DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI: PERSPEKTIF MIKROBIOLOGI Cucunawangsihl I Departemen Milcrobiologi, Fakultas Kedokteran (Jniversitas Pelita Harapan ABSTRACT Microbiological examination is a series of work consisting of three phases, which is preanalytic, analytic and post-analytic. Pre-onalytic phase is a critical information step to confirm the microorganism is responsible for infectious disease. The microbiolog,, laboratory needs a specimen that has been appropriately selected, collected, and transportedfor analysis. A poorly collected specimen will be led to the growth of commensal microorganisms/contaminants, and failure to recover important microorgonism. Specimen wos also collected prior to administration of antibiotics because it may cause the /lora changes, and leading to potentially misleading culture results. Analytical phase zs o procedures identification consisting of morphologic and culture identification, serology analysis, molecular examination, and antimicrobial susceptibiliQ. Reporting result is part of post-analytical phose in microbiolog,, examination. The microbiology result should be reported accurately, significant, ond clinically relevant. The microbiology laboratory is an integral part of the healthcare team, so frequent communication between clinician and microbiologist is required to get the best outcomes for patients. Katu kunci: microbiology - specimen - culture result ABSTRAK Pemeriksaan mikrobiologi merupakan rangkaian kerj a yang terdiri dart tiga tahap, yaitu praanalitik, analitik dan pasca-analitik. Fase pra-analitlk adalah langkah informasi penting untuk mengkonfirmasi mikroorganisme bertanggung jawab untuk penyakit menular. Laboratorium mikrobiologi membutuhkan spesimen yang telah tepat dipilih, dikumpulkan, diangkut dan untuk analisis. Sebuah spesimen dikumpulkan buruk akan menyebabkan pertumbuhan mikroorganisme komensal/kontaminan, dan kegagalan untuk memulihkan mikroorganisme penting. Spesimen juga dikumpulkan sebelum pemberian antibiotik karena dapat menyebabkan perubahan flora, dan menyebabkan berpotensi menyesatkan hasil kultur. Fase analisis adalah identifikasi prosedur yang terdiri dari morfologi dan identifikasi budaya, analisis serologi, pemeriksaan molekuler, dan kerentanan antimikroba. Hasil Pelaporan merupakan bagran dari fase pasca-analitis dalam pemeriksaan mikrobiologi. Hasil mikrobiologi harus dilaporkan secara akurat, signifikan, dan relevan secara klinis. Laboratorium mikrobiologi merupakan bagian integral dari tim kesehatan, sehingga komunikasi sering antara klinisi dan ahli mikrobiologi diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik bagi pasien. Kata kunci: mikrobiologi - specimen * hasil kultur PENDAHULUAN Dengan demikian terdapat proses interaksi Dalam memahami penyakit infeksi terdapat tiga faktor pendukung yang berperan, yaitu pejamu, lingkungan, dan agen yang menjadi diperlukan pula faktor esensial berupa waktu dan tempat untuk dapat menimbulkan suatu drantara ketiga unsur pendukung tersebut. Juga faktor penyebab penyakit. penyakit. Agen penyebab infeksi dapat diklasifikasikan menjadi bakteri, jamur, parasit, dan virus. Cucunawangsin 1Q; Faculty of Medicine Universitas Pelita Harapan Jl. Boulevard Jend.Sudirman, Lippo Karawaci, Tangerang, Indo nesia. T el: + 62 -21-542 I 0 1 3 0 ; F ax: + 62 -21 -54210133 ; Email: [email protected] 34 Deteksi adanya mikroorganisme sebagai penyebab melalui pemeriksaan mikrobiologi seperti pewarnaan ataupun kultur akan sangat membantu klinis dalam menetapkan diagnosis UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDICINUS . Vol. 4 No. 6 Februan2014 - Mei 2014 penyakit infeksi, dan terapi antibiotika empiris.3 Pemeriksaan kultur bertujuan untuk menentukan apakah suatu mikroorganisme yang ditemukan bertanggungjawab menjadi