batas kritis kalium untuk tanaman jagung pada berbagai status hara

advertisement
BATAS KRITIS KALIUM UNTUK TANAMAN JAGUNG
PADA BERBAGAI STATUS HARA DI TANAH INCEPTISOL
Irwan Agusnu Putra
Fakultas Pertanian, Universitas Cut Nyak Dhien
Jalan Gatot Subroto No. 28, Medan, Sumatera Utara, Indonesia
[email protected]
ABSTRAK
Batas kritis kalium untuk tanaman jagung (Zea mays l.) pada berbagai status hara di tanah Inceptisol. Untuk
menentukan batas kritis Kalium untuk tanaman jagung, dilakukan dengan menggunakan metode Grafik Cate-Nelson.
Pada metode tersebut hanya diperoleh dua kategori, yaitu respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kiri batas kritis)
dan tidak respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kanan batas kritis). Batas kritis hara Kalium tanah dipelajari
dengan menghubungkan hasil analisis tanah dengan persentase hasil relatif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menentukan batas kritis kalium tanah untuk tanaman jagung di tanah Inceptisol pada berbagai status hara kalium tanah.
Penelitian dilakukan melalui modifikasi status hara secara buatan dengan aplikasi pupuk kandang Dari hasil penelitian
diperoleh batas kritis kadar hara Kalium tanah (K-dd) yang diperoleh pada status hara rendah sebesar 0,50 me/100 g ,
agak rendah sebesar 0,76 me/100 g dan sedang sebesar 1,03 me/100 g. Batas kritis kadar Kalium-dd dibawah nilai
tersebut menandakan tanaman respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd tanah berada dibawah nilai perolehan
batas kritis. Respon tanaman terbaik pada status hara agak rendah atau dosis pupuk kandang sebesar 10 t/ha dengan
produksi pipilan kering 11,05 t/ha.
Kata Kunci : Kalium, Batas Kritis ,Tanah Inceptisol
PENDAHULUAN
T
anah Inceptisol menempati lahan terluas di
Sumatera Utara dan potensi bagi budi daya
jagung dan tanaman pangan dan holtikultura
lainnya dengan luas lahan 3.162.000 Ha dari total
luas jenis tanah sebesar 7.180.000 Ha. Tanah
tersebut mempunyai reaksi tanah masam sampai
agak masam (pH 4,6 – 5,5) serta kandungan liat
yang cukup tinggi dan kadar kalium relatif rendah
berkisar 0,1 – 0,2 me/100 gr tanah serta kompleks
adsorbsi didominasi oleh Ca dan Mg (Puslitanak,
2000).
Areal dan agroekologi pertanaman jagung
sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai
dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai
tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman
jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim
basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah
tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola
tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian
subsistem, pertanian komersial skala kecil,
menengah, hingga skala sangat besar. Suhu
optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung ratarata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al.,
1988).
Tanah Inceptisol juga
didominasi oleh
kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi
kalium sangat kuat yang mengakibatkan
konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang,
hal ini menyebabkan unsur kalium pada tanah
Inceptisol relatif rendah. Rendahnya kalium pada
jenis tanah ini menjadikan masalah tersendiri bagi
budi daya jagung karena kalium merupakan hara
yang sangat penting bagi pertumbuhan dan
produksi tanaman jagung setelah Nitrogen. Untuk
setiap ton hasil biji, tanaman jagung membutuhkan
27,4 kg N, 4,8 kg P dan 18,4 kg K (Cooke, 1985).
Kekahatan kalium merupakan kendala yang sangat
penting dan sering terjadi di tanah Inceptisol.
Disamping faktor tanah, hara kalium mudah
tercuci karena curah hujan yang tinggi di daerah
tropika basah menyebabkan K banyak yang hilang.
Untuk mengatasi keadaan tersebut diatas,
perlu dilakukan penambahan kalium secara
proporsional melalui pemupukan dan pemberian
pupuk kandang ayam sebagai bahan organik.
Nursyamsi dan Sutriadi (2004) menyatakan bahwa
pemupukan kalium nyata meningkatkan hasil
tanaman kedelai, terutama di tanah-tanah yang
memiliki kadar kalium rendah seperti di tanah
Inseptisol. Disamping itu, bahan organik dalam hal
ini pupuk kandang
juga dapat menambah
2
ketersediaan unsur kalium, salah satunya adalah
pemberian pupuk kandang ayam/ungas yang dapat
menyumbangkan unsur kalium sebesar 0,89 %
(Tan 1993).
