. Kedua, keputusan pembelanjaan kegiatan usaha (financing decision). Keputusan pembelanjaan kegiatan usaha ini akan menghasilkan kebijakan sumber pembelanjaan. Dalam hal ini seorang manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi sumber-sumber pembelanjaan yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Hasil kebijakan sumber pembelanjaan, secara sederhana dapat dilihat pada sisi pasiva neraca perusahaan. Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur Neraca yang berada di sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. Kekeliriuan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal. Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya akan tetap selama umur hutang (obligasi). Sedangkan penentuan tentang dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu ditambahkan bahwa kebijakan dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau rasio antara dividen yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang dapat ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Sebaliknya, semakin kecil laba yang ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk pembayaran dividen. Ketiga atau terakhir, keputusan manajemen aktiva (assets management decision). Jika aktiva telah diperoleh dan pembelanjaan yang tepat telah tersedia, maka aktiva-aktiva yang ada tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. Misalnya, aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan sebagian hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan, sedangkan aset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk mengurangi risiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan. Aktivitas Khusus Manajer Keuangan Idealnya, setiap keputusan yang dibuat oleh manajer keuangan harus ber-dampak pada peningkatan kekayaan bagi para pemegang saham biasa. Untuk mencapai ke arah tersebut, ada lima aktivitas khusus yang harus dijalankan oleh manajer keuangan, sebagai penjabaran dari ketiga fungsi di atas. Pertama, peramalan dan perencanaan (forecasting and planning). Manajer keuangan harus berinteraksi dengan eksekutif lain seperti mereka melihat di depan dan membuat perencanaan yang akan membentuk masa depan perusahaan. Kedua, keputusan-keputusan investasi dan pembelanjaan utama (major investment and financing decisions). Perusahaan yang sukses biasanya mempunyai pertumbuhan yang cepat dalam penjualannya. Pertumbuhan pen-jualan yang cepat ini jelas mensyaratkan investasi dalam pabrik, peralatan, dan persediaan. Manajer keuangan harus membantu menentukan tingkat pertumbuhan penjualan yang optimal, dan ia harus membuat keputusan ten-tang aset spesifik apa yang akan dibeli dan bagaimana membelanjai aset-aset ini. Ketiga, koordinasi dan pengendalian (coordination and control). Manajer keuangan harus berinteraksi dengan eksekutif-eksekutif lain untuk menjamin bahwa perusahaan beroperasi secara efisien. Semua keputusan bisnis mempunyai implikasi keuangan, dan semua manajer yang ada berkepentingan terhadap perhitungan ini. Misalnya, keputusan pemasaran yang berkaitan dengan pertumbuhan penjualan, jelas akan berpengaruh terhadap kebutuhan investasi. Keempat, persetujuan dengan pasar-pasar keuangan (dealing with the financial markets). Manajer keuangan harus bernegosiasi dengan pasar-pasar uang dan modal. Setiap perusahaan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pasar-pasar keuangan umum, yang menerbitkan dana dan memperdagangkan sekuritas. Dalam pasar keuangan ini para investor menanamkan atau mengambil uang. Kelima atau terakhir, manajemen risiko (risk management). Semua bisnis berha-dapan dengan risiko, yang meliputi bencana alam seperti kebakaran dan kebanjiran, ketidakpastian dalam harga komoditas dan sekuritas, gejolak tingkat bunga, dan kurs valuta asing yang bergejolak. Risiko-risiko ini dapat dikurangi dengan pembelian asuransi atau dengan lindung nilai (hedging) dalam pasar derivatif. Manajer keuangan biasanya bertanggungjawab terhadap semua program manajemen risiko, yang meliputi pengidentifikasian risiko yang akan di-hedging, dan kemudian meng-hedging-nya dengan cara yang paling efisien. 6. Kedudukan Manajemen Keuangan Kedudukan suatu departemen atau bagian dalam suatu struktur organisasi perusahaan : bergantung pada bentuk perusahaan yang dianut. Secara umum ada tiga macam : perusahaan swasta, yaitu Perusahaan Perseorangan, Persekutuan, dan Korporasi. Perbedaan dalam bentuk perusahaan ini membawa konsekuensi pada perbedaan kepemilikan, tanggung jawab, dan pengambilan keputusan dalam perusahaan. Ada perusahaan yang hanya dimiliki oleh satu orang, dimiliki oleh beberapa orang, dan dimiliki oleh banyak orang. Macam Bentuk Perusahaan Bentuk perusahaan yang paling sederhana adalah Perusahaan Perseorangan (sole proprietorship). Bentuk perusahaan ini adalah suatu bisnis yang dimiliki oleh satu orang dan beroperasi untuk mendapatkan laba. Modal perusahaan perseorangan berasal dari sumberdaya pribadi dan pinjaman dari pihak lain. Kebanyakan perusahaan perseorangan adalah bisnis kecil, dengan tanggung jawab pemilik tidak terbatas, dalam arti jika kekayaan perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajibannya, maka kekayaan pribadi pemiliknya dapat digunakan untuk memenuhi kewajiban tersebut. Mayoritas perusahaan perseorangan bergerak di bidang grosir, eceran, jasa, dan industri konstruksi. Bentuk perusahaan kedua adalah persekutuan (partnerships). Perusahaan persekutuan adalah suatu bisnis yang dimiliki oleh dua orang atau lebih dan beroperasi untuk mendapatkan laba. Di Indonesia, bentuk perusahaan ini ada dua macam, yaitu Persekutuan dengan Firma dan Persekutuan Komanditer. Persekutuan dengan Firma (Fa) menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) diartikan sebagai tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Nama Firma pada umumnya diambilkan dari nama satu atau lebih dari nama-nama peserta persekutuan. Persekutuan Komanditer merupakan bentuk persekutuan yang mempunyai satu atau beberapa orang sekutu komanditer. Pada persekutuan Komanditer ini, satu atau beberapa sekutu komanditer inilah yang menjalankan operasi perusahaan, sedangkan sekutu lain hanya terbatas menyetorkan modal. Bidang usaha yang sering menggunakan bentuk ini adalah perusahaan keuangan, asuransi, dan real estate. Untuk persekutuan akuntan publik dan broker saham, biasanya mempunyai jumlah sekutu (partners] yang besar. Tanggung jawab pemilik pada perusahaan persekutuan, baik untuk Firma maupun persekutuan Komanditer, bersifat tidak terbatas. Bentuk perusahaan yang terakhir adalah Korporasi. Korporasi adalah suatu entitas bisnis yang tidak kasat mata (intangible) yang diciptakan oleh hukum (biasanya disebut entitas legal). Bentuk korporasi di Indonesia sering dikenal dengan Perseroan Terbatas (PT). Perseroan terbatas didefinisikan sebagai bentuk perusahaan yang salah satu modalnya terdiri atas saham-saham. Sebagai suatu badan hukum, tanggung jawab pemilik (pemegang saham) terbatas pada besarnya modal yang disetorkan. Dalam setiap periode tertentu pemegang saham memperoleh dividen. Dengan tanggung jawab yang terbatas dari para pemiliknya dan semakin besarnya akses ke pasar keuangan, maka bentuk perusahaan inilah yang dianggap ideal. Pada PT, kontrol seseorang / lembaga terhadap perusahaan didasarkan pada besarnya saham yang dimiliki. Melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) inilah kontrol terhadap PT dilakukan. Pada saat RUPS, pemilihan terhadap dewan direktur dilakukan, termasuk direktur keuangan. Dalam pembahasan kedudukan manajemen keuangan lebih difokuskan pada perusahaan yang berbentuk Korporasi. Struktur Organisasi Kedudukan manajemen keuangan dalam struktur organisasi suatu perusahaan sangat penting. Dewasa ini tugas dan tanggung jawab manajemen keuangan tidak hanya mencari dana dan mengelola kas seperti dulu, tetapi lebih dari itu ikut juga bertanggung jawab terhadap hampir semua keputusan yang dibuat oleh organisasi perusahaan. Hal ini disebabkan karena hampir semua keputusan yang dibuat perusahaan mempunyai konsekuensi dan bermuara pada bidang keuangan. Dalam struktur organisasi perusahaan, yang secara umum biasanya perusahaan menggunakan bentuk organisasi fungsional, maka tugas, wewenang dan tanggung jawab dimulai dari direktur utama. Direktur utama menjalankan perusahaan setelah menerima tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari dewan komisaris, yang mewakili para pemegang saham, dan memiliki wewenang penuh atas kegiatan operasional perusahaan. Direktur utama dan dewan komisaris ini diangkat dan diberhentikan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam menjalankan perusahaan, direktur utama membawahi para di-rektur/manajer fungsional, seperti direktur produksi dan operasi, direktur pemasaran, direktur keuangan, dan direktur personalia / sumber daya manusia. Masing-masing direktur tersebut menjalankan tugas dan wewenang sesuai dengan departemen/bagiannya, serta bertanggung jawab penuh kepada direktur utama. Salah satu jabatan direktur adalah direktur keuangan yang bertanggung jawab atas perumusan kebijakan keuangan di perusahaan. Direktur keuangan juga bekerjasama dengan para direktur lainnya dalam pengambilan keputusan di bidangnya masing-masing, yang juga menyangkut aspek keuangan. Dalam menjalankan tugasnya, terutama yang berkaitan dengan analisis keuangan, direktur keuangan dibantu oleh bendaharawan perusahaan (treasurer) dan kontroller (controller). Fungsi Bendaharawan dan Kontroller Fungsi keuangan dalam organisasi perusahaan biasanya dipisahkan antara 2 (dua) jabatan, yaitu bendaharawan (treasurer) dan kontroler (controller). Tanggung jawab bendaharawan dan kontroler dapat dilihat dalam Tabel 1. Tanggung jawab bendaharawan lebih banyak berkaitan dengan pengambilan keputusan (aspek managerial), sedangkan kontroler lebih banyak berkaitan dengan penyediaan informasi. Dalam kenyataannya, posisi manajemen keuangan sering berbeda antar perusahaan, tetapi secara umum kedudukan manajemen keuangan tersebut dalam satu perusahaan dapat diperlihatkan dalam bentuk struktur organisasinya. PELUANG KARIER PROFESI KEUANGAN Seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang keuangan, akhir-akhir ini sangat dibutuhkan oleh dunia usaha, baik dalam skala nasional Indonesia maupun global. Dunia usaha Indonesia, baik di sektor riel maupun sektor keuangan, sangat membutuhkan keahlian di bidang keuangan, apalagi sejak terjadinya krisis moneter pada pertengahan Juli 1997. Mayoritas penyebab terjadinya kesulitan atau bahkan kebangkrutan perusahaan disebabkan karena pengelolaan keuangan yang kurang baik. Misalnya, pinjaman dalam mata uang asing dalam bentuk offshore loan yang berlebihan, yang terutama digunakan pada sektor ekonomi non produktif, disinyalir menjadi penyebab utama krisis moneter. Dengan fenomena penyebab terjadinya kebangkrutan pada banyak perusahaan di Indonesia, berarti pengetahuan dan keahlian di bidang keuangan menjadi semakin penting. Dalam konteks ini, yaitu Peluang Karier Profesi Keuangan ada tiga macam kelompok peluang karier yang dapat ditekuni oleh orang yang mempunyai keahlian di bidang keuangan, yaitu karier dalam manajemen keuangan, karier dalam investasi, dan karier dalam pasar-pasar dan intermediasi keuangan. Pada setiap kelompok peluang karier tersebut, dapat dibagi lagi secara terperinci menjadi tiga tingkatan posisi, yaitu posisi-posisi level permulaan, posisi-posisi lebih senior, dan posisi-posisi sangat senior. Karier dalam Manajemen Keuangan Di antara tiga kelompok peluang karier di bidang keuangan, manajemen keuanganlah yang menawarkan jumlah terbesar dalam peluang karier tersebut. Karier di bidang manajemen keuangan ini sangat penting, tidak hanya pada organisasi bisnis saja, tetapi juga pada organisasi non profit dan pemerintah. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang go public, dan yang beroperasi secara global, maka manajemen keuangan perusahaan di-tuntut menguasai perkembangan lingkungan keuangan ini, yaitu dengan menguasai tentang penilaian sekuritas, dan pencarian sumber-sumber dana alternatif. Begitu juga dengan adanya pemberlakuan UndangUndang Otonomi Daerah (Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999) di Indonesia, setiap Pemerintah Daerah jelas akan membutuhkan tenaga ahli keuangan. Pada posisi-posisi level permulaan (entry-level positions), karier dalam manajemen keuangan ada tiga macam. Pertama, analis keuangan (financial analisf). Analis keuangan membantu dalam proses pembuatan keputusan perusahaan. Mereka mengumpulkan dan memproses informasi keuangan dan menyiapkan analisis keuangan. Pekerjaan ini meliputi studi-studi penganggaran modal, analisis alternatif-alternatif pembelanjaan jangka panjang, studi kebijakan struktur modal, studi-studi kebijakan dividen, dan analisis merger. Kedua, analis kredit (credit analyst). Dalam penambahan untuk generalis, ada analis keuangan lain yang lebih terspesialisasi. Tipe ini adalah analis kredit. Mereka menilai kekuatan kredit para pelanggan perusahaan yang mengajukan kredit. Analisis ini sangat berguna bagi perusahaan apabila akan memutuskan untuk memberikan dana kredit. Terakhir, manajer kas (cash manager}. Para manajer mengelola investasi kas perusahaannya. Ini meliputi pengembalian atas sekuritas jangka pendek, pembelian sekuritas jangka pendek, dan memonitor investasi ini untuk meyakinkan bahwa investasinya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Pada posisi-posisi yang lebih senior (more senior positions), karier dalam manajemen keuangan meliputi lima bidang. Pertama, asisten bendahara-wan (assistant treasurer]. Suatu perusahaan besar biasanya mempunyai lebih dari satu asisten bendaharawan. Mereka secara khusus membagi tanggung jawab pembantuan bendaharawan. Kedua, manager analisis keuangan perusahaan (manager of corporate financial analysis). Banyak perusahaan mene-mukan bahwa analisis keuangan berkualitas tinggi yang terjamin adalah sangat penting. Untuk itu mereka memberikan tanggung jawab kepada se-orang individu untuk mengurusnya. Ketiga, manajer risiko perusahaan (corporate risk manager). Kebanyakan perusahaan menugaskan para manager untuk bertanggung jawab dalam mengelola risiko tingkat bunga, risiko kurs, dan risiko komoditas yang dihadapi. Mereka bertanggung jawab untuk mengkuantifikasi risiko-risiko ini, dan mendesain dan mengimplementasikan strategi dalam pengelolaannya. Keempat, manager dana pensiun (pensiun fund manager). Individu ini mengelola investasi dana pensiun perusahaan atau memilih dan memonitor kinerja para manager investasi dari luar. Terakhir, direktur pelaporan keuangan (director of financial reporting). Perusahaan milik publik harus penyediakan persyaratan pelaporan keuangan yang diwajibkan oleh hukum pasar modal. Direktur pelaporan keuangan menjamin ketersediaannya dengan standar ini. Pada posisi-posisi yang sangat senior (very senior positions}, karier dalam manajemen keuangan meliputi empat macam bidang. Pertama, petugas keuangan kepala (chief financial officer / CFO). CFO merupakan penanggung jawab terakhir untuk semua aspek keuangan dari operasi-operasi perusahaan, yang meliputi keputusan sehari-hari dan jangka panjang. CFO adalah salah satu dari banyak eksekutif senior dalam perusahaan. Biasanya, CFO dipersiapkan dan dapat menjadi petugas eksekutif kepala (chief executive officer / CEO). Kedua, bendaharawan (treasurer). Bendaharawan biasanya bertanggung jawab terhadap manajemen keuangan sehari-hari perusahaan. Bendaharawan berkepentingan dengan arus dana masuk dan keluar perusahaan. Bendaharawan bekerja dengan sangat teliti dengan, dan melapor kepada CFO. Ketiga, kontroler (controller). Kontroler biasanya bertanggung jawab terhadap auditing, akuntansi manajemen, dan fungsi pelaporan keuangan. Dalam kebanyakan perusahaan, fungsi bendaharawan dan kontroler saling melengkapi satu sama lain. Seperti bendaharawan, kontroler bekerja sangat teliti dengan, dan melapor kepada CFO. Ketiga, atau terakhir, wakil presiden pengembangan perusahaan (vice president of corporate development). Posisi ini tidak mempunyai konsistensi nama. Bebe-rapa perusahaan menyebutnya wakil presiden perencanaan perusahaan (corporateplanning}. Tugas wakil presiden ini meliputi