1 - Blog UB

advertisement
MANAJEMEN KEUANGAN BISNIS. I
1. Pengertian Manajemen Keuangan Perusahaan
Pengertian manajemen keuangan perusahaan merupakan gabungan pengertian dari
manajemen secara umum dan keuangan perusahaan. Manajemen secara umum dapat
didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
dari semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasinya meliputi:
bahan baku (materials), mesin (machineries), tenaga kerja (man), metode (methods) dan uang
(money). Lima sumber daya tersebut sering disingkat 5 M harus dikelola secara efisien,
sehingga dapat memperoleh laba atau nilai tambah ekonomi untuk menjaga kelangsungan
hidup perusahaan. Uang (money) sebagai salah satu sumber daya, memegang peranan
penting terhadap keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Keuangan dalam suatu perusahaan juga merupakan salah satu fungsi manajemen, disamping
bidang lain seperti sumber daya manusia, produksi dan pemasaran.
Manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian keuangan suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan (Warsono, 2003). Salah satu tujuan manajemen keuangan yang terpenting adalah
memaksimumkan kekayaan / kemakmuran pemegang saham / pemilik perusahaan yang
berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Secara ringkas, manajemen keuangan dapat didefinisikan
sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya
keuangan supaya dapat memaksimumkan kekayaan pemiliknya. Manajemen keuangan
memfokuskan aktivitasnya pada berbagai usaha yang dapat menciptakan dan menjaga nilai
perusahaan agar dapat memaksimumkan kekayaan para pemilik atau pemegang saham.
Pengertian yang sama dinyatakan oleh Hanafi (2005) manajemen keuangan diartikan
sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, staffing, pelaksanaan dan pengendalian
fungsi-fungsi keuangan. Manajemen keuangan bisa didefinisikan sebagai manajemen fungsifungsi keuangan perusahaan. Manager keuangan bertugas mengelola fungsi keuangan.
Dengan semakin meningkatnya lingkungan perusahaan, tugas manager keuangan mengalami
transformasi dari fokus mencari pendanaan (financing) menjadi tugas yang lebih kompleks
mencakup perencanaan dan alokasi sumber daya yang dalam perusahaan. Secara garis besar,
fungsi pokok yang ada dalam perusahaan meliputi : fungsi personalia, fungsi keuangan, fungsi
produksi dan fungsi pemasaran.
Menurut Sutrisno (2000) manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan
dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha-usaha
mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan
dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien. Usaha mendapatkan dana sering disebut
pembelanjaan pasif dan bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha
mengalokasikan dana disebut pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi aktiva.
Menurut Van Horne, (1997) manajemen keuangan adalah segala aktivitas berhubungan
dengan perolehan, pendanaan dan pengelolaan aktiva dengan beberapa tujuan menyeluruh.
Oleh karena itu, fungsi pembuatan keputusan dari manajemen keuangan dapat dibagi tiga area
utama: keputusan sehubungan investasi, pendanaan dan manajemen aktiva. Keputusan
investasi merupakan keputusan terpenting yang dibuat dalam perusahaan. Langkah awal
adalah menentukan jumlah keseluruhan aktiva yang dibutuhkan perusahaan. Keputusan
utama yang kedua adalah keputusan pendanaan. Selanjutnya, kebijakan dividen harus
dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan perusahaan. Rasio pembayaran
dividen menentukan jumlah laba yang dapat ditahan. Keputusan ketiga adalah keputusan
manajemen aktiva. Jika aktiva telah diperoleh dan pendanaan yang tepat telah tersedia, aktivaaktiva yang ada tetap memerlukan pengelolaan yang efisien.
Menurut Martono & Harjito (2003) pengertian manajemen keuangan (Financial
Management), atau dalam literatur lain disebut pembelanjaan, adalah segala aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana memperoleh dana, menggunakan dana,
dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh. Dengan kata lain
manajemen keuangan merupakan manajemen (pengelolaan) mengenai bagaimana
memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan perusahaan. Dari
definisi tersebut ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu:
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision)
Menurut Warsono,(2003), pengertian manajemen keuangan tidak dapat dilepaskan dari
pengertian manajemen secara umum. Keuangan dalam suatu perusahaan merupakan salah
satu bidang garap atau fungsi dari manajemen, disamping bidang lain seperti sumber daya
manusia, produksi dan operasi serta pemasaran. Pengertian manajemen secara umum dapat
didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian
dari semua sumber daya yang dimiliki oleh suatu organisasi untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Manajemen Keuangan dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian keuangan suatu organisasi untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Salah satu tujuan manajemen keuangan yang terpenting adalah
memaksimumkan kekayaan/kemakmuran pemegang saham/pemiliknya. Dengan demikian,
manajemen keuangan dapat didefinisikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian sumber daya keuangan supaya dapat memaksimumkan
kekayaan pemiliknya. Dengan memaksimumkan kekayaan pemilik, berarti manajemen
keuangan memfokuskan aktivitasnya pada bagaimana suatu organisasi dapat menciptakan
dan menjaga nilai perusahaan.
2. Arti Penting Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan perlu dipelajari oleh pihak-pihak yang berkepentingan, terutama
praktisi (manajer keuangan perusahaan, praktisi pasar modal dan pasar uang, dan
sebagainya), maupun calon praktisi (mahasiswa), karena mempunyai arti penting. Arti penting
ini perlu diketahui oleh pihak-pihak yang akan mempelajari manajemen keuangan, sehingga
diharapkan dapat mengaplikasikannya dengan baik dan berhasil, baik dalam menangani
sumber daya manusia, produksi dan operasi, pemasaran,maupun aspek-aspek yang lain. Hal
ini berarti para praktisi dan calon praktisi seharusnya perlu mempelajari teori yang ada dalam
manajemen keuangan. Dengan mempelajari teori-teori ini, para praktisi diharapkan mempunyai
landasan yang kuat dalam setiap pengambilan keputusan keuangan.
Ada 4 (empat) macam arti penting manajemen keuangan, yaitu:
Pertama, pengetahuan manajemen keuangan membantu dalam perencanaan, pemecahan
masalah, dan pembuatan keputusan. Dalam hal ini, dibutuhkan ada-nya penguasaan
tentang pengetahuan keuangan dan akuntansi, supaya mampu mengerti laporan
keuangan yang dipersiapkan oleh bagian/segmen lain dari organisasi. Sebagian besar
aktivitas manajemen keuangan menganalisis laporan keuangan, baik neraca, laporan labarugi, laporan perubahan modal, maupun laporan arus kas.
Kedua, dengan manajemen keuangan (dalam arti pengelolaan) memung-kinkan terjadinya
komunikasi dan koordinasi antar bagian yang lebih baik. Sebagai contoh anggaran
perusahaan (rencana keuangan) mengkomunikasi-kan tujuan perusahaan menyeluruh
kepada para manajer bagian, sehingga mereka tahu apa yang diharapkan darinya dan
parameter keuangan apa yang berlaku terhadap operasinya. Dengan mengetahui
parameter keuangan yang berlaku terhadap operasinya, masing-masing bagian dapat
membuat rencana kerja/operasi dengan baik. Di samping itu, dengan adanya anggaran
menyeluruh ini, konflik antar bagian dapat ditekan/dihindari.
Ketiga, manajemen keuangan (dalam arti tugas) menyajikan informasi yang meyakinkan
kepada manajemen yang lebih tinggi untuk mendapat persetujuan bagi tindakan atau
proyek. Sebagai contoh, rencana pembukaan lini produk baru, yang biasanya diusulkan
oleh bagian pemasaran kepada bagian keuangan. Rencana tersebut hanya bisa diterima
oleh manajemen puncak, jika manajemen keuangan dapat mengajukan proposal proyek
tersebut secara meyakinkan tentang kelayakan proyek untuk dijalankan.
Keempat, pengetahuan manajemen keuangan sangat diperlukan di ber-bagai bidang. Setiap
organisasi, baik bisnis maupun non bisnis memerlukan manajemen keuangan untuk
mengelola keuangan organisasi. Di samping itu, setiap bagian dalam suatu organisasi juga
memerlukan manajemen keuangan untuk mengelola keuangan pada bagiannya. Tanpa
adanya pengelolaan yang baik, akan terjadi ketidakefisienan dalam penggunaan keuangan
pada setiap bagian dan perusahaan secara menyeluruh.
3. Ruang lingkup atau Bidang Dasar Manajemen Keuangan
Manajemen keuangan dibagi menjadi empat bjdang dasar, yaitu keuangan perusahaan
(corporate finance), investasi (investments), lembaga keuangan (financial institutions), dan
keuangan internasional (international finance). Keuangan perusahaan (corporate finance)
mengkaji tentang bagaimana keuangan di suatu perusahaan dikelola, terutama perusahaan yang
berbentuk korporasi, sehingga tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud yaitu terutama
memaksimumkan kekayaan pemilik.
Investasi (investments) mengkaji tentang bagaimana seharusnya keputusan yang dibuat
oleh para investor di pasar keuangan, terutama pasar modal, sehingga ada suatu keseimbangan
antara pengembalian yang diharapkan dengan risiko yang ditanggung dalam berinvestasi pada
suatu sekuritas. Pada bidang lembaga keuangan (financial institutions), manajemen keuangan
mengkaji tentang bagaimana bekerjanya suatu lembaga keuangan dan bagaimana dunia usaha
(perusahaan) dapat memanfaatkannya. Terakhir, keuangan internasional (international finance)
mengkaji tentang mekanisme terbentuknya nilai tukar valuta asing dan implikasinya bagi perusahaan, terutama perusahaan multinasional dan transnasional.
4. Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan
Tujuan mempunyai pengertian yang berbeda dengan fungsi. Tujuan adalah suatu hasil akhir,
titik akhir, atau segala sesuatu yang ingin dicapai. Pengertian tujuan ini berbeda dengan sasaran
atau target. Sasaran adalah setiap tujuan dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Dalam konteks
ini, pengertian tujuan dan sasaran manajemen keuangan dianggap sama. Di sisi lain, fungsi
merupakan kegiatan utama yang harus dilakukan oleh mereka yang bertanggung jawab dalam
bidang tertentu, yang dapat dibedakan dengan kegiatan bidang lainnya. Hal ini berarti bahwa
fungsi berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab yang harus diemban oleh pihak tertentu dalam
suatu organisasi, baik secara individu maupun kelompok atau bagian.
Tujuan manajemen keuangan tidak dapat dilepaskan dari tujuan perusahaan secara umum,
yaitu rneliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan profitabilitas. Tujuan perusahaan tersebut
kemudian dijabarkan pada masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan. Misalnya, bagian
pemasaran, menjabarkan menjadi peningkatan penjualan atau usaha memasuki daerah pasar
baru. Bagian produksi dan operasi dapat menjabarkannya menjadi penurunan biaya produksi dan
operasi atau usaha untuk mempercepat proses produksi sehingga efisiensi dapat meningkat.
Tujuan manajemen keuangan secara rinci yaitu :
1. Maksimalisasi kekayaan para pemegang saham. Indikator kekayaan para pemegang saham
dapat dilihat dari harga / nilai saham yang dimilikinya di pasar modal. Perusahaan dengan
prestasi lebih baik dibandingkan dengan perusahaan lain, pemegang sahamnya akan
menikmati kenaikan nilai saham yang lebih tinggi (memperoleh capital gains), dan cenderung
memperoleh kemudahan untuk menambah dana baru jika diperlukan.
2. Maksimalisasi laba. Laba, menurut akuntansi diartikan sebagai selisih antara pendapatan
dengan biaya total. Dalam konteks manajemen keuangan, memaksimumkan kekayaan lebih
dipilih dibandingkan memaksimumkan laba karena adanya beberapa pertimbangan. Ada
empat pertimbangan mengapa memaksimumkan kekayaan bagi para pemilik lebih dipilih
dibandingkan dengan memaksimumkan laba yaitu (1) Kekayaan untuk jangka panjang; (2)
Risiko atau ketidakpastian; (3) Penjadwalan hasil; dan (4) Pendapatan para pemegang saham.
Untuk lebih jelasnya, perbandingan (keunggulan dan kelemahan) antara konsep maksimalisasi
kekayaan para pemegang saham dengan laba dapat dilihat pada Tabel 1.1.
Perbandingan Keunggulan dan Kelemahan antara Maksimalisasi Laba dan Kekayaan
Tujuan
Keunggulan
Maksimalisasi 1. Mudah menghitung laba
Laba
2. Mudah menentukan hubungan
antara keputusan keuangan dan
laba
Maksimalisasi 1. Penekanan pada jangka panjang
Kekayaan
2. Memperhitungkan risiko dan
ketidakpastian
3. Memperhitungkan penjadwalan
hasil
4. Mempertimbangkan laba
pemegang saham
1.
2.
3.
4.
Kelemahan
Penekanan pada jangka pendek
Mengabaikan risiko atau ketiakpastian
Mengabaikan penjadwalan hasil
Memerlukan sumber dana segera
1. Hubungan antara keputusan keuangan
dan harga persediaan tidak jelas
2. Dapat menimbulkan kekhawatiran dan
kekecewaan manajemen.
3. Memaksimumkan ganjaran / kompensasi bagi manajemen. Ganjaran bagi manajemen dapat
berupa fasilitas yang diberikan (kantor yang representatif, kendaraan dinas, dan rumah dinas),
dan bentuk insentif lainnya. Memaksimumkan ganjaran bagi para manajer ditujukan untuk
memaksimumkan produktivitas mereka, sehingga dengan demikian diharapkan perusahaan
akan dapat tumbuh dan berkembang. Dengan pertumbuhan dan perkembangan yang tinggi
akan meningkatkan nilai saham perusahaan.
4. Sasaran keperilakuan. Manajemen keuangan yang bijaksana juga ditujukan pada sasaran
perilaku. Kebijakan di bidang keuangan dapat dipergunakan untuk mempengaruhi para
anggota organisasi perusahaan agar berperilaku tertentu, sesuai dengan yang dikehendaki
manajemen, seperti harapan terhadap peningkatan semangat kerja dan loyalitas terhadap
perusahaan. Sasaran keperilakuan dalam manajemen keuangan dapat diilustrasikan dengan
adanya rencana kenaikan upah dan gaji, untuk peningkatan semangat kerja dan loyalitas
karyawan. Bagi perusahaan, hal ini merupakan salah satu cara mengantisipasi keluarnya
karyawan terlatih dan pembajakan karyawan potensial oleh perusahaan lain, karena semakin
ketatnya persaingan di pasar tenaga kerja.
5. Tanggung jawab sosial. Tanggung jawab sosial perusahaan ini dilakukan karena perusahaan
hidup di tengah masyarakat dan eksistensinya sangat bergantung pada masyarakat yang
berkepentingan dengan perusahaan (stakeholders). Jadi, beberapa persoalan pihak-pihak
yang terkait dengan perusahaan, idealnya juga menjadi persoalan bagi perusahaan. Dengan
demikian, seharusnya perusahaan ikut serta memikirkan dan berpartisipasi dalam pemecahan
masalah yang ada, sehingga ada semacam timbal baliknya. Tanggung jawab sosial
manajemen keuangan dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu yang berkaitan dengan
pihak yang hidupnya berkaitan langsung dengan perusahaan, seperti karyawan; dan yang
berkaitan dengan pihak lain di luar perusahaan, seperti masyarakat sekitar, konsumen, dan
negara pada umumnya. Tanggung jawab sosial ini dapat diperinci menjadi tujuh macam, yaitu:
(1) melindungi konsumen; (2) membayar upah/gaji yang wajar kepada karyawan; (3) menjaga
keselamatan pekerja; (4) memberi bantuan dalam bidang pendidikan; (5) menjaga kebersihan
lingkungan, air, dan udara; (6) berpartisipasi dalam peningkatan dan pengembangan
kebudayaan; dan (7) memberikan kesempatan kepada anggota masyarakat menjadi karyawan
perusahaan secara adil.
5. Fungsi Majemen Keuangan
Fungsi manajemen keuangan dalam suatu perusahaan dapat dilihat dari tugas dan
tanggung jawab seorang manajer / direktur keuangan. Tugas dan tanggung jawab manajer
keuangan antar perusahaan mungkin saja berbeda. Hal ini mungkin bergantung pada jenis usaha
perusahaan, besar kecilnya ukuran perusahaan, atau kompleksitas perusahaan. Ini berarti tugas
dan tanggung jawab manajer keuangan antar perusahaan mungkin saja mempunyai cakupan
yang berbeda, tetapi ada beberapa kesamaan yang dapat diidentifikasi.
Secara umum ada tiga macam tugas dan tanggung jawab manajer keuangan.
Pertama, keputusan investasi (investment decision}. Keputusan investasi akan menghasilkan
kebijakan investasi. Kebijakan investasi ini menyangkut bagaimana manajer keuangan
mengalokasikan dana ke dalam bentuk-bentuk investasi yang akan mendatangkan
keuntungan di masa yang akan datang. Hasil dari kebijakan investasi, secara sederhana
dapat dilihat pada sisi aktiva neraca perusahaan. Investasi diartikan sebagai penanaman
modal perusahaan, pada aktiva riil ataupun aktiva finansial. Aktiva riil merupakan aktiva yang
bersifat fisik atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah
dan bangunan. Sedangkan aktiva finansial merupakan aktiva berupa surat-surat berharga
seperti saham dan obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam
operasinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva
tersebut sangat menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Pengambilan
keputusan yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian
tujuan perusahaan. Keputusan investasi juga merupakan keputusan terhadap aktiva apa
yang akan dikelola oleh perusahaan. Keputusan investasi merupakan keputusan sangat
penting, karena berpengaruh secara langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan
aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on
investment) merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari
suatu investasi. Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan beberapa
langkah. Pertama, Manajer keuangan perlu menetapkan berapa aset secara keseluruhan
(total assets) yang diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari aset yang diperlukan perlu
ditetapkan komposisi dari aset-aset tersebut yaitu berapa jumlah aktiva lancar (current
assets) dan berapa jumlah aktiva tetap (fixed assets). Aktiva lancar dirinci lagi menjadi
berapa jumlah kas, pihutang dan persediaan. Aktiva tetap dirinci lagi misalnya berapa jumlah
alat kantor, kendaraan, mesin, gedung dan tanah. Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan aset
secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau
diganti dengan aset yang baru. Pengurangan aset (aktiva) yang sudah tidak ekonomis
tersebut dan diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat mengurangi beban biaya yang
dikeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan menghemat biaya operasi.
Komponen-komponen aktiva dapat dilihat pada sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan
keuangan perusahaan yang berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari
atas secara unit dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat berharga (efek),
pihutang dan persediaan. Sedangkan aktiva tetap disusun di bawah aktiva lancar secara unit
mulai dari aktiva tetap yang berujud berupa tanah, bangunan, peralatan dan aktiva tetap lain,
kemudian disusul dengan aktiva tetap tidak berujud berupa goodwill, hak paten dan aktiva
tidak berujud lainnya.
Kedua, keputusan pembelanjaan kegiatan usaha (financing decision). Keputusan pembelanjaan
kegiatan usaha ini akan menghasilkan kebijakan sumber pembelanjaan. Dalam hal ini
seorang manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi
sumber-sumber pembelanjaan yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai
kebutuhan-kebutuhan investasi serta kegiatan usahanya. Hasil kebijakan sumber pembelanjaan, secara sederhana dapat dilihat pada sisi pasiva neraca perusahaan.
Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur Neraca yang berada di sisi
aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada
di sisi pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan
mengenai penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber
dana yang akan digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang
jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang
perimbangan pembelanjaan yang terbaik atau sering disebut struktur modal yang optimum.
Struktur modal optimum merupakan perimbangan hutang jangka panjang dan modal
sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal. Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah
perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang berasal dari hutang dengan
menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan menerbitkan saham baru
sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal. Kekeliriuan dalam
pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung tidak
minimal. Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya
bunga untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari
saham atau modal sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena
sifatnya akan tetap selama umur hutang (obligasi). Sedangkan penentuan tentang dividen
yang dibayarkan kepada pemegang saham memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu
ditambahkan bahwa kebijakan dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian
terpadu dari keputusan pendanaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau
rasio antara dividen yang dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah
laba yang dapat ditahan (retained earning). Semakin besar laba ditahan berarti semakin
kecil dana yang tersedia untuk pembayaran dividen. Sebaliknya, semakin kecil laba yang
ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk pembayaran dividen.
Ketiga atau terakhir, keputusan manajemen aktiva (assets management decision). Jika aktiva
telah diperoleh dan pembelanjaan yang tepat telah tersedia, maka aktiva-aktiva yang ada
tetap memerlukan pengelolaan yang efisien. Apabila aset telah diperoleh dengan
pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan pengelolaan secara efisien.
Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan bertanggung jawab
terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian dana yang
digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer
keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan
pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap. Manajer keuangan yang konservatif akan
mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka waktu aset yang didanai. Misalnya, aktiva
lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka waktunya lebih panjang dari usia aktiva
lancar dan sebagian hutang jangka panjang. Aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti
tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau laba ditahan,
sedangkan aset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat
dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang
digunakan untuk membiayai aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu
pengembaliannya lebih panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk
mengurangi risiko kegagalan dalam pengembalian hutang perusahaan.