Kalium memiliki fungsi penting dalam
osmoregulasi, aktivasi enzim, regulasi dari pH sel,
keseimbangan kation - anion sel, pengaturan
transpirasi oleh stomata, dan transportasi dari
assimilate (produk dari fotosintesis). Kalium
meningkatkan kekuatan untuk dinding sel tanaman
dan terlibat dalam jaringan lignification dari
sclerenchyma. Secara keseluruhan Kalium
meningkatkan luas daun dan meningkatkan
kandungan zat hijau daun, penundaan daun
menjadi tua, karena itu kontribusinya besar
terhadap fotosintesis dan pertumbuhan tanaman.
Tidak seperti N dan P, Kalium tidak memiliki efek
pada pematahan cabang (Dobermann and
Fairhurst, 2000).
Kekurangan Kalium menyebabkan tidak
terakumulasinya molekul gula yang tingkat
kestabilannya rendah, asam amino, dan enzim
aminase yang cocok untuk sumber makanan untuk
mencegah penyakit daun. Kalium meningkatkan
toleran tanaman dari kondisi iklim, lingkungan
yang merugikan, hama serangga, dan penyakit.
Kalium sangat mobil di dalam tanaman dan
berpindah kembali ke daun muda dari daun
tua/lama. Seringkali, respon hasil untuk pupuk
Kalium hanya diamati bila pasokan sumber hara
lain, terutama N dan P sudah cukup (Dobermann
and Fairhurst, 2000).
Kalium merupakan agen katalis yang berperan
dalam proses metabolisme tanaman, seperti: (1)
meningkatkan aktivasi enzim, (2) mengurangi
kehilangan air transpirasi melalui pengaturan
stomata, (3) meningkatkan produksi adenosine
triphosphate (ATP), (4) membantu translokasi
asimilat, dan (5) meningkatkan serapan N dan
sintesis protein (Havlin et al., 1999).
Unsur hara kalium di dalam tanah selain
mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat
dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH
rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah
hilang tercuci, pada pH netral dan kejenuhan basa
tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar
kation yang makin besar meningkatkan
kemampuan tanah untuk menahan Kalium, dengan
demikian larutan tanah lambat melepaskan kalium
dan menurunkan potensi pencucian (Ismunadji,
1989).
Kekahatan kalium merupakan kendala yang
sangat penting dan sering terjadi di tanah
Inceptisol. Disamping faktor tanah, hara kalium
Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 1-7
mudah tercuci karena curah hujan yang tinggi di
daerah tropika basah menyebabkan K banyak yang
hilang. Untuk mengatasi keadaan tersebut diatas,
perlu dilakukan penambahan kalium secara
proporsional melalui pemupukan dan pemberian
pupuk kandang ayam sebagai bahan organik.
Untuk mendukung ketersediaan hara kalium
tanah, perlu upaya perlakuan untuk mendukung
ketersediaannya. Salah satu upaya tersebut adalah
dengan penambahan pupuk kandang sebagai
sumber bahan organik yang secara kimia
merupakan bahan yang mudah terurai melalui
proses mineralisasi dan akan menyumbangkan
sejumlah ion-ion hara tersedia seperti K+. Senyawa
sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai lainnya
melalui proses humifikasi akan menghasilkan
humus tanah yang terutama berperan secara
koloidal dimana koloidal organik ini melalui
muatan listriknya akan meningkatkan Kapasitas
Tukar Kation (KTK) yang akan menyebabkan
ketersediaan basa-basa meningkat, secara fisik
bahan organik meningkatkan daya tahan menahan
air sehingga hara K+ yang terfiksasi oleh koloid liat
akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan
larutan tanah yang mengakibatkan K+ lebih mudah
diserap oleh bulu akar (Hanafiah, 2007).
Menurut Hanafiah (2007), pemberian pupuk
kandang ayam dapat meningkatkan sifat kimia
tanah seperti naiknya pH, kadar Ca-dd, C-organik,
N total, C/N dan H-dd serta turunnya kadar Al-dd
dan Fe-dd yang semuanya bersifat positif terhadap
perbaikan sifat-sifat kimiawi tanah kecuali nisbah
C/N dan H-dd. Penambahan bahan organik
dikarenakan pelapukan bahan organik akan
menghasilkan humus (koloid organik) yang
mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara
dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian
bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air
yang diberikan di dalam tanah. Unsur N,P,S diikat
dalam bentuk organik atau dalam tubuh
mikroorganisme,
sehingga
terhindar
dari
pencucian.
Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dari
penelitian ini adalah untuk Menentukan batas kritis
kalium tanah untuk tanaman jagung di tanah
Inceptisol pada berbagai status hara kalium tanah
serta mengkaji respon pertumbuhan dan produksi
jagung pada berbagai status hara kalium tanah.
Batas Kritis Kalium Untuk Tanaman Jagung ... (Irwan Agusnu Putra)
HIPOTESIS
1) Batas kritis kalium di tanah
Inceptisol
meningkat pada kondisi status hara tanah
Rendah.
2) Aplikasi pupuk kalium yang tepat pada status
hara tertentu dapat meningkatkan hara kalium
dan respon tanaman jagung.
METODOLOGI
Penelitian dilaksanakan di desa Tumpatan Nibung
Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
Penelitian dilakukan dari bulan Februari 2012
sampai dengan Juli 2012. Lokasi penelitian berada
pada ketinggian 16 mdpl dan menurut Puslitanak
(2000) jenis tanah adalah Inceptisol.
Bahan yang digunakan adalah benih jagung
hibrida P 12 , Pupuk KCl, Urea,TSP, contoh tanah
dan pupuk kandang ayam, insektisida Sentrin 50
EC, herbisida Smart 40 AS dan fungisida Broconil
75 WP. Sedangkan alat yang digunakan adalah
cangkul, meteran, spidol, kayu untuk tugal, alat
tulis, papan label.
Penelitian
ini
menggunakan
metode
Rancangan Petak Terpisah (RPT), terdiri dari 2
faktor. Faktor I
sebagai Petak Utama :
Modifikasi status hara dari penelitian I terdiri dari
3 status hara Kalium :
A1 = Rendah (R)
= < 0,2 me/100 g
A2 = Agak Rendah (AR) = 0,2 – 0,3 me/100 g
A3 = Sedang (S)
= 0,4 – 0,7 me/100 g
*Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah (Pusat Penelitian Kelapa Sawit)
Faktor II sebagai Anak Petak : Pemberian Pupuk
Kalium 6 level yaitu :
K0 = Kontrol atau 0 kg K2O/petak
K1 = 25 kg K2O/Ha / 17 gr KCl/petak
K2 = 50 kg K2O/Ha / 33 gr KCl/petak
K3 = 75 kg K2O/Ha / 50 gr KCl/petak
K4 = 100 kg K2O/Ha / 67 gr KCl/petak
K5 = 125 kg K2O/Ha / 83 gr KCl/petak
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar Kalium Tanah dapat dipertukarkan (Kdd) Pada Waktu Panen
Pengaruh perlakuan pupuk kalium dan pupuk
kandang ayam terhadap kadar kalium dapat
dipertukarkan (K-dd tanah). Secara umum dapat
dilihat bahwa nilai K-dd tanah meningkat dengan
adanya peningkatan status hara tanah, dan
selanjutnya mengalami penurunan. Sementara pada
perlakuan pupuk kalium, semakin tinggi pupuk
3
kalium yang diberikan, akan meningkatkan nilai
K-dd tanah. Pada perlakuan pemberian pupuk
kalium (K) berpengaruh nyata terhadap K-dd
tanah, dan kadar kalium tanah tertinggi diperoleh
pada perlakuan K5 (125 Kg K2O/ha) dengan
kandungan K-dd rata-rata sebesar 1,09 me/100 g
dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg
K2O/ha) dengan kandungan K-dd rata-rata sebesar
0,10 me/100 g . Sedangkan kombinasi perlakuan
pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian
pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap
K-dd tanah dan diperoleh kandungan K-dd tanah
tertinggi pada perlakuan A2K5 yaitu 1,24 me/100
g dan terendah pada perlakuan A2K0 yaitu 0,07
me/100 g. Kadar K-dd pada beberapa status hara
tanah dan dosis pupuk kalium terdapat pada Tabel
1.
