MODUL PERKULIAHAN ETIK UMB Motivasi Berprestasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIK UMB
Motivasi Berprestasi
Fakultas
Program Studi
Tatap Muka
Kode MK
2
Disusun Oleh
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Abstract
Kompetensi
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul
dari dalam diri seseorang. Dorongan itu
memaksa seseorang untuk bergerak atau
bertindak. Sedangkan motivasi berprestasi
ialah motivasi yang menyebabkan orang
menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari
kondisi sebelumnya.
Setelah
proses
pembelajaran
mahasiswa
diharapkan
mampu
mengelola
motivasi
sehingga
berprestasi
MOTIVASI BERPRESTASI
2015
1
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Apa Itu Motivasi Berprestasi (Achievement Motivation)?
Motivasi adalah suatu dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang. Dorongan itu memaksa
seseorang untuk bergerak atau bertindak. Sedangkan motivasi berprestasi ialah motivasi yang
menyebabkan orang menghasilkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.
Motivasi yang mendorong manusia untuk melakukan perbuatan dapat digolongkan menjadi
tiga bagian, yakni:
1. Motivasi fisik – material.
Manusia terdorong untuk melakukan suatu perbuatan bisa karena keinginan untuk
mendapatkan imbalan fisik material, misalnya dengan terpenuhinya kebutuhan jasmani, baik
berupa barang atau uang. Motivasi seperti ini sangat lemah dan sifatnya sangat sementara.
Misalnya orang yang melakukan sesuatu untuk sekadar mendapat makanan guna menutupi
rasa lapar, maka ketika sudah kenyang ia akan kehilangan motivasi. Sebaliknya, ia pasti akan
kehilangan motivasi untuk melakukan perbuatan yang justru membuat ia lapar, misalnya
berpuasa. Apalagi memperjuangkan suatu kebenaran, yang mungkin akan membuatnya
menderita. Jadi, motivasi fisik material sekalipun ada dan memang perlu, tapi sulit untuk
dikembangkan untuk menjadi pendorong utama bagi manusia dalam berusaha.
2. Motivasi psiko-emosional
Motivasi psiko-emosional akan menggerakkan manusia untuk berbuat karena suatu kondisi
kejiwaan yang ingin dimiliki seseorang ini seperti rasa kebahagiaan, kehormatan, kebanggaan
dan sebagainya. Orang sering menyebutnya kepuasan batin. Misalnya, seseorang berani
melakukan perlawanan keras terhadap orang yang dinilai telah merusak nama baiknya. Atau
berjuang mati-matian dengan mempertaruhkan harta dan jiwa demi menjaga kemerdekaan.
Dan sebagainya. Motivasi ini meski lebih kuat bila dibandingkan dengan motivasi fisik –
material, sebenarnya juga masih lemah dan sementara sifatnya.
3. Motivasi spiritual atau ruhiyah
Inilah motivasi terkuat yang terdapat pada diri manusia. Motivasi ini dibangun oleh kesadaran
seorang muslim dalam hubungannya dengan Allah SWT. Dzat yang menciptakan manusia,
menghidupkan, memberi rizki dan mematikan serta akan meminta pertanggungjawaban
manusia atas segala perbuatannya di dunia. Motivasi ibadah dan pertanggungan inilah yang
mampu mendorong manusia untuk melakukan perbuatan apa saja, meski harus mengorbankan
harta, tenaga dan nyawa sekalipun, selama berjalan dalam batas yang diperintahkan Allah
SWT. Inilah konsep lillahi Ta’ala (demi Allah semata). Bila ditanamkan, dibina dan dijaga
dengan sebaik-baiknya, motivasi ini akan mampu membentuk pribadi yang konsisten, teguh
dan berani. Pada masa Rasulullah, motivasi ini mampu menggetarkan musuh pada Perang
Badar meski pasukan musuh berjumlah tiga kali lipat dari pasukan kaum Muslimin. Pada masa
sekarang, kita dapati pada pejabat yang jujur. Mereka berani menolak uang suap milyaran
rupiah meski sesungguhnya dari segi materi uang sebanyak itu tentu sangat menggiurkan. Tapi
keimanannya kepada Allah mencegahnya untuk berbuat seperti itu.
2015
2
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Maka, motivasi yang harus dibangun oleh setiap manusia dalam mewujudkan aktivitas
kehidupannya adalah motivasi spiritual semata. Dengan motivasi ini, seseorang akan terpacu
untuk berikhtiar terus-menerus disertai dengan sikap tawakal dan pantang berputus harapan
hingga akhirnya meraih keberhasilan dengan izin Allah Yang Maha Pemurah lagi Penyayang.
