Efektivitas Madu dalam Menurunkan Derajat Mukositis Akibat Kemoterapi Pada Pasien Kanker Marthalena Simamora1, Dewi Prabawati2, Wilhelmus Hary Susilo3 1 Program Magister Keperawatan Medikal Bedah, 2 Dosen Tetap STIK Sint Carolus, 3 Dosen Tidak Tetap STIK Sint Carolus ABSTRAK Mukositis merupakan peradangan dan ulcerasi pada mucosa oral dan sub mucosa yang terjadi akibat efek samping kemoterapi. Salah satu tindakan yang direkomendasikan untuk mencegah dan menurunkan derajat mukositis adalah melakukan perawatan mulut menggunakan madu.Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas madu dalam menurunkan derajat mukositis pada pasien kanker akibat kemoterapi di rumah sakit umum Kota Medan. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen non equivalent control group pre test-post test. Metode sampling dengan tehnik total sampling berjumlah 96 responden terdiri dari kelompok intervensi (76 responden) dilakukan perawatan mulut menggunakan madu dankelompok kontrol (22 responden) dilakukan perawatan mulut menggunakan chlorhexidine 0,2%. Analisa data dengan regresi logistic ordinal, uji bedaMann Withney dan Wilcoxon. Hasil analisis menunjukkan bahwa perawatan mulut menggunakan madu efektif menurunkan derajat mukositis pada pasien kanker (p=0.000). Uji bedaMann Wthney diperoleh hasil terdapat perbedaan derajat mukositis pada kelompok inervensi dan kelompok kontrol P<0.05 (0.007). Perawatan mulut menggunakan madu secara statistic efektif menurunkan derajat mukositis, maka disarankan agar institusi rumah sakit mengaplikasikan perawatan mulut menggunakan madu dalam standar asuhan keperawatan pada pasien kanker yang menjalani kemoterapi. Kata kunci: Derajat mukositis; kanker; kemoterapi; madu; mukositis; perawatan mulut. ABSTRACT Mucositis is the respond of inflammation and ulceration on the mucous membrane in the mouth and sub mucosa that happened because the side effect of chemotherapy. One of the suggested actions to prevent and decrease the degree of mucositis is by starting oral care using honey. This research’s purpose is to find out the effectiveness of the honey in decrease the degree of mucositis on cancer patients undergo are doing the chemotherapy in a general hospital in Medan. This research is a quasi experiment with designed of non-equivalent control group pre test-post test. Sampling method with total sampling technique is consist of 2 groups; an intervention group who get the oral care using honey (76 correspondent), and a group who get oral care using chlorhexidine 0.2% (22 correspondent). Regression of ordinal logistic and the test of difference in non-parametric (Mann Withney and Wilcoxon) are used to analyze the data. The result of the analysis shows that the oral care using honey is effective to decrease the degree of mucositis on cancer patients (P=0.000). The oral care using honey statistically effective to decrease the degree of mucositis, so it is recommemded to the hospitals to implement the oral care using honey in their standard of nursing treatment towards cancer patient who are doing chemotherapy. Key words: Cancer; chemotherapy; honey; mucositis; oral care; the degree of mucositis PENDAHULUAN Kanker merupakan kumpulan sel abnormal yang terbentuk oleh sel- sel yang tumbuh secara terus-menerus, tidak terbatas, tidak terkordinasi dengan jaringan sekitarnya dan tidak berfungsi secara fisiologis (Price &Wilson, 2005). Kanker terjadi karena adanya sel yang bersifat mutagenik.Pertumbuhan sel kanker yang terus menerus dan tidak terkontrol dapat mengakibatkan kematian.(Chan & Ingoffo, 2005).Kemoterapi berperan penting dalam penatalaksanaan kanker.Kemoterapi bekerja dengan merusak proses pembentukan sel kanker pada fase-fase pembelahan sel sehingga siklus sel kanker terganggu dan pembelahannya terhambat. Prinsip kerja kemoterapi adalah membunuh sel-sel kanker yang bekerja dengan cepat, namun kemoterapi juga menimbulkan efek samping yaitu selain membunuh selsel kanker juga membunuh sel-sel yang sehat sehingga kemoterapi sering menimbulkan efek samping diantaranya adalah mukositis. Sekitar 40% dari semua pasien kanker yang menjalani kemoterapi mengalami mukositis; 80% pasien kanker kepaladan leher yang menjalani terapi radiasi juga mengalami mukositis (Sonis et al, 1999 dalam Mohamed, 2012).75% pasien yang mengalami mukositis akibat kemoterapi mengalami komplikasi nyeri mulut.Nyeri yang dirasakan adalah nyeri sedang sampai berat sehingga kadang-kadang pasien diberikan obat narkotika untuk menurunkan nyerinya. Mukositis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membrane mukosa oral.Gejala mukositis diantaranya adalah timbulnya rasa sakit, ulserasi, perdarahan, mulut kering serta kesulitan berbicara.