penyebab infeksi atau hanya merupakan kolonisasi saja. Hasil pemeriksaan mikrobiologi, terutama kultur akan menjadi tidak representatif bilamana terjadi kontaminasi flora normal yang didapat selama pengumpulan spesimen ke laboratorium. Pengelolaan spesimen menjadi hal penting karena proses pengumpulan, pengiriman, dan penyimpanan yang baik akan _menghasilkan hasil pemeriks aan yafig akurat.a'5 Pengelolaan spesimen yang tidak adekuat dapat memberikan hasil negatif atau positif palsu oleh karena agen biologi yang ditemukan bukan merupakan penyebab tetapi hanya kolonisasi/kontaminasi saj a. Klinisi dan tenaga medis lainnya mempunyai tanggung jawab dalam pengumpulan dan pengiriman spesimen ke laboratorium. Validitas hasil pemeriksaan sangat bergantung pada pengelolaan spesimen yang akurat dan komprehensif.o tangan higienis sebelum proses Cuci pengambilan spesimen dan tehnik septikantiseptik menjadi komponen penting pada tatalaksana spesimen mikrobiologi karena mampu menghilangkan flora normal dan kontaminasi disekitar lokasi pengambilan sebesar g}o .s'6 Pengiriman dan perymp anan yang berkepanj angan pada suhu kamar akan meningkatkan pula jumlah mikroorganisme kontaminan pada spesimen. Kontaminasi pada spesimen steril, seperti darah, cairan cerebrospinal akan menyesatkan hasil pemeriksaan dan penggunaan antibiotika sebagai terapi serta mendorong timbulnya Mul t idru g- Res is t ant Or ganis ms (MDRO). KLASIFIKASI BAKTERI Nomenklatur bakteri menggunakan 2 (dua) nama yang terdiri dari nama genus dan epitheton specificum, misalnya Staphylococcus aureus. Berdasarkan sifat struktural yang terdiri dari bentuk/morfologi, besar, cara pergerakan, dan reaksinya terhadap pewarnaan Gram, maka bakteri terbagi menjadi golongan besar yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Adapun pembagian tersebut dapat dilihat pada gambar ! dan 2.e Menurut bentuk/morfologi selnya, maka bakteri terbagi menjadi kokus, batang, spiral, dan vibrio/koma. am postrve bacilli Carynehacterium Clostridium Listeria Bacillus Staphylococcus catalase * , aureuS Streptococcus ratalase - coaEulase *agulase + 5. /\/\ ,/\ ,/\ epidermis Nnuobipcin sensitive - p-hemnlytic Iclear] /\ 5. saprophytirus pytrg€nE5 agalactiae Group 4., i:roup E, tlovobiEein resistant bacitrsein bacitracin sensitiva resistarft y-hemolytic l u-hemolytic {green} I i E nteroreccus E. faecelis, E. faecium pneumoniae ViridanE optochin mutans, sanguis sensitive, bilesaluble, caFsule +l optochin resistant, not bilB soluhle. ns Gambar 1. Klasifikasi bakteri Gram positif Sumber: http://en.academic.ru/pictures/enwiki/71lGram Positive Classification.svg UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 35 DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI f,ampyfu$a*turfttrm ftrfrser&gnnmnfioeCIe ilefsser*amendrryfidm fampyfu&a,cnerlel'lmr' EertunelhspEsrdekttrE pampertr*sir Eflrdehfl.frFerft,Eft firrcelhsp" lkraxefkcaBrrHJs Esclkrictuaaoli FmrrrseJja fubrensir f*aemupfiilJrm in#ue nzae Leguofl eJIE pne rmrqphiltra I*efisotn.c FasFm-e#amrdfffiida hrprfo# Pse rdomonss ae.rr4rrilrnsa Yerriniapestis frlefur*floCIrrtofa Hle&rrcJfiapner*nonk Gambar 2. Klasifikasi bakteri Gram (-) Sumber: Diadaptasi dari Lippincott's Illustrated Reviews Microbiology, 2nd pengobatan tidak dapat ditunda, maka spesimen diambil 1 (satu) jam sebelum pemberian antibiotika berikutnya. KETENTUAN UMUM Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam proses pengambilan spesimen mikrobiologi, yaitu : 1. Mengikuti pedoman Standard pemeriks aan daruh yang berasal dari lokasi Isolation Precaution guna mencegah kejadian penularan infeksi. Tindakan yang tepat dan jumlah yang ditampung masker, kacamata khusus. 3. Mengunakan tehnik non-touch yang sesuai dengan prosedur aseptik bilamana melakukan pengambilan spesimen dari bagian tubuh tertentu, seperti kateter, cairan serebrosptnal, darah, dan lainnya. adequat. 