analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan asli daerah

advertisement
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR
PERIODE TAHUN 1990 - 2002
SKRIPSI
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syaratsyarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Oleh :
TRI CAHYONO
NIM F 0199067
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2004
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi dengan judul :
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KARANGANYAR
PERIODE TAHUN 1990 – 2002
Surakarta, 14 Agustus 2004
Disetujui dan diterima oleh
Pembimbing
Sumardi, SE
NIP. 131 658 544
HALAMAN PESENGESAHAN
Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh team penguji Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan
memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta, 28 Agustus 2004
Tim Penguji Skripsi :
1. Riwi Sumantyo, SE. ME.
NIP. 132 046 019
2. Sumardi, SE
NIP. 131 658 544
3. Drs. Mulyanto, ME.
NIP. 132 085 923
( ............................... )
Ketua
( ............................... )
Anggota
( ............................... )
Anggota
MOTTO
“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.”
(QS. Al Fatihaah (1) : 1)
“Dialah (Allah) yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, Raja, Yang
Maha Suci, Yang Sejahtera, Yang memberikan keamanan, Yang
mengawal, Yang Gagah, Yang Maha Kuasa, Yang berhak sombong,
Maha Suci Allah dari segala apa yang mereka sekutukan.”
(QS. Al Hasyr (59) : 23).
“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang sholeh dan berkata:
‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’.”
(QS. Fushshilat (41) : 33).
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan
Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat
petunjuk.”
(QS. An Nahl (16) : 125).
“Sesunggungnya sebuah cita-cita akan terwujud manakala kuat rasa
keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang dijalannya,
semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan beramal
dan berkorban dalam mewujudkannya”.
(Hasan Al-Banna, Majmu’ah Rasail)
Barang siapa tidak mau merasakan kegetiran bersama para pencari
kemulian, niscaya ia tidak akan merasakan nikmatnya tidur di bawah
naungan keagungan.
(Orang Bijak)
Barang siapa mengenal dirinya, tentu ia akan sibuk memperbaikinya
dengan tidak memperdulikan aib dan cacat orang lain.
Dan barang siapa mengenal Robbnya tentu ia akan sibuk berkhidmat
kepada-Nya dengan meninggalkan hawa nafsunya.
(Penulis yang Bijak)
PERSEMBAHAN
Syukurku kepada Sang Maha Lembut, Pencipta dan Pemelihara alam semesta,
Yang Maha Kuasa atas semua kejadian, ALLOHU RABBUL IZZATI yang
telah memberi kekuatan pada penulis menyelesaikan skripsi ini. Karya kecil ini
penulis persembahkan :

Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan pengorbanannya yang
tak terhingga sehingga penulis bisa mengenal dan memahami dunia
beserta karakternya, Semoga ALLOH SWT., membalas dengan jannahNya.

Kakakku (Mas Nuryono) dan Mbak Isnaeni (almarhum) serta Adikku
tercinta Nunung Nurhayati atas segala bantuan, dorongan, cita dan cinta
kepada penulis.

Ikhwan dan Akhwat fillah para pejuang dakwah, semoga ALLOH SWT.,
memberikan keistiqomahan serta memberikan kemenangan yang hakiki
terhadapnya beserta para pengusungnya.
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLOH SWT.,
RABB semesta alam yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, inayah dan
karunia serta pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan akademik
guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun judul skripsi ini
adalah
“ANALISIS
FAKTOR-FAKTOR
YANG
MEMPENGARUHI
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KARANGANYAR
PERIODE TAHUN 1990 – 2002.
Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya
bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak kepada penulis baik
moril, spirituil maupun materiil, maka tidaklah mungkin skripsi ini dapat tersusun
sebagaimana mestinya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta, atas segala didikan, arahan, ‘hardikan’, dan kasih
sayangnya kepada penulis.
2. Ibu Dra. Salamah Wahyuni, SU., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi dan Bapak Drs. BRM Bambang
Irawan, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Sumardi, SE selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan hingga terselesainya skripsi ini.
5. Bapak Bambang Supriyanto, SE selaku dosen pembimbing akademis yang
telah membimbing penulis dari awal sampai akhir masa studi penulis.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta serta karyawan dan segenap civitas akademika Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
7. Segenap pegawai DIPENDA Karanganyar terkhusus Mas Widodo, SE. Ak..,
pegawai BAPPEDA Karanganyar terkhusus Ibu Dra. BE. Handayani, pegawai
DEPERINDAG, BPS, KESBANGLINMAS Kabupaten Karanganyar, pegawai
BPM (Badan Penanaman Modal) Propinsi Jawa Tengah terkhusus IbuYohana
Endang yang telah membantu kelancaran penulis dalam mengumpulkan data.
8. Mas Nuryono, Mbak Eni (almarhum) dan adikku Nunung terima kasih atas
do’a, kasih sayang serta pengorbanannya kepada penulis.
9. Ikhwah fillah di BPPI FE UNS (terkhusus PHT 2001/2002), JN UKMI UNS,
FOSREMKA Karanganyar, IREMKA Karanganyar, DPRa PK Sejahtera
Kelurahan Karanganyar, DPC dan DPD PK Sejahtera Kab. Karanganyar, DPD
PK Sejahtera Kota Surakarta, teman-teman Takmir Masjid Nurulhuda
terkhusus periode 2002/2003 dan ikhwan serta akhwat di semua wajihah yang
penulis pernah bekerjasama dalam mengembalikan kemuliaan Islam.
10. Untuk Akh Darmawan, Atho’, Eryonggo, Arif Lukman, Rachmat, Iqbal, Ario,
Taufiqqurahman, Santoso dan teman-teman seperjuangan di angkatan ’99 FE
UNS ingat tanggal 22 Agustus 2006.
11. Untuk Akh Masduki, Akh Danik, Akh Supriyatin, Akh Musmuallim, Akh
Hanif, Akh Yuceu (angkatan ’98), Akh Ihsan F, Hartoyo, Windu, Ahmad
Taufik, Chambali, M. Eko, Restu AN, Arief P, Tamrin K, Gunawan, dan Akh
Rahmat (’99) dan semua teman-teman seperjuangan di Universitas.
12. Untuk adik-adikku di fakultas ; Danang W, Tato, Tarno, Antok, Imam,
Lujeng, Andri Rizko, Nanang Triyo, Syaiful, Afwan, Muji, Cicuk, Imdad,
Agus Riyadi, dll, perjuangan masih sangat panjang.
13. Untuk teman-teman EP ’99 Ari Rudiyanto, Riyadi, Devin, Wuled, Taufik K
dan teman-teman kelas D ’99 serta semua angkatan ’99 FE UNS terima kasih
atas kebersamaannya selama masa studi penulis.
14. Untuk adik-adikku di D3 Ekonomi : Utomo, Kukuh, Benny, Nita, Retno, Suci
dan semuanya saja, besarlah bersama dakwah.
15. Untuk Mularto, Fauzi, Fajar dan akhwat2 formatur FOSREMKA pokoknya
saya hanya mau jadi formatur saja.
16. Untuk para penghuni Persma Insan Kamil Mas Usman, Dieck Bono, Mas
Daniek, Mas Alim dan Syaikh Supri Al Gombongi selamat membuat bi’ah
dan peradaban baru di Sawah Karang.
17. Dan semua pihak yang telah memberi warna dalam hidup penulis dengan tinta
nya masing-masing sehingga pelangi hidup dapat penulis rasakan serta siapa
saja yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT.
Meskipun dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya,
namun diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan para
pembaca.
Surakarta, 28 Agustus 2004
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN .....................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................
ii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................
iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................
iv
HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xiii
ABSTRAKSI ...............................................................................................
xiv
BAB I.
PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Perumusan Masalah ......................................................................
10
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................
10
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
11
E. Kerangka Pemikiran ......................................................................
12
F. Hipotesis ........................................................................................
14
G. Metodologi Penelitian ...................................................................
14
1. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................
14
2. Sumber Data..............................................................................
14
3. Definisi Operasional Variabel ..................................................
15
4. Teknik Analisis Data ................................................................
16
BAB II. TELAAH PUSTAKA ..................................................................
27
A. Perubahan Struktural .....................................................................
27
1. Teori Pembangunan Lewis .......................................................
27
2. Perubahan Struktural Model Chenery ......................................
29
B. Pembangunan Daerah ...................................................................
29
1. Pengertian Pembangunan Daerah ...........................................
29
2. Corak Pembangunan Daerah ...................................................
30
C. Otonomi Daerah ............................................................................
33
D. Sumber-sumber Pendapatan Daerah .............................................
34
1. Menurut UU No. 5 tahun 1974 ..............................................
34
2. Menurut UU No. 25 tahun 1999 .............................................
36
E. Produk Domestik Regional Bruto .................................................
48
1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto .........................
48
2. Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto .........
49
3. Peranan
Produk
Domestik
Regional
Bruto
terhadap
Pendapatan Asli Daerah ..........................................................
50
F. Guna Investasi dalam Pembangunan Ekonomi .............................
51
1. Peranan Modal dalam Pembangunan ......................................
51
2. Teori Harrod-Dommar ............................................................
52
3. Relasi Antara Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi .........
53
G. Peranan Jumlah Penduduk dalam Pembangunan ..........................
54
H. Pendapatan Per Kapita ..................................................................
56
I. Hasil Penelitian Sebelumnya ........................................................
58
BAB III. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ........................
59
A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Karanganyar ...............................
59
1. Kondisi Geografis ...................................................................
59
2. Pemerintahan ...........................................................................
60
3. Penduduk dan Tenaga Kerja ...................................................
60
4. Sosial ......................................................................................
63
5. Pertanian ..................................................................................
65
6. Industri dan Perdagangan .......................................................
67
7. Perhubungan ............................................................................
68
8. Keuangan Daerah, PDRB, Inflassi, Struktur Ekonomi,
Pendapatan Per Kapita dan Investasi ......................................
69
B. Tinjauan Keuangan Daerah ..........................................................
74
1. Penerimaan Daerah .................................................................
74
2. Pendapatan Asli Daerah ..........................................................
76
3. Pengeluaran Daerah ................................................................
76
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN .................................
81
A. Analisis Deskripsi Variabel ..........................................................
81
1. Pendapatan Asli Daerah ..........................................................
81
2. Produk Domestik Regional Bruto ...........................................
82
3. Investasi ..................................................................................
83
4. Jumlah Penduduk ...................................................................
84
5. Pendapatan Per Kapita ............................................................
85
B. Analisis Data .................................................................................
86
1. Uji Statistik .............................................................................
88
2. Uji Ekonometrika ....................................................................
91
3. Interpretasi Hasil .....................................................................
93
C. Trend Perkembangan PAD ...........................................................
97
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
102
A. Kesimpulan ...................................................................................
102
B. Saran .............................................................................................
104
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
LAMPIRAN-LAMPIRAN ...........................................................................
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1
Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun
9
Anggaran 2001 dan 2002 .........................................................
Tabel 3.1
Kecamatan, Luas Wilayahnya, Jumlah Penduduk dan
62
Kepadatan Penduduk per Kecamatan .......................................
Tabel 3.2
PDRB Kabupaten Karanganyar Atas Dasar Harga Berlaku
70
(ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun
1998 – 2002 ..............................................................................
Tabel 3.3
Inflasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002 .............
Tabel 3.4
Struktur Ekonomi Kabupaten Karanganyar tahun 1998 –
2002 Atas Dasar Harga Konstan 1993 .....................................
Tabel 3.5
73
Jumlah Investasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 –
2002 ..........................................................................................
Tabel 3.7
72
Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten
Karanganyar tahun 1998 – 2002 ..............................................
Tabel 3.6
71
74
Realisasi Penerimaan Daerah di Kabupaten Karanganyar
tahun 2000 – 2002 ....................................................................
75
Tabel 3.8
Target dan realisasi PAD Kab. Karanganyar 1998 – 2002 ......
76
Tabel 3.9
Realisasi
Pengeluaran
Pemda
Kabupaten
Karanganyar
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 – 2002 ..............................
Tabel 4.1
Realisasi
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD)
Kabupaten
Karanganyar Tahun 1990 – 2002 .............................................
Tabel 4.2
79
82
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Karanganyar tahun 1990-2002 Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) ....................................................................................
Tabel 4.3
Perkembangan Jumlah Investasi Kabupaten Karanganyar
Tahun 1990 – 2002 ...................................................................
Tabel 4.4
83
84
Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 1990 –
2002 ..........................................................................................
85
Tabel 4.5
Perkembangan
Pendapatan
Per
Kapita
Kabupaten
Karanganyar tahun 1990 – 2002 Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK) ....................................................................................
Tabel 4.6
86
Hasil Pengolahan Data dengan Variabel Dependen adalah
Log PAD ..................................................................................
88
Tabel 4.7
Hasil Uji Multikolinieritas .....................................................
92
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................
92
Tabel 4.9
Trend Perkembangan PAD Kab. Karanganyar tahun 1990 –
2002 ..........................................................................................
Tabel 4.10
98
Hasil Perhitungan Trend PAD Kabupaten Karanganyar 1990
– 2010 .......................................................................................
99
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Perbedaan UU 5/1974 dan UU 22/1999 ...................................
6
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran .................................................................
12
Gambar 1.3 Uji t ...........................................................................................
17
Gambar 1.4 Percobaan d (Durbin – Watson) ...............................................
23
Gambar 2.1 Sumber-sumber Penerimaan Daerah ........................................
37
Gambar 4.1 Percobaan d (Durbin – Watson) ...............................................
93
ABSTRAK
Tri Cahyono, F0199067. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN ASLI DAERAH KARANGANYAR PERIODE 1990 – 2002.
Skripsi. Surakarta : Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Latar belakang penelitian ini adalah diberlakukannya undang-undang
otonomi daerah, sehingga pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengatur
rumah tangganya sendiri termasuk keuangan daerah masing-masing. Sumber
pendapatan daerah diperoleh dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah. Untuk itu pemerintah harus
dapat menggali potensi dari daerah itu sendiri untuk meningkatkan sumbersumber pendapan daerah.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh PDRB,
investasi, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap
besarnya PAD Kabupaten Karanganyar, faktor yang paling dominan
mempengruhi, trend perkembangan PAD.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa variabel PDRB,
investasi, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh
terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar; variabel PDRB paling
mempengaruhi PAD; serta trend perkembangan PAD Kabupaten Karanganyar
tahun 2010 meningkat.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu
(time series) mulai tahun 1990-2002. Metode yang digunakan adalah regresi linier
berganda dengan model log dilanjutkan dengan uji statistik yaitu uji t (uji parsial),
uji F (analisis varian) uji R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu
uji multikolinieritas, heterokedastisitas dan autokorelasi.
Dari hasil analisis statistik dengan tingkat signifikansi 5 % diperoleh bahwa
baik secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi,
jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan
terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar.
Koefisien regresi faktor PDRB sebesar 6,743 menunjukkan bahwa
penambahan sebesar 1 % PDRB akan meningkatkan PAD sebesar 6,743 %.
Koefisien regresi investasi sebesar -0,318 menunjukan bahwa penambahan
investasi sebesar 1% akan menurunkan PAD sebesar -0,318 %. Koefisien regresi
jumlah penduduk sebesar 14,472 menunjukan bahwa penambahan penduduk 1%
akan menaikan PAD sebesar 14,472 %. Koefisien regresi pendapatan per kapita
sebesar -7,088 menunjukan bahwa penambahan 1% pendapatan per kapita akan
menurunkan PAD sebesar -7,088 %.
Untuk uji F menunjukkan bahwa F hitung yaitu sebesar 46,178 lebih besar
dari F tabel yaitu sebesar 6,04 yang berarti Ha diterima. Hal ini menunjukkan
bahwa keempat faktor tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap PAD
di Kabupaten Karanganyar. Untuk uji R2 didapatkan nilai Adjusted R-Squared
sebesar 0,938 berarti bahwa variabel independen dapat menjelaskan 93,8 %
terhadap variabel dependen sedangkan sisanya 6,2 % dijelaskan variabel lain di
luar model.
Sedangkan untuk uji asumsi klasik, yaitu uji multikoliniearitas, uji
heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi ternyata tidak terdapat penyimpangan, ini
menunjukkan bentuk persamaan yang digunakan bersifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator).
Dilihat dari koefisien beta PDRB (3,033) mempunyai pengaruh yang paling
dominan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar dibandingkan koefisien
beta variabel lain yaitu investasi sebesar -0,264, jumlah penduduk sebesar 0,904
dan pendapatan per kapita sebesar -2,852.
Dari hasil penghitungan trend perkembangan PAD Kabupaten Karanganyar
tahun 2010 meningkat secara meyakinkan. Implementasi kebijakan yang
disarankan adalah peningkatan kinerja perekonomian pada sektor-sektor dominan
yang ada di Kabupaten Karanganyar.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan
kesejahteraan rakyat. Lebih luas lagi pembangunan ekonomi diartikan
sebagai usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang
seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita (Irawan
& Suparmoko, 1992 : 5). Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus
dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir
dan batin secara adil dan merata. Sebaliknya pembangunan tergantung pula
pada partisipasi seluruh rakyat yang berarti pembangunan harus dilaksanakan
secara merata oleh segenap masyarakat, baik dalam memikul beban
pembangunan
maupun
dalam
pertanggungjawaban
atas
pelaksanaan
pembangunan ataupun pula dalam menerima kembali hasil pembangunan.
Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan
daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional di
arahkan untuk mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan
antar daerah, daerah kritis, daerah perbatasan dan daerah terbelakang lainnya.
Pembangunan tersebut disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah
masing-masing untuk meningkatkan kemampuan daerah tersebut.
Bila ada perubahan struktur yang menyangkut pembangunan wilayah
suatu daerah, maka daerah memerlukan berbagai kebijaksanaan khususnya
yang mengatur antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal ini pemerintah
diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembangunan di wilayah
masing-masing, sebab
sukses dan tidaknya pembangunan
nasional
tergantung pada sukses dan tidaknya pembangunan di daerah. Keberadaan
pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten atau kota yang mampu
menyelenggarakan kelancaran dan pemerataan pembangunan mutlak
diperlukan. Hubungan antara pusat dan daerah yang sering dibicarakan
adalah berkaitan dengan masalah otonomi daerah, khususnya pembagian
tugas, wewenang dan tanggungjawab pemerintah pusat dan daerah.
Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dan sangat menentukan
bagi daerah agar mampu mengatur rumah tangganya sendiri dengan sebaikbaiknya adalah kemampuan daerah di dalam mengadakan atau memperoleh
dana-dana atau pendapatan asli daerah sendiri. Untuk merealisasikan
kegiatan pembangunan yang tersebar di daerah-daerah, dapatlah kita
maklumi unsur pembiayaan yaitu tersedianya dana dalam jumlah yang
memadai dan pengelolaan yang baik merupakan dasar utama bagi
pelaksanaan rencana pembangunan yang akan dilakukan, sehingga menjadi
dasar bagi perumusan kebijakan program-program investasi dan penetapan
sasaran-sasaran pembangunan.
Sunarti (2003 : 3) menyampaikan, sejalan dengan struktur pemerintah
yang berlaku di tiap daerah di wilayah nasional terdapat tiga komponen
pembiayaan pembangunan dari pemerintah :
1.
Pembiayaan pembangunan dari pemerintah pusat yang dialokasikan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk
pembiayaan program-program pembangunan di daerah tingkat I.
2.
Pembiayaan pembangunan dari pemerintah daerah tingkat I yang
dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
tingkat I untuk pembiayaan program-program pembangunan daerah
tingkat I.
3.
Pembiayaan pembangunan dari pemerintah daerah tingkat II yang
dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
tingkat II untuk pembiayaan program-program pembangunan daerah
tingkat II.
Masing-masing komponen pembiayaan dari pemerintah tersebut
diharapkan dapat digunakan sebaik-baiknya sesuai dengan jalur-jalur yang
telah ditentukan dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat
mempengaruhi berlangsungnya pembangunan.
Dari pembangunan ekonomi nasional yang terjadi selama pemerintah
orde baru (orba) lebih terfokus pada pertumbuhan ekonomi, hal ini ternyata
tidak membuat banyak daerah di tanah air berkembang sesuai harapan.
Proses pembangunan dan peningkatan kemakmuran sebagai hasil dari
pembangunan selama itu ternyata lebih terkonsentrasi di pusat (Jawa), pada
tingkat nasional laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun cukup tinggi
dan tingkat pendapatan per kapita naik terus setiap tahun (sampai krisis
terjadi pada pertengahan tahun 1997 sampai tahun 1998), namun sebaliknya
pada tingkat regional. Demikian juga, kesenjangan dalam distribusi
pendapatan semakin besar.
Terjadinya ketimpangan ekonomi regional di Indonesia selama
pemerintahan orde baru (orba), salah satu penyebabnya karena berdasarkan
UU. No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah; dalam
pelaksanaannya pemerintah pusat terlalu dominan menguasai dan mengontrol
hampir semua sumber-sumber pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai
penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam yang
dimiliki daerah. Akibatnya daerah-daerah tersebut tidak dapat menikmati
hasilnya dengan proporsional atau layak, juga bantuan dan pinjaman luar
negeri, PMA, dan tata niaga di dalam negeri diatur sepenuhnya oleh
pemerintah pusat, sehingga hasil yang diterima daerah lebih rendah daripada
potensi ekonominya. Lebih lanjut Sunarti menyampaikan (2003 : 6), bahwa
konstelasi hubungan keuangan pusat dan daerah menyebabkan relatif
kecilnya peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di dalam struktur
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan kata lain,
kontribusi penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk bagi
hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan mendominasi
konfigurasi APBD. Sumber-sumber penerimaan yang relatif besar pada
umumnya dikelola oleh pemerintah pusat, sedangkan sumber-sumber
penerimaan yang relatif kecil dikelola oleh pemerintah daerah.
Dengan kondisi yang terjadi pada pemerintahan orde baru tersebut,
praktis
hampir
semua
kegiatan
pemerintahan
maupun
kegiatan
perekonomiannya semua ada di tangan pemerintah pusat, sedangkan
pemerintah daerah tidak mempunyai wewenang dalam mengatur rumah
tangganya
sendiri.
Hal
tersebut
menyebabkan
ketimpangan
dan
ketidakberdayaan ekonomi, sehingga muncul sentimen regional dan represi
serta pelanggaran hak-hak masyarakat lokal. Dengan kondisi tersebut
memicu masyarakat terutama di daerah untuk mendapatkan otonomi yang
lebih luas dan nyata.
Untuk menyikapi tuntutan dari masyarakat tersebut MPR RI
mengamanahkan pada TAP MPR RI No. XV/MPR/1998 tentang
penyelenggaraan otonomi daerah, untuk memberikan kewenangan yang luas,
nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional yang
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari aspek pengaturan
geografis, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan daerah. Dengan amanat
dari MPR RI tersebut maka pemerintah mengeluarkan UU No. 22 tahun 1999
tentang pemerintahan daerah sebagai pengganti UU No. 5 tahun 1974 tentang
pokok-pokok pemerintahan daerah, serta UU No. 25 tahun 1999 tentang
perimbangan keuangan antara pusat dan daerah sebagai pengganti UU No. 32
tahun 1956 tentang perimbangan keuangan antara negara dan daerah-daerah
yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri.
Menurut pasal 1 ayat 8 UU No. 22 tahun 1999, otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun tujuan
pokok undang-undang ini untuk mewujudkan landasan hukum yang kuat
bagi penyelenggaraan otonomi daerah, dengan memberikan keleluasaan
kepada daerah untuk menjadikan daerah otonom yang mandiri dalam rangka
menegakkan sistem pemerintahan sesuai dengan UUD 1945. Perbedaan
antara UU No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 22 tahun 1999 dapat dilihat
dalam gambar 1.1 berikut ini.
UU No. 5 tahun 1974
DPRD
UU No. 22 tahun 1999
Kepala Daerah
DPRD
Sekda
Bapeda
Kepala Daerah
Sekda
Dinas
Bapeda
Dinas
Gambar 1.1 Perbedaan UU 5/1974 dan UU 22/1999
(Sumber : Bratakusumah & Solihin, 2002 : 6)
Dalam penyelenggaraan otonomi daerah di kabupaten dan kota,
Bupati atau Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota dan
berkewajiban memberikan laporan kepada Presiden malalui Menteri Dalam
Negeri dalam rangka pembinaan dan pengawasan (Bratakusumah & Solihin,
2002 : 6).
Pembinaan lebih ditekankan pada memfasilitasi upaya pemberdayaan
Daerah Otonom, sedangkan pengawasan lebih ditekankan pada pengawasan
represif untuk lebih memberikan kebebasan kepada Daerah Otonom dalam
mengambil keputusan serta memberikan peran kepada DPRD dalam
mewujudkan fungsinya sebagai badan pengawas terhadap pelaksanaan
Otonomi Daerah (Bratakusumah & Solihin, 2002 : 9).
Dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 25 tahun 1999, perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mencakup pembagian
keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah
secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan
potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan
pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan
tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya.
Diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999
diharapkan mampu mendorong pemerintah daerah untuk berbenah dan
menyiapkan diri untuk lebih mandiri, karena selama ini daerah tidak
dimungkinkan untuk mandiri. Faktor yang menentukan mampu tidaknya
suatu daerah untuk berotonomi adalah kemampuan keuangan atau kapasitas
dari potensi daerah. Artinya daerah otonom harus memiliki kemampuan
untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri. Ketergantungan kepada
bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah
(PAD) harus menjadi bagian keuangan sendiri yang terbesar (Tambunan,
2001 : 202).
Menurut Sutrisno PH dalam Sunarti (2003 : 8), bahwa Pendapatan
Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang menunjukkan suatu daerah
dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai daerah. Sehingga
dapat dikatakan bahwa PAD merupakan pendapatan rutin dari usaha-usaha
pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan
untuk membiayai tugas-tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan menurut
UU No. 25 tahun 1999 Pasal 4, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah
penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber daerah dalam
wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (Perda)
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hasil dari realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar tahun
anggaran 2001 dan 2002 menunjukkan kenaikan jumlah penerimaan. Secara
lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.1 :
Tabel 1.1. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun
Anggaran 2001 dan 2002. (dalam rupiah)
No.
Jenis Pendapatan
2001
2002
1 Sisa lebih perhitungan anggaran
6.292.021.661 14.773.399.554
tahun yang lalu
2 Pendapatan Asli Daerah Sendiri
a.
Pajak Daerah
5.499.092.957
8.613.155.352
b.
Retribusi Daerah
7.888.008.985 10.100.729.611
c.
Bagian Laba BUMD
1.011.956.770
1.325.046.577
d.
Pendapatan lain-lain
2.146.897.762
2.458.875.527
3 Bagian pendapatan yg berasal
dari pemberian pemerintah dan
atau instansi yg lebih tinggi
a.
Bagi hasil pajak/bukan
17.526.794.764 21.545.994.705
pajak
186.413.369.786 222.497.812.500
b.
Subsidi daerah otonom
4 Lain-lain pendapatan yg sah
10.235.160.804
7.457.034.000
Jumlah penerimaan
246.052.316.489 290.519.047.826
Sumber : DIPENDA Kabupaten Karanganyar, Realisasi Pendapatan Daerah
Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2001 – 2002.
Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata, dinamis dan
bertanggungjawab,
sentralisasi
penyelenggaraan
pemerintahan
oleh
pemerintah pusat yang selama orde baru terjadi seyogyanya secara bertahap
mulai dilimpahkan kepada daerah. Dengan semakin meningkatnya
kewenangan yang ada pada daerah, peranan keuangan daerah sangat penting
karena daerah dituntut untuk dapat lebih aktif lagi dalam memobilisasi
sumber dananya sendiri disamping mengelola dana yang diterima dari
pemerintah pusat secara efisien. Untuk itu pemerintah daerah harus dapat
menggali potensi daerah masing-masing guna meningkatkan pendapatan asli
daerahnya agar pembangunan daerah tetap berjalan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini judul
yang diambil adalah : “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar Periode tahun
1990 - 2002”.
B.
Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini, masalah-masalah yang akan diteliti adalah :
1.
Bagaimanakah pengaruh variabel Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita
masyarakat terhadap besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Karanganyar ?
2.
Apakah variabel yang paling dominan yang mempengaruhi Pendapatan
Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar ?
3.
Bagaimanakah trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 ?
C.
Tujuan Penilitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB), investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita
masyarakat terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar.
2. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang mempengaruhi
PAD Kabupaten Karanganyar.
3. Untuk mengetahui trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 ?
D.
Manfaat Penilitian
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak di bawah ini,
sebagai berikut :
1.
Bagi Peneliti
Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Pendapatan Asli Daerah yang ada di Kabupaten Karanganyar.
2.
Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah Kabupaten
Karanganyar dalam mengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan
Pendapatan Asli Daerah Karanganyar.
3.
Bagi Pihak Lain
Merupakan tambahan informasi khususnya pengetahuan mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah terkhusus di
Kabupaten Karanganyar.
E.
Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan Bab III pasal 3 UU No. 25 tahun 1999 sumber-sumber
penerimaan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan,
pinjaman daerah, serta lain-lain penerimaan yang sah.
Oleh karena itu gambar 1.1 berikut tentang kerangka pemikiran
diharapkan mampu memberikan gambaran awal mengenai penilitian ini.
Investasi
Jumlah Penduduk
Pendapatan Per Kapita
PDRB
PAD
Trend
Perkembangan
Dana Perimbangan
Pinjaman Daerah
Meningkat/
menurun
Sumber-sumber
Pendapatan
Daerah
Lain-lain
Penerimaan yang
Sah
Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran
Pendapatan asli daerah sebagai salah satu pendapatan daerah diharapkan
dapat ditingkatkan penerimaannya. Dalam penelitian ini PAD dipengaruhi
beberapa faktor yaitu Produk Dometik Regional Bruto, investasi, jumlah
penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah. Dengan PDRB
dapat dilihat jumlah serta nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit
usaha di suatu daerah dapat diketahui atau untuk mengetahui jumlah nilai
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
daerah.
Investasi sebagai salah satu komponen penting dari permintaan agregat
yang merupakan satu faktor penting bagi pembangunan ekonomi atau
pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan investasi yang tinggi maka
pembangunan ekonomi juga akan tinggi yang selanjutnya akan diikuti oleh
meningkatnya penerimaan pemerintah daerah.
Peningkatan penerimaan dan penawaran barang dan jasa tidak terlepas
dari meningkatnya jumlah penduduk dengan syarat penduduk tersebut
mempunyai kemampuan untuk membeli barang dan jasa. Peningkatan
jumlah penduduk akan mempengaruhi penerimaan pajak dan restribusi dari
masyarakat pengguna jasa.
Semakin besar pendapatan per kapita berarti pertumbuhan ekonomi
suatu daerah semakin tinggi, yang diikuti oleh peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat akan
mendorong meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang berujung pada
peningkatan permintaan. Termasuk di dalamnya konsumsi terhadap barang
dan jasa yang disediakan oleh pemerintah dan akan berpengaruh pula pada
kemampuan dalam membayar pajak.
Pengaruh dari PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per
kapita masyarakat terhadap PAD kemudian diproyeksikan untuk mengetahui
pengaruh dimasa yang akan datang, apakah meningkat atau menurun.
F.
Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut :
1. Bahwa faktor PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per
kapita masyarakat diduga berpengaruh terhadap besarnya Pendapatan
Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar.
Bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diduga merupakan
variabel paling dominan dalam mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Kabupaten Karanganyar.
2. Trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Karanganyar diduga meningkat pada tahun 2010.
F.
Metodologi Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian
ini
mengambil
tempat
di
wilayah
Kabupaten
Karanganyar kurun waktu tahun 1990 – 2002.
2.
Sumber Data
Data yang digunakan berupa data skunder, yang diperoleh melalui
instansi terkait
yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten
Karanganyar; Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kabupaten
Karanganyar; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)
Kabupaten Karanganyar; Pemerintah Kabupaten Karanganyar Bagian
Keuangan dan Bagian Anggaran; Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
Penanaman
Modal
(DEPERINDAG
&
PENMAL)
Sub
Dinas
Penanaman Modal Karanganyar dan Badan Penanaman Modal (BPM)
Propinsi Jawa Tengah serta buku-buku literatur yang berhubungan
dengan penelitian.
3.
Definisi Operasional Variabel
a. Pendapatan Asli Daerah
Menurut UU No. 25 tahun 1999 yang dimaksud dengan Pendapatan
Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan
peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan dinyatakan dalam rupiah.
b. Produk Domestik Regional Bruto
Adalah nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi
oleh penduduk dalam suatu daerah tertentu dan dalam jangka waktu
satu tahun (Arsyad, 1992 : 16) dan diukur dengan satuan rupiah.
c. Investasi
Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam modal atau
perusahaan pembeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi guna menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian yang
dinyatakan dalam rupiah.
d. Jumlah Penduduk
Merupakan keseluruhan penduduk Kabupaten Karanganyar yang
tercatat pada akhir tahun yang dinyatakan dalam jiwa.
e. Pendapatan Per Kapita
Adalah tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Karanganyar pada
tahun tertentu yang dinyatakan dalam rupiah.
4. Teknik Anilisis Data
a. Analisis hipotesis pertama
Untuk menguji hipotesis pertama digunakan data time series
dari tahun 1990 – 2002. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
berganda dengan variabel dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dan variabel independen PDRB, investasi, jumlah penduduk dan
pendapatan per kapita, rumus yang dugunakan (Djarwanto, 1996 :
309) :
Log Y = a + b1logX1 + b2logX2 + b3logX3 + b4logX4 + e
dimana :
Y
= Pendapatan Asli Daerah
a
= konstanta
b
= koefisien regresi
e
= standar error
X1
= PDRB (dalam rupiah)
X2
= investasi (dalam rupiah)
X3
= jumlah penduduk (dalam jiwa)
X4
= pendapatan per kapita (dalam rupiah)
a. Uji Statistik
1) Uji t
Merupakan pengujian variabel penjelas secara individu yang
dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara
individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
dependen. Langkah-langkah pengujian hipotesis :
a) Hipotesis : Ho : 1 = 0
Ha : 1  0
b) Menentukan thitung dengan rumus (Gujarati, 1995 : 78) :
Thit 
1k
S e (1 )
dimana :
1 : koefisien regresi
Se : standar error koefisien regresi
c) ttabel  t/2 = N – K
dimana
 = derajat signifikansi
N = jumlah sampel / observasi
K = banyaknya parameter/koefisien plus konstanta
Ho diterima
-t/2
Ho ditolak
+t/2
Gambar 1.3. Uji t
d) - ttabel < thitung > + ttabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak.
Hal ini berarti variabel independen tidak berpengaruh
terhadap variabel dependen pada tingkat  = 5 %.
e) thitung < -ttabel atau thitung > +ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini dapat dikatakan variabel independen secara
statistik berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat
 = 5 %.
2) Uji F (uji keseluruhan koefisien regresi)
Uji ini merupakan pengujian terhadap variabel-variabel
independen secara keseluruhan dan serentak yang dilakukan
untuk melihat apakah variabel independen secara keseluruhan
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Hipotesis : Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0
Ha : 1  1  1  1  0
Fhitung dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Gujarati, 1995 : 81) :
Fhit 
R 2 /( K  1)
(1  R ) 2 /( N  K )
Kriteria pengujian adalah :
a)
Apabila nilai Fhit < Ftab, maka Ho diterima yang berarti
bahwa tidak ada pengaruh yang serentak dari semua variabel
independen
terhadap
keyakinan tertentu.
variabel
dependen
pada
derajat
b)
Apabila nilai Fhit > Ftab, maka Ho ditolak yang berarti
bahwa
semua
variabel
independen
secara
serentak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
pada derajat keyakinan tertentu
3) Uji R2 (koefisien determinasi)
Uji ini untuk menghitung seberapa besar variasi dari
variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel
independen. R2
yang digunakan
adalah
R2
yang telah
memperhitungkan jumlah variabel bebas dalam suatu model
regresi/R2 yang telah disesuaikan (Adjusted R2 ).