perencanaan keuangan jangka panjang, strategi perusahaan, dan merger dan akuisisi. Karier dalam Investasi Sejak diaktifkannya Pasar Modal Indonesia, perkembangan perusahaan investasi semakin cepat. Begitu juga dengan mulai berkembangnya pasar keuangan derivatif, seperti pasar opsi dan kontrak berjangka. Perkembangan ini jelas akan banyak membutuhkan tenaga ahli yang menguasai transaksi dan analisis sekuritas. Tiga fungsi utama dalam investasi meliputi: (1) penjualan, (2) analisis sekuritas individual, dan (3) penentuan bauran yang optimal dari sekuritas untuk investor tertentu. Pada posisi-posisi level permulaan (entry level positions], peluang karier dalam investasi meliputi dua bidang. Pertama, analis sekuritas (securities analyst). Perusahaan-perusahaan pialang, bank-bank, reksadana-reksadana, perusahaan-perusahaan asuransi, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya mempekerjakan para analis untuk mengevaluasi sekuritas investasi yang potensial untuk uang yang mereka kelola. Kedua, perencana keuangan pribadi (personal financial planner). Para perencana keuangan pribadi membantu keluarga-keluarga membuat keputusan keuangan. Ini selalu meliputi bantuan dalam pengelolaan investasi mereka. Pada posisi-posisi yang lebih senior, peluang karier dalam investasi meliputi dua bidang. Pertama, manajer dana pensiun (pension fund manager). Para manajer dana pensiun mengelola uang untuk kepentingan dana-dana pensiun. Proporsi aset-aset keuangan yang dipegang dana-dana pensiun publik dan swasta meningkat secara dramatis selama 25 tahun terakhir. Dengan fenomena ini peluang karier dalam investasi semakin terbuka. Kedua, manajer portofolio (portfolio manager). Bank-bank komersial, perusahaan-perusahaan pialang, para manager investasi, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang mengelola dana mempekerjakan para manajer portofolio investasi. Pada posisi-posisi yang sangat senior (very senior positions), peluang karier dalam area investasi dalam lembaga-lembaga keuangan adalah eksekutif senior yang bertanggung jawab terhadap semua operasi-operasi se-hari-hari, dan strategi-strategi jangka panjang perusahaan. Dengan demikian, posisi ini bertanggung jawab penuh atas semua keputusan investasi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karier dalam Pasar dan Intermediasi Keuangan Perkembangan pasar dan intermediasi keuangan sejak memasuki tahun 1990-an sedemikian cepat. Dengan fenomena ini jelas akan berimplikasi pada semakin besarnya permintaan akan tenaga ahli di bidang ini. Pada posisi-posisi level permulaan (entry-level positions), peluang karier dalam pasar dan intermediasi keuangan meliputi tujuh bidang. Pertama, asosiasi keuangan perusahaan (corporate finance associate). Asosiasi keuangan perusahaan juga disebut sebagai para bankir investasi level permulaan (entry-level investment bankers). Para bankir investasi membantu perusahaan dalam melakukan transaksi penerbitan sekuritas, merger dengan perusahaan lain, mengelola kewajibankewajiban yang beredar (outstanding liabilities), dan pengaturan aset-aset yang tidak dikehendaki. Kedua, pegawai bagian kredit (lending officer). Pegawai bagian kredit bekerja pada bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang meminjamkan uang. Mereka membantu dalam mendesain dan merundingkan persetujuan pinjaman dan memonitor kinerja peminjam pada saat pinjaman beredar. Ketiga, analis pemeringkatan utang (debt-rating analysf). Agen-agen pemeringkat utang mempekerjakan sekelompok analis kredit yang berpartisipasi dalam proses pemeringkatan utang. Biasanya analis ini menspesialiasasikan diri dalam suatu industri atau jenis tertentu dari sekuritas, sehingga posisi ini menawarkan peluang yang baik untuk mempelajari tentang industri tertentu sesuai dengan keahlian kreditnya. Keempat, pedagang sekuritas (securities trader]. Perusahaan pialang, bank-bank, perusahaanperusahaan manajemen uang, dan beberapa tipe lembaga keuangan lain mempekerjakan individu-individu yang secara aktif memperdagangkan sekuritas. Mereka memainkan peranan penting dalam membantu fungsi pasar-pasar modal. Kelima, pialang saham (stockbroker]. Para pialang saham membantu para investor membuat investasi-investasi. Mereka biasanya membuat rekomendasi investasi seperti menempatkan order untuk membeli sekuritas-sekuritas untuk kepentingan klien mereka. Keenam, penjual pribadi asuransi jiwa (life insurance salespersons]. Para penjual pribadi asuransi jiwa membantu klien-klien mereka menentukan harga asuransi jiwa yang tepat dan produk-produk asuransi jiwa yang mana yang paling cocok untuk mereka. Ketujuh atau Terakhir, pialang hipotek (mortgage broker}. Individu-individu ini membantu orang dan perusahaan-perusahaan merencanakan pembelanjaan hipotek untuk aset-aset real estate yang mereka beli. Pada posisi-posisi lebih senior, peluang karier dalam pasar dan intermediasi keuangan adalah manager cabang (branch manager). Para manager cabang bertanggung jawab terhadap operasi sehari-hari kantor-kantor cabang perusahaan pialang atau kantor-kantor penjualan asuransi. Ini biasanya orang-orang yang melebihi tiap posisi-posisi level permulaan dan menghasilkan tanggung jawab managemen yang lebih besar. Pada posisi-posisi yang sangat senior (very senior positions), peluang karier dalam pasar dan intermediasi keuangan adalah eksekutif senior (senior executive) yang bertanggung jawab terhadap semua operasi sehari-hari perusahaan. Tanggung jawab ini terutama berkaitan dengan keputusan-keputusan dalam strategi-strategi jangka panjang perusahaan-perusahaan. Prospek Profesi Keuangan Dengan sejumlah peluang karier keuangan di atas, seseorang yang mempunyai keahlian di bidang keuangan dapat memilih sesuai dengan peluang yang ada dan minat karier yang diinginkannya. Berkaitan dengan peluang karier keuangan di Indonesia, secara umum sangat prospektif. Hal ini didasarkan kondisi permintaan pasar terhadap profesional keuangan, terutama pasar profesional pasar uang dan pasar modal di Indonesia yang tinggi. Sejak dikeluarkannya deregulasi di sektor perbankan pada tahun 1988 dan boomingnya Pasar Modal Indonesia sejak memasuki tahun 1990, maka permintaan terhadap profesional keuangan meningkat secara signifikan, baik untuk bidang manajemen keuangan, investasi, maupun pasar dan intermediasi keuangan. Dalam kenyataannya, permintaan terhadap profesional keuangan yang sedemikian tinggi ini ternyata tidak diimbangi dengan penawarannya. Akibat-nya, sesuai dengan hukum permintaan dan penawaran, harga (gaji dan bentuk kompensasi lainnya) menjadi tinggi. Kondisi ini memang sesuai dengan trend global. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asiaweek, yang dipublikasikan pada tanggal 29 November 1996 lalu, ternyata profesi keuangan paling banyak diminati oleh para kaum profesional di Asia Pasifik. HUBUNGAN AKUNTANSI DENGAN MANAJEMEN KEUANGAN Orang awam sering menyamakan akuntansi dengan manajemen keuangan. Pandangan ni tentunya tidak benar, karena kedua bidang ini mempunyai fokus yang berbeda. \kuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, ian penyajian, dengan caracara tertentu dari transaksi keuangan yang. terjadi dalam perusahaan atau unit organisasi lain serta mengadakan penafsiran terhadap hasilnya )ada periode tertentu, Akuntansi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manajemen keuangan, tetapi akuntansi tidak sama dengan manajemen keuangan. Akuntansi dan manajemen keuangan mempunyai fokus yang berbeda. Perbedaan utama antara akuntansi dan manajemen keuangan, terutama berkaitan dengan fungsinya dalam penanganan dana dan pembuatan keputusan. Akuntansi lebih memfokuskan pada penyediaan informasi keuangan, sedangkan manajemen keuangan lebih terkait dengan keputusan keuangan. Fokus Akuntansi Keuangan dan Manajerial Akuntansi keuangan mencatat sejarah keuangan suatu bisnis dan melibatkan pembuatan laporan untuk digunakan oleh pihak luar, seperti para investor dan kreditor. Hubungan antara akuntansi keuangan dengan manajemen keuangan dapat digambarkan dalam pengertian berikut. Akuntansi keuangan menyediakan laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba-rugi. Dari laporan keuangan ini akan digunakan oleh manajemen keuangan sebagai informasi yang akan dianalisis untuk berbagai keperluan pengambilan keputusan keuangan, seperti untuk penilaian tentang kesehatan modal kerja, kinerja (performance) perusahaan, dan sebagainya. Dalam akuntansi, ada suatu bidang yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yaitu akuntansi manajerial. Dalam bidang akuntansi manajerial yang merupakan ciri pengendalian dari fungsi keuangan, menyediakan informasi keuangan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan tentang masa depan perusahaan. Akuntansi manajerial mencakup aktivitas untuk mempersiapkan laporan yang akan digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan internal, seperti pembuatan anggaran, penetapan biaya dan harga, penganggaran modal, pengkajian kinerja, analisis titik impas (break-even po/nt/BEP), penetapan harga transfer, dan analisis tingkat pendapatan. Informasi akuntansi manajerial penting bagi direktur / manajer keuangan. Fungsi Manajemen Keuangan dan Akuntansi Hasil analisis manajemen keuangan digunakan tidak hanya bagi pengambilan keputusan manajemen internal, tetapi juga bagi pihak lain, seperti investor, kreditor, serikat buruh, pemerintah, masyarakat umum maupun pihak-pihak terkait lainnya (stakeholders). Dari penjelasan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa akuntansi digunakan oleh para direktur/manajer keuangan untuk pembuatan keputusan tentang penerimaan dan penggunaan dana supaya dapat memenuhi tujuan perusahaan dan memperkirakan pendapatan di masa yang akan datang. Fungsi manajemen keuangan menganalisis informasi akuntansi untuk memperbaiki keputusan yang dapat mempengaruhi operasi perusahaan. Bab 1 KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN (Martono) 1.1. TUJUAN PERUSAHAAN Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada pendapat yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba yang sebesar-besarnya. Pendapat lain mengemukakan bahwa tujuan perusahaan adalah ingin memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan pendapat yang lain lagi menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga sahamnya. Ketiga pendapat tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapainya berbeda antara tujuan yang satu dengan lainnya. Pendapat yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah mencapai laba sebesarbesarnya atau mencapai laba maksimal mengandung konsep bahwa perusahaan harus melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien. Efektif berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, sedangkan efisien berkenaan dengan biaya yang seminimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut. Konsep laba merupakan konsep yang menghubungkan antara pendapatan atau penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan di satu pihak, dan biaya yang harus ditanggung atau dikeluarkan di pihak lain. Perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh pendapatan. Di sisi lain perusahaan menekan biaya sekecil mungkin sehingga konsep efisiensi tercapai. Jika pendapatan diperoleh secara maksimal dan biaya yang dikeluarkan seminimal mungkin, maka akan tercapai laba yang maksimal. Pendapat kedua yang mengungkapkan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk memakmurkan pemilik perusahaan sangat erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Pemilik perusahaan adalah pihak yang menanamkan dananya di perusahaan (disebut investor). Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), maka pemilik perusahaan adalah mereka yang memiliki saham PT tersebut. Jika perusahaan yang mengeluarkan saham (emiten) telah go public, maka pemilik perusahaan adalah masyarakat luas yang memiliki saham perusahaan yang bersangkutan. Tujuan memiliki saham suatu perusahaan antara lain adalah ingin memperoleh dividen. Dividen akan dibagi oleh emiten apabila perusahaan tersebut memperoleh laba. Laba (dalam hal ini adalah laba setelah pajak) tersebut sebagian dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan sebagian lain ditahan di perusahaan (disebut laba ditahan). Apabila laba yang diperoleh kecil, maka dividen yang akan dibagikan juga kecil. Oleh karena itu agar para pemegang saham dapat menikmati dividen yang besar, maka manajemen perusahaan juga akan berusaha untuk memperoleh laba yang sebesarbesarnya guna meningkatkan kemampuan membayar dividen. Dengan demikian, diperolehnya laba yang maksimal diharapkan kemakmuran pemilik perusahaan akan maksimal. Konsep tujuan perusahaan yang ketiga yakni memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga. Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. Nilai perusahaan dapat dilihat dari besarnya kemampuan perusahaan membayar dividen. Besarnya dividen ini akan mempengaruhi harga sahamnya. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila dividen yang dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah, sehingga nilai perusahaan rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. Pada buku ini penulis berpendapat bahwa tujuan perusahaan perlu dilihat secara menyeluruh. Oleh karena itu, tujuan perusahaan sebenarnya ada 3 macam, yaitu: 1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan. 2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern) 3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan. Ketiga tujuan perusahaan saling berkaitan satu sama lainnya. Tujuan perusahaan untuk memperoleh laba maksimal dimaksudkan agar perusahaan dapat hidup terus. Didirikannya perusahaan tidak dibatasi untuk waktu tertentu, tetapi diharapkan hidup terus tanpa batas waktu. Meskipun dikenal konsep corporate life cycle (siklus hidup perusahaan) di mana suatu saat perusahaan akan mati, namun kematian itu tidak dikehendaki oleh perusahaan. Oleh karena itu, kelangsungan hidup perusahaan akan terus dijaga dengan berusaha memperoleh laba sebesarbesarnya. Apabila perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan kelangsungan hidup perusahaan terjaga diharapkan akan berimbas pada kesejahteraan masyarakat luas di luar perusahaan dan hal itu merupakan prestasi manajemen dalam mengelola perusahaannya. Prestasi yang diperoleh manajemen khususnya jika dapat mensejahterakan masyarakat inilah sebagai tanggung jawab sosial perusahaan yang bersangkutan. Prestasi manajemen juga akan meningkatkan prestasi manajer. Oleh karena itu, meningkatnya laba perusahaan akan menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat baik masyarakat pemilik perusahaan maupun masyarakat pada umumnya. 1.2. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi. operasional. Keempat fungsi tersebut memiliki peran sendiri-sendiri dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan. Manajemen Keuangan (Financial Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen mengenai bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu: 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) 3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision) 1. Keputusan Investasi (Investment Decision) Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva fmansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan. Sedangkan aktiva fmansiil merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting di antara ketiga bidang keputusan tersebut di atas. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan beberapa langkah. Pertama, Manajer keuangan perlu menetapkan berapa aset secara keseluruhan (total assets) yang diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari aset yang diperlukan perlu ditetapkan komposisi dari aset-aset tersebut yaitu berapa jumlah aktiva lancar (current assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Aktiva lancar dirinci lagi menjadi berapa jumlah kas, pihutang dan persediaan. Aktiva tetap dirinci lagi misalnya berapa jumlah alat kantor, kendaraan, mesin, gedung dan tanah. Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan aset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru. Pengurangan aset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis tersebut dan diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat mengurangi beban biaya yang dikeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan menghemat biaya operasi. Di mana kita dapat melihat komponen (unsur) aktiva lancar dan aktiva tetap tersebut?. Komponen-komponen aktiva dapat dilihat pada sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan keuangan perusahaan yang berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari atas secara unit dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat berharga (efek), pihutang dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap disusun di bawah aktiva lancar secara unit mulai dari aktiva tetap yang berujud berupa tanah, bangunan, peralatan dan aktiva tetap lain, kemudian disusul dengan aktiva tetap tidak berujud berupa goodwill, hak paten dan aktiva tidak berujud lainnya. Analisis lebih rinci tentang laporan neraca ini akan dikemukakan di buku ini pada bab analisis laporan keuangan. 2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision) Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur Neraca yang berada di sisi aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. Kekeliriuan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak minimal. Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya akan tetap selama umur hutang (obligasi). Sedangkan penentuan tentang dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu ditambahkan bahwa kebijakan dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau rasio antara dividen yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang dapat ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Sebaliknya, semakin kecil laba yang ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk pembayaran dividen. 3. Keputusan Pengelolaan Aktiva (Assets Management Decision) Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi "lebih mudah membangun daripada memelihara". Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang memiliki suatu aset (aktiva). Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. Misalnya, aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan sebagian hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan, sedangkan aset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk mengurangi risiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan. 1.3. SEJARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN KEUANGAN Perkembangan manajemen keuangan dimulai sekitar awal abad 19. Sekitar tahun 1900-an istilah manajemen keuangan mulai muncul sebagai suatu bidang ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lainnya. Pada awal munculnya, manajemen keuangan menekankan diri pada aspek-aspek hukum yang biasanya muncul di perusahaan. Aspek hukum tersebut misalnya tentang masalah merger, akuisisi, perluasan perusahaan, pembentukan perusahaan baru, tata-cara go publik dan penjualan surat-surat berharga. Hal itu terutama telah terjadi di Amerika Serikat di mana pada saat itu industrialisasi di sana sudah berkembang pesat. Perkembangan perusahaan yang pesat mengakibatkan persoalan baru, yaitu bagaimana dan dari mana memperoleh kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan. Persoalan pembelanjaan yaitu bagaimana memperoleh dana dan bagaimana menggunakan dana tersebut menjadi sangat penting untuk dikelola secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Pada waktu itu perkembangan industri di Amerika sudah cukup baik dan maju. Perkembangan ini memerlukan instrumen pengelolaan bisnis yang baik. Tetapi nampaknya pengelolaan bisnis tersebut belum dilakukan dengan sempurna sehingga perkembangan perusahaan bukan meningkatkan perekonomian negara, namun justru menyebabkan kelesuan perekonomian. Perkembangan bisnis tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan daya beli masyarakat. Di lain pihak, regulasi yang mengatur aktivitas perusahaan juga terlambat diterapkan. Kelesuan perekonomian (resesi) ini terjadi sekitar tahun 1929 sampai tahun 1933. Pada masa resesi ini negara mengalami kesulitan cukup serius yang mengakibatkan kegagalan bisnis di berbagai sektor. Pada keadaan resesi tersebut, peranan manajemen keuangan memfokuskan analisisnya pada masalah-masalah kebangkrutan dan reorganisasi. Likuiditas perusahaan dan peraturanperaturan tentang surat-surat berharga yang ditawarkan di pasar modal menjadi prioritas pengelolaan keuangan. Pada masa inilah manajemen keuangan telah bergeser perannya dari masalah pencarian dana untuk pembiayaan dalam melakukan merger, konsolidasi dan pendirian perusahaan baru ke masalah struktur modal yang menganalisis perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Hal ini berarti manajemen keuangan tidak hanya bagaimana memperoleh dana, tetapi lebih jauh dari iru yaitu bagaimana komposisi dana harus diperoleh agar mendapatkan modal dengan biaya yang minimal (tercapai struktur modal yang optimum). Mulai tahun 1940-an sampai awal tahun 1950-an manajemen keuangan mulai dipelajari oleh masyarakat secara lebih luas. Manajemen keuangan tidak hanya mengatur masalah bagaimana memperoleh dana dan struktur modalnya, namun telah mempelajari bagaimana menggunakan dana secara efektif dan efisien. Pada saat itu analisis manajemen keuangan dimaksudkan untuk menghitung secara rinci keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat dianalisis besaraya laba yang diperoleh dan besarnya nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham-sahamnya. Pada tahun 1960 sampai tahun 1970 ilmu manajemen keuangan mengalami suatu pembaharuan pada sisi hutang (liability) dan modal sendiri yang berada di sisi kanan laporan neraca. Di sini manajemen keuangan memfokuskan pada penetapan kebijakan dan pengambilan keputusan yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ada 2 pusat perhatian yang diutamakan. Pertama, kombinasi optimal dari surat-surat berharga. Kedua, cara-cara bagaimana investor secara individu mengambil keputusan-keputusan investasi, teori portofolio, dan implikasinya terhadap keuangan perusahaan. Penilaian terhadap suatu perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, besarnya tingkat laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Kedua, tingkat risiko yang dihadapi di masa yang akan datang. Kedua faktor tersebut nantinya dapat dipengaruhi oleh komposisi produk perusahaan, luas perusahaan, tingkat pertumbuhan, tipe aktiva yang digunakan, posisi likuiditas perusahaan dan rasio hutang yang digunakan sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Pada awal tahun 1966, perekonomian dunia dilanda inflasi, sehingga pasar keuangan melakukan kebijakan yang sangat ketat dan tingkat biaya memperoleh dana yang tinggi. Dalam menghadapi kondisi seperti ini ilmu manajemen keuangan memiliki 4 bidang tugas pokok. Pertama, pengendalian arus kas dan arus fisik barang. Kedua, mencoba menghubungkan antara keputusan keuangan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Ketiga, dikaitkannya perencanaan dan pengendalian keuangan dan faktor-faktor perubahan lingkungan eksternal. Keempat, manajemen keuangan tidak hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan arus kas, tetapi juga mengontrol pusat-pusat laba yang ada dari seluruh operasi perusahaan. Para eksekutif keuangan harus dapat mengevaluasi aspek dari operasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan. Mulai tahun 1970-an sampai awal bad 21 ini, ilmu manajemen keuangan telah berkembang dengan pesat. Perkembangan ini sebenarnya telah dimulai tahun 1950-an, namun baru nampak nyata tahun 1970-an. Sekitar tahun 1950 seorang ahli ekonomi bemama Joel Dean dalani bukunya Capital Budgeting mengubah fokus manajemen keuangan perusahaan dari bidang operasional seperti manajemen modal kerja, manajemen sumber dana dan anggaran belanja ke arah konsep teori biaya modal, kebijaksanaan struktur modal, kebijakan investasi dan penilaian perusahaan. Konsepsi teori ini terus dikembangkan dan menjadi fokus literatur pada dekade tahun 1960-an. Pada tahun 1950-an, ahli keuangan yakni Harry Markowitz merumuskan teori portofolio investasi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Lintner dan Treynor pada tahun 1960-an dengan teori keseimbangan portofolio melalui Capital Assets Pricing Model (CAPM). Konsep-konsep keseimbangan lain seperti Capital Market Line (CML), Security Market Line (SML) dan Arbitrage Pricing Theory (APT) juga berkembang pesat. Pekembangan ilmu manajemen keuangan terus berlanjut dengan munculnya inovasi baru dalam pembiayaan seperti leasing dan pertumbuhan perusahaan secara eksternal melalui konglomerasi, merger dan akuisisi. Secara keseluruhan, ilmu manajemen keuangan telah muncul dari suatu studi yang bersifat deskriptif tentang pendekatan pengelolaan operasional perusahaan ke arah konsepsi teoritis perusahaan dalam lingkungan yang dinamis dan dalam kondisi yang penuh ketidakpastian. Ilmu manajemen keuangan terus berkembang menjadi suatu ilmu yang tidak dapat dilepaskan dari bagian suatu proses pengambilan keputusan oleh hampir semua perusahaan. 1.4. PERKEMBANGAN TEORI KEUANGAN Seperti teori-teori lainnya, teori keuangan juga mengalami perkembangan. Perkembangan teori keuangan sejak dikenal tahun 1900 sampai abad dua puluh satu ini tidak begitu pesat. Perkembangan tersebut umumnya merupakan penyempurnaan dan pendalaman serta perluasan analisis dari teori yang ada. Perkembangan teori keuangan tersebut adalah: 1. Teori Pasar Modal Efisien (Efficient Capital Market Theory) Asumsi penting dalam teori keuangan adalah asumsi pasar modal yang efisien. Efisiensi pasar modal ini bukan efisien dalam arti administrasi keuangannya, tetapi efisien yang dimaksud adalah efisien secara informasional. Artinya bahwa harga-harga sekuritas yang ada di pasar modal mencerminkan informasi relevan yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut. Efisiensi pasar modal ini memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Tidak ada biaya transaksi baik transaksi pembelian maupun penjualan. b. Tidak ada pajak c. Pasar bersifat persaingan sempurna, artinya banyak pembeli dan penjual. d. Pembeli maupun penjual bertindak sebagai price maker (penentu harga) e. Baik individu maupun perusahaan memiliki akses yang sama ke pasar modal. f. Informasi yang berhubungan dengan pasar modal tersedia untuk semua pelaku pasar dan mereka memiliki harapan yang sama. g. Tidak ada biaya yang berkaitan dengan financial distress. Asumsi tersebut di atas mengacu suatu hipotesis yaitu hipotesis pasar efisien (efficient market hypothesis, EMH). Telah dikemukakan bahwa pengertian efisien di sini adalah efisien secara informasional (informational efficiency) bukan efisien secara operasional (operational efficiency). Untuk mencapai kondisi yang efisien secara informasional ini ada 4 syarat yang diperlukan, yaitu: a. Informasi harus dapat diperoleh tanpa biaya dan tersedia bagi semua pelaku pasar modal pada saat yang sama. Artinya, informasi yang ada kaitannya dengan pasar modal harus dapat diterima oleh semua pelaku pasar modal secara merata pada waktu yang sama. Tidak ada investor yang menerima informasi tersebut lebih cepat atau lebih lambat dari investor lainnya. b. Pelaku pasar modal secara individu tidak dapat dan tidak mampu mempengaruhi harga saham. c. Semua pelaku pasar modal bertindak secara rasional. Artinya para pelaku pasar modal tersebut bertujuan untuk memaksimumkan nilai harapan yang ingin dicapai, misalnya ingin memaksimumkan return yang diharapkan. d. Tidak ada biaya transaksi, pajak, dan hambatan-hambatan transaksi lainnya. Efisiensi pasar modal dapat dibagi menjadi 3 bentuk efisiensi, yaitu: a. Efisisensi bentuk lemah (weak-form efficiency). Efisiensi bentuk lemah menunjukkan bahwa harga saham di masa datang tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham yang lalu. Pergerakan harga saham bersifat random (acak), sehingga tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga historis. Apabila harga saham yang akan datang dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham masa lalu, maka pasar modal tersebut belum efisien dalam bentuk lemah. b. Efisisensi bentuk setengah kuat (semi strong-form efficiency). Efisiensi benruk setengah kuat menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan atas informasi yang dipublikasikan. c. Efisiensi benruk kuat (strong-form efficiency). Efisiensi benruk kuat menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak dipublikasikan. 2. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory) Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Teori mengenai Struktur modal pertama kali dikenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (biasa disingkat: MM) tahun 1958. Modigliani dan Miller mempublikasikan teori struktur modal ini dalam hubungannya dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang (future earning). Mereka mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur modal (dengan asumsi tidak ada pajak). Jika teori ini benar maka manajer keuangan tidak perlu memikirkan perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh terhadap kemampuan perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba ini nantinya akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Jika kemampuan laba tinggi maka harga saham akan naik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pula bahwa besarnya struktur modal tidak relevan mempengaruhi tinggi rendahnya harga saharn. Teori struktur modal ini terus berkembang berkenaan dengan usaha perusahaan untuk menghasilkan laba yang diperoleh dari penggunaan modal. Pada tahun 1963, Modigliani-Miller mempublikasikan teorinya yang kedua tentang struktur modal dengan memperhatikan pajak. Adanya pajak maka nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham dipengaruhi oleh struktur modal, Semakin besar (banyak) hutang yang digunakan maka semakin tinggi nilai perusahaan yang berarti semakin tinggi harga sahamnya. Alasannya adalah bunga hutang yang dibayarkan dapat mengurangi pajak yang dibayar oleh perusahaan. Penghematan pajak ini merupakan keuntungan pemegang saham, sehingga nilai perusahaan meningkat yang tercermin pada meningkatnya harga saham. 3. Teori Dividen (Dividend Theory) Telah dijelaskan di muka, bahwa menurut Modigliani-Miller dengan asumsi pasar modal efisien dan tidak ada pajak, kebijakan dividen tidak relevan dengan konsep nilai perusahaan (harga saham). Hal ini disebabkan setiap rupiah yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen mengharuskan perusahaan mengeluarkan saham baru. Sebagai akibat emisi saham baru itu maka nilai sekarang dari penerimaan pemegang saham lama menjadi semakin kecil. Ini artinya pembagian dividen tidak mempengaruhi kemakmurannya. Dengan kata lain, bagi pemegang saham akan sama saja apakah menerima pembayaran dividen sekarang atau capital gain di masa datang. Dengan asumsi pasar modal yang efisien maka nilai perusahaan hanya dipengaruhi oleh keputusan penganggaran modal (Capital Budgeting Decision). Keputusan pengganggaran modal tersebut nantinya akan menentukan aliran kas dan tingkat risiko di masa datang. Risiko merupakan penentu aliran kas di masa datang karena keadaan yang akan datang penuh ketidakpastian. Hasil yang telah direncanakan kemungkinan tidak tercapai. Kemungkinan menyimpangnya hasil dari rencana yang telah ditetapkan inilah sebagai risiko yang harus diperkirakan sebelumnya. 4. Teori Diskonto Aliran Kas (Cashflow Discounted Theory) Teori ini mendasarkan diri pada konsep nilai waktu dari uang (time value of money) Aliran kas yang akan diterima pada masa depan dapat dinilai sekarang menggunakan fakto diskonto. Faktor diskonto ini misalnya berupa bunga. Proses penilaian aliran kas di mas; depan tersebut dinamakan pendiskontoan aliran kas (cashflow discounted). Pendiskontoai kas ini dimaksudkan untuk menilai aliran kas di masa depan yang dinilai sekarang (presen value). Proses pendiskontoan aliran kas ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu: a. Perkiraan (estimasi) aliran kas di masa yang akan datang b. Penilaian risiko aliran kas di masa yang akan datang c. Menganalisis penilaian risiko dihubungkan dengan aliran kas d. Penentuan nilai sekarang dari aliran kas (present value of cashflow) Pendiskontoan aliran kas ini penting untuk menetapkan suatu tingkat diskonto atau bunga yang akan digunakan untuk menilai aliran kas yang akan datang jika dinilai saat ini. Tingkat diskonto yang akan digunakan tersebut harus mencerminkan tingkat risiko aliran kas, tingkat keuntungan ekonomi (return) dari investasi yang dilaksanakan dan periode waktu aliran kas (jangka waktu suatu investasi). 