(Eilers, 2004). Bila gangguan ini tidak segera ditangani akan mengakibatkan gangguan lebih lanjut yaitu gangguan kesimbangan nutrisi dan pada akhirnya mengakibatkan penurunan kualitas hidup pasien kanker. Beberapa penelitian merekomendasikan penggunaan madu dalam menurunkan mukositis akibat kemoterapi. Madu juga merupakan zat yang kaya nutrisi. Menurut beberapa penelitian madu digunakan dalam berbagai pengobatan modern karena memiliki efek terapeutik yaitu memiliki viskositas tinggi, memiliki pH rendah (asam), mengandung zat anti oksidan, anti inflamasi, zat stimulant pertumbuhan, asam amino, vitamin, enzim dan mineral. Menurut Bognadov (2011), madu efektif dalam mempercepat penyembuhan pada luka pembedahan, luka penekanan, luka pada pasien diabetes mellitus dan luka scarring. Penelitian lain yang dilakukan Mohamed (2012) tentang pengaruh penggunaanmadu secara topical dalam managemen stomatitis pada pasien yang menjalani kemoterapi. Penelitian ini dilakukan pada 40 responden yang dibagi dalam dua kelompok denganmemberikan 20 ml madu (kelompok intervensi) dan perawatan mulut rutin di rumah sakit (kelompok kontrol). Hasil penelitian diperoleh kelompok intervensi mengalami stomatitis yang lebih rendah dibandingkan kelompok yang mendapat perawatan mulut biasa. Rumusan Masalah Bagaimana efektifitas madu dalam menurunkan derajat mukositis akibat kemoterapi pada pasien kanker? Tujuan Diperolehnya kejelasan efektivitas madu dalam menurunkan derajat mukositis akibat kemoterapi pada pasien kanker. METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian adalah quasi eksperimentalnon equivalent control group pre test –post test design. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah pasien kanker menjalani kemoterapi di RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU DR. Pirngadi kota Medan dengan kriteria inklusi adalah mengalami mukositis derajat 1-4, dirawat di rumah sakit selama 7 hari, usia 17-75 tahun, tidak memiliki penyakit lain seperti DM yang dapat mempengaruhi proses penyambuhan luka dan memiliki nilai-nilai pemeriksaan hematologis dalam rentang normal. (Hb > 10gr/dl). Populasi eksternal adalah pasien kanker mulut atau kanker nasofaring stadium akhir yang menyebabkan pasien kesulitan membuka mulut sehingga sulit dilakukan pemeriksaan derajat mukositis. c. d. e. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Unit Kemoterapi RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD DR. Pirngadi Kota Medan pada 12 Mei – 25 Juni 2014. f. Prosedur Pengumpulan Data 1. Persiapan Mengurus surat izin penelitian di RSUP. H. Adam Malik medan dan RSUD DR. Pirngadi Medan 2. Pelaksanaan a. Memilih responden yang sesuai dengan kriteria responden dengan tehnik total sampling b. Menentukan kelompok intervensi dan kelompok kontrol berdasarkan g. perbedaan waktu. Kelompok kontrol diambil terlebih dahulu pada minggu pertama. Kelompok intervensi diambilsetelah kelompok kontrol selesai Menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian pada pasien kelompok kontrol dan kelompok intervensi dan memberikan informent concern Pada kelompok kontrol responden diberikan informasi tentang perawatan mulut menggunakan chlorhexidine dan jadwal perawatan mulut sesuai derajat mukositis. Selanjutnya dilakukan pengambilan data skor derajat mukositis pertama (pretest) yang dilakukan sebelum responden mendapat kemoterapi. Pengambilan data skor derajat mukositis kedua (post test) dilakukan pada hari ketiga (T2) dan hari keenam (T3) setelah pasien melakukan perawatan mulut Pada kelompok intervensi sebelum perawatan mulut responden dianjurkan untuk membersihkan