Inilah motivasi berprestasi yang sesungguhnya.
Adalah fitrah jika kondisi manusia itu labil. Keimanan seseorang itu fluktuatif. Motivasi juga
cenderung naik turun. Ada kalanya kita merasa di puncak motivasi. Terkumpul bola
semangat yang sangat besar di atas tangan kita. Namun kadangkala kita juga merasa sangat
malas. Sama sekali tidak ada gairah untuk melakukan sesuatu. Saat itulah motivasi kita turun.
Memang itu wajar. Akan tetapi kehidupan menuntut kita untuk senantiasa berprestasi.
Lingkungan akan memberi kita penghargaan apabila kita berprestasi. Tapi lingkungan juga
akan menghina kita jika tidak produktif. Islam pun mengajarkan demikian. Jika hari ini tidak
berbeda dengan hari kemarin, merugilah kita. Jika lebih buruk? Parah lagi, kita termasuk
orang-orang celaka. Dan jika hari ini lebih baik dari sebelum-sebelumnya, masuklah kita ke
dalam golongan orang-orang yang beruntung.
Kondisi di atas cukup bertentangan. Satu sisi kita dituntut prestatif, tetapi di sisi lain kita
juga punya rasa malas. Lantas, bagaimana cara kita menghilangkan rasa malas? Atau
bagaimana caranya menigkatkan motivasi?
Sebenarnya yang paling berhak meningkatkan motivasi kita adalah diri kita sendiri. Kitalah
yang lebih menentukan keberhasilan kita. Dan kita pun bisa mengusahakan peningkatan
motivasi itu melalui beberapa cara.
Menurut Anis Matta dalam bukunya, Model Manusia Muslim, motivasi atau kemauan dapat
dibangun dengan pemantapan tujuan hidup. Sedini mungkin, cobalah kita merumuskan tujuan
hidup kita sebenarnya. Karena orang yang tidak punya tujuan akan mudah terombang-ambing
oleh masalah.
Rumusan tujuan hidup ini hendaknya sejelas mungkin. Tidak cukup kita hanya bercita-cita
menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa, agama, dan keluarga. Tetapi labih jauh lagi,
rumuskan dengan cara apa kita akan menjadi orang berguna. Misalnya kita ingin berguna
dengan menjadi seorang entrepreneur. Alasannya ingin memberi kesempatan kerja bagi orang
lain. Setidaknya itu lebih jelas dari cira-cita sebelumnya.
Jika sudah, cobalah visualisasikan tujuan itu sedetil-detilnya. Bayangkan gagahnya kita
menjadi seorang entrepreneur.Jalan-jalan sambil menggenggam handphone. Bolak-balik ke
luar negeri karena urusan bisnis. Pakaian rapi, rambut klimis, wangi, dan segar. Kendati kaya,
kita pun tidak lupa akan kewajiban sebagai seorang hamba. Tak pernah kita lalai mendirikan
shalat, shaum, tilawah, infaq, nikah, da’wah, dan berakhir dengan meraih gelar syuhada.
Penggambaran cita-cita yang detil ini akan membuat kita lebih bersemangat.
Jika kita masih merasa malas, cobalah analisis. Mengapa rasa malas itu muncul? Apakah
karena kita merasa tidak cocok terhadap jenis aktivitas tertentu? Jika itu alasannya, kita pun
bisa menyiasatinya. Cobalah cintai pekerjaan itu. Caranya dengan mencari tahu beribu
manfaatnya. Dengan mengetahui manfaat, kita akan lebih bersemangat dalam bekerja.
2015
3
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Karena kecenderungan manusia menyukai sesuatu yang memberinya manfaat. Rasulullah SAW
sendiri sering menjelaskan pahala-pahala yang akan didapat jika mengamalkan amalan
tertentu.
Selain itu, rasa cinta bisa dimunculkan juga dengan mencintai Sang Pemilik Cinta Yang Kekal,
yaitu Allah. Niatkanlah setiap aktivitas kita dengan harapan mendapat cinta dan ridha dari
Allah. Karena itu adalah sebaik-baik tujuan.
Rasa malas juga bisa dihilangkan dengan mulai bergerak. Bergerak di sini artinya ialah
memulai berbuat. Seringkali kita merasa malas sebelum mencoba bekerja. Belum apa-apa, di
benak kita muncul anggapan-anggapan penghambat. Namun coba abaikan anggapan itu.