6. Semua spesimen harus diberi label dan formulir yangj elas untuk mengidentifikasi asal/sumber spesimen. Pada formulir permintaan dapat dituliskan informasi klinis yang dapat menunjang interpretasi hasil pemeriksaan, seperti diagnosis, terapi antimikroba. Disert akan pula label barcode guna membantu Jejak audit.6'10 Spesimen harus ditempatkan dalam wadah Memberikan label identitas pada wadah spesimen berupa nama pasien, tanggal steril yang mempunyai tutup ulir untuk menghindari kontaminasi ataupun tanggal pengambilan, jenis specimen, tumpahan. Semua wadah spesimen harus dikirimkan memakai kantung plastik khusus berkantung dua terpisah sebagai alat transport sehingga kertas formulir tidak terkontaminasi dengan spesimen.5'lo Pada pemeriksaan kultur darah, maka spesimen darah yang diambil akan ditempatkan pada botol kultur darah yang sesuai dengan permintaan klinisi ( aerob/an aer ob Ij amur I pe di atrik). 4. Sebaiknya melakukan pengambilan spesimen sebelum memulai pengobatanlterapi antibiotika. Bilamana 36 Melakukan inform consent yang jelas kepada pasien guna mendapatkan bahan and pencegahan yang dapat dilakukan yakni menggunakan baju khusus, sarung tangan, 2. 5. laht, no. MR, bangsal/departemen, lokasi pengambilan spesimen, serta waktu pengambilan. PENGELOLAN SPESIMEN Pengelolaan spesimen mikrobiologi yang meliputi pemilihan, pengambilan, pengiriman, dan penyimp anan merupakan tahap praanalitik pada siklus diagnostik. Tahap ini sangat penting dan kritikal karena pengelolaan spesimen yang baik akan mernberikan hasil pemeriksaan yang akurat. Pengelolaan yang tidak tepat akan memberikan hasil negatif UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDICINUS . Vol. 4 No. 6 Febru ari 2014 - Mei 2014 palsu/positif palsu dimana mikroorganisme yang ditemukan bukan merupakan penyebab. Hal ini disebabkan spesimen mikrobiologi merupakan mikroorganisme hidup yang bermultiplikasi atau cepat mati. Spesimen ini menjadi tidak representatif bilamana terjadi kontaminasi dengan flora normal atal komensal yang bermultiplikasi melakukan tehnik aseptik sebelum penggambilan spesimen. Menghindari kontaminasi dengan flora normal melalui tehnik pengumpulan spesimen yang benar dan tepat. 5. selama pengumpulan, pengiriman, atau pengiriman ke laboratorium. Mengirimkan spesimen ke laboratorium secepat mungkin atat menggunakan sistem transport yang sesuai dan tepat untuk menghindari kematian bakteri dalam perjalanan. Sebagai contoh, Klebsiella pneumonia yang dikenali sebagai penyebab pneumonia, tumbuh pada sputum patien dengan tanda dan gejala klinis pneumonia. Akan tetapi kuman ini juga dikenal sebagai flora normal yang berkolonisasi di nasofaring. Bilamana pengambilan sputum tidak adekuat dan didominasi dengan saliva, maka Klebsiella pneumonia yang tumbuh mungkin tidak dapat mewakilinya sebagai penyebab pneumonia. Dengan demikian terapi antibiotika yang PEMERIKSAAN MIKROBIOLOGI Pada tahap analitik yang merupakan pelaksanaan pemeriksaan mikrobiologi mempunyai beberapa macam metode pemeriksaan, yakni (1) identifikasi morfologi/mikroskopis ; (2) kultur, identifi kasi, dan uji sensitifitas antibiotika; (3) uji serologi; dan (4) biomolekuler. diberikan menjadi tidak tepat. Terdapat beberapa hal mendasar yang harus diperhatikan saat pengambilan specimen. 1. Mengambil spesimen dari lokasi yang tepat dan pada fase aktif untuk meningkatkan peluang didapatkannya mikroorganisme penyebab. Spesimen yang diambil dari daerah lesi/eksudat/drainase yang sangat mungkin mengandung mikroorganisme penyebab (contoh: indurasi luka/lesi, dasar luka bukan Identifikasi mikroorganisme yang dilakukan melalui pengamatan mikroskopis mempunyai beber apa manfaat, y allrri 1. Mengetahui jumlah dan persentase leukosit PMN yang membantu menentukan kualitas dan validitas spesimen. 