Tabel 1. Kadar Kalium (K-dd) Tanah pada
Waktu Panen pada Berbagai Status
Hara Tanah dan Pupuk Kalium
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama
berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan
Bobot pipilan kering
Perlakuan pemberian pupuk kandang ayam
(A) berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan
kering dimana diperoleh nilai tertinggi adalah pada
status hara agak rendah (A2) dengan bobot ratarata sebesar 172.82 g dan terendah pada status hara
rendah ( A1) dengan bobot pipilan kering rata-rata
sebesar 150.84 g. Pada perlakuan pemberian pupuk
kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot
pipilan kering dan diperoleh nilai tertinggi pada
perlakuan K2 (50 Kg K2O/ha) dengan bobot
pipilan kering rata-rata sebesar 170.18 g dan yang
terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan
bobot pipilan kering rata-rata sebesar 149.41 g .
Bobot pipilan kering pada berbagai status hara
tanah dan pupuk kalium terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Bobot Pipilan Kering pada
Berbagai Status Hara Tanah dan Dosis
Pupuk Kalium.
Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama
berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.
4
A. Kurva Respon
Kadar Kalium (K-dd)
Tanah (me/100 g) dan Batas Kritis Pada
Status Hara Rendah (A1)
1. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah
(me/100 g)
Kurva Respon hubungan kandungan Kaliumdd dengan bobot pipilan kering pada status hara
rendah dapat dilihat pada Gambar 1.
Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 1-7
tanah berada dibawah nilai perolehan batas kritis
diatas. Pemberian pupuk hingga mencapai K-dd
tanah sampai zona positif, memberikan produksi
mencapai 90 % dari produksi relatif.
B. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah
(me/100 g) dan Batas Kritis Pada Status
Hara Agak Rendah (A2)
1. Kurva Respon Kadar Kalium dapat
dipertukarkan (K-dd) Tanah (me/100 g)
Kurva Respon hubungan kadar Kalium-dd
dengan bobot pipilan kering pada status hara agak
rendah dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 1. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot
Pipilan Kering Pada Status Hara Rendah
Dari Gambar 1 diatas, secara umum dapat
dilihat bahwa hubungan kandungan Kalium-dd
dengan bobot pipilan kering diperoleh kurva
respon dengan pola kuadratik yang cenderung
meningkat sampai batas maksimum dan semakin
bertambah kandungan Kalium-dd maka produksi
bobot
pipilan
kering
jagung
semakin
berkurang/menurun.
2. Batas Kritis Kadar Kalium (K-dd) Tanah
(me/100 g)
Batas kritis kadar Kalium dapat dipertukarkan
pada status hara rendah dapat dilihat pada Gambar
2.
Gambar 3. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot
Pipilan Kering Pada Status Hara Agak Rendah
Dari Gambar 3, secara umum dapat dilihat
hubungan kadar hara Kalium-dd dengan bobot
pipilan kering menghasilkan kurva respon dengan
pola kuadratik yang cenderung meningkat sampai
batas maksimum dan semakin bertambah kadar
Kalium-dd maka produksi bobot pipilan kering
jagung semakin berkurang/menurun.
2. Batas Kritis Kadar Kalium (K-dd) Tanah
(me/100 g)
Batas kritis kandungan Kalium dapat
dipertukarkan pada status hara agak rendah dapat
dilihat pada Gambar 4.
Gambar 2. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Rendah
Dari Gambar 2 diatas, dapat dilihat bahwa
batas kritis kandungan Kalium-dd yang diperoleh
sebesar 0,50 me/100 g . Batas kritis kadar Kaliumdd dibawah nilai tersebut menandakan tanaman
respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd
Gambar 4. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Agak
Rendah
Batas Kritis Kalium Untuk Tanaman Jagung ... (Irwan Agusnu Putra)
Dari Gambar 4 diatas, secara umum dapat
dilihat bahwa batas kritis yang diperoleh sebesar
0,76 me/100 g. Batas kritis kadar Kalium-dd
dibawah nilai tersebut menandakan
tanaman
respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd
tanah berada dibawah nilai perolehan batas kritis
diatas. Pemberian pupuk hingga mencapai K-dd
tanah sampai zona positif, memberikan produksi
mencapai 90 % dari produksi relatif.
5
2. Batas Kritis Kadar Kalium (K-dd) Tanah
(me/100 g)
Batas kritis kadar Kalium dapat dipertukarkan
pada status hara agak rendah dapat dilihat pada
Gambar 6.