Mulailah bekerja. Karena bisa jadi setelah itu kita ternyata menemukan ritme yang asyik di
sana. Sehingga kemudian kita mendapati diri kita larut dalam aktivitas.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menyaksikan orang-orang yang begitu aktif dan penuh
vitalitas dalam bekerja. Bila kita seorang karyawan, akan kita temukan teman-teman (atau
Anda sendiri) yang berlainan intensitas dan cara kerjanya dalam menyelesaikan tugasnya. Ada
yang amat giat untuk mencapai sukses, ada yang sedang-sedang saja, bahkan ada pula yang
nampaknya tidak ada gairah.
Suatu ketika dalam benak kita mungkin mencuat pertanyaan, apa sih gerangan yang melatar
belakanginya? Pertanyaan ini telah lama digeluti oleh para ahli pendidikan, ekonomi,
sosiologi, psikologi, antropologi, sejarah dan disiplin ilmu yang erat kaitannya dengan
manusia.
Jawaban mereka bermacam-macam tergantung dari mana mereka memandang.
Namun demikian David McClelland Guru besar psikologi dari Harvard University,
Massachussett itu secara brillian mengupas kelemahan teori-teori para ahli antropologi,
sosiologi, sejarah geografi, dan bahkan psikoanalisis Freud sendiri yang menurutnya tidak
mampu menerangkan mengapa ada perbedaan intensitas kerja dan prestasi yang dicapai oleh
manusia satu dengan manusia lain, oleh bangsa satu dengan bangsa lain.
Kritik Me Clelland itu terutama dialamatkan kepada ketakmampuan teori tersebut dalam
menjelaskan perbedaan secara individual; antara si Amir dengan si Anton, si Tiara dengan si
Nur. Kemudian sebagai puncak penelitiannya selama lima tahun (Januari 1947 - Januari 1952),
ia mengemukakan konsep Motif Berprestasi (Achievement Motive).
Dalam buku-bukunya secara bergantian menggunakan teori ini dengan kebutuhan berprestasi
(need for Achievement disingkat n-Ach). Motif berprestasi inilah gerangan yang menjadi motor
penggeraknya.
Untuk mengetahui hal itu Clelland menyusun alat. untuk skala motif. la tidak secara konsisten
menentukan istilah yang digunakan antara “Achievement motive” dan “need for
Achievement”. Mungkin karena keduanya mempunyai pengertian yang tidak jauh berbeda
atau sama saja. Motif berprestasi adalah keinginan untuk berbuat sebaik mungkin tanpa
banyak dipengaruhi oleh prestise dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya.
2015
4
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sementara n-Ach ia beri pengertian dorongan untuk meraih sukses gemilang, hasil yang
sebaik-baiknya menurut “standard” of exellence” yang akan lebih nampak dalam suasana
rivalitas-kompetitif.
“Standard kesempurnaan” itu lebih besar ditentukan atas dasar pertimbangan individu itu
sendiri ketimbang standar menurut ukuran lingkungan sosial. Kendatipun dalam kenyataannya
mungkin, bahkan pasti, merupakan hasil internalisasi diri, atau dibentuk oleh ukuran-ukuran
sosial dengan siapa orang itu berinteraksi.la menemukan, bahwa seseorang yang abilitasnya
inferior tapi memiliki n-Ach yang tinggi, akan lebih baik prestasinya dibandingkan dengan
mereka yang abilitasnya superior dengan n-Ach yang rendah.
Mungkin Anda tergoda untuk mengetahui faktor-faktor yang membentuk besar kecilnya atau
tinggi-rendahnya motif berprestasi pada diri seseorang. Terbentuknya motif berprestasi
amatlah kompleks, sekompleks perkembangan kepribadian manusia. Motif ini tidak lepas dari
perkembangan kepribadian tersebut, dan tidak pernah berkembang dalam kondisi vakum.
Seperti kita ketahui, betapa besarnya peranan kehidupan keluarga dalam perkembangan
kepribadian individu. Hubungan orang tua-anak sedikit demi sedikit menampakan pola-pola
kepribadian dan kemudian berkembang dengan segala karakteristiknya mencakup sikap,
kebiasaan, cara berfikir, motif-motif, dan sebagainya.
Pada masa di mana seseorang telah meninggalkan masa kanak-kanak, motif itu dipengaruhi
oleh lingkungan yang lebih luas lagi. Orang tua tidak lagi di-anggap sumber nilai atau figure
ideal (Freud), atau satu-satunya “significant person” (Sullivan), melainkan nilai-nilai sosial di
luar keempat dinding rumah. Di rumah, motif berprestasi anak bisa dipengaruhi oleh kondisi
ekonomi keluarga, pendidikan dan pekerjaan orang tua, hubungan dengan saudarasaudaranya, dan sebagainya.