2. Menyediakan informasi du gaan mikroorganisme yang menjadi penyebab dalam waktu yang cepat. Mengetahui pula apakah mikroorganisme penyebab tersebut adalah mono-microbiol ata:u polymicrobial. 3. Pemeriksaan langsung pewarnaan juga dapat memberikan informasi bakteri penyebab adalah aerob atau anaerob, sehingga klinisi dapat dengan cepat memberikan terapi antibiotika kepada permukaan, sputum bukan saliva). 2. Waktu pengambilan spesimen tepat dan dilakukan sebelum terapi antibiotika dimulai. Pengetahuan akan perjalanan dan patofisiologi proses penyakit infeksi dapat membantu dan menentukan waktu yang paling tepat untuk melakukan pengambilan spesimen. Sebagai contoh, bakterimia pada demam tifoid akan dapat terdeteksi dengan baik bilamana spesimen pasien. Pada kasus tertentu diambil pada minggu pertama dari Mengambil spesimen dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi permintaan jenis pemeriksaan. Jumlah spesimen yang terlalu sedikit dapat memberikan hasil negatif palsu. 4. gonorrhoe yang disebabkan sesuai dengan yang disarankan oleh laboratorium mikrobiologi. Selalu UNIVERSITAS PELITA HARAPAN oleh Neissheria gonorrhoeoe. 4. Mengetahui kemurnian pembiakan pemeriksaan Menggunakan alat dan bahan yang tepat, dapat ditegakkan diagnosis mikrobiologi dengan akurasi yang cukup tinggt, yaitu 70-90%. Sebagai contoh, kasus tetanus yang disebabkan oleh Clostridium tetani, kasus perj alanan penyakitnya. 3. langsung : sebelum lebih isolat hasil melakukan lanjut, sperti identifikasi dan uji sensitifitas antibiotika. Pengamatan mikroskopis langsung dapat dilakukan dengan tehnik pewarnaan 37 DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI ataupun sedian basah. Hasil yang baik akan didapat btlamana sedian apus yang dibuat mengunakan metode tetesan gantung, karena mikroorganisme, dalam hal ini bakteri dapat diamati dalam keadaan utuh. Terdapat beberapa macam tehnik pewarnaan, yaitu (1) pewarnaan Gram untuk melihat morfologi dan reaksi terhadap warna; (2) pewarnaantahan asam (acid fast) yang khusus dilakukan pada bakteri Mycobacterium spp. dan Nocardia spp.; (3) Pewarnaan Neisser atau Albert untuk melihat metakromatik pada digunakan C oryneb ac ter ium dipht eriae granula bakteri . Pembiakan spesimen pada media perbenihan dilakukan untuk mendapatkan identifikasi bakteri penyebab dan dilanjutkan dengan uji sensitifitas terhadap antibiotika. Perbedaan karakteristik dan pola pertumbuhan koloni yang khas pada media perbenihan digunakan untuk menentukan identitas bakteri dengan berpedoman pada "Bergey's Manual of Determinative Bacteriology". Uji aktivitas biokimia merupakan langkah selanjutnya pada tahap analitik untuk mendapatkan spesies dari mikroorganisme yang sedang dianalisis. Uji kepekaan terhadap antimikroba dilakukan pada isolat yang diduga menjadi penyebab infeksi. Determinasi kepekaan isolat terhadap antimikroba dilakukan dengan2 (dta) metode. Medote difusi cakram "Kirby-Bauer" (Standard Single Disc Method) akan intravascular catheter infection oleh karena CVC sangat rentan terkontaminasi flora kulit/komensal dan sangat mungkin menjadi sumber bakterimia.3'5'16 Demikian halnya dengan urin yang merupakan media yang baik bagi perkembangbiakan mikroorganisme. FLORA NORMAL Mikroorganisme yang ditemukan dalam tubuh manusia hidup secara transient yang berarti bertempat tinggal sementara atat indigenous yang hidup menetap dalam jangka waktu yang lama." Terjadi interaksi antara pejamu dengan mikroorganisme yang hidup dalam tubuh manusia, akan tetapi tidak menyebabkan sakit. Hal ini ditentukan oleh keseimbangan antara sistem imun pejamu dengan virulensi mikroorganisme. Mikroorganisme atat yang disebut dengan flora normal yang terdapat dalam tubuh manusia mampu bersifat komensal atat suai dengan s ifat hidup ny a, tr ansient atau indigenous. Mereka