Jurnal Litek Volume 7 Nomor 2, September 2010: hal. 93-96 PENGGUNAAN SENSOR ELEKTRONIK UNTUK PENENTUAN GOLONGAN DARAH M. Basyir1 1 Dosen Jurusan Teknik Politeknik Negeri Lhokseumawe ABSTRAK Mengapa transfusi darah kadang-kadang menyebabkan kematian dan pada waktu lain menyelamatkan seorang pasien, hal tersebut disebabkan kesalahan atau kecocokan darah yang ditransfusikan. Penentuan jenis golongan darah yang sering dilakukan di laboratorium atau klinik masih menggunakan cara manual yaitu cara memberikan antisera A dan antisera B pada sampel darah serta membandingkan keduanya. Makalah ini menjelaskan penggunaan sensor elektronik untuk penentuan golongan darah dan mampu menyimpan data pasien yang sudah ditentukan golongan darahnya. Tahapan-tahapan yang dilakukan: penetuan jenis sensor, rangkaian pembanding, not, mikrokontroler, keyboard, display. Sedangkan uji coba dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengujian manual dengan hasil pengujian menggunakan sensor. Sensor sudah bekerja dengan baik, dimana jika darah menggumpal akan menghasilkan logika 1 dan jika darah tidak menggumpal maka akan menghasilkan logika 0. logika 1 dan 0 menjadi masukan mikrokontroler yang diproses untuk menentukan golongan darah. Keadaan logika 1 pada sampel A dan logika 1 pada sampel B maka golongan darah AB, jika kedua sampel 0 0 maka golongan darah O, dan jika hanya pada sampel A logika 0 maka golongan darah B, sebaliknya jika pada sampel B logika 0 maka golongan darah A. Kata-kata kunci : sensor, golongan darah, elektronik mereka hanya dapat menerima jenis darah O sendiri. Mereka yang memiliki tipe darah AB tidak membuat antibodi ABO. Darah mereka tidak membedakan jenis darah ABO lainnya. Akibatnya, mereka bersifat universal receiver untuk transfusi, tetapi darah mereka akan agglutinated jika diberikan kepada orang lain dengan golongan darah yang berbeda, karena mereka menghasilkan kedua jenis antigen. Pada Tabel 1 di bawah diperlihatkan proses penggumpalan (aglutinasi) pada sampel darah dari tiap-tiap antisera. I. PENDAHULUAN Kelompok darah ditemukan pada 1900 dan 1901 di University of Vienna oleh Karl Landsteiner, dalam proses mencoba mempelajari mengapa transfusi darah kadang-kadang menyebabkan kematian dan pada waktu lain menyelamatkan seorang pasien. Semua golongan darah manusia dikelompokkan dalam kelompok darah ABO. Ada empat tipe utama: A, B, AB, dan O. Ada dua antigen dan dua antibodi yang sebagian besar bertanggung jawab atas tipe ABO. Kombinasi khusus empat komponen ini menentukan tipe individu dalam kebanyakan kasus. Saat ini pengelolaan darah sering dilakukan pada laboratorium-laboratorium klinik yang bertujuan untuk mengetahui jenis golongan darah. Salah satu cara untuk menentukan jenis golongan darah manusia adalah dengan menggunakan sistem A, B, dan O. Dilakukan dengan cara memberikan antisera A dan antisera B pada sampel darah serta membandingkan keduanya. Misalnya, orang dengan tipe darah A akan memiliki antigen pada permukaan sel darah merah mereka. Akibatnya, anti-A antibodi tidak akan dihasilkan oleh mereka karena mereka akan menyebabkan kerusakan darah mereka sendiri. Namun, jika darah tipe B disuntikkan ke dalam sistem mereka, anti-B antibodi dalam plasma mereka akan mengenalinya sebagai asing dan agglutinate meledak atau sel darah merah yang diperkenalkan dalam rangka untuk membersihkan darah dari protein asing. Bagi orang dengan