C. Kurva Respon
Kadar Kalium (K-dd)
Tanah (me/100 g) dan Batas Kritis Pada
Status Hara Sedang (A3)
1. Kurva Respon Kadar Kalium (K-dd) Tanah
(me/100 g)
Kurva Respon hubungan kadar Kalium-dd
dengan bobot pipilan kering pada status hara
sedang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot
Pipilan Kering Pada Status Hara Sedang
Dari Gambar 5 diatas, secara umum dapat
dilihat bahwa hubungan kadar Kalium-dd dengan
bobot pipilan kering menghasilkan kurva respon
dengan pola kuadratik yang cenderung meningkat
sampai batas maksimum dan semakin bertambah
kandungan Kalium-dd maka produksi bobot
pipilan kering jagung semakin berkurang/menurun.
Gambar 6. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Sedang
Dari Gambar 6 diatas, secara umum dapat
dilihat bahwa batas kritis kadar Kalium-dd sebesar
1,03 me/100 g. Batas kritis kadar Kalium-dd
dibawah nilai tersebut menandakan
tanaman
respon terhadap pemupukan bila kadar hara K-dd
tanah berada dibawah nilai perolehan batas kritis
diatas. Pemberian pupuk hingga mencapai K-dd
tanah sampai zona positif, memberikan produksi
mencapai 90 % dari produksi relatif.
Rekomendasi pemupukan K disusun dengan
membuat kurva respon tanaman untuk setiap status
hara K yaitu rendah, agak rendah dan sedang.
Kurva respon umum dari setiap kelas uji tanah
ditentukan dengan menggunakan analisis regresi
terhadap berat pipilan kering dari tiap kelompok
uji tanah. Rekomendasi pemupukan berdasarkan
kurva respon pada berbagai status hara tanah yang
dimodifikasi dapat dilihat pada Tabel 3.
Dari Tabel 3 diatas, diperoleh hasil
rekomendasi pemupukan Kalium dan produksi
pipilan kering jagung yaitu pada status hara
rendah sebesar 79,28 Kg KCl/ha (47,57 Kg
K2O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan
kering per hektar sebesar 9,32 ton, pada status
6
hara agak rendah diperoleh hasil rekomendasi
pemupukan Kalium dan produksi pipilan kering
jagung sebesar 104,58 Kg KCl/ha (62,75 Kg
K2O/ha) dengan pencapaian produksi pipilan
kering sebesar 11,05 t/ha dan pada status hara
sedang, diperoleh hasil rekomendasi pemupukan
sebesar 219,45 Kg KCl/ha (131,67 Kg K2O/ha)
dengan pencapaian produksi pipilan kering sebesar
9,52 t/ha.
PEMBAHASAN
Batas Kritis
Batas kritis kadar hara Kalium tanah (K-dd)
yang diperoleh pada status hara rendah sebesar
0,50 me/100 g, agak rendah sebesar 0,76 me/100 g
dan sedang sebesar 1,03 me/100 g. Nilai batas
kritis kadar K-dd tanah dari penelitian ini,
menghasilkan status hara sedang sampai dengan
tinggi (Peneliti Klasifikasi Tanah PPKS,1990).
Dari penelitian yang dilakukan pada ketiga
status hara Kalium yang diaplikasi Pupuk kandang
ayam, nilai batas kritis pada status hara rendah,
agak rendah dan sedang berada pada kriteria status
hara sedang sampai agak tinggi (Peneliti
Klasifikasi Tanah PPKS 1990). Keadaan status
hara ini berubah lebih baik dengan meningkatnya
masing-masing nilai K-dd tanah dan status
haranya.
Batas kritis tanah pada status hara rendah
lebih kecil dibandingkan dengan batas kritis pada
status hara agak rendah dan sedang, sedangkan
respon tanaman terhadap pemupukan pada status
hara yang rendah, agak rendah dan sedang
tergolong tinggi yaitu rata-rata mencapai 90 %,
yang berarti tanah pada lokasi penelitian
digolongkan pada status hara rendah.
Sesuai
yang disampaikan Subiksa dan
Sabiham (2006) bahwa status hara K digolongkan
rendah apabila respon tanaman cukup tinggi
terhadap pemupukan K. Sebaliknya status hara
tinggi bila respon tanaman sangat rendah terhadap
pemupukan K. Respon K yang tinggi ditandai
dengan nilai ∆Ymax yang tinggi, sebaliknya
respon K rendah ditandai dengan nilai ∆Ymax
yang rendah.