mulut terlebih dahulu. Berkumur dengan madu dilakukan selama 30 detik, respoden dianjurkan untuk menggerak-gerakkan larutan madu agar menjangkau semua mukosa mulut .setelah berkumur larutan madu dibuang. Pada mukositis derajat 1 dan 2, responden dianjurkan melakukan perawatan mulut sebanyak tiga kali sehari. Sedangkan pada pasien mukositis derajat 3 dan 4, perawatan mulut dilakukan sebanyak enam kali sehari. Mengobservasi derajat mukositis dan menilai derajat muositis pada hari ketiga (T2) dan pada hari keenam (T3). Sumber : data primer, 2014 Instrumen yang Digunakan Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, lembar penilaian derajat mukositis menggunakan Oral Assesment Guide dan lembar observasi derajat mukositis. Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakananalisis univariat statististik deskriptif untuk melihat gambaran karakteristik responden dalam penelitian, analisis multivariat menggunakan regresi logistic ordinal, Uji beda independent (Mann Witney)dan uji beda berpasangan (Wilcoxon). HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Tabel 4.1. Distribusi responden berdasarkan status nutrisi, jenis kanker,jenis kemoterapi dan Perawatan Mulut N o 1 2 3 4 Kategori Status Gizi: - Gizi kurang - Normal - Gizi baik Jenis Kanker - Kanker/ tumor solid - Kanker darah Jenis Kemoterapi - Potensi Mukosatoks ik sedang - Potensi mukosatok sik tinggi Perawatan Mulut: - Chlorhexidi ne - Madu Jumlah intervensi n = 76 (74.48%) Jumlah kontrol n = 22 (21.56%) 23 (30,3%) 48 (63.1%) 5 (6.6) 4 (18.2) 18 (81.8) 75 (98,7%) 22 (100%) 1 (1,3%) 14 (18.4) 2 (9.1)) 62 (81,6) 20 (90.9) 22 (22,4) 76 (77.6) 2. Uji Pseudo R-Square Thresh old Variab el indepe nden Estimasi -40.750 -18.980 -14.908 -11.287 4.662 -12.156 .763 - 1.466 -18.197 [derajatpost = 0] [derajatpost = 1] [derajatpost = 2] [derajatpost = 3] Perawatan Mulut Usia Status gizi Jenis kanker Jenis Kemoterapi Hari ke III Model Null Hypothesis General Sig. .879 .915 .933 .949 .000 .925 .576 .888 .918 Hari ke VI -2 Log Likelihood 109.446 Sig. -2 Log Likelihood 41.519 Sig. .000 .023 .000 1.000 Pengaruh Perawatan Mulut Menggunakan Madu terhadap Penurunan Derajat Mukositis Berdasarkan hasil uji statistik pengaruh perawatan mulut terhadap penurunan derajat mukositis didapatkan p value 0.000 (p<0.05) maka Ha 1diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan perawatan mulut menggunakan madu terhadap penurunan derajat mukositis pada hari ke III dan hari ke VI.Hal ini menunjukkan bahwa perawatan mulut yang dilakukan secara teratur memberikan pengaruh positif terhadap penurunan derajat mukositis. Hasil analisis efektifitas madu dalam menurunkan derajat mukositis menggunakan regresi logistic ordinal dapat dilihat dari hasil uji parameter estimate (tabel 5.13) dimana pada hari ketiga nilai estimasi perawatan mulut adalah 3.626 dengan Signifikansi pvalue= 0.023 (p<0.05) yang madu lebih efektif 3.626 kali lebih efektif menurunkan derajat mukositis dibandingkan dengan chlorhexidine. Sedangkan pada hari ke VI terjadi peningkatan pada nilai estimasi perawatan mulut menjadi 4.662 artinya madu lebih efektif 4.662 kali lebih efektif menurunkan derajat mukositis dibandingkan dengan chlorhexidine.Hasil analisis derajat mukositis setelah dilakukan perawatan mulut selama tiga dan enam hari juga menunjukkan arah yang negative, artinya semakin sering dilakukan perawatan mulut maka derajat mukositis akan turun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bardi et al (2011) terhadap 131 pasien kanker kepala dan leher yang menjalani radioterapi dilakukan perawatan mulut menggunakan jenis madu manuka aktif sebanyak 20 ml, perawatan mulut dilakukan sebanyak 4 kali sehari selama 6 hari sedangkan kelompok kontrol menggunakan 20 ml golden sirup dan hasilnya menunjukkan madu terbukti efektif dapat menurunkan mukositis tetapi tidak ada perbedaan yang yang signifikant antara kelompok madu dan golden sirup dalam menurunkan mukositis. Madu mengandung berbagai jenis komponen kimia dan mikrobiologis yang dapat digunakan dalam proses penyembuhan luka. Madu yang digunakan dalam penelitian ini adalah madu dari hutan yang berasal dari kepulauan Riau