Aktivitas Khusus Manajer Keuangan
Idealnya, setiap keputusan yang dibuat oleh manajer keuangan harus ber-dampak pada
peningkatan kekayaan bagi para pemegang saham biasa. Untuk mencapai ke arah tersebut, ada
lima aktivitas khusus yang harus dijalankan oleh manajer keuangan, sebagai penjabaran dari
ketiga fungsi di atas.
Pertama, peramalan dan perencanaan (forecasting and planning). Manajer keuangan harus
berinteraksi dengan eksekutif lain seperti mereka melihat di depan dan membuat
perencanaan yang akan membentuk masa depan perusahaan.
Kedua, keputusan-keputusan investasi dan pembelanjaan utama (major investment and financing
decisions). Perusahaan yang sukses biasanya mempunyai pertumbuhan yang cepat dalam
penjualannya. Pertumbuhan pen-jualan yang cepat ini jelas mensyaratkan investasi dalam
pabrik, peralatan, dan persediaan. Manajer keuangan harus membantu menentukan tingkat
pertumbuhan penjualan yang optimal, dan ia harus membuat keputusan ten-tang aset
spesifik apa yang akan dibeli dan bagaimana membelanjai aset-aset ini.
Ketiga, koordinasi dan pengendalian (coordination and control). Manajer keuangan harus
berinteraksi dengan eksekutif-eksekutif lain untuk menjamin bahwa perusahaan
beroperasi secara efisien. Semua keputusan bisnis mempunyai implikasi keuangan, dan
semua manajer yang ada berkepentingan terhadap perhitungan ini. Misalnya, keputusan
pemasaran yang berkaitan dengan pertumbuhan penjualan, jelas akan berpengaruh
terhadap kebutuhan investasi.
Keempat, persetujuan dengan pasar-pasar keuangan (dealing with the financial markets).
Manajer keuangan harus bernegosiasi dengan pasar-pasar uang dan modal. Setiap
perusahaan dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pasar-pasar keuangan umum,
yang menerbitkan dana dan memperdagangkan sekuritas. Dalam pasar keuangan ini para
investor menanamkan atau mengambil uang.
Kelima atau terakhir, manajemen risiko (risk management). Semua bisnis berha-dapan dengan
risiko, yang meliputi bencana alam seperti kebakaran dan kebanjiran, ketidakpastian dalam
harga komoditas dan sekuritas, gejolak tingkat bunga, dan kurs valuta asing yang
bergejolak. Risiko-risiko ini dapat dikurangi dengan pembelian asuransi atau dengan lindung
nilai (hedging) dalam pasar derivatif. Manajer keuangan biasanya bertanggungjawab
terhadap semua program manajemen risiko, yang meliputi pengidentifikasian risiko yang
akan di-hedging, dan kemudian meng-hedging-nya dengan cara yang paling efisien.
6. Kedudukan Manajemen Keuangan
Kedudukan suatu departemen atau bagian dalam suatu struktur organisasi perusahaan :
bergantung pada bentuk perusahaan yang dianut. Secara umum ada tiga macam : perusahaan
swasta, yaitu Perusahaan Perseorangan, Persekutuan, dan Korporasi. Perbedaan dalam bentuk
perusahaan ini membawa konsekuensi pada perbedaan kepemilikan, tanggung jawab, dan
pengambilan keputusan dalam perusahaan. Ada perusahaan yang hanya dimiliki oleh satu orang,
dimiliki oleh beberapa orang, dan dimiliki oleh banyak orang.
Macam Bentuk Perusahaan
Bentuk perusahaan yang paling sederhana adalah Perusahaan Perseorangan (sole
proprietorship). Bentuk perusahaan ini adalah suatu bisnis yang dimiliki oleh satu orang dan
beroperasi untuk mendapatkan laba. Modal perusahaan perseorangan berasal dari sumberdaya
pribadi dan pinjaman dari pihak lain. Kebanyakan perusahaan perseorangan adalah bisnis kecil,
dengan tanggung jawab pemilik tidak terbatas, dalam arti jika kekayaan perusahaan tidak cukup
untuk memenuhi kewajibannya, maka kekayaan pribadi pemiliknya dapat digunakan untuk
memenuhi kewajiban tersebut. Mayoritas perusahaan perseorangan bergerak di bidang grosir,
eceran, jasa, dan industri konstruksi.
Bentuk perusahaan kedua adalah persekutuan (partnerships). Perusahaan persekutuan
adalah suatu bisnis yang dimiliki oleh dua orang atau lebih dan beroperasi untuk mendapatkan
laba. Di Indonesia, bentuk perusahaan ini ada dua macam, yaitu Persekutuan dengan Firma dan
Persekutuan Komanditer. Persekutuan dengan Firma (Fa) menurut Kitab Undang-Undang Hukum
Dagang (KUHD) diartikan sebagai tiap-tiap persekutuan perdata yang didirikan untuk menjalankan perusahaan dengan nama bersama. Nama Firma pada umumnya diambilkan dari nama satu
atau lebih dari nama-nama peserta persekutuan.
Persekutuan Komanditer merupakan bentuk persekutuan yang mempunyai satu atau
beberapa orang sekutu komanditer. Pada persekutuan Komanditer ini, satu atau beberapa sekutu
komanditer inilah yang menjalankan operasi perusahaan, sedangkan sekutu lain hanya terbatas
menyetorkan modal. Bidang usaha yang sering menggunakan bentuk ini adalah perusahaan
keuangan, asuransi, dan real estate. Untuk persekutuan akuntan publik dan broker saham,
biasanya mempunyai jumlah sekutu (partners] yang besar. Tanggung jawab pemilik pada
perusahaan persekutuan, baik untuk Firma maupun persekutuan Komanditer, bersifat tidak
terbatas.
Bentuk perusahaan yang terakhir adalah Korporasi. Korporasi adalah suatu entitas bisnis
yang tidak kasat mata (intangible) yang diciptakan oleh hukum (biasanya disebut entitas legal).
Bentuk korporasi di Indonesia sering dikenal dengan Perseroan Terbatas (PT). Perseroan terbatas
didefinisikan sebagai bentuk perusahaan yang salah satu modalnya terdiri atas saham-saham.
Sebagai suatu badan hukum, tanggung jawab pemilik (pemegang saham) terbatas pada besarnya
modal yang disetorkan. Dalam setiap periode tertentu pemegang saham memperoleh dividen.
Dengan tanggung jawab yang terbatas dari para pemiliknya dan semakin besarnya akses ke
pasar keuangan, maka bentuk perusahaan inilah yang dianggap ideal. Pada PT, kontrol seseorang
/ lembaga terhadap perusahaan didasarkan pada besarnya saham yang dimiliki. Melalui Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS) inilah kontrol terhadap PT dilakukan. Pada saat RUPS,
pemilihan terhadap dewan direktur dilakukan, termasuk direktur keuangan. Dalam pembahasan
kedudukan manajemen keuangan lebih difokuskan pada perusahaan yang berbentuk Korporasi.
Struktur Organisasi
Kedudukan manajemen keuangan dalam struktur organisasi suatu perusahaan sangat
penting. Dewasa ini tugas dan tanggung jawab manajemen keuangan tidak hanya mencari dana
dan mengelola kas seperti dulu, tetapi lebih dari itu ikut juga bertanggung jawab terhadap hampir
semua keputusan yang dibuat oleh organisasi perusahaan. Hal ini disebabkan karena hampir
semua keputusan yang dibuat perusahaan mempunyai konsekuensi dan bermuara pada bidang
keuangan.
Dalam struktur organisasi perusahaan, yang secara umum biasanya perusahaan
menggunakan bentuk organisasi fungsional, maka tugas, wewenang dan tanggung jawab dimulai
dari direktur utama. Direktur utama menjalankan perusahaan setelah menerima tugas, wewenang,
dan tanggung jawab dari dewan komisaris, yang mewakili para pemegang saham, dan memiliki
wewenang penuh atas kegiatan operasional perusahaan. Direktur utama dan dewan komisaris ini
diangkat dan diberhentikan pada saat Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Dalam menjalankan perusahaan, direktur utama membawahi para di-rektur/manajer
fungsional, seperti direktur produksi dan operasi, direktur pemasaran, direktur keuangan, dan
direktur personalia / sumber daya manusia. Masing-masing direktur tersebut menjalankan tugas
dan wewenang sesuai dengan departemen/bagiannya, serta bertanggung jawab penuh kepada
direktur utama. Salah satu jabatan direktur adalah direktur keuangan yang bertanggung jawab
atas perumusan kebijakan keuangan di perusahaan. Direktur keuangan juga bekerjasama dengan
para direktur lainnya dalam pengambilan keputusan di bidangnya masing-masing, yang juga
menyangkut aspek keuangan. Dalam menjalankan tugasnya, terutama yang berkaitan dengan
analisis keuangan, direktur keuangan dibantu oleh bendaharawan perusahaan (treasurer) dan
kontroller (controller).
Fungsi Bendaharawan dan Kontroller
Fungsi keuangan dalam organisasi perusahaan biasanya dipisahkan antara 2 (dua) jabatan,
yaitu bendaharawan (treasurer) dan kontroler (controller). Tanggung jawab bendaharawan dan
kontroler dapat dilihat dalam Tabel 1. Tanggung jawab bendaharawan lebih banyak berkaitan
dengan pengambilan keputusan (aspek managerial), sedangkan kontroler lebih banyak berkaitan
dengan penyediaan informasi. Dalam kenyataannya, posisi manajemen keuangan sering berbeda
antar perusahaan, tetapi secara umum kedudukan manajemen keuangan tersebut dalam satu
perusahaan dapat diperlihatkan dalam bentuk struktur organisasinya.
PELUANG KARIER PROFESI KEUANGAN
Seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang keuangan, akhir-akhir ini sangat
dibutuhkan oleh dunia usaha, baik dalam skala nasional Indonesia maupun global. Dunia usaha
Indonesia, baik di sektor riel maupun sektor keuangan, sangat membutuhkan keahlian di bidang
keuangan, apalagi sejak terjadinya krisis moneter pada pertengahan Juli 1997. Mayoritas
penyebab terjadinya kesulitan atau bahkan kebangkrutan perusahaan disebabkan karena
pengelolaan keuangan yang kurang baik. Misalnya, pinjaman dalam mata uang asing dalam
bentuk offshore loan yang berlebihan, yang terutama digunakan pada sektor ekonomi non
produktif, disinyalir menjadi penyebab utama krisis moneter. Dengan fenomena penyebab
terjadinya kebangkrutan pada banyak perusahaan di Indonesia, berarti pengetahuan dan keahlian
di bidang keuangan menjadi semakin penting.
Dalam konteks ini, yaitu Peluang Karier Profesi Keuangan ada tiga macam kelompok
peluang karier yang dapat ditekuni oleh orang yang mempunyai keahlian di bidang keuangan,
yaitu karier dalam manajemen keuangan, karier dalam investasi, dan karier dalam pasar-pasar
dan intermediasi keuangan. Pada setiap kelompok peluang karier tersebut, dapat dibagi lagi
secara terperinci menjadi tiga tingkatan posisi, yaitu posisi-posisi level permulaan, posisi-posisi
lebih senior, dan posisi-posisi sangat senior.
Karier dalam Manajemen Keuangan
Di antara tiga kelompok peluang karier di bidang keuangan, manajemen keuanganlah yang
menawarkan jumlah terbesar dalam peluang karier tersebut. Karier di bidang manajemen
keuangan ini sangat penting, tidak hanya pada organisasi bisnis saja, tetapi juga pada organisasi
non profit dan pemerintah. Dengan semakin banyaknya perusahaan yang go public, dan yang
beroperasi secara global, maka manajemen keuangan perusahaan di-tuntut menguasai
perkembangan lingkungan keuangan ini, yaitu dengan menguasai tentang penilaian sekuritas, dan
pencarian sumber-sumber dana alternatif. Begitu juga dengan adanya pemberlakuan UndangUndang Otonomi Daerah (Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999) di Indonesia, setiap
Pemerintah Daerah jelas akan membutuhkan tenaga ahli keuangan.
Pada posisi-posisi level permulaan (entry-level positions), karier dalam manajemen
keuangan ada tiga macam.
Pertama, analis keuangan (financial analisf). Analis keuangan membantu dalam proses
pembuatan keputusan perusahaan. Mereka mengumpulkan dan memproses informasi
keuangan dan menyiapkan analisis keuangan. Pekerjaan ini meliputi studi-studi penganggaran modal, analisis alternatif-alternatif pembelanjaan jangka panjang, studi kebijakan
struktur modal, studi-studi kebijakan dividen, dan analisis merger.
Kedua, analis kredit (credit analyst). Dalam penambahan untuk generalis, ada analis keuangan
lain yang lebih terspesialisasi. Tipe ini adalah analis kredit. Mereka menilai kekuatan kredit
para pelanggan perusahaan yang mengajukan kredit. Analisis ini sangat berguna bagi
perusahaan apabila akan memutuskan untuk memberikan dana kredit. Terakhir, manajer
kas (cash manager}. Para manajer mengelola investasi kas perusahaannya. Ini meliputi
pengembalian atas sekuritas jangka pendek, pembelian sekuritas jangka pendek, dan
memonitor investasi ini untuk meyakinkan bahwa investasinya sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan.
Pada posisi-posisi yang lebih senior (more senior positions), karier dalam manajemen
keuangan meliputi lima bidang. Pertama, asisten bendahara-wan (assistant treasurer].
Suatu perusahaan besar biasanya mempunyai lebih dari satu asisten bendaharawan.
Mereka secara khusus membagi tanggung jawab pembantuan bendaharawan. Kedua,
manager analisis keuangan perusahaan (manager of corporate financial analysis). Banyak
perusahaan mene-mukan bahwa analisis keuangan berkualitas tinggi yang terjamin adalah
sangat penting. Untuk itu mereka memberikan tanggung jawab kepada se-orang individu
untuk mengurusnya.
Ketiga, manajer risiko perusahaan (corporate risk manager). Kebanyakan perusahaan
menugaskan para manager untuk bertanggung jawab dalam mengelola risiko tingkat
bunga, risiko kurs, dan risiko komoditas yang dihadapi. Mereka bertanggung jawab untuk
mengkuantifikasi risiko-risiko ini, dan mendesain dan mengimplementasikan strategi dalam
pengelolaannya. Keempat, manager dana pensiun (pensiun fund manager). Individu ini
mengelola investasi dana pensiun perusahaan atau memilih dan memonitor kinerja para
manager investasi dari luar. Terakhir, direktur pelaporan keuangan (director of financial
reporting). Perusahaan milik publik harus penyediakan persyaratan pelaporan keuangan
yang diwajibkan oleh hukum pasar modal. Direktur pelaporan keuangan menjamin
ketersediaannya dengan standar ini.
Pada posisi-posisi yang sangat senior (very senior positions}, karier dalam manajemen keuangan
meliputi empat macam bidang.
Pertama, petugas keuangan kepala (chief financial officer / CFO). CFO merupakan penanggung
jawab terakhir untuk semua aspek keuangan dari operasi-operasi perusahaan, yang
meliputi keputusan sehari-hari dan jangka panjang. CFO adalah salah satu dari banyak
eksekutif senior dalam perusahaan. Biasanya, CFO dipersiapkan dan dapat menjadi
petugas eksekutif kepala (chief executive officer / CEO).
Kedua, bendaharawan (treasurer). Bendaharawan biasanya bertanggung jawab terhadap
manajemen keuangan sehari-hari perusahaan. Bendaharawan berkepentingan dengan
arus dana masuk dan keluar perusahaan. Bendaharawan bekerja dengan sangat teliti
dengan, dan melapor kepada CFO. Ketiga, kontroler (controller). Kontroler biasanya
bertanggung jawab terhadap auditing, akuntansi manajemen, dan fungsi pelaporan
keuangan. Dalam kebanyakan perusahaan, fungsi bendaharawan dan kontroler saling
melengkapi satu sama lain. Seperti bendaharawan, kontroler bekerja sangat teliti dengan,
dan melapor kepada CFO.
Ketiga, atau terakhir, wakil presiden pengembangan perusahaan (vice president of corporate
development). Posisi ini tidak mempunyai konsistensi nama. Bebe-rapa
perusahaan
menyebutnya wakil presiden perencanaan perusahaan (corporateplanning}. Tugas
wakil presiden ini meliputi perencanaan keuangan jangka panjang, strategi perusahaan,
dan merger dan akuisisi.
Karier dalam Investasi
Sejak diaktifkannya Pasar Modal Indonesia, perkembangan perusahaan investasi semakin
cepat. Begitu juga dengan mulai berkembangnya pasar keuangan derivatif, seperti pasar opsi dan
kontrak berjangka. Perkembangan ini jelas akan banyak membutuhkan tenaga ahli yang
menguasai transaksi dan analisis sekuritas. Tiga fungsi utama dalam investasi meliputi: (1)
penjualan, (2) analisis sekuritas individual, dan (3) penentuan bauran yang optimal dari sekuritas
untuk investor tertentu.
Pada posisi-posisi level permulaan (entry level positions], peluang karier dalam investasi
meliputi dua bidang.
Pertama, analis sekuritas (securities analyst). Perusahaan-perusahaan pialang, bank-bank,
reksadana-reksadana, perusahaan-perusahaan asuransi, dan lembaga-lembaga
keuangan lainnya mempekerjakan para analis untuk mengevaluasi sekuritas investasi
yang potensial untuk uang yang mereka kelola.
Kedua, perencana keuangan pribadi (personal financial planner). Para perencana keuangan
pribadi membantu keluarga-keluarga membuat keputusan keuangan. Ini selalu meliputi
bantuan dalam pengelolaan investasi mereka.
Pada posisi-posisi yang lebih senior, peluang karier dalam investasi meliputi dua bidang.
Pertama, manajer dana pensiun (pension fund manager). Para manajer dana pensiun mengelola
uang untuk kepentingan dana-dana pensiun. Proporsi aset-aset keuangan yang dipegang
dana-dana pensiun publik dan swasta meningkat secara dramatis selama 25 tahun
terakhir. Dengan fenomena ini peluang karier dalam investasi semakin terbuka.
Kedua, manajer portofolio (portfolio manager). Bank-bank komersial, perusahaan-perusahaan
pialang, para manager investasi, dan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang mengelola
dana mempekerjakan para manajer portofolio investasi.
Pada posisi-posisi yang sangat senior (very senior positions), peluang karier dalam area investasi
dalam lembaga-lembaga keuangan adalah eksekutif senior yang bertanggung jawab terhadap
semua operasi-operasi se-hari-hari, dan strategi-strategi jangka panjang perusahaan. Dengan
demikian, posisi ini bertanggung jawab penuh atas semua keputusan investasi, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
Karier dalam Pasar dan Intermediasi Keuangan
Perkembangan pasar dan intermediasi keuangan sejak memasuki tahun 1990-an
sedemikian cepat. Dengan fenomena ini jelas akan berimplikasi pada semakin besarnya
permintaan akan tenaga ahli di bidang ini. Pada posisi-posisi level permulaan (entry-level
positions), peluang karier dalam pasar dan intermediasi keuangan meliputi tujuh bidang.
Pertama, asosiasi keuangan perusahaan (corporate finance associate). Asosiasi keuangan
perusahaan juga disebut sebagai para bankir investasi level permulaan (entry-level
investment bankers). Para bankir investasi membantu perusahaan dalam melakukan
transaksi penerbitan sekuritas, merger dengan perusahaan lain, mengelola kewajibankewajiban yang beredar (outstanding liabilities), dan pengaturan aset-aset yang tidak
dikehendaki.
Kedua, pegawai bagian kredit (lending officer). Pegawai bagian kredit bekerja pada bank-bank
dan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang meminjamkan uang. Mereka membantu
dalam mendesain dan merundingkan persetujuan pinjaman dan memonitor kinerja
peminjam pada saat pinjaman beredar.
Ketiga, analis pemeringkatan utang (debt-rating analysf). Agen-agen pemeringkat utang
mempekerjakan sekelompok analis kredit yang berpartisipasi dalam proses
pemeringkatan utang. Biasanya analis ini menspesialiasasikan diri dalam suatu industri
atau jenis tertentu dari sekuritas, sehingga posisi ini menawarkan peluang yang baik
untuk mempelajari tentang industri tertentu sesuai dengan keahlian kreditnya.
Keempat, pedagang sekuritas (securities trader]. Perusahaan pialang, bank-bank, perusahaanperusahaan manajemen uang, dan beberapa tipe lembaga keuangan lain
mempekerjakan individu-individu yang secara aktif memperdagangkan sekuritas.
Mereka memainkan peranan penting dalam membantu fungsi pasar-pasar modal.
Kelima, pialang saham (stockbroker]. Para pialang saham membantu para investor membuat
investasi-investasi. Mereka biasanya membuat rekomendasi investasi seperti
menempatkan order untuk membeli sekuritas-sekuritas untuk kepentingan klien mereka.
Keenam, penjual pribadi asuransi jiwa (life insurance salespersons]. Para penjual pribadi
asuransi jiwa membantu klien-klien mereka menentukan harga asuransi jiwa yang tepat
dan produk-produk asuransi jiwa yang mana yang paling cocok untuk mereka.