jenis darah O tidak menghasilkan antigen ABO. Oleh karena itu, darah mereka biasanya tidak akan ditolak ketika ia diberikan kepada orang lain dengan berbagai tipe ABO. Sebagai hasilnya, golongan darah O tidak mengalami proses alutinasi dan bersifat universal donor untuk transfusi, tapi Tabel 1. Proses penggumpalan (Aglutinasi) Darah Golongan Darah O A B AB Serum Anti A Anti B Tidak Tidak menggumpal menggumpal Tidak Menggumpal menggumpal Tidak Menggumpal menggumpal Menggumpal Menggumpal Untuk melihat proses penggumpalan rumit dan memerlukan perhatian ekstra apabila sampel darah yang hendak diuji jumlahnya cukup banyak. Dari penjelasan di atas maka dibutuhkan alat bantu elektronik yang dapat membaca dan menentukan jenis golongan darah manusia dengan sensitifitas dan tingkat keakuratan yang tinggi serta tampilan digital agar mudah dalam pembacaan. Serta pemilihan penggunaan sensor yang cocok agar dapat membedakan antara tipe golongan darah. LDR (Light Dependent Resistior) yaitu resistor yang peka cahaya memanfaatkan baha semikonduktor 93 Jurnal Litek Volume 7 Nomor 2, September 2010: hal. 93-96 yang karakteristik listriknya berubah-ubah dimana semakin banyak cahaya yang bisa tertangkap maka resistansi LDR tersebut akan semakin menurun nilai resistansi, sehingga tegangannya akan bertambah besar. Begitu pula sebaliknya jika cahaya yang terserap sedikit maka nilai resistansi akan bertambah dan tegangannya menjadi kecil. Bahan yang digunakan adalah kadmium sulfida (CdS) dan kadmium selenida (CdSe). Bahanbahan ini paling sensitif terhadap cahaya dalam spektrum tampak , pada makalah ini LDR akan diletakkan dibawah test area sebagai penerima banyak sedikitnya cahaya yang pancarkan oleh led. LED adalah singkatan dari Light Emitting Dioda, merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya juga sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. LED dibuat agar lebih efisien jika mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah gallium, arsenic dan phosphorus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula, dan led yang akan digunakan adalah led yang mampu mengeluarkan sinar putih yang sangat terang dan mampu untuk menembus sample darah pada test area. sampel darah. Led yang digunakan adalah jenis led yang dapat memancarkan cahaya putih. Penggunaan cahaya putih dikarenakan intensitas cahaya putih lebih besar, dan cahaya yang diterima pada 2 titik sampel darah akan berbeda-beda, tergantung pada ada tidaknya proses penggumpalan. Jika pada salah satu titik sampel darah tidak ada proses penggumpalan (aglutinasi), maka intensitas cahaya yang di terima oleh LDR akan berkurang dan menyebabkan tegangan keluaran sensor menjadi rendah. Jika pada titik sampel darah yang lain ada proses penggumpalan (aglutinasi), maka intensitas cahaya yang di terima LDR akan bertambah dan menyebabkan tegangan keluaran sensor menjadi bertambah. pasien. Sensor dapat didefinisikan sebagai suatu komponen atau alat yang berfungsi untuk membaca besarnya perubahan intesitas cahaya yang diterima, makalah ini menggunakan LDR sebagai sensor, dimana jika cahaya yang diterima lebih besar maka tegangan akan lebih besar, dan jika cahaya yang diterima lebih kecil maka tegangan akan mengecil. Untuk rangkaian pembanding yang membandingkan output sensor dengan suatu tegangan threshold yang dapat diatur dengan memutar timmer potensio (10K) dengan menentukan nilai tegangan