R2 diperoleh
dengan rumus (Gujarati, 1995 : 101) :
R-2 = 1 – ( 1 - R2 )
N 1
N k
dimana :
N
= Jumlah Sampel
K
= Banyaknya Variabel
R-2 = Adjusted R- Squared
R2 = R- Squared
b. Uji Ekonometrika
1) Multikolinieritas
Salah satu cara untuk mendeteksi ada/tidaknya masalah
multikolinieritas adalah dengan menggunakan “Uji Frisch”.
Yaitu dengan memasukkan seluruh kemungkinan variabel X ke
dalam model regresi ganda dan kemudian mengeluarkan
(membuang) variabel yang tidak signifikan secara statistik satu
per satu (regresi bertahap ke belakang atau stepwise backward
regression). Keputusan untuk menambah atau membuang sebuah
variabel biasanya didasarkan atas sumbangan (kontribusi) dari
variabel yang bersangkutan terhadap Jumlah Kuadrat Kesalahan
(Error
Sum
of
Squares)
yang
ditentukan
oleh
uji-F
(Sumodinigrat, 2001 : 288).
Untuk menghitung F kritis (Fi) dengan menggunakan rumus
(Modul Lab EP, 2001 : 6) :
Fi 
R 2 /( K  1)
(1  R ) 2 /( N  1)
Hasil Fi dibandingkan dengan Ftabel. Jika Ftab>Fi maka
variabel independen tersebut kolinear terhadap variabel lainnya,
sebaliknya jika Ftab<Fi maka variabel independen tidak kolinear
terhadap variabel independen lainnya.
2) Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas
adalah
keadaan
dimana
faktor
pengganggu bervarian tidak sama, E (ei2)  e. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai F yang relatif kecil. Apabila hal ini
terjadi, maka akibatnya prediksi akan menjadi salah (bias).
Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam
fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga
penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun
sampel besar (tetapi masih tetap tidak bias dan konsisten). Salah
satu metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah
Heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan Uji Glejser.
Adapun tahap-tahap dalam Uji Glejser yaitu :
(a) Lakukan regresi terhadap model yang digunakan.
(b) Setelah mendapatkan nilai residual ei dan regresi OLS,
selanjutnya regresikan nilai absolut ei, ei, terhadap
variabel X yang diduga mempunyai hubungan erat dengan
i2
Model ei =  0 + i Xi + Ui
dimana :
ei = Nilai absolut residual.
Xi
= Variabel penjelas.
Ui
= Variabel penggangu.
Hipotesis yang digunakan :
Ho :  = 0
(Tidak Ada Masalah Heteroskedastisitas)
Ha :   0
(Ada Masalah Heteroskedastisitas)
(c) Apabila t
hitung
> t
tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima,
berarti ada masalah heteroskedastisitas. Sedangkan jika
thitung  ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak
ada masalah heteroskedastisitas / homokedastisitas (Gujarati,
1991: 177-188).Autokorelasi
3) Autokorelasi
Autokorelasi adalah keadaan dimana faktor penggangu (ei)
pada model dalam peride tertentu berkorelasi dengan kesalahan
pengganggu sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya
autokorelasi, maka kita akan memperoleh nilai bias dalam
mengestimasikan () ditunjukkan adanya varian yang besar.
Metode yang digunakan adalah “Uji Durbin- Watson (DW)”.
Adapun langkah – langkah pengujian dalam autokorelasi
adalah sebagai berikut :
(a) Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei
(b) Hitung nilai d
d
 (ei  ei 1 )
 ei
2
dimana :
ei = Simpangan pada variabel independen
(c) Dapatkan nilai kritis dL dan dU, dengan menentukan nilai k
terlebih dahulu.
Menentukan hipotesis, yaitu :
(a) Jika hipotesis Ho, tidak ada serial korelasi positif
ddL
: Menolak Ho
d>dU
: Tidak menolak Ho
dL d dU : Pengujian tidak menyakinkan
(b) Jika hipotesis Ho, tidak ada serial korelasi negatif
d  4-dL
: Menolak Ho
d > 4-dU
: Tidak menolak Ho
4- dL  d  4- dU : Pengujian tidak menyakinkan
(c) Jika hipotesis Ho, tidak ada serial korelasi positif
maupun negatif
Autokorelasi positif
Ragu
2
Ragu
2
Autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi
0
dl
du
2
4-du
4-dl
4
Gambar 1.4. Percobaan d (Durbin – Watson)
b. Analisis hipotesis kedua
Untuk mendeskripsikan perkembangan PAD digunakan alat
analisis trend dengan rumus (Sumodiningrat. G, 2001 : 105) sebagai
berikut :
Y = a + bX
Dimana :
Y = jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (dalam rupiah)
a
= konstanta
b
= besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap satu
variabel X
X = tahun
Untuk mencari koefisien a dan b digunakan rumus :
a
b
Y
N
 XY
 X2
Penggunaan model trend linier dengan metode least square ini
bertujuan untuk melihat perkembangan trend hubungan variabel X dan
Y selama periode penelitian maupun prospek di masa mendatang.
Dimana keadaan tersebut tergantung kepada :
1. Bila b < 0, maka perkembangan trend hubungan X dan Y adalah
menurun.
2. Bila b > 0, maka perkembangan trend hubungan X dan Y adalah
meningkat.
Untuk memperoleh ketepatan koefisien b maka perlu dilakukan
uji statistik dalam hal ini yang digunakan hanya uji t dan uji F karena
hanya memuat dua variabel yaitu variabel dependen Y dan variabel
independennya X, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji t
Merupakan pengujian variabel penjelas secara individu yang
dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara
individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen.
Langkah-langkah pengujian hipotesis :
a. Hipotesis : Ho : 1 = 0
Ha : 1  0
b. Menentukan thitung dengan rumus (Gujarati, 1995 : 78):
Thit 
1k
S e (1 )
dimana :
1 : koefisien regresi
Se : standar error koefisien regresi
c. ttabel  t/2 = N – K
dimana
 = derajat signifikansi
N = jumlah sampel / observasi
K = banyaknya parameter/koefisien plus konstanta
d. - ttabel < thitung > + ttabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal
ini berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen pada tingkat  = 5 %.
e. thitung < -ttabel atau thitung > +ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha
diterima. Hal ini dapat dikatakan variabel independen secara
statistik berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat 
= 5 %.
2. Uji F
Uji ini merupakan pengujian terhadap variabel-variabel
independen secara keseluruhan dan serentak yang dilakukan untuk
melihat
apakah
variabel
independen
secara
keseluruhan
mempengaruhi variabel dependen secara signifikan.
Hipotesis : Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0
Ha : 1  1  1  1  0
Fhitung dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut
(Gujarati, 1995 : 81) :
Fhit 
R 2 /( K  1)
(1  R ) 2 /( N  K )
Kriteria pengujian adalah :
a. Apabila nilai Fhit < Ftab, maka Ho diterima yang berarti bahwa
tidak ada pengaruh yang serentak dari semua variabel
independen
terhadap
variabel
dependen
pada
derajat
keyakinan tertentu.
b. Apabila nilai Fhit > Ftab, maka Ho ditolak yang berarti bahwa
semua variabel independen secara serentak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen pada derajat
keyakinan tertentu.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
A.
Perubahan Struktural
Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses peralihan (transisi) dari
satu tingkat ekonomi tertentu yang masih bercorak sederhana dan dalam
keadaan terkekang menuju ke tingkat yang lebih maju yang mencakup
kegiatan yang beraneka ragam. Dalam transformasi tersebut, terlaksana suatu
transformasi dalam arti perubahan pada perimbangan-perimbangan keadaan
yang berkisar pada landasan kegiatan ekonomi dan melekat pada tata susunan
ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan
ekonomi sebagai transisi yang ditandai oleh suatu transformasi yang
mengandung perubahan yang mendasar pada struktur ekonomi atau disebut
perubahan struktural (Djojohadikusumo, 1994: 90). Teori perubahan
struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan
perekonomian dalam negeri dari peranian subsistem yang sangat tradisional
ke perekonomian modern dan lebih beraneka ragam di bidang manufaktur dan
jasa.
Cara pendekatan perubahan struktural ini mempunyai tokoh-tokoh yang
sangat terkenal, yaitu W. Arthur Lewis dan Hollis Chenery (Todaro, 1994:
68).
1. Teori Pembangunan Lewis
Lewis beranggapan bahwa di negara berkembang terdapat tenaga
kerja yang berlebih, tetapi menghadapai masalah kekurangan modal. Sebagai
akibat keadaan ini produktivitas sebagian tenaga kerjanya menjadi sangat
kecil, nol atau negatif. Analisis Lewis mengenai proses pembangunan dalam
perekonomian yang menghadapi kelebihan tenaga kerja dapat dibedakan
menjadi tiga aspek, yaitu :
a. Analisis mengenai corak proses pembangunan.
b. Faktor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal menjadi
bertambah tinggi.
c. Faktor-faktor yang menyebabkan proses pembangunan tidak berlaku
lagi.
Proses pembangunan yang digambarkan Lewis bertitik tolak dari teori
klasik yang membedakan perekonomian menjadi dua sektor kapitalis dan
sektor subsisten. Dalam proses pembangunannya diperhatikan adanya (i) para
pengusaha yang selalu berusaha memaksimumkan keuntungan mereka, (ii)
tingkat upah sama dengan tingkat produksi batas (marginal product), (iii)
selama penawaran tenaga kerja masih jauh melebihi yang diperlukan, tingkat
upah tidak akan mengalami perubahan.
Menurut teori Lewis proses pembangunan bermula dan selanjutnya
berlangsung terus sebagai akibat dari penanaman kembali keuntungan yang
diciptakan dalam sektor kapitalis. Apabila sektor kapitalis memperoleh
keuntungan, dana tersebut akan ditanamkan kembali oleh para pengusaha.
Kegiatan ini akan menciptakan sejumlah kesempatan kerja di sektor kapitalis,
sehingga produksi di sektor ini meningkat dan tercipta pembangunan
ekonomi. Akibat perkembangan ini, tercipta keuntungan yang lebih besar dan
keuntungan tersebut akan ditanamkan kembali oleh para pengusaha, sehingga
kegiatan ekonomi semakin kompleks, kesempatan kerja lebih banyak tercipta
dalam sektor ini dan pada akhirnya akan menciptakan kenaikan produksi dan
pembangunan ekonomi. Proses pembangunan ini akan terus menerus
berlangsung sehingga dalam perekonomian tidak terdapat lagi kelebihan
tenaga kerja.
2. Perubahan Struktural Model Chenery
Hollis Chenery dengan analisis empirisnya tentang pola-pola
pembangunan. Salah satu ciri umum yang ditemukan oleh Chenery adalah
adanya transformasi struktur produksi yaitu pergeseran dari produksi
barang pertanian ke produksi barang industri pada saat pendapatan per
kapita masyarakat meningkat. Perubahan struktural tahap awal ini
memperlihatkan bagian (share) dari output industri dalam (Gross
Domestic Product) GDP meningkat dan bagian output pertanian menurun,
pada saat pendapatan perkapita meningkat. Menurunnya tingkat output
pertanian tidak berarti produksi pertanian secara absolut turun, namun
yang terjadi adalah penurunan produk pertanian secara relatif (Todaro,
1994 : 75).
B. Pembangunan Daerah
1. Pengertian Pembangunan Daerah
Pengertian Pembangunan Daerah yaitu suatu proses dimana
pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada
(sumber daya ekonomi dan non ekonomi) dan membentuk suatu pola
kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta dalam rangka
menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan
ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah bersangkutan (Arsyad, L
1999 : 108). Melalui pola kemitraan daerah, serta partisipasi masyarakat
dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensipotensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun
perekonomian di daerahnya.
2. Corak Pembangunan Daerah
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak
pembangunan yang diterapkan berbeda pula, peniruan mentah-mentah pola
kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah belum
tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Jika akan
membangun duatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan
kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) daerah yang bersangkutan. Oleh
karena itu, penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap daerah harus
dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentu
perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan (Arsyad, L 1999 :
109).
Menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah,
penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai subsisten pemerintahan
negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat sebagai daerah otonom, daerah
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakaan
kepentingan
masyarakat
berdasarkan
prinsip-prinsip
keterbukaan,
partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat.
Menurut UU No. 22 tahun 1999 tersebut, bahwa penyelenggaraan
pemerintah di daerah didasarkan atas tiga asas yaitu : asas desentralisasi,
dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
a.
Asas Desentralisasi
Yang dimaksud dengan asas desentralisasi adalah penyerahan
wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Wewenang yang telah diserahkan dalam rangka pelaksanaan asas
desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab
daerah sepenuhnya. Dalam hal ini prakarsa dan kehendak sepenuhnya
diserahkan kepada daerah, baik yang menyangkut penentuan
kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan maupun yang menyangkut
lembaga perencana adalah perangkat daerah itu sendiri.
b.
Asas Dekonsentrasi
Pengertian Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh
pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau
perangkat pusat di daerah. Dalam pelaksanaannya tidak semua urusan
pemerintahan
dapat
diserahkan
kepada
daerah,
menurut
asas
desentralisasi, maka penyelenggaraan berbagai urusan pemerintah di
daerah dilaksanakan oleh pemerintah di daerah berdasarkan asas
dekonsentrasi. Urusan-urusan yang diserahkan pemerintah kepada
pejabatnya di daerah menurut asas dekonsentrasi ini tetap menjadi
tanggung jawab pemerintah pusat, baik mengenai perencanaan,
pelaksanaan, pembiayaan maupun pengawasannya. Untuk pelaksanaan
dalam hal ini adalah instansi-instansi vertikal yang dikoordinir oleh
pemerintah kepada daerah, akan tetapi kebijaksanaan terhadap
pelaksanaan
urusan
dekonsentrasi
sepenuhnya
ditentukan
oleh
pemerintah pusat. Adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat di daerah
memunculkan pemerintah daerah yang bersifat administratif wilayah.
Wilayah Administratif itu sendiri adalah wilayah kerja gubernur selaku
wakil pemerintah atau lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat
yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan secara umum
di daerah.
c.
Tugas Pembantuan
Pengertian dari tugas pembantuan adalah penugasan dari
pemerintah pusat kepada daerah dan desa serta pemerintah daerah ke
desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disetai pembiayaan,
sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban
melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada
yang menugaskan. Dalam pelaksanaannya tidak semua urusan
pemerintah dapat diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan
rumah tangganya. Ada beberapa urusan masih tetap merupakan urusan
pemerintah pusat. Namun karena terbatasnya kemampuan masih
menjadi tanggungjawabnya itu berdasarkan asas dekonsentrasi, maka
tugas tersebut menjadi terasa berat.
C.
Otonomi Daerah
Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti sendiri,
dan nomos yang berarti aturan. Jadi secara etimologi otonomi berarti
mengatur sendiri atau zelfwergwing. Dalam penjelasan lebih lanjut dijelaskan
bahwa dalam perkembangan sejarah di Indonesia otonomi itu selain
mengandung arti “perundangan” juga mengandung arti pemerintahan.
Dalam UU No. 22 tahun 1999, pengertian otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat
sesuai
dengan
peraturan
perundang-undangan.
Dengan
memperhatikan pengalaman penyelenggaraan otonomi daerah di masa
lampau dengan menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab,
dengan penekanan pada otonomi yang lebih mengutamakan kewajiban
daripada hak, maka dalam undang-undang ini hal pemberian kewenangan
otonomi pada daerah kabupaten dan kota didasarkan pada asas desentralisasi
saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab.
Pengertian otonomi daerah yang luas adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang
pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan,
peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yang
akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Di samping itu, keleluasaan
otonomi daerah mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam
penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengendalian dan evaluasi.
Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasan daerah untuk
menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara
nyata ada dan diperlukan, serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah.
Yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah berupa
perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan
kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus
dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa
peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik,
pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta
pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah
dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
D.
Sumber-sumber Pendapatan Daerah
1.
Menurut UU No. 5 tahun 1974
Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secata nyata
kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya
adalah self-supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain,
faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat
kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya (Josef Riwu Kaho,
2001 : 124).
Sehubungan dengan pentingnya keuangan ini, Pamuji menegaskan
bahwa :
“Pemerintahan Daerah tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan
efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan
pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah
satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah
dalam mengurus rumah tangganya sendiri.”
Pentingnya posisi keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi
daerah sangat disadari oleh pemerintah. Sesuai dengan Penjelasan Umum
UU. No. 5 Tahun 1974 sebagai berikut :
“Agar Daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan
sebaik-baiknya, maka kepadanya perlu diberikan sumber pembiayaan
yang cukup. Tetapi mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat
diberikan kepada Daerah, maka kepada Daerah diwajibkan untuk
menggali sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.” (Josef Riwu Kaho, 2001: 126).
Menurut UU No. 5 tahun 1974 sumber-sumber pendapatan daerah
(Josef Riwu Kaho, 2001:126) adalah :
a. Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS), yang terdiri dari :
1) Hasil Pajak Daerah
2) Hasil Retribusi Daerah
3) Hasil Peusahaan Daerah
4) Lain-lain usaha Daerah yang sah
b. Pendapatan yang berasal dari pemberian Pemerintah yang terdiri dari :
1) Sumbangan dari Pemerintah
2) Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangundangan
c. Lain-lain pendapatan yang sah
Berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka Pendapatan Daerah dapat
dibedakan ke dalam dua jenis yaitu :
1)
Pendapatan Asli Daerah
2)
Pendapatan non-asli Daerah
2.