yang dijamin kemurniannya dan telah mendapat sertifikasi uji laboratorium dari laboratorium fisik terpadu Institut Pertanian Bogor tanggal 25 April 2014. Berdasarkan hasil uji laboratorium didapatkan komposisi madu yang digunakan dalam penelitian ini mengandung senyawa Glukosa 31.41%, Fruktosa 34.17%, suksosa 2.98%, Vitamin C <1.55 ppm, Air 21.22% dan pH 3.62. Kandungan glukosa, frukstosa dan sukrosa berfungsi meningkatkan tekanan osmotic.Madu mempunyai osmolaritas yang tinggi dan merupakan larutan yang mengalami super saturasi dengan kandungan gula yang tinggi dan mempunyai interaksi yang kuat dengan molekul air. Tingginya kadar gula dalam madu terutama fruktosa dan kandungan air dalam madu menyebabkan madu memiliki efek osmotic yang tinggi. Kadar osmotic madu yang sangat tinggi menyebabkan madu mampu mengekstrak dan mengabsorpsi air dari sel bakteri sehingga bakteri kehilangan banyak air dan metabolismenya terganggu. Akibatnya, pertumbuhan bakteri terhenti dan akhirnya bakteri akan mati (Iqbal, 2008). Faktor lain yang mempengaruhi penurunan derajat mukositis adalah kadar pH yang rendah yaitu pH 3.62 (sangat asam). pH madu yang asam berfungsi menghambat pertumbuhan bakteri dengan menciptakan lingkungan asam pada luka sehingga akan mencegah bakteri melakukan penetrasi dan kolonisasi. Kadar asam yang tinggi yang dioleskan pada mukosa yang mengalami mukositis mengakibatkan respon nyeri.Hal ini terlihat dari hasil observasi terhadap pasien dimana setelah dilakukan perawatan mulut terdapat 5 responden yang menunjukkan ekspresi wajah meringis kesakitan dan beberapa pasien mengungkapkan secara verbal tentang nyeri yang dirasakan. Untuk mengatasi nyeri yang dirasakan oleh pasien, dokter yang merawat pasien menganjurkan pencampuran lidokain dengan NaCl setelah dilakukan perawatan mulut lalu 15 menit kemudian pasien berkumur dengan madu yang sudah diencerkan dengan NaCl 0,9%. Pengaruh Faktor Usia Terhadap Penurunan Derajat Mukositis Berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor usia terhadap penurunan derajat mukositis dengan menggunakan regresi logistic ordinal menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor usia terhadap penurunan derajat mukositis pada hari ke III dengan p=0.004 (p<0.05). Sedangkan hasil analisis selanjutnya pada hari ke VI menunjukkan tidak adanya pengaruh faktor usia terhadap penurunan derajat mukositis dengan p value 0.880 (p>0.05) sehingga Ha 2 ditolak. Meskipun dalam penelitian ini secara signifikan usia tidak mempengaruhi penurunan derajat mukositis, tetapi pada anak usia muda mempunyai resiko yang lebih besar mengalami mukositis yaitu 58-85%. (James, 2010). Hal ini sesuai dengan pendapat Back (1999) dalam Eilers (2004) yang menyatakan bahwa pada anak-anak dan lansia mempunyai resiko lebih tinggi mengalami mukositis dibandingkan dengan usia lainnnya karena pada anak-anak selsel epitel da membrane mukosa lebih sensitive mengalami toksisitas sedangkan pada lansia diketahui mengalami penurunan pertumbuhan sel-sel yang baru dan berkaitan dengan fungsi hati dan ginjal. Estimasi besar pengaruh variabel usia terhadap penurunan derajat mukositis dapat dilihat pada nilai parameter estimates (tabel 5.13). Sebagai contohpada tabel 5.13 usia 26 tahun berkontribusi sebesar 7.263 kali terhadap penurunan derajat mukositis sedangkan usia 60 tahun berkontribusi sebesar 1.741 kali terhadap penurunan derajat mukositis dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil diatas menunjukkan bahwa usia muda memiliki pengaruh yang lebih besar dalam menurunkan derajat mukositis, hal ini disebabkan karena usia muda memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memperbaiki sel atau jaringan yang rusak dibandingkan dengan usia tua. Gambaran ini sesuai dengan hasil penelitian ini dimana hasil yang signifikan mengenai pengaruh faktor usia terhadap penurunan derajat mukositis dialami oleh responden dengan usia 26 tahun meskipun pada beberapa responden dengan usia produktif menunjukkan hasil yang signifikan. Pengaruh Status Gizi terhadap Penurunan Derajat Mukositis Distribusi frekuensi status gizi responden dalam penelitian ini adalah mayoritas responden memiliki