STUDI DESKRIPTIF KEPUASAN HIDUP PADA LANSIA DI DAERAH BANYUMENENG Ainul Khotimah Anna Dian Savitri Fakultas Psikologi Universitas Semarang Abstrak Kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya, yang disertai tingkat kegembiraan. Jika seseorang gagal memperoleh kepuasan hidup, maka menjadi pengalaman pahit dan menyedihkan dan mungkin dapat menimbulkan depresi. Sebaliknya, jika seseorang berhasil mencapai kepuasan hidup yang dicita-citakan, maka merupakan pengalaman yang menyenangkan, kenikmatan hidup. Orang yang merasa puas hidupnya akan selalu senang, tentram, aman, dan sejahtera, sehingga mudah beradaptasi dengan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan hidup pada lansia di Desa Banyumeneng Mranggen Demak. Responden penelitian ini sebanyak 110 orang lansia yang berusia 60 tahun keatas. Teknik sampel yang digunakan adalah teknik incidental sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan Kuesioner Kepuasan hidup. Dan analisis datanya menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan dari 110 subjek tertinggi adalah 33 orang yang tidak puas berada pada aspek yang mempunyai sikap hidup yang optimis dan suasana hati yang bahagia. Kata Kunci : Kepuasan Hidup, Lansia. (DESCRIPTIVE STUDY ON LIFE SATISFACTION IN ELDERLY IN THE BANYUMENENG) Abstract Life satisfaction is a person's ability to enjoy experiences, accompanied by the level of excitement. If someone fails to gain life satisfaction, then become bitter and distressing experience and may cause depression. Otherwise, if someone managed to achieve life satisfaction be desired, it is a pleasant experience, enjoyment of life. People who has satisfied of life will always be happy, peaceful, safe, and prosperous, making it easy to adapt to the environment. This research use descriptive method. The purpose of this study is to determine the level of life satisfaction of the elderly in the village Banyumeneng Mranggen Demak. Respondents of this study were 110 elderly people aged 60 years and older. Sampling technique used is incidental sampling technique. The data was collected using a questionnaire of life satisfaction, And data analyze using descriptive qualitative. Results of the study of 110 subjects showed the highest is 33 people who were not satisfied to be on the aspects that have an optimistic attitude to life and a happy mood. Keywords: Life Satisfaction, Elderly 230 Pendahuluan Apabila manusia tidak dapat menikmati kebahagiaan dimasa kanakkanaknya, maka masih ada harapan untuk mengejarnya pada masa remaja, masa dewasa, atau masa lanjut usia (lansia). Masa lansia adalah masa dimana mengatasi kehilangan kemampuan, kehilangan orang dicintai dan persiapan menuju kematian. Jika pensiun, lansia harus berhadapan dengan kehilangan hubungan pekerjaan, tetapi mungkin mendapatkan kesenangan yang meningkat dari pertemanan, keluarga, pekerjaan suka rela, dan kesempatan untuk menjelajahi minat-minat yang dulu diabaikan. Masa lansia adalah masa terakhir dalam kehidupan manusia sehingga kebahagiaan seharusnya sudah dapat dirasakan oleh para lansia. Pada kelompok lansia memerlukan perhatian khusus diabad 21 ini, mengingat bahwa selain jumlahnya yang meningkat dengan cepat, lansia secara potensial dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi kelompok penduduk lain. Berbagai permasalahan dan konflik yang dihadapi lansia memiliki cara yang berbeda, yang merefleksikan kebiasaan hidup, nilai dan konsep diri. Kebanyakan dari orang yang sudah tua sering kali berorientasi pada masa lalu, menengok kebelakang tentang apa saja yang sudah pernah diperbuatnya dan bagaimana hasilnya. Peninjauan hidup ini mungkin merupakan suatu upaya lansia mencari-cari identitas diri yang dirasa hilang karena merasa disisihkan oleh lingkungannya. Sering kali lansia mencoba mencari jawaban atas hal-hal yang sebelumnya kurang dimengerti dan menyatukan diri kepada keberhasilan dan kegagalan masa lalunya (Desmita, 2005: 254-255). Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di daerah Banyumeneng pada tanggal 18 November 2012 kepada 3 orang lansia, dapat disimpulkan bahwa lansia bahagia dengan kehidupan saat ini meskipun dengan kondisi ekonomi yang kurang lancar, masih mempunya tanggungan anak, memiliki pensiunan, kesehatan baik, tidak menanggung beban dan menjalankan ibadah dengan sempurna. Ketiga lansia memiliki kesamaan dalam memandang kepuasan hidup yaitu dengan bisa beribadah dengan sungguh-sungguh dan diberi kesehatan. Para lansia akan senang ketika bercerita ada yang mau mendengarkan cerita tersebut. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hikmawati dan Akhmad (2008:79-93) tentang kondisi kepuasan lansia, diperoleh hasil bahwa lansia yang merasakan kepuasan hidup yaitu dengan melihat kondisi lansia, usia harapan hidup lansia wanita lebih tinggi dibandingkan lansia pria karena lansia wanita banyak beraktivitas dan menerima apa yang dialami dan lansia sadar apa yang dialami merupakan suatu takdir Tuhan. Dilakukan wawancara kembali kepada 10 lansia pada bulan 21-23 Maret 2013 untuk membandingkan antara lansia yang berada di Banyumeneng dengan Semarang mengenai kepuasan hidup, dari hasil tersebut adanya perbedaan dalam menanggapi kehidupan ini. Lansia di daerah Banyumeneng lebih pasrah kepada Tuhan dalam menghadapi kehidupan ini, meskipun latar 231 belakang para lansia berbeda-beda. Sedangkan lansia yang tinggal di Semarang dalam menghadapi kehidupan dengan latar belakang yang berbeda-beda, memiliki pandangan yang bermacam-macam yaitu ada yang masih mencari nafkah sendiri, memikirkan kehidupan dunia. Menurut penelitian Indriana (2004) mengenai kepuasan hidup orang lanjut usia dalam hubungannya dengan jenis aktivitas, jenis kelamin, religiusitas, status perkawinan, tingkat kemandirian, tingkat pendidikan dan daerah tempat tinggal, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara jenis aktivitas, religiusitas, tingkat kemandirian, dan tingkat pendidikan dengan kepuasan hidup. Disamping itu ada perbedaan kepuasan hidup antara lansia pria dan wanita. Studi yang dilakukan oleh Oshio (2012: 259) menemukan bahwa pria yang kurang puas dengan hidup ketika hidup tanpa pasangan mereka; perempuan kurang puas dengan kehidupan ketika mereka hidup dan/atau tidak memiliki hubungan dekat dengan orang lain, tidak ada kegiatan sosial dan memiliki teman yang banyak, tetapi bagi pria punya teman dekat, memiliki kegiatan sosial dan teman banyak tidak ada pengaruhnya. Pria dan wanita mengenai anak yang belum menikah berhubungan negatif dengan kepuasan hidup. Pria lebih sensitif dibandingkan perempuan untuk keseluruhan hubungan keluarga, sementara kepentingan relatif dari hubungan sosial yang lebih tinggi bagi perempuan. Berdasarkan uraian diatas bagaimana kondisi kepuasan hidup pada lansia di daerah Banyumeneng Kepuasan Hidup Menurut Koivumaa (2000, dalam Kimm dkk, 2012: 01), kepuasan hidup adalah terkait dengan risiko total kematian pada pria, tetapi cedera pada wanita. Menurut Pavot dan Diener (1993, dalam Sancho dkk, 2012: 2) kepuasan hidup adalah penilaian kognitif berdasarkan pada perbandingan kehidupan dengan standar yang ditetapkan sendiri atau standarisasi, yang menyebabkan penilaian kehidupan global. Menurut Oshio (2012: 259-260) kepuasan hidup adalah salah satu yang penting dalam dimensi kesejahteraan, dan itu merupakan pusat kekhawatiran tentang penuaan yang sukses. Santrock (2002: 252) menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah kesejahteraan psikologis secara umum atau kepuasan terhadap kehidupan secara keseluruhan. Kepuasan hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orangorang dewasa lanjut. Menurut Ryff (dalam Papalia, 2009: 294) orangorang yang sehat secara psikologis memiliki sikap