DISUSUN OLEH : MULI NUR FATIMAH 2013-31-280 UNIVERSITAS ESA UNGGUL ILMU-ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PEMINATAN MANAJEMEN RUMAH SAKIT JAKARTA 2014 I. Pengertian penyakit Antraks Antraks adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Bacillus anthracis. Penyakit tersebut merupakan zoonosis khususnya binatang pemakan rumput seperti domba, kambing, dan ternak. Manusia terinfeksi penyakit ini apabila endospora masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang lecet atau luka, inhalasi atau makanan yang terkontaminasi. Secara alamiah manusia dapat terinfeksi apabila terjadi kontak dengan binatang yang terinfeksi antraks atau produk binatang yang terkontaminasi kuman antraks. Walaupun jarang, penularan melalui gigitan serangga juga dapat terjadi. Antraks yang juga dikenal dengan nama splenic fever (radang limpa) ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama atau relatif singkat yaitu 1 – 5 hari. Antraks dapat ditularkan ke manusia melalui kontak dengan hewan yang terinfeksi. Anthrax tidak ditularkan melalui manusia ke manusia, kecuali melalui hewan ke manusia, atau kontak langsung dengan spora bakterinya. Agen dari antraks adalah bakteri yang disebut Bacillus anthracis yang bersifat Gram-positif dan aerobik yang berukuran panjang 1-9 mikrometer. Sementara peneliti lain menemukan basil Anthrax ia adalah seorang dokter Jerman dan ilmuwan, Dr Robert Koch, yang membuktikan bahwa bakteri antraks adalah penyebab penyakit yang mempengaruhi hewan ternak di masyarakat. Di bawah mikroskop, bakteri terlihat seperti batang yang besar. Namun, dalam tanah, di mana mereka tinggal, organisme antraks ada dalam bentuk aktif yang disebut spora. Spora ini sangat kuat dan sulit untuk dihancurkan. Spora telah dikenal untuk bertahan hidup di tanah selama 48 tahun. II. Epidemiologi Penyakit antraks paling sering terjadi pada binatang herbivora akibat tertelan spora dari tanah. Spora dapat bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama di dalam tanah. Burung gagak dikatakan dapat berperan dalam penyebaran mikroorganisme ini. Kejadian luar biasa epizootik pada herbivora pernah terjadi pada tahun 1945 di Iran yang mengakibatkan 1 juta domba mati. Program vaksinasi pada binatang secara dramatis menurunkan mortalitas pada binatang piaraan. Walaupun demikian spora antraks tetap ada dalam tanah pada beberapa belahan dunia. Pada manusia terdapat tiga tipe antraks yaitu: antraks kulit, antraks inhalasi, dan antraks gastrointestinal. Antraks inhalasi secara alamiah sangat jarang terjadi. III. Riwayat Ilmiah Penyakit 1. Masa inkubasi Masa inkubasi (masa antara kontak dengan anthrax dan awal gejala) mungkin relatif singkat, dari satu sampai lima hari. Seperti penyakit menular lainnya, periode inkubasi untuk antrakscukup bervariasi dan mungkin minggu sebelum seorang individu yang terinfeksi merasa sakit. 2. Masa klinis Pada umumnya masa klinis penyakit Antraks adalah sebagai berikut, Pada pernafasan diawali dengan panas, menggigil dan mialgia dengan nyeri dada pada 3-5 hari setelah menginhalasi spora antraks. Setelah 1-2 hari berikutnya pasien memburuk menjadi panas tinggi, sesak nafas hebat, sianosis (badan biru), sakit dada yang terasa “remuk” dan syok. Pada Kulit, lesi dimulai dengan hilangnya rasa sakit, kadang-kadang berupa papula pruritus yang sedang (pada umumnya mengenai daerah lengan, leher atau wajah) dan meluas menjadi lesi vesiculer yang dikelilingi oleh lesi disekitarnya. “Gelatinnous halo” mengelilingi vesikel yang akan berkembang menjadi ulkus (luka) dan eschar hitam dengan cepatnya berkembang diatas ulkus. Sedangkan, gejala antraks tipe kulit ialah bisul merah kecil yang nyeri. Kemudian lesi tadi membesar, menjadi borok, pecah dan menjadi sebuah luka. Jaringan disekitarnya membengkak dan lesi gatal tetapi agak terasa sakit. Beberapa gejala-gejala antraks tipe pencernaan adalah mual, pusing, muntah, tidak nafsu makan, suhu badan meningkat, muntah berwarna coklat atau merah, buang air besar berwarna hitam, sakit perut yang sangat hebat (melilit). Daging yang terkena antraks mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: berwarna hitam, berlendir dan berbau. Sedangkan secara spesifik gejala klinis penyakit Antraks dibedakan berdasarkan tipe penyakit Antraks : 1. Tipe kulit (cutaneous Antrax) - mula-mula terjadi papel, desertai gatal-gatal dan rasa sakit - 2-3 hari kemudian menjadi vesikel yang berisi cairan kemerahan - kemudian haemorrhagic dan menjadi jaringan nekrotik yang berbentuk ulcus dengan kerak berwarna hitam ditengah dan kering yang disebut eschar (tanda patognomonik anthax) - diikuti oleh bentuk vesikel disekitarnya - disekitar ulcus sering didapati erytema dan edema - pada perabaan edema tersebut tidak lunak dan tidak lekuk (non pitting) bila ditekan 2. Tipe pencernaan (Gastro Intestinal Anthrax) - Bersifat perakut atau akut - Gejala awal rasa sakit perut yang hebat, mual, muntah, tidak nafsu makan dan suhu tubuh meningkat - Konstipasi diikuti diarhe akut berdarah - Hematemesis - Toxemia - Shock dan meninggal biasanya kurang dari 2 hari - CFR bervariasi 5-75% - Tipe ini umumnya terjadi karena memakan daging yang tidak dimasak dengan sempurna 3. Tipe Pernapasan (Pulmonary Anthrax) - sangat jarang terjadi biasanya akibat dari perluasan antraks tipe kulit atau karena menghirup udara yang mengandung spora antraks - gejala awal ringan dan spesifik - dimulai dengan lemah, lesu, subfebril, batuk non produktif (seperti tanda-tanda bronchitis) - kemudian mendadak dispnoe, sianosis, stridor dan gangguan respirasi berat - shock, meninggal biasanya dalam waktu 24 jam 4. Tipe Radang Otak (meningitis anthrax) - umumnya merupakan komplikasi antraks tipe pulmonal, intestinal atau cutaneus yang kemudian melalui aliran darah tiba pada jaringan otak sehingga menimbulkan peradangan IV. - Demam, sakit kepala hebat, kejang, kesadaran menurun, kaku kuduk - Muntah - Diakhiri dengan koma - Liquor cerebro spinalis (LCS) berwarna keruh kuning kemerahan Patogenesis Penyakit antrak disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis merupakan bakteri gram- positif. Bakterri ini dapat dikultur dengan mudah di laboratorium. Bakteri ini dapat bertahan hidup di tanah dalam beberapa decade karena kemampuannya dalam membentuk spora yang membuat dirinya tetap persisten di alam. Bentuk spora atau vegetatif ini pun merupakansalah satu faktor yang berperan dalam virulensi bakteri ini. Spora anthrax tahan terhadapsuhu ekstrim, kekeringan, dan zat kimia. Spora anthrax dikelilingi oleh lapisan longgar,yaitu exosporium yang tersusun oleh sejumlah protein, protein utama penyusunnya disebut BclA (Bacillus collagen-like protein of anthracis), merupakan glikoprotein yang mengandung cincin gula. Simtom yang ditimbulkan oleh penyakit anthrax merupakan akibat dari toksin yang disekresikan oleh bakteri ini. Bakteri Bacillus anthracis menginduksi terjadinya respon inflamasi jaringan berupanekrosis dan pendarahan. Lesi kulit yang disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis diawali dengan masuknya endospora melalui kulit yang mengalami abrasi, kemudian bakterimencapai target utamanya di lapisan subkutan. Di tempat ini bakteri berproliferasi danmenyebabkan edema lokal dan nekrosis. Makrofag yang mengenali adanya invasi kemudianmemfagositosis endospora. Endospora yang difagosit kemudian berprolierasi di dalammakrofag menjadi bakteri vegetative. Kemudian bakteri ini dibawa makrofag menujukelenjar limfa regional. Kemudian bakteri vegetatif ini dilepaskan dari makrofag, bermultiplikasi di dalam kelenjar getah bening regional menyebabkan limfadenitis hemoragik regional. Bakteri dapat menyebar melalui darah dan getah bening dan dalam jumlah besar dapat menyebabkan septikemia berat. Tingginya kadar eksotoksin yang diproduksi dapat menyebabkan kematian. Faktor virulensi utama bakteri : - Bacillus anthracis adalah binary exotoxins, oedema danlethal toxins yang dikode oleh dua plasmid yaitu pXO1 dan pXO2. Toksin yang masuk kedalam menyebabkan efek sistemik bahkan dapat mengakibatkan kematian. Plasmid pXO1 berukuran 184,5 kbp berfungsi dalam mengkode gen yang berperan dalam meningkatkansekresi eksotoksin. Kompleks gen-toksin terdiri dari gen pengkode antigen protektif, gen pengkode faktor