Pada status hara rendah, batas kritis yang
diperoleh adalah 0,50 me/100 g tanah. Respon
tanaman terhadap pemberian pupuk kalium untuk
mencapai hasil relatif 90 % masih dapat diberikan
diatas batas kritis. Pada status hara agak rendah,
batas kritis yang diperoleh sebesar 0,76 me/100 g
tanah. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk
kalium untuk mencapai hasil relatif 90 % masih
Agrica Ekstensia. Vol. 9 No. 1 Juni 2015: 1-7
dapat diberikan diatas batas kritis. Sementara pada
status hara sedang, batas kritis yang diperoleh
sebesar 1,03 me/100 g tanah dan respon tanaman
terhadap pemberian pupuk Kalium untuk mencapai
hasil relatif 90 % diberikan dibawah batas kritis.
Hal ini disebabkan pada status hara rendah sampai
dengan agak rendah, tanah masih sangat respon
terhadap pemberian pupuk kalium. Sementara pada
status hara sedang, pemberian pupuk kalium diatas
batas kritis diduga akan menurunkan produksi
hingga mencapai hasil relatif dibawah 90 %. Hal
ini diduga pada tanah kelas status hara sedang
terjadi akumulasi Kalium yang lebih tinggi
dibandingkan pada status hara rendah dan agak
rendah
yang
menyebabkan
terganggunya
keseimbangan hara Kalium tanah dan konsentrasi
yang tinggi dapat menyebabkan Kalium mudah
terfiksasi, tercuci dan dapat menekan serapan
unsur Ca dan Mg bagi tanaman, sehingga
pertumbuhan dan produksi tanaman tergangu.
Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Kurva
Respon
Dari hasil penelitian berdasarkan metode
kurva respon pemupukan Kalium, diperoleh hasil
maksimum produksi pipilan kering untuk untuk
masing-masing kelas status hara K-dd tanah adalah
155,34 g/tanaman untuk kelas status hara rendah
(A1), 165,82 g/tanaman untuk kelas status hara
agak rendah (A2) dan 158,64 g/tanaman untuk
kelas status hara sedang (A3).
Dari hasil penelitian rekomendasi pemupukan,
pada status hara rendah sebesar 79,28 Kg KCl/ha
(47,57 Kg K2O/ha), status hara agak rendah
sebesar 104,58 Kg KCl/ha ( 62,75 K2O/ha) dan
pada status hara sedang sebesar 219,45 Kg KCl/ha
(131,67 Kg K2O/ha). Semakin tinggi status hara K
tanah, semakin besar pupuk yang dibutuhkan.
Hal ini berbeda dengan penelitian Nursyamsi
(2006) menyatakan bahwa takaran pupuk Kalium
untuk mencapai hasil maksimum di kelas hara
rendah, sedang, dan tinggi pada tanah Ultisol
masing-masing 210, 190, dan 150 kg KCl/ha,
seperti halnya batas kritis hara, kebutuhan hara
tanaman juga tergantung sistem tanah-tanaman.
Penelitian yang dilaksanakan di tanah Inceptisol
Subang menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk K
untuk kedelai adalah 110 dan 10 kg KCl/ha
masing-masing untuk kelas hara rendah dan tinggi
(Nursyamsi dan Sutriadi, 2004).
Sementara itu dalam sistem Oxisol- kedelai
takaran optimum pupuk K untuk kedelai adalah
245 dan 68 kg KCl/ha (Nursyamsi et al., 2007) dan
sistem Inceptisol-jagung adalah 119 kg MOP/ha
Batas Kritis Kalium Untuk Tanaman Jagung ... (Irwan Agusnu Putra)
7
(Nursyamsi et al., 2007). Penelitian yang
dilaksanakan di tanah Inceptisol Subang
menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk Kalium
untuk kedelai di tanah berstatus Kalium rendah dan
tinggi berturut-turut adalah 265 dan 165 kg KCl/ha
(Nursyamsi et al ., 2007).