positif terhadap diri mereka dan orang lain. Sedangkan menurut Hurlock kepuasan hidup yang biasa disebut dengan kebahagiaan timbul dari pemenuhan kebutuhan atau harapan dan merupakan penyebab atau sarana untuk menikmati. Alston dan Dudley menyatakan bahwa kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati pengalaman-pengalamannya, yang disertai tingkat kegembiraan (Hurlock, 1999: 18). Umar (2004: 24) juga memberikan kesimpulan bahwa kepuasan hidup lansia merupakan suatu keadaan yang sejahtera dan kepuasan hati yang menyenangkan 232 pada lansia, yang timbul bila kebutuhan dan keinginan para lansia dapat terpenuhi dan terpuaskan, juga memberi semangat dan dorongan positif bagi lansia guna mengisi hari tua dan melakukan aktivitas dengan perasaan tenang dan damai. Santrock (2002: 252) menjelaskan bahwa kepuasan hidup digunakan secara luas sebagai indeks kesejahteraan psikologis pada orangorang dewasa lanjut. Untuk itu menggunakan dimensi dari kesejahteraan psikologis Ryff (dalam Papalia, 2009: 294) yaitu: penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Kepuasan hidup sebagai ukuran kebahagiaan, mempunyai lima aspek sebagai berikut (Indriana, 2012: 66) : a. Merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. b. Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupannya. c. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya. d. Mempunyai citra diri yang positif. e. Mempunyai sikap hidup yang optimistik dan suasana hati yang bahagia. Havighurst (dalam Umar, 2004: 25) menyatakan aspek-aspek kepuasan hidup pada lansia antara lain: adanya semangat untuk menjalani hidup masa kini, kemampuan penerimaan diri, citra diri yang positif, suasana hati yang positif, aktivitas dan tujuan hidup. Individu tersebut dalam mengatasi masalah serta keuletannya dalam menghadapi masalahnya, kesesuaian antara harapan dengan prestasi yang dicapai, konsep diri yang baik, dan mood atau suasana hati yang positif. Papalia (2009: 292-293) aspek-aspek kepuasan hidup yaitu: optimis, rasa bersyukur, dan suasana hati yang positif. Menurut Hurlock (2012: 19) ada 3 esensi atau hakikat atau inti kebahagiaan, kenikmatan dan atau kepuasan yaitu: sikap menerima (acceptance), Kasih sayang (affection), dan Prestasi (achievement) Didalam penelitian Oshio (2012: 263) menggunakan dua aspek dari keluarga yaitu hubungan dengan pasangan anak-anak dan orang tua, dan hubungan sosial. Menurut Liang (1984, dalam Zhang dan Lucy, 1998: 114) beberapa dimensi dalam kepuasan hidup yaitu: nada suasana, semangat untuk hidup dan kesesuaian antara tujuan dan keinginan yang dicapai. Citra diri menurut Ghufron dan Risnawati (2010: 14) menjelaskan citra diri sebagai bagian dari komponen kognitif atau pengetahuan individu tentang dirinya, yang menggambarkan bagaimana pikiran seseorang terhapad dirinya sendiri. Surya (2007: 6) menjelaskan bahwa aspek-aspek cita diri adalah sebagai berikut: a. Penilaian diri sendiri b. Cita-cita yang ideal yang ingin dicapai. c. Keberartian diri (kebanggaan diri). Berdasarkan uraian diatas aspekaspek dalam kepuasan hidup lansia adalah merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari, menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupannya, merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya, mempunyai citra diri yang positif, mempunyai sikap hidup 233 yang optimistik dan suasana hati yang bahagia. Menurut Hurlock (1999:22) faktorfaktor yang paling umum dan yang terpenting adalah: 1. Kesehatan 2. Daya tarik fisik 3. Tingkat otonomi 4. Kesempatan-kesempatan interaksi di luar keluarga 5. Jenis Kegiatan 6. Status Kerja 7. Kondisi Kehidupan 8. Pemilikan Harta Benda 9. Keseimbangan antara Harapan dan Pencapaian 10. Penyesuaian Emosional 11. Sikap terhadap Periode Usia Tertentu 12. Realisme dari Konsep Diri 13. Realisme dari Konsep-konsep Peran Menurut Markides (dalam Santrock, :253) faktor-faktor