Ketujuh atau Terakhir, pialang hipotek (mortgage broker}. Individu-individu ini membantu orang
dan perusahaan-perusahaan merencanakan pembelanjaan hipotek untuk aset-aset real
estate yang mereka beli.
Pada posisi-posisi lebih senior, peluang karier dalam pasar dan intermediasi keuangan
adalah manager cabang (branch manager). Para manager cabang bertanggung jawab terhadap
operasi sehari-hari kantor-kantor cabang perusahaan pialang atau kantor-kantor penjualan
asuransi. Ini biasanya orang-orang yang melebihi tiap posisi-posisi level permulaan dan
menghasilkan tanggung jawab managemen yang lebih besar.
Pada posisi-posisi yang sangat senior (very senior positions), peluang karier dalam pasar
dan intermediasi keuangan adalah eksekutif senior (senior executive) yang bertanggung jawab
terhadap semua operasi sehari-hari perusahaan. Tanggung jawab ini terutama berkaitan dengan
keputusan-keputusan dalam strategi-strategi jangka panjang perusahaan-perusahaan.
Prospek Profesi Keuangan
Dengan sejumlah peluang karier keuangan di atas, seseorang yang mempunyai keahlian di
bidang keuangan dapat memilih sesuai dengan peluang yang ada dan minat karier yang
diinginkannya. Berkaitan dengan peluang karier keuangan di Indonesia, secara umum sangat
prospektif. Hal ini didasarkan kondisi permintaan pasar terhadap profesional keuangan, terutama
pasar profesional pasar uang dan pasar modal di Indonesia yang tinggi. Sejak dikeluarkannya
deregulasi di sektor perbankan pada tahun 1988 dan boomingnya Pasar Modal Indonesia sejak
memasuki tahun 1990, maka permintaan terhadap profesional keuangan meningkat secara
signifikan, baik untuk bidang manajemen keuangan, investasi, maupun pasar dan intermediasi
keuangan.
Dalam kenyataannya, permintaan terhadap profesional keuangan yang sedemikian tinggi ini
ternyata tidak diimbangi dengan penawarannya. Akibat-nya, sesuai dengan hukum permintaan
dan penawaran, harga (gaji dan bentuk kompensasi lainnya) menjadi tinggi. Kondisi ini memang
sesuai dengan trend global. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Asiaweek, yang dipublikasikan pada tanggal 29 November 1996 lalu, ternyata profesi keuangan paling banyak
diminati oleh para kaum profesional di Asia Pasifik.
HUBUNGAN AKUNTANSI DENGAN MANAJEMEN KEUANGAN
Orang awam sering menyamakan akuntansi dengan manajemen keuangan. Pandangan ni
tentunya tidak benar, karena kedua bidang ini mempunyai fokus yang berbeda. \kuntansi dapat
didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, ian penyajian, dengan caracara tertentu dari transaksi keuangan yang. terjadi dalam perusahaan atau unit organisasi lain
serta mengadakan penafsiran terhadap hasilnya )ada periode tertentu,
Akuntansi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manajemen keuangan, tetapi
akuntansi tidak sama dengan manajemen keuangan. Akuntansi dan manajemen keuangan
mempunyai fokus yang berbeda. Perbedaan utama antara akuntansi dan manajemen keuangan,
terutama berkaitan dengan fungsinya dalam penanganan dana dan pembuatan keputusan.
Akuntansi lebih memfokuskan pada penyediaan informasi keuangan, sedangkan manajemen
keuangan lebih terkait dengan keputusan keuangan.
Fokus Akuntansi Keuangan dan Manajerial
Akuntansi keuangan mencatat sejarah keuangan suatu bisnis dan melibatkan pembuatan
laporan untuk digunakan oleh pihak luar, seperti para investor dan kreditor. Hubungan antara
akuntansi keuangan dengan manajemen keuangan dapat digambarkan dalam pengertian berikut.
Akuntansi keuangan menyediakan laporan keuangan, terutama neraca dan laporan laba-rugi. Dari
laporan keuangan ini akan digunakan oleh manajemen keuangan sebagai informasi yang akan
dianalisis untuk berbagai keperluan pengambilan keputusan keuangan, seperti untuk penilaian
tentang kesehatan modal kerja, kinerja (performance) perusahaan, dan sebagainya.
Dalam akuntansi, ada suatu bidang yang berkaitan dengan pengambilan keputusan, yaitu
akuntansi manajerial. Dalam bidang akuntansi manajerial yang merupakan ciri pengendalian dari
fungsi keuangan, menyediakan informasi keuangan untuk digunakan dalam pengambilan
keputusan tentang masa depan perusahaan. Akuntansi manajerial mencakup aktivitas untuk
mempersiapkan laporan yang akan digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan
internal, seperti pembuatan anggaran, penetapan biaya dan harga, penganggaran modal,
pengkajian kinerja, analisis titik impas (break-even po/nt/BEP), penetapan harga transfer, dan
analisis tingkat pendapatan. Informasi akuntansi manajerial penting bagi direktur / manajer
keuangan.
Fungsi Manajemen Keuangan dan Akuntansi
Hasil analisis manajemen keuangan digunakan tidak hanya bagi pengambilan keputusan
manajemen internal, tetapi juga bagi pihak lain, seperti investor, kreditor, serikat buruh,
pemerintah, masyarakat umum maupun pihak-pihak terkait lainnya (stakeholders). Dari penjelasan
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa akuntansi digunakan oleh para direktur/manajer keuangan
untuk pembuatan keputusan tentang penerimaan dan penggunaan dana supaya dapat memenuhi
tujuan perusahaan dan memperkirakan pendapatan di masa yang akan datang. Fungsi
manajemen keuangan menganalisis informasi akuntansi untuk memperbaiki keputusan yang dapat
mempengaruhi operasi perusahaan.
Bab 1 KONSEP DASAR MANAJEMEN KEUANGAN (Martono)
1.1. TUJUAN PERUSAHAAN
Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas. Ada pendapat yang
menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal atau laba
yang sebesar-besarnya. Pendapat lain mengemukakan bahwa tujuan perusahaan adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan pendapat yang lain lagi
menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya. Ketiga pendapat tersebut sebenarnya secara substansial tidak banyak
berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapainya berbeda antara tujuan yang satu dengan
lainnya.
Pendapat yang menyatakan bahwa tujuan perusahaan adalah mencapai laba sebesarbesarnya atau mencapai laba maksimal mengandung konsep bahwa perusahaan harus
melakukan kegiatannya secara efektif dan efisien. Efektif berkaitan dengan tujuan yang hendak
dicapai, sedangkan efisien berkenaan dengan biaya yang seminimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut. Konsep laba merupakan konsep yang menghubungkan antara pendapatan atau
penghasilan yang diperoleh oleh perusahaan di satu pihak, dan biaya yang harus ditanggung atau
dikeluarkan di pihak lain. Perusahaan berusaha semaksimal mungkin untuk memperoleh
pendapatan. Di sisi lain perusahaan menekan biaya sekecil mungkin sehingga konsep efisiensi
tercapai. Jika pendapatan diperoleh secara maksimal dan biaya yang dikeluarkan seminimal
mungkin, maka akan tercapai laba yang maksimal.
Pendapat kedua yang mengungkapkan bahwa tujuan perusahaan adalah untuk
memakmurkan pemilik perusahaan sangat erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Pemilik perusahaan adalah pihak yang menanamkan dananya di perusahaan
(disebut investor). Bagi perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT), maka pemilik
perusahaan adalah mereka yang memiliki saham PT tersebut. Jika perusahaan yang
mengeluarkan saham (emiten) telah go public, maka pemilik perusahaan adalah masyarakat luas
yang memiliki saham perusahaan yang bersangkutan. Tujuan memiliki saham suatu perusahaan
antara lain adalah ingin memperoleh dividen. Dividen akan dibagi oleh emiten apabila perusahaan
tersebut memperoleh laba. Laba (dalam hal ini adalah laba setelah pajak) tersebut sebagian
dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan sebagian lain ditahan di
perusahaan (disebut laba ditahan). Apabila laba yang diperoleh kecil, maka dividen yang akan
dibagikan juga kecil. Oleh karena itu agar para pemegang saham dapat menikmati dividen yang
besar, maka manajemen perusahaan juga akan berusaha untuk memperoleh laba yang sebesarbesarnya guna meningkatkan kemampuan membayar dividen. Dengan demikian, diperolehnya
laba yang maksimal diharapkan kemakmuran pemilik perusahaan akan maksimal.
Konsep tujuan perusahaan yang ketiga yakni memaksimalkan nilai perusahaan. Nilai
perusahaan dapat menunjukkan nilai aset yang dimiliki perusahaan seperti surat-surat berharga.
Saham merupakan salah satu surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan. Tinggi
rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi emiten. Salah satu faktor yang
mempengaruhi harga saham adalah kemampuan perusahaan membayar dividen. Nilai
perusahaan dapat dilihat dari besarnya kemampuan perusahaan membayar dividen. Besarnya
dividen ini akan mempengaruhi harga sahamnya. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga
saham cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi. Sebaliknya bila dividen yang
dibayarkan kecil maka harga saham perusahaan tersebut juga rendah, sehingga nilai perusahaan
rendah. Kemampuan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar
dividen juga besar. Oleh karena itu, dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai
perusahaan.
Pada buku ini penulis berpendapat bahwa tujuan perusahaan perlu dilihat secara
menyeluruh. Oleh karena itu, tujuan perusahaan sebenarnya ada 3 macam, yaitu:
1. Mencapai atau memperoleh laba maksimal untuk kemakmuran pemilik perusahaan.
2. Menjaga kelangsungan hidup perusahaan (going concern)
3. Mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.
Ketiga tujuan perusahaan saling berkaitan satu sama lainnya. Tujuan perusahaan untuk
memperoleh laba maksimal dimaksudkan agar perusahaan dapat hidup terus. Didirikannya
perusahaan tidak dibatasi untuk waktu tertentu, tetapi diharapkan hidup terus tanpa batas waktu.
Meskipun dikenal konsep corporate life cycle (siklus hidup perusahaan) di mana suatu saat
perusahaan akan mati, namun kematian itu tidak dikehendaki oleh perusahaan. Oleh karena itu,
kelangsungan hidup perusahaan akan terus dijaga dengan berusaha memperoleh laba sebesarbesarnya. Apabila perusahaan memperoleh laba yang tinggi dan kelangsungan hidup perusahaan
terjaga diharapkan akan berimbas pada kesejahteraan masyarakat luas di luar perusahaan dan
hal itu merupakan prestasi manajemen dalam mengelola perusahaannya. Prestasi yang diperoleh
manajemen khususnya jika dapat mensejahterakan masyarakat inilah sebagai tanggung jawab
sosial perusahaan yang bersangkutan. Prestasi manajemen juga akan meningkatkan prestasi
manajer. Oleh karena itu, meningkatnya laba perusahaan akan menjaga kelangsungan hidup
perusahaan dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat baik
masyarakat pemilik perusahaan maupun masyarakat pada umumnya.
1.2. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN
Untuk mencapai tujuan perusahaan yang dikehendaki, perusahaan harus menjalankan
fungsi-fungsinya dengan baik. Fungsi-fungsi perusahaan tersebut meliputi fungsi keuangan, fungsi
pemasaran, fungsi sumber daya manusia dan fungsi. operasional. Keempat fungsi tersebut
memiliki peran sendiri-sendiri dalam perusahaan dan pelaksanaannya saling berkaitan.
Manajemen Keuangan (Financial Management), atau dalam literatur lain disebut
pembelanjaan, adalah segala aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan bagaimana
memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset sesuai tujuan perusahaan secara
menyeluruh. Dengan kata lain manajemen keuangan merupakan manajemen mengenai
bagaimana memperoleh aset, mendanai aset dan mengelola aset untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dari definisi tersebut ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen keuangan yaitu:
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
3. Keputusan Pengelolaan Aset (Assets Management Decision)
1. Keputusan Investasi (Investment Decision)
Investasi diartikan sebagai penanaman modal perusahaan. Penanaman modal dapat
dilakukan pada aktiva riil ataupun aktiva fmansiil. Aktiva riil merupakan aktiva yang bersifat fisik
atau dapat dilihat jelas secara fisik, misalnya persediaan barang, gedung, tanah dan bangunan.
Sedangkan aktiva fmansiil merupakan aktiva berupa surat-surat berharga seperti saham dan
obligasi. Aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan akan digunakan dalam operasinya untuk
mencapai tujuan perusahaan. Kemampuan perusahaan mengelola aktiva tersebut sangat
menentukan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang diinginkan. Pengambilan keputusan
yang keliru dalam investasi aktiva tersebut berakibat terganggunya pencapaian tujuan
perusahaan.
Keputusan investasi merupakan keputusan terhadap aktiva apa yang akan dikelola oleh
perusahaan. Keputusan investasi ini merupakan keputusan yang paling penting di antara ketiga
bidang keputusan tersebut di atas. Hal ini karena keputusan investasi ini berpengaruh secara
langsung terhadap besarnya rentabilitas investasi dan aliran kas perusahaan untuk waktu-waktu
yang akan datang. Rentabilitas investasi (return on investment) merupakan kemampuan
perusahaan memperoleh laba yang dihasilkan dari suatu investasi.
Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan dilakukan dengan beberapa langkah.
Pertama, Manajer keuangan perlu menetapkan berapa aset secara keseluruhan (total assets)
yang diperlukan dalam perusahaan. Kedua, dari aset yang diperlukan perlu ditetapkan komposisi
dari aset-aset tersebut yaitu berapa jumlah aktiva lancar (current assets) dan berapa jumlah aktiva
tetap (fixed assets). Aktiva lancar dirinci lagi menjadi berapa jumlah kas, pihutang dan persediaan.
Aktiva tetap dirinci lagi misalnya berapa jumlah alat kantor, kendaraan, mesin, gedung dan tanah.
Ketiga, untuk mencapai pemanfaatan aset secara optimal maka aset-aset yang tidak ekonomis
lagi perlu dikurangi, dihilangkan atau diganti dengan aset yang baru. Pengurangan aset (aktiva)
yang sudah tidak ekonomis tersebut dan diganti dengan aset yang baru, sehingga dapat
mengurangi beban biaya yang dikeluarkan karena aktiva yang lebih baru biasanya akan
menghemat biaya operasi.
Di mana kita dapat melihat komponen (unsur) aktiva lancar dan aktiva tetap tersebut?.
Komponen-komponen aktiva dapat dilihat pada sisi aktiva (sebelah kiri) dari laporan keuangan
perusahaan yang berbentuk neraca (balance sheet). Aktiva lancar disusun dari atas secara unit
dari aktiva lancar yang paling likuid yaitu kas, surat berharga (efek), pihutang dan persediaan.
Sedangkan aktiva tetap disusun di bawah aktiva lancar secara unit mulai dari aktiva tetap yang
berujud berupa tanah, bangunan, peralatan dan aktiva tetap lain, kemudian disusul dengan aktiva
tetap tidak berujud berupa goodwill, hak paten dan aktiva tidak berujud lainnya. Analisis lebih rinci
tentang laporan neraca ini akan dikemukakan di buku ini pada bab analisis laporan keuangan.
2. Keputusan Pendanaan (Financing Decision)
Apabila keputusan investasi berkenaan dengan unsur-unsur Neraca yang berada di sisi
aktiva, maka keputusan pendanaan akan mempelajari sumber-sumber dana yang berada di sisi
pasiva. Keputusan pendanaan menyangkut beberapa hal. Pertama, keputusan mengenai
penetapan sumber dana yang diperlukan untuk membiayai investasi. Sumber dana yang akan
digunakan untuk membiayai investasi tersebut dapat berupa hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang dan modal sendiri. Kedua, penetapan tentang perimbangan pembelanjaan yang terbaik
atau sering disebut struktur modal yang optimum. Struktur modal optimum merupakan
perimbangan hutang jangka panjang dan modal sendiri dengan biaya modal rata-rata minimal.
Oleh karena itu, perlu ditetapkan apakah perusahaan menggunakan sumber modal ekstern yang
berasal dari hutang dengan menerbitkan obligasi, atau menggunakan modal sendiri dengan
menerbitkan saham baru sehingga beban biaya modal yang ditanggung perusahaan minimal.
Kekeliriuan dalam pengambilan keputusan pendanaan ini akan berakibat biaya yang ditanggung
tidak minimal.
Biaya modal yang muncul berkaitan dengan keputusan pendanaan adalah biaya bunga
untuk dana yang berasal dari hutang dan dividen bagi dana yang berasal dari saham atau modal
sendiri. Biaya modal berupa bunga lebih mudah ditetapkan karena sifatnya akan tetap selama
umur hutang (obligasi). Sedangkan penentuan tentang dividen yang dibayarkan kepada
pemegang saham memerlukan kebijakan (policy) tersendiri. Perlu ditambahkan bahwa kebijakan
dividen (dividend policy) harus dianggap sebagai bagian terpadu dari keputusan pendanaan
perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) atau rasio antara dividen yang
dibayarkan dibanding laba yang diperoleh, menentukan jumlah laba yang dapat ditahan (retained
earning). Semakin besar laba ditahan berarti semakin kecil dana yang tersedia untuk pembayaran
dividen. Sebaliknya, semakin kecil laba yang ditahan maka semakin besar laba yang dibagi untuk
pembayaran dividen.
3. Keputusan Pengelolaan Aktiva (Assets Management Decision)
Kita sering mendengar suatu ungkapan yang berbunyi "lebih mudah membangun daripada
memelihara". Ungkapan ini hampir berlaku bagi semua orang yang memiliki suatu aset (aktiva).
Apabila aset telah diperoleh dengan pendanaan yang tepat, maka aset-aset tersebut memerlukan
pengelolaan secara efisien. Manajer keuangan bersama manajer-manajer lain di perusahaan
bertanggung jawab terhadap berbagai tingkatan operasi dari aset-aset yang ada. Pengalokasian
dana yang digunakan untuk pengadaan dan pemanfaatan aset menjadi tanggung jawab manajer
keuangan. Tanggung jawab tersebut menuntut manajer keuangan lebih memperhatikan
pengelolaan aktiva lancar daripada aktiva tetap.
Manajer keuangan yang konservatif akan mengalokasikan dananya sesuai dengan jangka
waktu aset yang didanai. Misalnya, aktiva lancar akan didanai dari hutang lancar yang jangka
waktunya lebih panjang dari usia aktiva lancar dan sebagian hutang jangka panjang. Aktiva tetap
yang tidak disusutkan seperti tanah akan dibiayai dengan modal sendiri dan laba perusahaan atau
laba ditahan, sedangkan aset yang disusutkan seperti bangunan dan mesin serta peralatan dapat
dibiayai dengan hutang jangka panjang dan modal sendiri. Hutang jangka panjang yang
digunakan untuk membiayai aktiva yang disusutkan tersebut jangka waktu pengembaliannya lebih
panjang dari umur ekonomis aktiva yang dibiayai. Hal ini untuk mengurangi risiko kegagalan
dalam pengembalian hutang perusahaan.
1.3. SEJARAH PERKEMBANGAN MANAJEMEN KEUANGAN
Perkembangan manajemen keuangan dimulai sekitar awal abad 19. Sekitar tahun 1900-an
istilah manajemen keuangan mulai muncul sebagai suatu bidang ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu
lainnya. Pada awal munculnya, manajemen keuangan menekankan diri pada aspek-aspek hukum
yang biasanya muncul di perusahaan. Aspek hukum tersebut misalnya tentang masalah merger,
akuisisi, perluasan perusahaan, pembentukan perusahaan baru, tata-cara go publik dan penjualan
surat-surat berharga. Hal itu terutama telah terjadi di Amerika Serikat di mana pada saat itu
industrialisasi di sana sudah berkembang pesat. Perkembangan perusahaan yang pesat
mengakibatkan persoalan baru, yaitu bagaimana dan dari mana memperoleh kebutuhan dana
untuk membiayai operasi perusahaan. Persoalan pembelanjaan yaitu bagaimana memperoleh
dana dan bagaimana menggunakan dana tersebut menjadi sangat penting untuk dikelola secara
efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
Pada waktu itu perkembangan industri di Amerika sudah cukup baik dan maju.
Perkembangan ini memerlukan instrumen pengelolaan bisnis yang baik. Tetapi nampaknya
pengelolaan bisnis tersebut belum dilakukan dengan sempurna sehingga perkembangan
perusahaan bukan meningkatkan perekonomian negara, namun justru menyebabkan kelesuan
perekonomian. Perkembangan bisnis tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan daya beli
masyarakat. Di lain pihak, regulasi yang mengatur aktivitas perusahaan juga terlambat diterapkan.
Kelesuan perekonomian (resesi) ini terjadi sekitar tahun 1929 sampai tahun 1933. Pada masa
resesi ini negara mengalami kesulitan cukup serius yang mengakibatkan kegagalan bisnis di
berbagai sektor.