Penelitian pemupukan K untuk tomat
yang dilaksanakan di tanah Inceptisol Darmaga
(Bogor) menunjukkan bahwa rekomendasi pupuk
di tanah berstatus K sangat rendah, rendah, dan
sedang berturut-turut adalah: 397, 325, dan 272 kg
KCl/ha. Tanah yang mempunyai kelas hara K
tinggi dan sangat tinggi tidak perlu dipupuk K
(Amisnaipa, 2005).
Dari semua penelitian tersebut dapat
dinyatakan bahwa pemberian dosis pupuk kalium
pada tanah yang status hara K rendah lebih tinggi
dari pada tanah dengan status hara K tinggi.
Disamping itu, keadaan status hara berbeda tetapi
masih menggunakan lokasi yang sama (lokasi
tunggal), sifat dan karakteristik tanah adalah sama
yaitu jenis tanah Inceptisol yang salah satu ciricirinya adalah mempunyai nilai KTK sedang
sampai tinggi (Puslitanak, 2000). Pemberian pupuk
kandang ayam ikut meningkatkan nilai KTK tanah,
sehingga pada keadaan pemberian pupuk K
kemungkinan besar kation-kation K+ terfiksasi dan
membutuhkan banyak pemupukan K agar tersedia
bagi tanaman.
Cooke, G.W. dalam Sari, S.G 2007. Pengujian
Pengelolaan Hara Spesifik Lokasi
pada tanaman jagung (Zea mays L.) di
Tanah Andic Eutrudpth Kecamatan Tiga
Binanga Kabupaten Karo.
KESIMPULAN
Nursyamsi,D., Idris.K, Sabiham. S, Rachim. D.A
dan Sofyan. A. 2007. Sifat-sifat
Tanah Dominan yang Berpengaruh
Terhadap K tersedia Pada Tanah-tanah
yang didominasi Smektit. Jurnal Tanah
dan Iklim No. 26.
Batas kritis Kalium dapat dipertukarkan
(K-dd) tanah Inceptisol pada tanaman jagung
semakin tinggi pada status hara rendah dengan
kadar 0,50 me/100g sampai dengan sedang dengan
kadar 1,03 me/100 g.
Hasil produksi maksimum pipilan kering
jagung pada status hara rendah, agak rendah dan
sedang masing-masing adalah 9,32 t/ha, 11,05 t/ha
dan 9,52 t/ha.
DAFTAR PUSTAKA
Amisnaipa, 2005. Rekomendasi pemupukan
kalium
pada
budidaya
tomat
(Lycopersicum esculentum Mill L.)
menggunakan irigasi tetes dan mulsa
polyethylene. Tesis Program Studi
Agronomi, Sekolah Pascasarjana, Institut
Pertanian Bogor.
Dobermann. A and T.H. Fairhurst.2000. Rice:
Nutrient
Disorders
&
Nutrient
Management. International Rice Research
Institute and Potash & Phosphate
Institute/Potash & Phosphate Institute of
Canada.
Hanafiah, K.A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Havlin, J. L., J. D. Beaton, S. L. Tisdale and W. L.
Nelson. 1999. Soil Fertility and Fertilizers
An Introduction to Nutrient Management.
6th ed. Prentice Hall, Upper Saddle River,
New Jersey.pp. 497. Nelson, L.A. and R.L.
Anderson. 1977.
Nursyamsi, D., M.T. Sutriadi, dan U. Kurnia.
2004. Penentuan kebutuhan pupuk
kalium untuk kedelai ( Glycine max L.)
pada Typic Kandiudoxs berdasarkan
prosedur uji tanah. J. Tanah Trop. 1:1-9.
Nursyamsi,
D.
2006.
Kebutuhan
hara
KaliumTanaman Kedelai di tanah Ultisol.
Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Vol 6
(2) (2006) p: 71-81.
Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. 2000.
Sumber Daya Lahan Indonesia Dan
Pengelolaannya. Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pertanian Departemen
Pertanian. Bogor.
Subandi, I. Manwan, and A. Blumenschein. 1988.
National Coordinated Research Program:
Corn. Central Research Institute for Food
Crops.Bogor. p.83.
Subiksa, IGM dan Sabiham, S. 2006. Kalibrasi
Nilai
Uji
Tanah
Kalium
untuk
Tanaman Jagung pada Typic Hapludox
Cigudeg. Puslitanak. Bogor.
Tan, K.H. 1993. Environmental Soil Science.
Marcel Dekker. Inc. New York.
Download