5. Teori Agen (Agent Theory) Tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham yang dapat diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham. Dalam kenyataannya tidak jarang manajer perusahaan memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemegang saham. Namun dalam praktek sering terjadi konflik antara kedua pihak tersebut yang dinamakan agency problem. Agency problem ini dapat muncul antara manajer dan pemegang saham atau antara kreditur dan pemegang saham. Dalam perusahaan besar agency problem sangat potensial terjadi karena proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer relatif kecil. Tidak jarang tindakan manajer bukannya memakmurkan pemegang saham, melainkan memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan lain. Motif utamanya adalah untuk menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lain. Konflik lain yang potensial terjadi dalam perusahaan besar adalah antara pemegang saham dan kreditur. Kreditur memiliki hak atas sebagian laba dan sebagian aset perusahaan terutama dalam kasus kebangkrutan. Sementara itu pemegang saham memegang pengendalian perusahaan yang sangat menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan. 6. Teori Informasi Asimetrik (Asymetric Information Theory) Kita tahu bahwa manajer perusahaan pastilah lebih mengetahui tentang informasi berkaitan dengan kondisi dan prospek perusahaan dibanding dengan investor atau analis. Kondisi seperti ini disebut asymetric information. Artinya antara manajer dan pemilik mempunyai informasi yang berbeda tentang perusahaan. Dalam kasus ini, mungkin saja manajer perusahaan percaya bahwa saham perusahaan dalam keadaan undervalued atau overvalued. Hal itu tergantung apakah informasi tersebut menguntungkan atau tidak bagi perusahaan. Dampak yang mungkin muncul dengan adanya asymetric information adalah timbulnya kegagalan pasar. Misalnya saja kita akan membeli komputer bekas. Pada pasar komputer bekas ini penjual biasanya memiliki informasi yang lebih baik daripada pembeli atau terdapat asymetric information atas calon penjual dan pembeli. Akibatnya, pembeli yang memperoleh informasi kurang lengkap dibanding penjual kemungkinan akan mendapatkan harga yang tidak seharusnya dibayar atau kualitas barang yang tidak sesuai dengan harganya. 7. Teori Portofolio (Portfolio Theory) Tokoh yang terkenal dengan teori portofolionya adalah Harry Markowitz. Dia pemah memperoleh hadiah Nobel di bidang ekonomi tahun 1990. Markowitz sering disebut sebagai father of modern portfolio theory. Teori portofolio menyatakan bahwa risiko dapat dikurangi dengan cara mengkombinasikan aset ke dalam suatu portofolio. Investor dapat mengurangi risiko atas inevastasinya dengan cara menanamkan dananya pada berbagai saham di berbagai pasar saham atau berbagai saham di suatu pasar saham (bursa). Hal ini karena risiko aset secara individu akan lebih besar daripada risiko portofolio. Namun teori ini belum menyebutkan secara jelas hubungan antara hasil (return) dengan risiko investasi. Oleh karena itu, teori ini kemudian disempurnakan oleh William Sharpe dengan mengembangkan teori keseimbangan yang menghubungkan antara risiko dan hasil (return) yaitu dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model CAPM ini dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa return suatu saham merupakan fungsi dari tingkat keuntungan bebas risiko (risk free rate), tingkat keuntungan yang disyaratkan atas portofolio pasar (market return) dan koefisien beta ((3). 8. Teori Opsi (Option Theory) Opsi merupakan suatu hak untuk menjual atau membeli suatu aset dengan harga tertentu selama jangka waktu tertentu. Perdagangan opsi di Amerika telah berkembang sejak tahun 1800an. Suatu model penilaian opsi telah diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron Scholes. Model tersebut kemudian dikenal dengan Black-Scholes Option Pricing Model. Namun demikian, walaupun sudah agak lama teori ini berkembang tetapi sampai saat ini belum dianggap sebagai teori dalam manajamen keuangan. Hanya saja ada beberapa keputusan di bidang keuangan yang dapat dianalisis dan dipahami lebih baik dengan menggunakan kerangka teori opsi ini. Sebagai contoh, dalam perkara pembatalan sewa guna usaha (leasing) sebagai salah satu alternatif pembiayaan perusahaan. Pembatalan transaksi sewa guna usaha dapat dianalisis dengan kerangka teori opsi. Begitu pula modal yang akan digunakan oleh perusahaan yang dapat berupa modal sendiri perusahaan (ekuitas perusahaan) atau memakai hutang (leverage) dapat diperjual-belikan menggunakan teori opsi ini. 1.5. TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN Manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset secara efisien membutuhkan beberapa tujuan atau sasaran. Untuk menilai apakah tujuan tersebut telah tercapai atau belum, maka dibutuhkan beberapa standar dalam mengukur efisiensi keputusan perusahaan. Sebagai- tujuan normatif (seharusnya) tujuan manajemen keuangan berkaitan dengan keputusan di bidang keuangan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Secara lebih luas tujuan ini juga merupakan salah satu tujuan perusahaan. Bagi perusahaan yang sudah go public, maka nilai perusahaan akan tercermin dari nilai pasar sahamnya. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Bagaimana bagi perusahaan yang belum go public? Bagi perusahaan yang belum go public, maka nilai perusahaan adalah nilai yang terjadi apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan disebut juga sebagai memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham (stockholder wealth maximization) yang dapat diartikan juga sebagai memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan (maximizing the price of the firm's common stock). Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tidak hanya secara langsung bermanfaat bagi pemegang saham tetapi dapat memberikan manfaat juga bagi masyarakat luas. Semua keputusan keuangan yang telah dijelaskan di muka, yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan pengeloaan aset harus diambil dengan tetap berpedoman pada tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dengan demikian tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini merupakan "harga mati" yang harus dicapai oleh manajemen perusahaan, khususnya manajemen keuangan. Kemakmuran atau kesejahteraan pemegang saham ditunjukkan melalui harga pasar saham perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham ini juga merupakan refleksi dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan pengelolaan aset tersebut di atas. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan pendapatan per lembar saham (earning per share). Hal ini disebabkan karena dalam memaksimumkan laba per lembar saham kita mengabaikan nilai waktu uang dan risiko. Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa: a. Manajemen keuangan merupakan manajemen fungsi keuangan yang terdiri atas keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan keputusan pengelolaan aset. b Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan. c. Harga saham perusahaan merupakan refleksi dari berbagai keputusan yaitu keputusan investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset. Hubungan antara manajemen keuangan dengan fungsi-fungsi secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut: Manajemen Keuangan Keputusan Investasi Pengelolaan Aktiva Keputusan Pendanaan NERACA Aktiva Lancar Aktiva Tetap Total Aktiva xxx xxx xxx Hutang Kebijakan Dividen Laporan Laba-Rugi xxx Modal Sendiri xxx Total Pasiva xxx Pendapatan Biaya-biaya Laba Dividen Laba Ditahan xxx xxx xxx xxx xxx Ganihar I.I: Skema hubungan antara manajemen keuangan dengan fungsinya Dari gambar di atas terlihat bahwa manajemen keuangan mencakup keputusan di bidang investasi, pengelolaan aset, dan pendanaan termasuk kebijakan dividen. Keputusan investasi dan pengelolaan aset membahas masalah-masalah yang terdapat pada sisi aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Sedangkan keputusan pendanaan membahas unsur-unsur yang ada di sisi pasiva yang terdiri atas hutang dan modal sendiri. Kebijakan dividen akan membicarakan besarnya laba yang diperoleh dari operasi perusahaan yang ditunjukkan dengan laporan laba-rugi dan dihubungkan dengan modal sendiri (saham biasa dan saham preferen) yang digunakan untuk operasi perusahaan tersebut. Laba yang diperoleh perusahaan akan dibagi sebagai dividen kepada pemilik saham dan sebagian yang lain ditahan di perusahaan. PERKEMBANGAN FUNGSI MANAJER KEUANGAN Pada awal tahun 1930-an, fungsi keuangan dipegang oleh manajer keuangan yang disebut controller atan treasurer. Manajer ini bertanggung jawab terhadap pelaporan internal dan eksternal. Secara internal, tugas-tugas controller meliputi pengendalian, pengukuran, pelaporan dan evaluasi atas operasi perusahaan. Pelaporan dibuat secara periodik kepada manajemen operasional tentang hasil selama satu periode dan dibandingkan dengan anggaran operasi yang telah direncanakan. Sedangkan untuk pelaporan eksternal ditujukan pada kecukupan dan konsistensi kebijakan akuntansi dalam rangka memenuhi ketentuan dari pasar modal sebagai pihak yang memiliki kewenangan untuk mengatur perusahaan-perusahaan yang telah go public. Adapun fungsi treasurer pada dasarnya berkaitan dengan manajemen aktiva dengan penekanan pada sektor modal kerja dalam neraca. Tanggung jawab treasurer meliputi pengelolaan dan pengawasan kas, hubungan dengan bank dan pembiayaan jangka pendek. Dewasa ini manajer keuangan (financial manager) semakin menempati posisi yang utama sebagai peringkat atas pada struktur organisasi perusahaan. Bahkan jabatan manajer keuangan berada pada posisi Wakil Presiden Bidang Keuangan. Adapun alasannya karena pentingnya perencanaan, analisis dan pengendalian operasi keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer keuangan. Di samping itu, wewenang untuk memutuskan masalah-masalah keuangan yang strategis jarang didelegasikan kepada unit-unit organisasi yang berada di level bawah, kecuali untuk hal-hal yang berkaitan dengan keputusan keuangan sehari-hari dapat dilimpahkan kepada bendahara. Menurut Fred Weston, perkembangan fungsi keuangan sampai sekarang ini dipengaruhi oleh 5 perubahan besar dalam lingkungan eksternal, yaitu: 1. Perkembangan teknologi yang pesat berakibat pada lebih cepatnya daur hidup dari setiap kehidupan produk. 2. Kemampuan perusahaan memperoleh laba mengalami penurunan dibanding penjualannya (profit margin) dari hampir seluruh perusahaan. Penurunan ini terutama terjadi pada sektor industri. Hal ini karena adanya persaingan yang semakin tajam dalam pengembangan produk. 3. Perang Dunia II yang telah menciptakan peluang-peluang bisnis yang memerlukan cara-cara pembiayaan tertentu menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus meningkat. 4. Banyaknya perusahaan-perusahaan berskala besar yang tumbuh memerlukan pengelolaan keuangan yang spesifik. 5. Adanya institusionalisasi aliran tabungan dan investasi yang membutuhkan para profesional di bidang investasi. Kegiatan manajer keuangan dalam pengambilan keputusan di dalam bidang investasi, pendanaan dan pengelolaan aset menurut Brealey dan Myers dapat digambarkan sebagai berikut: Operasi Perusahaan (Sekelompok Aktiva riil) Manager Keuangan Pasar Modal (Pemodal ya memiliki aktiva finansial) Gambar 1.2: Kegiatan manajer keuangan dalam mengelola aliran kas antara pasar modal dengan operasi perusahaan Keterangan: (1) Kas diperoleh dengan menjual aset keuangan kepada pemodal (2) Kas yang diperoleh diinvestasikan untuk operas! perusahaan (3) Operasi perusahaan menghasilkan aliran kas yang lebih besar dari kas yang diinvestasikan (4a) Kas diinvestasikan kembali atau (4b) dikembalikan kepada pemodal Dalam fungsinya sebagai pengambil keputusaan pendanaan, manajer keuangan akan mencari alternatif sumber dana yang akan digunakan untuk mendanai aset yang akan diinvestasikan. Sumber dana tersebut dapat berasal dari modal asing (hutang) maupun modal sendiri (saham). Jika perusahaan akan menggunakan modal asing, maka perusahaan akan menjual obligasi kepada pemodal (investor). Obligasi merupakan surat pengakuan hutang perusahaan kepada pihak lain (investor). Sedangkan apabila akan menggunakan modal sendiri, maka perusahaan akan menjual saham-sahamnya. Saham merupakan surat bukti penyertaan atau bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya. Penjualan surat berharga berupa obligasi dan saham tersebut dapat dilakukan melalui pasar modal. Kemudian kas yang diperoleh dari penjualan surat berharga tersebut akan digunakan untuk membiayai atau mendanai aset perusahaan yang telah ditetapkan untuk kegiatan operas! perusahaan. Dalam kegiatan operasinya, perusahaan akan berusaha agar menghasilkan aliran kas masuk (cash inflow) yang lebih besar dari aliran kas keluar (cash outflow) yang diinvestasikan. Apabila kas masuk in! lebih besar daripada aliran kas keluar, maka kelebihan kas tersebut dapat diinvestasikan kembali pada aset perusahaan atau dikembalikan kepada pemodal yang berbentuk dividen. 1.6. PERKEMBANGAN FUNGSI MANAJER KEUANGAN 1.7. SUMBER DANA PERUSAHAAN Telah dijelaskan di muka bahwa istilah Manajemen Keuangan yang sering pula disebut dengan istilah Pembelanjaan adalah seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh dana, menggunakan dana dan mengelola aset. Dari pengertian tersebut, pembelanjaan perusahaan dibedakan menjadi 2 pengertian. Pertama, aktivitas perusahaan dalam memperoleh dana disebut pembelanjaan pasif, dan kedua aktivitas perusahaan dalam menggunakan dana dan mengelola hasil penggunaan dana tersebut (pengelolaan aset) dinamakan pembelanjaan aktif. Apabila dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, maka pembelanjaan pasif membahas unsur-unsur yang terdapat pada sisi pasiva. Sedangkan pembelanjaan aktif membahas unsur-unsur yang ada pada sisi aktiva. Pembelanjaan pasif yang membahas unsur-unsur dalam pasiva merupakan aktivitas perusahaan untuk memperoleh dana dari sumber-sumber yang ada. Berdasarkan sumbernya, dana berasal dari sumber intern (internal financing) dan sumber ekstern (external financing). Secara skematis sumber dana perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut: Hutang (jangka pendek dan panjang) Sumber Eksternal Modal Sendiri berupa saham Sumber Dana Laba tidak dibagi (laba ditahan) Sumber Internal Depresiasi (penyusutan) Gambar 1.3 : Sumber dana perusahaan Sumber dana eksternal (external financing resources) merupakan sumber dana yang berasal dari luar perusahaan. Artinya, dana-dana tersebut tidak diperoleh dari kegiatan operasi perusahaan, melainkan diperoleh dari pihak-pihak lain di luar perusahaan. Sumber eksternal tersebut terdiri dari dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri. Dana dari hutang berarti perusahan meminjam uang/dana dari pihak lain seperti hutang kepada suplier, hutang kepada pegawai, hutang kepada perusahaan lain, hutang kepada bank dan hutang kepada investor dalam bentuk obligasi. Sumber dana eksternal yang berasal dari modal sendiri terdiri atas modal yang berasal dari pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun saham preferen. Kita sering mengalami kebingungan, mengapa modal yang berasal dari pemilik perusahaan dimasukkan sebagai modal eksternal. Hal ini akan terjawab bila pemahaman atas sumber modal tersebut dicermati. Sumber dana eksternal artinya modal itu berasal bukan dari hasil kegiatan operasi perusahaan, sedangkan sumber dana internal artinya dana tersebut diperoleh dari hasil kegiatan operasi perusahaan. Modal yang berasal dari pemilik adalah bukan dari hasil kegiatan operasi perusahaan. Sebenarnya laba ditahan juga termasuk modal sendiri, tetapi karena laba ditahan merupakan modal yang diperoleh dari usaha sendiri perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan maka laba ditahan dimasukkan sebagai modal dari sumber internal. Sumber dana internal yang ada di perusahaan terdiri atas laba yang tidak dibagi (laba ditahan) dan depresiasi. Apabila seturuh laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan tidak dibagi kepada pemegang saham, maka laba tersebut sebagai sumber dana internal. Hal ini karena laba tersebut diperoleh oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya. Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah mengapa depresiasi merupakan sumber dana internal? Depresiasi merupakan pengurangan nilai suatu aktiva tetap, seperti gedung, kendaraan, dan peralatan-peralatan selama umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan. Dalam laporan labarugi, depresiasi ini diperhitungkan sebagai biaya operasi, sehingga akan mengurangi laba perusahaan. Namun, biaya yang berasal dari depresiasi tersebut bukanlah biaya yang keluar dari kantong kas perusahaan (bukan out of pocket cost). Oleh karena itu, sebenarnya setiap tahun perusahaan tidak mengeluarkan uang kas sebesar depresiasi yang dimaksud. Padahal dalam laporan laba-rugi besarnya laba telah dikurangi sebesar biaya depresiasi. Dengan demikian, biaya depresiasi yang sebenarnya tidak mengeluarkan uang kas tersebut merupakan sumber dana. Sumber dana ini (depresiasi) berasal dari kegiatan operas! perusahaan, oleh karena itu depresiasi merupakan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaanm atau sumber internal. Apakah perusahaan akan mencari dana dari sumber eksternal atau internal? Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih sumber dana, yaitu berkaitan dengan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas (profitabilitas) yang ingin dicapai perusahaan. Likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan (finansial) jangka pendek atau yang segera dipenuhi. Kewajiban fmansial jangka pendek tersebut meliputi kewajiban untuk membayar hutang jangka pendek (disebut likuiditas badan usaha) dan kewajiban untuk membiayai kegiatan operasi/produksi yang ada di perusahaan (disebut likuiditas perusahaan). Analisis likuiditas dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur neraca yang ada pada aktiva lancar dan hutang lancar. Solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban finansialnya yang terdiri atas hutang jangka pendek dan jangka panjang apabila pada saat itu perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Jadi apabila pada suatu saat tiba-tiba perusahaan dilikuidasi, maka apakah perusahaan dapat membayar seluruh hutang-hutangnya?. Apabila hasil penjualan harta (aktiva) perusahaan mencukupi untuk membayar seluruh hutangnya, maka perusahaan tersebut dalam keadaan solvabel. Sebaliknya jika seluruh hasil penjualan harta (aktiva) tidak dapat untuk membayar hutang-hutangnya maka perusahaan pada saat itu dalam keadaan tidak solvabel (insolvable). Rentabilitas atau Profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas dibedakan tnenjadi 2 macam, yaitu rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomis memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi dibanding dengan total modal (aktiva) yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Sedangkan rentabilitas modal sendiri difokuskan pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan jumlah modal sendiri yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Laba yang diperhitungkan dalam rentabilitas ekonomis adalah laba operasi (net operating income, NOI) atau laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and taxes, EBIT) sedangkan rentabilitas modal sendiri memperhitungkan laba setelah pajak (earning after taxes, EAT). Di samping likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, sumber dana yang akan digunakan perusahaan juga perlu mempertimbangkan pedoman struktur finansial, struktur modal dan struktur kekayaan. Struktur finansial merupakan perimbangan antara total hutang dibanding modal sendiri. Total hutang terdiri atas hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan struktur kekayaan adalah perimbangan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Apabila konsep struktur finansial dan struktur kekayaan digabungkan, kita mengenal istilah pedoman struktur finansial konservatif vertikal dan struktur finansial konservatif horizontal. Struktur finansial konservatif vertikal menyatakan bahwa hutang sebaiknya tidak melebihi modal sendiri. Sedangkan pedoman struktur finansial konservatif horizontal menyatakan bahwa untuk aktiva lancar tidak permanen boleh dibelanjai dengan hutang, sedangkan untuk aktiva lancar yang permanen dan aktiva tetap sebaiknya dibelanjai dengan modal sendiri dan hutang jangka panjang. Dalam uraian sebelumnya kita menggunakan istilah "dana" untuk menunjukkan modal yang tertanam dalam perusahaan maupun sumber modalnya. Istilah "modal" dapat diartikan sebagai modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menunjukkan penggunaan dana (dalam neraca nampak di sisi aktiva), sedangkan modal pasif menunjukkan sumber dana (dalam neraca nampak di sisi pasiva). Jika kita gabungkan dengan penjelasan sebelumnya, maka modal aktif terdiri atas aktiva lancar dan aktiva tetap, sedangkan modal pasif terdiri atas hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. BAB 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN (Sutrisno) A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN Pada dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring dengan perkembangannya tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajer keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai perusahaan. Penginvestasian dana merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana (hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan penentu besar kecilnya beban finansial dan risiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan secara keseluruhan. Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut, perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan. Dengan demikian manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Usaha mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pas//, dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi aktiva. Fungsi manajemen Keuangan tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang lainnya seperti sumber daya manusia, produksi, maupun pemasaran. Kegagalan dalam mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, menghambat program-program pemasaran yang telah ditetapkan, menghambat dalam penarikan sumber daya manusia yang ahli, sehingga akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan. Manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia, akuntansi, maupun lingkungan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan keuangan. Oleh karena itu manajer keuangan harus bekerja sama dengan semua menajer-manajer fungsi tersebut. Apalagi dengan perkembangan perekonomian dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan arti pentingnya lingkungan hidup, telah memberikan tekanan yang besar bagi perusahaan untuk memperkecil kemungkinan negatif yang timbul sebagai akibat kelalaian perusahaan. Manajer keuangan harus saling bekerjasama dengan manajer produksi dan pemasaran dalam menterjemahkan kebijakan perusahaan, misalnya dalam program pengembangan produk baru, rencana promosi, distribusi, dan penentuan harga. Jangan sampai produk baru tersebut nantinya tidak diterima oleh masyarakat hanya karena melalaikan lingkungan, demikian pula dengan program pemasarannya. B. TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi, pendanaan, dan kebijakan deviden. Oleh karena itu kemakmuran para pemegang saham dapat dijadikan sebagai dasar analisis dan tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan. Kadang-kadang, mernaksimumkan laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal itu tidak dapat mencapai sasaran memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Yang lebih penting bukanlah laba melainkan laba per lembar saham (earning per share). Laba didapatkan dengan mengurangkan penghasilan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk meningkatkan keuntungan bisa dengan menarik modal baru (mengeluarkan saham baru), dan menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi yang bebas risiko (misalnya deposito atau obligasi pemerintah), tetapi apakah dengan cara semacam ini akan meningkatkan nilai saham, tentu saja tidak, karena pemegang saham tidak mau menerima imbalan sebesar bunga deposito yang relatif lebih kecil, sementara mereka harus menanggung risiko. Jika hal ini terjadi keuntungan memang meningkat, tapi nilai saham justru akan menurun. Demikian pula halnya, memaksimumkan laba per lembar saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak memperlihatkan waktu maupun lamanya laba yang diharapkan, dan juga tidak memperhatikan faktor risiko maupun ketidakpastian di masa yang akan datang, serta tidak mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam membagi dividen. Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan memaksimumkan laba per lembar saham tidak sama dengan memaksimumkan harga pasar saham. Harga pasar saham rnencerminkan nilai riil perusahaan. Harga pasar saham sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lembar saham, (2) tingkat bunga bebas risiko, dan (3) tingkat ketidakpastian operasi perusahaan. Misalnya perusahaan melakukan investasi yang bersifat spekulatif, ada kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya menjadi semakin besar. C. FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan: keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Masingmasing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga macam keputusan keuangan diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah. Keputusan Investasi Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana ke' dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan. Keputusan Pendanaan Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumbersumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Keputusan Dividen Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Oleh karena itu dividen merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk menentukan: (1) besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk cash devidend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend), (4) pemecahan dividen (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. Secara skematis fungsi manajemen keuangan dapat digambarkan sebagai berikut: Aktiva Perusahaan Modal Kerja Manajer Pasar Aktiva Tetap Keuangan Keuangan Gambar 1.2. Manajer Keuangan sebagai penyalur dana Dari gambar di atas, terlihat manajer keuangan sebagai perantara dari pasar keuangan dan operasi perusahaan. Pasar keuangan sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan, ada yang bersifat formal dan informal. Pasar keuangan yang bersifat formal seperti bank, pasar modal,'lembaga keuangan, bank perkreditan rakyat, maupun pegadaian. Sedangkan pasar keuangan yang bersifat informal misalnya rentenir, pengijon, baitul mal wattamwil, atau lembaga keuangan yang tidak mempunyai badan hukum. Pasar keuangan ada yang menyediakan sumber dana jangka pendek (pasar uang) dan sumber dana jangka panjang (pasar modal). Dari gambar tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut: (1) Manajer keuangan mencari sumber dana dari pasar keuangan (keputusan pendanaan) dengan komposisi yang menghasilkan biaya paling murah, baik sumber dana hutang maupun modal sendiri. (2) Setelah dana didapatkan, manajer keuangan menanamkannya ke dalam operasi perusahaan , yakni untuk membeli aktiva tetap atau menambah modal kerja (keputusan investasi), agar didapatkan keuntungan yang optimal. (3) Dari investasi yang ditanamkan diharapkan akan didapatkan keuntungan yang lebih dari cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dari hasil keuntungan tersebut manajer keuangan akan memberikan kompensasi kepada pemilik dana di pasar keuangan. Sumber dana hutang akan diberikan kompensasi berupa bunga, sedangkan sumber dana modal sendiri akan diberikan dividen (4a). Namun dari keuntungan tersebut tidak semuanya dibagikan, tetapi ada sebagian yang ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan untuk mengembangkan perusahaan, ini merupakan kebijakan dividen (4b). D. SUMBER DANA Seperti kita ketahui bahwa setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari, untuk investasi ataupun untuk keperluan lainnya. Dana perusahaan tersebut jika ditinjau dari asalnya sumber dana tersebut, bisa dipisahkan ke dalam dua jenis yakni sumber dana dari dalam dan sumber dana dari luar. Sumber dana dari dalam adalah sumber dana perusahaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Sumber dana jenis ini diambilkan dari dana yang dibentuk dan dihasilkan sendiri di dalam perusahaan, yang berarti dana dari kekuatan sendiri. Sumber dana dari dalam dibedakan menjadi dua : (1) Sumber dana intern, yang merupakan penggunaan laba, cadangan-cadangan, dan laba yang tidak dibagi. (2) Sumber dana intensif, yang merupakan penggunaan dari penyusutanpenyusutan aktiva tetap. Berikut ini penjelasan bahwa dana yang berasal dari laba ditahan (intern financing) dan penyusutan-penyusutan (intensive financing) masuk sebagai sumber dana bagi perusahaan. Misalkan PT. YUDHA pada 1 Januari 1999 mempunyai neraca sebagai berikut: Gambar 1.3. Neraca PT. YUDHA, 1 Januari 1999 Pada tahun 1999 perusahaan memperoleh keuntungan setelah pajak sebesar Rp 150.000.000,- seperti pada laporan rugi-laba sebagai berikut: Laporan Rugi-Laba tahun 1999 Penjualan Biaya-biaya (termasuk penyusutan Rp 120.000) Laba sebelum pajak Pajak Laba setelah pajak Rp 1.500.000.000,Rp 1.250.000.000,Rp 250.000.000,Rp 100.000.000.Rp 150.000.000,- Gambar 1.4. Laporan Rugi-Laba PT. YUDHA Misalkan pada tahun 1999 tersebut perusahaan tidak membagikan deviden kepada para pemegang sahamnya, tidak menambah aktiva tetap, tidak menambah aktiva lancamya, maka neraca akhir tahun 1999 akan nampak sebagai berikut: Gambar 1.5. Neraca PT. YUDHA, 31 Desember 1999 Dari neraca 31 Desember 1999 tersebut ada perubahan berupa (1) modal menjadi Rp 350.000.000,- berasal dari modal awal Rp 200.000.000,- ditambah dengan laba yang tidak dibagi Rp 150.000.000,-. (2) Akumulasi penyusutan menjadi Rp 220.000.000,- karena ada tambahan penyusutan tahun 1999 sebesar Rp 120.000.0000,-. Akibatnya Kas meningkat menjadi Rp 320.000.000,- (kenaikannya Rp 270.000.000,- karena adanya laba Rp 150.000.000,- dan penyusutan Rp 120.000.000,-). Dari ilustrasi tersebut bisa kita lihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan dana, manajer keuangan dapat mengambil beberapa alternatif. Oleh karena itu manajer keuangan harus bisa mengambil keputusan, berupa. 1. Perusahaan akan mengambil sumber dana dari luar, berarti perusahaan bisa mengambil dana dari hutang atau modal sendiri. Keputusan ini dikenal sebagai keputusan pendanaan atau financing decision. 2. Perusahaan mengambil sumber dana dari dalam, berupa pemanfaatan laba. Keputusan tersebut menyangkut kebijakan deviden atau deviden policy. Sumber dana dari luar adalah kebutuhan dana yang diambil dari sumber-sumber di luar perusahaan. Pemenuhan kebutuhan sumber dana dari luar ini dapat mengambil dari pemilik atau calon pemilik, yang ini nantinya akan membentuk modal sendiri. Bentuk sumber dana ini sering disebut sebagai pembelanjaan sendiri. Di samping itu perusahaan juga bisa memenuhi kebutuhan dana tersebut yang berasal dari kreditur, seperti dari bank, lembaga keuangan Gambar 1.6. Sumber Dana Pada aplikasinya, sumber dana dipisahkan menjadi dua jenis yakni modal sendiri dan modal asing. Modal sendiri atau sering disebut equity adalah modal yang berasal dari setoran pemilik (modal saham, agio saham) dan hasil operasi perusahaan itu sendiri (laba dan cadangancadangan). Modal inilah yang digunakan sebagai tanggungan terhadap keseluruhan risiko yang dihadapi oleh perusahaan, dan yang secara hukum akan menjadi jaminan bagi kreditor. Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari pinjaman baik dari bank, lembaga keuangan, maupun dengan mengeluarkan surat hutang, dan atas penggunaan sumber dana ini perusahaan harus memberikan kompensasi berupa bunga yang menjadi beban tetap bagi perusahaan. Perimbangan antara modal asing dengan modal sendiri disebut sebagai struktur modal. E. LAPORAN KEUANGAN Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan, oleh karena itu perlu pembahasan singkat mengenai laporan keuangan. Laporan Keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni (1) Neraca dan (2) Laporan Rugi-Laba. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah. Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat tertentu. Neraca mempunyai dua sisi, sisi debit dan sisi kredit. Pada sisi debit menunjukkan posisi kekayaan perusahaan (aktiva) yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah aktiva yang masa perputarannya kurang atau maksimal dalam satu tahun. Masuk dalam kelompok ini antara lain: Kas, Efek, Piutang Dagang, Piutang Wesel, Persediaan, dan Perlengkapan. Aktiva tetap adalah aktiva yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau berjangka panjang. Termasuk dalam kelompok ini antara lain: Tanah, Bangunan dan Gedung, Mesin, Peralatan, Kendaraan, dan Inventaris. Sedangkan pada sisi kredit atau pasiva menunjukkan sumber kekayaan perusahaan yang terdiri dari dua sumber yakni hutang dan modal. Hutang terdiri dari dua macam hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek (hutang lancar) adalah hutang yang masa jatuh temponya kurang dari satu tahun, seperti hutang dagang, hutang gaji, hutang pajak, dan hutang bank jangka pendek. Hutang jangka panjang adalah hutang yang berjangka lebih satu tahun, seperti hutang bank jangka panjang, hutang obligasi, maupun hutang hipotik. Sisi pasiva lainnya adalah modal yang terdiri dari modal saham, agio saham, laba ditahan, dan cadangan-cadangan , atau mengeluarkan obligasi. Gambar 1.7. Contoh Neraca Laporan Rugi-Laba adalah laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Laporan ini bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu. Laporan rugi-laba pada dasarnya menggambarkan dua macam arus yang membentuk laba atau rugi. Laba terjadi apabila penghasilan yang diperoleh dalam satu periode lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya yang dikeluarkan, sebaliknya rugi akan timbul bila pendapatan lebih rendah dibanding dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Gambar 1.8. Contoh Laporan Rugi-Laba F. PENGGOLONGAN BIAYA Dalam berbagai analisis keuangan, sering dihadapkan pada berbagai terminologi biaya, untuk itu perlu dibahas secara ringkas penggolongan biaya, terutama yang sering digunakan dalam pembahasan manajemen keuangan Pengertian biaya merupakan pengorbanan ekonomis yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan suatu barang dan atau jasa. Di buku ini penggolongan biaya hanya akan disajikan ke dalam dua jenis yakni (1) penggolongan biaya berdasar fungsi pokok perusahaan dan (2) berdasar perilaku biaya. 1. Berdasar Fungsi Pokok Perusahaan Perusahaan mempunyai fungsi pokok berupa fungsi produksi dan fungsi non produksi. Fungsi produksi adalah fungsi perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai yang siap dijual. Sedangkan fungsi non produksi merupakan fungsi perusahaan selain mengolah bahan baku menjadi produk selesai, yakni terdiri fungsi pemasaran dan fungsi administrasi & umum. Mengacu pada fungsi pokok perusahaan tersebut, maka biaya juga dipisah mengikuti fungsi tersebut, yakni biaya produksi dan biaya non produksi. Biaya Bahan baku Biaya Tenaga Kerja langsung Biaya produksi —^- Biaya Overhead Pabrik Biaya — Biaya Pemasaran Biaya Non Produksi Biaya Administrasi & Umum Gambar 1.9. Biaya berdasar fungsi perusahaan Biaya Produksi Adatah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Biaya ini dikeluarkan oleh departemen produksi, yang terdiri dari: • Biaya Bahan Baku, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang menjadi bagian pokok dari produk selesai. Contoh, perusahaan mebel membuat meja dan kursi bahan bakunya adalah kayu, maka pengeluaran uang untuk membeli kayu tersebut akan menjadi biaya bahan baku. • Biaya tenaga kerja langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar tenaga kerja yang langsung menangani proses produksi. Misalnya pada perusahaan mebel biaya tukang kayu. • Biaya Overhead pabrik, adalah biaya yang dikeluarkan bagian produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, seperti biaya bahan penolong, gaji mandor, biaya tenaga kerja tidak langsung lainnya, perlengkapan (supplies) pabrik, penyusutan, listrik dan air, biaya pemeliharaan dan suku cadang, dan lain-lain biaya di pabrik. Biaya Non Produksi Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selain biaya produksi. Biaya non produksi yang juga sering disebut sebagai biaya operasi ini terdiri dari: • Biaya Pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjual produk selesai yang dihasilkan oleh perusahaan hingga ke tangan konsumen. Dengan demikian biaya ini terdiri dari biaya gaji bagian pemasaran, komisi, biaya promosi, biaya saluran distribusi, dan biaya lainnya yang berkaitan dengan penjualan produk selesai. • Biaya Administrasi & Umum, yakni biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka mengelola administrasi perusahaan, termasuk gaji direktur, bagian akuntansi, penyusutan peralatan kantor, biaya riset dan pengembangan, dan lainnya selain biaya produksi dan biaya pemasaran. 2. Berdasar Perilaku Biaya Berdasarkan perilakunya yang dihubungkan dengan satuan kegiatan, maka biaya dapat dipisahkan ke dalam biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel. ->• Biaya Variabel Gambar 1.10. Biaya berdasar Perilaku Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah dan perubahannya proporsional dengan satuan kegiatan. Apabila satuan kegiatan ditingkatkan biaya variabel akan meningkat, dan bila satuan kegiatan menurun biaya variabel juga akan menurun secara proporsional Contoh biaya ini adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Misalnya untuk membuat satu unit meja dibutuhkan biaya bahan baku Rp 25.000,-, maka bila membuat 10 unit meja dibutuhkan biaya bahan baku 10 x Rp 25.000,- = Rp 250.000,-. Bila membuat 200 unit meja biaya bahan bakunya sebesar 200 x Rp 25.000,- = Rp 5.000.000,-. Dengan demikian ciri biaya variabel adalah secara total jumlahnya berubah, dan secara per unit tetap Bila digambarkan dalam grafik, biaya variabel akan nampak sebagai berikut: Gambar 1.11 Grafik Biaya Variabel Blaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan satuan kegiatan. Contoh biaya ini adalah biaya penyusutan, Gaji Direksi, walaupun perusahaan tidak berproduksi, maka biaya ini akan tetap ditanggung oleh perusahaan. Ciri biaya tetap adalah biaya yang secara total tetap tapi per unitnya berubah-ubah seperti dalam tabel di bawah ini. Gambar 1.12. Grafik Biaya Tetap Biaya Semi Variabel Jenis biaya ini jumlahnya berubah-ubah tetapi perubahannya tidak proporsional dengan satuan kegiatan. Contoh biaya ini adalah gaji salesmen yang dibayar secara tetap dan prosentase tertentu dari jumlah hasil penjualan. Tabel 1.3 Biaya Semi Variabel Gb 1.13 Grafik Biaya Semi Variabel Dalam analisis, biaya hams bisa dipisahkan hanya ke dalam dua jenis biaya: biaya variabel dan biaya tetap. Apabila terdapat biaya yang bersifat semi variabel, maka perlu diadakan pemisahan biaya. Biaya yang bersifat variabel dimasukkan ke dalam biaya variabel dan biaya yang bersifat tetap akan dimasukkan ke dalam kelompok biaya tetap. Adapun teknik pemisahan biaya ada beberapa metode yang dapat digunakan, dan metode yang paling sederhana dan mudah adalah metode titik tinggi titik rendah atau high and low point method. Untuk memisahkan biaya dengan metode titik tinggi titik rendah adalah menentukan dua titik data yakni yang tertinggi dan terendah. Dalam contoh biaya semi variabel di atas titik tinggi ada pada volume kegiatan 100.000 unit dengan biaya Rp 55.000.000,- dan titik rendahnya pada 10.000 unit dengan biaya Rp 11.000.000,-. Dari dua titik tersebut bisa dianalisis pemisahan biayanya sebagai berikut: Bagan 1. Biaya variabel per unit = Rp 45.000.000,-: 90.000 = Rp 500,-Titik tinggi 100.000 unit Total biaya Biaya variabel = 100.000 x Rp 500,-Biaya tetap Rp 56.000.000,-Rp OVERVIEW MANAJEMEN KEUANGAN ( HANAFI 2004) Buku ini membicarakan manajemen keuangan suatu organisasi. Manajemen keuangan bisa didefmisikan sebagai manajemen fungsi-fungsi keuangan perusahaan. Manajer keuangan bertugas mengelola fungsi-fungsi keuangan tersebut. Muncul pertanyaan apa tugas-tugas manajer secara lebih spesifik? Dengan semakin meningkatnya lingkungan perusahaan, tugas manajer keuangan mengalami transformasi dari fokus mencari pendanaan (financing) menjadi tugas yang lebih kompleks mencakup perencanaan dan alokasi sumberdaya dalam perusahaan. Buku ini akan memperkenalkan manajemen keuangan yang kompleks tersebut. Bab ini secara khusus akan memberi overview manajemen keuangan dan memperkenalkan beberapa konsep yang relevan dengan manajemen keuangan. Manajemen keuangan bisa diartikan sebagai manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu: (1) (2) (3) (4) Fungsi Pemasaran Fungsi Keuangan Fungsi Produksi Fungsi Personalia. Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi pokok suatu perusahaan. Fungsi-fungsi manajemen bisa dipecah ke dalam beberapa hal: (1) (2) (3) (4) (5) Perencanaan (Planning) Pengorganisasian (Organizing) Staffing Pelaksanaan Pengendalian. Manajemen keuangan dengan demikian bisa diartikan sebagai kegiatan peren-canaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan. Pertanyaan berikut adalah, jika Anda menjadi manajer keuangan kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh manajer keuangan? Atau dengan kata lain, Fungsi-fungsi keuangan yang seperti apa yang dijalankan oleh manajer keuangan? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut bisa dilihat pada bagan berikut ini. Bagan 1. Model Neraca Keuangan untuk Memahami Tugas Manajer Keuangan Manajemen keuangan dengan demikian bisa diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan. Pertanyaan berikut adalah, jika Anda menjadi manajer keuangan kegiatan apa saja yang akan dilakukan oleh manajer keuangan? Atau dengan kata lain, Fungsi-fungsi keuangan yang seperti apa yang dijalankan oleh manajer keuangan? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut bisa dilihat pada bagan berikut ini. MANAJEMEN KEUANGAN ( M. HANAFI 2004) Manajemen keuangan bisa didefinisikan sebagai manajemen fungsi-fungsi keuangan perusahaan. Manajer keuangan bertugas mengelola fungsi-fungsi keuangan tersebut. Muncul pertanyaan apa tugas-tugas manajer secara lebih spesifik? Dengan semakin meningkatnya lingkungan perusahaan, tugas manajer keuangan mengalami transformasi dari fokus mencari pendanaan (financing) menjadi tugas yang lebih kompleks mencakup perencanaan dan alokasi sumber daya dalam perusahaan. Di sini diperkenalkan beberapa konsep yang relevan dengan manajemen keuangan yang kompleks tersebut. Manajemen keuangan bisa diartikan sebagai manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi Personalia, 2. Fungsi Keuangan, 3. Fungsi Produksi dan 4. Fungsi Pemasaran. Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi pokok suatu perusahaan. Fungsi-fungsi manajemen bisa dipecah ke dalam beberapa hal: 1. Perencanaan (Planning), 2. Pengorganisasian (Organizing), 3. Staffing, 4. Pelaksanaan dan 5. Pengendalian. Manajemen keuangan dengan demikian bisa diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan. 1. Model Neraca Keuangan untuk Memahami Tugas Manajer Keuangan Model neraca bisa dipakai untuk menjelaskan tugas manajer keuangan secara lebih spesifik. Neraca keuangan suatu perusahaan terdiri dari dua sisi: sisi kiri yang meringkaskan aset yang dimiliki oleh perusahaan, dan sisi kanan yang meringkaskan sumber dana yang dipakai untuk membiayai sisi kiri perusahaan tersebut. Manajer keuangan bertugas mengambil keputusan yang berkaitan dengan pendanaan (financing) dan mengambil keputusan yang berkaitan dengan alokasi dana tersebut untuk mendanai pembelian aset (investment). Di samping itu manajer keuangan juga mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan jangka pendek (liquidity). Secara ringkas, tugas tersebut bisa dilihat dalam bagan 1 berikut ini. Bagan 1 tersebut menunjukkan bahwa tiga tugas pokok manajer keuangan diarahkan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian tujuan normatif manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Segala aktivitas manajemen keuangan diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Tugas manajer keuangan adalah mengambil keputusan investasi, pendanaan, dan likuiditas dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham). Dari bagan 1 tersebut, nampak bahwa sisi kiri neraca perusahaan menjadi tugas manajer keuangan, dalam hal ini menanamkan dana pada aset perusahaan (melakukan investasi). Ada dua tipe aset yaitu aset atau aktiva jangka pendek dan aktiva jangka panjang. Aset jangka pendek biasanya didefinisikan sebagai aset dengan jangka waktu kurang dari satu tahun, atau kurang dari satu siklus bisnis. Sedangkan aset jangka panjang didefinisikan sebagai aset dengan jangka waktu lebih dari satu tahun. Sebagai contoh, piutang dagang biasanya dikatagorikan sebagai aset jangka pendek, karena pembeli diharapkan akan melunasi utangnya dalam jangka waktu kurang dari satu tahun. Pabrik biasanya mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun, bisa mencakup beberapa tahun. Karena itu pabrik dimasukkan ke dalam aset jangka panjang. Tujuan keputusan investasi adalah memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, dengan tingkat risiko yang tertentu. Keuntungan yang tinggi disertai dengan risiko yang bisa dikelola, diharapkan akan menaikkan nilai perusahaan, yang berarti menaikkan kemakmuran pemegang saham. Hasil dan ringkasan keputusan investasi tersebut akan terlihat dari sisi kiri neraca perusahaan. Sisi kiri tersebut (aktiva) dengan demikian bisa dipandang sebagai ringkasan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Sisi kanan neraca merupakan tugas manajer keuangan, dalam hal ini mencari dana yang kemudian diinvestasikan pada sisi kiri neraca. Tujuan keputusan pendanaan adalah memperoleh dana dengan biaya yang paling murah. Sama seperti sisi kiri neraca, pendanaan mencakup dana jangka pendek dan jangka panjang, di mana jangka pendek didefinisikan sebagai pendanaan dengan jangka waktu kurang dari satu tahun atau kurang dari satu siklus bisnis, sedangkan jangka panjang adalah lebih dari periode tersebut. Hutang dagang merupakan contoh pendanaan jangka pendek, sedangkan utang dari bank dengan jangka waktu sepuluh tahun atau obligasi dengan jangka waktu sepuluh tahun merupakan contoh utang jangka panjang. Biasanya manajer keuangan akan berusaha memperoleh sumber dana yang mempunyai biaya yang murah pada tingkat risiko tertentu. Sisi kanan perusahaan dengan demikian mencerminkan sumber dana yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh aset yang diringkaskan pada sisi kiri neraca keuangan perusahaan. Komponen jangka pendek (lancar) dari aktiva dan pasiva membentuk modal kerja. Modal kerja bersih bisa diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja merupakan hasil dari keputusan operasional (sehari-hari). Sebagai contoh, manajer keuangan akan mengambil keputusan seberapa besar saldo kas yang perlu dipegang agar perusahaan bisa mendanai kegiatan operasional, tetapi saldo tersebut tidak terlalu tinggi. Saldo yang tinggi akan mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Manajer keuangan juga akan memutuskan apakah menggunakan utang dagang, dan seberapa besar. Berbagai keputusan tersebut merupakan contoh keputusan yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari (operasi) perusahaan. Ketiga keputusan tersebut kemudian bermuara pada tujuan manajemen keuangan yaitu memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan terdiri dari nilai utang dan nilai saham. Untuk memudahkan analisis, tujuan tersebut sering disingkat sebagai memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Dengan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, nilai utang konstan, maka nilai perusahaan akan maksimum. Tujuan tersebut dikatakan sebagai tujuan normatif manajemen keuangan, karena mengarahkan tindakan manajer keuangan. Tujuan manajemen keuangan diperlukan karena prestasi manajer keuangan perlu dievaluasi berdasarkan standar tertentu. Tujuan dalam hal ini bisa dipakai ( sebagai standar pembanding prestasi manajer keuangan. Apabila manajer keuangan mempunyai prestasi keuangan di atas standar yang telah ditentukan, manajer keuangan tersebut berarti berhasil melakukan tugasnya, dan sebaliknya. Supaya tujuan tersebut bisa dipakai, kita memerlukan definisi operasional tujuan manajemen keuangan. Dengan definisi operasional tersebut, tujuan bisa diterjemahkan ke dalam variabel yang bisa diukur. Kemakmuran pemegang saham sering diterjemahkan ke dalam kenaikan harga pasar saham. Dengan demikian tujuan manajemen keuangan bisa diterjemahkan menjadi memaksimumkan . harga pasar saham. Apabila manajer keuangan tidak bisa menaikkan harga pasar saham, maka manajer keuangan dikatakan tidak berhasil menjalankan tugasnya, dan sebaliknya. Jika perusahaan tidak menjual sahamnya ke publik (tidak go-public}, barangkali akan ada masalah dalam hal operasionalisasi konsep tersebut. Tetapi prinsip masih bisa dipakai. Kemakmuran pemegang saham bisa dilihat melalui harga jual perusahaan (jika dijual) atau melalui jasa penilai perusahaan. Meskipun cara semacam itu tidak semudah melihat harga saham, tetapi minimal cara tersebut bisa dipakai untuk melihat kemakmuran pemegang saham. 