Pada keadaan resesi tersebut, peranan manajemen keuangan memfokuskan analisisnya
pada masalah-masalah kebangkrutan dan reorganisasi. Likuiditas perusahaan dan peraturanperaturan tentang surat-surat berharga yang ditawarkan di pasar modal menjadi prioritas
pengelolaan keuangan. Pada masa inilah manajemen keuangan telah bergeser perannya dari
masalah pencarian dana untuk pembiayaan dalam melakukan merger, konsolidasi dan pendirian
perusahaan baru ke masalah struktur modal yang menganalisis perimbangan antara hutang
jangka panjang dengan modal sendiri. Hal ini berarti manajemen keuangan tidak hanya
bagaimana memperoleh dana, tetapi lebih jauh dari iru yaitu bagaimana komposisi dana harus
diperoleh agar mendapatkan modal dengan biaya yang minimal (tercapai struktur modal yang
optimum).
Mulai tahun 1940-an sampai awal tahun 1950-an manajemen keuangan mulai dipelajari oleh
masyarakat secara lebih luas. Manajemen keuangan tidak hanya mengatur masalah bagaimana
memperoleh dana dan struktur modalnya, namun telah mempelajari bagaimana menggunakan
dana secara efektif dan efisien. Pada saat itu analisis manajemen keuangan dimaksudkan untuk
menghitung secara rinci keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat dianalisis besaraya laba
yang diperoleh dan besarnya nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham-sahamnya.
Pada tahun 1960 sampai tahun 1970 ilmu manajemen keuangan mengalami suatu
pembaharuan pada sisi hutang (liability) dan modal sendiri yang berada di sisi kanan laporan
neraca. Di sini manajemen keuangan memfokuskan pada penetapan kebijakan dan pengambilan
keputusan yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ada 2 pusat perhatian yang diutamakan.
Pertama, kombinasi optimal dari surat-surat berharga. Kedua, cara-cara bagaimana investor
secara individu mengambil keputusan-keputusan investasi, teori portofolio, dan implikasinya
terhadap keuangan perusahaan.
Penilaian terhadap suatu perusahaan ditentukan oleh dua faktor. Pertama, besarnya tingkat
laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Kedua, tingkat risiko yang dihadapi di masa
yang akan datang. Kedua faktor tersebut nantinya dapat dipengaruhi oleh komposisi produk
perusahaan, luas perusahaan, tingkat pertumbuhan, tipe aktiva yang digunakan, posisi likuiditas
perusahaan dan rasio hutang yang digunakan sebagai sumber pembiayaan perusahaan.
Pada awal tahun 1966, perekonomian dunia dilanda inflasi, sehingga pasar keuangan
melakukan kebijakan yang sangat ketat dan tingkat biaya memperoleh dana yang tinggi. Dalam
menghadapi kondisi seperti ini ilmu manajemen keuangan memiliki 4 bidang tugas pokok.
Pertama, pengendalian arus kas dan arus fisik barang. Kedua, mencoba menghubungkan antara
keputusan keuangan dengan fungsi-fungsi manajemen lainnya. Ketiga, dikaitkannya perencanaan
dan pengendalian keuangan dan faktor-faktor perubahan lingkungan eksternal. Keempat,
manajemen keuangan tidak hanya bertanggung jawab terhadap pengelolaan arus kas, tetapi juga
mengontrol pusat-pusat laba yang ada dari seluruh operasi perusahaan. Para eksekutif keuangan
harus dapat mengevaluasi aspek dari operasi perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan
yaitu memaksimalkan nilai perusahaan.
Mulai tahun 1970-an sampai awal bad 21 ini, ilmu manajemen keuangan telah berkembang
dengan pesat. Perkembangan ini sebenarnya telah dimulai tahun 1950-an, namun baru nampak
nyata tahun 1970-an. Sekitar tahun 1950 seorang ahli ekonomi bemama Joel Dean dalani
bukunya Capital Budgeting mengubah fokus manajemen keuangan perusahaan dari bidang
operasional seperti manajemen modal kerja, manajemen sumber dana dan anggaran belanja ke
arah konsep teori biaya modal, kebijaksanaan struktur modal, kebijakan investasi dan penilaian
perusahaan. Konsepsi teori ini terus dikembangkan dan menjadi fokus literatur pada dekade tahun
1960-an.
Pada tahun 1950-an, ahli keuangan yakni Harry Markowitz merumuskan teori portofolio
investasi. Teori ini kemudian dikembangkan oleh Lintner dan Treynor pada tahun 1960-an dengan
teori keseimbangan portofolio melalui Capital Assets Pricing Model (CAPM). Konsep-konsep
keseimbangan lain seperti Capital Market Line (CML), Security Market Line (SML) dan Arbitrage
Pricing Theory (APT) juga berkembang pesat.
Pekembangan ilmu manajemen keuangan terus berlanjut dengan munculnya inovasi baru
dalam pembiayaan seperti leasing dan pertumbuhan perusahaan secara eksternal melalui
konglomerasi, merger dan akuisisi. Secara keseluruhan, ilmu manajemen keuangan telah muncul
dari suatu studi yang bersifat deskriptif tentang pendekatan pengelolaan operasional perusahaan
ke arah konsepsi teoritis perusahaan dalam lingkungan yang dinamis dan dalam kondisi yang
penuh ketidakpastian. Ilmu manajemen keuangan terus berkembang menjadi suatu ilmu yang
tidak dapat dilepaskan dari bagian suatu proses pengambilan keputusan oleh hampir semua
perusahaan.
1.4. PERKEMBANGAN TEORI KEUANGAN
Seperti teori-teori lainnya, teori keuangan juga mengalami perkembangan. Perkembangan
teori keuangan sejak dikenal tahun 1900 sampai abad dua puluh satu ini tidak begitu pesat.
Perkembangan tersebut umumnya merupakan penyempurnaan dan pendalaman serta perluasan
analisis dari teori yang ada. Perkembangan teori keuangan tersebut adalah:
1. Teori Pasar Modal Efisien (Efficient Capital Market Theory)
Asumsi penting dalam teori keuangan adalah asumsi pasar modal yang efisien. Efisiensi
pasar modal ini bukan efisien dalam arti administrasi keuangannya, tetapi efisien yang dimaksud
adalah efisien secara informasional. Artinya bahwa harga-harga sekuritas yang ada di pasar modal
mencerminkan informasi relevan yang mempengaruhi harga sekuritas tersebut. Efisiensi pasar
modal ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Tidak ada biaya transaksi baik transaksi pembelian maupun penjualan.
b. Tidak ada pajak
c. Pasar bersifat persaingan sempurna, artinya banyak pembeli dan penjual.
d. Pembeli maupun penjual bertindak sebagai price maker (penentu harga)
e. Baik individu maupun perusahaan memiliki akses yang sama ke pasar modal.
f. Informasi yang berhubungan dengan pasar modal tersedia untuk semua pelaku pasar dan
mereka memiliki harapan yang sama.
g. Tidak ada biaya yang berkaitan dengan financial distress.
Asumsi tersebut di atas mengacu suatu hipotesis yaitu hipotesis pasar efisien (efficient market
hypothesis, EMH). Telah dikemukakan bahwa pengertian efisien di sini adalah efisien secara
informasional (informational efficiency) bukan efisien secara operasional (operational efficiency).
Untuk mencapai kondisi yang efisien secara informasional ini ada 4 syarat yang diperlukan, yaitu:
a. Informasi harus dapat diperoleh tanpa biaya dan tersedia bagi semua pelaku pasar modal
pada saat yang sama. Artinya, informasi yang ada kaitannya dengan pasar modal harus dapat
diterima oleh semua pelaku pasar modal secara merata pada waktu yang sama. Tidak ada
investor yang menerima informasi tersebut lebih cepat atau lebih lambat dari investor lainnya.
b. Pelaku pasar modal secara individu tidak dapat dan tidak mampu mempengaruhi harga saham.
c. Semua pelaku pasar modal bertindak secara rasional. Artinya para pelaku pasar modal tersebut
bertujuan untuk memaksimumkan nilai harapan yang ingin dicapai, misalnya ingin
memaksimumkan return yang diharapkan.
d. Tidak ada biaya transaksi, pajak, dan hambatan-hambatan transaksi lainnya.
Efisiensi pasar modal dapat dibagi menjadi 3 bentuk efisiensi, yaitu:
a. Efisisensi bentuk lemah (weak-form efficiency). Efisiensi bentuk lemah menunjukkan bahwa
harga saham di masa datang tidak dapat diprediksi hanya menggunakan data harga saham
yang lalu. Pergerakan harga saham bersifat random (acak), sehingga tidak dapat diprediksi
hanya menggunakan data harga historis. Apabila harga saham yang akan datang dapat
diprediksi hanya menggunakan data harga saham masa lalu, maka pasar modal tersebut belum
efisien dalam bentuk lemah.
b. Efisisensi bentuk setengah kuat (semi strong-form efficiency). Efisiensi benruk setengah kuat
menunjukkan bahwa harga saham yang terjadi merefleksikan atas informasi yang
dipublikasikan.
c. Efisiensi benruk kuat (strong-form efficiency). Efisiensi benruk kuat menunjukkan bahwa harga
saham yang terjadi merefleksikan informasi yang dipublikasikan maupun informasi yang tidak
dipublikasikan.
2. Teori Struktur Modal (Capital Structure Theory)
Struktur modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal
sendiri. Teori mengenai Struktur modal pertama kali dikenalkan oleh Franco Modigliani dan Merton
Miller (biasa disingkat: MM) tahun 1958. Modigliani dan Miller mempublikasikan teori struktur
modal ini dalam hubungannya dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba di masa
yang akan datang (future earning). Mereka mengemukakan bahwa kemampuan perusahaan
dalam menghasilkan laba di masa datang tidak dipengaruhi oleh besarnya struktur modal (dengan
asumsi tidak ada pajak). Jika teori ini benar maka manajer keuangan tidak perlu memikirkan
perencanaan besarnya struktur modal karena tidak berpengaruh terhadap kemampuan
perusahaan memperoleh laba. Kemampuan memperoleh laba ini nantinya akan mempengaruhi
besarnya dividen yang akan dibagikan kepada pemegang saham. Jika kemampuan laba tinggi
maka harga saham akan naik. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan pula bahwa besarnya
struktur modal tidak relevan mempengaruhi tinggi rendahnya harga saharn. Teori struktur modal ini
terus berkembang berkenaan dengan usaha perusahaan untuk menghasilkan laba yang diperoleh
dari penggunaan modal. Pada tahun 1963, Modigliani-Miller mempublikasikan teorinya yang kedua
tentang struktur modal dengan memperhatikan pajak. Adanya pajak maka nilai perusahaan yang
tercermin pada harga saham dipengaruhi oleh struktur modal, Semakin besar (banyak) hutang
yang digunakan maka semakin tinggi nilai perusahaan yang berarti semakin tinggi harga
sahamnya. Alasannya adalah bunga hutang yang dibayarkan dapat mengurangi pajak yang
dibayar oleh perusahaan. Penghematan pajak ini merupakan keuntungan pemegang saham,
sehingga nilai perusahaan meningkat yang tercermin pada meningkatnya harga saham.
3. Teori Dividen (Dividend Theory)
Telah dijelaskan di muka, bahwa menurut Modigliani-Miller dengan asumsi pasar modal
efisien dan tidak ada pajak, kebijakan dividen tidak relevan dengan konsep nilai perusahaan
(harga saham). Hal ini disebabkan setiap rupiah yang dibayarkan perusahaan sebagai dividen
mengharuskan perusahaan mengeluarkan saham baru. Sebagai akibat emisi saham baru itu maka
nilai sekarang dari penerimaan pemegang saham lama menjadi semakin kecil. Ini artinya
pembagian dividen tidak mempengaruhi kemakmurannya. Dengan kata lain, bagi pemegang
saham akan sama saja apakah menerima pembayaran dividen sekarang atau capital gain di masa
datang. Dengan asumsi pasar modal yang efisien maka nilai perusahaan hanya dipengaruhi oleh
keputusan penganggaran modal (Capital Budgeting Decision). Keputusan pengganggaran modal
tersebut nantinya akan menentukan aliran kas dan tingkat risiko di masa datang. Risiko
merupakan penentu aliran kas di masa datang karena keadaan yang akan datang penuh
ketidakpastian. Hasil yang telah direncanakan kemungkinan tidak tercapai. Kemungkinan
menyimpangnya hasil dari rencana yang telah ditetapkan inilah sebagai risiko yang harus
diperkirakan sebelumnya.
4. Teori Diskonto Aliran Kas (Cashflow Discounted Theory)
Teori ini mendasarkan diri pada konsep nilai waktu dari uang (time value of money) Aliran
kas yang akan diterima pada masa depan dapat dinilai sekarang menggunakan fakto diskonto.
Faktor diskonto ini misalnya berupa bunga. Proses penilaian aliran kas di mas; depan tersebut
dinamakan pendiskontoan aliran kas (cashflow discounted). Pendiskontoai kas ini dimaksudkan
untuk menilai aliran kas di masa depan yang dinilai sekarang (presen value). Proses
pendiskontoan aliran kas ini dibagi menjadi 4 tahap yaitu:
a. Perkiraan (estimasi) aliran kas di masa yang akan datang
b. Penilaian risiko aliran kas di masa yang akan datang
c. Menganalisis penilaian risiko dihubungkan dengan aliran kas
d. Penentuan nilai sekarang dari aliran kas (present value of cashflow)
Pendiskontoan aliran kas ini penting untuk menetapkan suatu tingkat diskonto atau bunga yang
akan digunakan untuk menilai aliran kas yang akan datang jika dinilai saat ini. Tingkat diskonto
yang akan digunakan tersebut harus mencerminkan tingkat risiko aliran kas, tingkat keuntungan
ekonomi (return) dari investasi yang dilaksanakan dan periode waktu aliran kas (jangka waktu
suatu investasi).
5. Teori Agen (Agent Theory)
Tujuan perusahaan memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham yang dapat
diterjemahkan sebagai memaksimumkan harga saham. Dalam kenyataannya tidak jarang manajer
perusahaan memiliki tujuan lain yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut.
Karena manajer diangkat oleh pemegang saham maka idealnya mereka bertindak yang terbaik
untuk kepentingan pemegang saham. Namun dalam praktek sering terjadi konflik antara kedua
pihak tersebut yang dinamakan agency problem. Agency problem ini dapat muncul antara manajer
dan pemegang saham atau antara kreditur dan pemegang saham. Dalam perusahaan besar
agency problem sangat potensial terjadi karena proporsi kepemilikan perusahaan oleh manajer
relatif kecil. Tidak jarang tindakan manajer bukannya memakmurkan pemegang saham, melainkan
memperbesar skala perusahaan dengan cara ekspansi atau membeli perusahaan lain. Motif
utamanya adalah untuk menghindari pengambilalihan oleh perusahaan lain. Konflik lain yang
potensial terjadi dalam perusahaan besar adalah antara pemegang saham dan kreditur. Kreditur
memiliki hak atas sebagian laba dan sebagian aset perusahaan terutama dalam kasus
kebangkrutan. Sementara itu pemegang saham memegang pengendalian perusahaan yang
sangat menentukan profitabilitas dan risiko perusahaan.
6. Teori Informasi Asimetrik (Asymetric Information Theory)
Kita tahu bahwa manajer perusahaan pastilah lebih mengetahui tentang informasi berkaitan
dengan kondisi dan prospek perusahaan dibanding dengan investor atau analis. Kondisi seperti ini
disebut asymetric information. Artinya antara manajer dan pemilik mempunyai informasi yang
berbeda tentang perusahaan. Dalam kasus ini, mungkin saja manajer perusahaan percaya bahwa
saham perusahaan dalam keadaan undervalued atau overvalued. Hal itu tergantung apakah
informasi tersebut menguntungkan atau tidak bagi perusahaan. Dampak yang mungkin muncul
dengan adanya asymetric information adalah timbulnya kegagalan pasar. Misalnya saja kita akan
membeli komputer bekas. Pada pasar komputer bekas ini penjual biasanya memiliki informasi
yang lebih baik daripada pembeli atau terdapat asymetric information atas calon penjual dan
pembeli. Akibatnya, pembeli yang memperoleh informasi kurang lengkap dibanding penjual
kemungkinan akan mendapatkan harga yang tidak seharusnya dibayar atau kualitas barang yang
tidak sesuai dengan harganya.
7. Teori Portofolio (Portfolio Theory)
Tokoh yang terkenal dengan teori portofolionya adalah Harry Markowitz. Dia pemah
memperoleh hadiah Nobel di bidang ekonomi tahun 1990. Markowitz sering disebut sebagai father
of modern portfolio theory. Teori portofolio menyatakan bahwa risiko dapat dikurangi dengan cara
mengkombinasikan aset ke dalam suatu portofolio. Investor dapat mengurangi risiko atas
inevastasinya dengan cara menanamkan dananya pada berbagai saham di berbagai pasar saham
atau berbagai saham di suatu pasar saham (bursa). Hal ini karena risiko aset secara individu akan
lebih besar daripada risiko portofolio. Namun teori ini belum menyebutkan secara jelas hubungan
antara hasil (return) dengan risiko investasi. Oleh karena itu, teori ini kemudian disempurnakan
oleh William Sharpe dengan mengembangkan teori keseimbangan yang menghubungkan antara
risiko dan hasil (return) yaitu dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM). Model CAPM ini dapat
digunakan untuk menjelaskan bahwa return suatu saham merupakan fungsi dari tingkat
keuntungan bebas risiko (risk free rate), tingkat keuntungan yang disyaratkan atas portofolio pasar
(market return) dan koefisien beta ((3).
8. Teori Opsi (Option Theory)
Opsi merupakan suatu hak untuk menjual atau membeli suatu aset dengan harga tertentu
selama jangka waktu tertentu. Perdagangan opsi di Amerika telah berkembang sejak tahun 1800an. Suatu model penilaian opsi telah diperkenalkan pada tahun 1973 oleh Fisher Black dan Myron
Scholes. Model tersebut kemudian dikenal dengan Black-Scholes Option Pricing Model. Namun
demikian, walaupun sudah agak lama teori ini berkembang tetapi sampai saat ini belum dianggap
sebagai teori dalam manajamen keuangan. Hanya saja ada beberapa keputusan di bidang
keuangan yang dapat dianalisis dan dipahami lebih baik dengan menggunakan kerangka teori
opsi ini. Sebagai contoh, dalam perkara pembatalan sewa guna usaha (leasing) sebagai salah
satu alternatif pembiayaan perusahaan. Pembatalan transaksi sewa guna usaha dapat dianalisis
dengan kerangka teori opsi. Begitu pula modal yang akan digunakan oleh perusahaan yang dapat
berupa modal sendiri perusahaan (ekuitas perusahaan) atau memakai hutang (leverage) dapat
diperjual-belikan menggunakan teori opsi ini.
1.5. TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN
TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN
Manajemen keuangan sebagai aktivitas memperoleh dana, menggunakan dana dan
mengelola aset secara efisien membutuhkan beberapa tujuan atau sasaran. Untuk menilai apakah
tujuan tersebut telah tercapai atau belum, maka dibutuhkan beberapa standar dalam mengukur
efisiensi keputusan perusahaan. Sebagai- tujuan normatif (seharusnya) tujuan manajemen
keuangan berkaitan dengan keputusan di bidang keuangan untuk memaksimumkan nilai
perusahaan. Secara lebih luas tujuan ini juga merupakan salah satu tujuan perusahaan.
Bagi perusahaan yang sudah go public, maka nilai perusahaan akan tercermin dari nilai pasar
sahamnya. Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai perusahaan. Bagaimana bagi
perusahaan yang belum go public? Bagi perusahaan yang belum go public, maka nilai perusahaan
adalah nilai yang terjadi apabila perusahaan tersebut dijual. Tujuan memaksimumkan nilai
perusahaan disebut juga sebagai memaksimumkan kemakmuran pemilik perusahaan atau
pemegang saham (stockholder wealth maximization) yang dapat diartikan juga sebagai
memaksimumkan harga saham biasa dari perusahaan (maximizing the price of the firm's common
stock). Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan
perusahaan karena dengan meningkatnya nilai perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran
pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Tujuan memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham tidak hanya secara langsung bermanfaat bagi pemegang saham tetapi dapat
memberikan manfaat juga bagi masyarakat luas.
Semua keputusan keuangan yang telah dijelaskan di muka, yaitu keputusan investasi,
keputusan pendanaan dan keputusan pengeloaan aset harus diambil dengan tetap berpedoman
pada tujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dengan demikian tujuan memaksimumkan
nilai perusahaan ini merupakan "harga mati" yang harus dicapai oleh manajemen perusahaan,
khususnya manajemen keuangan. Kemakmuran atau kesejahteraan pemegang saham
ditunjukkan melalui harga pasar saham perusahaan. Tinggi rendahnya harga saham ini juga
merupakan refleksi dari keputusan investasi, keputusan pendanaan dan pengelolaan aset tersebut
di atas. Tujuan memaksimumkan nilai perusahaan tidak identik dengan memaksimumkan
pendapatan per lembar saham (earning per share). Hal ini disebabkan karena dalam
memaksimumkan laba per lembar saham kita mengabaikan nilai waktu uang dan risiko.
