Memperingati Hari Perempuan Sedunia – 8 Maret Puncak keganasan/kekejaman akibat keserakahan sistem kapitalisme tanpa pedulikan nilai kemanusiaan telah menindas, melakukan penghisapan luar biasa pada buruh, pekerja lebih-lebih pada buruh perempuan, .... Kaum perempuan pada masa itu kena diskriminasi hak-hak politik dan ekonominya, tidak diberi hak untuk memilih dan dipilih, tapi juga dengan gaji lebih rendah! Pada masa itu juga sedang berkembang ideologi dan gerakan Sosialisme dalam melawan kekejaman kapitalisme yang didengungkan Marx, Engels dan Lenin. Semula, Peringatan Hari Perempuan Sedunia Pertama diluncurkan Clara Zetkin pada tanggal 19 Maret 1911. Tanggal ini dipilih dikaitkan dengan aksi revolusioner tanggal 19 Maret 1848, di mana Raja Prussia untuk pertama kali mengakui kekuatan rakyat jelata sebelum ada ancaman dari kebangkitan gerakan kaum proletar. Salah satu dari berbagai janjinya, yang ternyata gagal untuk dipenuhinya yaitu memberikan hak memilih untuk kaum perempuan. Setelah sukses dengan peringatan pertama Hari Perempuan Sedunia, maka gerakan kaum perempuan dengan cepat menyebar ke berbagai negara di Eropa, di setiap kota terjadi kebangkitan kaum perempuan yang menuntut kesamaan-haknya untuk memperoleh lebih banyak pekerjaan bahkan yang biasa dilakukan kaum laki-laki. Menuntut kesamaan hak perempuan dengan lelaki! Pada tahun 1913, Hari Perempuan Sedunia ini dirubah menjadi tanggal 8 Maret dan, ... tetap berlangsung sampai saat ini. Gagasan tentang perayaan ini pertama kali dikemukakan pada saat memasuki abad ke-20 di tengah-tengah gelombang industrialisasi dan ekspansi ekonomi yang menyebabkan timbulnya protes-protes mengenai kondisi kerja. Kaum perempuan dari pabrik pakaian dan tekstil mengadakan protes pada 8 Maret 1857 di New York City. Pada peringatan Hari Perempuan Sedunia tahun 1975, PBB dengan resmi mengakuinya dan diadopsi oleh berbagai negara dan dijadikan hari libur nasional di RRT, Russia, Armenia, Bulgaria, Mongolia, Vietnam dllnya. SELAMAT HARI PEREMPUAN Sedunia, ... maju terus mendapatkan kesamaan HAK dengan lelaki dan bersama-sama bekerja dan berjuang membangun masyarakat adil dan makmur! Salam, ChanCT 1 Hari Perempuan Sedunia Jadi Revolusi http://www.berdikarionline.com/hari-perempuan-jadi-revolusi/ /7 MARET 2017 | 14:22 Hari Perempuan Sedunia, atau International Women’s Day (IWD), yang diperingati tiap tanggal 8 Maret, bukan hanya seremonial belaka. Pada tahun 1917, peringatan IWD berujung pada revolusi sosial. Itu terjadi di Rusia. Aksi tanggal 8 Maret 1917, yang diorganisir oleh perempuan Rusia, menjadi pemantik berkobarnya Revolusi terbesar di awal Abad ke-20: Revolusi Rusia. Bagaimana itu terjadi? Tahun 1910, di Konferensi Internasional Perempuan Sosialis di Kopenhagen, Denmark, Clara Zetkin, seorang sosialis, mengusulkan agar 8 Maret dijadikan sebagai Hari Perempuan Sedunia. Usulan itu diterima oleh ratusan perempuan delegasi dari 17 Negara. Akhirnya, sejak 1911, perempuan di banyak Negara menggelar aksi memperingati Hari Perempuan Sedunia. IWD pertama digelar di Berlin (Jerman), Swiss, Austria, Denmark, Bulgaria dan Amerika Serikat. Jutaaan perempuan turun ke jalan di peringatan IWD pertama ini. Tahun 1913, perempuan Rusia juga memperingati IWD untuk pertama kalinya. Di kalender Rusia, itu di minggu terakhir Februari 1917. Karena saat itu dunia sedang dicabik-cabik oleh perang, maka isu utamanya adalah penolakan terhadap perang Imperialis. 