2. MENCIPTAKAN NILAI : MENINGKATKAN ALIRAN KAS MASUK Bagaimana perusahaan meningkatkan nilainya? Nilai bisa ditingkatkan dengan menciptakan aliran kas yang positif. Sebagai contoh, perusahaan bisa menjalankan investasi yang menguntungkan, yaitu yang memberikan aliran kas masuk yang positif. Perusahaan bisa menerbitkan surat berharga dengan biaya yang sedikit dan mendatangkan aliran kas masuk yang positif. Perusahaan bisa mengelola modal kerja sehingga bisa mendatangkan aliran kas masuk yang positif. Aliran kas yang menjadi fokus manajer keuangan berbeda dengan keuntungan akuntansi (accounting profit). Aliran kas yang harus diperhitungkan oleh manajer keuangan. Timbul pertanyaan, apa perbedaan antara aliran kas dengan keuntungan akuntansi. Keuntungan akuntansi dihasilkan dengan mempertemukan antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut (prinsip matching). Metode semacam itu tidak selalu memperhitungkan aliran kas yang timbul akibat transaksi yang terjadi. Contoh berikut ini akan menjelaskan lebih lanjut perbedaan tersebut. Misalkan suatu perusahaan mempunyai laporan laba-rugi dari suatu proyek sebagai berikut ini: Penjualan Biaya Operasional Depresiasi Keuntungan Kotor Pajak (40%) Keuntungan Akuntansi 1.000.000 500.000 200.000 300.000 120.000 180.000 Aliran Kas 1.000.000 (500.000) ----(120.000) 380.000 Dari Tabel di atas nampak keuntungan akuntansi yang diperoleh perusahaan adalah 180.000. Apakah keuntungan tersebut sama dengan aliran kas masuk sebesar 180.000? Kolom berikutnya memperlihatkan aliran kas masuk / keluar yang terjadi. Penjualan merupakan aliran kas masuk, sedangkan biaya operasional dan pajak merupakan aliran kas yang keluar. Untuk depresiasi, tidak ada perubahan aliran kas yang terjadi, karena itu kita tidak melakukan perhitungan terhadap depresiasi. Kolom kanan menunjukkan aliran kas masuk positif sebesar 380.000, yang berbeda dengan keuntungan akuntansi sebesar 180.000. Jika kita mempunyai data semacam itu, penyesuaian dari perhitungan akuntansi menjadi aliran kas bisa dilakukan dengan mudah sebagai berikut ini. Aliran kas = keuntungan bersih akuntansi + depresiasi Aliran kas = 180.000 + 200.000 = 380.000 Untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan berkepentingan untuk memperoleh aliran kas masuk yang semakin besar. Di samping dimensi jumlah aliran kas (magnitude), manajer keuangan perlu memperhatikan dimensi aliran kas yang lain yaitu timing (waktu) dan risiko. Dimensi timing menunjukkan bahwa aliran kas yang diterima saat ini mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan aliran kas yang diterima pada periode mendatang. Nilai 1 juta saat ini dengan 1 juta yang akan diterima lima tahun mendatang tentunya berbeda. Manajer keuangan akan memilih 1 juta yang diterima sekarang. Ada beberapa alasan kenapa demikian, mulai dari kemungkinan inflasi yang akan mengurangi nilai riil aliran kas yang diterima di masa mendatang, biaya kesempatan yang hilang jika memilih aliran kas di masa mendatang (sebagai contoh, manajer keuangan bisa menerima aliran kas sekarang dan memasukkan ke deposito dengan tingkat bunga yang tertentu), sampai pada risiko aliran kas mendatang. Untuk mengkompensasi hal-hal tersebut, 1 juta yang diterima sekarang akan sama dengan nilai yang lebih besar yang akan diterima di masa mendatang (misal 1,5 juta) agar manajer menjadi indifferent (sama saja) terhadap dua macam aliran kas tersebut. Prinsip semacam itu akan diformalkan menjadi konsep nilai waktu uang (time value of money). Bab Nilai Waktu Uang membicarakan konsep nilai waktu uang secara lebih detail. Untuk menciptakan nilai, manajer keuangan harus menciptakan aliran kas yang positif. Tiga dimensi aliran kas yang perlu diperhatikan: besarnya (magnitude), timing, dan risiko. Aliran kas yang besar, diterima lebih awal, dan mempunyai risiko yang rendah, mempunyai nilai yang lebih tinggi. 3. MAKSIMIMASI KEUNTUNGAN VERSUS MAKSIMISASI NILAI SAHAM Tujuan manajemen keuangan sering kali dinyatakan sebagai maksimisasi keuntungan. Hal tersebut tidak tepat, karena pertama keuntungan yang besar melalui jumlah saham yang beredar yang besar tidaklah sebaik yang kita inginkan. Berarti kita harus membicarakan keuntungan per lembar saham. Kedua, keuntungan per lembar saham juga bukan merupakan tujuan yang tepat. Keuntungan per lembar saham tidak memperhatikan nilai waktu uang dan risiko. Di samping itu, seperti ditunjukkan dalam contoh di atas, keuntungan akuntansi lain dengan aliran kas. Aliran kas lah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan. Maksimisasi keuntungan dengan maksimisasi nilai saham, dengan demikian merupakan dua hal yang berbeda. Nilai saham akan ditentukan oleh banyak faktor: keuntungan perusahaan, risiko, dan faktor lain. Harga saham yang terjadi merupakan konsensus yang terjadi di pasar keuangan terhadap prospek dan risiko perusahaan di masa mendatang. Harga tersebut mencerminkan informasi besarnya aliran kas, timing, risiko, dan lainnya yang dianggap relevan oleh investor. 4. MANAJER DAN PASAR KEUANGAN Manajer keuangan akan berhubungan dengan pasar keuangan. Bagan 3 berikut ini menggambarkan hubungan konseptual antara manajer keuangan dengan pasar keuangan, dan bisa dipakai untuk melihat tugas manajer keuangan dengan cara lain. Bagan tersebut memperlihatkan empat panah (tahapan) yang menghubungkan pasar keuangan dengan manajer, dan dengan perusahaan. 1. Manajer keuangan mencari dana dari pasar keuangan dengan jalan me-nerbitkan sekuritas atau memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Pada dasarnya ada dua jenis sekuritas/instrumen dasar, yaitu: saham dan utang. Saham merupakan bentuk kepemilikan sedangkan utang merupakan pinjaman. Sisi kanan neraca keuangan meringkaskan sumber dana yang diperoleh oleh manajer keuangan. 2. Dana tersebut kemudian diinvestasikan oleh manajer keuangan, mem-beli aset yang bisa menghasilkan kembalian. Sisi kiri neraca keuangan meringkaskan aset yang diperoleh manajer keuangan, dengan menggunakan dana yang diperoleh pada langkah 1 di atas. 3. Aset tersebut menghasilkan kembalian (keuntungan). 4a. Sebagian dana tersebut dikembalikan ke pasar keuangan melalui medium yang berbeda-beda. Untuk pemegang saham, perusahaan membagikan dividen, sementara untuk pemegang utang perusahaan membagikan bunga dan mengembalikan pinjaman pokok utang. 4b. Sebagian kembalian (tingkat keuntungan) ditanamkan kembali oleh manajer keuangan ke dalam perusahaan. Kebijakan dividen akan membicarakan seberapa besar keuntungan dibagikan ke pemegang saham. Bagan tersebut menunjukkan bahwa manajer keuangan akan berurusan dengan pasar keuangan. Dengan demikian manajer keuangan perlu memahami bagaimana kerja pasar keuangan, bagaimana pasar keuangan menilai suatu aset. Banyak teori dan penelitian yang telah dikembangkan untuk memahami persoalan tersebut. Manajer keuangan perlu memahami teori tersebut. Tugas Manajer Keuangan juga bisa dilihat sebagai jembatan antara perusahaan dengan pasar keuangan. 5. PERUSAHAAN SEBAGAI SERANGKAIAN KONTRAK Perusahaan bisa dilihat sebagai satu rangkaian kontrak antara pihak-pihak yang berkaitan. Misal, karyawan menandatangani kontrak untuk be-kerja di perusahaan. Bank memberi pinjaman berdasarkan kontrak yang tertentu dengan perusahaan. Manajer dikontrak oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan agar perusahaan tersebut menghasilkan aliran kas yang bisa meningkatkan nilai perusahaan, yang dengan demikian meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pemegang saham itu sendiri tidaklah homo-gen. Misalkan untuk perusahaan Indonesia yang go-public. Perusahaan tersebut didirikan oleh beberapa orang. Setelah perusahaan tersebut berkem-bang besar, memutuskan untuk go-public, dengan menjual 30% dari total saham yang beredar. Dengan demikian 70% saham masih dikuasai oleh pendiri, sedangkan 30% dikuasai oleh publik. Pemegang saham pertama disebut sebagai pemegang saham mayoritas, sedangkan pemegang saham kedua disebut sebagai minoritas. Keduanya tidak harus mempunyai tujuan yang konsisten satu sama lain, yang berarti mempunyai potensi konflik. Biasanya ada tiga jenis konflik keagenan yang sering dibicarakan di literatur keuangan, yaitu: (1) Konflik antara pemegang saham dengan mana-jer, (2) Konflik antara pemegang saham dengan pemegang utang, dan (3) Konflik antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas. Konflik terakhir tersebut menjadi semakin sering dibicarakan, karena mempunyai relevansi yang tinggi dengan kondisi Indonesia. Perusahaan publik Indonesia menjual sahamnya ke publik, rata-rata hanya mencapai 30% dari total jumlah saham beredar. Situasi tersebut berbeda dengan Amerika Serikat, di mana pemegang saham sudah menyebar. Pemegang saham terbesar biasanya tidak memegang lebih dari 5% total saham yang beredar. Bagian berikutnya akan menjelaskan ketiga konflik keagenan tersebut. 5.1. Konflik antara Pemegang Saham dengan Manajer Manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan, agar perusahaan mencapai tujuan pemegang saham, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan (kemakmuran pemegang saham). Yang menjadi pertanyaan adalah apakah manajer akan bertindak konsisten dengan tujuan memakmur-kan pemegang saham, tujuan yang dibebankan oleh pemegang saham kepada manajer? Dari sini muncul potensi konflik antara kedua pihak tersebut. Konflik antara pemegang saham dengan manajer diperparah pada beberapa situasi seperti kepemilikan saham yang tersebar. Jika perusahaan go-public (menjual sahamnya ke publik), maka ada kemungkinan banyak orang yang akan memiliki saham perusahaan tersebut. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, perusahaan AT&T (perusahaan telekomunikasi) dimiliki oleh 3.700.000 pemilik saham. Jika pemegang saham terbesar memegang saham tidak lebih dari 5%, yang berarti masing-masing pemegang saham mempunyai jumlah saham yang kecil, maka potensi konflik menjadi semakin serius. Dalam situasi tersebut, manajer praktis akan menjadi pihak yang paling berkuasa di perusahaan tersebut, karena pemegang saham mempunyai insentif yang rendah untuk mengawasi manajer. Sebagai contoh, jika saya memegang saham hanya 500 lembar, maka insentif saya untuk mengawasi manajer praktis tidak ada. Misalkan setiap pemegang saham hanya memegang maksimal 500 lembar, maka tidak ada yang bisa mengawasi manajer. Manajer menjadi pihak paling berkuasa dalam situasi tersebut, pemegang saham menjadi tidak efektif dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku manajer. Manajer bisa mempunyai agenda sendiri yang tidak selalu konsisten dengan tujuan yang dibebankan oleh pemegang saham. Apa tujuan manajer yang mungkin bertentangan dengan tujuan pemegang saham? Ada beberapa, misal manajer akan cenderung mengeluarkan biayabiaya yang "tidak perlu". Misal, manajer akan senang mempunyai kantor yang bagus, peralatan kantor yang bagus, mobil yang bagus, dan semacamnya. Donaldson, seorang peneliti di Amerika Serikat, menyebutkan dua motivasi dasar manajer: 1. Survival - manajer berusaha menguasai sumberdaya agar perusahaan terhindar dari kebangkrutan. 2. Independensi atau kecukupan diri - manajer ingin mengambil kepu-tusan yang bebas dari tekanan pihak luar, termasuk dari pasar keuangan. Manajer tidak suka mengeluarkan saham, karena akan mengundang campur tangan pihak luar. Sebaliknya manajer akan lebih suka meng-gunakan dana yang dihasilkan secara internal. Dengan dua motivasi tersebut, manajer cenderung mempunyai tujuan me-maksimumkan kemakmuran perusahaan (bukannya kemakmuran pemegang saham). Kemakmuran perusahaan bisa dicapai dengan meningkatkan ukuran perusahaan (membuat perusahaan menjadi besar). Tujuan kemakmuran perusahaan tersebut tidak selalu konsisten dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Pemegang saham bisa melakukan sejumlah tindakan untuk memastikan bahwa manajer akan bertindak konsisten dengan tujuan pemegang saham. Tindakan semacam itu membutuhkan biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan tersebut terdiri dari biaya untuk me-monitor manajer dan biaya untuk mengimplementasikan alat kontrol terhadap manajer. Meskipun demikian, masalah perbedaan tujuan tersebut tidak akan bisa diselesaikan secara sempurna. Pemegang saham dengan demikian mempunyai kerugian dalam situasi tersebut. Kerugian tersebut sering disebut sebagai kerugian sisa (residual loss). Pemegang saham bisa membentuk dewan komisaris (board of directors) untuk mengawasi perilaku manajer. Beberapa cara lain bisa dilakukan, antara lain: 1. Sistem penggajian yang dikaitkan dengan prestasi perusahaan (keuntungan) dan dengan opsi saham. Jika keuntungan perusahaan naik, manajer akan memperoleh bonus. Jika harga saham naik, manajer akan memper-oleh bonus tambahan melalui opsi saham. Misal opsi saham ditentukan sebagai berikut ini. Saat ini harga saham adalah Rpl.000,00 per lembar. Manajer diberi hak (opsi) membeli saham dengan harga pembelian (eksekusi) Rp2.000,00. Jika tahun depan, harga saham lebih tinggi dibandingkan dengan harga eksekusi, misal mencapai Rp3.000,00, manajer akan memperoleh keuntungan. Manajer bisa membeli saham dengan harga Rp2.000 dan menjual di pasar dengan harga Rp.3.000. Manajer memperoleh keuntungan sebesar Rpl.000,00 per lembar. Jumlah keuntungan yang diperoleh akan tergantung jumlah lembar opsi saham yang diterima manajer tersebut. Cara semacam itu membuat pemegang saham dan manajer memperoleh manfaat. Pemegang saham mencapai tujuannya, yaitu harga saham yang tinggi, sedangkan manajer juga mencapai tujuannya, yaitu memperoleh penghasilan yang tinggi. Cara semacam itu diharapkan bisa mendorong manajer berusaha me-naikkan keuntungan perusahaan dan nilai saham, dan dengan demikian konsisten dengan tujuan kemakmuran pemegang saham. 2.Pasar tenaga kerja manajer akan mengontrol manajer. Manajer yang mempunyai kemampuan yang jeiek tidak akan laku, sebaliknya manajer yang sukses akan diburu oleh banyak perusahaan. Dengan demikian manajer akan berusaha meningkatkan prestasinya, dengan jalan mening-katkan nilai atau harga saham, agar masa depan mereka selalu terjaga. 3. Jika perusahaan mempunyai prestasi yang jelek, harga saham akan mengalami penurunan. Pada situasi semacam itu, nilai perusahaan akan terlihat terlalu 'murah', dan akibatnya perusahaan lain bisa membeli (mengakuisisi) perusahaan tersebut. Dalam kasus semacam itu, sering-kali manajer perusahaan yang diakuisisi tidak akan dipakai lagi. Aktivitias takeover (pengambilalihan) perusahaan semacam itu akan mendisiplinkan manajer. Manajer dengan demikian akan berusaha agar harga saham selalu tinggi. Alternatif-alternatif tersebut bisa dipakai untuk mengkonsistenkan tujuan pemegang saham dengan tujuan manajer. Yang menjadi pertanyaan, seberapa efektifkah alternatif tersebut? Jawaban tersebut merupakan persoalan empiris. Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa pemegang saham bisa mengendalikan manajer agar sesuai dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. 