ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR PERIODE TAHUN 1990 - 2002 SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syaratsyarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : TRI CAHYONO NIM F 0199067 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2004 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KARANGANYAR PERIODE TAHUN 1990 – 2002 Surakarta, 14 Agustus 2004 Disetujui dan diterima oleh Pembimbing Sumardi, SE NIP. 131 658 544 HALAMAN PESENGESAHAN Telah disetujui dan diterima dengan baik oleh team penguji Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta Surakarta, 28 Agustus 2004 Tim Penguji Skripsi : 1. Riwi Sumantyo, SE. ME. NIP. 132 046 019 2. Sumardi, SE NIP. 131 658 544 3. Drs. Mulyanto, ME. NIP. 132 085 923 ( ............................... ) Ketua ( ............................... ) Anggota ( ............................... ) Anggota MOTTO “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Fatihaah (1) : 1) “Dialah (Allah) yang tidak ada Tuhan kecuali Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Sejahtera, Yang memberikan keamanan, Yang mengawal, Yang Gagah, Yang Maha Kuasa, Yang berhak sombong, Maha Suci Allah dari segala apa yang mereka sekutukan.” (QS. Al Hasyr (59) : 23). “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang sholeh dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri’.” (QS. Fushshilat (41) : 33). “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. An Nahl (16) : 125). “Sesunggungnya sebuah cita-cita akan terwujud manakala kuat rasa keyakinan kepadanya, ikhlas dalam berjuang dijalannya, semakin bersemangat dalam merealisasikannya, dan kesiapan beramal dan berkorban dalam mewujudkannya”. (Hasan Al-Banna, Majmu’ah Rasail) Barang siapa tidak mau merasakan kegetiran bersama para pencari kemulian, niscaya ia tidak akan merasakan nikmatnya tidur di bawah naungan keagungan. (Orang Bijak) Barang siapa mengenal dirinya, tentu ia akan sibuk memperbaikinya dengan tidak memperdulikan aib dan cacat orang lain. Dan barang siapa mengenal Robbnya tentu ia akan sibuk berkhidmat kepada-Nya dengan meninggalkan hawa nafsunya. (Penulis yang Bijak) PERSEMBAHAN Syukurku kepada Sang Maha Lembut, Pencipta dan Pemelihara alam semesta, Yang Maha Kuasa atas semua kejadian, ALLOHU RABBUL IZZATI yang telah memberi kekuatan pada penulis menyelesaikan skripsi ini. Karya kecil ini penulis persembahkan : Bapak dan Ibu tercinta, terima kasih atas do’a dan pengorbanannya yang tak terhingga sehingga penulis bisa mengenal dan memahami dunia beserta karakternya, Semoga ALLOH SWT., membalas dengan jannahNya. Kakakku (Mas Nuryono) dan Mbak Isnaeni (almarhum) serta Adikku tercinta Nunung Nurhayati atas segala bantuan, dorongan, cita dan cinta kepada penulis. Ikhwan dan Akhwat fillah para pejuang dakwah, semoga ALLOH SWT., memberikan keistiqomahan serta memberikan kemenangan yang hakiki terhadapnya beserta para pengusungnya. KATA PENGANTAR Puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLOH SWT., RABB semesta alam yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah, inayah dan karunia serta pertolongan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi persyaratan akademik guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Adapun judul skripsi ini adalah “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KABUPATEN KARANGANYAR PERIODE TAHUN 1990 – 2002. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa adanya bantuan, bimbingan, petunjuk dan saran dari berbagai pihak kepada penulis baik moril, spirituil maupun materiil, maka tidaklah mungkin skripsi ini dapat tersusun sebagaimana mestinya. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada : 1. Bapak dan Ibu tercinta, atas segala didikan, arahan, ‘hardikan’, dan kasih sayangnya kepada penulis. 2. Ibu Dra. Salamah Wahyuni, SU., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Bapak Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi dan Bapak Drs. BRM Bambang Irawan, M.Si selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak Sumardi, SE selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan hingga terselesainya skripsi ini. 5. Bapak Bambang Supriyanto, SE selaku dosen pembimbing akademis yang telah membimbing penulis dari awal sampai akhir masa studi penulis. 6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta serta karyawan dan segenap civitas akademika Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Segenap pegawai DIPENDA Karanganyar terkhusus Mas Widodo, SE. Ak.., pegawai BAPPEDA Karanganyar terkhusus Ibu Dra. BE. Handayani, pegawai DEPERINDAG, BPS, KESBANGLINMAS Kabupaten Karanganyar, pegawai BPM (Badan Penanaman Modal) Propinsi Jawa Tengah terkhusus IbuYohana Endang yang telah membantu kelancaran penulis dalam mengumpulkan data. 8. Mas Nuryono, Mbak Eni (almarhum) dan adikku Nunung terima kasih atas do’a, kasih sayang serta pengorbanannya kepada penulis. 9. Ikhwah fillah di BPPI FE UNS (terkhusus PHT 2001/2002), JN UKMI UNS, FOSREMKA Karanganyar, IREMKA Karanganyar, DPRa PK Sejahtera Kelurahan Karanganyar, DPC dan DPD PK Sejahtera Kab. Karanganyar, DPD PK Sejahtera Kota Surakarta, teman-teman Takmir Masjid Nurulhuda terkhusus periode 2002/2003 dan ikhwan serta akhwat di semua wajihah yang penulis pernah bekerjasama dalam mengembalikan kemuliaan Islam. 10. Untuk Akh Darmawan, Atho’, Eryonggo, Arif Lukman, Rachmat, Iqbal, Ario, Taufiqqurahman, Santoso dan teman-teman seperjuangan di angkatan ’99 FE UNS ingat tanggal 22 Agustus 2006. 11. Untuk Akh Masduki, Akh Danik, Akh Supriyatin, Akh Musmuallim, Akh Hanif, Akh Yuceu (angkatan ’98), Akh Ihsan F, Hartoyo, Windu, Ahmad Taufik, Chambali, M. Eko, Restu AN, Arief P, Tamrin K, Gunawan, dan Akh Rahmat (’99) dan semua teman-teman seperjuangan di Universitas. 12. Untuk adik-adikku di fakultas ; Danang W, Tato, Tarno, Antok, Imam, Lujeng, Andri Rizko, Nanang Triyo, Syaiful, Afwan, Muji, Cicuk, Imdad, Agus Riyadi, dll, perjuangan masih sangat panjang. 13. Untuk teman-teman EP ’99 Ari Rudiyanto, Riyadi, Devin, Wuled, Taufik K dan teman-teman kelas D ’99 serta semua angkatan ’99 FE UNS terima kasih atas kebersamaannya selama masa studi penulis. 14. Untuk adik-adikku di D3 Ekonomi : Utomo, Kukuh, Benny, Nita, Retno, Suci dan semuanya saja, besarlah bersama dakwah. 15. Untuk Mularto, Fauzi, Fajar dan akhwat2 formatur FOSREMKA pokoknya saya hanya mau jadi formatur saja. 16. Untuk para penghuni Persma Insan Kamil Mas Usman, Dieck Bono, Mas Daniek, Mas Alim dan Syaikh Supri Al Gombongi selamat membuat bi’ah dan peradaban baru di Sawah Karang. 17. Dan semua pihak yang telah memberi warna dalam hidup penulis dengan tinta nya masing-masing sehingga pelangi hidup dapat penulis rasakan serta siapa saja yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari Allah SWT. Meskipun dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya, namun diharapkan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan para pembaca. Surakarta, 28 Agustus 2004 Penulis DAFTAR ISI Halaman HALAMAN PERSETUJUAN ..................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii HALAMAN MOTTO .................................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv HALAMAN KATA PENGANTAR ............................................................ v DAFTAR ISI ................................................................................................ viii DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiii ABSTRAKSI ............................................................................................... xiv BAB I. PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Perumusan Masalah ...................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 10 D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 11 E. Kerangka Pemikiran ...................................................................... 12 F. Hipotesis ........................................................................................ 14 G. Metodologi Penelitian ................................................................... 14 1. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 14 2. Sumber Data.............................................................................. 14 3. Definisi Operasional Variabel .................................................. 15 4. Teknik Analisis Data ................................................................ 16 BAB II. TELAAH PUSTAKA .................................................................. 27 A. Perubahan Struktural ..................................................................... 27 1. Teori Pembangunan Lewis ....................................................... 27 2. Perubahan Struktural Model Chenery ...................................... 29 B. Pembangunan Daerah ................................................................... 29 1. Pengertian Pembangunan Daerah ........................................... 29 2. Corak Pembangunan Daerah ................................................... 30 C. Otonomi Daerah ............................................................................ 33 D. Sumber-sumber Pendapatan Daerah ............................................. 34 1. Menurut UU No. 5 tahun 1974 .............................................. 34 2. Menurut UU No. 25 tahun 1999 ............................................. 36 E. Produk Domestik Regional Bruto ................................................. 48 1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto ......................... 48 2. Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto ......... 49 3. Peranan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah .......................................................... 50 F. Guna Investasi dalam Pembangunan Ekonomi ............................. 51 1. Peranan Modal dalam Pembangunan ...................................... 51 2. Teori Harrod-Dommar ............................................................ 52 3. Relasi Antara Investasi dengan Pertumbuhan Ekonomi ......... 53 G. Peranan Jumlah Penduduk dalam Pembangunan .......................... 54 H. Pendapatan Per Kapita .................................................................. 56 I. Hasil Penelitian Sebelumnya ........................................................ 58 BAB III. GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ........................ 59 A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Karanganyar ............................... 59 1. Kondisi Geografis ................................................................... 59 2. Pemerintahan ........................................................................... 60 3. Penduduk dan Tenaga Kerja ................................................... 60 4. Sosial ...................................................................................... 63 5. Pertanian .................................................................................. 65 6. Industri dan Perdagangan ....................................................... 67 7. Perhubungan ............................................................................ 68 8. Keuangan Daerah, PDRB, Inflassi, Struktur Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Investasi ...................................... 69 B. Tinjauan Keuangan Daerah .......................................................... 74 1. Penerimaan Daerah ................................................................. 74 2. Pendapatan Asli Daerah .......................................................... 76 3. Pengeluaran Daerah ................................................................ 76 BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ................................. 81 A. Analisis Deskripsi Variabel .......................................................... 81 1. Pendapatan Asli Daerah .......................................................... 81 2. Produk Domestik Regional Bruto ........................................... 82 3. Investasi .................................................................................. 83 4. Jumlah Penduduk ................................................................... 84 5. Pendapatan Per Kapita ............................................................ 85 B. Analisis Data ................................................................................. 86 1. Uji Statistik ............................................................................. 88 2. Uji Ekonometrika .................................................................... 91 3. Interpretasi Hasil ..................................................................... 93 C. Trend Perkembangan PAD ........................................................... 97 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 102 A. Kesimpulan ................................................................................... 102 B. Saran ............................................................................................. 104 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun 9 Anggaran 2001 dan 2002 ......................................................... Tabel 3.1 Kecamatan, Luas Wilayahnya, Jumlah Penduduk dan 62 Kepadatan Penduduk per Kecamatan ....................................... Tabel 3.2 PDRB Kabupaten Karanganyar Atas Dasar Harga Berlaku 70 (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 1998 – 2002 .............................................................................. Tabel 3.3 Inflasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002 ............. Tabel 3.4 Struktur Ekonomi Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002 Atas Dasar Harga Konstan 1993 ..................................... Tabel 3.5 73 Jumlah Investasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002 .......................................................................................... Tabel 3.7 72 Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002 .............................................. Tabel 3.6 71 74 Realisasi Penerimaan Daerah di Kabupaten Karanganyar tahun 2000 – 2002 .................................................................... 75 Tabel 3.8 Target dan realisasi PAD Kab. Karanganyar 1998 – 2002 ...... 76 Tabel 3.9 Realisasi Pengeluaran Pemda Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 – 2002 .............................. Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar Tahun 1990 – 2002 ............................................. Tabel 4.2 79 82 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar tahun 1990-2002 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) .................................................................................... Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Investasi Kabupaten Karanganyar Tahun 1990 – 2002 ................................................................... Tabel 4.4 83 84 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 1990 – 2002 .......................................................................................... 85 Tabel 4.5 Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Karanganyar tahun 1990 – 2002 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) .................................................................................... Tabel 4.6 86 Hasil Pengolahan Data dengan Variabel Dependen adalah Log PAD .................................................................................. 88 Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ..................................................... 92 Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas .................................................. 92 Tabel 4.9 Trend Perkembangan PAD Kab. Karanganyar tahun 1990 – 2002 .......................................................................................... Tabel 4.10 98 Hasil Perhitungan Trend PAD Kabupaten Karanganyar 1990 – 2010 ....................................................................................... 99 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1.1 Perbedaan UU 5/1974 dan UU 22/1999 ................................... 6 Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran ................................................................. 12 Gambar 1.3 Uji t ........................................................................................... 17 Gambar 1.4 Percobaan d (Durbin – Watson) ............................................... 23 Gambar 2.1 Sumber-sumber Penerimaan Daerah ........................................ 37 Gambar 4.1 Percobaan d (Durbin – Watson) ............................................... 93 ABSTRAK Tri Cahyono, F0199067. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN ASLI DAERAH KARANGANYAR PERIODE 1990 – 2002. Skripsi. Surakarta : Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. Latar belakang penelitian ini adalah diberlakukannya undang-undang otonomi daerah, sehingga pemerintah daerah diberi wewenang untuk mengatur rumah tangganya sendiri termasuk keuangan daerah masing-masing. Sumber pendapatan daerah diperoleh dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain penerimaan yang sah. Untuk itu pemerintah harus dapat menggali potensi dari daerah itu sendiri untuk meningkatkan sumbersumber pendapan daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh PDRB, investasi, jumlah penduduk, dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar, faktor yang paling dominan mempengruhi, trend perkembangan PAD. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa variabel PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar; variabel PDRB paling mempengaruhi PAD; serta trend perkembangan PAD Kabupaten Karanganyar tahun 2010 meningkat. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder runtut waktu (time series) mulai tahun 1990-2002. Metode yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan model log dilanjutkan dengan uji statistik yaitu uji t (uji parsial), uji F (analisis varian) uji R2 (koefisien determinasi) serta uji asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas, heterokedastisitas dan autokorelasi. Dari hasil analisis statistik dengan tingkat signifikansi 5 % diperoleh bahwa baik secara individu maupun secara bersama-sama besarnya PDRB, investasi, jumlah penduduk, pendapatan perkapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar. Koefisien regresi faktor PDRB sebesar 6,743 menunjukkan bahwa penambahan sebesar 1 % PDRB akan meningkatkan PAD sebesar 6,743 %. Koefisien regresi investasi sebesar -0,318 menunjukan bahwa penambahan investasi sebesar 1% akan menurunkan PAD sebesar -0,318 %. Koefisien regresi jumlah penduduk sebesar 14,472 menunjukan bahwa penambahan penduduk 1% akan menaikan PAD sebesar 14,472 %. Koefisien regresi pendapatan per kapita sebesar -7,088 menunjukan bahwa penambahan 1% pendapatan per kapita akan menurunkan PAD sebesar -7,088 %. Untuk uji F menunjukkan bahwa F hitung yaitu sebesar 46,178 lebih besar dari F tabel yaitu sebesar 6,04 yang berarti Ha diterima. Hal ini menunjukkan bahwa keempat faktor tersebut secara bersama-sama berpengaruh terhadap PAD di Kabupaten Karanganyar. Untuk uji R2 didapatkan nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,938 berarti bahwa variabel independen dapat menjelaskan 93,8 % terhadap variabel dependen sedangkan sisanya 6,2 % dijelaskan variabel lain di luar model. Sedangkan untuk uji asumsi klasik, yaitu uji multikoliniearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi ternyata tidak terdapat penyimpangan, ini menunjukkan bentuk persamaan yang digunakan bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Dilihat dari koefisien beta PDRB (3,033) mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar dibandingkan koefisien beta variabel lain yaitu investasi sebesar -0,264, jumlah penduduk sebesar 0,904 dan pendapatan per kapita sebesar -2,852. Dari hasil penghitungan trend perkembangan PAD Kabupaten Karanganyar tahun 2010 meningkat secara meyakinkan. Implementasi kebijakan yang disarankan adalah peningkatan kinerja perekonomian pada sektor-sektor dominan yang ada di Kabupaten Karanganyar. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan adalah usaha untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Lebih luas lagi pembangunan ekonomi diartikan sebagai usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riel per kapita (Irawan & Suparmoko, 1992 : 5). Oleh karena itu hasil-hasil pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh rakyat sebagai peningkatan kesejahteraan lahir dan batin secara adil dan merata. Sebaliknya pembangunan tergantung pula pada partisipasi seluruh rakyat yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata oleh segenap masyarakat, baik dalam memikul beban pembangunan maupun dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan ataupun pula dalam menerima kembali hasil pembangunan. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan daerah yang merupakan bagian integral dari pembangunan nasional di arahkan untuk mengembangkan daerah dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah, daerah kritis, daerah perbatasan dan daerah terbelakang lainnya. Pembangunan tersebut disesuaikan dengan prioritas dan potensi daerah masing-masing untuk meningkatkan kemampuan daerah tersebut. Bila ada perubahan struktur yang menyangkut pembangunan wilayah suatu daerah, maka daerah memerlukan berbagai kebijaksanaan khususnya yang mengatur antara pemerintah pusat dan daerah. Dalam hal ini pemerintah diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembangunan di wilayah masing-masing, sebab sukses dan tidaknya pembangunan nasional tergantung pada sukses dan tidaknya pembangunan di daerah. Keberadaan pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten atau kota yang mampu menyelenggarakan kelancaran dan pemerataan pembangunan mutlak diperlukan. Hubungan antara pusat dan daerah yang sering dibicarakan adalah berkaitan dengan masalah otonomi daerah, khususnya pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab pemerintah pusat dan daerah. Salah satu aspek yang sangat berpengaruh dan sangat menentukan bagi daerah agar mampu mengatur rumah tangganya sendiri dengan sebaikbaiknya adalah kemampuan daerah di dalam mengadakan atau memperoleh dana-dana atau pendapatan asli daerah sendiri. Untuk merealisasikan kegiatan pembangunan yang tersebar di daerah-daerah, dapatlah kita maklumi unsur pembiayaan yaitu tersedianya dana dalam jumlah yang memadai dan pengelolaan yang baik merupakan dasar utama bagi pelaksanaan rencana pembangunan yang akan dilakukan, sehingga menjadi dasar bagi perumusan kebijakan program-program investasi dan penetapan sasaran-sasaran pembangunan. Sunarti (2003 : 3) menyampaikan, sejalan dengan struktur pemerintah yang berlaku di tiap daerah di wilayah nasional terdapat tiga komponen pembiayaan pembangunan dari pemerintah : 1. Pembiayaan pembangunan dari pemerintah pusat yang dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk pembiayaan program-program pembangunan di daerah tingkat I. 2. Pembiayaan pembangunan dari pemerintah daerah tingkat I yang dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tingkat I untuk pembiayaan program-program pembangunan daerah tingkat I. 3. Pembiayaan pembangunan dari pemerintah daerah tingkat II yang dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tingkat II untuk pembiayaan program-program pembangunan daerah tingkat II. Masing-masing komponen pembiayaan dari pemerintah tersebut diharapkan dapat digunakan sebaik-baiknya sesuai dengan jalur-jalur yang telah ditentukan dan tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dapat mempengaruhi berlangsungnya pembangunan. Dari pembangunan ekonomi nasional yang terjadi selama pemerintah orde baru (orba) lebih terfokus pada pertumbuhan ekonomi, hal ini ternyata tidak membuat banyak daerah di tanah air berkembang sesuai harapan. Proses pembangunan dan peningkatan kemakmuran sebagai hasil dari pembangunan selama itu ternyata lebih terkonsentrasi di pusat (Jawa), pada tingkat nasional laju pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun cukup tinggi dan tingkat pendapatan per kapita naik terus setiap tahun (sampai krisis terjadi pada pertengahan tahun 1997 sampai tahun 1998), namun sebaliknya pada tingkat regional. Demikian juga, kesenjangan dalam distribusi pendapatan semakin besar. Terjadinya ketimpangan ekonomi regional di Indonesia selama pemerintahan orde baru (orba), salah satu penyebabnya karena berdasarkan UU. No. 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah; dalam pelaksanaannya pemerintah pusat terlalu dominan menguasai dan mengontrol hampir semua sumber-sumber pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam yang dimiliki daerah. Akibatnya daerah-daerah tersebut tidak dapat menikmati hasilnya dengan proporsional atau layak, juga bantuan dan pinjaman luar negeri, PMA, dan tata niaga di dalam negeri diatur sepenuhnya oleh pemerintah pusat, sehingga hasil yang diterima daerah lebih rendah daripada potensi ekonominya. Lebih lanjut Sunarti menyampaikan (2003 : 6), bahwa konstelasi hubungan keuangan pusat dan daerah menyebabkan relatif kecilnya peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Dengan kata lain, kontribusi penerimaan yang berasal dari pemerintah pusat dalam bentuk bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan mendominasi konfigurasi APBD. Sumber-sumber penerimaan yang relatif besar pada umumnya dikelola oleh pemerintah pusat, sedangkan sumber-sumber penerimaan yang relatif kecil dikelola oleh pemerintah daerah. Dengan kondisi yang terjadi pada pemerintahan orde baru tersebut, praktis hampir semua kegiatan pemerintahan maupun kegiatan perekonomiannya semua ada di tangan pemerintah pusat, sedangkan pemerintah daerah tidak mempunyai wewenang dalam mengatur rumah tangganya sendiri. Hal tersebut menyebabkan ketimpangan dan ketidakberdayaan ekonomi, sehingga muncul sentimen regional dan represi serta pelanggaran hak-hak masyarakat lokal. Dengan kondisi tersebut memicu masyarakat terutama di daerah untuk mendapatkan otonomi yang lebih luas dan nyata. Untuk menyikapi tuntutan dari masyarakat tersebut MPR RI mengamanahkan pada TAP MPR RI No. XV/MPR/1998 tentang penyelenggaraan otonomi daerah, untuk memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pusat dan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, dari aspek pengaturan geografis, jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan daerah. Dengan amanat dari MPR RI tersebut maka pemerintah mengeluarkan UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah sebagai pengganti UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, serta UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah sebagai pengganti UU No. 32 tahun 1956 tentang perimbangan keuangan antara negara dan daerah-daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Menurut pasal 1 ayat 8 UU No. 22 tahun 1999, otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Adapun tujuan pokok undang-undang ini untuk mewujudkan landasan hukum yang kuat bagi penyelenggaraan otonomi daerah, dengan memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menjadikan daerah otonom yang mandiri dalam rangka menegakkan sistem pemerintahan sesuai dengan UUD 1945. Perbedaan antara UU No. 5 tahun 1974 dengan UU No. 22 tahun 1999 dapat dilihat dalam gambar 1.1 berikut ini. UU No. 5 tahun 1974 DPRD UU No. 22 tahun 1999 Kepala Daerah DPRD Sekda Bapeda Kepala Daerah Sekda Dinas Bapeda Dinas Gambar 1.1 Perbedaan UU 5/1974 dan UU 22/1999 (Sumber : Bratakusumah & Solihin, 2002 : 6) Dalam penyelenggaraan otonomi daerah di kabupaten dan kota, Bupati atau Walikota bertanggung jawab kepada DPRD Kabupaten/Kota dan berkewajiban memberikan laporan kepada Presiden malalui Menteri Dalam Negeri dalam rangka pembinaan dan pengawasan (Bratakusumah & Solihin, 2002 : 6). Pembinaan lebih ditekankan pada memfasilitasi upaya pemberdayaan Daerah Otonom, sedangkan pengawasan lebih ditekankan pada pengawasan represif untuk lebih memberikan kebebasan kepada Daerah Otonom dalam mengambil keputusan serta memberikan peran kepada DPRD dalam mewujudkan fungsinya sebagai badan pengawas terhadap pelaksanaan Otonomi Daerah (Bratakusumah & Solihin, 2002 : 9). Dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 25 tahun 1999, perimbangan keuangan antara pusat dan daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang mencakup pembagian keuangan antara pemerintah pusat dan daerah serta pemerataan antar daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah sejalan dengan kewajiban dan pembagian kewenangan serta tata cara penyelenggaraan kewenangan tersebut, termasuk pengelolaan dan pengawasan keuangannya. Diberlakukannya UU No. 22 tahun 1999 dan UU No. 25 tahun 1999 diharapkan mampu mendorong pemerintah daerah untuk berbenah dan menyiapkan diri untuk lebih mandiri, karena selama ini daerah tidak dimungkinkan untuk mandiri. Faktor yang menentukan mampu tidaknya suatu daerah untuk berotonomi adalah kemampuan keuangan atau kapasitas dari potensi daerah. Artinya daerah otonom harus memiliki kemampuan untuk menggali sumber-sumber keuangan sendiri. Ketergantungan kepada bantuan pusat harus seminimal mungkin, sehingga Pendapatan Asli Daerah (PAD) harus menjadi bagian keuangan sendiri yang terbesar (Tambunan, 2001 : 202). Menurut Sutrisno PH dalam Sunarti (2003 : 8), bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan yang menunjukkan suatu daerah dalam menghimpun sumber-sumber dana untuk membiayai daerah. Sehingga dapat dikatakan bahwa PAD merupakan pendapatan rutin dari usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi sumber keuangan untuk membiayai tugas-tugas dan tanggungjawabnya. Sedangkan menurut UU No. 25 tahun 1999 Pasal 4, Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber daerah dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hasil dari realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar tahun anggaran 2001 dan 2002 menunjukkan kenaikan jumlah penerimaan. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 1.1 : Tabel 1.1. Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2001 dan 2002. (dalam rupiah) No. Jenis Pendapatan 2001 2002 1 Sisa lebih perhitungan anggaran 6.292.021.661 14.773.399.554 tahun yang lalu 2 Pendapatan Asli Daerah Sendiri a. Pajak Daerah 5.499.092.957 8.613.155.352 b. Retribusi Daerah 7.888.008.985 10.100.729.611 c. Bagian Laba BUMD 1.011.956.770 1.325.046.577 d. Pendapatan lain-lain 2.146.897.762 2.458.875.527 3 Bagian pendapatan yg berasal dari pemberian pemerintah dan atau instansi yg lebih tinggi a. Bagi hasil pajak/bukan 17.526.794.764 21.545.994.705 pajak 186.413.369.786 222.497.812.500 b. Subsidi daerah otonom 4 Lain-lain pendapatan yg sah 10.235.160.804 7.457.034.000 Jumlah penerimaan 246.052.316.489 290.519.047.826 Sumber : DIPENDA Kabupaten Karanganyar, Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Karanganyar Tahun Anggaran 2001 – 2002. Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang nyata, dinamis dan bertanggungjawab, sentralisasi penyelenggaraan pemerintahan oleh pemerintah pusat yang selama orde baru terjadi seyogyanya secara bertahap mulai dilimpahkan kepada daerah. Dengan semakin meningkatnya kewenangan yang ada pada daerah, peranan keuangan daerah sangat penting karena daerah dituntut untuk dapat lebih aktif lagi dalam memobilisasi sumber dananya sendiri disamping mengelola dana yang diterima dari pemerintah pusat secara efisien. Untuk itu pemerintah daerah harus dapat menggali potensi daerah masing-masing guna meningkatkan pendapatan asli daerahnya agar pembangunan daerah tetap berjalan. Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini judul yang diambil adalah : “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar Periode tahun 1990 - 2002”. B. Perumusan Masalah Dalam penelitian ini, masalah-masalah yang akan diteliti adalah : 1. Bagaimanakah pengaruh variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar ? 2. Apakah variabel yang paling dominan yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar ? 3. Bagaimanakah trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 ? C. Tujuan Penilitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap besarnya PAD Kabupaten Karanganyar. 2. Untuk mengetahui variabel yang paling dominan yang mempengaruhi PAD Kabupaten Karanganyar. 3. Untuk mengetahui trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 ? D. Manfaat Penilitian Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pihak-pihak di bawah ini, sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah yang ada di Kabupaten Karanganyar. 2. Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk pemerintah Kabupaten Karanganyar dalam mengambil kebijakan dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Karanganyar. 3. Bagi Pihak Lain Merupakan tambahan informasi khususnya pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah terkhusus di Kabupaten Karanganyar. E. Kerangka Pemikiran Sesuai dengan Bab III pasal 3 UU No. 25 tahun 1999 sumber-sumber penerimaan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, serta lain-lain penerimaan yang sah. Oleh karena itu gambar 1.1 berikut tentang kerangka pemikiran diharapkan mampu memberikan gambaran awal mengenai penilitian ini. Investasi Jumlah Penduduk Pendapatan Per Kapita PDRB PAD Trend Perkembangan Dana Perimbangan Pinjaman Daerah Meningkat/ menurun Sumber-sumber Pendapatan Daerah Lain-lain Penerimaan yang Sah Gambar 1.2 Kerangka Pemikiran Pendapatan asli daerah sebagai salah satu pendapatan daerah diharapkan dapat ditingkatkan penerimaannya. Dalam penelitian ini PAD dipengaruhi beberapa faktor yaitu Produk Dometik Regional Bruto, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah. Dengan PDRB dapat dilihat jumlah serta nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha di suatu daerah dapat diketahui atau untuk mengetahui jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu daerah. Investasi sebagai salah satu komponen penting dari permintaan agregat yang merupakan satu faktor penting bagi pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan investasi yang tinggi maka pembangunan ekonomi juga akan tinggi yang selanjutnya akan diikuti oleh meningkatnya penerimaan pemerintah daerah. Peningkatan penerimaan dan penawaran barang dan jasa tidak terlepas dari meningkatnya jumlah penduduk dengan syarat penduduk tersebut mempunyai kemampuan untuk membeli barang dan jasa. Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi penerimaan pajak dan restribusi dari masyarakat pengguna jasa. Semakin besar pendapatan per kapita berarti pertumbuhan ekonomi suatu daerah semakin tinggi, yang diikuti oleh peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dengan semakin meningkatnya kesejahteraan masyarakat akan mendorong meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat yang berujung pada peningkatan permintaan. Termasuk di dalamnya konsumsi terhadap barang dan jasa yang disediakan oleh pemerintah dan akan berpengaruh pula pada kemampuan dalam membayar pajak. Pengaruh dari PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap PAD kemudian diproyeksikan untuk mengetahui pengaruh dimasa yang akan datang, apakah meningkat atau menurun. F. Hipotesis Dalam penelitian ini penulis mengambil hipotesis sebagai berikut : 1. Bahwa faktor PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat diduga berpengaruh terhadap besarnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar. Bahwa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) diduga merupakan variabel paling dominan dalam mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar. 2. Trend perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar diduga meningkat pada tahun 2010. F. Metodologi Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di wilayah Kabupaten Karanganyar kurun waktu tahun 1990 – 2002. 