Sementara di luar, “dibentuk lewat hubungan yang penuh tantangan dengan teman-teman
sekerja rekan sekantor, hubungan dengan direktur, dan sebagainya. Tantangan mengandung
konotasi persaingan, kondisi mana dianggap sebagai stimulan utama n—Ach. Disinilah Me
Clelland (juga para ahli psikologi lain mendalami motif) bertolak dari teori “Seleksi Alam” dan
“Lestasi bagi yang kuat”, dari Charles Darwin (1809 - 1882).
Boleh anda cek sendiri. Kalau merasa motif berprestasi anda di tempat kerja kecil,
umpamanya, apa yang melatarbelakanginya? Ekonomi yang serba cukup, pimpinan yang
kurang menghargai prestasi, atau lingkungan tempat anda bekerja? Sebaliknya dengan motif
berprestasi, bekerja akan bertambah semangat. Beruntunglah Anda. Tapi periksa lagi dari
mana itu sumbernya?
Secara sederhana besar kecilnya motif dapat dilihat dari upaya yang dilakukan dalam
menggapai “standard of excellence”. Ini tentunya hanya gejala saja yang banyak berguna
untuk menduga n—Ach seseorang. Agar anda dapat mengecek intensitas motif berprestasi
sendiri, ada baiknya secara terperinci dikemukakan ciri-cirinya. Ciri-ciri tersebut dapat
diidentifikasi dari segi kognisi, konasi, dan afeksi/emosi.
Dari segi kognisi dapat dikemukakan sbb:
1. Menyelesaikan tugas dengan hasil sebaik mungkin
2015
5
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
2. Bekerja tidak atas dasar untung-untungan (gambling)
3. Berfikir dan berorientasi ke masa depan berusaha mengantisipasi hasil kerjanya secara
logic
4. Lebih mementingkan prestasi daripada upah yang akan diterimanya
5. Realistis menilai dirinya
6. Tidak boros, konsumtif, melainkan produktif
7. Menghargai hadiah yang diterimanya
8. Cenderung berorientasi ke dalam (inner orientation) kendati cukup tanggap terhadap
stimulasi lingkungan
Dari segi konasi dapat dikemukakan sbb:
1.
2.
3.
4.
Bersemangat bekerja keras dan penuh vitalitas
Tidak mudah menyerah dan merasa bersalah kalau tidak berbuat sebaik mungkin
Tidak cepat lupa diri kalau mendapat pujian atas prestasinya
Dengan senang hati menerima kritik atas hasil kerjanya dan bersedia menjalankan
petunjuk-petunjuk orang lain selama itu sesuai dengan gagasannya
5. Lebih senang bekerja pada tugas-tugas yang sukar, cukup menantang untuk berkreasi
bukan yang monoton
Dari segi afeksi atau emosi dapat dikemukakan sbb:
1. Gembira secara wajar manakala memenangkan persaingan kerja dengan rekan-rekannya
2. Selalu menjadikan pekerjaannya yang lalu sebagai umpan balik bagi penentuan tindakan
lanjutan
3. Segan bekerja dalam suasana bersaing (dalam arti positif) dan berusaha meninggalkan
rekan-rekannya jauh di belakang
4. Merasa menyesal kalau hasil kerjanya jelek, apalagi kalau diperlukan orang lain
5. Berprinsip bahwa upah yang diterima hendaknya sepadan dengan kualitas dan prestasi
kerjanya
6. Memperhitungkan risiko yang sedang dengan hasil yang dapat diduga daripada risiko besar
walaupun hasilnya besar.
Pentingnya Motivasi Berprestasi
Berprestasi adalah idaman setiap individu, baik itu prestasi dalam bidang pekerjaan,
pendidikan, sosial, seni, politik, budaya dan lain-lain. Dengan adanya prestasi yang pernah
diraih oleh seseorang akan menumbuhkan suatu semangat baru untuk menjalani aktifitas.
Pengertian prestasi menurut Murray (dalam J. Winardi, 2004):
...Melaksanakan tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi atau
mengorganisasi objek-objek fiskal, manusia atau ide-ide untuk melaksanakan hal-hal
tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin sesuai kondisi yang
berlaku. Mencapai perporman puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan
2015
6
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara
berhasil.