referensinya. Gambar 2. rangkaian sensor dan pembanding. LED pada output berguna sebagai indikator logika output agar kerja sensor mudah diamati. Sedangkan rangkaian pembanding digunakan agar dapat membandingkan hasil keluaran dari sensor 1 dan sensor 2. Not berfungsi untuk membalikkan hasil pembanding yang akan menjadi masukan mikrokontroler. Penggunaan keyboard sebagai masukan data-data yang menjadi identitas pasien dalam penentuan golongan darah. Sedangkan mikrokontroler sebagai pengolah informasi mulai proses pembacaan masukan sampai memproses penentuan golongan darah, menyimpan informasi goloangan darah dan data pasien. Display berfungsi untuk menampilkan informasi golongan darah dan data-data II. METODE PENELITIAN Dalam makalah ini metode penelitian yang digunakan yaitu mulai tahapan pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, kemudian proses pengujian penggunaan sensor untuk menentukan tipe golongan darah. Adapun diagram blok sistem sebagai berikut: Sensor 1 Pembanding 1 Not Sensor 2 Pembanding 2 Not Display Mikrokontroler VDD 12 volt VDD 5 volt Keyboard 12 VOLT LDR 2 220 ohm 5K Gambar 1. Diagram Blok Sistem 3 8 1 B 2 LM358 Sensor 1 dan sensor 2 dalam makalah ini penggunaan led super bright dan LDR untuk mendeteksi proses penggumpalan (aglutinasi) pada dua titik darah pada sampel uji. Led memancarkan cahaya yang akan menembus sampel darah, dan sebuah LDR diperlukan untuk menerima cahaya dari led yang telah menembus LS 7404 4 10 K Led 2 1K 220 ohm Gambar 2. Rangkaian Sensor dan Pembanding 94 Jurnal Litek Volume 7 Nomor 2, September 2010: hal. 93-96 kimia pada sampel darah yang telah diberikan sampel anti A dan anti B, setelah sensor mendeteksi dan mengeluarkan tegangan sensor berupa tegangan yang selanjutnya dibandingkan pada komparator untuk mendapatkan hasil. Untuk mendapatkan keluaran digital yang lebih sempurna untuk mudah dalam pembedaan pada mikrokontroler digunakan gerbang logika NOT yang membalikkan masukan yang keluar dari komparator dan selanjutnya data yang diterima pada mikrokontroler sesuai dengan data sensor yang berupa golongan darah maka akan ditampilkan pada LCD dan disimpan. START Inisialisasi Darah A = 11 O=O B = 10 i=O AB = O1 Baca Keyboard Masukkan Data i=i+1 III. Hasil pengukuran penggunaan sensor terlihat pada Tabel 2., dapat dijelaskan bahwa pada saat darah yang akan ditentunkan golongannya, darah ditempatkan pada tempat sampel darah, namun sebelumnya pada tempat sampel darah diberikan cairan anti A dan B. kemudian sampel darah yang akan diukur ditempatkan pada tempat sensor untuk diproses pembacaan golongan darah, maka pada saat sensor telah mendeteksi adanya darah dan pancaran sinar led akan terlewati maupun tehalang sesuai golongan darah yang diperiksa. Pada darah yang tergumpal setelah pencampuran anti A dan B sinar akan terlewati ke penerima sensor sedangkan jika tidak terjadi penggumpalan darah maka pancaran led tidak diterima pada penerima sensor. Tulis Nama i=i+1 Baca Data Darah i=i+1 Tidak Tambah Data? Ya Ya Data i<=4 Tampilan Data Dari Memori HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel 2. Hasil Pengujian Sensor pada Sampel A dan B Tidak STOP Gambar 3. Diagram alir Perangkat Lunak Pada diagram alir perangkat : diawali dari mulai program, data sensor akan diterima ke mikrokontroler dan selanjutnya diproses dimikrokontroler dan data pasien yang memeriksa golongan darah dimasukkan dan disimpan