Dari uraian di atas dapat diambil beberapa kesimpulan bahwa:
a. Manajemen keuangan merupakan manajemen fungsi keuangan yang terdiri atas keputusan
investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan keputusan pengelolaan aset.
b Tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan (memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham) yang diukur dari harga saham perusahaan.
c. Harga saham perusahaan merupakan refleksi dari berbagai keputusan yaitu keputusan
investasi, pendanaan (termasuk kebijakan dividen) dan pengelolaan aset.
Hubungan antara manajemen keuangan dengan fungsi-fungsi secara skematis dapat digambarkan
sebagai berikut:
Manajemen Keuangan
Keputusan
Investasi
Pengelolaan
Aktiva
Keputusan
Pendanaan
NERACA
Aktiva Lancar
Aktiva Tetap
Total Aktiva
xxx
xxx
xxx
Hutang
Kebijakan
Dividen
Laporan Laba-Rugi
xxx
Modal Sendiri
xxx
Total Pasiva
xxx
Pendapatan
Biaya-biaya
Laba
Dividen
Laba Ditahan
xxx
xxx
xxx
xxx
xxx
Ganihar I.I: Skema hubungan antara manajemen keuangan dengan fungsinya
Dari gambar di atas terlihat bahwa manajemen keuangan mencakup keputusan di bidang
investasi, pengelolaan aset, dan pendanaan termasuk kebijakan dividen. Keputusan investasi dan
pengelolaan aset membahas masalah-masalah yang terdapat pada sisi aktiva yaitu aktiva lancar
dan aktiva tetap. Sedangkan keputusan pendanaan membahas unsur-unsur yang ada di sisi
pasiva yang terdiri atas hutang dan modal sendiri.
Kebijakan dividen akan membicarakan besarnya laba yang diperoleh dari operasi
perusahaan yang ditunjukkan dengan laporan laba-rugi dan dihubungkan dengan modal sendiri
(saham biasa dan saham preferen) yang digunakan untuk operasi perusahaan tersebut. Laba
yang diperoleh perusahaan akan dibagi sebagai dividen kepada pemilik saham dan sebagian
yang lain ditahan di perusahaan.
PERKEMBANGAN FUNGSI MANAJER KEUANGAN
Pada awal tahun 1930-an, fungsi keuangan dipegang oleh manajer keuangan yang disebut
controller atan treasurer. Manajer ini bertanggung jawab terhadap pelaporan internal dan
eksternal. Secara internal, tugas-tugas controller meliputi pengendalian, pengukuran, pelaporan
dan evaluasi atas operasi perusahaan. Pelaporan dibuat secara periodik kepada manajemen
operasional tentang hasil selama satu periode dan dibandingkan dengan anggaran operasi yang
telah direncanakan. Sedangkan untuk pelaporan eksternal ditujukan pada kecukupan dan
konsistensi kebijakan akuntansi dalam rangka memenuhi ketentuan dari pasar modal sebagai
pihak yang memiliki kewenangan untuk mengatur perusahaan-perusahaan yang telah go public.
Adapun fungsi treasurer pada dasarnya berkaitan dengan manajemen aktiva dengan penekanan
pada sektor modal kerja dalam neraca. Tanggung jawab treasurer meliputi pengelolaan dan
pengawasan kas, hubungan dengan bank dan pembiayaan jangka pendek.
Dewasa ini manajer keuangan (financial manager) semakin menempati posisi yang utama
sebagai peringkat atas pada struktur organisasi perusahaan. Bahkan jabatan manajer keuangan
berada pada posisi Wakil Presiden Bidang Keuangan. Adapun alasannya karena pentingnya
perencanaan, analisis dan pengendalian operasi keuangan yang menjadi tanggung jawab manajer
keuangan. Di samping itu, wewenang untuk memutuskan masalah-masalah keuangan yang
strategis jarang didelegasikan kepada unit-unit organisasi yang berada di level bawah, kecuali
untuk hal-hal yang berkaitan dengan keputusan keuangan sehari-hari dapat dilimpahkan kepada
bendahara.
Menurut Fred Weston, perkembangan fungsi keuangan sampai sekarang ini dipengaruhi
oleh 5 perubahan besar dalam lingkungan eksternal, yaitu:
1. Perkembangan teknologi yang pesat berakibat pada lebih cepatnya daur hidup dari setiap
kehidupan produk.
2. Kemampuan perusahaan memperoleh laba mengalami penurunan dibanding penjualannya
(profit margin) dari hampir seluruh perusahaan. Penurunan ini terutama terjadi pada sektor
industri. Hal ini karena adanya persaingan yang semakin tajam dalam pengembangan
produk.
3. Perang Dunia II yang telah menciptakan peluang-peluang bisnis yang memerlukan cara-cara
pembiayaan tertentu menyebabkan pertumbuhan ekonomi terus meningkat.
4. Banyaknya perusahaan-perusahaan berskala besar yang tumbuh memerlukan
pengelolaan keuangan yang spesifik.
5. Adanya institusionalisasi aliran tabungan dan investasi yang membutuhkan para profesional
di bidang investasi.
Kegiatan manajer keuangan dalam pengambilan keputusan di dalam bidang investasi, pendanaan
dan pengelolaan aset menurut Brealey dan Myers dapat digambarkan sebagai berikut:
Operasi
Perusahaan
(Sekelompok
Aktiva riil)
Manager
Keuangan
Pasar Modal
(Pemodal ya memiliki
aktiva finansial)
Gambar 1.2: Kegiatan manajer keuangan dalam mengelola aliran kas antara pasar
modal dengan operasi perusahaan
Keterangan:
(1) Kas diperoleh dengan menjual aset keuangan kepada pemodal
(2) Kas yang diperoleh diinvestasikan untuk operas! perusahaan
(3) Operasi perusahaan menghasilkan aliran kas yang lebih besar dari kas yang diinvestasikan
(4a) Kas diinvestasikan kembali atau (4b) dikembalikan kepada pemodal
Dalam fungsinya sebagai pengambil keputusaan pendanaan, manajer keuangan akan
mencari alternatif sumber dana yang akan digunakan untuk mendanai aset yang akan
diinvestasikan. Sumber dana tersebut dapat berasal dari modal asing (hutang) maupun modal
sendiri (saham). Jika perusahaan akan menggunakan modal asing, maka perusahaan akan
menjual obligasi kepada pemodal (investor). Obligasi merupakan surat pengakuan hutang
perusahaan kepada pihak lain (investor). Sedangkan apabila akan menggunakan modal sendiri,
maka perusahaan akan menjual saham-sahamnya. Saham merupakan surat bukti penyertaan
atau bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang mengeluarkannya. Penjualan surat berharga
berupa obligasi dan saham tersebut dapat dilakukan melalui pasar modal. Kemudian kas yang
diperoleh dari penjualan surat berharga tersebut akan digunakan untuk membiayai atau mendanai
aset perusahaan yang telah ditetapkan untuk kegiatan operas! perusahaan.
Dalam kegiatan operasinya, perusahaan akan berusaha agar menghasilkan aliran kas
masuk (cash inflow) yang lebih besar dari aliran kas keluar (cash outflow) yang diinvestasikan.
Apabila kas masuk in! lebih besar daripada aliran kas keluar, maka kelebihan kas tersebut dapat
diinvestasikan kembali pada aset perusahaan atau dikembalikan kepada pemodal yang berbentuk
dividen.
1.6. PERKEMBANGAN FUNGSI MANAJER KEUANGAN
1.7. SUMBER DANA PERUSAHAAN
Telah dijelaskan di muka bahwa istilah Manajemen Keuangan yang sering pula disebut
dengan istilah Pembelanjaan adalah seluruh aktivitas perusahaan dalam rangka memperoleh
dana, menggunakan dana dan mengelola aset. Dari pengertian tersebut, pembelanjaan
perusahaan dibedakan menjadi 2 pengertian. Pertama, aktivitas perusahaan dalam memperoleh
dana disebut pembelanjaan pasif, dan kedua aktivitas perusahaan dalam menggunakan dana dan
mengelola hasil penggunaan dana tersebut (pengelolaan aset) dinamakan pembelanjaan aktif.
Apabila dihubungkan dengan unsur-unsur yang ada pada neraca, maka pembelanjaan pasif
membahas unsur-unsur yang terdapat pada sisi pasiva. Sedangkan pembelanjaan aktif
membahas unsur-unsur yang ada pada sisi aktiva.
Pembelanjaan pasif yang membahas unsur-unsur dalam pasiva merupakan aktivitas
perusahaan untuk memperoleh dana dari sumber-sumber yang ada. Berdasarkan sumbernya,
dana berasal dari sumber intern (internal financing) dan sumber ekstern (external financing).
Secara skematis sumber dana perusahaan dapat digambarkan sebagai berikut:
Hutang (jangka pendek dan panjang)
Sumber Eksternal
Modal Sendiri berupa saham
Sumber Dana
Laba tidak dibagi (laba ditahan)
Sumber Internal
Depresiasi (penyusutan)
Gambar 1.3 : Sumber dana perusahaan
Sumber dana eksternal (external financing resources) merupakan sumber dana yang
berasal dari luar perusahaan. Artinya, dana-dana tersebut tidak diperoleh dari kegiatan operasi
perusahaan, melainkan diperoleh dari pihak-pihak lain di luar perusahaan. Sumber eksternal
tersebut terdiri dari dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri. Dana dari hutang berarti perusahan
meminjam uang/dana dari pihak lain seperti hutang kepada suplier, hutang kepada pegawai,
hutang kepada perusahaan lain, hutang kepada bank dan hutang kepada investor dalam bentuk
obligasi.
Sumber dana eksternal yang berasal dari modal sendiri terdiri atas modal yang berasal dari
pemilik perusahaan baik pemegang saham biasa maupun saham preferen. Kita sering mengalami
kebingungan, mengapa modal yang berasal dari pemilik perusahaan dimasukkan sebagai modal
eksternal. Hal ini akan terjawab bila pemahaman atas sumber modal tersebut dicermati. Sumber
dana eksternal artinya modal itu berasal bukan dari hasil kegiatan operasi perusahaan, sedangkan
sumber dana internal artinya dana tersebut diperoleh dari hasil kegiatan operasi perusahaan.
Modal yang berasal dari pemilik adalah bukan dari hasil kegiatan operasi perusahaan.
Sebenarnya laba ditahan juga termasuk modal sendiri, tetapi karena laba ditahan merupakan
modal yang diperoleh dari usaha sendiri perusahaan dalam kegiatan operasi perusahaan maka
laba ditahan dimasukkan sebagai modal dari sumber internal.
Sumber dana internal yang ada di perusahaan terdiri atas laba yang tidak dibagi (laba
ditahan) dan depresiasi. Apabila seturuh laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan tidak
dibagi kepada pemegang saham, maka laba tersebut sebagai sumber dana internal. Hal ini karena
laba tersebut diperoleh oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya. Sekarang yang
menjadi pertanyaan adalah mengapa depresiasi merupakan sumber dana internal?
Depresiasi merupakan pengurangan nilai suatu aktiva tetap, seperti gedung, kendaraan, dan
peralatan-peralatan selama umur ekonomis aktiva tetap yang bersangkutan. Dalam laporan labarugi, depresiasi ini diperhitungkan sebagai biaya operasi, sehingga akan mengurangi laba
perusahaan. Namun, biaya yang berasal dari depresiasi tersebut bukanlah biaya yang keluar dari
kantong kas perusahaan (bukan out of pocket cost). Oleh karena itu, sebenarnya setiap tahun
perusahaan tidak mengeluarkan uang kas sebesar depresiasi yang dimaksud. Padahal dalam
laporan laba-rugi besarnya laba telah dikurangi sebesar biaya depresiasi. Dengan demikian, biaya
depresiasi yang sebenarnya tidak mengeluarkan uang kas tersebut merupakan sumber dana.
Sumber dana ini (depresiasi) berasal dari kegiatan operas! perusahaan, oleh karena itu depresiasi
merupakan sumber dana yang berasal dari dalam perusahaanm atau sumber internal.
Apakah perusahaan akan mencari dana dari sumber eksternal atau internal? Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan dalam memilih sumber dana, yaitu berkaitan
dengan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas (profitabilitas) yang ingin dicapai perusahaan.
Likuiditas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan (finansial)
jangka pendek atau yang segera dipenuhi. Kewajiban fmansial jangka pendek tersebut meliputi
kewajiban untuk membayar hutang jangka pendek (disebut likuiditas badan usaha) dan kewajiban
untuk membiayai kegiatan operasi/produksi yang ada di perusahaan (disebut likuiditas
perusahaan). Analisis likuiditas dapat dilakukan dengan menganalisis unsur-unsur neraca yang
ada pada aktiva lancar dan hutang lancar.
Solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajiban finansialnya
yang terdiri atas hutang jangka pendek dan jangka panjang apabila pada saat itu perusahaan
dilikuidasi atau dibubarkan. Jadi apabila pada suatu saat tiba-tiba perusahaan dilikuidasi, maka
apakah perusahaan dapat membayar seluruh hutang-hutangnya?. Apabila hasil penjualan harta
(aktiva) perusahaan mencukupi untuk membayar seluruh hutangnya, maka perusahaan tersebut
dalam keadaan solvabel. Sebaliknya jika seluruh hasil penjualan harta (aktiva) tidak dapat untuk
membayar hutang-hutangnya maka perusahaan pada saat itu dalam keadaan tidak solvabel
(insolvable).
Rentabilitas atau Profitabilitas, yaitu kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba dari
modal yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Rentabilitas dibedakan tnenjadi 2
macam, yaitu rentabilitas ekonomis dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomis
memperhatikan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba operasi dibanding dengan total
modal (aktiva) yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Sedangkan rentabilitas modal
sendiri difokuskan pada kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan
jumlah modal sendiri yang digunakan untuk memperoleh laba tersebut. Laba yang diperhitungkan
dalam rentabilitas ekonomis adalah laba operasi (net operating income, NOI) atau laba sebelum
bunga dan pajak (earning before interest and taxes, EBIT) sedangkan rentabilitas modal sendiri
memperhitungkan laba setelah pajak (earning after taxes, EAT).
Di samping likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas, sumber dana yang akan digunakan
perusahaan juga perlu mempertimbangkan pedoman struktur finansial, struktur modal dan
struktur kekayaan. Struktur finansial merupakan perimbangan antara total hutang dibanding
modal sendiri. Total hutang terdiri atas hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Struktur
modal merupakan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan
struktur kekayaan adalah perimbangan antara aktiva lancar dengan aktiva tetap. Apabila konsep
struktur finansial dan struktur kekayaan digabungkan, kita mengenal istilah pedoman struktur
finansial konservatif vertikal dan struktur finansial konservatif horizontal. Struktur finansial
konservatif vertikal menyatakan bahwa hutang sebaiknya tidak melebihi modal sendiri. Sedangkan
pedoman struktur finansial konservatif horizontal menyatakan bahwa untuk aktiva lancar tidak
permanen boleh dibelanjai dengan hutang, sedangkan untuk aktiva lancar yang permanen dan
aktiva tetap sebaiknya dibelanjai dengan modal sendiri dan hutang jangka panjang.
Dalam uraian sebelumnya kita menggunakan istilah "dana" untuk menunjukkan modal yang
tertanam dalam perusahaan maupun sumber modalnya. Istilah "modal" dapat diartikan sebagai
modal aktif dan modal pasif. Modal aktif menunjukkan penggunaan dana (dalam neraca nampak
di sisi aktiva), sedangkan modal pasif menunjukkan sumber dana (dalam neraca nampak di sisi
pasiva). Jika kita gabungkan dengan penjelasan sebelumnya, maka modal aktif terdiri atas aktiva
lancar dan aktiva tetap, sedangkan modal pasif terdiri atas hutang jangka pendek, hutang jangka
panjang dan modal sendiri.
BAB 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN (Sutrisno)
A. PENGERTIAN MANAJEMEN KEUANGAN
Pada dewasa ini manajer keuangan memegang peranan yang sangat penting. Seiring
dengan perkembangannya tugas manajer keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan,
mengendalikan posisi kas, membayar tagihan-tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajer
keuangan juga harus mampu menginvestasikan dana, mengatur kombinasi sumber dana yang
optimal, serta pendistribusian keuntungan (pembagian dividen) dalam rangka meningkatkan nilai
perusahaan. Penginvestasian dana merupakan tolok ukur besar kecilnya suatu perusahaan, baik
dilihat dari aspek laba, risiko usaha, maupun likuiditasnya. Pengaturan kombinasi sumber dana
(hutang dan modal sendiri) berikut kebijakan dividen merupakan penentu besar kecilnya beban
finansial dan risiko finansial. Semua variabel tersebut akan mempengaruhi penilaian perusahaan
secara keseluruhan.
Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi
sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Kebutuhan dana tersebut berupa modal
kerja maupun untuk pembelian aktiva tetap. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut,
perusahaan harus mampu mencari sumber dana dengan komposisi yang menghasilkan beban
biaya paling murah. Kedua hal tersebut harus bisa diupayakan oleh manajer keuangan.
Dengan demikian manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan
sebagai semua aktivitas perusahaan yang bersangkutan dengan usaha-usaha mendapatkan dana
perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan
dana tersebut secara efisien. Usaha mendapatkan dana sering disebut pembelanjaan pas//, dan
bila kita lihat di neraca akan terlihat di sisi pasiva, sedangkan usaha mengalokasikan dana disebut
pembelanjaan aktif dan di neraca akan terlihat di sisi aktiva.
Fungsi manajemen Keuangan tidak bisa dipisahkan dengan fungsi-fungsi perusahaan yang
lainnya seperti sumber daya manusia, produksi, maupun pemasaran. Kegagalan dalam
mendapatkan sumber dana akan menghambat proses produksi, menghambat program-program
pemasaran yang telah ditetapkan, menghambat dalam penarikan sumber daya manusia yang ahli,
sehingga akhirnya akan mengakibatkan kerugian perusahaan secara keseluruhan.
Manajemen pemasaran, manajemen produksi, manajemen sumber daya manusia,
akuntansi, maupun lingkungan ekonomi berpengaruh terhadap keputusan keuangan. Oleh karena
itu manajer keuangan harus bekerja sama dengan semua menajer-manajer fungsi tersebut.
Apalagi dengan perkembangan perekonomian dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat
akan arti pentingnya lingkungan hidup, telah memberikan tekanan yang besar bagi perusahaan
untuk memperkecil kemungkinan negatif yang timbul sebagai akibat kelalaian perusahaan.
Manajer keuangan harus saling bekerjasama dengan manajer produksi dan pemasaran dalam
menterjemahkan kebijakan perusahaan, misalnya dalam program pengembangan produk baru,
rencana promosi, distribusi, dan penentuan harga. Jangan sampai produk baru tersebut nantinya
tidak diterima oleh masyarakat hanya karena melalaikan lingkungan, demikian pula dengan
program pemasarannya.
B. TUJUAN MANAJEMEN KEUANGAN
Kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran para pemegang
saham atau pemilik. Kemakmuran para pemegang saham diperlihatkan dalam wujud semakin
tingginya harga saham, yang merupakan pencerminan dari keputusan-keputusan investasi,
pendanaan, dan kebijakan deviden. Oleh karena itu kemakmuran para pemegang saham dapat
dijadikan sebagai dasar analisis dan tindakan rasional dalam proses pembuatan keputusan.
Kadang-kadang, mernaksimumkan laba dicanangkan sebagai tujuan perusahaan, akan tetapi hal
itu tidak dapat mencapai sasaran memaksimalkan kemakmuran para pemegang saham. Yang
lebih penting bukanlah laba melainkan laba per lembar saham (earning per share). Laba
didapatkan dengan mengurangkan penghasilan dengan biaya yang dikeluarkan, sehingga untuk
meningkatkan keuntungan bisa dengan menarik modal baru (mengeluarkan saham baru), dan
menginvestasikan dana yang diperoleh tersebut pada investasi yang bebas risiko (misalnya
deposito atau obligasi pemerintah), tetapi apakah dengan cara semacam ini akan meningkatkan
nilai saham, tentu saja tidak, karena pemegang saham tidak mau menerima imbalan sebesar
bunga deposito yang relatif lebih kecil, sementara mereka harus menanggung risiko. Jika hal ini
terjadi keuntungan memang meningkat, tapi nilai saham justru akan menurun. Demikian pula
halnya, memaksimumkan laba per lembar saham bukan merupakan tujuan utama, karena tidak
memperlihatkan waktu maupun lamanya laba yang diharapkan, dan juga tidak memperhatikan
faktor risiko maupun ketidakpastian di masa yang akan datang, serta tidak mempertimbangkan
kemampuan perusahaan dalam membagi dividen.
Dengan memperhatikan hal-hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa tujuan
memaksimumkan laba per lembar saham tidak sama dengan memaksimumkan harga pasar
saham. Harga pasar saham rnencerminkan nilai riil perusahaan. Harga pasar saham sendiri
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni (1) laba per lembar saham, (2) tingkat bunga bebas risiko,
dan (3) tingkat ketidakpastian operasi perusahaan. Misalnya perusahaan melakukan investasi
yang bersifat spekulatif, ada kecenderungan harga saham akan turun karena risiko usahanya
menjadi semakin besar.