Menurut UU No. 25 tahun 1999
Sumber-sumber penerimaan daerah berdasar UU No. 25 tahun 1999
untuk pembiayaan desentralisasi dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut
ini:
Gambar 2.2
Sumber-sumber Penerimaan Daerah
Sumber-sumber Penerimaan Daerah
Asli Daerah
Perimbangan
Daerah
Lain-lain
Pajak Bumi &
Kebutuhan di Luar
Alokasi Umum
Bangunan
Prioritas Nasional
Luar Negeri
Pengelolaan
aset Daerah
Dalam Negeri
Keuntungan
Perusda
Bagi Hasil
Restribusi
Dana Alokasi Khusus
Pajak
Dana Alokasi Umum
(PAD)
Hasil
Pengelolaan
Kekayaan
Daerah
Lainnya yang
Dipisahkan
Lain-lain
Hibah,
Dana,
Darurat
Peneriman
Lainnya
Pinjaman Saham
Pinjaman
Deviden
Dana
Bagian Laba
Pendapatan
Dana Reboisasi
BPHTP
Matching Grants
Hasil
Hutan,
Tambang
Umum,
Perikanan
Sumber
: Bratakusumah & Solihin, 2002 : 173
Minyak
Bumi
Gas Alam
Menurut UU No. 25 tahun 1999, pembiayaan desentralisasi
dilakukan melalui kombinasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana
perimbangan, pinjaman daerah, dan pendapatan lain yang sah. Pada
dasarnya, daerah otonomi akan menjalankan fungsinya secara efektif dan
efisien apabila PAD cukup tinggi, sehingga secara leluasa dan mandiri
menentukan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat setempat.
Secara lebih rinci, sumber-sumber pendapatan daerah dapat
dijelaskan lebih lanjut :
a. Pendapatan Asli Daerah
Dalam pasal 4 UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan
keuangan antara pusat dan daerah PAD terdiri dari (J & J. Learning,
2000 : 39)
1)
Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan salah suatu unsur PAD yang
mencakup pajak asli daerah dan pajak negara diserahkan kepada
daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pajak daerah ini dapat dibedakan dalam dua katagori yaitu
pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak
negara, yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada
daerah. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 18 tahun 1997
tentang pajak daerah dan retribusi. Pajak Dareah adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepala daerah tanpa
imbalan langsung seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
perundang-undangan (Eugenia LM, 1998 : 3).
Dalam UU No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan
retribusi, pasal 2 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa secara garis besar
terdapat dua jenis pajak yaitu pajak daerah tingkat I dan pajak
daerah tingkat II.
Yang termasuk pajak daerah tingkat I adalah :
a) Pajak Kendaraan
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Sedangkan jenis pajak daerah tingkat II terdiri dari :
a) Pajak Hotel dan Restoran
b) Pajak Hiburan
c) Pajak Reklame
d) Pajak Penerangan Jalan
e) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Gol. C
f)
Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
Dengan peraturan pemerintah dapat ditetapkan jenis pajak
selain yang ditetapkan di atas yang memenuhi kriteria, sebagai
berikut (Eugenia LM, 1998 : 7)
a) Bersifat sebagai pajak bukan restribusi
b) Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum
c) Potensi memadai
d) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif
e) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat
f) Menjaga kelestarian lingkungan
Dalam pasal 3 UU No.18 tahun 1997, tarif pajak ditetapkan
paling tinggi sebesar :
a) Pajak Kendaraan Bermotor 5 %
b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 10 %
c) Pajak Hotel dan Restoran 10 %
d) Pajak Hiburan 35 %
e) Pajak Reklame 25 %
f) Pajak Penerangan Jalan 10 %
g) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Gol. C 20 %
h) Pajak Pemanfaatan Air Tanah dan Air Permukaan 20 %
Dengan
semakin
meningkatnya
jumlah
penduduk
dan
peradaban dunia serta diiringi dengan kemajuan teknologi yang
cepat maka membawa akibat tugas yang dipikul pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan semakin berat, baik secara kualitatif
maupun kuantitatif. Melihat kenyatan itu, tentu dana yang
diperlukan untuk pembangunan semakin banyak dan pemerintah
mengharapkan dana
yang diperoleh dari
masyarakat
juga
meningkat. Hal ini agar pembangunan yang sedang dilaksanakan itu
dapat berjalan lancar dan cita-cita masyarakat dapat terwujud.
Dengan kelonggaran itu, maka daerah bisa memungut pajak
guna memperoleh dana untuk pembiayaan dalam mengurus dan
mengatur anggaran rumah tangganya. Di samping itu, berarti obyek
yang sudah dipungut oleh daerah tidak dapat dipungut lagi oleh
pusat, dan sebaliknya. Dalam membedakan mana sebagai sumber
untuk pemerintah pusat dan mana untuk daerah, didasarkan pada
alasan-alasan tertentu, beberapa alasan itu antara lain :
a) Latar belakang sosial politik
Yaitu latar belakang sejarah politis kemasyarakatan,
terbentuknya dan perkembangan politis suatu negara.
b) Luasnya pemasaran barang dan jasa
Jika barang dan jasa diperjualbelikan di pasar lokal saja,
maka hendaknya dipungut oleh pemerintah daerah dan apabila
di pasar nasional dan internasional, maka pajak dipungut oleh
pemerintah pusat.
c) Manfaat barang-barang kolektif
Yaitu manfaat barang yang sifatnya kolektif dan barangbarang itu termasuk sektor nasional dan internasional,
pemungutannya lebih tepat dilakukan oleh pemerintah pusat.
Sebaliknya bila bersifat regional maka dikelola oleh pemerintah
daerah.
d) Yuridis teknis
Mutasi hak-hak kebendaan terhadap barang-barang tidak
bergerak yang paling mengetahui adalah pemerintah daerah,
maka hendaknya pajak yang dikenakan merupakan penerimaan
pemerintah daerah.
e) Administrasi dan kestabilan
Jika merupakan teknis administrasi yang tinggi, sebaiknya
merupakan pajak negara, tetapi pajak-pajak negara yang
pendapatannya relatif stabil sebaiknya diserahkan ke pemerintah
daerah.
Jenis-jenis yang merupakan pungutan pemerintah adalah :
(1) Di dalam pajak dibedakan :
- Pajak negara
- Pajak daerah
(2) Dalam pajak daerah sendiri dibedakan :
- Pajak daerah yang berasal dari pajaknegara
- Pajak daerah yang asli dari daerah sendiri
- Bea dan Cukai
- Lain-lain, yaitu : restribusi, iuran dan lain-lain pungutan
yang sah
2)
Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan salah satu bagian dari PAD
sebagaimana diatur dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang
pemerintah daerah, UU No. 18 tahun 1997 tentang pajak dan
retribusi dan retribusi daerah serta PP No. 20 tahun 1997.
Menurut UU tersebut, retribusi adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu, yang
khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk
kepentingan orang pribadi atau badan (Eugenia LM, 1998 : 5).
Pungutan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, antara lain : tarif yang dikenakan, kualitas dan kuantitas jasa
pelayanan yang diberikan dan tuntutan kebutuhan masyarakat atas
jasa pelayanan tersebut. Selanjutnya untuk pelayanan di masingmasing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan dalam bentuk
peraturan daerah (perda). Adapun retribusi daerah dibagi menjadi
tiga yaitu (Eugenia LM, 1998 : 5) :
a) Retribusi jasa umum
Kemudian dalam PP No. 20 tahun 1997, dijelaskan yang
termasuk dalam retribusi jasa umum adalah :
- Retribusi pelayanan kesehatan
- Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan
- Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan
akta catatan sipil
- Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat
- Retribusi parkir
- Retribusi pasar
- Retribusi air bersih
- Retribusi pengujian kendaran bermotor
- Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran
- Retribusi penggantian biaya cetak peta
- Retribusi pengujiankapal perikanan
b) Retribusi jasa usaha
- Retribusi pemakaian kekayaan daerah
- Retribusi pasara grosir dan atau pertokoan
- Retribusi tempat khusus parkir
- Retribusi penitipan anak
- Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa
- Retribusi penyedotan kakus
- Retribusi rumah potong hewan
- Retribusi tempat pendaratan kapal
- Retribusi tempat rekreasi dan oleh raga
- Retribusi penyebrangan di atas air
- Retribusi pengolahan limbah cair
- Retribusi penjualan produksi usaha daerah
c) Retribusi perijinan tertentu
- Retribusi peruntukan penggunaan tanah
- Retribusi ijin mendirikan bangunan
- Retribusi tempat penjualan minuman berakohol
- Retribusi ijin gangguan
3)
Bagian Laba Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD)
Adalah penerimaan yang berupa bagian lama BUMD, yang
terdiri dari bagian laba Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan
bagian laba BUMD lainnya. Dasar hukum pembentukan BUMD,
khususnya perusahaan daerah adalah UU No. 5 tahun 1962 tentang
perusahaan daerah dan UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok
pemerintahan di daerah. Tujuan pembentukan perusahaan daerah
adalah
untuk
mengembangkan
perekonomian
daerah
dan
menambah penghasilan daerah. Bidang usaha milik BUMD
mencakup berbagai aspek pelayanan dengan mengutamakan
pemberian jasa kepada masyarakat, menyelenggarakan kemanfaatan
umum dan memberikan sumbangan bagi ekonomi daerah yang
keseluruhannya harus dilaksanakan berdasarkan asas-asas ekonomi
perusahaan yang sehat. Dalam pasal 25 UU No. 25 tahun 1962
tercantum penggunaan laba bersih hasil perusahaan daerah yang
perinciannya sebagai berikut :
a) Bagi perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya dari
kekayaan daerah yang dipisahkan :
(1) Untuk pembangunan daerah sebesar 30 %.
(2) Untuk anggaran pendapatan daerh sebesar 25 %.
(3) Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa
produksi, sumbangan dana pensiun dan sokongan yang
besarnya masing-masing daerah berjumlah 45 %.
b) Bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri
kekayaan daerah dipisahkan setelah dikeluarkan zakat yang
dipandang perlu :
(1) Untuk dana pembangunan sebesar 8 % dan untuk anggaran
sebesar 7 %.
(2) Untuk pemegang saham 40 % dibagi menurut perbangdingan
nilai nominal dari saham-saham.
(3) Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi,
sumbangan dana pensiun dan yang sokongan yang besarnya
masing-masing ditentukan dalam peraturan daerah berjumlah
45 %.
4)
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Penerimaan lain-lain adalah bagian PAD yang tidak termasuk
pajak daerah, restribusi daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan
lain-lain. Termasuk dalam penerimaan ini, antara lain : penerimaan
sewa rumah dinas milik daerah dan hasil penjualan barang-barang
bekas milik daerah, penerimaan cicilan rumah yang dibangun oleh
pemerintah daerah, penerimaan jasa giro, penerimaan biaya
pembinaan pengawasan tempat pelelangan ikan, penerimaan
setoran cicilan utang, penerimaan setoran biaya pembinaan lembaga
keuangan desa, penerimaan biaya untukmengikuti prakualifikasi
danlain-lain.
b. Dana Perimbangan
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan
terdiri dari :
1)
Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak Atas Tanah Bangunan dan Penerimaan dari Sumber
Daya Alam.
2)
Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya
dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU ini ditetapkan
sekurang-kurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri yang
ditetapkan dalam APBN. DAU untuk provinsi dan untuk daerah
kabupaten/kota ditetapkan masing-masing sebesar 10 % dan 90%
dari seluruh DAU.
3)
Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu dana yang berasal dari
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu
membiayai kebutuhan tertentu. DAK ini dialokasikan untuk
membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan tersedianya
dana dalam APBN.
c. Pinjaman Daerah
Pinjaman Daerah merupakan pelengkap dari sumber-sumber
penerimaan daerah yang ada dan ditujukan untuk membiayai
pengadaan prasarana daerah atau harta tetap lain yang berkaitan dengan
kegiatan yang bersifat meningkatkan penerimaan yang dapat digunakan
untuk mengembalikan pinjaman, serta memberi manfaat bagi pelayanan
masyarakat.selain itu, daerah dimungkinkan pula melakukan pinjaman
dengan tujuan lain, seperti mengatasi masalah jangka pendek yang
berkaitan dengan arus kas daerah.
Pinjaman daerah perlu disesuaikan dengan kemampuan daerah,
karena dapat menimbulkan beban pada APBD tahun-tahun berikutnya
yang cukup berat sehingga perlu didukung dengan ketrampilan
perangkat daerah dalam mengelola pinjaman daerah. (Deddy SB dan
Dadang S, 2002 : 190-191)
d. Lain-lain Penerimaan yang Sah
Penerimaann dari sektor ini merupakan yang bersifat tidak
mengikat seperti hibah dari pihak lain.
E.
Produk Domestik Regional Bruto
1.
Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai pengertian
yang sama dengan Produk Domestik Bruto (PDB) baik dalam komposisi
maupun cara perhitungannya, namun yang membedakan antara PDB
dengan PDRB adalah cakupan wilayah administrasinya. PDB adalah nilai
produksi dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk
dalam suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam
jangka waktu satu tahun. Sedangkan PDRB adalah produksi barang-
barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu daerah
tertentu dalam suatu wilayah negara tertentu dan dalam jangka waktu satu
tahun (Arsyad, 1999 :16).
2.
Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto
Untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ada
tiga pendekatan yaitu :
a. Pendekatan Produksi
PDRB dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barangbarang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor produktif dalam
daerah yang bersangkutan selama periode satu tahun. Sektor-sektor
produktif tersebut dibagi menjadi sebelas sektor yaitu : pertanian,
industri pengolahan, pertambangan dan galian, listrik, air dan gas,
bangunan, pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, perbankan dan
lembaga keuangan, perumahan, pertahanan dan jasa-jasa lainnya.
Teknis perhitungannya adalah dengan cara menjumlahkan nilai tambah
(value added) yang diciptakan. Maksud dan tujuan menggunakan cara
tersebut adalah untuk menghindari adanya perhitungan ganda (double
multiple accounting).
b. Pendekatan Pendapatan
PDRB dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan faktorfaktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang
dan jasa-jasa. Pendapatan untuk faktor-faktor pendapatan masingmasing untuk tanah yaitu sewa, pendapatan modal yaitu bunga,
pendapatan tenaga kerja yaitu upah, dan wiraswasta yaitu laba. Faktorfaktor produksi tersebut dimiliki oleh seseorang atau sekelompok
orang dalam masyarakat, maka balas jasa yang diterimanya menjadi
kembali pada masyarakat dan menjadi penapatan masyarakat sehingga
dapat menjadi ukuran besarnya nilai produksi yang dihasilkan oleh
masyarakat tersebut.
c. Pendekatan Pengeluaran
Perhitungan dengan metode ini dilakukan dengan cara menjumlahkan
seluruh dari lapisan masyarakat yang dibedakan menjadi :
1) Konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba.
2) Konsumsi perusahaan yang merupakan besarnya investasi yang
dilakukan dalam perekonomian.
3) Konsumsi pemerintah atau government expenditure.
4) Selisih
antara
ekspor
dan
impor
sebagai
konsekuensi
perekonomian terbuka dimana terjadi perdagangan internasional.
Dalam PDRB, perhitungan ekspor dan impor adalah keluar
masuknya barang pada daerah yang bersangkutan karena terjadi
hubungan perdagangan dengan daerah lain. (Arsyad, L 1999 : 17).
3. Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Hampir semua negara di dunia sepakat bahwa untuk mengukur
kesejahteraan ekonomi suatu bangsa, indikator yang digunakan adalah
nilai nasional bruto per kapita (Gross Domestic Product = GDP).
Semakin tinggi produk domestik bruto per kapita maka semakin makmur
daerah yang bersangkutan. Lebih tepat lagi apabila yang digunakan
sebagai indikator kemakmuran adalah nilai produk domestik netto.
Namun demikian dalam perkembangan yang terakhir dalam konsep
perhitungan atau penyusutan neraca nasional untuk mendapatkan
indikator kemakmuran suatu daerah perlu diperhitungkan penyusutan
sumber daya alam dan menurunnya mutu lingkungan (Irawan &
Suparmoko, 1995 : 304).
F.
Guna Investasi dalam Pembangunan Ekonomi
1.
Peranan modal dalam pembangunan
Batu sendi dalam pembangunan ekonomi modern dalam fasenya yang
pertama adalah pembentukan modal. Nurkse mengungkapkan, masalah ini
terletak di jantung permasalahan pembangunan di negara-negara
terbelakang secara ekonomi (H.W Ardnt, 1991 : 62).
Yang dimaskud kapital atau modal adalah semua bentuk kekayaan
yang dapat memprodusir lebih lanjut, yang digunakan langsung maupun
tidak langsung dalam produksi untuk menambah output. Sering juga
dikatakan,
modal
adalah
barang-barang
yang
digunakan
untuk
memproduksi lebih lanjut. Modal sebagai alat pendorong pembangunan
ekonomi meliputi investasi serta pengetahuan teknik perbaikan dalam
mutu pendidikan, kesehatan dan keahlian. Dengan demikian modal dalam
rangka
pembangunan
tidak
hanya
berwujud
pabrik-pabrik
perlengkapannya, namun sebenarnya juga human capital.
dan
Kekurangan modal adalah salah satu ciri penting dari setiap negara
yang memulai pembangunannya dan berdampak mengurangi kepesatan
pembangunan
ekonomi
yang
dilaksanakan.
Perkembangan
dan
modernisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak.
Infrastruktur harus dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan
kegiatan pemerintahan harus diperluas. Dan yang lebih penting lagi
berbagai
jenis
kegiatan
perusahaan
dan
industri
modern
harus
dikembangkan. Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan
modal yang banyak untuk menciptakan modernisasi di berbagai kegiatan
ekonomi (Sukirno, S 1994 : 439).
Salah satu sumber yang penting dalam pendanaan dan permodalan
adalah pinjaman uang atau dukungan investor dari luar daerah dan bahkan
dari luar negeri. Pemupukan modal melalui tabungan masyarakat di daerah
belum cukup berhasil. Itu disebabkan karena kendala yang bersifat sosio
ekonomis yaitu tingkat pendapatan masyarakat masih rendah, akibatnya
pemupukan modal di
daerah-daerah relatif
sangat
terbatas dan
mempengaruhi dinamika kegiatan secara keseluruhan.
2.