di mikrokontroler, proses pembacaan golongan darah ditampilkan ke LCD. Penggunaan sensor elektronik bekerja dengan adanya data sampel darah yang sudah ditempatkan pada posisi sensor cahaya, setelah sensor 1 dan sensor 2 mendeteksinya adanya sampel darah yang telah berada pada peletakkan sampel darah maka sensor akan mendeteksi golongan darah yang telah terbaca oleh sensor, dengan melihat perubahan intensitas cahaya yang diterima oleh sensor (LDR) dengan terjadinya proses Tabel 3. Hasil pengujian tegangan referensi, input dan output komperator, dan output gerbang logika 7404 95 Jurnal Litek Volume 7 Nomor 2, September 2010: hal. 93-96 Dari hasil yang didapatkan maka hasilnya mendekati ground dan logikanya nol pada keluaran komparator setelah melewati komparator. Dari hasil yang diperoleh berarti jika tegangan referensi yang dimasukkan pada masukan tak membalik (+) dan tegangan input pada masukan membalik (-) sedikit lebih tinggi dari tegangan referensi maka tegangan keluarannya mendekati ground. Dari hasil pengukuran pada keluaran komparator dan gerbang not dapat dianalisa bahwa keluaran sensor akan diterima terlebuh dahulu oleh komparator dan selanjutnya diterima pada gerbang not untuk mendapatkan keluaran yang diinginkan. Pada keluaran sensor untuk golongan darah AB keluaran sensor sebesar 3.00 pada sampel A dan 3.57 untuk sampel B setelah melewati komparisasi keluaran menjadi 0.04 untuk sampel A dan 0.01 untuk sampel B dan setelah diinverterkan melalui gerbang not didapatkan tegangan keluaran sebesar 4.92 untuk sampel A dan 4.90 untuk sampel B. Pada golongan darah A didapatkan hasil pengukuran sensor sampel A sebesar 0.07 volt selanjutnya keluaran komparator sebesar 3.76 volt dan pada keluaran gerbang not keluarannya 0.26 volt untuk sampel B keluaran sensor sebesar 3.58 untuk keluaran komparator sebesar 0.02 volt dan untuk keluaran gerbang logika sebesar 4.90 volt. Pada golongan darah O keluaran sensor pada sampel A keluaran sensor 0.01 dengan melewati komparator tegangan sebesar 3.73 volt dan keluaran gerbang logika sebesar 0.36 volt kondisi ini sama dengan kondisi pada sampel B, keluaran pada golongan darah O menjadi tidak menggumpal sehingga berkas cahaya tidak lewat pada penerima. Tabel 3. di atas menunjukan hasil pengujian tegangan, referensi, input dan output komperator dan output gerbang logika 7404. [2] Moh, Ibnu Malik dan Anistardi. 1997. Bereksperimen dengan Mikrokontroler 8031, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo [3] Malvino, Albert Paul. 1992. Prinsip-Prinsip Elektronika. Alih bahasa : M Barmawi, Jakarta : Erlangga [4] Sudjadi. 2005. Teori dan Aplikasi Mikrokontroler: Aplikasi pada mikrokontroler AT89C52, Graha Ilmu [5] Wasito. 1995. Vademekum Elektronika. Jakarta : PT Gramedia [6] www.atmel.com IV. KESIMPULAN Sensor sudah bekerja dengan baik, dimana jika darah menggumpal akan menghasilkan logika 1 dan jika darah tidak menggumpal akan menghasilkan logika 0. logika 1 dan 0 menjadi masukan mikrokontroler yang diproses untuk menentukan golongan darah. Keadaan logika 1 pada sampel A dan logika 1 pada sampel B maka golongan darah AB, jika kedua sampel 0 0 maka golongan darah O, dan jika hanya pada sampel A logika 0 maka golongan darah B, sebaliknya jika pada sampel B logika 0 maka golongan darah A. DAFTAR PUSTAKA [1] Boston Houston and Mifflin Company. Data Sheet: www.atmel.com, diakses pada tanggal 20 Januari 2010. 96