Pengertian kebutuhan untuk berprestasi menurut McClelland (dalam Alex Sabur, 2003:285)
adalah suatu daya dalam mental manusia untuk melakukan suatu kegiatan yang lebih baik,
lebih cepat, lebih efektif, dan lebih efisien daripada kegiatan yang dilaksanakan sebelumnya.
Ini disebabkan oleh virus mental.
Dari pendapat tersebut Alex Sabur mengartikan bahwa dalam psikis manusia, ada daya yang
mampu mendorongnya ke arah suatu kegiatan yang hebat sehingga dengan daya tersebut, ia
dapat mencapai kemajuan yang teramat cepat. Daya pendorong tersebut dinamakan virus
mental, karena apabila berjangkit di dalam jiwa manusia, daya tersebut akan berkembang
biak dengan cepat. Dengan kata lain, daya tersebut akan meluas dan menimbulkan dampak
dalam kehidupan.
McClelland juga berpendapat tentang motivasi berprestasi. McClelland dan Atkinson
menyebutkan: “Setiap orang mempunyai tiga motif yakni motivasi berprestasi
(achievement motivation), motif bersahabat (affiliation motivation) dan motif berkuasa
(power motivation)”.
Menurut McClelland dan Atkinson bahwa Achiement motivation should be characterzed by
high hopes of success rather than by fear of failure, artinya motivasi berprestasi merupakan
ciri seorang yang mempunyai harapan tinggi untuk mencapai keberhasilan dari pada ketakutan
kegagalan. Selanjutnya dinyatakan McClelland bahwa motivasi berprestasi merupakan
kecenderungan seseorang dalam mengarahkan dan mempertahankan tingkah laku untuk
mencapai suatu standar prestasi. Pencapaian standar prestasi digunakan oleh siswa untuk
menilai kegiatan yang pernah dilakukan. Siswa yang menginginkan prestasi yang baik akan
menilai apakah kegiatan yang dilakukannya telah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan.
Ahli lain yakni Gellerman menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi berprestasi
tinggi akan sangat senang kalau ia berhasil memenangkan suatu persaingan. Ia berani
menanggung segala risiko sebagai konsekuensi dari usahanya untuk mencapai tujuan.
Sedangkan motivasi berprestasi menurut Tapiardi (1996:105) adalah sebagai suatu cara
berfikir tertentu apabila terjadi pada diri seseorang cenderung membuat orang itu bertingkah
laku secara giat untuk meraih suatu hasil atau prestasi.
Komarudin (1994) menyebutkan bahwa motivasi berprestasi meliputi pertama kecenderungan
atau upaya untuk berhasil atau mencapai tujuan yang dikehendaki; kedua keterlibatan ego
individu dalam suatu tugas; ketiga harapan suatu tugas yang terlihat oleh tanggapnya
subjek; keempat motif untuk mengatasi rintangan atau berupaya berbuat sesuatu dengan
cepat dan baik.
2015
7
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Sepanjang masa kehidupan, yaitu sejak masa kanak-kanak hingga masa dewasa seseorang
selalu punya harapan atau cita-cita. Antara individu yang satu dengan yang lainnya belum
tentu mempunyai harapan atau cita-cita yang sama. Misalnya waktu seseorang menginginkan
menjadi seorang dokter, tapi setelah dewasa menginginkan menjadi orang yang sukses dan
kaya. Salah satu faktor yang berperan dalam mewujudkan cita-cita adalah motif
berprestasi ataumotivasi berprestasi.
Seseorang yang mempunyai motivasi yang tinggi maka dia akan berusaha melakukan yang
terbaik, memiliki kepercayaan terhadap kemampuan untuk bekerja mandiri dan bersikap
optimis, memiliki ketidakpuasan terhadap prestasiyang telah diperoleh serta mempunyai
tanggung jawab yang besar atas perbuatan yang dilakukan sehingga seseorang yang
mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi pada umumnya lebih berhasil dalam
menjalankan tugas dibandingkan dengan mereka yang memiliki motif berprestasiyang rendah.
Pada jaman dahulu, motivasi berprestasi pada remaja pada umumnya sangat tinggi karena
pada jaman dahulu fasilitas-fasilitas umum tidak selengkap saat ini. Belum banyaknya saranasarana dan tempat-tempat hiburan yang banyak didatangi para remaja sebagai tempat
bergaul seperti halnya pada keadaan jaman dulu juga menyebabkan mereka lebih
memfokuskan diri dan berkosentrasi pada pelajaran sehingga motivasi berprestasi mereka
jauh lebih tinggi bila dibandingkan pada saat ini dimana fasilitas-fasilitas umum semakin
banyak sehingga remaja lebih banyak menghabiskan waktunya hanya untuk bersenang-senang
atau mungkin hanya untuk sekedar bergaul dengan teman.