akan menyebabkan sakit pada pejamu bilamana berada atau hidup pato gen se pada tempat yang tidak semestinya serta adanya faktor predisposisi. Pemberian antibiotika dosis tinggi ataupun jangka panjang akan menyebabkan musnahnya flora normal dan menimbulnya pertumbuhan bakteri Gram negatif yang berlebihan. memberikan hasil sensitive, intermed rate, atau resisten. Metode dilusi tabung (Tube Dilution Method) dapat memberikan hasil konsentrasi PELAPORAN DAN INTERPRETASI hambat minimal (Kll}i{)l Minimum Inhibitoty Concentration (MIC). pelaporan dan interpretasi hasil pemeriksaan Tehnik semikuantitatif atau penghitungan jumlah koloni bakteri dilakukan pada kultur urin, dan intravascular catheter (CVC). Penghitungan koloni dilakukan untuk membantu menegakkan 38 diagnosis HASIL Tahap post-analitik terdiri dari mikrobiologi. Pelaporan hasil kultur mikrobiologi dan uji sensitifitas terhadap antibiotika harus secepatnya dilakukan. Hasil kultur darah, cairan cerebrospinal, dan cairan tubuh steril lainnya yang positif wajib dilaporkan secepatnya kepada klinisi yang merawat pasien. UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDICINUS . Vol. 4 No. 6 Februari2014 - Mei 2014 Tabel 1. Interpretasi Hasil Kultur Sputum Interpretation of Sputum Culture: Observation of Lentinol and Lucksl8 1. 2. Using the Bartlett system 3. 4. WBC and Neutrophyl 5. Chest x-ray:26,50 of purulent sputum samples showing no radiologic or clinical evidences for pneumonia of sputum samples with evidences of pneumonia were not deeply expectorated, again more reflective of oral secretion 40Yo Only l0,8yo of patient producing non-purulent sputa had pneumonia; Only 56,80 patient with pneumonia produced purulent sputum Sebagai contoh, hasil kultur daruh menunjukkan pertumbuhan Staphylococcus epidermidis. Diketahui bahwa bakteri ini adalah flora normal kulit manusia, perlu dilakukan analisis apakah bakteri yang ditemukan ini merupakan penyebab atau kolonisasr yang didapat pada saat proses pengambilan specimen. Interpretasi hasil kultur darah sangat dipengaruhi oleh jumlah darah yang diambil dan dikirimkan ke laboratorium. Bilamana Staphylococcus epidermidzs tersebut tumbuh pada 1 (satu) set kultur darah dan 2 (satu) set kultur darah yang diambil, maka peran S.epidermidis ini akan berperan kontaminan sebesar 95% dan hanya 2% berpeluang menjadi penyebab. Tehnik yang dapat diterapkan pada hasil kultur sputum adalah dengan menggunakan kriteria dari Lentinol dan Lucks yang dilihat pada tabel 1. Sistem Barlett menilai kualitas spesimen sputum melalui pengamatan langsung mikroskopis. Kualitas sputum yang baik akan memberikan hasil kultur yang lebih representatif. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah flora normal saluran nafas atas terutama pada sutum yang diambil dengan metode dibatukkan. Keberadaan flora normal sebagai penyebab atau yang berpotensi sebagai penyebab dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2.Patogen Potensial Pada Hasil Kultur Sputum Specimen Potential Pathogens Commensal Flora Streptococcus grup A (S.pyogenes) Staphylococcus spp. Streptoco ccus pneumoniae u-hemolityc streptococci Predominant S.aureus Gram (-) bacilli H.influenzae Neissheria spp. l'{ e i s s her Respiratory Tract i a menin gitidis /gono rrh oea e Enterococcus spp. Predominant Enterobacteriace ae Corynebacterium spp. Predominant Pseudomonas spp. and other Gram (-) bacilli non fermenter (Shigella spp.; Salmonella spp.; Proteus spp.) Bacillus spp. Corynebacterium diphteriae Yeast Bordetella pertusis Anaerobes Legionella Haemophillus spp. Mycobacterium Micrococcus spp. Nocardia Stomatococcus spp. Predomin ant Mor axel I a c at arrh al is Predominant Yeast UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 39 DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKS! Demikian halnya dengan