Teori Harrod-Dommar
Mengikuti kerangka pemikiran dari model pertumbuhan ekonomi
Harrod-Dommar, di dalam suatu ekonomi tertutup (tanpa sektor luar
negeri), dalam kondisi full capacity (equilibrium), dan tanpa mobilitas
kapital, tabungan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang
mekasnismenya melalui pertumbuhan investasi (saving investment link)
oleh karena itu investasi dapat dikatakan sebagai fungsi tabungan
(Tambunan, 2001 : 33)
Semakin besar dana tabungan yang dihimpun oleh sektor perbankan
semakin besar kemapuan negera bersangkutan untuk melakukan investasi.
Selanjutnya peningkatan investasi menambah lebih banyak lagi kapital
lewat proses multiplier menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi dan
peningkatan pendapatan rata-rata perkapita yang lebih tinggi dengan rasio
S/Y tetap tidak berubah, peningkatan pendapatan menambah kemampuan
masyarakat untuk menabung dan seterusnya.
3.
Relasi antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi
Investasi sebagai salah satu komponen penting dari permintaan
agregat yang merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan
pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang.
Pembangunan ekonomi meliputi kegiatan-kegiatan produksi (barang dan
jasa) di semua sektor ekonomi. Untuk keperluan tersebut perlu dibangun
pabrik-pabrik,
gedung-gedung
perkantoran,
mesin-mesin
dan
alat
infrastruktur seperti : jalan raya, jembatan, gudang, pusat pembangkit
listrik serta fasilitas distribusinya, alat transportasi, alat komunikasi dan
sebagainya. Untuk pengadaan semua itu diperlukan dana untuk
membiayainya yaitu investasi.
Dengan adanya produksi maka terciptalah kesempatan kerja dan
pendapatan masyarakat meningkat yang selanjutnya menciptakan atau
meningkatkan permintaan di pasar. Pasar berkembang berarti juga volume
kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan meningkat dan
seterusnya maka terciptalah pertumbuhan ekonomi.
Hubungan dengan Pendapatan Asli
Daerah
bahwa investasi
merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan pembangunan ekonomi
atau pertubuhan ekonomi. Daerah yang tingkat pembangunannya tinggi,
dapat dilihat dari pendapatan riil per kapita yang tinggi, penerimaan
pemerintah daerah tersebut (PAD) yang juga tinggi (Tambunan, 2001:
190).
G.
Peranan Jumlah Penduduk dalam Pembangunan
Teori Hansen mengenai stagnasi sekular (secular stagnation) yang
menyatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk justru akan menciptakan
atau memperbesar permintaan agragatif terutama investasi. Penduduk
memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi. Dalam konteks pasar ia
berada di sisi permintaan maupun penawaran. Di sisi permintaan penduduk
bertindak sebagai konsumen yang merupakan sumber permintaan akan barang
dan jasa. Di sisi penawaran penduduk sebagai produsen, jika ia adalah
pengusaha atau tenaga kerja jika ia semata-mata pekerja (Dumairy, 1997 :
68).
Perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan
penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi, jika penduduk ini
mempunyai kapasitas tinggi untuk menghasilkan dan meyerap hasil produksi
yang dihasilkan. Ini berarti tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan
disertai dengan tingkat penghasilan tinggi yang pula. Dan bisa juga
sebaliknya jika jumlah pertambahan penduduk tinggi tetapi penghasilan
rendah maka tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi.
Para pengikut Keynes tidak melihat tambahan penduduk sekedar
sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga melihat adanya suatu kenaikan
dalam daya beli (purchasing power). Di samping itu para pengikut Keynes
juga menganggap adanya kemajuan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja
dan permintaan tenaga kerja ini akan mengiringi kenaikan jumlah penduduk
(Irawan dan Suparmoko, 1996 : 46).
Kalau
seandainya
terjadi
penurunan
dalam
rangsangan
untuk
mengadakan investasi dan permintaan agregatif juga akan turun. Jika
perkembangan penduduk tertunda maka akumulasi kapital juga akan menjadi
lesu karena beberapa alasan, yaitu wiraswasta akan mengira bahwa pasar
akan menjadi sempit. Karena tingkat keuntungan merupakan fungsi dari
luasnya pasar, maka investasi yang tergantung pada tingkat keuntungan
menjadi berbahaya dan akibatnya akan menurun. Di samping alasan ini
pertambahan penduduk juga mendorong adanya perluasan investasi karena
adanya kebutuhan perumahan yang semakin besar dan juga kebutuhankebutuhan yang bersifat umum seperti jalan raya, fasilitas umum, persediaan
air minum, kesehatan dan sebagainya. Kebutuhan akan kapital di bidang ini
relatif lebih besar karena turunnya akumulasi kapital (Irawan dan Suparmoko,
1996 : 47).
Berdasarkan uraian di atas pertambahan jumlah penduduk akan
berpengaruh terhadap penerimaan daerah. penerimaan pemerintah daerah dari
pendapatan asli daerah juga akan menjadi semakin besar yaitu dari besarnya
jumlah pembayar pajak dan resribusi atau masayarakat pengguna jasa dan
produk lain yang disediakan oleh pemerintah daerah.
H.
Pendapatan Per Kapita
Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan standar hidup
penduduk negara yang bersangkutan yang biasanya diukur dengan kenaikan
jumlah penghasilan riil per kapita. Penghasilan riil perkapita adalah sama
dengan kenaikan pendapatan nasional riil atau output secara keseluruhan yang
dihasilkan selama satu tahun dibagi dengan julah penduduk. Jadi standar
hidup tidak akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan
lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi
perkembangan output total diperlukan pertambahan investasi yang cukup
besar agar dapat menyerap pertambahan penduduk yang berarti naiknya
pendapatan riil per kapita (Irawan dan Suparmoko, 1996 : 43).
Perhitungan pendapatan per kapita dapat dilakukan berdasarkan harga
berlaku atau harga konstan. Menurut harga yang berlaku memberi gambaran
mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk negara itu membeli barangbarang. Selain itu juga sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkan
perbedaan tingkat kemakmuran di suatu negara dengan negara lain.
Penghitungan menurut harga tetap untuk menunjukkan perkembangan tingkat
kemakmuran dalam masyarakat. Suatu masyarakat dipandang mengalami
perkembangan dalam kemakmuran apabila pendapatan per kapita menurut
harga konstan terus menerus bertambah (Sukirno, S. 1994 : 417).
Peningkatan pendapatan riil per kapita dan disertai perubahan selera
masyarakat akan berakibat pada perubahan permintaan domestik. Perubahan
permintaan domestik akan mempengaruhi perubahan struktur ekonomi seperti
dijelaskan dengan teori Engel : “Apabila pendapatan riil masyarakat
meningkat maka pertumbuhan permintaan akan barang-barang non makanan
akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan akan bahan makanan.
Peningkataan pendapatan riil per kapita disertai dengan perubahan selera
pembeli semakin selain memperbesar bagi barang-barang yang ada (non
makanan). Perubahan ini menggairahkan pertumbuhan industri-industri baru,
di lain pihak akan meningkatkan laju petumbuhan output industri yang sudah
ada” (Tambunan, 1994 : 74).
Perkembangan ekonomi memungkinkan meningkatnya kebahagiaan
masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan. Tingkat kemakmuran
atau kesejahteraan dapat dilihat dari pendapatan per kapita masyarakat dan
pendapatan sebagai salah satu tolok ukur dari kesanggupan pajak
didefinisikan sebgai jumlah yang sanggup dikeluarkan oleh seseorang dalam
setahun dan pada akhir tahun mempunyai kemakmuran yang sama seperti
awal tahun.
I.
Hasil Penelitian Sebelumnya
1.
Studi yang dilakukan oleh Sri Sunarti dengan judul : “Analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Klaten Klaten periode tahun 1990/1991 – 2000/2001”, menyimpulkan
bahwa baik secara individu maupun secara bersam-sama investasi, jumlah
penduduk, pendapatan per kapita masyarakat berpengaruh signifikan
terhadap besarnya PAD Kabupaten Klaten.
2.
Studi yang dilakukan oleh Andhi Gunawan dengan judul :
“Pelaksanaan Otonomi Daerah dan faktor penentu Pendapatan Asli Daerah
di Kabupaten Sukoharjo”, menyimpulkan bahwa faktor jumlah penduduk
dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai pengaruh
terhadap PAD dan PDRB secara dominan berpengaruh terhadap PAD
Kabupaten Sukoharjo.
BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH DAN OBYEK PENELITIAN
A.
Deskripsi Wilayah Kabupaten Karanganyar
1. Kondisi Geografis
a. Letak Kabupaten Karanganyar
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan :
Sebelah Utara
: Kabupaten Sragen
Sebelah Timur
: Kabupaten Ngawi (Propinsi Jawa Timur)
Sebelah Selatan
: Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri
Sebelah Barat
: Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten
Karanganyar terletak antara 1100 40” - 1100 70” Bujur Timur dan 70 46”
- 70 46” Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter di atas
permukaan air laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220 – 310 C.
b. Curah Hujan
Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten
Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2002 adalah 84 hari
dengan rata-rata curah hujan 1.151 mm, dimana curah hujan tertinggi
terjadi pada Bulan Maret dan terendah pada Bulan Juni.
c. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 Ha,
yang terdiri dari luas tanah 22.852,9496 Ha dan luas tanah kering
54.495,6878 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 7.891,9341 Ha,
½ teknis 6.149,6653 Ha, sederhana 7.142,3593 Ha dan tadah hujan
1.698,9341 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan
20.531,2973 Ha dan luas tanah untuk tegalan/kebun 17.945,4868Ha.
Di Kabupaten Karanganyar terdapat hutan negara seluas 9.729,4995
Ha dan perkebunan seluas 3.251,5006 Ha
2. Pemerintahan
Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan yang meliputi 177
desa/kelurahan (15 kelurahan). Desa/kelurahan tersebut terdiri dari 1.091
dusun, 2.313 dukuh, 1.1835 RW dan 6.020 RT. Klasifikasi desa/kelurahan
terdiri dari swadaya 12 desa/kelurahan, swakarya 140 desa/kelurahan dan
swasembada 25 desa/kelurahan.
3. Penduduk dan Tenaga Kerja
a. Kependudukan
Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan regristasi
tahun 2002 sebanyak 815.101 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 402.868 jiwa
dan perempuan 412.233 jiwa. Dibandingkan tahun 2001, maka terdapat
pertambahan
penduduk
sebanyak
pertumbuhan sebesar 1,38 %.
11.070
jiwa
atau
mengalami
Kecamatan
dengan
penduduk
terbanyak
adalah
Kecamatan
Karanganyar, yaitu 70.672 jiwa (8,67 %), kemudian Kecamatan Jaten,
yaitu 66.360 jiwa (8,14 %), dan Kecamatan Gondangrejo 62.064 jiwa
(7,61 %). Sedangkan kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah
Kecamatan Jenawi, yaitu 26.656 (3,27 %), kemudian Kecamatan
Ngargoyoso yaitu 33.574 jiwa (4,12 %) dan Kecamatan Kerjo yaitu
36.378 (4,46 %).
Dilihat dari golongan umur lima tahunan, maka penduduk
Kabupaten Karanganyar masih menyerupai piramida. Penduduk 4
golongan pertama (0 – 24) menunjukkan adanya kenaikan, akan tetapi
golongan selanjutnya (25 dan seterusnya) menunjukkan adanya
penurunan.
Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, rumah tangga juga
bertambah. Pada tahun 2002 tercatat sebanyak 195.761 rumah tangga
atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,59 % dari tahun 2001.
Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk
juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2002 kepadatan penduduk
Kabupaten Karanganyar mencapai 1.053 jiwa/km2. Disisi lain
persebaran penduduk masih belum merata. Kepadatan penduduk di
daerah perkotaan secara umum lebih tinggi dibandingkan daerah
pedesaan.
Kecamatan
dengan
kepadatan
paling tinggi
adalah
Kecamatan Colomadu yaitu 3.301 jiwa/km2, dan yang paling rendah
adalah Kecamatan Jenawi, yaitu 475 jiwa/km2.
Tabel
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
3.1. Kecamatan, Luas Wilayahnya, Jumlah Penduduk dan
Kepadatan Penduduk per Kecamatan.
Kecamatan
Luas
Wilayah
(km2)
Jumlah Penduduk
Laki2
Permp. Jumlah
Kepadatan
Penduduk
(jiwa/km2)
Jatipuro
40,36
18.626 18.682 37.308
924
Jatiyoso
67,16
8.123 19.956 39.464
588
Jumapolo
55,67
12.517 22.925 45.808
823
Jumantono
53,55
11.192 24.042 47.052
879
Matesih
26,27
9.203 22.087 43.979
1.674
Tawangmangu
70,03
10.119 22.368 43.843
626
Ngargoyoso
65,34
7.294 16.986 33.574
514
Karangpandan
34,11
8.987 20.701 40.625
1.191
Karanganyar
43,03
17.747 36.470 70.672
1.642
Tasikmadu
27,60
12.787 26.888 53.255
1.930
Jaten
25,55
19.080 33.668 66.360
2.597
Colomadu
15,64
13.754 25.904 51.629
3.301
Gondangrejo
56,80
12.488 31.270 62.064
1.093
Kebakkramat
36,46
13.942 28.113 55.691
1.527
Mojogedang
53,31
13.684 30.505 60.743
1.139
Kerjo
46,82
8.203 18.650 36.378
777
Jenawi
56,08
6.106 13.466 26.656
475
Jumlah
773,78 402.868 412.233 815.101
1.053
Sumber : Karanganyar dalam angka, BPS Karanganyar 2002
b. Tenaga Kerja
Sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Karanganyar yang agraris,
maka sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di
sektor pertanian (petani sendiri dan buruh tani), yaitu 227.661 orang
(33,60 %). Kemudian sebagai buruh industri sebanyak 90.412 orang
(13,34 %), buruh bangunan 45.667 orang (6,74 %) dan pedagang
sebanyak 35.471 orang (5,24 %). Selebihnya adalah sebagai pengusaha
di sektor pengangkutan, PNS, TNI/Polri, pensiunan, jasa-jasa dan lainlain.
Menurut data dari Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan
Transmigrasi (KTT) Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 jumlah
pencari kerja tercatat sejumlah 8.840 orang dengan rincian laki-laki
3.967 orang dan perempuan sebanyak 4.873 orang. Dibandingkan tahun
2001, maka ada penurunan pencari kerja yang terdaftar di Dinas KTT
Kabupaten Karanganyar. Tetapi untuk
lulusan sarjana terjadi
peningkatan pencari kerja. Dari jumlah tersebut lulusan SLTA tercatat
yang paling besar yaitu 3.955 orang (44,74 %) dan paling sedikit adalah
lulusan SD yaitu 356 orang (4,03 %). Pencari kerja yang sudah
ditempatkan pada tahun 2002 sebanyak 1.155 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa masih banyak pencari kerja yang belum
mendapatkan pekerjaan.
4. Sosial
a. Pendidikan
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 jumlah SD Negeri sebanyak
492 buah, SD Swasta 7 buah, SLTP Negeri 46 buah, SLTP Swasta 26
buah, SMU Negeri 12 buah, SMU Swasta 6 buah, SMK Negeri 2 buah
dan SMK Swasta sebanyak 20 buah. Data dari Kantor Departemen
Agama Kabupaten Karanganyar jumlah sekolah MI 61 buah, MTs 21
buah dan MA 3 buah.
Selanjutnya jumlah murid SD/MI sebanyak 85.135 siswa dengan
guru sebanyak 4.618 orang, sehingga rasio perbandingan antara guru
dan murid adalah 1 : 18,44. jumlah murid SLTP/MTs sebanyak 38.116
siswa dengan guru sebanyak 2.678 orang, sehinga rasio perbandingan
antara guru dan murid adalah 1 : 14,23. jumlah murid SLTA/MA
sebanyak 20.830 siswa dengan guru sebanyak 1.538 orang, sehingga
rasio perbandingan guru dan murid adalah 1 : 13,54.
Pada tahun 2002 penduduk Kabupaten Karanganyar usia 5 tahun
ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan terdiri dari
tidak/belum pernah sekolah adalah 80.475, belum tamat SD 84.407
orang, tidak tamat SD 61.277 orang, tamat SD 287.929 orang, tamat
SLTP 126.671 orang, tamat SLTA 89.875 orang dan tamat perguruan
tinggi/akademi sebanyak 17.455 orang.
b. Kesehatan
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2002 jumlah fasilitas kesehatan yang ada terdiri dari 3
Rumah Sakit, 21 Puskesmas, 59 Puskesmas Pembantu, 22 Rumah
Bersalin Swasta dan 12 Balai Pengobatan Swasta. Sementara itu tenaga
kesehatan yang ada terdiri dari dokter spesialis 19 orang, dokter umum
89 orang, dokter gigi 26 orang, bidan 231 orang dan perawat kesehatan
284 orang. Selama tahun 2002 penyakit yang banyak diderita dan
berobat ke puskesmas adalah diare (tersangka diare) yaitu 10.200 orang
(25,54 %), hipertensi 7989 orang (20,01 %), penyakit susunan saraf
2.247 orang (5,63 %) dan ISPA 2.022 orang (5,06 %).
c. Tempat Peribadatan
Pembangunan di bidang kehidupan beragama diarahkan agar
mampu meningkatkan kualitas umat beragama sehingga tercipta
suasana kerukunan hidup antar umat beragama yang erat. Di Kabupaten
Kranganyar pada tahun 2002 terdapat tempat ibadah yaitu masjid 1.821
buah, mushola 679 buah, gereja 127 buah, pura 12 buah dan vihara 1
buah.
5. Pertanian
a. Tanaman Bahan Makanan
Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor
dimana produk dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat.
Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian
yang meiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agro
industri
Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar selama tahun
2002 diperoleh produksi padi sawah sebanyak 209.321 ton, jagung
sebanyak 21.915 ton, ubi kayu sebanyak 107.68 ton dan kacang tanah
sebanyak 5.890 ton. Sebagian tanah di Kabupaten Karanganyar
merupakan tanah pegunungan atau perbukitan (Jatiyoso, Matesih,
Tawangmangu, Ngargoyoso dan Jenawi) yang sangat potensial untuk
tanaman sayur-sayuran seperti bawang merah, bawang putih, kobis,
sawi, cabe, tomat, buncis dan sebagainya.
b. Tanaman Perkebunan
Tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Karanganyar yang
sangat potensial adalah cengkeh yang mencapai luas sebesar 2.340,31
Ha dan selama tahun 2002 produksinya mencapai 320.245 ton.