Untuk mendapatkan sesuatu jauh lebih sulit dibandingkan dengan saat ini, dimana remaja
lebih mudah mendapatkan semua yang diinginkannya karena semakin canggihnya teknologi.
Hal ini bisa terjadi karena adanya pengaruh, dalam hal ini teman. Atau mungkin keluarga
tidak memberikan perhatian dan dorongan terhadap prestasi remaja, keluarga kurang
menghargai prestasi yang diraih oleh remaja sehinga mereka merasa prestasi yang diraihnya
hanyalah sia-sia. Selain itu mungkin keluarga hanya memanjakan remaja dengan uang
sehingga mereka berpikir tidak perlu berusaha keras untuk mendapatkan uang karena mereka
bisa mengandalkan pada orang tua, yang akhirnya menyebabkanmotivasi berprestasi mereka
rendah. Oleh karena itu kita diharapkan mampu meningkatkan motivasi berprestasisecara
efektif dan efisien
Dari pendapat di atas dapat di pahami bahwa dengan adanya motivasi berprestasi dalam diri
individu akan menumbuhkan jiwa kompetisi yang sehat, akan menumbuhkan individu-individu
yang bertanggung jawab dan dengan motivasi berprestasi yang tinggi juga akan membentuk
individu menjadi pribadi yang kreatif.
Aspek Motivasi Berprestasi
McClelland (dalam Marwisni Hasan 2006) menyatakan bahwa orang yang mempunyai motivasi
berprestasi yang tinggi, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1. Mempunyai Tanggung Jawab Pribadi.
2015
8
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi akan melakukan tugas sekolah atau
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Siswa yang bertanggung jawab terhadap
pekerjaan akan puas dengan hasil pekerjaan karena merupakan hasil usahanya sendiri.
2. Menetapkan nilai yang akan dicapai atau menetapkan standar unggulan.
Siswa menetapkan nilai yang akan dicapai. Nilai itu lebih tinggi dari nilai sendiri
(internal) atau lebih tinggi dengan nilai yang dicapai oleh orang lain (eksternal). Untuk
mencapai nilai yang sesuai dengan standar keunggulan, siswa harus menguasai secara
tuntas materi pelajaran.
3. Berusaha bekerja kreatif.
Siswa yang bermotivasi tinggi, gigih dan giat mencari cara yang kreatif untuk
menyelesaikan tugas sekolahnya. Siswa mempergunakan beberapa cara belajar yang
diciptakannya sendiri, sehingga siswa lebih menguasai materi pelajaran dan akhirnya
memperoleh prestasi yang tinggi.
4. Berusaha mencapai cita-cita
Siswa yang mempunyai cita-cita akan berusaha sebaik-baiknya dalam belajar atau
mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar. Siswa akan rajin mengerjakan tugas,
belajardengan keras, tekun dan ulet dan tidak mundur waktu belajar. Siswa akan
mengerjakan tugas sampai selesai dan bila mengalami kesulitan ia akan membaca kembali
bahan bacaan yang telah diterangkan guru, mengulangi mengerjakan tugas yang belum
selesai. Keberhasilan pada setiap kegiatan sekolah dan memperoleh hasil yang baik akan
memungkinkan siswa mencapai cita-citanya.
5. Memiliki tugas yang moderat.
Memiliki tugas yang moderat yaitu memiliki tugas yang tidak terlalu sukar dan tidak
terlalu mudah. Siswa dengan motivasi berpretasi yang tinggi, yang harus mengerjakan
tugas yang sangat sukar, akan tetapi mengerjakan tugas tersebut dengan membagi tugas
menjadi beberapa bahagian, yang tiap bagian lebih mudah menyelesaikanya.
6. Melakukan kegiatan sebaik-baiknya
Siswa yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan melakukan semua kegiatan
belajar sebaik mungkin dan tidak ada kegiatan lupa di kerjakan. Siswa membuat kegiatan
belajar dari mentaati jadwal tersebut. Siswa selalu mengikuti kegiatan belajar dan
mengerjakan soal-soal latihan walaupun tidak disuruh guru serta memperbaiki tugas yang
salah. Siswa juga akan melakukan kegiatan belajar jika ia mempunyai buku pelajaran dan
perlengkapan belajar yang dibutuhkan dan melakukan kegiatan belajar sendiri atau
bersama secara berkelompok.