2. Sumber Data Data yang digunakan berupa data skunder, yang diperoleh melalui instansi terkait yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Karanganyar; Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kabupaten Karanganyar; Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Karanganyar; Pemerintah Kabupaten Karanganyar Bagian Keuangan dan Bagian Anggaran; Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal (DEPERINDAG & PENMAL) Sub Dinas Penanaman Modal Karanganyar dan Badan Penanaman Modal (BPM) Propinsi Jawa Tengah serta buku-buku literatur yang berhubungan dengan penelitian. 3. Definisi Operasional Variabel a. Pendapatan Asli Daerah Menurut UU No. 25 tahun 1999 yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumbersumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dinyatakan dalam rupiah. b. Produk Domestik Regional Bruto Adalah nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu daerah tertentu dan dalam jangka waktu satu tahun (Arsyad, 1992 : 16) dan diukur dengan satuan rupiah. c. Investasi Investasi adalah pengeluaran atau pembelanjaan penanam modal atau perusahaan pembeli barang-barang modal dan perlengkapanperlengkapan produksi guna menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian yang dinyatakan dalam rupiah. d. Jumlah Penduduk Merupakan keseluruhan penduduk Kabupaten Karanganyar yang tercatat pada akhir tahun yang dinyatakan dalam jiwa. e. Pendapatan Per Kapita Adalah tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Karanganyar pada tahun tertentu yang dinyatakan dalam rupiah. 4. Teknik Anilisis Data a. Analisis hipotesis pertama Untuk menguji hipotesis pertama digunakan data time series dari tahun 1990 – 2002. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan variabel dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan variabel independen PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita, rumus yang dugunakan (Djarwanto, 1996 : 309) : Log Y = a + b1logX1 + b2logX2 + b3logX3 + b4logX4 + e dimana : Y = Pendapatan Asli Daerah a = konstanta b = koefisien regresi e = standar error X1 = PDRB (dalam rupiah) X2 = investasi (dalam rupiah) X3 = jumlah penduduk (dalam jiwa) X4 = pendapatan per kapita (dalam rupiah) a. Uji Statistik 1) Uji t Merupakan pengujian variabel penjelas secara individu yang dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian hipotesis : a) Hipotesis : Ho : 1 = 0 Ha : 1 0 b) Menentukan thitung dengan rumus (Gujarati, 1995 : 78) : Thit 1k S e (1 ) dimana : 1 : koefisien regresi Se : standar error koefisien regresi c) ttabel t/2 = N – K dimana = derajat signifikansi N = jumlah sampel / observasi K = banyaknya parameter/koefisien plus konstanta Ho diterima -t/2 Ho ditolak +t/2 Gambar 1.3. Uji t d) - ttabel < thitung > + ttabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat = 5 %. e) thitung < -ttabel atau thitung > +ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat dikatakan variabel independen secara statistik berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat = 5 %. 2) Uji F (uji keseluruhan koefisien regresi) Uji ini merupakan pengujian terhadap variabel-variabel independen secara keseluruhan dan serentak yang dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Hipotesis : Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0 Ha : 1 1 1 1 0 Fhitung dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995 : 81) : Fhit R 2 /( K 1) (1 R ) 2 /( N K ) Kriteria pengujian adalah : a) Apabila nilai Fhit < Ftab, maka Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang serentak dari semua variabel independen terhadap keyakinan tertentu. variabel dependen pada derajat b) Apabila nilai Fhit > Ftab, maka Ho ditolak yang berarti bahwa semua variabel independen secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen pada derajat keyakinan tertentu 3) Uji R2 (koefisien determinasi) Uji ini untuk menghitung seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen. R2 yang digunakan adalah R2 yang telah memperhitungkan jumlah variabel bebas dalam suatu model regresi/R2 yang telah disesuaikan (Adjusted R2 ). R2 diperoleh dengan rumus (Gujarati, 1995 : 101) : R-2 = 1 – ( 1 - R2 ) N 1 N k dimana : N = Jumlah Sampel K = Banyaknya Variabel R-2 = Adjusted R- Squared R2 = R- Squared b. Uji Ekonometrika 1) Multikolinieritas Salah satu cara untuk mendeteksi ada/tidaknya masalah multikolinieritas adalah dengan menggunakan “Uji Frisch”. Yaitu dengan memasukkan seluruh kemungkinan variabel X ke dalam model regresi ganda dan kemudian mengeluarkan (membuang) variabel yang tidak signifikan secara statistik satu per satu (regresi bertahap ke belakang atau stepwise backward regression). Keputusan untuk menambah atau membuang sebuah variabel biasanya didasarkan atas sumbangan (kontribusi) dari variabel yang bersangkutan terhadap Jumlah Kuadrat Kesalahan (Error Sum of Squares) yang ditentukan oleh uji-F (Sumodinigrat, 2001 : 288). Untuk menghitung F kritis (Fi) dengan menggunakan rumus (Modul Lab EP, 2001 : 6) : Fi R 2 /( K 1) (1 R ) 2 /( N 1) Hasil Fi dibandingkan dengan Ftabel. Jika Ftab>Fi maka variabel independen tersebut kolinear terhadap variabel lainnya, sebaliknya jika Ftab<Fi maka variabel independen tidak kolinear terhadap variabel independen lainnya. 2) Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana faktor pengganggu bervarian tidak sama, E (ei2) e. Hal ini ditunjukkan dengan nilai F yang relatif kecil. Apabila hal ini terjadi, maka akibatnya prediksi akan menjadi salah (bias). Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir OLS tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel besar (tetapi masih tetap tidak bias dan konsisten). Salah satu metode untuk mendeteksi ada atau tidaknya masalah Heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan Uji Glejser. Adapun tahap-tahap dalam Uji Glejser yaitu : (a) Lakukan regresi terhadap model yang digunakan. (b) Setelah mendapatkan nilai residual ei dan regresi OLS, selanjutnya regresikan nilai absolut ei, ei, terhadap variabel X yang diduga mempunyai hubungan erat dengan i2 Model ei = 0 + i Xi + Ui dimana : ei = Nilai absolut residual. Xi = Variabel penjelas. Ui = Variabel penggangu. Hipotesis yang digunakan : Ho : = 0 (Tidak Ada Masalah Heteroskedastisitas) Ha : 0 (Ada Masalah Heteroskedastisitas) (c) Apabila t hitung > t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada masalah heteroskedastisitas. Sedangkan jika thitung ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas / homokedastisitas (Gujarati, 1991: 177-188).Autokorelasi 3) Autokorelasi Autokorelasi adalah keadaan dimana faktor penggangu (ei) pada model dalam peride tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengganggu sebelumnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya autokorelasi, maka kita akan memperoleh nilai bias dalam mengestimasikan () ditunjukkan adanya varian yang besar. Metode yang digunakan adalah “Uji Durbin- Watson (DW)”. Adapun langkah – langkah pengujian dalam autokorelasi adalah sebagai berikut : (a) Lakukan regresi OLS dan dapatkan residual ei (b) Hitung nilai d d (ei ei 1 ) ei 2 dimana : ei = Simpangan pada variabel independen (c) Dapatkan nilai kritis dL dan dU, dengan menentukan nilai k terlebih dahulu. Menentukan hipotesis, yaitu : (a) Jika hipotesis Ho, tidak ada serial korelasi positif ddL : Menolak Ho d>dU : Tidak menolak Ho dL d dU : Pengujian tidak menyakinkan (b) Jika hipotesis Ho, tidak ada serial korelasi negatif d 4-dL : Menolak Ho d > 4-dU : Tidak menolak Ho 4- dL d 4- dU : Pengujian tidak menyakinkan (c) Jika hipotesis Ho, tidak ada serial korelasi positif maupun negatif Autokorelasi positif Ragu 2 Ragu 2 Autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi 0 dl du 2 4-du 4-dl 4 Gambar 1.4. Percobaan d (Durbin – Watson) b. Analisis hipotesis kedua Untuk mendeskripsikan perkembangan PAD digunakan alat analisis trend dengan rumus (Sumodiningrat. G, 2001 : 105) sebagai berikut : Y = a + bX Dimana : Y = jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (dalam rupiah) a = konstanta b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap satu variabel X X = tahun Untuk mencari koefisien a dan b digunakan rumus : a b Y N XY X2 Penggunaan model trend linier dengan metode least square ini bertujuan untuk melihat perkembangan trend hubungan variabel X dan Y selama periode penelitian maupun prospek di masa mendatang. Dimana keadaan tersebut tergantung kepada : 1. Bila b < 0, maka perkembangan trend hubungan X dan Y adalah menurun. 2. Bila b > 0, maka perkembangan trend hubungan X dan Y adalah meningkat. Untuk memperoleh ketepatan koefisien b maka perlu dilakukan uji statistik dalam hal ini yang digunakan hanya uji t dan uji F karena hanya memuat dua variabel yaitu variabel dependen Y dan variabel independennya X, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Uji t Merupakan pengujian variabel penjelas secara individu yang dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian hipotesis : a. Hipotesis : Ho : 1 = 0 Ha : 1 0 b. Menentukan thitung dengan rumus (Gujarati, 1995 : 78): Thit 1k S e (1 ) dimana : 1 : koefisien regresi Se : standar error koefisien regresi c. ttabel t/2 = N – K dimana = derajat signifikansi N = jumlah sampel / observasi K = banyaknya parameter/koefisien plus konstanta d. - ttabel < thitung > + ttabel sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat = 5 %. e. thitung < -ttabel atau thitung > +ttabel sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini dapat dikatakan variabel independen secara statistik berpengaruh terhadap variabel dependen pada tingkat = 5 %. 2. Uji F Uji ini merupakan pengujian terhadap variabel-variabel independen secara keseluruhan dan serentak yang dilakukan untuk melihat apakah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Hipotesis : Ho : 1 = 2 = 3 = 4 = 0 Ha : 1 1 1 1 0 Fhitung dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gujarati, 1995 : 81) : Fhit R 2 /( K 1) (1 R ) 2 /( N K ) Kriteria pengujian adalah : a. Apabila nilai Fhit < Ftab, maka Ho diterima yang berarti bahwa tidak ada pengaruh yang serentak dari semua variabel independen terhadap variabel dependen pada derajat keyakinan tertentu. b. Apabila nilai Fhit > Ftab, maka Ho ditolak yang berarti bahwa semua variabel independen secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen pada derajat keyakinan tertentu. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Perubahan Struktural Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses peralihan (transisi) dari satu tingkat ekonomi tertentu yang masih bercorak sederhana dan dalam keadaan terkekang menuju ke tingkat yang lebih maju yang mencakup kegiatan yang beraneka ragam. Dalam transformasi tersebut, terlaksana suatu transformasi dalam arti perubahan pada perimbangan-perimbangan keadaan yang berkisar pada landasan kegiatan ekonomi dan melekat pada tata susunan ekonomi dalam kehidupan masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan ekonomi sebagai transisi yang ditandai oleh suatu transformasi yang mengandung perubahan yang mendasar pada struktur ekonomi atau disebut perubahan struktural (Djojohadikusumo, 1994: 90). Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme yang memungkinkan perekonomian dalam negeri dari peranian subsistem yang sangat tradisional ke perekonomian modern dan lebih beraneka ragam di bidang manufaktur dan jasa. Cara pendekatan perubahan struktural ini mempunyai tokoh-tokoh yang sangat terkenal, yaitu W. Arthur Lewis dan Hollis Chenery (Todaro, 1994: 68). 1. Teori Pembangunan Lewis Lewis beranggapan bahwa di negara berkembang terdapat tenaga kerja yang berlebih, tetapi menghadapai masalah kekurangan modal. Sebagai akibat keadaan ini produktivitas sebagian tenaga kerjanya menjadi sangat kecil, nol atau negatif. Analisis Lewis mengenai proses pembangunan dalam perekonomian yang menghadapi kelebihan tenaga kerja dapat dibedakan menjadi tiga aspek, yaitu : a. Analisis mengenai corak proses pembangunan. b. Faktor utama yang memungkinkan tingkat penanaman modal menjadi bertambah tinggi. c. Faktor-faktor yang menyebabkan proses pembangunan tidak berlaku lagi. Proses pembangunan yang digambarkan Lewis bertitik tolak dari teori klasik yang membedakan perekonomian menjadi dua sektor kapitalis dan sektor subsisten. Dalam proses pembangunannya diperhatikan adanya (i) para pengusaha yang selalu berusaha memaksimumkan keuntungan mereka, (ii) tingkat upah sama dengan tingkat produksi batas (marginal product), (iii) selama penawaran tenaga kerja masih jauh melebihi yang diperlukan, tingkat upah tidak akan mengalami perubahan. Menurut teori Lewis proses pembangunan bermula dan selanjutnya berlangsung terus sebagai akibat dari penanaman kembali keuntungan yang diciptakan dalam sektor kapitalis. Apabila sektor kapitalis memperoleh keuntungan, dana tersebut akan ditanamkan kembali oleh para pengusaha. Kegiatan ini akan menciptakan sejumlah kesempatan kerja di sektor kapitalis, sehingga produksi di sektor ini meningkat dan tercipta pembangunan ekonomi. Akibat perkembangan ini, tercipta keuntungan yang lebih besar dan keuntungan tersebut akan ditanamkan kembali oleh para pengusaha, sehingga kegiatan ekonomi semakin kompleks, kesempatan kerja lebih banyak tercipta dalam sektor ini dan pada akhirnya akan menciptakan kenaikan produksi dan pembangunan ekonomi. Proses pembangunan ini akan terus menerus berlangsung sehingga dalam perekonomian tidak terdapat lagi kelebihan tenaga kerja. 2. Perubahan Struktural Model Chenery Hollis Chenery dengan analisis empirisnya tentang pola-pola pembangunan. Salah satu ciri umum yang ditemukan oleh Chenery adalah adanya transformasi struktur produksi yaitu pergeseran dari produksi barang pertanian ke produksi barang industri pada saat pendapatan per kapita masyarakat meningkat. Perubahan struktural tahap awal ini memperlihatkan bagian (share) dari output industri dalam (Gross Domestic Product) GDP meningkat dan bagian output pertanian menurun, pada saat pendapatan perkapita meningkat. Menurunnya tingkat output pertanian tidak berarti produksi pertanian secara absolut turun, namun yang terjadi adalah penurunan produk pertanian secara relatif (Todaro, 1994 : 75). B. Pembangunan Daerah 1. Pengertian Pembangunan Daerah Pengertian Pembangunan Daerah yaitu suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada (sumber daya ekonomi dan non ekonomi) dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta dalam rangka menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah bersangkutan (Arsyad, L 1999 : 108). Melalui pola kemitraan daerah, serta partisipasi masyarakat dengan menggunakan sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensipotensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian di daerahnya. 