5.2. Agency Free Cash Flow Variasi lain dari konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham adalah agency free cash flow. Menurut teori ini, manajer akan berusaha memegang sumberdaya perusahaan agar tetap dalam kendali manajer. Jika perusahaan memperoleh keuntungan atau kas masuk tinggi, maka manajer akan berusaha agar keuntungan/kas masuk tersebut tetap berada di tangan manajer. Meskipun sebenarnya, pemegang saham mungkin akan diuntungkan jika kas tersebut dibagikan ke mereka (misal dalam bentuk dividen), kemudian pemegang saham dibiarkan menginvestasikan kas tersebut ke alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan. Manajer berusaha menahan kas tersebut dengan berbagai cara, misal tidak membayar dividen, melakukan akuisisi (membeli) perusahaan lain. Dengan akuisisi, sumber daya masih berada di tangan manajer. Jensen (1986) mendefmifikan aliran kas bebas (free cashflow) sebagai aliran kas yang tersisa setelah semua proyek dengan NPV positif didanai. Free cashflow lebih baik dibagikan ke pemegang saham, bukannya ditahan, karena perusahaan sudah tidak mempunyai kesempatan investasi yang menguntungkan. Kemudian pemegang saham dibiarkan memanfaatkan kas yang diterima tersebut. Dengan cara semacam itu pemegang saham bisa memak-simumkan kemakmurannya. Beberapa bukti mengenai konflik agency free cash flow diajukan. Sebagai contoh, perusahaan di beberapa jenis industri seperti minyak, rokok, dan produk kehutanan merupakan perusahaan yang sudah mencapai tahap kedewasaan (mature). Industri semacam itu ditandai dengan kas masuk yang stabil, kesempatan investasi yang kecil (karena sudah dewasa). Dengan kata lain, perusahaan 'menumpuk' kas masuk, tanpa ada alternatif investasi yang bisa digunakan untuk menghabiskan kas tersebut. Sebaiknya kas tersebut dibagikan ke pemegang saham. Tetapi beberapa manajer mempunyai kecen-derungan tidak mau membagi kas tersebut; beberapa menggunakan kas tersebut untuk membeli perusahaan lain. Studi di Amerika Serikat menunjukkan bahwa rasio PV kas masuk dari investasi pengembangan ladang minyak sekitar 60-90% (dengan kata lain PV kas keluar lebih besar dibandingkan PV kas masuk, sehingga usulan investasi tersebut adalah usulan investasi yang tidak baik). Sebagai hasilnya, pada saat perusahaan minyak mengumumkan peningkatan biaya eksplorasi dan pengembangan minyak, harga saham jatun atau dengan kata lain bereaksi negatif (Jensen, Agency Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers, American Economic Review, May 1986). Harga saham yang jatuh tersebut mencerminkan ketidaksetujuan dari pasar terhadap transaksi semacam itu. Dengan kata lain, pasar menganggap bahwa rencana akuisisi semacam itu bukan tindakan yang akan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham. Bagaimana mengatasi situasi tersebut? Beberapa alternatif bisa diajukan, seperti menggunakan utang dan pengambilalihan (akuisisi) perusahaan. Utang mempunyai ciri yaitu perusahaan yang berutang harus membayar bunga. Jika tidak, maka perusahaan bisa dinyatakan bangkrut. Hal tersebut berbeda dengan dividen. Perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk membayar dividen. Perusahaan tidak bisa dinyatakan bangkrut jika tidak bisa membayar dividen. Jika perusahaan menggunakan utang, maka manajer akan 'dipaksa' mengeluarkan free cash flow ke luar dari perusahaan. Perusahaan yang menumpuk free cash flow seringkali menjadi sasaran akuisisi oleh perusahaan lain (menjadi target akuisisi). Perusahaan tersebut cenderung mempunyai harga saham yang lebih rendah dari harga yang seharusnya. Karena itu harga akan nampak lebih murah, dan dengan demikian menjadi sasaran menarik untuk dibeli (akuisisi). Setelah diambil alih, manajer lama akan dibuang, perusahaan didisiplinkan melalui (misal utang), dipaksa untuk mengeluarkan free cash flow, dan harga saham akan meningkat. Pembeli perusahaan bisa memperoleh keuntungan dari harga jual yang lebih tinggi. Pemegang saham tentu saja senang dengan mekanisme semacam itu, karena harga saham akan meningkat. 5.3. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pemegang Utang Di samping konflik antara manajer dengan pemegang saham, ada potensi konflik yang mungkin timbul antara pemegang saham dengan pemegang utang. Pemegang saham, melalui manajer, bisa mengambil keuntungan atas pemegang utang. Konflik tersebut bisa terjadi karena pemegang saham dengan pemegang utang mempunyai struktur penerimaan (pay off) yang berbeda. Pemegang utang memperoleh pendapatan yang tetap (yaitu bunga) dan kembalian pinjamannya, sedangkan pemegang saham memperoleh pendapatan di atas kelebihan atas kewajiban yang perlu dibayarkan ke pemegang utang. Jika nilai perusahaan berada dibawah nilai kewajiban utang, pemegang utang berhak atas semua nilai perusahaan. Jika nilai perusahaan naik di atas nilai utang, pemegang saham berhak atas kelebihan tersebut. Semakin tinggi kelebihan tersebut, semakin tinggi nilai yang dimiliki pemegang saham, se-mentara kekayaan pemegang utang tetap, tidak berubah. Perbedaan (asimetri) strukturpay-offtersebul bisa menyebabkan perbedaan perilaku. Lebih spesifik lagi, pemegang saham (melalui manajer) bisa menjalan-kan aktivitas yang berisiko tinggi. Biasanya proyek dengan risiko tinggi mempunyai tingkat keuntungan yang diharapkan yang tinggi juga. Jika proyek tersebut berhasil, pemegang saham akan memperoleh keuntungan yang semakin tinggi (dengan menaikkan risiko aset). Naiknya risiko tersebut merugikan pemegang utang. Kenapa merugikan? Bagi pemegang utang, karena perolehannya bersifat tetap, maka tingkat keuntungan yang tinggi tidak akan berpengaruh terhadap pendapatan pemegang utang. Bagi pemegang utang, yang lebih penting adalah memastikan bahwa pendapatannya (yang bersifat tetap) akan diperoleh. Dengan kata lain, kualitas aset yang baik (yang berarti ririko yang rendah) itu lebih penting. Meningkatnya risiko perusahaan dengan demikian tidak menguntungkan pemegang utang. Pemegang utang bisa menghindari kemungkinan semacam itu dengan membeban-kan tingkat bunga yang tinggi untuk proyek yang mempunyai risiko tinggi. 5.4. Konflik antara Pemegang Saham Mayoritas dengan Pemegang Saham Minoritas Di samping potensi konflik yang disebutkan di atas, masih ada potensi konflik yang lain, misal konflik antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Seperti yang disebutkan di atas, pemegang saham tidak bersifat homogen. Karena pemegang saham tersebut berlainan, maka akan ada potensi konflik antarpemegang saham. Sebagai contoh, perusahaan yang sebelumnya dikendalikan oleh pendiri, kemudian menjual sebagian kecil saham ke publik. Dalam situasi tersebut ada dua jenis pemegang saham: mayoritas (pendiri) dan minoritas (publik). Publik dikatakan minoritas karena, meskipun jumlah mereka barangkali banyak, jumlah suara atau saham mereka lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saham pendiri. Potensi konflik bisa terjadi ketika pemegang saham mayoritas meng-ambil manfaat (merugikan) atas pemegang saham minoritas. Misalkan ada situasi semacam ini (lihat bagan berikut ini). Bagan 4. Pemegang Saham Mayoritas Versus Pemegang Saham Minoritas Misalkan PT X merupakan perusahaan publik, menjual sahamnya ke publik sebesar 30% dari jumlah saham yang beredar. Sementara 70% saham beredar masih dipegang oleh pemegang saham lama. Misalkan pemegang saham memegang saham PT Y 100%. PT Y mempunyai suatu aset dengan harga pasarRp 1.000,00. Misalkan PT X membeli aset PT Y tersebut dengan harga beli sebesar Rp2.000,00. Harga beli tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar aset tersebut. Dengan kata lain, PT X mengalami kerugian dalam proses pembelian (akuisisi) tersebut. Siapa yang diuntungkan? PT Y diun-tungkan karena memperoleh kas yang lebih besar dibandingkan dengan kas yang diperoleh jika pembelian memakai harga pasar (standar). Karena PT X mengalami kerugian, maka pemegang saham PT X juga akan mengalami kerugian. Baik pemegang saham mayoritas maupun minoritas PT X mengalami kerugian. Tetapi pemegang saham mayoritas PT X juga memiliki PT Y. Untuk pemegang saham tersebut, kerugian dari PT X akan dikompensasi oleh keuntungan dari PT Y. Dengan kata lain, kas pindah dari kantong kiri ke kantong kanan. Bagaimana dengan pemegang saham minoritas? Kerugian pemegang saham minoritas di PT X tidak bisa dikompensasi oleh keuntungan di PT Y, karena mereka tidak mempunyai saham di PT Y. Dengan kata lain, mereka hanya punya satu kantong. Kas keluar dari kantong mereka dan pergi, entah ke mana. Dengan mekanisme semacam itu, terjadi transfer kemakmuran dari pemegang saham minoritas ke pemegang saham mayoritas. Dengan kata lain, pemegang saham minoritas dirugikan melalui mekanisme transfer semacam itu. Ilustrasi berikut ini menggambarkan konflik antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas di negara lain, dalam bentuk yang berbeda. Ilustrasi 1. Konflik Mayoritas dengan Minoritas Velcro Industries, mencatatkan perusahaannya di Island of Curacao, di Netherland Antilles, di mana pemegang saham tidak mempunyai hak untuk melawan. Dua pertiga saham Velcro dikuasai oleh keluarga Cripps yang menjalankan perusahaan. Pada tahun 1988, meskipun Velcro mempunyai kas yang besar, perusahaan memutuskan untuk menghentikan pembayaran dividen untuk periode masa mendatang yang belum ditentukan, men-delisting sahamnya dari Montreal Stock Exchange (Kanada), dan secara agresif menghapus asetnya untuk menurunkan tingkat keuntungan. Harga saham jatuh, dan pada tahun 1990, ketika dividen masih tidak dibayarkan, keluarga Cripps menawarkan pembelian saham kepada pemegang saham minoritas, dengan harga yang lebih tinggi sedikit di atas harga pasar. Pemegang saham minoritas tidak puas tentunya, dan mereka menuntut perusahaan di pengadil-an New York. Ketika Amerika Serikat menjadi wilayah hukum (jurisdiction) untuk kasus tersebut, perusahaan memutuskan untuk membatalkan penawar-an pembelian saham, dan kemudian memulai membayarkan dividen. Perusahaan tidak bersedia melayani tuntutan hukum, karena hukum AS cenderung memberi perlindungan yang lebih baik kepada pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas, dibandingkan dengan Netherland Antilles. Sumber: Forbes, dikutip dari La Porta et. al., Agency Problems and Dividend Policies Around the World, Journal of Finance, Vol. LX, No.l, February, 2000. 5.5. Konflik-konflik Lainnya Dalam manajemen keuangan, konflik antara manajer-pemegang saham, pemegang sahampemegang utang, pemegang saham mayoritas-pemegang saham minoritas menduduki porsi penting dalam pembicaraan di manajemen keuangan. Tetapi masih ada banyak kontrak-kontrak lain di perusahaan, yang berarti ada potensi konflik antar pihak-pihak lain dalam perusahaan. Sebagai contoh, ada potensi konflik antara karyawan dengan manajer, antara satu departemen (misal pemasaran) dengan departemen lain (misal produksi). Wilayah konflik tersebut belum dipelajari secara mendalam di manajemen keuangan, meskipun untuk disiplin lain, wilayah tersebut sering dibicarakan. Sebagai contoh, manajemen sumber daya manusia sering membicarakan konflik antara manajer dengan karyawan. Meskipun kita akan memfokuskan pada potensi konflik antara manajer-pemegang saham-pemegang Utang, tetapi kita harus juga menyadari potensi konflik antar pihak-pihak lain yang disebutkan di atas. Teori keagenan mengatakan perusahaan bisa dilihat sebagai serangkaian kontrak antar pihak-pihak yang berkaitan. Tiga bentuk kontrak yang sering dibicarakan dalam manajemen keuangan: (1) kontrak antara manajer dengan pemegang saham, (2) kontrak antara pemegang saham dengan pemegang utang, dan (3) kontrak antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Pihak-pihak tersebut mempunyai potensi konflik satu sama lain, karena masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda, yang bisa tidak konsisten satu sama lain. Ilustrasi 2. Siapa Penyumbang Teori Keuangan yang Paling Berpengaruh ? Siapa yang mempunyai sumbangan penting terhadap perkembangan teori keuangan? Sumbangan penting bisa dilihat dari hadiah Nobel bidang keuangan. Hadiah Nobel diberikan kepada tokoh yang dianggap memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan ilmu. Untuk teori keuangan, sampai sekarang (2003) ada beberapa orang yang sudah memperoleh hadiah Nobel. Pada tahun 1990, Harry Markowitz, William Sharpe, dan Merton Miller memperoleh hadiah Nobel bidang Ekonomi untuk sumbangan mereka terhadap teori keuangan. Merton Miller bersama dengan Franco Modigliani barangkali bisa dikatakan sebagai 'bapak' manajemen keuangan modern. Mereka mendisku-sikan pengaruh dividen dan pendanaan (financing) terhadap nilai perusahaan melalui serangkaian artikel yang dimulai dari artikel mereka 'The Cost of Capital, Corporation Finance, and The Theory of Investment' yang muncul di American Economic Review pada tahun 1958. Mereka berargumen bahwa pada kondisi pasar modal sempurna, tidak ada pengaruh struktur modal atau kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. Kebijakan pendanaan (struktur modal) maupun kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Artikel tersebut menimbulkan kontroversi dan diskusi berkepanjangan dalam teori keuangan perusahaan (corporate finance). Sebagian besar paper yang muncul kemudian ingin melihat ketidaksempurnaan pasar yang bisa mempengaruhi nilai perusahaan. Harry Markowitz barangkali bisa disebut sebagai bapak teori investasi. Markowitz, melalui artikelnya pada tahun 1952 di Journal of Finance (Portfolio Selection), menunjukkan secara matematis bahwa diversifikasi bisa mengurangi risiko. Dua parameter yang dia gunakan untuk mengevaluasi investasi yaitu standar deviasi dan tingkat keuntungan (return) memungkinkan perhitungan kuantitatif analisis investasi bisa dilakukan. Teori investasi berubah dari teori yang deskriptif menjadi teori yang keuantitatif. William Sharpe mengembangkan lebih lanjut kerja Markowitz menjadi teori kese-imbangan Capital Asset Pricing Model ('Capital Asset Prices: A Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk', Journal of Finance, 1964). Menurut CAPM, ada hubungan positif antara risiko sistematis (risiko yang tidak bisa dihilangkan melalui diversifikasi) dengan tingkat keuntungan. Teori portfolio yang dikembangkan oleh Markowitz dan Sharpe banyak digunakan saat ini dalam lingkungan akademis ataupun praktisi (profesional). Pada tahun 1997 dua orang ahli keuangan Myron Scholes dan Robert Merton memperoleh hadiah Nobel untuk sumbangan mereka dalam teori penilaian opsi. Myron Scholes dengan Fischer Black menerbitkan artikel mengenai penilaian instrumen keuangan opsi di Journal of Political Economy. Opsi adalah hak untuk membeli atau menjual aset pada harga tertentu. Sayangnya Fischer Black sudah meninggal dunia pada tahun tersebut. Hadiah Nobel diberikan hanya kepada orang yang masih hidup. Robert Merton juga menerbitkan model penilaian opsi, yang merupakan penyederhanaan dari model Black dan Scholes. Teori opsi mempunyai potensi bisa menjelaskan fenomena keuangan lebih banyak lagi. Pada tahun 2002, ahli perilaku Daniel Kahneman memperoleh Nobel di bidang ekonomi. Dia bersama Amos Tversky mengembangkan teori perilaku, yang kemudian mengilhami munculnya behavioral finance (Teori Keuangan berdasarkan perilaku). Teori behavioral finance merupakan alternatif (penen-tang) teori efisiensi keuangan. Teori efisiensi keuangan mengatakan bahwa harga mencerminkan semua informasi yang relevan. Pasar digambarkan mempunyai proses yang rasional. Sebaliknya, teori behavioral finance mengatakan bahwa pasar tidak serasional yang dibayangkan. Contoh populer, adalah harga jatuh (investor panik) pada black Monday 1987 dan 1997, meskipun tidak ada informasi lain pada hari itu. Dengan kata lain, investor panik hanya karena tidak rasional. Siapa pemenang Nobel bidang teori keuangan di masa mendatang? Barangkali bidang efisiensi keuangan dan teori keagenan bisa menjadi kandidat pemenang Nobel di masa mendatang. Tentunya hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut.Biaya Keputusan Modal Kerja Melakukan Investasi pada Modal Kerja yang Optimal Tujuan Normatif Manajemen Keuangan: Maksimumkan Nilai Perusahaan MODEL NERACA KEUANGAN UNTUK MEMAH AMI MANAJEMEN KEUANGAN