2015
9
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7. Mengadakan antisipasi.
Mengadakan atisipasi maksudnya melakukan kegiatan untuk menghindari kegagalan atau
kesulitan yang mungkin terjadi. Antisipasi dapat dilakukan siswa dengan menyiapkan
semua keperluan atau peralatan sebelum pergi ke sekolah. Siswa datang ke sekolah lebih
cepat dari jadwal belajar atau jadwal ujian, mencari soal atau jawaban untuk latihan.
Siswa menyokong persiapan belajar yang perlu dan membaca materi pelajaran yang akan
di berikan guru pada hari berikutnya
Hubungan Motivasi dengan Perilaku
Handoko (1992), menyatakan bahwa motivasi merupakan suatu tenaga yang terdapat dalam
diri manusia yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasi tingkah laku. Lewin
(dalam Petri) mengungkapkan bahwa perilaku merupakan fungsi dari faktor personal dan
faktor lingkungan dalam pengertian bahwa perilaku itu timbul karena adanya dorongan faktor
internal dan kekuatan faktor eksternal. Sementara itu Watson (dalam As’ad) menegaskan
bahwaperilaku pada dasarnya bersifat mekanistis, yaitu timbulnya disebabkan karena adanya
stimulus. Perilaku dipandang sebagai reaksi atau respons terhadap suatu stimulus.
Woodhworth (dalam Petri, 1981) mengungkapkan bahwa perilaku terjadi karena adanya
motivasi atau dorongan (drive) yang mengarahkan individu untuk bertindak sesuai dengan
kepentingan atau tujuan yang ingin dicapai. Karena tanpa dorongan tadi tidak akan ada suatu
kekuatan yang mengarahkan individu pada suatu mekanisme timbulnya perilaku. Dorongan
diaktifkan oleh adanya kebutuhan (need), dalam arti kebutuhan membangkitkan dorongan,
dan dorongan ini pada akhirnya mengaktifkan atau memunculkan mekanisme perilaku.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa motivasi sebagai penyebab dari timbulnya perilaku menurut
konsep Woodworth (dalam As’ad, 1982) mempunyai 3 (tiga) karakteristik, yaitu : (a)
intensitas; menyangkut lemah dan kuatnya dorongan sehingga menyebabkan individu
berperilaku tertentu; (b) pemberi arah; mengarahkan individu dalam menghindari atau
melakukan suatu perilaku tertentu; dan (c) persistensi;kecenderungan untuk mengulang
perilaku secara terus menerus.
Pandangan lain dikemukakan oleh Hull (dalam As’ad) yang menegaskan bahwa perilaku
seseorang dipengaruhi oleh motivasi atau dorongan oleh kepentingan mengadakan pemenuhan
atau pemuasan terhadap kebutuhan yang ada pada diri individu. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa perilaku muncul tidak semata-mata karena dorongan yang bermula dari kebutuhan
individu saja, tetapi juga karena adanya faktor belajar. Faktor dorongan ini dikonsepsikan
sebagai kumpulan energi yang dapat mengaktifkan tingkah laku atau sebagai motivasional
factor, dimana timbulnya perilaku menurut Hull adalah fungsi dari tiga hal yaitu : kekuatan
dari dorongan yang ada pada individu; kebiasaan yang didapat dari hasil belajar; serta
interaksi antara keduanya.
2015
10
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Berdasarkan uraian di atas,konsep motivasi yang dikemukakan dalam kaitannya dengan
perilaku dapat dikatakan bahwa motivasi merupakan suatu konstruk yang dimulai dari adanya
need atau kebutuhan pada diri individu dalam bentuk energi aktif yang menyebabkan
timbulnya dorongan dengan intensitas tertentu yang berfungsi mengaktifkan, memberi arah,
dan membuat persisten (perilaku berulang-ulang) dari suatu perilaku untuk mengatasi atau
memenuhi kebutuhan yang menjadi penyebab timbulnya dorongan itu sendiri.
Strategi Sukses dalam Bekerja
Mencari Pekerjaan di saat sekarang ini memang dianggap sebagian orang tidak mudah. Jika
salah melangkah sedikit saja anda akan gagal meraih kesuksesan.. Jangan pernah anda raguragu dalam mengirimkan surat lamaran kerja pada perusahaan yang anda minati. Cermati halhal penting seputar dunia kerja, terutama bagi anda yang masih belum ada pengalaman kerja
atau pemula. Promosikan diri anda sebaik-baiknya surat lamaran kerja anda pada saat anda
mengirimkan lamaran pekerjaan tadi. Sebelum melangkah dan melaju ke depan buatlah
analisa pada diri anda sendiri. Kenali jenis pekerjaan yang anda inginkan, serta posisi dan gaji
yang ingin anda dapatkan. Coba anda jujur pada diri sendiri saat anda melakukan analisa
tersebut.