2 Tahun 1914, Rusia yang saat itu diperintah oleh kekaisan Tsar Nicholas II ambil bagian dalam perang. Lima jutaan tentara Rusia, yang sebagian besar anak kelas pekerja dan petani, digiring dalam perang tersebut. Lama-lama rakyat Rusia sadar bahwa perang itu bukanlah tentang nasib mereka. “Itu adalah perang para bangsawan dan kapitalis. Mereka yang mendapat emas, tapi pekerja dan petani yang membayarnya dengan nyawa,” tulis perempuan Rusia dalam sebuah famplet di tahun 1917. Tahun 1917, dampak perang itu kian terasa. Lebih dari 2 juta tentara Rusia terbunuh di medang perang. Tidak hanya itu, Rusia tercekik utang 8 milyar Rubel. Di Rusia sendiri kelaparan melanda seluruh negeri. Sebab, barang-barang dan hasil pertanian dirampas paksa untuk membiayai perang. Kaum perempuan Rusia-lah yang paling menanggung beban itu: kehilangan anak, kerja paksa, dan kelaparan. Tidak mengherankan, perempuan Rusia lantas bergerak. Sebagian besar di bawah panji-panji Partai Buruh Sosial-Demokrat Rusia (PBSDR). Menjelang peringatan IWD, Komite antar-Distrik PBSDR, sering disebut Mezhrayonka, di Petrogad (Ibukota Rusia saat itu), menyebarkan famplet. “Dengan dalih perang, para pemilik pabrik ingin mengubah pekerja jadi budaknya. Biaya hidup melambung tinggi di kota-kota. Kelaparan mengetuk pintu setiap orang. Dan di desa-desa, mereka mengambil ternak dan potongan roti terakhir, demi perang,” demikian ditulis famplet itu. Famplet itu sangat agitatif. Tetapi benar-benar mewakili keadaan yang sebenarnya. Kaum sosialis yang tergabung dalam PBSDR mengeluarkan seruan terkenal, Roti dan Perdamaian, yang menjawab keresahan umum saat itu. Tanggal 8 Maret pagi (23 Februari dalam penanggalan Julian/Rusia), di Petrogad, kekurangan bahan bakar menyebabkan pabrik roti berhenti berproduksi. Sementara perempuan dan anak-anak mengantre untuk sepotong roti. Perempuan yang bekerja di pabrik tekstil berhenti bekerja. Mereka mengajak pekerja yang lain untuk mogok. 3 Tidak mengherankan, mobilisasi IWD menarik partisipasi banyak orang. Tidak hanya perempuan, tetapi juga laki-laki. Mereka meneriakkan “roti dan perdamaian” di jalan-jalan kota Petrogad. Siapa sangka, seruan itu menarik begitu banyak orang turun ke jalan. Beberapa sumber menyebut 90.000 orang bergabung dalam demonstrasi dan mogok hari itu juga. Besoknya, 9 Maret, protes bertambah besar dan meluas. Jumlah mereka mencapai 200.000-an orang. Polisi dan gendarme (polisi tidak berseragam resmi) dikerahkan untuk menumpas protes. Bentrokan tidak terhindarkan. Tanggal 10 maret, aksi mogok meluas ke seantero Petrogad. Buruh-buruh di masing-masing pabrik membentuk Soviet (Dewan Buruh). Kali ini sudah ada 250.000 buruh turun ke jalan. Tanggal 11 Maret, Tsar mengerahkan lebih banyak tentara dan polisi untuk memukul pemberontakan. Namun, rakyat tidak bisa lagi dipukul mundur. Banyak tentara yang mengalami demoralisasi ketika diperhadapkan dengan rakyat. Mereka bergabung dengan kaum revolusioner dan berbalik menentang Tsar. Hari itu juga Tsar membubarkan Duma (parlemen kerajaan). Tanggal 12 Maret, simbol-simbol monarki dibakar di jalan-jalan. Monarki sudah kehilangan kontrol atas keadaan. Tanggal 15 Maret, Tsar Nicholas menyerahkan tahkta kepada adiknya, Michael Alexandrovich. Namun, besoknya, tanggal 16 Maret, dia menolak takhta itu. Berakhirlah Dinasti Romanov yang memerintah kekaisaran Rusia selama 300-an tahun. Hari itu juga Pemerintahan sementara atau Pemerintahan Provinsional terbentuk. Namun, tidak berkuasa lama, pada 7 November 1917 (25 Oktober dalam penanggalan Rusia, kaum sosialis di bawah pimpinan Bolshevik menyempurnakan Revolusi Rusia itu dengan menggulingkan pemerintahan provinsional dan membentuk pemerintahan Soviet. Itulah revolusi paling besar dan paling berkobar di permulaan Abad ke-20. Revolusi yang memicu revolusi lain di berbagai tempat. Juga melipatgandakan semangat bangsa-bangsa jajahan untuk mengusir kolonialisme. 4 Oh iya, revolusi juga langsung menjamin kesetaraan laki-laki dan perempuan. Mulai dari lapangan ekonomi, politik, sosial hingga di depan hukum. Terima kasih, kaum Perempuan Rusia. Raymond Samuel 5