C. FUNGSI MANAJEMEN KEUANGAN
Fungsi manajemen keuangan terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh
suatu perusahaan: keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan keputusan dividen. Masingmasing keputusan harus berorientasi pada pencapaian tujuan perusahaan. Kombinasi dari
ketiganya akan memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga macam keputusan keuangan
diimplementasikan dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan laba. Laba yang diperoleh
diharapkan mampu meningkatkan nilai perusahaan yang tercermin pada makin tingginya harga
saham, sehingga kemakmuran para pemegang saham dengan sendirinya makin bertambah.
Keputusan Investasi
Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan
dana ke' dalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan di masa
yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi
dan menunjang tingkat keuntungan di masa depan. Keuntungan di masa depan yang diharapkan
dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan
mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan dari investasi itu akan
sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan, maupun nilai perusahaan.
Keputusan Pendanaan
Keputusan pendanaan ini sering disebut sebagai kebijakan struktur modal. Pada keputusan
ini manajer keuangan dituntut untuk mempertimbangkan dan menganalisis kombinasi dari sumbersumber dana yang ekonomis bagi perusahaan guna membelanjai kebutuhan-kebutuhan investasi
serta kegiatan usahanya.
Keputusan Dividen
Dividen merupakan bagian keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para
pemegang saham. Oleh karena itu dividen merupakan bagian dari penghasilan yang diharapkan
oleh pemegang saham. Keputusan dividen merupakan keputusan manajemen keuangan untuk
menentukan: (1) besarnya persentase laba yang dibagikan kepada para pemegang saham dalam
bentuk cash devidend, (2) stabilitas dividen yang dibagikan, (3) dividen saham (stock dividend), (4)
pemecahan dividen (stock split), serta (5) penarikan kembali saham yang beredar, yang semuanya
ditujukan untuk meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.
Secara skematis fungsi manajemen keuangan dapat digambarkan sebagai berikut:
Aktiva Perusahaan
Modal Kerja
Manajer
Pasar
Aktiva Tetap
Keuangan
Keuangan
Gambar 1.2. Manajer Keuangan sebagai penyalur dana
Dari gambar di atas, terlihat manajer keuangan sebagai perantara dari pasar keuangan dan
operasi perusahaan. Pasar keuangan sebagai sumber pendanaan bagi perusahaan, ada yang
bersifat formal dan informal. Pasar keuangan yang bersifat formal seperti bank, pasar
modal,'lembaga keuangan, bank perkreditan rakyat, maupun pegadaian. Sedangkan pasar
keuangan yang bersifat informal misalnya rentenir, pengijon, baitul mal wattamwil, atau lembaga
keuangan yang tidak mempunyai badan hukum. Pasar keuangan ada yang menyediakan sumber
dana jangka pendek (pasar uang) dan sumber dana jangka panjang (pasar modal).
Dari gambar tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut: (1) Manajer keuangan mencari sumber
dana dari pasar keuangan (keputusan pendanaan) dengan komposisi yang menghasilkan biaya
paling murah, baik sumber dana hutang maupun modal sendiri. (2) Setelah dana didapatkan,
manajer keuangan menanamkannya ke dalam operasi perusahaan , yakni untuk membeli aktiva
tetap atau menambah modal kerja (keputusan investasi), agar didapatkan keuntungan yang
optimal. (3) Dari investasi yang ditanamkan diharapkan akan didapatkan keuntungan yang lebih
dari cukup untuk menutup biaya yang dikeluarkan. Dari hasil keuntungan tersebut manajer
keuangan akan memberikan kompensasi kepada pemilik dana di pasar keuangan. Sumber dana
hutang akan diberikan kompensasi berupa bunga, sedangkan sumber dana modal sendiri akan
diberikan dividen (4a). Namun dari keuntungan tersebut tidak semuanya dibagikan, tetapi ada
sebagian yang ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan untuk mengembangkan
perusahaan, ini merupakan kebijakan dividen (4b).
D. SUMBER DANA
Seperti kita ketahui bahwa setiap perusahaan selalu membutuhkan dana untuk membiayai
operasi perusahaan sehari-hari, untuk investasi ataupun untuk keperluan lainnya. Dana
perusahaan tersebut jika ditinjau dari asalnya sumber dana tersebut, bisa dipisahkan ke dalam
dua jenis yakni sumber dana dari dalam dan sumber dana dari luar.
Sumber dana dari dalam adalah sumber dana perusahaan yang berasal dari hasil operasi
perusahaan. Sumber dana jenis ini diambilkan dari dana yang dibentuk dan dihasilkan sendiri di
dalam perusahaan, yang berarti dana dari kekuatan sendiri. Sumber dana dari dalam dibedakan
menjadi dua :
(1) Sumber dana intern, yang merupakan penggunaan laba, cadangan-cadangan, dan laba
yang tidak dibagi.
(2) Sumber dana intensif, yang merupakan penggunaan dari penyusutanpenyusutan aktiva tetap.
Berikut ini penjelasan bahwa dana yang berasal dari laba ditahan (intern financing) dan
penyusutan-penyusutan (intensive financing) masuk sebagai sumber dana bagi perusahaan.
Misalkan PT. YUDHA pada 1 Januari 1999 mempunyai neraca sebagai berikut:
Gambar 1.3. Neraca PT. YUDHA, 1 Januari 1999
Pada tahun 1999 perusahaan memperoleh keuntungan setelah pajak sebesar Rp
150.000.000,- seperti pada laporan rugi-laba sebagai berikut:
Laporan Rugi-Laba tahun 1999
Penjualan
Biaya-biaya (termasuk penyusutan Rp 120.000)
Laba sebelum pajak
Pajak
Laba setelah pajak
Rp 1.500.000.000,Rp 1.250.000.000,Rp 250.000.000,Rp 100.000.000.Rp 150.000.000,-
Gambar 1.4. Laporan Rugi-Laba PT. YUDHA
Misalkan pada tahun 1999 tersebut perusahaan tidak membagikan deviden kepada para
pemegang sahamnya, tidak menambah aktiva tetap, tidak menambah aktiva lancamya, maka
neraca akhir tahun 1999 akan nampak sebagai berikut:
Gambar 1.5. Neraca PT. YUDHA, 31 Desember 1999
Dari neraca 31 Desember 1999 tersebut ada perubahan berupa (1) modal menjadi Rp
350.000.000,- berasal dari modal awal Rp 200.000.000,- ditambah dengan laba yang tidak dibagi
Rp 150.000.000,-. (2) Akumulasi penyusutan menjadi Rp 220.000.000,- karena ada tambahan
penyusutan tahun 1999 sebesar Rp 120.000.0000,-. Akibatnya Kas meningkat menjadi Rp
320.000.000,- (kenaikannya Rp 270.000.000,- karena adanya laba Rp 150.000.000,- dan
penyusutan Rp 120.000.000,-).
Dari ilustrasi tersebut bisa kita lihat bahwa untuk memenuhi kebutuhan dana, manajer
keuangan dapat mengambil beberapa alternatif. Oleh karena itu manajer keuangan harus bisa
mengambil keputusan, berupa.
1. Perusahaan akan mengambil sumber dana dari luar, berarti perusahaan bisa mengambil
dana dari hutang atau modal sendiri. Keputusan ini dikenal sebagai keputusan pendanaan
atau financing decision.
2. Perusahaan mengambil sumber dana dari dalam, berupa pemanfaatan laba. Keputusan
tersebut menyangkut kebijakan deviden atau deviden policy.
Sumber dana dari luar adalah kebutuhan dana yang diambil dari sumber-sumber di luar
perusahaan. Pemenuhan kebutuhan sumber dana dari luar ini dapat mengambil dari pemilik atau
calon pemilik, yang ini nantinya akan membentuk modal sendiri. Bentuk sumber dana ini sering
disebut sebagai pembelanjaan sendiri. Di samping itu perusahaan juga bisa memenuhi kebutuhan
dana tersebut yang berasal dari kreditur, seperti dari bank, lembaga keuangan
Gambar 1.6. Sumber Dana
Pada aplikasinya, sumber dana dipisahkan menjadi dua jenis yakni modal sendiri dan modal
asing. Modal sendiri atau sering disebut equity adalah modal yang berasal dari setoran pemilik
(modal saham, agio saham) dan hasil operasi perusahaan itu sendiri (laba dan cadangancadangan). Modal inilah yang digunakan sebagai tanggungan terhadap keseluruhan risiko yang
dihadapi oleh perusahaan, dan yang secara hukum akan menjadi jaminan bagi kreditor.
Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari pinjaman baik dari bank, lembaga
keuangan, maupun dengan mengeluarkan surat hutang, dan atas penggunaan sumber dana ini
perusahaan harus memberikan kompensasi berupa bunga yang menjadi beban tetap bagi
perusahaan. Perimbangan antara modal asing dengan modal sendiri disebut sebagai struktur
modal.
E. LAPORAN KEUANGAN
Untuk membahas manajemen keuangan, tidak bisa terlepas dari laporan keuangan, oleh
karena itu perlu pembahasan singkat mengenai laporan keuangan. Laporan Keuangan
merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni (1) Neraca
dan (2) Laporan Rugi-Laba. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan
informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkentingan sebagai bahan
pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Pihak-pihak yang berkepentingan tersebut antara
lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah.
Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada saat
tertentu. Neraca mempunyai dua sisi, sisi debit dan sisi kredit. Pada sisi debit menunjukkan posisi
kekayaan perusahaan (aktiva) yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar adalah
aktiva yang masa perputarannya kurang atau maksimal dalam satu tahun. Masuk dalam kelompok
ini antara lain: Kas, Efek, Piutang Dagang, Piutang Wesel, Persediaan, dan Perlengkapan. Aktiva
tetap adalah aktiva yang masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau berjangka panjang.
Termasuk dalam kelompok ini antara lain: Tanah, Bangunan dan Gedung, Mesin, Peralatan,
Kendaraan, dan Inventaris. Sedangkan pada sisi kredit atau pasiva menunjukkan sumber
kekayaan perusahaan yang terdiri dari dua sumber yakni hutang dan modal. Hutang terdiri dari
dua macam hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek (hutang
lancar) adalah hutang yang masa jatuh temponya kurang dari satu tahun, seperti hutang dagang,
hutang gaji, hutang pajak, dan hutang bank jangka pendek. Hutang jangka panjang adalah hutang
yang berjangka lebih satu tahun, seperti hutang bank jangka panjang, hutang obligasi, maupun
hutang hipotik. Sisi pasiva lainnya adalah modal yang terdiri dari modal saham, agio saham, laba
ditahan, dan cadangan-cadangan
, atau mengeluarkan obligasi.
Gambar 1.7. Contoh Neraca
Laporan Rugi-Laba adalah laporan yang menunjukkan hasil kegiatan perusahaan dalam
jangka waktu tertentu. Laporan ini bisa digunakan sebagai indikator keberhasilan perusahaan
dalam menjalankan usahanya selama satu periode tertentu. Laporan rugi-laba pada dasarnya
menggambarkan dua macam arus yang membentuk laba atau rugi. Laba terjadi apabila
penghasilan yang diperoleh dalam satu periode lebih besar dibandingkan dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan, sebaliknya rugi akan timbul bila pendapatan lebih rendah dibanding dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan.
Gambar 1.8. Contoh Laporan Rugi-Laba
F. PENGGOLONGAN BIAYA
Dalam berbagai analisis keuangan, sering dihadapkan pada berbagai terminologi biaya,
untuk itu perlu dibahas secara ringkas penggolongan biaya, terutama yang sering digunakan
dalam pembahasan manajemen keuangan Pengertian biaya merupakan pengorbanan ekonomis
yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mendapatkan suatu barang dan atau jasa. Di buku ini
penggolongan biaya hanya akan disajikan ke dalam dua jenis yakni (1) penggolongan biaya
berdasar fungsi pokok perusahaan dan (2) berdasar perilaku biaya.
1. Berdasar Fungsi Pokok Perusahaan
Perusahaan mempunyai fungsi pokok berupa fungsi produksi dan fungsi non produksi.
Fungsi produksi adalah fungsi perusahaan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai
yang siap dijual. Sedangkan fungsi non produksi merupakan fungsi perusahaan selain mengolah
bahan baku menjadi produk selesai, yakni terdiri fungsi pemasaran dan fungsi administrasi &
umum.
Mengacu pada fungsi pokok perusahaan tersebut, maka biaya juga dipisah mengikuti fungsi
tersebut, yakni biaya produksi dan biaya non produksi.
Biaya Bahan baku
Biaya Tenaga Kerja langsung
Biaya produksi
—^- Biaya Overhead Pabrik Biaya —
Biaya Pemasaran
Biaya Non Produksi
Biaya Administrasi & Umum
Gambar 1.9. Biaya berdasar fungsi perusahaan
Biaya Produksi
Adatah biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi produk selesai. Biaya
ini dikeluarkan oleh departemen produksi, yang terdiri dari:
• Biaya Bahan Baku, adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan yang menjadi
bagian pokok dari produk selesai. Contoh, perusahaan mebel membuat meja dan kursi bahan
bakunya adalah kayu, maka pengeluaran uang untuk membeli kayu tersebut akan menjadi biaya
bahan baku.
•
Biaya tenaga kerja langsung, merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar
tenaga kerja yang langsung menangani proses produksi. Misalnya pada perusahaan mebel biaya
tukang kayu.
•
Biaya Overhead pabrik, adalah biaya yang dikeluarkan bagian produksi selain biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung, seperti biaya bahan penolong, gaji mandor, biaya
tenaga kerja tidak langsung lainnya, perlengkapan (supplies) pabrik, penyusutan, listrik dan air,
biaya pemeliharaan dan suku cadang, dan lain-lain biaya di pabrik.
Biaya Non Produksi
Merupakan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan selain biaya produksi. Biaya non
produksi yang juga sering disebut sebagai biaya operasi ini terdiri dari:
•
Biaya Pemasaran, yaitu biaya yang dikeluarkan dalam rangka menjual produk selesai
yang dihasilkan oleh perusahaan hingga ke tangan konsumen. Dengan demikian biaya ini terdiri
dari biaya gaji bagian pemasaran, komisi, biaya promosi, biaya saluran distribusi, dan biaya
lainnya yang berkaitan dengan penjualan produk selesai.
•
Biaya Administrasi & Umum, yakni biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka
mengelola administrasi perusahaan, termasuk gaji direktur, bagian akuntansi, penyusutan
peralatan kantor, biaya riset dan pengembangan, dan lainnya selain biaya produksi dan biaya
pemasaran.
2. Berdasar Perilaku Biaya
Berdasarkan perilakunya yang dihubungkan dengan satuan kegiatan, maka biaya dapat
dipisahkan ke dalam biaya variabel, biaya tetap, dan biaya semi variabel.
->• Biaya Variabel
Gambar 1.10. Biaya berdasar Perilaku
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubah-ubah dan perubahannya proporsional
dengan satuan kegiatan. Apabila satuan kegiatan ditingkatkan biaya variabel akan meningkat, dan
bila satuan kegiatan menurun biaya variabel juga akan menurun secara proporsional Contoh biaya
ini adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Misalnya untuk membuat satu unit
meja dibutuhkan biaya bahan baku Rp 25.000,-, maka bila membuat 10 unit meja dibutuhkan
biaya bahan baku 10 x Rp 25.000,- = Rp 250.000,-. Bila membuat 200 unit meja biaya bahan
bakunya sebesar 200 x Rp 25.000,- = Rp 5.000.000,-. Dengan demikian ciri biaya variabel adalah
secara total jumlahnya berubah, dan secara per unit tetap
Bila digambarkan dalam grafik, biaya variabel akan nampak sebagai berikut:
Gambar 1.11 Grafik Biaya Variabel
Blaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan satuan
kegiatan. Contoh biaya ini adalah biaya penyusutan, Gaji Direksi, walaupun perusahaan tidak
berproduksi, maka biaya ini akan tetap ditanggung oleh perusahaan. Ciri biaya tetap adalah biaya
yang secara total tetap tapi per unitnya berubah-ubah seperti dalam tabel di bawah ini.
Gambar 1.12. Grafik Biaya Tetap
Biaya Semi Variabel
Jenis biaya ini jumlahnya berubah-ubah tetapi perubahannya tidak proporsional dengan
satuan kegiatan. Contoh biaya ini adalah gaji salesmen yang dibayar secara tetap dan prosentase
tertentu dari jumlah hasil penjualan.
Tabel 1.3 Biaya Semi Variabel
Gb 1.13 Grafik Biaya Semi Variabel
Dalam analisis, biaya hams bisa dipisahkan hanya ke dalam dua jenis biaya: biaya variabel
dan biaya tetap. Apabila terdapat biaya yang bersifat semi variabel, maka perlu diadakan
pemisahan biaya. Biaya yang bersifat variabel dimasukkan ke dalam biaya variabel dan biaya
yang bersifat tetap akan dimasukkan ke dalam kelompok biaya tetap. Adapun teknik pemisahan
biaya ada beberapa metode yang dapat digunakan, dan metode yang paling sederhana dan
mudah adalah metode titik tinggi titik rendah atau high and low point method.
Untuk memisahkan biaya dengan metode titik tinggi titik rendah adalah menentukan dua titik
data yakni yang tertinggi dan terendah. Dalam contoh biaya semi variabel di atas titik tinggi ada
pada volume kegiatan 100.000 unit dengan biaya Rp 55.000.000,- dan titik rendahnya pada
10.000 unit dengan biaya Rp 11.000.000,-. Dari dua titik tersebut bisa dianalisis pemisahan
biayanya sebagai berikut:
Bagan 1.
Biaya variabel per unit = Rp 45.000.000,-: 90.000 = Rp 500,-Titik tinggi 100.000 unit Total
biaya
Biaya variabel = 100.000 x Rp 500,-Biaya tetap Rp 56.000.000,-Rp
OVERVIEW MANAJEMEN KEUANGAN ( HANAFI 2004)
Buku ini membicarakan manajemen keuangan suatu organisasi. Manajemen keuangan bisa
didefmisikan sebagai manajemen fungsi-fungsi keuangan perusahaan. Manajer keuangan
bertugas mengelola fungsi-fungsi keuangan tersebut. Muncul pertanyaan apa tugas-tugas
manajer secara lebih spesifik? Dengan semakin meningkatnya lingkungan perusahaan, tugas
manajer keuangan mengalami transformasi dari fokus mencari pendanaan (financing) menjadi
tugas yang lebih kompleks mencakup perencanaan dan alokasi sumberdaya dalam perusahaan.
Buku ini akan memperkenalkan manajemen keuangan yang kompleks tersebut. Bab ini secara
khusus akan memberi overview manajemen keuangan dan memperkenalkan beberapa konsep
yang relevan dengan manajemen keuangan.
Manajemen keuangan bisa diartikan sebagai manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan.
Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu:
(1)
(2)
(3)
(4)
Fungsi Pemasaran
Fungsi Keuangan
Fungsi Produksi
Fungsi Personalia.
Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi pokok suatu perusahaan. Fungsi-fungsi
manajemen bisa dipecah ke dalam beberapa hal:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Perencanaan (Planning)
Pengorganisasian (Organizing)
Staffing
Pelaksanaan
Pengendalian.
Manajemen keuangan dengan demikian bisa diartikan sebagai kegiatan peren-canaan,
pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan.
Pertanyaan berikut adalah, jika Anda menjadi manajer keuangan kegiatan apa saja yang
akan dilakukan oleh manajer keuangan? Atau dengan kata lain, Fungsi-fungsi keuangan yang
seperti apa yang dijalankan oleh manajer keuangan? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut bisa
dilihat pada bagan berikut ini.
Bagan 1. Model Neraca Keuangan untuk Memahami Tugas Manajer Keuangan
Manajemen keuangan dengan demikian bisa diartikan sebagai kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan.
Pertanyaan berikut adalah, jika Anda menjadi manajer keuangan kegiatan apa saja yang
akan dilakukan oleh manajer keuangan? Atau dengan kata lain, Fungsi-fungsi keuangan yang
seperti apa yang dijalankan oleh manajer keuangan? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut bisa
dilihat pada bagan berikut ini.
MANAJEMEN KEUANGAN ( M. HANAFI 2004)
Manajemen keuangan bisa didefinisikan sebagai manajemen fungsi-fungsi keuangan
perusahaan. Manajer keuangan bertugas mengelola fungsi-fungsi keuangan tersebut. Muncul
pertanyaan apa tugas-tugas manajer secara lebih spesifik? Dengan semakin meningkatnya
lingkungan perusahaan, tugas manajer keuangan mengalami transformasi dari fokus mencari
pendanaan (financing) menjadi tugas yang lebih kompleks mencakup perencanaan dan alokasi
sumber daya dalam perusahaan. Di sini diperkenalkan beberapa konsep yang relevan dengan
manajemen keuangan yang kompleks tersebut. Manajemen keuangan bisa diartikan sebagai
manajemen terhadap fungsi-fungsi keuangan. Secara garis besar, fungsi-fungsi perusahaan bisa
dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu: 1. Fungsi Personalia, 2. Fungsi Keuangan, 3. Fungsi
Produksi dan 4. Fungsi Pemasaran. Keempat fungsi tersebut merupakan fungsi pokok suatu
perusahaan. Fungsi-fungsi manajemen bisa dipecah ke dalam beberapa hal: 1. Perencanaan
(Planning), 2. Pengorganisasian (Organizing), 3. Staffing, 4. Pelaksanaan dan 5. Pengendalian.