letal, dan gen pengkode faktor edema. Ketiga komponen eksotoksin bergabung untuk membentuk dua racun biner. Toksin edema merupakan adenilat siklase. Cara Penularan transmisi penyakit anthraks V. Cara Pencegahan a. Pencegahan : Berikan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi. Dengan vaksin cell-free yang disiapkan dari filtrat kultur yang mengandung antigen protektif (tersedia di AS dari “Bioport corporation”, 3500 N. Martin Luther King, Jr. Boulevard, Lansing MI 48909). Terbukti bahwa vaksin ini efektif mencegah anthrax kulit dan pernapasan.; direkomendasikan untuk diberikan kepada petugas labororatorium yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan para pekerja yang menangani bahan industri mentah yang potensial terkontaminasi. Vaksin ini juga dapat digunakan untuk melindungi personil militer yang terpajan senjata perang biologis. Beri penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial terkontaminasi anthrax. Sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga kulit agar tidak lecet dan menjaga kebersihan perorangan. Membersihkan debu dan membuat ventilasi yang baik di tempattempat kerja pada industri berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukan supervisi medis pada para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka dikulit. Pekerja sebaiknya menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang baik untuk mencuci tangan dan pakaian dan mengganti sesudah kerja. Tempatkan ruang makan jauh dari tempat kerja. Uap formaldehid digunakan untuk disinfeksi pabrik tekstil yang terkontaminasi anthrax. Lakukan pencucian secara menyeluruh, disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan tulang atau bagian dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum diproses. Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di jual. Bangkai binatang yang terpajan anthrax jangan digunakan sebagai bahan pakan ternak. Jika dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut. Jika ingin mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindari kontaminasi tempat pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak hati-hati, sterilkan seluruh bahan dan alat yang dipakai dengan otoklaf, insinerator atau dilakukan disinfeksi dan fumigasi dengan bahan kimia. Karena spora anthrax bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur, maka teknik pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatang tersebut dengan suhu tinggi (insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan mengangkut bangkai tersebut ke tempat insenerator, hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi sepanjang jalan menuju insenerator. Jika cara ini tidak memungkinkan, kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di tempat binatang itu mati; jangan dibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida anhydrous (quicklime). Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan quicklime. Awasi dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang yang potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yang menghasilkan produk bulu, wol, tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi. Berikan Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua hewan yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan gejala anthrax dengan penisilin atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi dihentikan. Hewan ini sebaiknya tidak disembelih hingga beberapa bulan setelah sembuh. Pengobatan sebagai pengganti imunisasi dapat diberikan kepada hewan yang terpajan sumber infeksi, seperti terpajan dengan makanan ternak komersiil yang terkontaminasi. VI. Kesimpulan Penyakit antraks adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri bacillus antrachis yang dalam kondisi tertentu dapat berbentuk spora. Bakteri ini masuk ke dalam tubuh hewan melalu rumput yang dimakan oleh hewan ternak tersebut dan mengandung spora bakteri Bacillus Antrachis yang terdapat di dalam tanah tempat tumbuh rumput. Penyakit ini dapat menyebabkan kematian apabila tidak mendapatkan penangan yang lebih lanjut. Pengobatannya dapat berupa obat antibiotik pada tipe masing-masing penyakit.