2. Corak Pembangunan Daerah Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan berbeda pula, peniruan mentah-mentah pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah belum tentu memberikan manfaat yang sama bagi daerah lainnya. Jika akan membangun duatu daerah, kebijakan yang diambil harus sesuai dengan kondisi (masalah, kebutuhan dan potensi) daerah yang bersangkutan. Oleh karena itu, penelitian yang mendalam tentang keadaan tiap daerah harus dilakukan untuk mendapatkan data dan informasi yang berguna bagi penentu perencanaan pembangunan daerah yang bersangkutan (Arsyad, L 1999 : 109). Menurut UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai subsisten pemerintahan negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat sebagai daerah otonom, daerah mempunyai kewenangan dan tanggung jawab menyelenggarakaan kepentingan masyarakat berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan, partisipasi masyarakat dan pertanggungjawaban kepada masyarakat. Menurut UU No. 22 tahun 1999 tersebut, bahwa penyelenggaraan pemerintah di daerah didasarkan atas tiga asas yaitu : asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. a. Asas Desentralisasi Yang dimaksud dengan asas desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah otonom dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wewenang yang telah diserahkan dalam rangka pelaksanaan asas desentralisasi pada dasarnya menjadi wewenang dan tanggung jawab daerah sepenuhnya. Dalam hal ini prakarsa dan kehendak sepenuhnya diserahkan kepada daerah, baik yang menyangkut penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pelaksanaan maupun yang menyangkut lembaga perencana adalah perangkat daerah itu sendiri. b. Asas Dekonsentrasi Pengertian Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan atau perangkat pusat di daerah. Dalam pelaksanaannya tidak semua urusan pemerintahan dapat diserahkan kepada daerah, menurut asas desentralisasi, maka penyelenggaraan berbagai urusan pemerintah di daerah dilaksanakan oleh pemerintah di daerah berdasarkan asas dekonsentrasi. Urusan-urusan yang diserahkan pemerintah kepada pejabatnya di daerah menurut asas dekonsentrasi ini tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, baik mengenai perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan maupun pengawasannya. Untuk pelaksanaan dalam hal ini adalah instansi-instansi vertikal yang dikoordinir oleh pemerintah kepada daerah, akan tetapi kebijaksanaan terhadap pelaksanaan urusan dekonsentrasi sepenuhnya ditentukan oleh pemerintah pusat. Adanya pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada instansi vertikal tingkat atasnya kepada pejabat di daerah memunculkan pemerintah daerah yang bersifat administratif wilayah. Wilayah Administratif itu sendiri adalah wilayah kerja gubernur selaku wakil pemerintah atau lingkungan kerja perangkat pemerintah pusat yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan secara umum di daerah. c. Tugas Pembantuan Pengertian dari tugas pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan desa serta pemerintah daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disetai pembiayaan, sarana dan prasarana serta sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan. Dalam pelaksanaannya tidak semua urusan pemerintah dapat diserahkan kepada daerah untuk menjadi urusan rumah tangganya. Ada beberapa urusan masih tetap merupakan urusan pemerintah pusat. Namun karena terbatasnya kemampuan masih menjadi tanggungjawabnya itu berdasarkan asas dekonsentrasi, maka tugas tersebut menjadi terasa berat. C. Otonomi Daerah Otonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu autos yang berarti sendiri, dan nomos yang berarti aturan. Jadi secara etimologi otonomi berarti mengatur sendiri atau zelfwergwing. Dalam penjelasan lebih lanjut dijelaskan bahwa dalam perkembangan sejarah di Indonesia otonomi itu selain mengandung arti “perundangan” juga mengandung arti pemerintahan. Dalam UU No. 22 tahun 1999, pengertian otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dengan memperhatikan pengalaman penyelenggaraan otonomi daerah di masa lampau dengan menganut prinsip otonomi yang nyata dan bertanggungjawab, dengan penekanan pada otonomi yang lebih mengutamakan kewajiban daripada hak, maka dalam undang-undang ini hal pemberian kewenangan otonomi pada daerah kabupaten dan kota didasarkan pada asas desentralisasi saja dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Pengertian otonomi daerah yang luas adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan, kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan bidang lainnya yang akan ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Di samping itu, keleluasaan otonomi daerah mencakup pula kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraannya mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi. Yang dimaksud dengan otonomi nyata adalah keleluasan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan pemerintahan di bidang tertentu yang secara nyata ada dan diperlukan, serta tumbuh, hidup dan berkembang di daerah. Yang dimaksud dengan otonomi yang bertanggungjawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam wujud tugas dan kewajiban yang harus dipikul oleh daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi, berupa peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan serta pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam rangka keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. D. Sumber-sumber Pendapatan Daerah 1. Menurut UU No. 5 tahun 1974 Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secata nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya adalah self-supporting dalam bidang keuangan. Dengan perkataan lain, faktor keuangan merupakan faktor esensial dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya (Josef Riwu Kaho, 2001 : 124). Sehubungan dengan pentingnya keuangan ini, Pamuji menegaskan bahwa : “Pemerintahan Daerah tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan dan pembangunan. Keuangan inilah yang merupakan salah satu dasar kriteria untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri.” Pentingnya posisi keuangan daerah dalam penyelenggaraan otonomi daerah sangat disadari oleh pemerintah. Sesuai dengan Penjelasan Umum UU. No. 5 Tahun 1974 sebagai berikut : “Agar Daerah dapat mengurus rumah tangganya sendiri dengan sebaik-baiknya, maka kepadanya perlu diberikan sumber pembiayaan yang cukup. Tetapi mengingat tidak semua sumber pembiayaan dapat diberikan kepada Daerah, maka kepada Daerah diwajibkan untuk menggali sumber keuangan sendiri berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku.” (Josef Riwu Kaho, 2001: 126). Menurut UU No. 5 tahun 1974 sumber-sumber pendapatan daerah (Josef Riwu Kaho, 2001:126) adalah : a. Pendapatan Asli Daerah Sendiri (PADS), yang terdiri dari : 1) Hasil Pajak Daerah 2) Hasil Retribusi Daerah 3) Hasil Peusahaan Daerah 4) Lain-lain usaha Daerah yang sah b. Pendapatan yang berasal dari pemberian Pemerintah yang terdiri dari : 1) Sumbangan dari Pemerintah 2) Sumbangan lain yang diatur dengan peraturan perundangundangan c. Lain-lain pendapatan yang sah Berdasarkan ketentuan tersebut diatas maka Pendapatan Daerah dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu : 1) Pendapatan Asli Daerah 2) Pendapatan non-asli Daerah 2. Menurut UU No. 25 tahun 1999 Sumber-sumber penerimaan daerah berdasar UU No. 25 tahun 1999 untuk pembiayaan desentralisasi dapat dilihat pada Gambar 2.2. berikut ini: Gambar 2.2 Sumber-sumber Penerimaan Daerah Sumber-sumber Penerimaan Daerah Asli Daerah Perimbangan Daerah Lain-lain Pajak Bumi & Kebutuhan di Luar Alokasi Umum Bangunan Prioritas Nasional Luar Negeri Pengelolaan aset Daerah Dalam Negeri Keuntungan Perusda Bagi Hasil Restribusi Dana Alokasi Khusus Pajak Dana Alokasi Umum (PAD) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang Dipisahkan Lain-lain Hibah, Dana, Darurat Peneriman Lainnya Pinjaman Saham Pinjaman Deviden Dana Bagian Laba Pendapatan Dana Reboisasi BPHTP Matching Grants Hasil Hutan, Tambang Umum, Perikanan Sumber : Bratakusumah & Solihin, 2002 : 173 Minyak Bumi Gas Alam Menurut UU No. 25 tahun 1999, pembiayaan desentralisasi dilakukan melalui kombinasi antara Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan, pinjaman daerah, dan pendapatan lain yang sah. Pada dasarnya, daerah otonomi akan menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien apabila PAD cukup tinggi, sehingga secara leluasa dan mandiri menentukan kebutuhan pelayanan kepada masyarakat setempat. Secara lebih rinci, sumber-sumber pendapatan daerah dapat dijelaskan lebih lanjut : a. Pendapatan Asli Daerah Dalam pasal 4 UU No. 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah PAD terdiri dari (J & J. Learning, 2000 : 39) 1) Pajak Daerah Pajak Daerah merupakan salah suatu unsur PAD yang mencakup pajak asli daerah dan pajak negara diserahkan kepada daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pajak daerah ini dapat dibedakan dalam dua katagori yaitu pajak daerah yang ditetapkan oleh peraturan daerah dan pajak negara, yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan kepada daerah. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi. Pajak Dareah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepala daerah tanpa imbalan langsung seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan perundang-undangan (Eugenia LM, 1998 : 3). Dalam UU No. 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi, pasal 2 ayat 1 dan 2 dinyatakan bahwa secara garis besar terdapat dua jenis pajak yaitu pajak daerah tingkat I dan pajak daerah tingkat II. Yang termasuk pajak daerah tingkat I adalah : a) Pajak Kendaraan b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor c) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Sedangkan jenis pajak daerah tingkat II terdiri dari : a) Pajak Hotel dan Restoran b) Pajak Hiburan c) Pajak Reklame d) Pajak Penerangan Jalan e) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Gol. C f) Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan Dengan peraturan pemerintah dapat ditetapkan jenis pajak selain yang ditetapkan di atas yang memenuhi kriteria, sebagai berikut (Eugenia LM, 1998 : 7) a) Bersifat sebagai pajak bukan restribusi b) Obyek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum c) Potensi memadai d) Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif e) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat f) Menjaga kelestarian lingkungan Dalam pasal 3 UU No.18 tahun 1997, tarif pajak ditetapkan paling tinggi sebesar : a) Pajak Kendaraan Bermotor 5 % b) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 10 % c) Pajak Hotel dan Restoran 10 % d) Pajak Hiburan 35 % e) Pajak Reklame 25 % f) Pajak Penerangan Jalan 10 % g) Pajak Pengambilan dan Pengolahan Bahan Galian Gol. C 20 % h) Pajak Pemanfaatan Air Tanah dan Air Permukaan 20 % Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan peradaban dunia serta diiringi dengan kemajuan teknologi yang cepat maka membawa akibat tugas yang dipikul pemerintah untuk melaksanakan pembangunan semakin berat, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Melihat kenyatan itu, tentu dana yang diperlukan untuk pembangunan semakin banyak dan pemerintah mengharapkan dana yang diperoleh dari masyarakat juga meningkat. Hal ini agar pembangunan yang sedang dilaksanakan itu dapat berjalan lancar dan cita-cita masyarakat dapat terwujud. Dengan kelonggaran itu, maka daerah bisa memungut pajak guna memperoleh dana untuk pembiayaan dalam mengurus dan mengatur anggaran rumah tangganya. Di samping itu, berarti obyek yang sudah dipungut oleh daerah tidak dapat dipungut lagi oleh pusat, dan sebaliknya. Dalam membedakan mana sebagai sumber untuk pemerintah pusat dan mana untuk daerah, didasarkan pada alasan-alasan tertentu, beberapa alasan itu antara lain : a) Latar belakang sosial politik Yaitu latar belakang sejarah politis kemasyarakatan, terbentuknya dan perkembangan politis suatu negara. b) Luasnya pemasaran barang dan jasa Jika barang dan jasa diperjualbelikan di pasar lokal saja, maka hendaknya dipungut oleh pemerintah daerah dan apabila di pasar nasional dan internasional, maka pajak dipungut oleh pemerintah pusat. c) Manfaat barang-barang kolektif Yaitu manfaat barang yang sifatnya kolektif dan barangbarang itu termasuk sektor nasional dan internasional, pemungutannya lebih tepat dilakukan oleh pemerintah pusat. Sebaliknya bila bersifat regional maka dikelola oleh pemerintah daerah. d) Yuridis teknis Mutasi hak-hak kebendaan terhadap barang-barang tidak bergerak yang paling mengetahui adalah pemerintah daerah, maka hendaknya pajak yang dikenakan merupakan penerimaan pemerintah daerah. e) Administrasi dan kestabilan Jika merupakan teknis administrasi yang tinggi, sebaiknya merupakan pajak negara, tetapi pajak-pajak negara yang pendapatannya relatif stabil sebaiknya diserahkan ke pemerintah daerah. Jenis-jenis yang merupakan pungutan pemerintah adalah : (1) Di dalam pajak dibedakan : - Pajak negara - Pajak daerah (2) Dalam pajak daerah sendiri dibedakan : - Pajak daerah yang berasal dari pajaknegara - Pajak daerah yang asli dari daerah sendiri - Bea dan Cukai - Lain-lain, yaitu : restribusi, iuran dan lain-lain pungutan yang sah 2) Retribusi Daerah Retribusi daerah merupakan salah satu bagian dari PAD sebagaimana diatur dalam UU No. 22 tahun 1999 tentang pemerintah daerah, UU No. 18 tahun 1997 tentang pajak dan retribusi dan retribusi daerah serta PP No. 20 tahun 1997. Menurut UU tersebut, retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu, yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (Eugenia LM, 1998 : 5). Pungutan retribusi daerah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : tarif yang dikenakan, kualitas dan kuantitas jasa pelayanan yang diberikan dan tuntutan kebutuhan masyarakat atas jasa pelayanan tersebut. Selanjutnya untuk pelayanan di masingmasing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan dalam bentuk peraturan daerah (perda). Adapun retribusi daerah dibagi menjadi tiga yaitu (Eugenia LM, 1998 : 5) : a) Retribusi jasa umum Kemudian dalam PP No. 20 tahun 1997, dijelaskan yang termasuk dalam retribusi jasa umum adalah : - Retribusi pelayanan kesehatan - Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan - Retribusi penggantian biaya cetak kartu tanda penduduk dan akta catatan sipil - Retribusi pelayanan pemakaman dan penguburan mayat - Retribusi parkir - Retribusi pasar - Retribusi air bersih - Retribusi pengujian kendaran bermotor - Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran - Retribusi penggantian biaya cetak peta - Retribusi pengujiankapal perikanan b) Retribusi jasa usaha - Retribusi pemakaian kekayaan daerah - Retribusi pasara grosir dan atau pertokoan - Retribusi tempat khusus parkir - Retribusi penitipan anak - Retribusi tempat penginapan/pesanggrahan/villa - Retribusi penyedotan kakus - Retribusi rumah potong hewan - Retribusi tempat pendaratan kapal - Retribusi tempat rekreasi dan oleh raga - Retribusi penyebrangan di atas air - Retribusi pengolahan limbah cair - Retribusi penjualan produksi usaha daerah c) Retribusi perijinan tertentu - Retribusi peruntukan penggunaan tanah - Retribusi ijin mendirikan bangunan - Retribusi tempat penjualan minuman berakohol - Retribusi ijin gangguan 3) Bagian Laba Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD) Adalah penerimaan yang berupa bagian lama BUMD, yang terdiri dari bagian laba Bank Pembangunan Daerah (BPD) dan bagian laba BUMD lainnya. Dasar hukum pembentukan BUMD, khususnya perusahaan daerah adalah UU No. 5 tahun 1962 tentang perusahaan daerah dan UU No. 5 tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Tujuan pembentukan perusahaan daerah adalah untuk mengembangkan perekonomian daerah dan menambah penghasilan daerah. Bidang usaha milik BUMD mencakup berbagai aspek pelayanan dengan mengutamakan pemberian jasa kepada masyarakat, menyelenggarakan kemanfaatan umum dan memberikan sumbangan bagi ekonomi daerah yang keseluruhannya harus dilaksanakan berdasarkan asas-asas ekonomi perusahaan yang sehat. Dalam pasal 25 UU No. 25 tahun 1962 tercantum penggunaan laba bersih hasil perusahaan daerah yang perinciannya sebagai berikut : a) Bagi perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya dari kekayaan daerah yang dipisahkan : (1) Untuk pembangunan daerah sebesar 30 %. (2) Untuk anggaran pendapatan daerh sebesar 25 %. (3) Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi, sumbangan dana pensiun dan sokongan yang besarnya masing-masing daerah berjumlah 45 %. b) Bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri kekayaan daerah dipisahkan setelah dikeluarkan zakat yang dipandang perlu : (1) Untuk dana pembangunan sebesar 8 % dan untuk anggaran sebesar 7 %. (2) Untuk pemegang saham 40 % dibagi menurut perbangdingan nilai nominal dari saham-saham. (3) Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi, sumbangan dana pensiun dan yang sokongan yang besarnya masing-masing ditentukan dalam peraturan daerah berjumlah 45 %. 4) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Penerimaan lain-lain adalah bagian PAD yang tidak termasuk pajak daerah, restribusi daerah, bagian laba BUMD dan penerimaan lain-lain. Termasuk dalam penerimaan ini, antara lain : penerimaan sewa rumah dinas milik daerah dan hasil penjualan barang-barang bekas milik daerah, penerimaan cicilan rumah yang dibangun oleh pemerintah daerah, penerimaan jasa giro, penerimaan biaya pembinaan pengawasan tempat pelelangan ikan, penerimaan setoran cicilan utang, penerimaan setoran biaya pembinaan lembaga keuangan desa, penerimaan biaya untukmengikuti prakualifikasi danlain-lain. b. Dana Perimbangan Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari penerimaan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana perimbangan terdiri dari : 1) Bagian daerah dari penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea Perolehan Hak Atas Tanah Bangunan dan Penerimaan dari Sumber Daya Alam. 2) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU ini ditetapkan sekurang-kurangnya 25 % dari penerimaan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. DAU untuk provinsi dan untuk daerah kabupaten/kota ditetapkan masing-masing sebesar 10 % dan 90% dari seluruh DAU. 3) Dana Alokasi Khusus Dana Alokasi Khusus (DAK) yaitu dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai kebutuhan tertentu. DAK ini dialokasikan untuk membiayai kebutuhan khusus dengan memperhatikan tersedianya dana dalam APBN. c. Pinjaman Daerah Pinjaman Daerah merupakan pelengkap dari sumber-sumber penerimaan daerah yang ada dan ditujukan untuk membiayai pengadaan prasarana daerah atau harta tetap lain yang berkaitan dengan kegiatan yang bersifat meningkatkan penerimaan yang dapat digunakan untuk mengembalikan pinjaman, serta memberi manfaat bagi pelayanan masyarakat.selain itu, daerah dimungkinkan pula melakukan pinjaman dengan tujuan lain, seperti mengatasi masalah jangka pendek yang berkaitan dengan arus kas daerah. Pinjaman daerah perlu disesuaikan dengan kemampuan daerah, karena dapat menimbulkan beban pada APBD tahun-tahun berikutnya yang cukup berat sehingga perlu didukung dengan ketrampilan perangkat daerah dalam mengelola pinjaman daerah. (Deddy SB dan Dadang S, 2002 : 190-191) d. Lain-lain Penerimaan yang Sah Penerimaann dari sektor ini merupakan yang bersifat tidak mengikat seperti hibah dari pihak lain. E. Produk Domestik Regional Bruto 1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai pengertian yang sama dengan Produk Domestik Bruto (PDB) baik dalam komposisi maupun cara perhitungannya, namun yang membedakan antara PDB dengan PDRB adalah cakupan wilayah administrasinya. PDB adalah nilai produksi dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu negara dan dalam jangka waktu tertentu biasanya dalam jangka waktu satu tahun. Sedangkan PDRB adalah produksi barang- barang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu daerah tertentu dalam suatu wilayah negara tertentu dan dalam jangka waktu satu tahun (Arsyad, 1999 :16). 