Manajemen keuangan dengan demikian bisa diartikan sebagai kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, staffing, pelaksanaan, dan pengendalian fungsi-fungsi keuangan.
1. Model Neraca Keuangan untuk Memahami Tugas Manajer Keuangan
Model neraca bisa dipakai untuk menjelaskan tugas manajer keuangan secara lebih spesifik.
Neraca keuangan suatu perusahaan terdiri dari dua sisi: sisi kiri yang meringkaskan aset yang
dimiliki oleh perusahaan, dan sisi kanan yang meringkaskan sumber dana yang dipakai untuk
membiayai sisi kiri perusahaan tersebut. Manajer keuangan bertugas mengambil keputusan
yang berkaitan dengan pendanaan (financing) dan mengambil keputusan yang berkaitan
dengan alokasi dana tersebut untuk mendanai pembelian aset (investment). Di samping itu
manajer keuangan juga mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan
jangka pendek (liquidity). Secara ringkas, tugas tersebut bisa dilihat dalam bagan 1 berikut ini.
Bagan 1 tersebut menunjukkan bahwa tiga tugas pokok manajer keuangan diarahkan untuk
meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian tujuan normatif manajemen keuangan
adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Segala aktivitas manajemen keuangan diarahkan
untuk mencapai tujuan tersebut.
Tugas manajer keuangan adalah mengambil keputusan investasi, pendanaan, dan
likuiditas dengan tujuan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham).
Dari bagan 1 tersebut, nampak bahwa sisi kiri neraca perusahaan menjadi tugas manajer
keuangan, dalam hal ini menanamkan dana pada aset perusahaan (melakukan investasi). Ada
dua tipe aset yaitu aset atau aktiva jangka pendek dan aktiva jangka panjang. Aset jangka pendek
biasanya didefinisikan sebagai aset dengan jangka waktu kurang dari satu tahun, atau kurang dari
satu siklus bisnis. Sedangkan aset jangka panjang didefinisikan sebagai aset dengan jangka
waktu lebih dari satu tahun. Sebagai contoh, piutang dagang biasanya dikatagorikan sebagai aset
jangka pendek, karena pembeli diharapkan akan melunasi utangnya dalam jangka waktu kurang
dari satu tahun. Pabrik biasanya mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun, bisa mencakup
beberapa tahun. Karena itu pabrik dimasukkan ke dalam aset jangka panjang. Tujuan keputusan
investasi adalah memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi, dengan tingkat risiko yang tertentu.
Keuntungan yang tinggi disertai dengan risiko yang bisa dikelola, diharapkan akan menaikkan nilai
perusahaan, yang berarti menaikkan kemakmuran pemegang saham. Hasil dan ringkasan
keputusan investasi tersebut akan terlihat dari sisi kiri neraca perusahaan. Sisi kiri tersebut (aktiva)
dengan demikian bisa dipandang sebagai ringkasan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.
Sisi kanan neraca merupakan tugas manajer keuangan, dalam hal ini mencari dana yang
kemudian diinvestasikan pada sisi kiri neraca. Tujuan keputusan pendanaan adalah memperoleh
dana dengan biaya yang paling murah. Sama seperti sisi kiri neraca, pendanaan mencakup dana
jangka pendek dan jangka panjang, di mana jangka pendek didefinisikan sebagai pendanaan
dengan jangka waktu kurang dari satu tahun atau kurang dari satu siklus bisnis, sedangkan jangka
panjang adalah lebih dari periode tersebut. Hutang dagang merupakan contoh pendanaan jangka
pendek, sedangkan utang dari bank dengan jangka waktu sepuluh tahun atau obligasi dengan
jangka waktu sepuluh tahun merupakan contoh utang jangka panjang. Biasanya manajer
keuangan akan berusaha memperoleh sumber dana yang mempunyai biaya yang murah pada
tingkat risiko tertentu. Sisi kanan perusahaan dengan demikian mencerminkan sumber dana yang
digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh aset yang diringkaskan pada sisi kiri neraca
keuangan perusahaan.
Komponen jangka pendek (lancar) dari aktiva dan pasiva membentuk modal kerja. Modal
kerja bersih bisa diartikan sebagai aktiva lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja merupakan
hasil dari keputusan operasional (sehari-hari). Sebagai contoh, manajer keuangan akan
mengambil keputusan seberapa besar saldo kas yang perlu dipegang agar perusahaan bisa
mendanai kegiatan operasional, tetapi saldo tersebut tidak terlalu tinggi. Saldo yang tinggi akan
mengurangi tingkat keuntungan perusahaan. Manajer keuangan juga akan memutuskan apakah
menggunakan utang dagang, dan seberapa besar. Berbagai keputusan tersebut merupakan
contoh keputusan yang berkaitan dengan kegiatan sehari-hari (operasi) perusahaan.
Ketiga keputusan tersebut kemudian bermuara pada tujuan manajemen keuangan yaitu
memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan terdiri dari nilai utang dan nilai saham. Untuk
memudahkan analisis, tujuan tersebut sering disingkat sebagai memaksimumkan kemakmuran
pemegang saham. Dengan memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, nilai utang konstan,
maka nilai perusahaan akan maksimum. Tujuan tersebut dikatakan sebagai tujuan normatif
manajemen keuangan, karena mengarahkan tindakan manajer keuangan.
Tujuan manajemen keuangan diperlukan karena prestasi manajer keuangan perlu dievaluasi
berdasarkan standar tertentu. Tujuan dalam hal ini bisa dipakai ( sebagai standar pembanding
prestasi manajer keuangan. Apabila manajer keuangan mempunyai prestasi keuangan di atas
standar yang telah ditentukan, manajer keuangan tersebut berarti berhasil melakukan tugasnya,
dan sebaliknya. Supaya tujuan tersebut bisa dipakai, kita memerlukan definisi operasional tujuan
manajemen keuangan. Dengan definisi operasional tersebut, tujuan bisa diterjemahkan ke dalam
variabel yang bisa diukur. Kemakmuran pemegang saham sering diterjemahkan ke dalam
kenaikan harga pasar saham. Dengan demikian tujuan manajemen keuangan bisa diterjemahkan
menjadi memaksimumkan . harga pasar saham. Apabila manajer keuangan tidak bisa menaikkan
harga pasar saham, maka manajer keuangan dikatakan tidak berhasil menjalankan tugasnya, dan
sebaliknya. Jika perusahaan tidak menjual sahamnya ke publik (tidak go-public}, barangkali akan
ada masalah dalam hal operasionalisasi konsep tersebut. Tetapi prinsip masih bisa dipakai.
Kemakmuran pemegang saham bisa dilihat melalui harga jual perusahaan (jika dijual) atau melalui
jasa penilai perusahaan. Meskipun cara semacam itu tidak semudah melihat harga saham, tetapi
minimal cara tersebut bisa dipakai untuk melihat kemakmuran pemegang saham.
2. MENCIPTAKAN NILAI : MENINGKATKAN ALIRAN KAS MASUK
Bagaimana perusahaan meningkatkan nilainya? Nilai bisa ditingkatkan dengan menciptakan
aliran kas yang positif. Sebagai contoh, perusahaan bisa menjalankan investasi yang
menguntungkan, yaitu yang memberikan aliran kas masuk yang positif. Perusahaan bisa
menerbitkan surat berharga dengan biaya yang sedikit dan mendatangkan aliran kas masuk yang
positif. Perusahaan bisa mengelola modal kerja sehingga bisa mendatangkan aliran kas masuk
yang positif.
Aliran kas yang menjadi fokus manajer keuangan berbeda dengan keuntungan akuntansi
(accounting profit). Aliran kas yang harus diperhitungkan oleh manajer keuangan. Timbul
pertanyaan, apa perbedaan antara aliran kas dengan keuntungan akuntansi. Keuntungan
akuntansi dihasilkan dengan mempertemukan antara pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan
untuk memperoleh pendapatan tersebut (prinsip matching). Metode semacam itu tidak selalu
memperhitungkan aliran kas yang timbul akibat transaksi yang terjadi. Contoh berikut ini akan
menjelaskan lebih lanjut perbedaan tersebut.
Misalkan suatu perusahaan mempunyai laporan laba-rugi dari suatu proyek sebagai berikut ini:
Penjualan
Biaya Operasional
Depresiasi
Keuntungan Kotor
Pajak (40%)
Keuntungan Akuntansi
1.000.000
500.000
200.000
300.000
120.000
180.000
Aliran Kas
1.000.000
(500.000)
----(120.000)
380.000
Dari Tabel di atas nampak keuntungan akuntansi yang diperoleh perusahaan adalah 180.000.
Apakah keuntungan tersebut sama dengan aliran kas masuk sebesar 180.000? Kolom berikutnya
memperlihatkan aliran kas masuk / keluar yang terjadi. Penjualan merupakan aliran kas masuk,
sedangkan biaya operasional dan pajak merupakan aliran kas yang keluar. Untuk depresiasi, tidak
ada perubahan aliran kas yang terjadi, karena itu kita tidak melakukan perhitungan terhadap
depresiasi. Kolom kanan menunjukkan aliran kas masuk positif sebesar 380.000, yang berbeda
dengan keuntungan akuntansi sebesar 180.000.
Jika kita mempunyai data semacam itu, penyesuaian dari perhitungan akuntansi menjadi
aliran kas bisa dilakukan dengan mudah sebagai berikut ini.
Aliran kas = keuntungan bersih akuntansi + depresiasi
Aliran kas = 180.000 + 200.000 = 380.000
Untuk meningkatkan nilai perusahaan, perusahaan berkepentingan untuk memperoleh aliran
kas masuk yang semakin besar.
Di samping dimensi jumlah aliran kas (magnitude), manajer keuangan perlu memperhatikan
dimensi aliran kas yang lain yaitu timing (waktu) dan risiko. Dimensi timing menunjukkan bahwa
aliran kas yang diterima saat ini mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan aliran kas
yang diterima pada periode mendatang. Nilai 1 juta saat ini dengan 1 juta yang akan diterima lima
tahun mendatang tentunya berbeda. Manajer keuangan akan memilih 1 juta yang diterima
sekarang. Ada beberapa alasan kenapa demikian, mulai dari kemungkinan inflasi yang akan
mengurangi nilai riil aliran kas yang diterima di masa mendatang, biaya kesempatan yang hilang
jika memilih aliran kas di masa mendatang (sebagai contoh, manajer keuangan bisa menerima
aliran kas sekarang dan memasukkan ke deposito dengan tingkat bunga yang tertentu), sampai
pada risiko aliran kas mendatang. Untuk mengkompensasi hal-hal tersebut, 1 juta yang diterima
sekarang akan sama dengan nilai yang lebih besar yang akan diterima di masa mendatang (misal
1,5 juta) agar manajer menjadi indifferent (sama saja) terhadap dua macam aliran kas tersebut.
Prinsip semacam itu akan diformalkan menjadi konsep nilai waktu uang (time value of money).
Bab Nilai Waktu Uang membicarakan konsep nilai waktu uang secara lebih detail.
Untuk menciptakan nilai, manajer keuangan harus menciptakan aliran kas yang positif. Tiga dimensi
aliran kas yang perlu diperhatikan: besarnya (magnitude), timing, dan risiko. Aliran kas yang besar,
diterima lebih awal, dan mempunyai risiko yang rendah, mempunyai nilai yang lebih tinggi.
3. MAKSIMIMASI KEUNTUNGAN VERSUS MAKSIMISASI NILAI SAHAM
Tujuan manajemen keuangan sering kali dinyatakan sebagai maksimisasi keuntungan. Hal
tersebut tidak tepat, karena pertama keuntungan yang besar melalui jumlah saham yang beredar
yang besar tidaklah sebaik yang kita inginkan. Berarti kita harus membicarakan keuntungan per
lembar saham. Kedua, keuntungan per lembar saham juga bukan merupakan tujuan yang tepat.
Keuntungan per lembar saham tidak memperhatikan nilai waktu uang dan risiko. Di samping itu,
seperti ditunjukkan dalam contoh di atas, keuntungan akuntansi lain dengan aliran kas. Aliran kas lah yang harus diperhatikan oleh manajer keuangan.
Maksimisasi keuntungan dengan maksimisasi nilai saham, dengan demikian merupakan dua
hal yang berbeda. Nilai saham akan ditentukan oleh banyak faktor: keuntungan perusahaan,
risiko, dan faktor lain. Harga saham yang terjadi merupakan konsensus yang terjadi di pasar
keuangan terhadap prospek dan risiko perusahaan di masa mendatang. Harga tersebut
mencerminkan informasi besarnya aliran kas, timing, risiko, dan lainnya yang dianggap relevan
oleh investor.
4. MANAJER DAN PASAR KEUANGAN
Manajer keuangan akan berhubungan dengan pasar keuangan. Bagan 3 berikut ini
menggambarkan hubungan konseptual antara manajer keuangan dengan pasar keuangan, dan
bisa dipakai untuk melihat tugas manajer keuangan dengan cara lain. Bagan tersebut
memperlihatkan empat panah (tahapan) yang menghubungkan pasar keuangan dengan manajer,
dan dengan perusahaan.
1. Manajer keuangan mencari dana dari pasar keuangan dengan jalan me-nerbitkan sekuritas
atau memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Pada dasarnya ada dua jenis
sekuritas/instrumen dasar, yaitu: saham dan utang. Saham merupakan bentuk kepemilikan
sedangkan utang merupakan pinjaman. Sisi kanan neraca keuangan meringkaskan sumber
dana yang diperoleh oleh manajer keuangan.
2.
Dana tersebut kemudian diinvestasikan oleh manajer keuangan, mem-beli aset yang bisa
menghasilkan kembalian. Sisi kiri neraca keuangan meringkaskan aset yang diperoleh
manajer keuangan, dengan menggunakan dana yang diperoleh pada langkah 1 di atas.
3. Aset tersebut menghasilkan kembalian (keuntungan).
4a. Sebagian dana tersebut dikembalikan ke pasar keuangan melalui medium yang berbeda-beda.
Untuk pemegang saham, perusahaan membagikan dividen, sementara untuk pemegang utang
perusahaan membagikan bunga dan mengembalikan pinjaman pokok utang.
4b. Sebagian kembalian (tingkat keuntungan) ditanamkan kembali oleh manajer keuangan ke
dalam perusahaan. Kebijakan dividen akan membicarakan seberapa besar keuntungan
dibagikan ke pemegang saham.
Bagan tersebut menunjukkan bahwa manajer keuangan akan berurusan dengan pasar keuangan.
Dengan demikian manajer keuangan perlu memahami bagaimana kerja pasar keuangan,
bagaimana pasar keuangan menilai suatu aset. Banyak teori dan penelitian yang telah
dikembangkan untuk memahami persoalan tersebut. Manajer keuangan perlu memahami teori
tersebut.
Tugas Manajer Keuangan juga bisa dilihat sebagai jembatan antara perusahaan dengan pasar
keuangan.
5.
PERUSAHAAN SEBAGAI SERANGKAIAN KONTRAK
Perusahaan bisa dilihat sebagai satu rangkaian kontrak antara pihak-pihak yang berkaitan.
Misal, karyawan menandatangani kontrak untuk be-kerja di perusahaan. Bank memberi pinjaman
berdasarkan kontrak yang tertentu dengan perusahaan. Manajer dikontrak oleh pemegang saham
untuk mengelola perusahaan agar perusahaan tersebut menghasilkan aliran kas yang bisa
meningkatkan nilai perusahaan, yang dengan demikian meningkatkan kemakmuran pemegang
saham. Pemegang saham itu sendiri tidaklah homo-gen. Misalkan untuk perusahaan Indonesia
yang go-public. Perusahaan tersebut didirikan oleh beberapa orang. Setelah perusahaan tersebut
berkem-bang besar, memutuskan untuk go-public, dengan menjual 30% dari total saham yang
beredar. Dengan demikian 70% saham masih dikuasai oleh pendiri, sedangkan 30% dikuasai oleh
publik. Pemegang saham pertama disebut sebagai pemegang saham mayoritas, sedangkan
pemegang saham kedua disebut sebagai minoritas. Keduanya tidak harus mempunyai tujuan yang
konsisten satu sama lain, yang berarti mempunyai potensi konflik.
Biasanya ada tiga jenis konflik keagenan yang sering dibicarakan di literatur keuangan, yaitu:
(1) Konflik antara pemegang saham dengan mana-jer, (2) Konflik antara pemegang saham dengan
pemegang utang, dan (3) Konflik antara pemegang saham mayoritas dengan minoritas. Konflik
terakhir tersebut menjadi semakin sering dibicarakan, karena mempunyai relevansi yang tinggi
dengan kondisi Indonesia. Perusahaan publik Indonesia menjual sahamnya ke publik, rata-rata
hanya mencapai 30% dari total jumlah saham beredar. Situasi tersebut berbeda dengan Amerika
Serikat, di mana pemegang saham sudah menyebar. Pemegang saham terbesar biasanya tidak
memegang lebih dari 5% total saham yang beredar. Bagian berikutnya akan menjelaskan ketiga
konflik keagenan tersebut.
5.1. Konflik antara Pemegang Saham dengan Manajer
Manajer disewa oleh pemegang saham untuk menjalankan perusahaan, agar perusahaan
mencapai tujuan pemegang saham, yaitu memaksimumkan nilai perusahaan (kemakmuran
pemegang saham). Yang menjadi pertanyaan adalah apakah manajer akan bertindak konsisten
dengan tujuan memakmur-kan pemegang saham, tujuan yang dibebankan oleh pemegang saham
kepada manajer? Dari sini muncul potensi konflik antara kedua pihak tersebut. Konflik antara
pemegang saham dengan manajer diperparah pada beberapa situasi seperti kepemilikan saham
yang tersebar. Jika perusahaan go-public (menjual sahamnya ke publik), maka ada kemungkinan
banyak orang yang akan memiliki saham perusahaan tersebut. Sebagai contoh, di Amerika Serikat, perusahaan AT&T (perusahaan telekomunikasi) dimiliki oleh 3.700.000 pemilik saham. Jika
pemegang saham terbesar memegang saham tidak lebih dari 5%, yang berarti masing-masing
pemegang saham mempunyai jumlah saham yang kecil, maka potensi konflik menjadi semakin
serius. Dalam situasi tersebut, manajer praktis akan menjadi pihak yang paling berkuasa di
perusahaan tersebut, karena pemegang saham mempunyai insentif yang rendah untuk
mengawasi manajer. Sebagai contoh, jika saya memegang saham hanya 500 lembar, maka
insentif saya untuk mengawasi manajer praktis tidak ada. Misalkan setiap pemegang saham
hanya memegang maksimal 500 lembar, maka tidak ada yang bisa mengawasi manajer. Manajer
menjadi pihak paling berkuasa dalam situasi tersebut, pemegang saham menjadi tidak efektif
dalam melakukan pengawasan terhadap perilaku manajer.
Manajer bisa mempunyai agenda sendiri yang tidak selalu konsisten dengan tujuan yang
dibebankan oleh pemegang saham. Apa tujuan manajer yang mungkin bertentangan dengan
tujuan pemegang saham? Ada beberapa, misal manajer akan cenderung mengeluarkan biayabiaya yang "tidak perlu". Misal, manajer akan senang mempunyai kantor yang bagus, peralatan
kantor yang bagus, mobil yang bagus, dan semacamnya. Donaldson, seorang peneliti di Amerika
Serikat, menyebutkan dua motivasi dasar manajer:
1. Survival - manajer berusaha menguasai sumberdaya agar perusahaan terhindar dari
kebangkrutan.
2. Independensi atau kecukupan diri - manajer ingin mengambil kepu-tusan yang bebas dari
tekanan pihak luar, termasuk dari pasar keuangan. Manajer tidak suka mengeluarkan
saham, karena akan mengundang campur tangan pihak luar. Sebaliknya manajer akan
lebih suka meng-gunakan dana yang dihasilkan secara internal.
Dengan dua motivasi tersebut, manajer cenderung mempunyai tujuan me-maksimumkan
kemakmuran perusahaan (bukannya kemakmuran pemegang saham). Kemakmuran perusahaan
bisa dicapai dengan meningkatkan ukuran perusahaan (membuat perusahaan menjadi besar).
Tujuan kemakmuran perusahaan tersebut tidak selalu konsisten dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham.
Pemegang saham bisa melakukan sejumlah tindakan untuk memastikan bahwa manajer
akan bertindak konsisten dengan tujuan pemegang saham. Tindakan semacam itu membutuhkan
biaya yang disebut sebagai biaya keagenan (agency cost). Biaya keagenan tersebut terdiri dari
biaya untuk me-monitor manajer dan biaya untuk mengimplementasikan alat kontrol terhadap
manajer. Meskipun demikian, masalah perbedaan tujuan tersebut tidak akan bisa diselesaikan
secara sempurna. Pemegang saham dengan demikian mempunyai kerugian dalam situasi
tersebut. Kerugian tersebut sering disebut sebagai kerugian sisa (residual loss).