Tanaman lain yang juga potensial untuk dikembangkan adalah kelapa,
mete, tebu dan jahe. Sementara itu untuk tanaman perkebunan besar
yang potensial adalah teh dan karet.
c. Peternakan
Populasi ternak yang banyak diusahakan di Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2002 adalah sapi 46.589 ekor, sapi perah 287 ekor, kerbau
1.388 ekor, kuda 353 ekor, kambing 20.225 ekor, domba 114.653 ekor,
babi 53.912 ekor, ayam ras 1.114.097 ekor, ayam buras 893.148 ekor,
ayam pedaging 1.874.000 ekor, itik 69.608 ekor, kelinci 10.703 ekor
dan burung puyuh 229.730 ekor.
Selama tahun 2002 hasil-hasil produksi ternak terdiri dari telur
ayam buras 1.148.177 kg, telur ayam ras 12.457.840 kg, telur itik
446.278 kg, telur puyuh 435.664 kh, daging 1.542.624 kh dan susu
428.130 liter.
d. Perikanan
Selama tahun 2002 produksi ikan mencapai 825.868 kg, yang berasal
dari cek dam 38.044 kg, kolam air tenang 541.324 kg, sungai 220.872
kg dan waduk 25.628 kg. Sementara itu telah dilakukan penebaran
benih di berbagai karper 433.000 ekor, tawes 1.956.000 ekor, nila
merah 3.563.000 ekor, nila gif 396.000 ekor, gurameh 34.000 ekor dan
lele 571.500 ekor.
6. Industri dan Perdagangan
a. Industri
Pada tahun 2002 di Kabupaten Karanganyar terdapat industri
besar (tenaga kerja  100 orang ) sebanyak 73 unit dan industri sedang
(tenaga kerja 21 – 99 orang) sebanyak 74 unit.
Dari 147 industri besar dan sedang tersebut mampu menyerap
tenaga kerja sebanyak 40.676 orang. Industri besar/sedang yang paling
banyak adalah di sektor tekstil, yaitu 61 unit (41,59 %), industri
makanan/bahan makanan 31 unit (21,09 %) dan industri kimia 23 unit
(15,66 %).
Karena masih lesunya perekonomian maupun politik yang belum
mapan di negara Indonesia ini, menyebabkan sektor industri dan
perdagangan masih sulit untuk berkembang. Bahkan jumlah perusahaan
maupun tenaga kerja menurun bila dibandingkan dengan tahun 2001.
Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan
(Perindag), Penanaman Modal (Pendal) dan Koperasi Kabupaten
Karanganyar pada tahun 2002 banyaknya industri formal sebanyak 603
perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 37.332 orang.
Sedangkan industri non formal (sentra industri dan non sentra industri)
sebanyak 12.550 usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 32.113
orang.
Selama tahun 2002 terdapat industri kecil baru sebanyak 16 unit
dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 222 orang, serta menyerap
investasi sebesar Rp. 670,824 juta.
b. Perdagangan dan Koperasi
Guna menunjang laju perekonomian di Kabupaten Karanganyar
pada tahun 2002 terdapat pasar 69 buah; toko/kios/warung 9.016 buah;
KUD 17 buah dan koperasi simpan pinjam 424 buah. Dibandingkan
tahun 2001, khususnya toko/kios/warung dan koperasi simpan pinjam,
jumlahnya mengalami kenaikan.
Koperasi sebagai soko guru perekonomian di Indonesia, sebagai
usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan perannya
semakin besar. Pada tahun 2002 di Kabupaten Karanganyar terdapat
koperasi sebanyak 616 buah dengan jumlah anggota mencapai 109.176
orang. Jenis koperasi terbanyak berasal dari golongan masyarakat
(KKT dan KSU) yaitu 431 buah, KUD 17 buah, koperasi fungsional 72
buah dan koperasi karyawan 3 buah.
7. Perhubungan
a. Panjang Jalan
Berdasarkan data dari Dinas PU dan LLAJ Kabupaten
Karanganyar, panjang jalan meliputi jalan negara 1,90 km, jalan
propinsi 95,03 km dan jalan kabupaten 764, 33 km. Jenis permukaan
untuk jalan kabupaten terdiri dari permukaan aspal 737,15 km, kerikil
19,40 km dan tanah 7,78 km. Sedangkan kondisinya adalah baik 549,27
km, sedang 176,33 km dan rusak 38,73 km.
b. Kendaraan Bermotor
Berdasarkan data dari Cabang Dipenda Propinsi Jawa Tengah
Kabupaten Karanganyar, jumlah obyek kendaraan bermotor pada
tahun 2002 sebanyak 99.054 unit yang terdiri dari mobil pribadi
sebanyak 13.256 unit, mobil umum 792 unit dan sepeda motor 85.006
unit.
Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor selama tahun
2002 mencapai Rp. 10.190.195.175,- yang berasal dari pajak mobil
pribadi Rp. 4.812.938.62,-, mobil umum Rp.272.198.975,- dan sepeda
motor Rp. 5.105.057.375,-.
8. Keuangan Daerah, PDRB, Inflasi, Struktur Ekonomi, Pendapatan per
Kapita dan Investasi.
a. Keuangan Daerah
Berdasarkan APBD tahun 2002, anggaran pendapatan terealisir
sebesar Rp. 266.943.816.735,- Dengan rincian sebagai berikut : Sisa
lebih perhitungan anggaran tahun lalu dianggarkan dan terealisir Rp.
7.000.000.000,-; Pendapatan Asli Daerah sebesar realisasinya Rp.
17.330.154.000,- dan Bagian dana perimbangan realisasinya Rp.
238.090.000.000,-.
Untuk belanja rutin realisasinya Rp. 227.243.163.000,- belanja
pembangunan realisasinya sebesar Rp. 39.700.653.000,-.
b. PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2002 Kabupaten
Karanganyar
atas
dasar
harga
berlaku
(ADHB)
sebesar
Rp.3.161.318,40 juta dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar
Rp. 1.248.686,47 juta. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh
perkembangan PDRB, pada tahun 2002 ADHB sebesar 12,41 % dan
ADHK 1,42 %.
Tabel 3.2. PDRB Kabupaten Karanganyar Atas Dasar Harga Berlaku
(ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun
1998 – 2002.
PDRB ADHB
PDRB ADHK
Laju
Laju
Tahun
Jumlah
Jumlah
Pertmb.
Pertmb.
(juta Rp.)
(juta Rp.)
(%)
(%)
1998
2.170.222,89
39,95
1.109.425,03
-11,65
1999
2.312.932,52
6,58
1.141.544,82
2,9
2000
2.541.783,09
9,84
1.193.085,63
4,51
2001
2.812.235,12
10,64
1.210.084,63
1,42
2002
3.161.318,40
12,41
1.248.686,47
3,19
Sumber : DIPENDA dan BPS Karanganyar 2002
Selama kurun waktu (1992 – 2002) ternyata telah terjadi
kenaikkan PDRB Atas Dasar harga Berlaku sebesar 2,5 kali dan PDRB
Atas Dasar Harga Konstan sebesar 1,5 kali. Hal ini berarti selam kurun
waktu tersebut rata-rata pertumbuhan ekonomi di Karanganyar
menunjukkan angka positif, walaupun pada tahun 1998 terjadi
pertumbuhan negati akibat dampak krisis moneter yang melanda
seluruh wilayah Indonesia.
c. Inflasi
Selama tahun 2002 inflasi di Kabupaten Karanganyar mencapai
7,04 %. Inflasi tertinggi jatuh pada bulan November, sebesar 1,76 dan
terendah pada bulan Maret sebesar –0,64 %. Penyumbang inflasi
terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan
tembakau yang mencapai 14,26 %, kemudian kelompok pendidikan,
rekreasi dan Olah Raga sebesar 13,75 % dan ketiga adalah kelompok
biaya tempat tinggal sebesar 7,96 %. Sedang penyumbang terendah
adalah kelompok tranportasi dan komunikasi yaitu –1,59 % dan
kelompok sandang sebesar 0,32 %.
Tabel 3.3. Inflasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002
Inflasi
(%)
1
1998
55,91
2
1999
7,10
3
2000
20,67
4
2001
14,66
5
2002
7.04
Sumber : BPS Karanganyar
No.
Tahun
d. Struktur Ekonomi
Seperti tahun-tahun sebelumnya memasuki tahun 2002 struktur
ekonomi Kabupaten Karanganyar masih didominasi oleh empat sektor
unggulan yaitu sektor industri yang memberikan kontribusi sebesar
37,67 %, sektor pertanian sebesar 19,36 %, sektor perdagangan 17,80
% dan sektor jasa-jasa sebesar 13,76 %.
Dari empat sektor unggulan tersebut pada umumnya mengalami
peningkatan kontribusi dibanding tahun 2001 kecuali sektor pertanian
yang mengalami penurunan karena tahun 2002 terjadi kemarau
panjang sehingga produksi di sektor pertanian menurun.
Tabel 3.4. Struktur Ekonomi Kabupaten Karanganyar tahun 1998 –
2002 Atas Dasar Harga Konstan 1993 (persen).
Tahun
Sektor
1998 1999 2000 2001 2002
1. Pertanian
18,82 19,88 19,55 20,16 19,38
2. Pertambangan dan
1,23 1,25 1,19 1,24 1,22
Penggalian
3. Industri Pengolahan
37,56 37,14 38,13 37,41 37,67
4. Listrik, Gas dan Air Minum
1,53 1,59 1,64 1,72 1,86
5. Bangunan
6. Perdagangan, Hotel dan
2,28 2,34 2,36 2,43 2,43
Restoran
17,94 17,57 17,47 17,52 17,60
7. Pengangkutan dan
Komunikasi
2,86 2,81 2,76 2,77 2,77
8. Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
3,49 3,42 3,35 3,34 3,31
9. Jasa-jasa
14,29 14,00 13,55 13,40 13,76
Jumlah
100
100
100
100
100
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2002
e. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten Karanganyar dari
tahun ketahun pada umumnya mengalami peningkatan. Bila di cermati
pada tahun 1998 pendapatan per kapita ADHB sebesar Rp.
2.502.708,69 dan pada tahun 2002 mencapai Rp. 3.464.293,24, berarti
selama kurun waktu 5 tahun terjadi peningkatan 38,42 %. Sedangkan
pendaptan per kapita ADHK mengalami peningkatan 7,01 %.
Tabel 3.5. Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten
Karanganyar tahun 1998 – 2002.
Pendapatan Per Kapita
Pertumbuhan
(Rupiah)
(%)
Tahun
ADHB
ADHK
ADHB
ADHK
1998
2.502.708,69 1.270.712,22
9,09
-12,38
1999
2.673.954,12 1.295.122,06
5,40
1,92
2000
2.865.943,56 1.338.738,86
8,64
3,37
2001
3.129.857,47 1.340.519,76
9,21
0,13
2002
3.464.293,24 1.359.786,34
10,69
1,44
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2002
f. Investasi
Tingkat investasi di Kabupaten Karanganyar dari tahun ketahun
pada umumnya mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 di saat krisi
ekonomi
melanda
Indonesia
tingkat
investasi
di
Kabupaten
Karanganyar sebesar Rp. 615.213.029,- meningkat pada tahun 1999
sebesar Rp. 987.815.150,- atau mengalami peningkatan sebesar
60,64 %. Dan meningkat tajam pada tahun 2000 menjadi Rp.
2.902.644.852,- atau mengalami peningkatan sebesar 193,84 %.
Sedangkan pada tahun 2001 investasi sebesar Rp. 2.916.796.412,- atau
mengalami peningkatan sebesar 4,87 %. Pada tahun 2002 investasi
meningkat lagi meenjadi Rp. 2.921.678.158,peningkatan sebesar 1,67 %.
atau mengalami
Tabel 3.6. Jumlah Investasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 –
2002.
No.
Tahun
Jumlah Investasi
1
1998
615.213.029
2
1999
987.815.150
3
2000
2.902.644.852
4
2001
2.916.796.412
5
2002
2.921.678.158
Sumber : BAPPEDA Karanganyar 2002
B. Tinjauan Keuangan Daerah
Keuangan daerah yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara dapat memberi gambaran tentang bagaimana kondisi yang
terjadi pada daerah tersebut. Kita dapat mengetahui darimana saja dan
seberapa besar pendapatan daerah tersebut, juga kemana saja dana tersebut
dikeluarkan, untuk apa saja dan seberapa besar jumlahnya. Untuk dapat
mengetahui berbagai hal tersebut, yang terdapat di Kabupaten Karanganyar,
akan dijelaskan secara umum pada pembahasan berikut ini :
1. Penerimaan Daerah
Sumber-sumber penerimaan daerah Kabupaten Karanganyar terdiri
dari berbagai pos penerimaan, yaitu :
a.
Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
b.
Pendapatan Asli Daerah
c.
Bagi hasil pajak dan bukan pajak
d.
Bantuan/sumbangan (penerimaan lainnya)
e.
Pinjaman daerah
Penerimaan daerah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan
dan kenaikan yang cukup berarti terjadi pada 2000 ke 2001, tahun terakhir.
Pada tahun 2000 penerimaan daerah Kabupaten Karanganyar sebesar
Rp.
82.917.290.956,-.,
pada
tahun
2001
meningkat
menjadi
Rp. 253.490.647.000,-., dan pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi
Rp. 266.943.816.000,-,.
Besarnya pos-pos penerimaan daerah yang ada di Kabupaten
Karanganyar dijelaskan pada tabel berikut :
Tabel 3.7. Realisasi Penerimaan Daerah di Kabupaten Karanganyar tahun
2000 – 2002. (000 rupiah)
Jenis Penerimaan
2000
2001
2002
1
Sisa lebih perhitungan
2.764.910
6.292.022
7.000.000
Anggaran tahun lalu
2
Pendapatan Asli Daerah
9.129.011 16.550.716 17.330.154
2.1
Pajak Daerah
3.913.033
5.499.094
6.047.000
2.2
Retribusi Daerah
4.311.958
7.947.160
6.721.154
2.2.1 Retribusi Jasa Umum
3.646.859
6.728.283
5.719.107
2.2.2 Retribusi Jasa Usaha
387.245
766.133
622.620
2.2.3 Retribusi Perijinan tertentu
277.854
452.744
379.427
2.3
Bagian Laba Usaha Daerah
645.000
1.011.957
3.317.000
2.4
Penerimaan PAD lainnya
259.020
2.092.505
1.245.000
3
Dana Perimbangan
71.313.728 225.000.071 238.090.000
3.1
Bagi hasil pajak
7.569.636 17.298.045 16.900.000
3.2
Bagi hasil bukan pajak
33.028
47.520
50.000
3.3
Dana Alokasi Umum
63.711.064 199.130.493 221.140.000
3.4
Dana Alokasi Khusus
8.524.013
4
Penerimaan lainnya
624.648
5.647.838
4.523.662
5
Pinjaman Pemerintah
Daerah
Jumlah
83.832.297 253.490.647 266.943.816
Sumber : APBD Kabupaten Karanganyar 2000 – 2002
2. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan sumber penerimaan
daerah berperan penting untuk daerah tersebut. Di wilayah Karanganyar
ada beberapa sumber penerimaan yang menjadi penopang dari PAD, yaitu :
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah
d. Penerimaan lain-lain
Besarnya target dan realisasi dari pos Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel beriut :
Tabel 3.8. Target dan realisasi PAD Kab. Karanganyar 1998 – 2002.
No.
Tahun
Target
Realisasi
1
1998
7.900.673.500
8.021.252.027
2
1999
8.591.907.000
9.418.350.336
3
2000
8.563.165.000
9.095.283.164
4
2001
15.452.155.000
16.545.956.474
5
2002
20.090.930.000
22.497.807.067
Sumber : DIPENDA Kab. Karanganyar 1998 – 2002
Prosentase
101,50 %
109,62 %
106,21 %
106,46 %
111,98 %
3. Pengeluaran Daerah
Pengeluaran daerah sebagai bentuk dari alokasi penggunaan dana
yang diterima, mencerminkan seberapa besar kegiatan yang telah dilakukan
daerah yang bersangkutan dalam menjalankan roda pembangunan. Untuk
pengeluaran daerah menyangkut dua hal, yaitu pengeluaran rutin (current
expenditures) dan pengeluaran pembangunan (development expenditures).
Namun dalam penelitian ini tentunya hanya yang menyangkut pembiayaan
untuk pengeluaran pembangunan saja.
Pengeluaran rutin di Kabupaten Karanganyar terdiri dari pos-pos
yaitu :
a. Belanja Pegawai
b. Belanaja Barang
c. Biaya Pemeliharaan
d. Belanja Perjalanan Dinas
e. Belanja Lain-lain
f. Angsuran Pinjaman
g. Bantuan Keuangan
h. Pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain
i. Pengeluaran tidak tersangka
Sedangkan Pengeluaran Pembangunannya terdiri dari pos-pos atau
bidang-bidang antara lain :
a. Industri
b. Pertanian dan keuangan
c. Sumber daya air dan irigasi
d. Tenaga kerja
e. Perdagangan, Pengelolaan Usaha daerah, Keuangan dan Koperasi
f. Transportasi, Metereologi dan Geofisika
g. Pertambangan dan Energi
h. Pembangunan Daerah dan Transmigrasi
i. Lingkungan Hidup dan Tata Ruang
j. Pendidikan,Kebudayaan, Kepercayaan terhadap Tuhan YME, Pemuda
dan Olah raga
k. Kependudukan dan Keluarga Sejahtera
l. Perumahan dan Pemukiman
m. Agama
n. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
o. Hukum
p. Aparatur Pemerintah dan Pengawasan
q. Politik, Penerangan, Komunikasi danMedia Massa
r. Keamanan dan Ketertiban Umum
s. Subsidi Pembangunan Kepada Daerah Bawahan
Besarnya realisasi pengeluaran daerah Kabupaten Kranganyar tahun
2000 – 2002 dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 3.9 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Karanganyar
Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 – 2002. (dalam ribuan)
No.