status gizi normal sebanyak 67,3% (66) reponden. Hasil analisis pengaruh status gizi terhadap penurunan derajat mukositis dengan menggunakan regresi logistic ordinal menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel status gizi terhadap penurunan derajat mukositis pada hari ke III dan hari ke VI dengan p value=0,317 hari ke III dan pada hari ke VI p=0,576 (p>0.05) sehingga Ha 3 ditolak. Pengukuran status nutrisi dalam penelitian ini menggunakan rumus IMT.IMT banyak digunakan dirumah sakit untuk mengukur status nutrisi pasien.Meskipun dari hasil IMT status gizi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan derajat mukositis mungkin disebabkan karena IMT hanya dapat memperkirakan ukuran lemak tubuh sekalipun hanya estimasi tetapi lebih akurat dari pada pengukuran berat badan.Berat badan tidak memberikan informasi mengenai komposisi tubuh dan tidak seefektif untuk menentukan penyakit kronis.Pasien yang berukuran besar tetapi bukan gemuk dapat memiliki BMI diatas standar, namun tidak ada hubungannya dengan kelebihan nutrisi (obesitas).(Hartono, 2004). IMT tidak cukup memberikan gambaran yang tepat tentang status gizi, sehingga diperlukan pemeriksaan laboratorium yang lain untuk mengukur status nutrisi responden terutama pada pasien penyakit kronis. Selain menggunakan IMT, penilaian status nutrisi dapat dilihat melalui kadar Albumin, protein dan Hb. Kadar albumin dalam serum merupakan parameter yang dapat digunakan untuk menilai status nutrisi. Penurunan kadar albumin dalam serum merupakan salah satu alat yang digunakan untuk menilai protein tubuh dan lebih akurat dalam menentukan status nutrisi pasien penyakit kronis. Penilaianan protein tubuh, konsentrasi protein dalam serum dapat digunakan untuk menilai derajat hilangnya protein tubuh. Namun dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan nilai albumin dalam menilai status nutrisi pasien karena tidak semua pasien kemoterapi di rumah sakit tempat dilakukannya penelitian dilakukan pemeriksaan albumin sebelum kemoterapi selain itu kadar albumin dalam serum memiliki keterbatasan sebagai parameter status nutrisi karena memiliki waktu paruh yang panjang. Albumin disintesis di hepar dan memiliki waktu paruh ratarata 20 hari (Hartono, 2004). Pengaruh Jenis Kanker Terhadap Penurunan Derajat Mukositis Berdasarkan distribusi frekuensi jenis kanker secara keseluruhan dalam penelitian ini adalah jenis tumor solid. Jenis tumor solid yang paling banyak dalam penelitian ini adalah nasofaring carcinoma (NPC), kanker kolorectal, kanker paru dengan metastase tulang dan kanker payudara.Hasil analisis pengaruh jenis kanker terhadap penurunan derajat mukositis dengan menggunakan regresi logistic ordinal menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel jenis kanker terhadap penurunan derajat mukositis, p=0.918 (p>0.05) sehingga Ha 4 ditolak. Dalam penelitian ini jenis kanker secara signifikan tidak mempengaruhi mukositis mugkin disebabkan karena rata-rata responden yang diambil dalam penelitian ini adalah jenis kanker kanker/ tumor solid. Berdasarkan literature bahwa mukositis lebih banyak terjadi pada pasien dengan kanker darah yang menjalani kemoterapi karena leukemia merupakan jenis kanker yang mengakibatkan mielosuppresi. Pada pasien leukemia yang mengalami neutropenia akan mudah mengalami infeksi bakteri seperti mukositis (Eilers, 2004). Pengaruh Terhadap Mukositis Jenis Kemoterapi Penurunan Derajat Hasil analisis pengaruh jenis kemoterapi terhadap penurunan derajat mukositis menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel jenis kemoterapi terhadap penurunan derajat mukositis pada hari ke III dan VI dengan nilai p=0,08 (p>0.05). Meskipun dalam penelitian ini jenis kemoterapi secara signifikan tidak mempengaruhi penurunan derajat mukositis, hal ini mungkin disebabkan karena berdasarkan hasil pengamatan dilahan yang dilakukan peneliti pasien kanker nasofaring yang akan menjalani kemoterapi sebelum kemoterapi dilakukan pasien terlebih dahulu dianjurkan untuk mengisap es batu selama lima menit, selama proses kemoterapi berlangsung dan setelah kemoterapi. Terapi ini disebut cryotherapy. Tujuan terapi ini adalah