2. Metode Perhitungan Produk Domestik Regional Bruto Untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ada tiga pendekatan yaitu : a. Pendekatan Produksi PDRB dihitung dengan menjumlahkan nilai produksi barangbarang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh setiap sektor produktif dalam daerah yang bersangkutan selama periode satu tahun. Sektor-sektor produktif tersebut dibagi menjadi sebelas sektor yaitu : pertanian, industri pengolahan, pertambangan dan galian, listrik, air dan gas, bangunan, pengangkutan dan komunikasi, perdagangan, perbankan dan lembaga keuangan, perumahan, pertahanan dan jasa-jasa lainnya. Teknis perhitungannya adalah dengan cara menjumlahkan nilai tambah (value added) yang diciptakan. Maksud dan tujuan menggunakan cara tersebut adalah untuk menghindari adanya perhitungan ganda (double multiple accounting). b. Pendekatan Pendapatan PDRB dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan faktorfaktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Pendapatan untuk faktor-faktor pendapatan masingmasing untuk tanah yaitu sewa, pendapatan modal yaitu bunga, pendapatan tenaga kerja yaitu upah, dan wiraswasta yaitu laba. Faktorfaktor produksi tersebut dimiliki oleh seseorang atau sekelompok orang dalam masyarakat, maka balas jasa yang diterimanya menjadi kembali pada masyarakat dan menjadi penapatan masyarakat sehingga dapat menjadi ukuran besarnya nilai produksi yang dihasilkan oleh masyarakat tersebut. c. Pendekatan Pengeluaran Perhitungan dengan metode ini dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh dari lapisan masyarakat yang dibedakan menjadi : 1) Konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba. 2) Konsumsi perusahaan yang merupakan besarnya investasi yang dilakukan dalam perekonomian. 3) Konsumsi pemerintah atau government expenditure. 4) Selisih antara ekspor dan impor sebagai konsekuensi perekonomian terbuka dimana terjadi perdagangan internasional. Dalam PDRB, perhitungan ekspor dan impor adalah keluar masuknya barang pada daerah yang bersangkutan karena terjadi hubungan perdagangan dengan daerah lain. (Arsyad, L 1999 : 17). 3. Peranan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Hampir semua negara di dunia sepakat bahwa untuk mengukur kesejahteraan ekonomi suatu bangsa, indikator yang digunakan adalah nilai nasional bruto per kapita (Gross Domestic Product = GDP). Semakin tinggi produk domestik bruto per kapita maka semakin makmur daerah yang bersangkutan. Lebih tepat lagi apabila yang digunakan sebagai indikator kemakmuran adalah nilai produk domestik netto. Namun demikian dalam perkembangan yang terakhir dalam konsep perhitungan atau penyusutan neraca nasional untuk mendapatkan indikator kemakmuran suatu daerah perlu diperhitungkan penyusutan sumber daya alam dan menurunnya mutu lingkungan (Irawan & Suparmoko, 1995 : 304). F. Guna Investasi dalam Pembangunan Ekonomi 1. Peranan modal dalam pembangunan Batu sendi dalam pembangunan ekonomi modern dalam fasenya yang pertama adalah pembentukan modal. Nurkse mengungkapkan, masalah ini terletak di jantung permasalahan pembangunan di negara-negara terbelakang secara ekonomi (H.W Ardnt, 1991 : 62). Yang dimaskud kapital atau modal adalah semua bentuk kekayaan yang dapat memprodusir lebih lanjut, yang digunakan langsung maupun tidak langsung dalam produksi untuk menambah output. Sering juga dikatakan, modal adalah barang-barang yang digunakan untuk memproduksi lebih lanjut. Modal sebagai alat pendorong pembangunan ekonomi meliputi investasi serta pengetahuan teknik perbaikan dalam mutu pendidikan, kesehatan dan keahlian. Dengan demikian modal dalam rangka pembangunan tidak hanya berwujud pabrik-pabrik perlengkapannya, namun sebenarnya juga human capital. dan Kekurangan modal adalah salah satu ciri penting dari setiap negara yang memulai pembangunannya dan berdampak mengurangi kepesatan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan. Perkembangan dan modernisasi suatu perekonomian memerlukan modal yang sangat banyak. Infrastruktur harus dibangun, sistem pendidikan harus dikembangkan dan kegiatan pemerintahan harus diperluas. Dan yang lebih penting lagi berbagai jenis kegiatan perusahaan dan industri modern harus dikembangkan. Ini berarti pihak pemerintah dan swasta memerlukan modal yang banyak untuk menciptakan modernisasi di berbagai kegiatan ekonomi (Sukirno, S 1994 : 439). Salah satu sumber yang penting dalam pendanaan dan permodalan adalah pinjaman uang atau dukungan investor dari luar daerah dan bahkan dari luar negeri. Pemupukan modal melalui tabungan masyarakat di daerah belum cukup berhasil. Itu disebabkan karena kendala yang bersifat sosio ekonomis yaitu tingkat pendapatan masyarakat masih rendah, akibatnya pemupukan modal di daerah-daerah relatif sangat terbatas dan mempengaruhi dinamika kegiatan secara keseluruhan. 2. Teori Harrod-Dommar Mengikuti kerangka pemikiran dari model pertumbuhan ekonomi Harrod-Dommar, di dalam suatu ekonomi tertutup (tanpa sektor luar negeri), dalam kondisi full capacity (equilibrium), dan tanpa mobilitas kapital, tabungan menjadi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi yang mekasnismenya melalui pertumbuhan investasi (saving investment link) oleh karena itu investasi dapat dikatakan sebagai fungsi tabungan (Tambunan, 2001 : 33) Semakin besar dana tabungan yang dihimpun oleh sektor perbankan semakin besar kemapuan negera bersangkutan untuk melakukan investasi. Selanjutnya peningkatan investasi menambah lebih banyak lagi kapital lewat proses multiplier menghasilkan laju pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pendapatan rata-rata perkapita yang lebih tinggi dengan rasio S/Y tetap tidak berubah, peningkatan pendapatan menambah kemampuan masyarakat untuk menabung dan seterusnya. 3. Relasi antara investasi dengan pertumbuhan ekonomi Investasi sebagai salah satu komponen penting dari permintaan agregat yang merupakan suatu faktor krusial bagi kelangsungan pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pembangunan ekonomi meliputi kegiatan-kegiatan produksi (barang dan jasa) di semua sektor ekonomi. Untuk keperluan tersebut perlu dibangun pabrik-pabrik, gedung-gedung perkantoran, mesin-mesin dan alat infrastruktur seperti : jalan raya, jembatan, gudang, pusat pembangkit listrik serta fasilitas distribusinya, alat transportasi, alat komunikasi dan sebagainya. Untuk pengadaan semua itu diperlukan dana untuk membiayainya yaitu investasi. Dengan adanya produksi maka terciptalah kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat meningkat yang selanjutnya menciptakan atau meningkatkan permintaan di pasar. Pasar berkembang berarti juga volume kegiatan produksi, kesempatan kerja dan pendapatan meningkat dan seterusnya maka terciptalah pertumbuhan ekonomi. Hubungan dengan Pendapatan Asli Daerah bahwa investasi merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan pembangunan ekonomi atau pertubuhan ekonomi. Daerah yang tingkat pembangunannya tinggi, dapat dilihat dari pendapatan riil per kapita yang tinggi, penerimaan pemerintah daerah tersebut (PAD) yang juga tinggi (Tambunan, 2001: 190). G. Peranan Jumlah Penduduk dalam Pembangunan Teori Hansen mengenai stagnasi sekular (secular stagnation) yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah penduduk justru akan menciptakan atau memperbesar permintaan agragatif terutama investasi. Penduduk memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi. Dalam konteks pasar ia berada di sisi permintaan maupun penawaran. Di sisi permintaan penduduk bertindak sebagai konsumen yang merupakan sumber permintaan akan barang dan jasa. Di sisi penawaran penduduk sebagai produsen, jika ia adalah pengusaha atau tenaga kerja jika ia semata-mata pekerja (Dumairy, 1997 : 68). Perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi, jika penduduk ini mempunyai kapasitas tinggi untuk menghasilkan dan meyerap hasil produksi yang dihasilkan. Ini berarti tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi akan disertai dengan tingkat penghasilan tinggi yang pula. Dan bisa juga sebaliknya jika jumlah pertambahan penduduk tinggi tetapi penghasilan rendah maka tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi. Para pengikut Keynes tidak melihat tambahan penduduk sekedar sebagai tambahan penduduk saja, tetapi juga melihat adanya suatu kenaikan dalam daya beli (purchasing power). Di samping itu para pengikut Keynes juga menganggap adanya kemajuan, meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan permintaan tenaga kerja ini akan mengiringi kenaikan jumlah penduduk (Irawan dan Suparmoko, 1996 : 46). Kalau seandainya terjadi penurunan dalam rangsangan untuk mengadakan investasi dan permintaan agregatif juga akan turun. Jika perkembangan penduduk tertunda maka akumulasi kapital juga akan menjadi lesu karena beberapa alasan, yaitu wiraswasta akan mengira bahwa pasar akan menjadi sempit. Karena tingkat keuntungan merupakan fungsi dari luasnya pasar, maka investasi yang tergantung pada tingkat keuntungan menjadi berbahaya dan akibatnya akan menurun. Di samping alasan ini pertambahan penduduk juga mendorong adanya perluasan investasi karena adanya kebutuhan perumahan yang semakin besar dan juga kebutuhankebutuhan yang bersifat umum seperti jalan raya, fasilitas umum, persediaan air minum, kesehatan dan sebagainya. Kebutuhan akan kapital di bidang ini relatif lebih besar karena turunnya akumulasi kapital (Irawan dan Suparmoko, 1996 : 47). Berdasarkan uraian di atas pertambahan jumlah penduduk akan berpengaruh terhadap penerimaan daerah. penerimaan pemerintah daerah dari pendapatan asli daerah juga akan menjadi semakin besar yaitu dari besarnya jumlah pembayar pajak dan resribusi atau masayarakat pengguna jasa dan produk lain yang disediakan oleh pemerintah daerah. H. Pendapatan Per Kapita Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan standar hidup penduduk negara yang bersangkutan yang biasanya diukur dengan kenaikan jumlah penghasilan riil per kapita. Penghasilan riil perkapita adalah sama dengan kenaikan pendapatan nasional riil atau output secara keseluruhan yang dihasilkan selama satu tahun dibagi dengan julah penduduk. Jadi standar hidup tidak akan dapat dinaikkan kecuali jika output total meningkat dengan lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah penduduk. Untuk mempengaruhi perkembangan output total diperlukan pertambahan investasi yang cukup besar agar dapat menyerap pertambahan penduduk yang berarti naiknya pendapatan riil per kapita (Irawan dan Suparmoko, 1996 : 43). Perhitungan pendapatan per kapita dapat dilakukan berdasarkan harga berlaku atau harga konstan. Menurut harga yang berlaku memberi gambaran mengenai kemampuan rata-rata dari penduduk negara itu membeli barangbarang. Selain itu juga sebagai bahan perbandingan dalam menunjukkan perbedaan tingkat kemakmuran di suatu negara dengan negara lain. Penghitungan menurut harga tetap untuk menunjukkan perkembangan tingkat kemakmuran dalam masyarakat. Suatu masyarakat dipandang mengalami perkembangan dalam kemakmuran apabila pendapatan per kapita menurut harga konstan terus menerus bertambah (Sukirno, S. 1994 : 417). Peningkatan pendapatan riil per kapita dan disertai perubahan selera masyarakat akan berakibat pada perubahan permintaan domestik. Perubahan permintaan domestik akan mempengaruhi perubahan struktur ekonomi seperti dijelaskan dengan teori Engel : “Apabila pendapatan riil masyarakat meningkat maka pertumbuhan permintaan akan barang-barang non makanan akan lebih besar daripada pertumbuhan permintaan akan bahan makanan. Peningkataan pendapatan riil per kapita disertai dengan perubahan selera pembeli semakin selain memperbesar bagi barang-barang yang ada (non makanan). Perubahan ini menggairahkan pertumbuhan industri-industri baru, di lain pihak akan meningkatkan laju petumbuhan output industri yang sudah ada” (Tambunan, 1994 : 74). Perkembangan ekonomi memungkinkan meningkatnya kebahagiaan masyarakat karena adanya peningkatan pendapatan. Tingkat kemakmuran atau kesejahteraan dapat dilihat dari pendapatan per kapita masyarakat dan pendapatan sebagai salah satu tolok ukur dari kesanggupan pajak didefinisikan sebgai jumlah yang sanggup dikeluarkan oleh seseorang dalam setahun dan pada akhir tahun mempunyai kemakmuran yang sama seperti awal tahun. I. Hasil Penelitian Sebelumnya 1. Studi yang dilakukan oleh Sri Sunarti dengan judul : “Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten Klaten periode tahun 1990/1991 – 2000/2001”, menyimpulkan bahwa baik secara individu maupun secara bersam-sama investasi, jumlah penduduk, pendapatan per kapita masyarakat berpengaruh signifikan terhadap besarnya PAD Kabupaten Klaten. 2. Studi yang dilakukan oleh Andhi Gunawan dengan judul : “Pelaksanaan Otonomi Daerah dan faktor penentu Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sukoharjo”, menyimpulkan bahwa faktor jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) mempunyai pengaruh terhadap PAD dan PDRB secara dominan berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Sukoharjo. BAB III GAMBARAN UMUM DAERAH DAN OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Wilayah Kabupaten Karanganyar 1. Kondisi Geografis a. Letak Kabupaten Karanganyar Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan : Sebelah Utara : Kabupaten Sragen Sebelah Timur : Kabupaten Ngawi (Propinsi Jawa Timur) Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo dan Wonogiri Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka Kabupaten Karanganyar terletak antara 1100 40” - 1100 70” Bujur Timur dan 70 46” - 70 46” Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter di atas permukaan air laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220 – 310 C. b. Curah Hujan Berdasarkan data dari 6 stasiun pengukur yang ada di Kabupaten Karanganyar, banyaknya hari hujan selama tahun 2002 adalah 84 hari dengan rata-rata curah hujan 1.151 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada Bulan Maret dan terendah pada Bulan Juni. c. Luas Wilayah Luas wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,6374 Ha, yang terdiri dari luas tanah 22.852,9496 Ha dan luas tanah kering 54.495,6878 Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis 7.891,9341 Ha, ½ teknis 6.149,6653 Ha, sederhana 7.142,3593 Ha dan tadah hujan 1.698,9341 Ha. Sementara itu luas tanah untuk pekarangan/bangunan 20.531,2973 Ha dan luas tanah untuk tegalan/kebun 17.945,4868Ha. Di Kabupaten Karanganyar terdapat hutan negara seluas 9.729,4995 Ha dan perkebunan seluas 3.251,5006 Ha 2. Pemerintahan Kabupaten Karanganyar terdiri dari 17 kecamatan yang meliputi 177 desa/kelurahan (15 kelurahan). Desa/kelurahan tersebut terdiri dari 1.091 dusun, 2.313 dukuh, 1.1835 RW dan 6.020 RT. Klasifikasi desa/kelurahan terdiri dari swadaya 12 desa/kelurahan, swakarya 140 desa/kelurahan dan swasembada 25 desa/kelurahan. 3. Penduduk dan Tenaga Kerja a. Kependudukan Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan regristasi tahun 2002 sebanyak 815.101 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 402.868 jiwa dan perempuan 412.233 jiwa. Dibandingkan tahun 2001, maka terdapat pertambahan penduduk sebanyak pertumbuhan sebesar 1,38 %. 11.070 jiwa atau mengalami Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah Kecamatan Karanganyar, yaitu 70.672 jiwa (8,67 %), kemudian Kecamatan Jaten, yaitu 66.360 jiwa (8,14 %), dan Kecamatan Gondangrejo 62.064 jiwa (7,61 %). Sedangkan kecamatan dengan penduduk paling sedikit adalah Kecamatan Jenawi, yaitu 26.656 (3,27 %), kemudian Kecamatan Ngargoyoso yaitu 33.574 jiwa (4,12 %) dan Kecamatan Kerjo yaitu 36.378 (4,46 %). Dilihat dari golongan umur lima tahunan, maka penduduk Kabupaten Karanganyar masih menyerupai piramida. Penduduk 4 golongan pertama (0 – 24) menunjukkan adanya kenaikan, akan tetapi golongan selanjutnya (25 dan seterusnya) menunjukkan adanya penurunan. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, rumah tangga juga bertambah. Pada tahun 2002 tercatat sebanyak 195.761 rumah tangga atau mengalami pertumbuhan sebesar 2,59 % dari tahun 2001. Seiring dengan kenaikan penduduk, maka kepadatan penduduk juga mengalami kenaikan. Pada tahun 2002 kepadatan penduduk Kabupaten Karanganyar mencapai 1.053 jiwa/km2. Disisi lain persebaran penduduk masih belum merata. Kepadatan penduduk di daerah perkotaan secara umum lebih tinggi dibandingkan daerah pedesaan. Kecamatan dengan kepadatan paling tinggi adalah Kecamatan Colomadu yaitu 3.301 jiwa/km2, dan yang paling rendah adalah Kecamatan Jenawi, yaitu 475 jiwa/km2. Tabel No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 3.1. Kecamatan, Luas Wilayahnya, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk per Kecamatan. Kecamatan Luas Wilayah (km2) Jumlah Penduduk Laki2 Permp. Jumlah Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Jatipuro 40,36 18.626 18.682 37.308 924 Jatiyoso 67,16 8.123 19.956 39.464 588 Jumapolo 55,67 12.517 22.925 45.808 823 Jumantono 53,55 11.192 24.042 47.052 879 Matesih 26,27 9.203 22.087 43.979 1.674 Tawangmangu 70,03 10.119 22.368 43.843 626 Ngargoyoso 65,34 7.294 16.986 33.574 514 Karangpandan 34,11 8.987 20.701 40.625 1.191 Karanganyar 43,03 17.747 36.470 70.672 1.642 Tasikmadu 27,60 12.787 26.888 53.255 1.930 Jaten 25,55 19.080 33.668 66.360 2.597 Colomadu 15,64 13.754 25.904 51.629 3.301 Gondangrejo 56,80 12.488 31.270 62.064 1.093 Kebakkramat 36,46 13.942 28.113 55.691 1.527 Mojogedang 53,31 13.684 30.505 60.743 1.139 Kerjo 46,82 8.203 18.650 36.378 777 Jenawi 56,08 6.106 13.466 26.656 475 Jumlah 773,78 402.868 412.233 815.101 1.053 Sumber : Karanganyar dalam angka, BPS Karanganyar 2002 b. Tenaga Kerja Sesuai dengan kondisi alam Kabupaten Karanganyar yang agraris, maka sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di sektor pertanian (petani sendiri dan buruh tani), yaitu 227.661 orang (33,60 %). Kemudian sebagai buruh industri sebanyak 90.412 orang (13,34 %), buruh bangunan 45.667 orang (6,74 %) dan pedagang sebanyak 35.471 orang (5,24 %). Selebihnya adalah sebagai pengusaha di sektor pengangkutan, PNS, TNI/Polri, pensiunan, jasa-jasa dan lainlain. Menurut data dari Dinas Kependudukan, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KTT) Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 jumlah pencari kerja tercatat sejumlah 8.840 orang dengan rincian laki-laki 3.967 orang dan perempuan sebanyak 4.873 orang. Dibandingkan tahun 2001, maka ada penurunan pencari kerja yang terdaftar di Dinas KTT Kabupaten Karanganyar. Tetapi untuk lulusan sarjana terjadi peningkatan pencari kerja. Dari jumlah tersebut lulusan SLTA tercatat yang paling besar yaitu 3.955 orang (44,74 %) dan paling sedikit adalah lulusan SD yaitu 356 orang (4,03 %). Pencari kerja yang sudah ditempatkan pada tahun 2002 sebanyak 1.155 orang. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak pencari kerja yang belum mendapatkan pekerjaan. 4. Sosial a. Pendidikan Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 jumlah SD Negeri sebanyak 492 buah, SD Swasta 7 buah, SLTP Negeri 46 buah, SLTP Swasta 26 buah, SMU Negeri 12 buah, SMU Swasta 6 buah, SMK Negeri 2 buah dan SMK Swasta sebanyak 20 buah. Data dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Karanganyar jumlah sekolah MI 61 buah, MTs 21 buah dan MA 3 buah. Selanjutnya jumlah murid SD/MI sebanyak 85.135 siswa dengan guru sebanyak 4.618 orang, sehingga rasio perbandingan antara guru dan murid adalah 1 : 18,44. jumlah murid SLTP/MTs sebanyak 38.116 siswa dengan guru sebanyak 2.678 orang, sehinga rasio perbandingan antara guru dan murid adalah 1 : 14,23. jumlah murid SLTA/MA sebanyak 20.830 siswa dengan guru sebanyak 1.538 orang, sehingga rasio perbandingan guru dan murid adalah 1 : 13,54. Pada tahun 2002 penduduk Kabupaten Karanganyar usia 5 tahun ke atas menurut pendidikan tertinggi yang ditamatkan terdiri dari tidak/belum pernah sekolah adalah 80.475, belum tamat SD 84.407 orang, tidak tamat SD 61.277 orang, tamat SD 287.929 orang, tamat SLTP 126.671 orang, tamat SLTA 89.875 orang dan tamat perguruan tinggi/akademi sebanyak 17.455 orang. b. Kesehatan Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 jumlah fasilitas kesehatan yang ada terdiri dari 3 Rumah Sakit, 21 Puskesmas, 59 Puskesmas Pembantu, 22 Rumah Bersalin Swasta dan 12 Balai Pengobatan Swasta. Sementara itu tenaga kesehatan yang ada terdiri dari dokter spesialis 19 orang, dokter umum 89 orang, dokter gigi 26 orang, bidan 231 orang dan perawat kesehatan 284 orang. Selama tahun 2002 penyakit yang banyak diderita dan berobat ke puskesmas adalah diare (tersangka diare) yaitu 10.200 orang (25,54 %), hipertensi 7989 orang (20,01 %), penyakit susunan saraf 2.247 orang (5,63 %) dan ISPA 2.022 orang (5,06 %). c. Tempat Peribadatan Pembangunan di bidang kehidupan beragama diarahkan agar mampu meningkatkan kualitas umat beragama sehingga tercipta suasana kerukunan hidup antar umat beragama yang erat. Di Kabupaten Kranganyar pada tahun 2002 terdapat tempat ibadah yaitu masjid 1.821 buah, mushola 679 buah, gereja 127 buah, pura 12 buah dan vihara 1 buah. 5. Pertanian a. Tanaman Bahan Makanan Pertanian tanaman bahan makanan merupakan salah satu sektor dimana produk dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat. Kabupaten Karanganyar sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang meiliki potensi cukup baik bagi pengembangan tanaman agro industri Data dari Dinas Pertanian Kabupaten Karanganyar selama tahun 2002 diperoleh produksi padi sawah sebanyak 209.321 ton, jagung sebanyak 21.915 ton, ubi kayu sebanyak 107.68 ton dan kacang tanah sebanyak 5.890 ton. Sebagian tanah di Kabupaten Karanganyar merupakan tanah pegunungan atau perbukitan (Jatiyoso, Matesih, Tawangmangu, Ngargoyoso dan Jenawi) yang sangat potensial untuk tanaman sayur-sayuran seperti bawang merah, bawang putih, kobis, sawi, cabe, tomat, buncis dan sebagainya. b. Tanaman Perkebunan Tanaman perkebunan rakyat di Kabupaten Karanganyar yang sangat potensial adalah cengkeh yang mencapai luas sebesar 2.340,31 Ha dan selama tahun 2002 produksinya mencapai 320.245 ton. Tanaman lain yang juga potensial untuk dikembangkan adalah kelapa, mete, tebu dan jahe. Sementara itu untuk tanaman perkebunan besar yang potensial adalah teh dan karet. c. Peternakan Populasi ternak yang banyak diusahakan di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 adalah sapi 46.589 ekor, sapi perah 287 ekor, kerbau 1.388 ekor, kuda 353 ekor, kambing 20.225 ekor, domba 114.653 ekor, babi 53.912 ekor, ayam ras 1.114.097 ekor, ayam buras 893.148 ekor, ayam pedaging 1.874.000 ekor, itik 69.608 ekor, kelinci 10.703 ekor dan burung puyuh 229.730 ekor. Selama tahun 2002 hasil-hasil produksi ternak terdiri dari telur ayam buras 1.148.177 kg, telur ayam ras 12.457.840 kg, telur itik 446.278 kg, telur puyuh 435.664 kh, daging 1.542.624 kh dan susu 428.130 liter. d. Perikanan Selama tahun 2002 produksi ikan mencapai 825.868 kg, yang berasal dari cek dam 38.044 kg, kolam air tenang 541.324 kg, sungai 220.872 kg dan waduk 25.628 kg. Sementara itu telah dilakukan penebaran benih di berbagai karper 433.000 ekor, tawes 1.956.000 ekor, nila merah 3.563.000 ekor, nila gif 396.000 ekor, gurameh 34.000 ekor dan lele 571.500 ekor. 6. Industri dan Perdagangan a. Industri Pada tahun 2002 di Kabupaten Karanganyar terdapat industri besar (tenaga kerja 100 orang ) sebanyak 73 unit dan industri sedang (tenaga kerja 21 – 99 orang) sebanyak 74 unit. Dari 147 industri besar dan sedang tersebut mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 40.676 orang. Industri besar/sedang yang paling banyak adalah di sektor tekstil, yaitu 61 unit (41,59 %), industri makanan/bahan makanan 31 unit (21,09 %) dan industri kimia 23 unit (15,66 %). Karena masih lesunya perekonomian maupun politik yang belum mapan di negara Indonesia ini, menyebabkan sektor industri dan perdagangan masih sulit untuk berkembang. Bahkan jumlah perusahaan maupun tenaga kerja menurun bila dibandingkan dengan tahun 2001. Menurut data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag), Penanaman Modal (Pendal) dan Koperasi Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 banyaknya industri formal sebanyak 603 perusahaan dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 37.332 orang. Sedangkan industri non formal (sentra industri dan non sentra industri) sebanyak 12.550 usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 32.113 orang. Selama tahun 2002 terdapat industri kecil baru sebanyak 16 unit dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 222 orang, serta menyerap investasi sebesar Rp. 670,824 juta. b. Perdagangan dan Koperasi Guna menunjang laju perekonomian di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 terdapat pasar 69 buah; toko/kios/warung 9.016 buah; KUD 17 buah dan koperasi simpan pinjam 424 buah. Dibandingkan tahun 2001, khususnya toko/kios/warung dan koperasi simpan pinjam, jumlahnya mengalami kenaikan. Koperasi sebagai soko guru perekonomian di Indonesia, sebagai usaha peningkatan kesejahteraan masyarakat, fungsi dan perannya semakin besar. Pada tahun 2002 di Kabupaten Karanganyar terdapat koperasi sebanyak 616 buah dengan jumlah anggota mencapai 109.176 orang. Jenis koperasi terbanyak berasal dari golongan masyarakat (KKT dan KSU) yaitu 431 buah, KUD 17 buah, koperasi fungsional 72 buah dan koperasi karyawan 3 buah. 7. Perhubungan a. Panjang Jalan Berdasarkan data dari Dinas PU dan LLAJ Kabupaten Karanganyar, panjang jalan meliputi jalan negara 1,90 km, jalan propinsi 95,03 km dan jalan kabupaten 764, 33 km. Jenis permukaan untuk jalan kabupaten terdiri dari permukaan aspal 737,15 km, kerikil 19,40 km dan tanah 7,78 km. Sedangkan kondisinya adalah baik 549,27 km, sedang 176,33 km dan rusak 38,73 km. b. Kendaraan Bermotor Berdasarkan data dari Cabang Dipenda Propinsi Jawa Tengah Kabupaten Karanganyar, jumlah obyek kendaraan bermotor pada tahun 2002 sebanyak 99.054 unit yang terdiri dari mobil pribadi sebanyak 13.256 unit, mobil umum 792 unit dan sepeda motor 85.006 unit. Realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor selama tahun 2002 mencapai Rp. 10.190.195.175,- yang berasal dari pajak mobil pribadi Rp. 4.812.938.62,-, mobil umum Rp.272.198.975,- dan sepeda motor Rp. 5.105.057.375,-. 8. Keuangan Daerah, PDRB, Inflasi, Struktur Ekonomi, Pendapatan per Kapita dan Investasi. a. Keuangan Daerah Berdasarkan APBD tahun 2002, anggaran pendapatan terealisir sebesar Rp. 266.943.816.735,- Dengan rincian sebagai berikut : Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu dianggarkan dan terealisir Rp. 7.000.000.000,-; Pendapatan Asli Daerah sebesar realisasinya Rp. 17.330.154.000,- dan Bagian dana perimbangan realisasinya Rp. 238.090.000.000,-. Untuk belanja rutin realisasinya Rp. 227.243.163.000,- belanja pembangunan realisasinya sebesar Rp. 39.700.653.000,-. b. PDRB Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tahun 2002 Kabupaten Karanganyar atas dasar harga berlaku (ADHB) sebesar Rp.3.161.318,40 juta dan atas dasar harga konstan (ADHK) sebesar Rp. 1.248.686,47 juta. Pertumbuhan ekonomi yang ditunjukkan oleh perkembangan PDRB, pada tahun 2002 ADHB sebesar 12,41 % dan ADHK 1,42 %. Tabel 3.2. PDRB Kabupaten Karanganyar Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) dan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) Tahun 1998 – 2002. PDRB ADHB PDRB ADHK Laju Laju Tahun Jumlah Jumlah Pertmb. Pertmb. (juta Rp.) (juta Rp.) (%) (%) 1998 2.170.222,89 39,95 1.109.425,03 -11,65 1999 2.312.932,52 6,58 1.141.544,82 2,9 2000 2.541.783,09 9,84 1.193.085,63 4,51 2001 2.812.235,12 10,64 1.210.084,63 1,42 2002 3.161.318,40 12,41 1.248.686,47 3,19 Sumber : DIPENDA dan BPS Karanganyar 2002 Selama kurun waktu (1992 – 2002) ternyata telah terjadi kenaikkan PDRB Atas Dasar harga Berlaku sebesar 2,5 kali dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan sebesar 1,5 kali. Hal ini berarti selam kurun waktu tersebut rata-rata pertumbuhan ekonomi di Karanganyar menunjukkan angka positif, walaupun pada tahun 1998 terjadi pertumbuhan negati akibat dampak krisis moneter yang melanda seluruh wilayah Indonesia. c. Inflasi Selama tahun 2002 inflasi di Kabupaten Karanganyar mencapai 7,04 %. Inflasi tertinggi jatuh pada bulan November, sebesar 1,76 dan terendah pada bulan Maret sebesar –0,64 %. Penyumbang inflasi terbesar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 14,26 %, kemudian kelompok pendidikan, rekreasi dan Olah Raga sebesar 13,75 % dan ketiga adalah kelompok biaya tempat tinggal sebesar 7,96 %. Sedang penyumbang terendah adalah kelompok tranportasi dan komunikasi yaitu –1,59 % dan kelompok sandang sebesar 0,32 %. Tabel 3.3. Inflasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002 Inflasi (%) 1 1998 55,91 2 1999 7,10 3 2000 20,67 4 2001 14,66 5 2002 7.04 Sumber : BPS Karanganyar No. Tahun d. Struktur Ekonomi Seperti tahun-tahun sebelumnya memasuki tahun 2002 struktur ekonomi Kabupaten Karanganyar masih didominasi oleh empat sektor unggulan yaitu sektor industri yang memberikan kontribusi sebesar 37,67 %, sektor pertanian sebesar 19,36 %, sektor perdagangan 17,80 % dan sektor jasa-jasa sebesar 13,76 %. Dari empat sektor unggulan tersebut pada umumnya mengalami peningkatan kontribusi dibanding tahun 2001 kecuali sektor pertanian yang mengalami penurunan karena tahun 2002 terjadi kemarau panjang sehingga produksi di sektor pertanian menurun. Tabel 3.4. Struktur Ekonomi Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002 Atas Dasar Harga Konstan 1993 (persen). Tahun Sektor 1998 1999 2000 2001 2002 1. Pertanian 18,82 19,88 19,55 20,16 19,38 2. Pertambangan dan 1,23 1,25 1,19 1,24 1,22 Penggalian 3. Industri Pengolahan 37,56 37,14 38,13 37,41 37,67 4. Listrik, Gas dan Air Minum 1,53 1,59 1,64 1,72 1,86 5. Bangunan 6. Perdagangan, Hotel dan 2,28 2,34 2,36 2,43 2,43 Restoran 17,94 17,57 17,47 17,52 17,60 7. Pengangkutan dan Komunikasi 2,86 2,81 2,76 2,77 2,77 8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 3,49 3,42 3,35 3,34 3,31 9. Jasa-jasa 14,29 14,00 13,55 13,40 13,76 Jumlah 100 100 100 100 100 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2002 e. Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita penduduk di Kabupaten Karanganyar dari tahun ketahun pada umumnya mengalami peningkatan. Bila di cermati pada tahun 1998 pendapatan per kapita ADHB sebesar Rp. 2.502.708,69 dan pada tahun 2002 mencapai Rp. 3.464.293,24, berarti selama kurun waktu 5 tahun terjadi peningkatan 38,42 %. Sedangkan pendaptan per kapita ADHK mengalami peningkatan 7,01 %. Tabel 3.5. Rata-rata Pendapatan Per Kapita Penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002. Pendapatan Per Kapita Pertumbuhan (Rupiah) (%) Tahun ADHB ADHK ADHB ADHK 1998 2.502.708,69 1.270.712,22 9,09 -12,38 1999 2.673.954,12 1.295.122,06 5,40 1,92 2000 2.865.943,56 1.338.738,86 8,64 3,37 2001 3.129.857,47 1.340.519,76 9,21 0,13 2002 3.464.293,24 1.359.786,34 10,69 1,44 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2002 f. Investasi Tingkat investasi di Kabupaten Karanganyar dari tahun ketahun pada umumnya mengalami peningkatan. Pada tahun 1998 di saat krisi ekonomi melanda Indonesia tingkat investasi di Kabupaten Karanganyar sebesar Rp. 615.213.029,- meningkat pada tahun 1999 sebesar Rp. 987.815.150,- atau mengalami peningkatan sebesar 60,64 %. Dan meningkat tajam pada tahun 2000 menjadi Rp. 2.902.644.852,- atau mengalami peningkatan sebesar 193,84 %. Sedangkan pada tahun 2001 investasi sebesar Rp. 2.916.796.412,- atau mengalami peningkatan sebesar 4,87 %. Pada tahun 2002 investasi meningkat lagi meenjadi Rp. 2.921.678.158,peningkatan sebesar 1,67 %. atau mengalami Tabel 3.6. Jumlah Investasi di Kabupaten Karanganyar tahun 1998 – 2002. No. Tahun Jumlah Investasi 1 1998 615.213.029 2 1999 987.815.150 3 2000 2.902.644.852 4 2001 2.916.796.412 5 2002 2.921.678.158 Sumber : BAPPEDA Karanganyar 2002 B. Tinjauan Keuangan Daerah Keuangan daerah yang tercantum dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat memberi gambaran tentang bagaimana kondisi yang terjadi pada daerah tersebut. Kita dapat mengetahui darimana saja dan seberapa besar pendapatan daerah tersebut, juga kemana saja dana tersebut dikeluarkan, untuk apa saja dan seberapa besar jumlahnya. Untuk dapat mengetahui berbagai hal tersebut, yang terdapat di Kabupaten Karanganyar, akan dijelaskan secara umum pada pembahasan berikut ini : 1. Penerimaan Daerah Sumber-sumber penerimaan daerah Kabupaten Karanganyar terdiri dari berbagai pos penerimaan, yaitu : a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu b. Pendapatan Asli Daerah c. Bagi hasil pajak dan bukan pajak d. Bantuan/sumbangan (penerimaan lainnya) e. Pinjaman daerah Penerimaan daerah dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan dan kenaikan yang cukup berarti terjadi pada 2000 ke 2001, tahun terakhir. Pada tahun 2000 penerimaan daerah Kabupaten Karanganyar sebesar Rp. 82.917.290.956,-., pada tahun 2001 meningkat menjadi Rp. 253.490.647.000,-., dan pada tahun 2002 meningkat lagi menjadi Rp. 266.943.816.000,-,. Besarnya pos-pos penerimaan daerah yang ada di Kabupaten Karanganyar dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 3.7. Realisasi Penerimaan Daerah di Kabupaten Karanganyar tahun 2000 – 2002. (000 rupiah) Jenis Penerimaan 2000 2001 2002 1 Sisa lebih perhitungan 2.764.910 6.292.022 7.000.000 Anggaran tahun lalu 2 Pendapatan Asli Daerah 9.129.011 16.550.716 17.330.154 2.1 Pajak Daerah 3.913.033 5.499.094 6.047.000 2.2 Retribusi Daerah 4.311.958 7.947.160 6.721.154 2.2.1 Retribusi Jasa Umum 3.646.859 6.728.283 5.719.107 2.2.2 Retribusi Jasa Usaha 387.245 766.133 622.620 2.2.3 Retribusi Perijinan tertentu 277.854 452.744 379.427 2.3 Bagian Laba Usaha Daerah 645.000 1.011.957 3.317.000 2.4 Penerimaan PAD lainnya 259.020 2.092.505 1.245.000 3 Dana Perimbangan 71.313.728 225.000.071 238.090.000 3.1 Bagi hasil pajak 7.569.636 17.298.045 16.900.000 3.2 Bagi hasil bukan pajak 33.028 47.520 50.000 3.3 Dana Alokasi Umum 63.711.064 199.130.493 221.140.000 3.4 Dana Alokasi Khusus 8.524.013 4 Penerimaan lainnya 624.648 5.647.838 4.523.662 5 Pinjaman Pemerintah Daerah Jumlah 83.832.297 253.490.647 266.943.816 Sumber : APBD Kabupaten Karanganyar 2000 – 2002 2. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang merupakan sumber penerimaan daerah berperan penting untuk daerah tersebut. Di wilayah Karanganyar ada beberapa sumber penerimaan yang menjadi penopang dari PAD, yaitu : a. Pajak Daerah b. Retribusi Daerah c. Bagian laba Badan Usaha Milik Daerah d. Penerimaan lain-lain Besarnya target dan realisasi dari pos Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat pada tabel beriut : Tabel 3.8. Target dan realisasi PAD Kab. Karanganyar 1998 – 2002. No. Tahun Target Realisasi 1 1998 7.900.673.500 8.021.252.027 2 1999 8.591.907.000 9.418.350.336 3 2000 8.563.165.000 9.095.283.164 4 2001 15.452.155.000 16.545.956.474 5 2002 20.090.930.000 22.497.807.067 Sumber : DIPENDA Kab. Karanganyar 1998 – 2002 Prosentase 101,50 % 109,62 % 106,21 % 106,46 % 111,98 % 3. Pengeluaran Daerah Pengeluaran daerah sebagai bentuk dari alokasi penggunaan dana yang diterima, mencerminkan seberapa besar kegiatan yang telah dilakukan daerah yang bersangkutan dalam menjalankan roda pembangunan. Untuk pengeluaran daerah menyangkut dua hal, yaitu pengeluaran rutin (current expenditures) dan pengeluaran pembangunan (development expenditures). Namun dalam penelitian ini tentunya hanya yang menyangkut pembiayaan untuk pengeluaran pembangunan saja. Pengeluaran rutin di Kabupaten Karanganyar terdiri dari pos-pos yaitu : a. Belanja Pegawai b. Belanaja Barang c. Biaya Pemeliharaan d. Belanja Perjalanan Dinas e. Belanja Lain-lain f. Angsuran Pinjaman g. Bantuan Keuangan h. Pengeluaran yang tidak termasuk bagian lain i. Pengeluaran tidak tersangka Sedangkan Pengeluaran Pembangunannya terdiri dari pos-pos atau bidang-bidang antara lain : a. Industri b. Pertanian dan keuangan c. Sumber daya air dan irigasi d. Tenaga kerja e. Perdagangan, Pengelolaan Usaha daerah, Keuangan dan Koperasi f. Transportasi, Metereologi dan Geofisika g. Pertambangan dan Energi h. Pembangunan Daerah dan Transmigrasi i. Lingkungan Hidup dan Tata Ruang j. Pendidikan,Kebudayaan, Kepercayaan terhadap Tuhan YME, Pemuda dan Olah raga k. Kependudukan dan Keluarga Sejahtera l. Perumahan dan Pemukiman m. Agama n. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi o. Hukum p. Aparatur Pemerintah dan Pengawasan q. Politik, Penerangan, Komunikasi danMedia Massa r. Keamanan dan Ketertiban Umum s. Subsidi Pembangunan Kepada Daerah Bawahan Besarnya realisasi pengeluaran daerah Kabupaten Kranganyar tahun 2000 – 2002 dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 3.9 Realisasi Pengeluaran Pemerintah Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 – 2002. (dalam ribuan) No. Jenis Pengeluaran Pengeluaran Rutin 1 Belanja pegawai 2 Belanja barang 3 Belanja pemeliharaan 4 Belanja perjalanan dinas 5 Belanja lain-lain 6 Angsuran pinjaman/hutang dan bunga 7 Bantuan keuangan 8 Pengeluaran yg tdk termasuk bagian lain 9 Pengeluaran tidak tersangka Jumlah Pengeluaran Pembangunan 1 Industri 2 Pertanian & kehutanan 3 Sumber Daya Air & Irigasi 4 Tenaga kerja 5 Perdagangan, Peng. Usaha Daerah, Keuangan & Koperasi 6 Transportasi, Metereologi & Geofisika 7 Pertambangan dan Energi 8 Pariwisata, Pos & Telekomunikasi 9 Pembangunan Daerah & Transmigrasi 10 Ligkungan Hidup & Tata Ruang 11 Pendidikan, Budaya, Kepercayaan thd Tuhan YME, Pemuda & Olahraga 12 Kependudukan & Keluarga Sejahtera 13 Kesehatan, Kesejahteraan Sosial, Peranan Wanita, Anak & Remaja 14 Perumahan dan Pemukiman 15 Agama 16 Ilmu Pengetahuan & Teknologi 17 Hukum 18 Aparatur Pemerintahan & Pengawasan 19 Politik, Penerangan, Komunikasi dan Media Masa 20 Keamanan & Ketertiban Umum 21 Subsidi Pemb. kpd Daerah Bawahan Jumlah Jumlah Seluruh Pengeluaran 2000 2001 2002 51.453.024 6.195.849 969.388 215.615 2.568.916 103.790 1.126.386 534.481 1.376.415 64.543.814 157.056.514 16.084.583 5.603.520 499.579 18.578.658 291.361 2.952.020 1.073.707 1.532.623 203.672.565 170.843.778 20.057.95 6.284.015 368.592 20.689.082 252.944 4.539.278 1.208.940 2.998.569 227.243.163 29.997 632.661 14.947 15.000 1.734.037 1.064.306 317.586 40.000 12.904.715 1.795.000 1.200.000 165.000 9.619.119 5.428.464 7.500 54.821 763.010 766.077 1.185.476 15.097.908 89.652 215.178 578.401 586.467 16.830.669 175.000 559.662 1.071471 2.345.720 80.000 861.498 19.954 1.384.017 30.000 844.250 726.440 75.000 49.992 68.474 2.208.262 174.267 1.382.221 178.939 1.185.337 - 1.325.500 680.000 3.019262 40.000 74.005 14.952.928 79.496.742 35.044.681 238.717.246 39.700.653 266.943.876 Sumber : APBD Kab. Karanganyar tahun 2000 – 2002. Dari tabel di atas kita bisa melihat minimal tiga (3) tahun terakhir bahwa kegiatan pembangunan di Kabupaten Karanganyar menunjukkan adanya peningkatan. Ini ditandai dengan terus meningkatnya pengeluaran baik pengeluaran rutin maupun pengeluaran pembangunan. Peningkatan pengeluaran yang cukup berarti terjadi pada tahun 2000 ke 2001, yaitu dari Rp. 79.496.742 ribu menjadi Rp. 238.717.246 ribu berarti meningkat sebesar 200,28 %. Sedangkan dari tahun 2001 ke 2002 hanya Rp. 238.717.246 ribu menjadi Rp. 266.943.816 ribu atau meningkat sebesar 11,82 %. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam Bab IV berikut akan membahas dan menganalisis hasil penelitian mengenai faktor (Produk Domestik Regional Bruto) PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar. Model analisis yang digunakan untuk mengetahui hal tersebut adalah “Model Regresi Berganda” dengan menggunakan program SPSS. Sebelum sampai pembahasan lebih lanjut, dalam penulisan ini terlebih dahulu akan dipaparkan mengenai kondisi variabel dependen yakni pendapatan asli daerah (PAD) serta variabel independen yaitu (Produk Domestik Regional Bruto) PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat di Kabupaten Karanganyar. A. Analisis Deskripsi Variabel 1. Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh dari daerah itu sendiri dengan memberdayakan potensi daerah yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tabel 4.1 Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karanganyar Tahun 1990 – 2002. (rupiah) Tahun Realisasi PAD 1990 2.360.769.508 1991 2.387.945.702 1992 2.835.664.603 1993 3.206.639.960 1994 4.061.075.364 1995 5.270.679.965 1996 6.030.982.939 1997 7.086.940.570 1998 8.063.262.722 1999 9.418.069.053 2000 9.129.016.737 2001 16.545.596.474 2002 22.497.807.067 Sumber : DIPENDA Kab. Karanganyar Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa dari tahun ke tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar senantiasa mengalami peningkatan. Peningkatan yang cukup berarti terjadi pada dua tahun terakhir yaitu di tahun 2001 yaitu sebesar Rp. 16.454.596.474,meningkat sebesar 80,24 % dan di tahun 2002 yaitu sebesar Rp. 22.497.807.067,- atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 35,97 %. 2. Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik regional Bruto (PDRB) adalah produksi barangbarang dan jasa-jasa yang diproduksi oleh penduduk dalam suatu daerah tertentu dalam suatu wilayah negara tertentu dan dalam jangka waktu satu tahun/ indikator pertumbuhan dan perkembangan ekonomi suatu daerah dapat dilihat dari besaran PDRB ini. PDRB di Kabupaten Karanganyar pada tahun 1990 sebesar Rp. 489.424,47 ribu sedangkan pada tahun 2002 sebesar Rp. 1.248.686,47 ribu. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 4.2 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Karanganyar tahun 1990-2002 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). (ribuan) No. Tahun PDRB 1 1990 489.424,47 2 1991 580.087,13 3 1992 639.872,53 4 1993 997.858,81 5 1994 1.047.286,13 6 1995 1.120.785,44 7 1996 1.210.112,30 8 1997 1.225.719,50 9 1998 1.109.425,03 10 1999 1.141.544,82 11 2000 1.193.085,08 12 2001 1.210.084,63 13 2002 1.248.686,47 Sumber : DIPENDA Kab. Karanganyar Dari data di atas terlihat bahwa PDRB Kabupaten Karanganyar senantiasa mengalami peningkatan kecuali pada tahun 1998 mengalami penurunan disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia. Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah PDRB atas dasar harga konstan agar dapat lebih memperdalam pengetahuan pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. 3. Investasi Investasi merupakan faktor yang penting bagi kelangsungan pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Suatu daerah memerlukan modal yang besar untuk proses pembangunan ekonominya, modal tersebut dapat dipenuhi dengan investasi yang masuk ke daerah tersebut. Investasi di Kabupaten Karanganyar dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 4.3 Perkembangan Jumlah Investasi Kabupaten Karanganyar Tahun 1990 – 2002. (ribuan) No. Tahun Investasi 1 1990 674.763.911 2 1991 692.292.809 3 1992 715.676.823 4 1993 744.274.603 5 1994 793.239.527 6 1995 815.848.021 7 1996 944.385.134 8 1997 980.132.876 9 1998 615.213.076 10 1999 987.815.150 11 2000 2.902.644.852 12 2001 2.916.796.412 13 2002 2.921.678.158 Sumber : BAPEDA Kab. Karanganyar 2003 dan BPM Jawa Tengah 1990 – 2002. Jumlah investasi pada tahun 1998 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya disebabkan krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia saat itu. Namun untuk tahun-tahun berikutnya senantiasa mengalami peningkatan. 4. Jumlah Penduduk Penduduk di Kabupaten Karanganyar tercatat tiap akhir tahunnya sebagaimana pada tabel berikut : Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kabupaten Karanganyar tahun 1990 – 2002. Jumlah Penduduk (jiwa) 1 1990 708.289 2 1991 716.190 3 1992 724.864 4 1993 733.573 5 1994 742.045 6 1995 750.845 7 1996 760.618 8 1997 767.221 9 1998 744.799 10 1999 784.035 11 2000 793.575 12 2001 804.031 13 2002 815.101 Sumber : BPS Kabupaten Karanganyar 2002. No. Jumlah Tahun penduduk adalah keseluruhan Pertumbuhan (%) 1.21 1,22 1,11 1,20 1,15 1,19 1,30 0,87 0,99 1,19 1,22 1,32 1,38 penduduk Kabupaten Karanganyar yang tercatat di akhir tahun. Penduduk di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 1990 jumlah penduduk di Karanganyar tercatat 708.289 jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar 1,21 %. Sedangkan pada tahun 2002 penduduk di Kabupaten Karanganyar sejumlah 815.101 jiwa meningkat sejumlah 11.070 jiwa atau sebesar 1,38 %, ini merupakan laju pertumbuhan penduduk terbesar di Kabupaten Karanganyar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. 5. Pendapatan Per Kapita Pendapatan per kapita adalah tingkat pendapatan masyarakat Kabupaten Karanganyar pada tahun tertentu. Pendapatan per kapita Kabupaten Karanganyar dari tahun 1990 sampai tahun 1997 terus mengalami peningkatan dari Rp. 597.857,72 di tahun 1990 menjadi Rp. 1.450.264,59 di tahun 1997. Pada tahun 1998 akibat krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia mengalami penurunan sebesar Rp. 179.552,37 atau -12,38 % dari tahun sebelumnya. Namun untuk tahun-tahun selanjutnya pendapatan per kapita masyarakat Kabupaten Karanganyar mengalami peningkatan kembali seiring dengan adanya recovery perekonomian nasional dan daerah. Tabel 4.5. Perkembangan Pendapatan Per Kapita Kabupaten Karanganyar tahun 1990 – 2002 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK). No. Tahun Pendapatan Per Kapita 1 1990 597.857,72 2 1991 731.971,83 3 1992 800.433,05 4 1993 1.185.025,82 5 1994 1.254.941,30 6 1995 1.329.570,13 7 1996 1.419.457,28 8 1997 1.450.264,59 9 1998 1.270.712,22 10 1999 1.295.122,06 11 2000 1.338.738,86 12 2001 1.340.519,76 13 2002 1.359.786,34 Sumber : BPS Kab. Karanganyar 2002 B. Analisis Data Untuk membuktikan hipotesis yang telah dikemukakan pada Bab I, dilakukan analisis dari data yang telah diperoleh yaitu data time series dari tahun 1990 sampai tahun 2002. Alat analisis yang digunakan adalah regresi berganda dengan variabel dependen Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan variabel independen : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat, dengan menggunakan rumus : Log Y = a + b1logX1 + b2logX2 + b3logX3 + b4logX4 + e dimana : Y = Pendapatan Asli Daerah a = konstanta b = koefisien regresi e = standar error X1 = PDRB (dalam rupiah) X2 = investasi (dalam rupiah) X3 = jumlah penduduk (dalam jiwa) X4 = pendapatan per kapita (dalam rupiah) Berdasarkan pada data yang diperoleh, kemudian dilakukan perhitungan atau pengolahan data dengan menggunakan program SPSS. Dari hasil perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Pengolahan Data dengan Variabel Dependen adalah Log PAD Dependent Variable is Logpad Sample : 1990 – 2002 Included observation : 13 Unstandardized Coefficient Variable Coefficient Std. Error Log PAD/C -80,256 26,075 Log PDRB 6,743 2,906 Log Invest -0,318 0,241 Log Penddk 14,472 5,165 Log Perkapt -7,088 2,938 Unstandardized Coefficient Beta t-Statistic Prob. -3,078 2,321 -1,322 2,802 -2,413 0,015 0,049 0,223 0,023 0,042 Adjusted R-Squares 0,938 F-Statistic Durbn-Watson stat 2,003 Probability (F-Statistic) Sumber : Hasil Pengolahan Data 2004 dengan Metode SPSS 46,178 0,000 3,033 -0,264 0,904 -2,852 Berdasarkan hasil pengolahan data pada tabel 4.4, maka diperoleh bentuk persamaan regresi sebagai berikut : Log PAD = -80,256 + 6,743 X1 – 0,318 X2 + 14,472 X3 – 7,088 X4 (2,321) (-1,322) (2,802) (-2,413) Keterangan : angka dalam kurung adalah t hitung Untuk mengetahui adanya tanda parameter estimasi dengan teori yang menerangkan, hasil estimasi fungsi diatas perlu di uji statistik dan uji ekonometrika. 1. Uji Statistik Dari hasil pengolahan data dengan program SPSS yang dilakukan maka berikut akan disampaikan hasil dan interpretasinya. a. Uji t Dari kriteria pengujian uji parsial (uji t) dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) PDRB Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung sebesar 2,321 dengan probabilitas 0,049 sedangkan nilai t diperoleh 2,306. Karena t hitung > t tabel, tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti secara individu variabel PDRB berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. 2) Investasi Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung sebesar -1,322 dengan probabilitas 0,223 sedangkan nilai t diperoleh 2,306. Karena t hitung t tabel, tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti secara individu variabel investasi tidak berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. 3) Jumlah Penduduk Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung sebesar 2,804 dengan probabilitas 0,023 sedangkan nilai t diperoleh 2,306. Karena t hitung >t tabel, tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti secara individu variabel jumlah penduduk berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. 4) Pendapatan Per Kapita Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung sebesar -2,413 dengan probabilitas 0,042 sedangkan nilai t diperoleh 2,306. Karena t hitung -t tabel, tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti secara individu variabel jumlah penduduk tidak berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap variabel independen lainnya konstan. b. Uji F Berdasarkan hasil perhitungan dan juga dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 46,178 dengan probabilitas sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi 5%, 13 – 5 = 8 ; 5 – 1 = 4 adalah 6,04. Karena Fhitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti secara bersama-sama faktor PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat mempunyai pengaruh yang signifikan/nyata terhadap Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5%. c. Uji R2 Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai Adjusted RSquared sebesar 0,938 yang berarti bahwa variasi independen yaitu variasi jumlah PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita dapat menjelaskan sebesar 93,8 % terhadap variasi variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah, sedangkan sisanya sebesar 6,2 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model. Untuk r (Koefisien Korelasi) sebesar 0,979 menunjukkan hubungan variabel independen dan variabel dependen sangat kuat (hubungan variabel independen dan variabel dependen dikatakan kuat jika 0,9r1). 2. Uji Ekonometrika (Uji Asumsi Klasik) Agar penelitian dapat dipakai sebagai bahan informasi, maka diharapkan koefisien-koefisien yang diperoleh menjadi penaksir terbaik dan tidak bias (BLUE = Best Linear Unbiass Estimate). Hal tersebut hanya dapat terjadi, bila dalam pengujian tidak melanggar asumsi klasik, yaitu : a. Multikolinearitas Adanya hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dalam model regresi. Jika dalam model terdapat multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar yang besar sehingga koefisien tidak dapat ditaksir dengan ketepatan tinggi. Untuk mengetahui variabel-variabel yang berkolinearisasi harus dihitung nilai-nilai statistik F yang berkaitan dengan himpunan variabel bebas masing-masing. Dari hasil perhitungan nilai Ftabel dengan derajat bebas adalah 3,86. Jika Fhitung > Ftabel maka tidak terjadi multikolinearitas. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut : Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas Fhitung 984,276 20,035 57,183 804,811 X1 = f (X2,X3,X4) X2 = f (X1,X3,X4) X3 = f (X1,X2,X4) X4 = f (X1,X2,X3) Ftabel 3,86 3,86 3,86 3,86 Kesimpulan tidak terjadi multikolinearitas tidak terjadi multikolinearitas tidak terjadi multikolinearitas tidak terjadi multikolinearitas Sumber : Data Print Out Komputer 2004 b. Heteroskedastisitas Apabila t hitung >t tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, berarti ada masalah heteroskedastisitas. Sedangkan jika thitung ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak berarti tidak ada masalah heteroskedastisitas / homokedastisitashasil. Berdasarkan hasil perhitungan, terlihat bahwa dalam penelitian ini tidak terjadi heterokedastisitas. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut : Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedastisitas Variabel PDRB Investasi Jml Penduduk Per Kapita t hitung 0,000 0,000 0,000 0,000 t tabel 2,306 2,306 2,306 2,306 Prob 1,000 1,000 1,000 1,000 Kesimpulan tidak terjadi heteroskedastisitas tidak terjadi heteroskedastisitas tidak terjadi heteroskedastisitas tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber : Hasil Print Out Heterokedastisitas, 2004 c. Autokorelasi Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Durbin-Watson (DW) sebesar 2.003. Pada tabel statistik dengan menggunakan level of signifikan = 5% ; K = 5 ; N = 13, diperoleh nilai dL=0,56 dan dU=2,21. Maka nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara dU dan 4 - dU atau 1,79 2 < 2,21 Hal ini berarti bahwa tidak terdapat autokorelasi baik positif maupun negatif dalam model yang digunakan. Autokorelasi positif Ragu 2 Ragu 2 Autokorelasi negatif Tidak ada autokorelasi 0 0,56 1,79 2 2,21 3,44 4 Gambar 4.1 Percobaan d (Durbin – Watson) 3. Interpretasi Hasil a. Pengaruh PDRB terhadap PAD Besarnya pengaruh PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar bisa dilihat dari besarnya koefisien regresi variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebesar 6,743 artinya, setiap kenaikkan PDRB sebesar 1 % akan diikuti oleh meningkatnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 6,743 % dengan menganggap variabel independen lainnya tetap/konstan. Semakin besar penerimaan per satuan rupiah dari 11 sektor lapangan usaha, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan Pendapatan Asli Daerah. b. Pengaruh Investasi terhadap PAD Besarnya pengaruh Investasi terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar bisa dilihat dari besarnya koefisien regresi variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel Investasi sebesar -0,318 artinya, setiap kenaikkan investasi sebesar 1 % akan diikuti oleh menurunnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 0,318 % dengan menganggap variabel independen lainnya tetap/konstan. c. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap PAD Besarnya pengaruh jumlah penduduk terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar bisa dilihat dari besarnya koefisien regresi variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel jumlah penduduk sebesar 14,472 artinya, setiap kenaikkan jumlah penduduk sebesar 1 % akan diikuti oleh meningkatnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 14,472 % dengan menganggap variabel independen lainnya tetap / konstan. Jumlah penduduk merupakan jumlah keseluruhan penduduk yang bertempat tinggal atau berdomisili di suatu tempat atau wilayah. Data yang ada menunjukkan laporan BPS Kabupaten Karanganyar jumlah penduduk di Kabupaten Karanganyar meningkat dari tahun ke tahun. Ini merupakan suatu jumlah yang potensial karena penduduk memiliki dua peranan dalam pembangunan ekonomi, yaitu dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dilihat dari sisi permintaan jumlah penduduk yang besar merupakan suatu jumlah yang besar pula sebagai konsumen. Konsumen akan menjadi efektif jika didukung oleh adanya pendapatan perkapita yang lebih dari cukup atau juga dapat disebut pasar yang efektif untuk menampung barang / jasa hasil produksi. Sedangkan jika dilihat dari sisi penawaran maka posisi penduduk sebagai produsen, penghasil barang atau jasa. Hal ini sangat berkaitan dengan PDRB dimana penduduk dengan kapasitasnya sebagai produsen bergerak di 11 sektor usaha yang pada akhirnya akan menyokong penerimaan PAD di Kabupaten Karanganyar. Oleh karena itu, perkembangan penduduk yang cepat tidaklah selalu merupakan penghambat bagi jalannya pembangunan ekonomi. Jika penduduk ini mempunyai kapasitas yang tinggi untuk menghasilkan atau menyerap hasil produksi yang dihasilkan. Ini berarti tingkat pertambahan penduduk yang tinggi disertai dengan tingkat penghasilan yang tinggi sangat berguna bagi pembangunan ekonomi. Jadi pertambahan penduduk dengan tingkat penghasilan yang rendah tidak ada gunanya bagi pembangunan ekonomi. Dengan kapasitas yang rendah untuk menaikkan output totalnya dan tanpa diimbangi dengan turunnya tingkat pertumbuhan penduduk, maka akan terjadi penundaan pembangunan. d. Pengaruh Pendapatan Per Kapita Masyarakat terhadap PAD Besarnya pengaruh pendapatan per kapita masyarakat terhadap Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar bisa dilihat dari besarnya koefisien regresi variabel tersebut. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel Investasi sebesar -7,088 artinya, setiap kenaikkan investasi sebesar 1 % akan diikuti oleh menurunnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 7,088% dengan menganggap variabel independen lainnya tetap/konstan. e. Secara bersama-sama semua koefisien regresi variabel PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendaptan per kapita masyarakat berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Karanganyar. Ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung adalah 46,178 dengan probabilitas sebesar 0,000 sedangkan nilai Ftabel adalah 6,04. f. Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan nilai Adjusted R-Squared sebesar 0,938 yang berarti bahwa variasi independen yaitu variasi jumlah PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita dapat menjelaskan sebesar 93,8 % terhadap variasi variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah, sedangkan sisanya sebesar 6,2 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model. g. Dari hasil penelitian dan perhitungan dapat dilihat bahwa penelitian ini memunuhi syarat BLUE (Best Linear Unbias) ini bisa dilihat tidak adanya penyimpangan pada semua uji asumsi klasik yang dilakukan baik uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas dan uji autokorelasi. h. Faktor yang paling mempengaruhi PAD Kabupaten Karanganyar. Bahwa variabel PDRB berpengaruh paling dominan terhadap PAD karena mempunyai koefisien beta paling besar ini dapat dilihat dari koefisien beta masing-masing variabel independen yaitu untuk PDRB sebesar 3,033, investasi sebesar -0,246, jumlah penduduk sebesar 0,904 dan pendapatan per kapita sebesar -2,852. C. Trend Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Untuk mendeskripsikan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) digunakan alat analisis trend dengan rumus sebagai berikut : Y = a + bX Dimana : Y = jumlah penerimaan pendapatan asli daerah (dalam rupiah) a = konstanta b = besar perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap perubahan satu unit variabel X X = tahun Untuk mencari koefisien a dan b digunakan rumus : a Y N b XY X2 Berdasarkan rumus di atas kemudian dilakukan pehitungan berdasarkan data yang telah diperoleh sebagai berikut : Tabel 4.9 Trend Perkembangan PAD Kab. Karanganyar tahun 1990 – 2002. Tahun 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 X Y atau PAD XY -6 2.360.769.508 -14.164.617.048 -5 2.387.945.702 -11.939.728.510 -4 2.835.664.603 -11.342.658.412 -3 3.206.639.960 -9.619.919.880 -2 4.061.075.364 -8.122.150.728 -1 5.270.679.965 -5.270.679.965 0 6.030.982.939 0 1 7.086.940.570 7.086.940.570 2 8.063.262.722 16.126.525.444 3 9.418.069.053 28.254.207.159 4 9.129.016.737 36.516.066.948 5 16.545.596.474 82.727.982.370 6 22.497.807.067 134.986.842.402 0 245.238.810.350 98.894.450.664 Sumber : Hasil Pengolahan Trend PAD 2004 Dari perhitungan di atas maka dapat dicari nilai a dan b : a Y N 98.894.450.664 13 = 7.607.265.436 b XY X2 245.238.810.350 182 = 134.746.599 X2 36 25 16 9 4 1 0 1 4 9 16 25 36 182 Dari perhitungan tersebut tersusun persamaan linear, yaitu : Y = 7.607.265.436 + 134.746.599 X Berdasarkan persamaan linear di atas maka dapat diketahui bahwa ratarata perkembangan pertumbuhan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar menunjukkan ke arah positif, dengan ditunjukkan besaran intersep (b) sebesar 134.746.599. Berpedoman kepada trend linear tersebut, dapat dicari trend perkembangan pendapatan asli daerah (PAD) di Kabupaten Karanganyar untuk beberapa tahun mendatang. Dapat di lihat pada tabel berikut : Tabel 410. Hasil Perhitungan Trend PAD Kabupaten Karanganyar 1990 – 2010. Tahun X Trend PAD atau Y 1990 -6 2.360.769.508 1991 -5 2.387.945.702 1992 -4 2.835.664.603 1993 -3 3.206.639.960 1994 -2 4.061.075.364 1995 -1 5.270.679.965 1996 0 6.030.982.939 1997 1 7.086.940.570 1998 2 8.063.262.722 1999 3 9.418.069.053 2000 4 9.129.016.737 2001 5 16.545.596.474 2002 6 22.497.807.067 2003 7 17.039.527.373 2004 8 18.386.993.364 2005 9 19.734.459.355 2006 10 21.081.925.346 2007 11 22.429.391.337 2008 12 23.776.857.328 2009 13 25.124.323.319 2010 14 26.471.789.310 Sumber : Hasil Perhitungan Trend PAD 2004 Hasil perhitungan memperlihatkan bahwa trend perkembangan PAD di Kabupaten Karanganyar pada 2010 tahun mendatang menunjukkan kecenderungan meningkat secara meyakinkan. Untuk memperoleh ketepatan koefisien b maka perlu dilakukan uji statistik dalam hal ini yang digunakan hanya uji t dan uji F karena hanya memuat dua variabel yaitu variabel dependen Y dan variabel independennya X, dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Uji t Merupakan pengujian variabel penjelas secara individu yang dilakukan untuk melihat apakah variabel independen/bebas yaitu X secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen/terikat dalam hali ini Y. Dari kriteria pengujian uji parsial (uji t) dapat disimpulkan sebagai berikut berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai thitung sebesar 16,751 dengan probabilitas 0,000 sedangkan nilai t Karena t hitung >t tabel, tabel diperoleh 2,093. maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ini berarti secara individu variabel X berpengaruh secara signifikan/nyata terhadap (Y) Pendapatan Asli Daerah pada derajat signifikansi 5 % dengan menganggap faktor lainnya konstan. 2. Uji F Merupakan pengujian variabel X dan Y secara keseluruhan dan serentak. Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah variabel independen (X) tersebut secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen (Y) secara signifikan. Dari persamaan regresi dapat dilihat bahwa nilai F hitung adalah 280,602 dengan probabilitas sebesar 0,000. Sedangkan nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi 5%, 21 – 2 = 19 ; 2 – 1 = 1 adalah 3,47. Karena Fhitung> Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini berarti X secara serempak dan keseluruhan mempunyai pengaruh yang signifikan/nyata (Y) pada derajat signifikansi 5%. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan disajikan beberapa kesimpulan yang berhubungan dengan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam bab sebelumnya. Dari kesimpulan yang ada, penulis berusaha memberikan saran yang berhubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan dan diharapkan bisa menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang bersangkutan. A. Kesimpulan Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan, maka secara ringkas dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Bahwa Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan, dari data yang dikumpulkan penulis yaitu dari tahun 1990 sampai tahun 2002. Pun itu di saat krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada tahun 1998. Pada tahun 1990 PAD Kabupaten Karanganyar sebesar Rp. 2.360.769.508,00 sedangkan pada tahun 2002 menjadi Rp. 22.497.807.067,00. dan setelah dilakukan pengujian terlihat bahwa baik secara individu maupun bersama-sama faktor-faktor PDRB, investasi, jumlah penduduk maupun pendapatan per kapita berpengaruh terhadap PAD, lebih jelasnya adalah sebagai berikut : a. Variabel PDRB mempunyai pengaruh yang bersifat positif terhadap besarnya variabel PAD. Jika PDRB naik maka dimungkinkan akan terjadi kenaikan PAD. Dari hasil pengolahan data telah didapatkan besarnya koefisien variabel PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebesar 6,743 artinya, setiap kenaikkan PDRB sebesar 1 % akan diikuti oleh meningkatnya Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Karanganyar sebesar 6,743 % dengan menganggap variabel independen lainnya tetap/konstan. Demikian pula jika PDRB turun 1 % maka PAD akan turun sebesar 6,743 %. b. Variabel investasi mempunyai pengaruh yang negatif terhadap pembentukan PAD. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien sebesar -0,318. Ini menunjukkan bahwa jika investasi Kabupaten Karanganyar naik 1 % maka PAD akan turun 0,318 %. c. Variabel jumlah penduduk mempunyai pengaruh positif terhadap PAD. Karena dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien sebesar 14,472. jadi bila terjadi kenaikkan jumlah penduduk sebesar 1 % maka PAD Kabupaten Karanganyar akan naik sebesar 14,472 %. d. Variabel pendapatan per kapita masyarakat mempunyai koefisien -7,088. Jadi pengaruhnya adalah negatif. Ini berarti bila pendapatan per kapita masyarakat naik 1 % maka PAD Kabupaten Karanganyar akan turun sebesar 7,088 %. e. Secara bersama-sama semua koefisien regresi variabel PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendaptan per kapita masyarakat berpengaruh terhadap PAD Kabupaten Karanganyar. Ini ditunjukkan oleh nilai Fhitung adalah 46,178 dengan probabilitas sebesar 0,000 sedangkan nilai Ftabel adalah 6,04. f. Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa Adjusted-R Square sebesar 0,938, artinya 93,8 % variasi variabel PAD dapat dijelaskan oleh variasi variabel PDRB (X1), investasi (X2), jumlah penduduk (X3) dan pendapatan per kapita masyarakat (X4), sedangkan sisanya sebesar 6,2 % tidak dapat dijelaskan atau dipengaruhi faktor-faktor di luar model. g. Bahwa penelitian ini dapat dijadikan informasi untuk pihak-pihak yang membutuhkan karena berdasarkan hasil perhitungan dan pengujian dengan uji samusi klasik baik uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas maupun uji autokorelasi tidak ada ganguan. 2. Bahwa Variabel PDRB berpengaruh paling dominan terhadap PAD karena mempunyai koefisien beta paling besar ini dapat dilihat dari koefisien beta masing-masing variabel independen yaitu untuk PDRB sebesar 3,033, investasi sebesar -0,246, jumlah penduduk sebesar 0,904 dan pendapatan per kapita sebesar -2,852 3. Berdasarkan hasil perhitungan memperlihatkan bahwa trend perkembangan PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita masyarakat terhadap PAD di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2010 menunjukkan kecenderungan untuk meningkat. B. Saran Dari hasil penelitian, maka diberikan saran sebagai berikut : 1. Melihat dari data yang ada bahwa PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendaptan per kapita masyarakat di Kabupaten Karanganyar yang tiap tahun semakin meningkat, maka Pemerintah Daerah harus lebih seksama dalam menggarap sumber-sumber yang potensial (unggul) sehingga dapat memberikan sumbangsih bagi penerimaan Pendapatan Asli Daerah, selain itu juga dapat memberikan lapangan pekerjaan bagi penduduk. Kemudian Pemerintah Daerah harus mengadakan penyuluhan dan pelatihanpelatihan ketrampilan bagi warga untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kabupaten Karanganyar sehingga faktor-faktor PDRB, investasi, jumlah penduduk dan pendapatan per kapita maupun faktor lain yang diluar penelitian penulis bisa berpengaruh positif terhadap PAD. 2. Dari hasil analisis data, karena faktor yang paling dominan adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) di Kabupaten Karanganyar ini ditunjukkan dengan koefisien (beta) yang paling besar yaitu berturutturut PDRB (3,033), investasi (-0,264), jumlah penduduk (0,904) dan pendapatan per kapita masyarakat (-2,852), maka disarankan kepada Pemerintah Daerah Karanganyar untuk lebih mengembangkan sektorsektor yang potensial (unggul) yaitu industri pengolahan; pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; dan jasa-jasa sehingga dari sektor inilah PDRB akan meningkat dan akhirnya dapat menaikkan angka PAD di Kabupaten Karanganyar. 3. Untuk meningkatkan jumlah penerimaan PAD di Kabupaten Karanganyar, Pemerintah Daerah dapat menempuh berbagai cara, antara lain : a) Mengoptimalkan penerimaan pajak daerah, baik melalui cara intensifikasi ataupun ekstensifikasi perpajakan. b) Mengoptimalkan penerimaan retribusi daerah dari penggalian sumber retribusi baru secara proporsional c) Mengelola BUMD seoptimal mungkin dan membangun kinerja BUMD sehingga tercipta laba yang proporsional. DAFTAR PUSTAKA Ardn’t HW. 1991. Pembangunan Ekonomi –Studi tentang Sejarah Pemikiran Ekonomi, LP3ES, Jakarta. Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah, BPFE, Yogyakarta. Bratakusumah & Solihin. 2002. Otonomi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, Gramedia, Jakarta Deddy SB dan Dadang S, 2002. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Gramedia, Jakarta. Djarwanto PS. 1996. Statistik Induktif. BPFE, Yogyakarta. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. LP3ES, Jakarta. Dumairy, 1997. Matematika Terapan untuk Bisnis dan Ekonomi. Yogyakarta. BPFE, Eugenia LM. 1998. Peraturan Tentang Perundang-undangan, Tentang Pajak Daerah & Retribusi Daerah, Hawarindo, Jakarta. Gunawan, Andhie. 2003. Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Faktor Penentu Pendapatan Asli Daerah di Kabupaten Sukoharjo, Skripsi FE UNS, Tidak dipublikasikan. Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar, Erlangga, Jakarta. Irawan & Suparmoko, 1995. Ekonomika Pembangunan, BPFE , Yogyakarta. Kuncoro, Mudrajat. 2001. Metode Kuantitatif, UPP AMP YKPN, Yogyakarta. J & J. Learning, 2000. Keuangan Daerah di Era Otonomi Daerah. Gamedia, Jakarta. Josef Riwu Kaho. 2001. Prospek Otonomi Daerah di Negara Republik, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Santoso, Singgih, 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Gramedia, Jakarta. Sekretariat Negara. 1974. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokokpokok Pemerintahan di Daerah dan Pemerintahan Desa, Pemerintah NKRI. Jakarta _____________, 1999. Undang-undang No. 22 tahun Pemerintahan Daerah, Pemerintah NKRI. Jakarta 1999 tentang _____________, 1999. Undang-undang No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, Pemerintah NKRI. Jakarta Sumodiningrat, Gunawan.1999. Ekonometrika Pengantar, BPFE, Yogyakarta. Sunarti, Sri. 2003. Analisis Faktor-faktor yang Memperngaruhi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Klaten 1990/1991-2001/2002. Skripsi FE UNS, Tidak dipublikasikan Supranto, J. 1992. Statistik Teori dan Aplikasi, Erlangga, Jakarta. Tambunan, Tulus. 2001. Perekonomian Indonesia, Beberapa Isu Penting, Ghalia Indonesia, Jakarta. Tim BPS Karanganyar, 2002. Karanganyar Dalam Angka 2002, Biro Pusat Statistik (BPS). Karanganyar. _____________. 2002. Pendapatan Regional Kabupaten Karanganyar Tahun 2002, Biro Pusat Statistik (BPS). Karanganyar. Tim FE UNS. 2001. Modul Laboratorium Anilisis Pembangunan, FE UNS. Surakarta. _____________. 2001. Modul Laboratorium Statistik Ekonomi, FE UNS. Surakarta. Tim Penelitian & Pengembangan Lembaga Pendidikan Komputer “Wahana”, 2002. 10 Model Penelitian dan Pengolahannya dengan SPSS 11.01 , Wahana Komputer Semarang dan Andi Yogyakarta Todaro, Michael. 1994. Pembangunan Ekonomi di Negara Ketiga, Erlangga, Jakarta.