hasil kultur lainnya, seperti pus, cairan serebrospinal, atalu cairan tubuh steril lainnya, sangatlah penting memperhatikan dan menilai mikroorganisme yang berhasil dibiakkan berasal dari flora normal atau komensal lingkungan. Secara umum bakteri Gram positif kokus merupakan flora normal kulit, sedangkan bakteri Gram negatif basil selain enterobacteriaceae adalah komensal lingkungan. KESIMPULAN Ahli mikrobiologi memegang peranan penting dalam menentukan suatu mikroorganisme menjadi penyebab atau hanya kolonisasi. Sangat diperlukan adanya komunikasi atalu intera ksi antara klinisi dengan ahli mikrobiologi. Interpretasi hasil pemeriksaan mikrobiologi bergantung pada pemilihan, proses pengambilan, dan pengiriman spesimen ke laboratorium. Disisi lain, gejala dan tanda kllinis merupakan hal utama yang tidak dapat ditinggalkan pada saat melakukan interpretasi hasil. Untuk itu diperlukan komunikasi yang baik antara ahli mikrobiologi dengan klinisi yang merawat pasien. DAFTAR PUSTAKA 1. Gordis L. The Dynomic of Disease Transmission. Dalam: Epidemiology, ed.3. Elsevier. 2004; 15- 55. 2. Budiarto E., Anggraeni D. Konsep Epidemiologi. Dalam: Pengantar Epidemiologi. EGC. 2003; t2-2t. 3. Winn WC Jr, Allen SD, Janda WM, Koneman EW, Procop GW, and Schreckenberger PC, et al. Koneman's Color Atlas and Textbook of Diagnostic Microbiology. Ed.6. Lippincott Williams and Wilkins. USA. 2006. 4. National Committe for Clinical Laboratory Standards. Application of a quality system model for laboratory services: Approved guideline. 2012. 5. Henry D. Isenberg. Clinical Microbiology Procedures Handbook. 2nded.2004. American Society for Microbiology, Wahington, USA. 6. J Michael 7 . 8. 9. Miller. A Guide to Specimen Management in Clinical Microbiology. 2"ded. 1999. Talagas ME, Bliziotis IA, Kasiakou SR, Samonis G, Athanassopoulou P, and Michalopoulos A. Outcome of infections due to Pan-Drug Resistant (PDR) Gram-negative bacteria. BMC Infectious Disease, 2005 (5): 2a. DOI 10. 1 1 861147 l-2334-5-24. CDC. Management of Multidrug-Resistant Organisms in healthcare setting.2006. Chatim A. Klasifikasi dan Taksonomi Kuman. Dalam: Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Bina Rupa Akasara. 1994; 1-9. 10. Ntusi N, Aubin L, Oliver S, Whitelaw A, Mendelson M. Guideline for the optimal use of blood culture. SAMJ 2010,100 (12): 839-843 III JW, Bell LM, Baumgart S, D'Angio CT, Harris MC. Distinguish sepsis from bloob culture contamination in young infants with blood cultures growing coagulase-negative Staphylococci. Pediatrics 1990, 86 (2): 157 11. St Geme 12. John Hopkins Medical Microbiology. Specimen Collection Guidelines: Update 612013. A. Dasar Pemeriksaan Kuman-Kuman Aerob, Mikroaerofilik dan Aerob. Dalam: Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Binarupa Aksara. 1994; 52-56. 13. Rahim 40 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN MEDICINUS ' Vol. 4 No. 6 Februari2014 - Mei 2014 14. Rosa Y, Karuniawati A. Uji Kepekaan Mikroorganisme Terhadap Antimikroba. Dalam: Penuntun Praktikum Mikrobiologi Kedokteran. Badan Penerbit FKUI. 2012;37 -44 15. CLSI. Antimicrobial Susceptibility Testing Standard. 2012 16. Raad I, Hanna HA, Alakech B, Chatzinikolaou C, Johnson MM, and Tarrand J. Differential Time to Positivity: A Useful Method for Diagnosing Catheter-Related Bloodstream Infections. Annals of Internal Medicin e 2004, 1 a0 ( 1 ): 18-26 . 17. Weinstein MP, Reller LP, Murphy JR, et al. The clinical significance of positive blood cultures: comprehensive analysis of 500 episodes of bacterimia and fungimia in adults. Reviews * Infectious Diseases. 1983, 5: 35-53. A of 18. Lentino J.R., Lucks D.A. Nonvalue of sputum culture in the management of lower respiratory tract infections. J Clin Microbiol 1981 ;25 :7 58-62 UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 41