Pemegang saham bisa membentuk dewan komisaris (board of directors) untuk mengawasi
perilaku manajer. Beberapa cara lain bisa dilakukan, antara lain:
1. Sistem penggajian yang dikaitkan dengan prestasi perusahaan (keuntungan) dan dengan
opsi saham. Jika keuntungan perusahaan naik, manajer akan memperoleh bonus. Jika
harga saham naik, manajer akan memper-oleh bonus tambahan melalui opsi saham. Misal
opsi saham ditentukan sebagai berikut ini. Saat ini harga saham adalah Rpl.000,00 per
lembar. Manajer diberi hak (opsi) membeli saham dengan harga pembelian (eksekusi)
Rp2.000,00. Jika tahun depan, harga saham lebih tinggi dibandingkan dengan harga
eksekusi, misal mencapai Rp3.000,00, manajer akan memperoleh keuntungan. Manajer bisa
membeli saham dengan harga Rp2.000 dan menjual di pasar dengan harga Rp.3.000.
Manajer memperoleh keuntungan sebesar Rpl.000,00 per lembar. Jumlah keuntungan yang
diperoleh akan tergantung jumlah lembar opsi saham yang diterima manajer tersebut. Cara
semacam itu membuat pemegang saham dan manajer memperoleh manfaat. Pemegang
saham mencapai tujuannya, yaitu harga saham yang tinggi, sedangkan manajer juga
mencapai tujuannya, yaitu memperoleh penghasilan yang tinggi.
Cara semacam itu diharapkan bisa mendorong manajer berusaha me-naikkan keuntungan
perusahaan dan nilai saham, dan dengan demikian konsisten dengan tujuan kemakmuran
pemegang saham.
2.Pasar tenaga kerja manajer akan mengontrol manajer. Manajer yang mempunyai
kemampuan yang jeiek tidak akan laku, sebaliknya manajer yang sukses akan diburu oleh
banyak perusahaan. Dengan demikian manajer akan berusaha meningkatkan prestasinya,
dengan jalan mening-katkan nilai atau harga saham, agar masa depan mereka selalu
terjaga.
3. Jika perusahaan mempunyai prestasi yang jelek, harga saham akan mengalami penurunan.
Pada situasi semacam itu, nilai perusahaan akan terlihat terlalu 'murah', dan akibatnya
perusahaan lain bisa membeli (mengakuisisi) perusahaan tersebut. Dalam kasus semacam
itu, sering-kali manajer perusahaan yang diakuisisi tidak akan dipakai lagi. Aktivitias takeover
(pengambilalihan) perusahaan semacam itu akan mendisiplinkan manajer. Manajer dengan
demikian akan berusaha agar harga saham selalu tinggi.
Alternatif-alternatif tersebut bisa dipakai untuk mengkonsistenkan tujuan pemegang saham
dengan tujuan manajer. Yang menjadi pertanyaan, seberapa efektifkah alternatif tersebut?
Jawaban tersebut merupakan persoalan empiris. Penelitian di negara maju menunjukkan bahwa
pemegang saham bisa mengendalikan manajer agar sesuai dengan tujuan memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham.
5.2. Agency Free Cash Flow
Variasi lain dari konflik keagenan antara manajer dengan pemegang saham adalah agency
free cash flow. Menurut teori ini, manajer akan berusaha memegang sumberdaya perusahaan
agar tetap dalam kendali manajer. Jika perusahaan memperoleh keuntungan atau kas masuk
tinggi, maka manajer akan berusaha agar keuntungan/kas masuk tersebut tetap berada di tangan
manajer. Meskipun sebenarnya, pemegang saham mungkin akan diuntungkan jika kas tersebut
dibagikan ke mereka (misal dalam bentuk dividen), kemudian pemegang saham dibiarkan
menginvestasikan kas tersebut ke alternatif investasi lain yang lebih menguntungkan. Manajer berusaha menahan kas tersebut dengan berbagai cara, misal tidak membayar dividen, melakukan
akuisisi (membeli) perusahaan lain. Dengan akuisisi, sumber daya masih berada di tangan
manajer.
Jensen (1986) mendefmifikan aliran kas bebas (free cashflow) sebagai aliran kas yang
tersisa setelah semua proyek dengan NPV positif didanai. Free cashflow lebih baik dibagikan ke
pemegang saham, bukannya ditahan, karena perusahaan sudah tidak mempunyai kesempatan
investasi yang menguntungkan. Kemudian pemegang saham dibiarkan memanfaatkan kas yang
diterima tersebut. Dengan cara semacam itu pemegang saham bisa memak-simumkan
kemakmurannya.
Beberapa bukti mengenai konflik agency free cash flow diajukan. Sebagai contoh,
perusahaan di beberapa jenis industri seperti minyak, rokok, dan produk kehutanan merupakan
perusahaan yang sudah mencapai tahap kedewasaan (mature). Industri semacam itu ditandai
dengan kas masuk yang stabil, kesempatan investasi yang kecil (karena sudah dewasa). Dengan
kata lain, perusahaan 'menumpuk' kas masuk, tanpa ada alternatif investasi yang bisa digunakan
untuk menghabiskan kas tersebut. Sebaiknya kas tersebut dibagikan ke pemegang saham. Tetapi
beberapa manajer mempunyai kecen-derungan tidak mau membagi kas tersebut; beberapa
menggunakan kas tersebut untuk membeli perusahaan lain. Studi di Amerika Serikat menunjukkan
bahwa rasio PV kas masuk dari investasi pengembangan ladang minyak sekitar 60-90% (dengan
kata lain PV kas keluar lebih besar dibandingkan PV kas masuk, sehingga usulan investasi
tersebut adalah usulan investasi yang tidak baik). Sebagai hasilnya, pada saat perusahaan minyak
mengumumkan peningkatan biaya eksplorasi dan pengembangan minyak, harga saham jatun atau
dengan kata lain bereaksi negatif (Jensen, Agency Free Cash Flow, Corporate Finance, and
Takeovers, American Economic Review, May 1986). Harga saham yang jatuh tersebut
mencerminkan ketidaksetujuan dari pasar terhadap transaksi semacam itu. Dengan kata lain,
pasar menganggap bahwa rencana akuisisi semacam itu bukan tindakan yang akan
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham.
Bagaimana mengatasi situasi tersebut? Beberapa alternatif bisa diajukan, seperti
menggunakan utang dan pengambilalihan (akuisisi) perusahaan. Utang mempunyai ciri yaitu
perusahaan yang berutang harus membayar bunga. Jika tidak, maka perusahaan bisa dinyatakan
bangkrut. Hal tersebut berbeda dengan dividen. Perusahaan tidak mempunyai kewajiban untuk
membayar dividen. Perusahaan tidak bisa dinyatakan bangkrut jika tidak bisa membayar dividen.
Jika perusahaan menggunakan utang, maka manajer akan 'dipaksa' mengeluarkan free cash flow
ke luar dari perusahaan. Perusahaan yang menumpuk free cash flow seringkali menjadi sasaran
akuisisi oleh perusahaan lain (menjadi target akuisisi). Perusahaan tersebut cenderung
mempunyai harga saham yang lebih rendah dari harga yang seharusnya. Karena itu harga akan
nampak lebih murah, dan dengan demikian menjadi sasaran menarik untuk dibeli (akuisisi).
Setelah diambil alih, manajer lama akan dibuang, perusahaan didisiplinkan melalui (misal utang),
dipaksa untuk mengeluarkan free cash flow, dan harga saham akan meningkat. Pembeli
perusahaan bisa memperoleh keuntungan dari harga jual yang lebih tinggi. Pemegang saham
tentu saja senang dengan mekanisme semacam itu, karena harga saham akan meningkat.
5.3. Konflik antara Pemegang Saham dengan Pemegang Utang
Di samping konflik antara manajer dengan pemegang saham, ada potensi konflik yang
mungkin timbul antara pemegang saham dengan pemegang utang. Pemegang saham, melalui
manajer, bisa mengambil keuntungan atas pemegang utang. Konflik tersebut bisa terjadi karena
pemegang saham dengan pemegang utang mempunyai struktur penerimaan (pay off) yang
berbeda. Pemegang utang memperoleh pendapatan yang tetap (yaitu bunga) dan kembalian
pinjamannya, sedangkan pemegang saham memperoleh pendapatan di atas kelebihan atas
kewajiban yang perlu dibayarkan ke pemegang utang. Jika nilai perusahaan berada dibawah nilai
kewajiban utang, pemegang utang berhak atas semua nilai perusahaan. Jika nilai perusahaan
naik di atas nilai utang, pemegang saham berhak atas kelebihan tersebut. Semakin tinggi
kelebihan tersebut, semakin tinggi nilai yang dimiliki pemegang saham, se-mentara kekayaan
pemegang utang tetap, tidak berubah. Perbedaan (asimetri) strukturpay-offtersebul bisa
menyebabkan perbedaan perilaku.
Lebih spesifik lagi, pemegang saham (melalui manajer) bisa menjalan-kan aktivitas yang
berisiko tinggi. Biasanya proyek dengan risiko tinggi mempunyai tingkat keuntungan yang
diharapkan yang tinggi juga. Jika proyek tersebut berhasil, pemegang saham akan memperoleh
keuntungan yang semakin tinggi (dengan menaikkan risiko aset). Naiknya risiko tersebut
merugikan pemegang utang. Kenapa merugikan? Bagi pemegang utang, karena perolehannya
bersifat tetap, maka tingkat keuntungan yang tinggi tidak akan berpengaruh terhadap pendapatan
pemegang utang. Bagi pemegang utang, yang lebih penting adalah memastikan bahwa
pendapatannya (yang bersifat tetap) akan diperoleh. Dengan kata lain, kualitas aset yang baik
(yang berarti ririko yang rendah) itu lebih penting. Meningkatnya risiko perusahaan dengan
demikian tidak menguntungkan pemegang utang. Pemegang utang bisa menghindari
kemungkinan semacam itu dengan membeban-kan tingkat bunga yang tinggi untuk proyek yang
mempunyai risiko tinggi.
5.4. Konflik antara Pemegang Saham Mayoritas dengan Pemegang Saham Minoritas
Di samping potensi konflik yang disebutkan di atas, masih ada potensi konflik yang lain,
misal konflik antara pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas. Seperti
yang disebutkan di atas, pemegang saham tidak bersifat homogen. Karena pemegang saham
tersebut berlainan, maka akan ada potensi konflik antarpemegang saham. Sebagai contoh,
perusahaan yang sebelumnya dikendalikan oleh pendiri, kemudian menjual sebagian kecil saham
ke publik. Dalam situasi tersebut ada dua jenis pemegang saham: mayoritas (pendiri) dan
minoritas (publik). Publik dikatakan minoritas karena, meskipun jumlah mereka barangkali banyak,
jumlah suara atau saham mereka lebih kecil dibandingkan dengan jumlah saham pendiri.
Potensi konflik bisa terjadi ketika pemegang saham mayoritas meng-ambil manfaat
(merugikan) atas pemegang saham minoritas. Misalkan ada situasi semacam ini (lihat bagan
berikut ini).
Bagan 4. Pemegang Saham Mayoritas Versus Pemegang Saham Minoritas
Misalkan PT X merupakan perusahaan publik, menjual sahamnya ke publik sebesar 30%
dari jumlah saham yang beredar. Sementara 70% saham beredar masih dipegang oleh pemegang
saham lama. Misalkan pemegang saham memegang saham PT Y 100%. PT Y mempunyai suatu
aset dengan harga pasarRp 1.000,00.
Misalkan PT X membeli aset PT Y tersebut dengan harga beli sebesar Rp2.000,00. Harga
beli tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan harga pasar aset tersebut. Dengan kata lain, PT X
mengalami kerugian dalam proses pembelian (akuisisi) tersebut. Siapa yang diuntungkan? PT Y
diun-tungkan karena memperoleh kas yang lebih besar dibandingkan dengan kas yang diperoleh
jika pembelian memakai harga pasar (standar). Karena PT X mengalami kerugian, maka
pemegang saham PT X juga akan mengalami kerugian. Baik pemegang saham mayoritas maupun
minoritas PT X mengalami kerugian. Tetapi pemegang saham mayoritas PT X juga memiliki PT Y.
Untuk pemegang saham tersebut, kerugian dari PT X akan dikompensasi oleh keuntungan dari PT
Y. Dengan kata lain, kas pindah dari kantong kiri ke kantong kanan. Bagaimana dengan
pemegang saham minoritas? Kerugian pemegang saham minoritas di PT X tidak bisa
dikompensasi oleh keuntungan di PT Y, karena mereka tidak mempunyai saham di PT Y. Dengan
kata lain, mereka hanya punya satu kantong. Kas keluar dari kantong mereka dan pergi, entah ke
mana. Dengan mekanisme semacam itu, terjadi transfer kemakmuran dari pemegang saham
minoritas ke pemegang saham mayoritas. Dengan kata lain, pemegang saham minoritas dirugikan
melalui mekanisme transfer semacam itu.
Ilustrasi berikut ini menggambarkan konflik antara pemegang saham mayoritas dengan
pemegang saham minoritas di negara lain, dalam bentuk yang berbeda.
Ilustrasi 1. Konflik Mayoritas dengan Minoritas
Velcro Industries, mencatatkan perusahaannya di Island of Curacao, di Netherland Antilles,
di mana pemegang saham tidak mempunyai hak untuk melawan. Dua pertiga saham Velcro
dikuasai oleh keluarga Cripps yang menjalankan perusahaan. Pada tahun 1988, meskipun Velcro
mempunyai kas yang besar, perusahaan memutuskan untuk menghentikan pembayaran dividen
untuk periode masa mendatang yang belum ditentukan, men-delisting sahamnya dari Montreal
Stock Exchange (Kanada), dan secara agresif menghapus asetnya untuk menurunkan tingkat
keuntungan. Harga saham jatuh, dan pada tahun 1990, ketika dividen masih tidak dibayarkan,
keluarga Cripps menawarkan pembelian saham kepada pemegang saham minoritas, dengan
harga yang lebih tinggi sedikit di atas harga pasar. Pemegang saham minoritas tidak puas
tentunya, dan mereka menuntut perusahaan di pengadil-an New York. Ketika Amerika Serikat
menjadi wilayah hukum (jurisdiction) untuk kasus tersebut, perusahaan memutuskan untuk
membatalkan penawar-an pembelian saham, dan kemudian memulai membayarkan dividen.
Perusahaan tidak bersedia melayani tuntutan hukum, karena hukum AS cenderung memberi
perlindungan yang lebih baik kepada pemegang saham, termasuk pemegang saham minoritas,
dibandingkan dengan Netherland Antilles. Sumber: Forbes, dikutip dari La Porta et. al., Agency
Problems and Dividend Policies Around the World, Journal of Finance, Vol. LX, No.l, February,
2000.
5.5. Konflik-konflik Lainnya
Dalam manajemen keuangan, konflik antara manajer-pemegang saham, pemegang sahampemegang utang, pemegang saham mayoritas-pemegang saham minoritas menduduki porsi
penting dalam pembicaraan di manajemen keuangan. Tetapi masih ada banyak kontrak-kontrak
lain di perusahaan, yang berarti ada potensi konflik antar pihak-pihak lain dalam perusahaan.
Sebagai contoh, ada potensi konflik antara karyawan dengan manajer, antara satu departemen
(misal pemasaran) dengan departemen lain (misal produksi). Wilayah konflik tersebut belum
dipelajari secara mendalam di manajemen keuangan, meskipun untuk disiplin lain, wilayah
tersebut sering dibicarakan.
Sebagai contoh, manajemen sumber daya manusia sering membicarakan konflik antara
manajer dengan karyawan. Meskipun kita akan memfokuskan pada potensi konflik antara
manajer-pemegang saham-pemegang Utang, tetapi kita harus juga menyadari potensi konflik
antar pihak-pihak lain yang disebutkan di atas.
Teori keagenan mengatakan perusahaan bisa dilihat sebagai serangkaian kontrak antar
pihak-pihak yang berkaitan. Tiga bentuk kontrak yang sering dibicarakan dalam manajemen
keuangan: (1) kontrak antara manajer dengan pemegang saham, (2) kontrak antara pemegang
saham dengan pemegang utang, dan (3) kontrak antara pemegang saham mayoritas dengan
pemegang saham minoritas. Pihak-pihak tersebut mempunyai potensi konflik satu sama lain,
karena masing-masing mempunyai tujuan yang berbeda, yang bisa tidak konsisten satu sama
lain.
Ilustrasi 2. Siapa Penyumbang Teori Keuangan yang Paling Berpengaruh ?
Siapa yang mempunyai sumbangan penting terhadap perkembangan teori keuangan?
Sumbangan penting bisa dilihat dari hadiah Nobel bidang keuangan. Hadiah Nobel diberikan
kepada tokoh yang dianggap memberikan kontribusi penting terhadap perkembangan ilmu. Untuk
teori keuangan, sampai sekarang (2003) ada beberapa orang yang sudah memperoleh hadiah
Nobel. Pada tahun 1990, Harry Markowitz, William Sharpe, dan Merton Miller memperoleh hadiah
Nobel bidang Ekonomi untuk sumbangan mereka terhadap teori keuangan.
Merton Miller bersama dengan Franco Modigliani barangkali bisa dikatakan sebagai 'bapak'
manajemen keuangan modern. Mereka mendisku-sikan pengaruh dividen dan pendanaan
(financing) terhadap nilai perusahaan melalui serangkaian artikel yang dimulai dari artikel mereka
'The Cost of Capital, Corporation Finance, and The Theory of Investment' yang muncul di
American Economic Review pada tahun 1958. Mereka berargumen bahwa pada kondisi pasar
modal sempurna, tidak ada pengaruh struktur modal atau kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan. Kebijakan pendanaan (struktur modal) maupun kebijakan dividen tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Artikel tersebut menimbulkan kontroversi dan diskusi
berkepanjangan dalam teori keuangan perusahaan (corporate finance). Sebagian besar paper
yang muncul kemudian ingin melihat ketidaksempurnaan pasar yang bisa mempengaruhi nilai
perusahaan.
Harry Markowitz barangkali bisa disebut sebagai bapak teori investasi. Markowitz, melalui
artikelnya pada tahun 1952 di Journal of Finance (Portfolio Selection), menunjukkan secara
matematis bahwa diversifikasi bisa mengurangi risiko. Dua parameter yang dia gunakan untuk
mengevaluasi investasi yaitu standar deviasi dan tingkat keuntungan (return) memungkinkan
perhitungan kuantitatif analisis investasi bisa dilakukan. Teori investasi berubah dari teori yang
deskriptif menjadi teori yang keuantitatif. William Sharpe mengembangkan lebih lanjut kerja
Markowitz menjadi teori kese-imbangan Capital Asset Pricing Model ('Capital Asset Prices: A
Theory of Market Equilibrium under Conditions of Risk', Journal of Finance, 1964). Menurut
CAPM, ada hubungan positif antara risiko sistematis (risiko yang tidak bisa dihilangkan melalui
diversifikasi) dengan tingkat keuntungan. Teori portfolio yang dikembangkan oleh Markowitz dan
Sharpe banyak digunakan saat ini dalam lingkungan akademis ataupun praktisi (profesional).
Pada tahun 1997 dua orang ahli keuangan Myron Scholes dan Robert Merton memperoleh
hadiah Nobel untuk sumbangan mereka dalam teori penilaian opsi. Myron Scholes dengan
Fischer Black menerbitkan artikel mengenai penilaian instrumen keuangan opsi di Journal of
Political Economy. Opsi adalah hak untuk membeli atau menjual aset pada harga tertentu.
Sayangnya Fischer Black sudah meninggal dunia pada tahun tersebut. Hadiah Nobel diberikan
hanya kepada orang yang masih hidup. Robert Merton juga menerbitkan model penilaian opsi,
yang merupakan penyederhanaan dari model Black dan Scholes. Teori opsi mempunyai potensi
bisa menjelaskan fenomena keuangan lebih banyak lagi.
Pada tahun 2002, ahli perilaku Daniel Kahneman memperoleh Nobel di bidang ekonomi. Dia
bersama Amos Tversky mengembangkan teori perilaku, yang kemudian mengilhami munculnya
behavioral finance (Teori Keuangan berdasarkan perilaku). Teori behavioral finance merupakan
alternatif (penen-tang) teori efisiensi keuangan. Teori efisiensi keuangan mengatakan bahwa
harga mencerminkan semua informasi yang relevan. Pasar digambarkan mempunyai proses yang
rasional. Sebaliknya, teori behavioral finance mengatakan bahwa pasar tidak serasional yang
dibayangkan. Contoh populer, adalah harga jatuh (investor panik) pada black Monday 1987 dan
1997, meskipun tidak ada informasi lain pada hari itu. Dengan kata lain, investor panik hanya
karena tidak rasional.
Siapa pemenang Nobel bidang teori keuangan di masa mendatang? Barangkali bidang efisiensi
keuangan dan teori keagenan bisa menjadi kandidat pemenang Nobel di masa mendatang.
Tentunya hanya waktu yang akan menjawab pertanyaan tersebut.Biaya
Keputusan Modal Kerja
Melakukan Investasi pada Modal Kerja yang Optimal
Tujuan Normatif Manajemen Keuangan: Maksimumkan Nilai Perusahaan
MODEL NERACA KEUANGAN UNTUK MEMAH AMI MANAJEMEN KEUANGAN
Download