agar memvasikontriksi pembuluh darah sehingga meminimalkan masuknya obat kemoterapi pada sel. Intervansi ini masih menjadi perdebatan karena pemberian butiran es dalam waktu lama mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah yang berlebihan (Eilers, 2004). Adanya intervensi ini mungkin menjadi salah satu faktor tidak ada pengaruh jenis kemoterapi terhadap penurunan derajat mukositis. Mukositis Oral juga dipengaruhi oleh jenis obat yang digunakan dan dosis kemoterapi. Menurut Otto (2001) jenis kemoterapi yang dapat mengakibatkan mukositis adalah yang bersifat toksik terhadap mukosa. Menurut Hiks (2007), jenis obat kemoterapi yang bersifat mukotoksik tinggi adalah jenis anti tumor dan antibiotic seperti doxorubicin, vincristine, obat kemoterapi yang bersifat anti metabolit seperti methotrexate dan 5 FU. Pada penelitian ini lebih dari separuh jumlah responden (83,7%) mendapat jenis kemoterapi dengan potensi mukosatoksik tinggi seperti cisplatin dan 5FU. Kedua antisitostatikanini merupakan jenis kemoterapi yang beresiko tinggi menyebabkan mukositis.Menurut Firdaus dan Prijadi (2010),cisplatin merupakan obat utama dan paling sering sering dipakai pada terapi kankernasofaring.Cisplatin biasanya diberikan dalam waktu 2-6 jam dengan dosis 60-120 mg/m2. Efek toksik pada renal biasanya terjadi, termasuk terjadinya azotemia moderat, kebocoran elektrolit khususnya magnesium dan potassium.Efek toksik lainnya adalah mual dan muntah, neurotoksik perifer, ototoksik, dan mielosupresi yang terjadi setelah diberikan beberapa kali kemoterapi. Mekanisme kerja 5 Fluorouracil (5 Fu) adalah menghambat enzim thymidylate sinthase dan konversi uridine menjadi thymidine. Sel akan kekurangan thymidine dan tidak dapat mensintesa DNA. Banyak obat-obatan lain yang dapat berinteraksi dengan 5fluorouracil dan menimbulkan efek yang lebih baik.Efek samping obat ini antara lain mielosupresi, mucositis, diare, dermatitis, dan cardiac toksik. Kesimpulan 1. Karakteristik responden penelitian ini adalah adalah mayoritas berusia berusia 57 tahun sebanyak 7,1% (7 responden), status gizi normal sebanyak 67,3% (66 responden), jenis kemoterapi dengan potensi mukosatoksik tinggi sebanyak 83,7% (82 responden) dengan jenis kanker/tumor solid sebanyak 99% (97 responden). 2. Perawatan mulut menggunakan madu berpengaruh terhadap penurunan derajat mukositis dengan p value 0.000. Madu lebih efektif menurunkan derajat mukositis sebesar 4.662 kali dibandingkan chlorhexidine 0,2 persen 3. Secara statistik terdapat perbedaan signifikan penurunan derajat mukositis pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p value =0.000 4. Secara statistik terdapat perbedaan signifikan penurunan derajat mukositis sebelum dan sesudah dilakukan perawatan mulut menggunakan madu 5. Secara statistik terdapat perbedaan signifikan intensitas nyeri pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol (p=0.004). Saran 1. Bagi Pelayanan Keperawatan Merancang Standar Asuhan Keperawatan dalam manajemen efek samping kemoterapi 2. Penelitian Selanjutnya Mengembangkan hasil penelitian terkait komponen mikrobiologi yang mempengaruhi penurunan derajat mukositis DAFTAR PUSTAKA Al-Waili, N.S. (2004). Topical Honey Increase Saliva, Plasma and Urine Content of Total Nitrite Consentration.Journal of medical food.Diaksestanggal 18 Februari 2014. http://www.online.liebertpub.c om/doi/abs/10.1089/jmf.2004 Arikunto, Suharsimi.(2010). ProsedurPenelitianSuatuPende katanPraktek. Jakarta: RinekaCipta Black, M. Joice& Hawks, Jane Hokanson. ( 2009). Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcome. Volume I. ElseiverSaunder USA Black, h/files/files/Honig/8HoneyNut rientFunctionalReview.pdf Company. M. Joice& Hawks, Jane Hokanson. ( 2005). Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positive Outcome. Volume I. ElseiverSaunder Company. USA Baggot, R.B., Kelly, K.P., Fochtman, D., &Folley, G. (2002).Nursing Care of children and adolescent with cancer.3 rd edition. Pennsylvania: W.B Saunders Company Bardy, J., Slevin,N., Male, K.L., &Mallasiotis, A (2008). A Systematic Review Of Honey Uses and Its Potential value within Oncology Care. Journal of Clinical Nursing.Diakses 09 Januari 2014.http://onlinelibrary.wiley. com/doi/10.1111/j.13652702.2008 Bowden, V.R., Dickey, S.B., & Greenberg, C.S. (1998).Children and Their Families: The Continum of Care. Philadelphia: W.B. Saunders Company Cancer Care Nova Stovia. (2008). Best Practice Guidelines for The Management of Oral Complications From Cancer Therapy. California. Nova Stovia Government.Diaksestanggal 16 Desember 2013.http://www.cancercare.ns .ca Depkes RI. (2013). Seminar SehariDalamRangkaMemperin gatiHariKankerSedunia 2010. Diakses9 Januari 2013. http://www.depkes.go.id/index .php/berita/press-release/2233seminar-sehari-dalam-rangkamemperingati-hari-kankersedunia-2013.html. Bognadov, Stefan. (2010). Honey In Medicine. Bee product Scinece. Diaksestanggal 16 Desember 2013.http://www.beehexagon.net/files/file/fileE/He althHoney/9HoneyMedicineRe view.pdf Eilers, J. (2004). Nursing Intervention and Supportive Care for Prevention and Treatment of Oral Mukositis Associated with Cancer Treatment. Oncology Nursing Forum.Diaksestanggal 20 Februari 2014.http://ons.metapress.com/ content/h35n277470541837/ Bognadov, Stefan. (2011).Honey is Nutrient and Functional Food: A Review.Diaksestanggal 16 Desember 2013.http://www.apitherapie.c Eilers, J., berger, A.M., & Petersen, M.C. (1988). Development, testing and Application of Oral Assessment Guide. Oncology Nursing Forum.Diaksestanggal 20 Februari 2014.http://www.wiley.com/do i/10.1002 Elting, L.S., Cooksley, C., & Chamber, N. (2003).The Burden of Cancer Therapy: Clinical and Economic Outcome of Chemotherapyinduced Mucositis. Cancer care.Diakses 28 Februari 2014.http://onlinelibrary.wiley. com/doi/10.1002/cncr.11671/f ull Evans, J., &Flavin,.S (2008): A guide for Healthcare Professionals. British Journal of Nursing.Vol 17, 24-30. Globocan IARC.(2008). Estimated cancer Incidence, Mortality, Prevalence and Disabilityadjusted life years (DALYs) Worldwide in 2008.diakses 08 Maret 2014 http://globocan.iarc.fr/ Gralla, R.J., Houlihan, N.G., &Messner, C. (2010).Understanding and Managing Chemotherapy Side Effect. New York: Cancer care Content. Diakses 08 Maret 2014. http://www.cancercare.org. Hong, Shu Lei.(2013). Perkembangan Ilmu Pengetahuan Modern dan Penyakit Kanker Berbicara Tentang Kehidupan Memerlukan "Sejati-BaikSabar”. Era Baru News:Universitas Tokyo.diakses; 06 Januari 2014. <http://erabaru.net/kesehatan/3 4kesehatan/2361perkembanganilmu pengetahuan-moderndan-penyakit-kankerberbicara-tentang-kehidupan memerlukan-qsejati-baiksabarq-> Kemenkes.(2013). SituasiEpidemiologiHiv-Aids Di Indonesia.KementerianKeseha tan RI. diakses; 06 Januari 2014. <www.bkkbn.go.id/materi/.../K emenkes%20[Compatibility%2 0Mode].pdf >Kindler, Hedy Lee.(2010).Gemcitabine Plus Bevacizumab Compared With Gemcitabine Plus Placebo in Patients With AdvancedPancreatic Cancer: Phase III Trial of the Cancer andLeukemia Group B (CALGB 80303. Journal of Clinical Oncology volume 28 no. 22.Diaksestanggal 6 Januari 2014.<http://jco.ascopubs.org/ content/28/22/3617.full.pdf+ht ml> Jagathan, S.K &Mandal (2009).Antiproloverative Effect and of Its Polyphenols: A review. Journal of Biomedicine and Biotechnology. , 9, 1-13 Lewis S.L. et al. (2012). Medical Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems. Elseiver Mosby. Missouri. Mohamed Salwa, A. AmanyShebl&Soheir Mohamed Weheida. (2012). The Effect of Topical Application of Honey on Management of Chemotherapy Induced Oral Stomatitis. Life Science Journal.Diaksestanggal17 Desember 2013. http://www. Lifesciencesite.com Mottalebnejad, M., Akram, S., Moghadamina.,Moulana, Z., Omidi, S. (2008). The effect of topical application of pure honey on radiation- induced mucositis; A randomized Control trial. The Journal of Contemporary Dental Practice.Diaksestanggal 17 Desember 2013.http://www.jaypeejournal s. Muehlbauer, P., Thorpe, D., Davis, A., &Rawling, B.L. (2009).Putting EvidanceInto Practice: Evidance based Intervention to Prevent, Manage and treat Chemotherapy and Radiotherapy induced Diarrhea.Clinical Journal of Oncology Nursing. 