Mungkin yang paling penting saat ini dalam menapaki dunia kerja adalah mencari informasi
pekerjaan sebanyak-banyaknya. Dengan cara Membuka pergaulan seluas-luasnya adalah
sebuah resep untuk mencari informasi kerja yang bermutu. Selain itu cobalah sarana
alternatif berikut untuk mencari informasi kerja.



Rajinlah membaca koran karena disana tiap hari selalu ada lowongan kerja.
Ikutan mailling list kampus . Biasanya di milis ini anda akan dapat info lowongan
kerja dari almamater
Bergabunglah dengan Head hunter untuk mendapatkan informasi secara gratis tentang
info lowongan kerja. Mereka ini mengkhususkan diri sebagai penemu, pengevaluasi dan
penyeleksi kandidat tenaga kerja bagi perusahaan yang membutuhkan.
Jika telah mendapatkan info kerja yang sesuai dan anda telah mengirimkan surat lamaran
kerja dan anda telah sampai pada sesi wawancara maka inilah tips dalam memulai wawancara
:







2015
Datang tepat waktu
Kenakan Pakaian yang sopan. Untuk pria silakan memakai kemeja sedangkan untuk wanita
jangan sampai memakai rok mini.
Jabat erat tangan si pewawancara agar anda terkesan tegas namun bersahabat.
Aktif dalam percakapan dan ciptakan hubungan yang baik.
Percaya diri dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan.
Tatap mata lawan bicara anda.
Tunjukkan karakter, kompetensi dan kemampuan anda di sesi wawancara ini. Karena
disinilah perusahaan menilai pribadi anda.
11
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Jangan mengkritik, dan menjatuhkan perusahaan, atasan anda maupun rekan kerja anda.
Karena hal ini akan menjatuhkan kredibilitas anda.
Sukses, banyak orang yang menginginkan untuk menjadikan hidupnya menjadi seperti itu,
sukses. Sukses dalam berbagai bidang; sukses dalam asmara, sukses dalam studi/sekolah, atau
sukses dalam mengejar karier/bekerja. Tapi bagaimana menjadi sukses itu? sukses merupakan
suatu proses untuk mencapai tujuan yang kita inginkan dan sukses bukan merupakan akhir
dari proses karena sukses merupakan awal dari proses sebelumnya.
Sukses adalah dambaan setiap orang, dan berikut ini beberapa tips untuk sukses dalam
bekerja. Dalam dunia kerja, seperti halnya pada pertandingan sepak bola/olah raga, dimana
mengenal kompetisi atau persaingan untuk mencapai kesuksesan dalam berkarir.
Berikut ini beberapa tips yang mungkin berguna untuk meraihsukses dalam bekerja:
1. Selalu bersikap dan berfikir positif dan optimis
2. Menjalin kerja sama yang baik dengan rekan kerja lainnya
3. Bersikaplah “dewasa” dengan mengakui kesalahan jika hal itu memang kesalahan dari kita
tanpa menyalahkan orang lain
4. Pahami aturan-aturan tertulis maupun tak tertulis dalam perusahaan kita bekerja,
sebelum berkompetisi mencapai target karier tertentu
5. Kembangkan terus sikap bertoleransi dan saling menghormati rekan kerja
6. Meskipun ada perbedaan dengan rekan kerja, tetap hargai mereka meskipun hal itu
merupakan kelemahan dan kekuatan mereka
7. Ciptakan suasana dan kondisi yang rapi di dalam tempat bekerja agar bisa lebih
konsentrasi
8. Buatlah prioritas dalam setiap tindakan/proses
9. Jangan pernah ragu-ragu di dalam membantu rekan kerja ketika mereka mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan tugas
10. Jangan pernah iri/dengki hati ketika rekan kerja meraih kesuksesan tetapi jadikan sebagai
pemicu untuk lebih berusaha dalam mencapai sukses
11. Disiplin, rencana dan pengaturan waktu sesuai yang dijadwalkan
12. Ketika mengalami kegagalan, introspeksi diri dan selalu optimis untuk mencapai
kesuksesan di masa depan
2015
12
Etik UMB
Priyo Dwi Anggoro,M.Pd
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download