Jenis Pengeluaran
Pengeluaran Rutin
1
Belanja pegawai
2
Belanja barang
3
Belanja pemeliharaan
4
Belanja perjalanan dinas
5
Belanja lain-lain
6
Angsuran pinjaman/hutang dan bunga
7
Bantuan keuangan
8
Pengeluaran yg tdk termasuk bagian lain
9
Pengeluaran tidak tersangka
Jumlah
Pengeluaran Pembangunan
1
Industri
2
Pertanian & kehutanan
3
Sumber Daya Air & Irigasi
4
Tenaga kerja
5
Perdagangan, Peng. Usaha Daerah,
Keuangan & Koperasi
6
Transportasi, Metereologi & Geofisika
7
Pertambangan dan Energi
8
Pariwisata, Pos & Telekomunikasi
9
Pembangunan Daerah & Transmigrasi
10 Ligkungan Hidup & Tata Ruang
11 Pendidikan, Budaya, Kepercayaan thd
Tuhan YME, Pemuda & Olahraga
12 Kependudukan & Keluarga Sejahtera
13 Kesehatan, Kesejahteraan Sosial,
Peranan Wanita, Anak & Remaja
14 Perumahan dan Pemukiman
15 Agama
16 Ilmu Pengetahuan & Teknologi
17 Hukum
18 Aparatur Pemerintahan & Pengawasan
19 Politik, Penerangan, Komunikasi dan
Media Masa
20 Keamanan & Ketertiban Umum
21 Subsidi Pemb. kpd Daerah Bawahan
Jumlah
Jumlah Seluruh Pengeluaran
2000
2001
2002
51.453.024
6.195.849
969.388
215.615
2.568.916
103.790
1.126.386
534.481
1.376.415
64.543.814
157.056.514
16.084.583
5.603.520
499.579
18.578.658
291.361
2.952.020
1.073.707
1.532.623
203.672.565
170.843.778
20.057.95
6.284.015
368.592
20.689.082
252.944
4.539.278
1.208.940
2.998.569
227.243.163
29.997
632.661
14.947
15.000
1.734.037
1.064.306
317.586
40.000
12.904.715
1.795.000
1.200.000
165.000
9.619.119
5.428.464
7.500
54.821
763.010
766.077
1.185.476
15.097.908
89.652
215.178
578.401
586.467
16.830.669
175.000
559.662
1.071471
2.345.720
80.000
861.498
19.954
1.384.017
30.000
844.250
726.440
75.000
49.992
68.474
2.208.262
174.267
1.382.221
178.939
1.185.337
-
1.325.500
680.000
3.019262
40.000
74.005
14.952.928
79.496.742
35.044.681
238.717.246
39.700.653
266.943.876
Sumber : APBD Kab. Karanganyar tahun 2000 – 2002.
Dari tabel di atas kita bisa melihat minimal tiga (3) tahun terakhir
bahwa kegiatan pembangunan di Kabupaten Karanganyar menunjukkan
adanya peningkatan. Ini ditandai dengan terus meningkatnya pengeluaran
baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan.
Peningkatan pengeluaran yang cukup berarti terjadi pada tahun 2000
ke 2001, yaitu dari Rp. 79.496.742 ribu menjadi Rp. 238.717.246 ribu
berarti meningkat sebesar 200,28 %. Sedangkan dari tahun 2001 ke 2002
hanya Rp. 238.717.246 ribu menjadi Rp. 266.943.816 ribu atau meningkat
sebesar 11,82 %.
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Dalam Bab IV berikut akan membahas dan menganalisis hasil penelitian
mengenai faktor (Produk Domestik Regional Bruto) PDRB, investasi, jumlah
penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap pendapatan asli daerah
(PAD) di Kabupaten Karanganyar. Model analisis yang digunakan untuk
mengetahui hal tersebut adalah “Model Regresi Berganda” dengan menggunakan
program SPSS.
Sebelum sampai pembahasan lebih lanjut, dalam penulisan ini terlebih
dahulu akan dipaparkan mengenai kondisi variabel dependen yakni pendapatan
asli daerah (PAD) serta variabel independen yaitu (Produk Domestik Regional
Bruto) PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat
di Kabupaten Karanganyar.
A. Analisis Deskripsi Variabel
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dari
daerah itu sendiri dengan memberdayakan potensi daerah yang ada sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten
Karanganyar Tahun 1990 – 2002. (rupiah)
Tahun
Realisasi PAD
1990
2.360.769.508
1991
2.387.945.702
1992
2.835.664.603
1993
3.206.639.960
1994
4.061.075.364
1995
5.270.679.965
1996
6.030.982.939
1997
7.086.940.570
1998
8.063.262.722
1999
9.418.069.053
2000
9.129.016.737
2001
16.545.596.474
2002
22.497.807.067
Sumber : DIPENDA Kab. Karanganyar
Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari tahun ke tahun
Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar senantiasa
mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup berarti terjadi pada dua
tahun terakhir yaitu di tahun 2001 yaitu sebesar Rp. 16.454.596.474,meningkat
sebesar
80,24
%
dan
di
tahun
2002
yaitu
sebesar
Rp. 22.497.807.067,- atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar
35,97 %.
2. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik regional Bruto (PDRB) adalah produksi barangbarang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu daerah
tertentu dalam suatu wilayah negara tertentu dan dalam jangka waktu satu
tahun/ indikator pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu daerah
dapat dilihat dari besaran PDRB ini.
PDRB di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1990 sebesar
Rp. 489.424,47 ribu sedangkan pada tahun 2002 sebesar Rp. 1.248.686,47
ribu. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Karanganyar tahun 1990-2002 Atas Dasar Harga Konstan
(ADHK). (ribuan)
No.
Tahun
PDRB
1
1990
489.424,47
2
1991
580.087,13
3
1992
639.872,53
4
1993
997.858,81
5
1994
1.047.286,13
6
1995
1.120.785,44
7
1996
1.210.112,30
8
1997
1.225.719,50
9
1998
1.109.425,03
10
1999
1.141.544,82
11
2000
1.193.085,08
12
2001
1.210.084,63
13
2002
1.248.686,47
Sumber : DIPENDA Kab. Karanganyar
Dari data di atas terlihat bahwa PDRB Kabupaten Karanganyar
senantiasa mengalami peningkatan kecuali pada tahun 1998 mengalami
penurunan disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia.
Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah PDRB atas dasar harga
konstan agar dapat lebih memperdalam pengetahuan pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun.
3. Investasi
Investasi merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan
pembangunan
ekonomi
atau
pertumbuhan
ekonomi.
Suatu
daerah
memerlukan modal yang besar untuk proses pembangunan ekonominya,
modal tersebut dapat dipenuhi dengan investasi yang masuk ke daerah
tersebut.
Investasi di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dari tabel berikut
ini.
Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Investasi Kabupaten Karanganyar Tahun
1990 – 2002. (ribuan)
No.
Tahun
Investasi
1
1990
674.763.911
2
1991
692.292.809
3
1992
715.676.823
4
1993
744.274.603
5
1994
793.239.527
6
1995
815.848.021
7
1996
944.385.134
8
1997
980.132.876
9
1998
615.213.076
10
1999
987.815.150
11
2000
2.902.644.852
12
2001
2.916.796.412
13
2002
2.921.678.158
Sumber : BAPEDA Kab. Karanganyar 2003 dan BPM Jawa Tengah
1990 – 2002.
Jumlah investasi pada tahun 1998 mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya disebabkan krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia
saat itu. Namun untuk tahun-tahun berikutnya senantiasa mengalami
peningkatan.
4. Jumlah Penduduk
Penduduk di Kabupaten Karanganyar tercatat tiap akhir tahunnya
sebagaimana pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 1990 – 2002.
Jumlah Penduduk
(jiwa)
1
1990
708.289
2
1991
716.190
3
1992
724.864
4
1993
733.573
5
1994
742.045
6
1995
750.845
7
1996
760.618
8
1997
767.221
9
1998
744.799
10
1999
784.035
11
2000
793.575
12
2001
804.031
13
2002
815.101
Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2002.
No.
Jumlah
Tahun
penduduk
adalah
keseluruhan
Pertumbuhan
(%)
1.21
1,22
1,11
1,20
1,15
1,19
1,30
0,87
0,99
1,19
1,22
1,32
1,38
penduduk
Kabupaten
Karanganyar yang tercatat di akhir tahun. Penduduk di Kabupaten
Karanganyar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun
1990 jumlah penduduk di Karanganyar tercatat 708.289 jiwa dengan laju
pertumbuhan sebesar 1,21 %. Sedangkan pada tahun 2002 penduduk di
Kabupaten Karanganyar sejumlah 815.101 jiwa meningkat sejumlah 11.070
jiwa atau sebesar 1,38 %, ini merupakan laju pertumbuhan penduduk terbesar
di Kabupaten Karanganyar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
5. Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita adalah tingkat pendapatan masyarakat
Kabupaten Karanganyar pada tahun tertentu. Pendapatan per kapita
Kabupaten Karanganyar dari tahun 1990 sampai tahun 1997 terus
mengalami peningkatan dari Rp. 597.857,72 di tahun 1990 menjadi
Rp. 1.450.264,59 di tahun 1997. Pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi
yang
melanda
bangsa
Indonesia
mengalami
penurunan
sebesar
Rp. 179.552,37 atau -12,38 % dari tahun sebelumnya. Namun untuk
tahun-tahun selanjutnya pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten
Karanganyar mengalami peningkatan kembali seiring dengan adanya
recovery perekonomian nasional dan daerah.
Tabel 4.5. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Karanganyar
tahun 1990 – 2002 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK).
No.
Tahun
Pendapatan Per Kapita
1
1990
597.857,72
2
1991
731.971,83
3
1992
800.433,05
4
1993
1.185.025,82
5
1994
1.254.941,30
6
1995
1.329.570,13
7
1996
1.419.457,28
8
1997
1.450.264,59
9
1998
1.270.712,22
10
1999
1.295.122,06
11
2000
1.338.738,86
12
2001
1.340.519,76
13
2002
1.359.786,34
Sumber : BPS Kab. Karanganyar 2002
B. Analisis Data
Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab I,
dilakukan analisis dari data yang telah diperoleh yaitu data time series dari
tahun 1990 sampai tahun 2002. Alat analisis yang digunakan adalah regresi
berganda dengan variabel dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
variabel independen : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi,
jumlah
penduduk
dan
pendapatan
per
kapita
masyarakat,
dengan
menggunakan rumus :
Log Y = a + b1logX1 + b2logX2 + b3logX3 + b4logX4 + e
dimana :
Y
= Pendapatan Asli Daerah
a
= konstanta
b
= koefisien regresi
e
= standar error
X1
= PDRB (dalam rupiah)
X2
= investasi (dalam rupiah)
X3
= jumlah penduduk (dalam jiwa)
X4
= pendapatan per kapita (dalam rupiah)
Berdasarkan pada data yang diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan
atau pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dari hasil
perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.6 Hasil Pengolahan Data dengan Variabel Dependen adalah Log PAD
Dependent Variable is Logpad
Sample : 1990 – 2002
Included observation : 13
Unstandardized
Coefficient
Variable
Coefficient Std. Error
Log PAD/C
-80,256
26,075
Log PDRB
6,743
2,906
Log Invest
-0,318
0,241
Log Penddk
14,472
5,165
Log Perkapt
-7,088
2,938
Unstandardized
Coefficient
Beta
t-Statistic
Prob.
-3,078
2,321
-1,322
2,802
-2,413
0,015
0,049
0,223
0,023
0,042
Adjusted R-Squares
0,938 F-Statistic
Durbn-Watson stat
2,003 Probability (F-Statistic)
Sumber : Hasil Pengolahan Data 2004 dengan Metode SPSS
46,178
0,000
3,033
-0,264
0,904
-2,852
Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.4, maka diperoleh
bentuk persamaan regresi sebagai berikut :
Log PAD = -80,256 + 6,743 X1 – 0,318 X2 + 14,472 X3 – 7,088 X4
(2,321)
(-1,322)
(2,802)
(-2,413)
Keterangan : angka dalam kurung adalah t hitung
Untuk mengetahui adanya tanda parameter estimasi dengan teori yang
menerangkan, hasil estimasi fungsi diatas perlu di uji statistik dan uji
ekonometrika.
1. Uji Statistik
Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS yang dilakukan
maka berikut akan disampaikan hasil dan interpretasinya.
a.
Uji t
Dari kriteria pengujian uji parsial (uji t) dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1) PDRB
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung
sebesar
2,321 dengan probabilitas 0,049 sedangkan nilai t
diperoleh 2,306. Karena t
hitung
> t
tabel,
tabel
maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Ini berarti secara individu variabel PDRB berpengaruh
secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah pada
derajat signifikansi 5 % dengan menganggap variabel independen
lainnya konstan.
2) Investasi
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung
sebesar -1,322 dengan probabilitas 0,223 sedangkan nilai t
diperoleh 2,306. Karena t
hitung
 t
tabel,
tabel
maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Ini berarti secara individu variabel investasi tidak
berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap variabel
independen lainnya konstan.
3) Jumlah Penduduk
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung
sebesar
2,804 dengan probabilitas 0,023 sedangkan nilai t
diperoleh 2,306. Karena t
hitung
>t
tabel,
tabel
maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Ini berarti secara individu variabel jumlah penduduk
berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli
Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap variabel
independen lainnya konstan.
4) Pendapatan Per Kapita
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung
sebesar -2,413 dengan probabilitas 0,042 sedangkan nilai t
diperoleh 2,306. Karena t
hitung
 -t
tabel,
tabel
maka Ho ditolak dan Ha
diterima. Ini berarti secara individu variabel jumlah penduduk
tidak berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan
Asli Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap
variabel independen lainnya konstan.
b.
Uji F
Berdasarkan hasil perhitungan dan juga dari persamaan regresi
dapat dilihat bahwa nilai F
hitung
adalah 46,178 dengan probabilitas
sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi 5%,
13 – 5 = 8 ; 5 – 1 = 4 adalah 6,04. Karena Fhitung > F
tabel,
maka Ho
ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti secara bersama-sama faktor
PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita
masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan/nyata terhadap
Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5%.
c.
Uji R2
Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai Adjusted RSquared sebesar 0,938 yang berarti bahwa variasi independen yaitu
variasi jumlah PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per
kapita dapat menjelaskan sebesar 93,8 % terhadap variasi variabel
dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah, sedangkan sisanya sebesar
6,2 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Untuk r (Koefisien Korelasi) sebesar 0,979 menunjukkan
hubungan variabel independen dan variabel dependen sangat kuat
(hubungan variabel independen dan variabel dependen dikatakan kuat
jika 0,9r1).
2. Uji Ekonometrika (Uji Asumsi Klasik)
Agar penelitian dapat dipakai sebagai bahan informasi, maka
diharapkan koefisien-koefisien yang diperoleh menjadi penaksir terbaik
dan tidak bias (BLUE = Best Linear Unbiass Estimate). Hal tersebut
hanya dapat terjadi, bila dalam pengujian tidak melanggar asumsi klasik,
yaitu :
a.
Multikolinearitas
Adanya hubungan antara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model terdapat
multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar
yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan
tinggi.
Untuk mengetahui variabel-variabel yang berkolinearisasi harus
dihitung nilai-nilai statistik F yang berkaitan dengan himpunan
variabel bebas masing-masing. Dari hasil perhitungan nilai Ftabel
dengan derajat bebas adalah 3,86. Jika Fhitung > Ftabel maka tidak terjadi
multikolinearitas. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas
Fhitung
984,276
20,035
57,183
804,811
X1 = f (X2,X3,X4)
X2 = f (X1,X3,X4)
X3 = f (X1,X2,X4)
X4 = f (X1,X2,X3)
Ftabel
3,86
3,86
3,86
3,86
Kesimpulan
tidak terjadi multikolinearitas
tidak terjadi multikolinearitas
tidak terjadi multikolinearitas
tidak terjadi multikolinearitas
Sumber : Data Print Out Komputer 2004
b.
Heteroskedastisitas
Apabila t
hitung
>t
tabel,
maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti
ada masalah heteroskedastisitas. Sedangkan jika thitung  ttabel, maka Ho
diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas /
homokedastisitashasil. Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat bahwa
dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil perhitungan
adalah sebagai berikut :
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel
PDRB
Investasi
Jml Penduduk
Per Kapita
t hitung
0,000
0,000
0,000
0,000
t tabel
2,306
2,306
2,306
2,306
Prob
1,000
1,000
1,000
1,000
Kesimpulan
tidak terjadi heteroskedastisitas
tidak terjadi heteroskedastisitas
tidak terjadi heteroskedastisitas
tidak terjadi heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Print Out Heterokedastisitas, 2004
c.
Autokorelasi
Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh
nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2.003. Pada tabel statistik dengan
menggunakan level of signifikan = 5% ; K = 5 ; N = 13, diperoleh
nilai dL=0,56 dan dU=2,21. Maka nilai Durbin-Watson (DW) terletak
antara dU dan 4 - dU atau 1,79 2 < 2,21 Hal ini berarti bahwa tidak
terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif dalam model yang
digunakan.
Autokorelasi positif
Ragu
2
Ragu
2
Autokorelasi negatif
Tidak ada autokorelasi
0
0,56
1,79
2
2,21
3,44
4
Gambar 4.1 Percobaan d (Durbin – Watson)
3. Interpretasi Hasil
a. Pengaruh PDRB terhadap PAD
Besarnya pengaruh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto)
terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar bisa
dilihat dari besarnya koefisien regresi variabel tersebut. Dari hasil
pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) sebesar 6,743 artinya, setiap
kenaikkan PDRB sebesar 1 % akan diikuti oleh meningkatnya
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 6,743 %
dengan menganggap variabel independen lainnya tetap/konstan.