13 (3), 336-341 Murti, Nurhidayatun. (2012). UjiKlinisrandomisasi: Pengaruhperawatanmulutmeng gunakanmaduterhadapperubah an stadium mukositispadaanakkanker di RS KankerDarmaisJakarta. Depok: FIK UI Otto, (2001).Oncology Nursing.Fourth Edition. Mosby Orsolic, N., & basic, I. (2004). Honey as A cancer Preventive Agent. Periodicum Biology, 106(4), 397-401 Orsolic Nada. (2009). Review ArtikelBee Honey and Cancer. Journal of ApiProduct and ApiMedical Science 1 (4); 93-103. DOI 10.3896/ IBRA.4.014.01 Polit, D.F., &Hugler, B.P. (1999).Nursing Reseach: Principle and Method. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Polit, D.F., & Beck, C.T (2012).Nursing Reseach: generating and Assessing Evidance for Nursing Practice. 9 th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Price, S.A., & Wilson, L.M. (2005).Patofisiologi: Konsepklinis proses-proses penyakit. Jakarta: EGC Bhisma. (2010).DesaindanUkuranSamp eluntukPenelitianKuantitatif di BidangKesehatan.GadjahMada University MurtiPress, Yogyakarta National Cancer Institute. (2010), Surveilence, Epidemiology and end Result (SEER). Diaksestanggal 29 Septermber 2013.http://www.seer.cancer,g ov./canque/incidence.html S. Purbaya.J.R. (2007).MengenaldanMemanfa atkanKhasiatMaduAlami. Bandung: Pionir Jaya Risdakes.(2007).Prevalensi Tumor/kanker.Diakses 08september www.depkes.go.id Riset. Jakarta: Trans Info Media 2013. Riwidikdo, Handoko. (2013). StatistikaKesehatan.DenganAp likasi SPSS dalamProsedurPenelitian. Jakarta: Rohima Press Rubin, Philip & Williams, Jacquelina. (2011). Clinical Oncology A Multidisiplinary Approach for Physicians and Students. 8th Edition.WB. Saunders Company. USA Rubenstein, E.B. Petersen, D.E., & Schubert, M (2004).Clinical Practice Guideline For Prevention and Treatment of cancer Theraphy-Induced Oral and Gastrointestinal Mucositis. cancer Supplement, 100, 2026-2046 Smeltzer& Bare.(2002). KeperawatanMedikalBedah. Edisi 8.EGC.Jakarta Susilo, W.H &Limakrisma, N. (2012).BiostatistikalanjutAplik asidengan SPSS dan LISREL padaIlmuKesehatan. Jakarta: Trans Info Media SufiawatiIrna., Gus PermanaSubita., (2008). IdentifikasidanPengendalianFa ktorResikoMukositis Oral selamaRadioterapiKankerNaso faring.Indonesian Journal of Dentistry.http//www.fkg.ui.ed u Sonis, S.T., Elting, L.S., Keefe, D., Schubert,M., Peterson, D.E., Hauer-Jensen, M., et al/ (2004). Perspective on cancer therapy-induced mucosal injury: Pahogenesis, measurent, epidemiology and Consequences for Patient. Supplement to Cancer American Cancer Society, 100 (9). 95-120 Sonis, S.T (1998). Mucositis as a Biological Process: A new Hypothesis for the Development of ChemotherapyInduced Stomatotoxicity. Oral Oncology, 34 (1). 39-43 Tabane, L. (2004). Sample Size Determination in Clinical Trial HRM-733 Calss Note. Hamilton: Mc Master University W.H. (2012). Statistika&AplikasiUntukPene litianIlmuKesehatan. Jakarta: Trans Info Media Tomey & Alligood. (2010). Nursing Theorists and Their Work Seventh Edition. Mosby Elsevier, Maryland Heights Misouri, United States of America Susilo, WH., M.HavidzAima., FitrianiSuprapti. (2014). BiostatistikaLanjutdanAplikasi Tipton, J. McDaniel, R., Barbour, L., Jhonson, M., Kayne, M., LeRoy, P., & Ripple, M.L Susilo, (2007).Putting Evidance into Practice.Evidance –Based Intervention to prevent, manage and treat Chemotherapy-induced nausea and vomiting. Clinical Journey of Oncology Nursing, 11 (1). 69-78 Tricia Fransiska., Pudjirahayu.,RusSuheryanto (2012). Hubungan status nutrisipenderitakarsinomanaso faring stadium lanjutdengankejadianmukositis sesudahradioterapi.Vol. 42 No 1.www.or.id/index.php/orli/art icle. Vorh Werner., Hans (2005). Encyclopedia Reference of ImmunoToxicology.NewYorkSpinger Berlin Heidelberg WHO.(2011). Cancer.http://www.who.int/fea tures/qa/15/en/index.html. Diakses 06 Januari 2014 WHO. (2012). Data WHO 2008: Epidemiologikanker. http://id.shvoong.com/medicin e-and-health/epidemiologypublic-health/ di akses 08 september 2013 Wiyono, G. (2011). 3 in one MerancangPenelitianBisnisde nganAlatanalisis SPSS 17.0 & Smart PLS 2.0. Yogyakarta: Percetakan STIM YKPN YKI.(2012). Jakarta Race 2012.Yayasankanker Indonesia/ Indonesian Cancer Foundation.Diakses 03 Maret 2014. http://yayasankankerindonesia. org/2012/jakarta-race-2012