Semakin besar penerimaan per satuan rupiah dari 11 sektor lapangan
usaha, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli
Daerah.
b. Pengaruh Investasi terhadap PAD
Besarnya pengaruh Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah di
Kabupaten Karanganyar bisa dilihat dari besarnya koefisien regresi
variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya
koefisien variabel Investasi sebesar -0,318 artinya, setiap kenaikkan
investasi sebesar 1 % akan diikuti oleh menurunnya Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 0,318 % dengan
menganggap variabel independen lainnya tetap/konstan.
c. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD
Besarnya pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli
Daerah di Kabupaten Karanganyar bisa dilihat dari besarnya koefisien
regresi variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan
besarnya koefisien variabel jumlah penduduk sebesar 14,472 artinya,
setiap kenaikkan jumlah penduduk sebesar 1 % akan diikuti oleh
meningkatnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar
sebesar 14,472 % dengan menganggap variabel independen lainnya
tetap / konstan.
Jumlah penduduk merupakan jumlah keseluruhan penduduk yang
bertempat tinggal atau berdomisili di suatu tempat atau wilayah. Data
yang ada menunjukkan laporan BPS Kabupaten Karanganyar jumlah
penduduk di Kabupaten Karanganyar meningkat dari tahun ke tahun.
Ini merupakan suatu jumlah yang potensial karena penduduk memiliki
dua peranan dalam pembangunan ekonomi, yaitu dari sisi permintaan
dan sisi penawaran.
Dilihat dari sisi permintaan jumlah penduduk yang besar
merupakan suatu jumlah yang besar pula sebagai konsumen. Konsumen
akan menjadi efektif jika didukung oleh adanya pendapatan perkapita
yang lebih dari cukup atau juga dapat disebut pasar yang efektif untuk
menampung barang / jasa hasil produksi. Sedangkan jika dilihat dari
sisi penawaran maka posisi penduduk sebagai produsen, penghasil
barang atau jasa. Hal ini sangat berkaitan dengan PDRB dimana
penduduk dengan kapasitasnya sebagai produsen bergerak di 11 sektor
usaha yang pada akhirnya akan menyokong penerimaan PAD di
Kabupaten Karanganyar.
Oleh karena itu, perkembangan penduduk yang cepat tidaklah
selalu merupakan penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi.
Jika
penduduk
ini
mempunyai
kapasitas
yang
tinggi
untuk
menghasilkan atau menyerap hasil produksi yang dihasilkan. Ini berarti
tingkat pertambahan penduduk yang tinggi disertai dengan tingkat
penghasilan yang tinggi sangat berguna bagi pembangunan ekonomi.
Jadi pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan yang rendah
tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi. Dengan kapasitas yang
rendah untuk menaikkan output totalnya dan tanpa diimbangi dengan
turunnya tingkat pertumbuhan penduduk, maka akan terjadi penundaan
pembangunan.
d. Pengaruh Pendapatan Per Kapita Masyarakat terhadap PAD
Besarnya pengaruh pendapatan per kapita masyarakat terhadap
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar bisa dilihat dari
besarnya koefisien regresi variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data
telah didapatkan besarnya koefisien variabel Investasi sebesar -7,088
artinya, setiap kenaikkan investasi sebesar 1 % akan diikuti oleh
menurunnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar
sebesar 7,088% dengan menganggap variabel independen lainnya
tetap/konstan.
e. Secara bersama-sama semua koefisien regresi variabel PDRB,
investasi, jumlah penduduk dan pendaptan per kapita masyarakat
berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Karanganyar. Ini ditunjukkan
oleh nilai Fhitung adalah 46,178 dengan probabilitas sebesar 0,000
sedangkan nilai Ftabel adalah 6,04.
f. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai Adjusted R-Squared
sebesar 0,938 yang berarti bahwa variasi independen yaitu variasi
jumlah PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita
dapat menjelaskan sebesar 93,8 % terhadap variasi variabel dependen
yaitu Pendapatan Asli Daerah, sedangkan sisanya sebesar 6,2 %
dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
g. Dari hasil penelitian dan perhitungan dapat dilihat bahwa penelitian ini
memunuhi syarat BLUE (Best Linear Unbias) ini bisa dilihat tidak
adanya penyimpangan pada semua uji asumsi klasik yang dilakukan
baik uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi.
h. Faktor yang paling mempengaruhi PAD Kabupaten Karanganyar.
Bahwa variabel PDRB berpengaruh paling dominan terhadap
PAD karena mempunyai koefisien beta paling besar ini dapat dilihat
dari koefisien beta masing-masing variabel independen yaitu untuk
PDRB sebesar 3,033, investasi sebesar -0,246, jumlah penduduk
sebesar 0,904 dan pendapatan per kapita sebesar -2,852.
C. Trend Perkembangan Pendapatan Asli Daerah
Untuk mendeskripsikan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
digunakan alat analisis trend dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + bX
Dimana :
Y
= jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (dalam rupiah)
a
= konstanta
b
= besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu
unit variabel X
X
= tahun
Untuk mencari koefisien a dan b digunakan rumus :
a
Y
N
b
 XY
 X2
Berdasarkan rumus di atas kemudian dilakukan pehitungan berdasarkan
data yang telah diperoleh sebagai berikut :
Tabel 4.9 Trend Perkembangan PAD Kab. Karanganyar tahun 1990 – 2002.
Tahun
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2000
2001
2002
X
Y atau PAD
XY
-6
2.360.769.508
-14.164.617.048
-5
2.387.945.702
-11.939.728.510
-4
2.835.664.603
-11.342.658.412
-3
3.206.639.960
-9.619.919.880
-2
4.061.075.364
-8.122.150.728
-1
5.270.679.965
-5.270.679.965
0
6.030.982.939
0
1
7.086.940.570
7.086.940.570
2
8.063.262.722
16.126.525.444
3
9.418.069.053
28.254.207.159
4
9.129.016.737
36.516.066.948
5
16.545.596.474
82.727.982.370
6
22.497.807.067
134.986.842.402
0
245.238.810.350
98.894.450.664
Sumber : Hasil Pengolahan Trend PAD 2004
Dari perhitungan di atas maka dapat dicari nilai a dan b :
a

Y
N
98.894.450.664
13
= 7.607.265.436
b

 XY
 X2
245.238.810.350
182
= 134.746.599
X2
36
25
16
9
4
1
0
1
4
9
16
25
36
182
Dari perhitungan tersebut tersusun persamaan linear, yaitu :
Y = 7.607.265.436 + 134.746.599 X
Berdasarkan persamaan linear di atas maka dapat diketahui bahwa ratarata perkembangan pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten
Karanganyar menunjukkan ke arah positif, dengan ditunjukkan besaran
intersep (b) sebesar 134.746.599.
Berpedoman
kepada
trend
linear
tersebut,
dapat
dicari
trend
perkembangan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar
untuk beberapa tahun mendatang. Dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 410. Hasil Perhitungan Trend PAD Kabupaten Karanganyar 1990 –
2010.
Tahun
X
Trend PAD atau Y
1990
-6
2.360.769.508
1991
-5
2.387.945.702
1992
-4
2.835.664.603
1993
-3
3.206.639.960
1994
-2
4.061.075.364
1995
-1
5.270.679.965
1996
0
6.030.982.939
1997
1
7.086.940.570
1998
2
8.063.262.722
1999
3
9.418.069.053
2000
4
9.129.016.737
2001
5
16.545.596.474
2002
6
22.497.807.067
2003
7
17.039.527.373
2004
8
18.386.993.364
2005
9
19.734.459.355
2006
10
21.081.925.346
2007
11
22.429.391.337
2008
12
23.776.857.328
2009
13
25.124.323.319
2010
14
26.471.789.310
Sumber : Hasil Perhitungan Trend PAD 2004
Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa trend perkembangan PAD di
Kabupaten
Karanganyar
pada
2010
tahun
mendatang
menunjukkan
kecenderungan meningkat secara meyakinkan.
Untuk memperoleh ketepatan koefisien b maka perlu dilakukan uji
statistik dalam hal ini yang digunakan hanya uji t dan uji F karena hanya
memuat dua variabel yaitu variabel dependen Y dan variabel independennya
X, dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji t
Merupakan pengujian variabel penjelas secara individu yang dilakukan
untuk melihat apakah variabel independen/bebas yaitu X secara individu
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen/terikat dalam
hali ini Y.
Dari kriteria pengujian uji parsial (uji t) dapat disimpulkan sebagai
berikut berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung sebesar
16,751 dengan probabilitas 0,000 sedangkan nilai t
Karena t
hitung
>t
tabel,
tabel
diperoleh 2,093.
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti secara
individu variabel X berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap (Y)
Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap
faktor lainnya konstan.
2. Uji F
Merupakan pengujian variabel X dan Y secara keseluruhan dan
serentak. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel
independen (X) tersebut secara keseluruhan mempengaruhi variabel
dependen (Y) secara signifikan.
Dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa nilai F
hitung
adalah
280,602 dengan probabilitas sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan
tingkat signifikansi 5%, 21 – 2 = 19 ; 2 – 1 = 1 adalah 3,47. Karena
Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti X secara
serempak dan keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan/nyata (Y)
pada derajat signifikansi 5%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan disajikan beberapa kesimpulan yang berhubungan
dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya. Dari
kesimpulan yang ada, penulis berusaha memberikan saran yang berhubungan
dengan permasalahan yang telah dikemukakan dan diharapkan bisa menjadi
bahan masukan bagi pihak-pihak yang bersangkutan.
A.
Kesimpulan
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, maka secara ringkas dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Bahwa Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar dari
tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, dari data yang
dikumpulkan penulis yaitu dari tahun 1990 sampai tahun 2002. Pun itu di
saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun
1990 PAD Kabupaten Karanganyar sebesar Rp. 2.360.769.508,00
sedangkan pada tahun 2002 menjadi Rp. 22.497.807.067,00. dan setelah
dilakukan pengujian terlihat bahwa baik secara individu maupun
bersama-sama faktor-faktor PDRB, investasi, jumlah penduduk maupun
pendapatan per kapita berpengaruh terhadap PAD, lebih jelasnya adalah
sebagai berikut :
a. Variabel PDRB mempunyai pengaruh yang bersifat positif
terhadap besarnya variabel PAD. Jika PDRB naik maka
dimungkinkan akan terjadi kenaikan PAD. Dari hasil pengolahan
data telah didapatkan besarnya koefisien variabel PDRB (Produk
Domestik Regional Bruto) sebesar 6,743 artinya, setiap kenaikkan
PDRB sebesar 1 % akan diikuti oleh meningkatnya Pendapatan
Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 6,743 % dengan
menganggap variabel independen lainnya tetap/konstan. Demikian
pula jika PDRB turun
1 % maka PAD akan turun sebesar 6,743
%.
b. Variabel investasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
pembentukan PAD. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien
sebesar
-0,318. Ini menunjukkan bahwa jika investasi Kabupaten
Karanganyar naik 1 % maka PAD akan turun 0,318 %.
c. Variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif terhadap
PAD. Karena dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien
sebesar 14,472. jadi bila terjadi kenaikkan jumlah penduduk
sebesar 1 % maka PAD Kabupaten Karanganyar akan naik sebesar
14,472 %.
d. Variabel pendapatan per kapita masyarakat mempunyai koefisien
-7,088. Jadi pengaruhnya adalah negatif. Ini berarti bila
pendapatan per kapita masyarakat naik 1 % maka PAD Kabupaten
Karanganyar akan turun sebesar 7,088 %.
e. Secara bersama-sama semua koefisien regresi variabel PDRB,
investasi, jumlah penduduk dan pendaptan per kapita masyarakat
berpengaruh
terhadap
PAD
Kabupaten
Karanganyar.
Ini
ditunjukkan oleh nilai Fhitung adalah 46,178 dengan probabilitas
sebesar 0,000 sedangkan nilai Ftabel adalah 6,04.
f. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa Adjusted-R
Square sebesar 0,938, artinya 93,8 % variasi variabel PAD dapat
dijelaskan oleh variasi variabel PDRB (X1), investasi (X2), jumlah
penduduk (X3) dan pendapatan per kapita masyarakat (X4),
sedangkan sisanya sebesar 6,2 % tidak dapat dijelaskan
atau
dipengaruhi faktor-faktor di luar model.
g. Bahwa penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk pihak-pihak
yang membutuhkan karena berdasarkan hasil perhitungan dan
pengujian dengan uji samusi klasik baik uji multikolinearitas, uji
heterokedastisitas maupun uji autokorelasi tidak ada ganguan.
2. Bahwa Variabel PDRB berpengaruh paling dominan terhadap PAD karena
mempunyai koefisien beta paling besar ini dapat dilihat dari koefisien beta
masing-masing variabel independen yaitu untuk PDRB sebesar 3,033,
investasi sebesar -0,246, jumlah penduduk sebesar 0,904 dan pendapatan
per kapita sebesar -2,852
3. Berdasarkan
hasil
perhitungan
memperlihatkan
bahwa
trend
perkembangan PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per
kapita masyarakat terhadap PAD di Kabupaten Karanganyar pada tahun
2010 menunjukkan kecenderungan untuk meningkat.
B.
Saran
Dari hasil penelitian, maka diberikan saran sebagai berikut :
1. Melihat dari data yang ada bahwa PDRB, investasi, jumlah penduduk dan
pendaptan per kapita masyarakat di Kabupaten Karanganyar yang tiap
tahun semakin meningkat, maka Pemerintah Daerah harus lebih seksama
dalam menggarap sumber-sumber yang potensial (unggul) sehingga dapat
memberikan sumbangsih bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah, selain
itu juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk. Kemudian
Pemerintah Daerah harus mengadakan penyuluhan dan pelatihanpelatihan ketrampilan bagi warga untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia di Kabupaten Karanganyar sehingga faktor-faktor PDRB,
investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita maupun faktor lain
yang diluar penelitian penulis bisa berpengaruh positif terhadap PAD.
2. Dari hasil analisis data, karena faktor yang paling dominan adalah PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto) di Kabupaten Karanganyar ini
ditunjukkan dengan koefisien  (beta) yang paling besar yaitu berturutturut PDRB (3,033), investasi (-0,264), jumlah penduduk (0,904) dan
pendapatan per kapita masyarakat (-2,852), maka disarankan kepada
Pemerintah Daerah Karanganyar untuk lebih mengembangkan sektorsektor yang potensial (unggul) yaitu industri pengolahan; pertanian;
perdagangan, hotel dan restoran; dan jasa-jasa sehingga dari sektor inilah
PDRB akan meningkat dan akhirnya dapat menaikkan angka PAD di
Kabupaten Karanganyar.
3. Untuk meningkatkan jumlah penerimaan PAD di Kabupaten Karanganyar,
Pemerintah Daerah dapat menempuh berbagai cara, antara lain :
a) Mengoptimalkan penerimaan pajak daerah, baik melalui cara
intensifikasi ataupun ekstensifikasi perpajakan.
b) Mengoptimalkan penerimaan retribusi daerah dari penggalian
sumber retribusi baru secara proporsional
c) Mengelola BUMD seoptimal mungkin dan membangun kinerja
BUMD sehingga tercipta laba yang proporsional.
DAFTAR PUSTAKA
Ardn’t HW. 1991. Pembangunan Ekonomi –Studi tentang Sejarah Pemikiran
Ekonomi, LP3ES, Jakarta.
Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi
Daerah, BPFE, Yogyakarta.
Bratakusumah & Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,
Gramedia, Jakarta
Deddy SB dan Dadang S, 2002. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Gramedia, Jakarta.
Djarwanto PS. 1996. Statistik Induktif. BPFE, Yogyakarta.
Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan
Ekonomi Pembangunan. LP3ES, Jakarta.
Dumairy, 1997. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi.
Yogyakarta.
BPFE,
Eugenia LM. 1998. Peraturan Tentang Perundang-undangan, Tentang Pajak
Daerah & Retribusi Daerah, Hawarindo, Jakarta.
Gunawan, Andhie. 2003. Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Faktor Penentu
Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sukoharjo, Skripsi FE UNS,
Tidak dipublikasikan.
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta.
Irawan & Suparmoko, 1995. Ekonomika Pembangunan, BPFE , Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Kuantitatif, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
J & J. Learning, 2000. Keuangan Daerah di Era Otonomi Daerah. Gamedia,
Jakarta.
Josef Riwu Kaho. 2001. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik, PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta.
Santoso, Singgih, 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Gramedia,
Jakarta.
Sekretariat Negara. 1974. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan di Daerah dan Pemerintahan Desa, Pemerintah
NKRI. Jakarta
_____________, 1999. Undang-undang No. 22 tahun
Pemerintahan Daerah, Pemerintah NKRI. Jakarta
1999
tentang
_____________, 1999. Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Pemerintah NKRI.
Jakarta
Sumodiningrat, Gunawan.1999. Ekonometrika Pengantar, BPFE, Yogyakarta.
Sunarti, Sri. 2003. Analisis Faktor-faktor yang Memperngaruhi Pendapatan
Asli Daerah Kabupaten Klaten 1990/1991-2001/2002. Skripsi FE UNS,
Tidak dipublikasikan
Supranto, J. 1992. Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta.
Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia, Beberapa Isu Penting,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
Tim BPS Karanganyar, 2002. Karanganyar Dalam Angka 2002, Biro Pusat
Statistik (BPS). Karanganyar.
_____________. 2002. Pendapatan Regional Kabupaten Karanganyar Tahun
2002, Biro Pusat Statistik (BPS). Karanganyar.
Tim FE UNS. 2001. Modul Laboratorium Anilisis Pembangunan, FE UNS.
Surakarta.
_____________. 2001. Modul Laboratorium Statistik Ekonomi, FE UNS.
Surakarta.
Tim Penelitian & Pengembangan Lembaga Pendidikan Komputer “Wahana”,
2002. 10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 11.01 ,
Wahana Komputer Semarang dan Andi Yogyakarta
Todaro, Michael. 1994. Pembangunan Ekonomi di Negara Ketiga, Erlangga,
Jakarta.
Download