yang menunjang kepuasan hidup adalah: pendapatan, suatu gaya hidup yang aktif, dan jaringan pertemanan dan keluarga. Menurut Oshio (2012: 260) perubahan struktur sosial, status perkawinana dan hubungan dengan anak-anak dan orang tua memengaruhi kepuasan hidup. Sedangkan menurut Inal (dalam Juan Liu, 2008: 823-824) ada beberapa faktor yang memengaruhi kepuasan hidup yaitu status sosial ekonomi, kesehatan dan dukungan sosial, berpenghasilan rendah dimasa tua secara signifikan lebih rendah dibandingan dengan pendapatan yang tinggi. Menurut Santrock (2002: 254) faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan hidup yaitu: pendapatan, gaya hidup yang aktif, jaringan keluarga dan pertemanan. Menurut Papalia (2009: 293) faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan hidup yaitu: kesehatan fisik, kemampuan untuk menikmati hidup, perasaaan positif mengenai diri dan ketentraman dalam memandang peristiwa hidup. Menurut Abu-Bader, Rogers, dan Barusch (2002: 4) faktor-faktor yang memengaruhi kepuasan hidup meliputi karakteristik lingkungan, seperti ketersediaan dukungan sosial, dan sifat-sifat pribadi, seperti harga diri, kesehatan fisik, sumber daya keuangan, rasa keterhubungan, dan locus of control. Lansia Menurut Thomae (Monks, 2002: 323) menyatakan bahwa proses menjadi tua merupakan suatu struktur perubahan yang mengandung berbagai macam dimensi. Masa lansia adalah masa terakhir dalam kehidupan manusia sehingga kebahagiaan seharusnya sudah dapat dirasakan oleh para lansia. Usia 60 tahun atau lebih merupakan usia yang rawan bagi manusia (jurnal perempuan, 2002: 43). Menurut Ananta dkk (Hardywinoto & Setiabudhi, 2005: 12) dalam kurun waktu 1990-1995, umur harapan hidup pria 61.25 tahun dan wanita 66.07 tahun. Kurun waktu 1995-2000, umur harapan hidup pria meningkat menjadi 63.33 tahun dan wanita 69.0 tahun. Menurut Hurlock (1999: 380) tahapan terakhir dalam rentang kehidupan yaitu usia lanjut dini yang bekisar antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut dimulai pada usia 70 sampai akhir kehidupan seseorang. Menurut Santrok (2012: 19) usia 60-an atau 70an hingga kematian. Lansia perlu menemukan integritas diri melawan keputusasaan seperti berikut: Ego integrity lansia 234 menerima apa adanya, merasakan hidup penuh arti dan lansia bertanggung jawab dan kehidupan berhasil. Sedangkan keputusasaan lansia takut mati, mengalami penyesalan diri, merasakan kegetiran dan merasa terlambat untu memperbaiki diri. Havighurst dan Duvall (Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005: 49) menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (developmental task) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lansia, yaitu penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis, penyesuaian terhadap pensiunan dan pendapatan, menemukan makna kehidupan, mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan kepuasan dalam hidup berkeluarga, penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia, menerima dirinya sebagai seorang lansia. Maryam dkk (2011: 40) tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut: memeprsiapkan diri untuk kondisi yang menurun, mempersiapkan diri untuk pensiun, membentuk hubungan baik dengan orang seusianya, mempersiapkan kehidupan baru. Salah satu tugas lansia selain diatas ialah meraih kepuasan hidup, dengan asumsi bahwa tugas-tugas dari perkembangan sebelumnya sudah terpenuhi dengan baik sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimilikinya. Semua tugas perkembangan individu tersebut akan bermuara pada pencapaian kepuasan hidup. Berdasarkan uraian diatas kepuasan hidup lansia adalah kepuasan hidup lansia merupakan kemampuan seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas yang telah menemukan integritas dirinya untuk menikmati pengalamanpengalamannya, yang disertai tingkat kegembiraan yang timbul sebagai pemenuhan kebutuhan atau harapan. Aspek-aspek dalam penelitian ini adalah merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari, menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupannya, merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya, mempunyai citra diri yang positif, mempunyai sikap hidup yang optimistik dan suasana hati yang bahagia. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah lansia didaerah Banyumeneng. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah Incidental Sampling jumlah subjek penelitian 110 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah memakai kuesioner kepuasan hidup dengan cara semi wawancara. Analisis data menggunakan teknik deskriptif kualitatif. Hasil dan Pembahasan Di Kelurahan Banyumeneng lansianya mayoritas adalah Petani, dengan tingkat pendidikan kebanyakan tidak tamat SD/sederajat, dan kebanyakan lansia masih hidup dengan keluarganya. Sebanyak 624 orang adalah lansia yang berumur 60 tahun keatas dengan perincian sebagai berikut: Tabel 1 Jumlah Lansia LakiPerempuan Total laki 237 387 624 Sumber: data dari kelurahan Banyumeneng Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah 110 orang yang 235 berusia 60 tahun sampai 79 tahun, ketika dalam penelitian lansia yang ditemukan sebanyak 110 orang. Berdasarkan hasil penelitian dari Aspek-aspek kepuasan hidup sebagai berikut: a. Merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Subjek merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari, dengan presentase mencapai 98 %. Subjek yang tidak melakukan aktivitas 15 orang dengan presentase mencapai 14%. Kegiatan yang paling banyak dikerjakan oleh subjek adalah pergi kesawah ada 36 orang dengan presentase 33%. Dengan alasan menghasilkan tanaman yang baik, hasil panen yang banyak, dan menghasilkan uang dengan presentase 45,5%. Subjek merasa senang dengan alasan tidak bekerja itu berarti subjek bisa beristirahat dan sudah tua mau bekerja apa. Sedangkan yang tidak senang dengan aktivitasnya karena sudah tidak mampu bekerja dan ternak yang dirawat mati. Ini berarti sesuai dengan teori aktivitas ketika lansia kehilangan peran akan menghilangkan kepuasan. Lansia merasakan kepuasan ketika dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Dengan aktivitas tersebut subjek merasa senang karena dapat menghasilkan dari kegiatan tersebut seperti menghasilkan uang, menghasilkan panen yang baik, karena dengan menghasilkan uang atau panen yang baik membuat tambah senang dengan kegiatan tersebut. Aktivitas terkait dengan peran sosial, maka makin besar kehilangan peran melalui pensiun, menjadi janda/duda, jauh dari anak, atau masuk ke institusi perawatan maka seseorang makin tidak merasakan kepuasan. Menurut Lemon, Bengtson, dan Peterson (1972, dalam Papalia, 2009: 408) bentuk spesifik dari teori aktivitas adalah frekuensi dan keintiman dari aktivitas yang penting terhadap kepuasan hidup. Penelitian dari Greenfield dan Marks (2004, dalam Papalia, 2009: 408) menunjukkan bahwa kehilangan peran yang besar adalah faktor risiko terhadap penurunan kebahagiaan hidup dan kesehatan mental. Alasan terbanyak mengapa subjek merasa senang dengan aktivitasnya adalah menghasilkan sesutu. Ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Urbayatun (2006) mengenai hubungan antara pemenuhan kebutuhan dengan afek positif dan afek negatif pada lansia diperoleh hasil ketika kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi maka akan menimbulkan kepuasan hidup dan afek positif. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dikelompokkan menjadi beberapa faktor. b. Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupannya. Berdasarkan dari hasil penelitian bahwa sebagian besar subjek menganggap hidupnya sudah berarti dengan presentase mencapai 94 %. Ada satu subjek menganggap hidupnya penuh arti tetapi tidak memberikan alasan. Dengan alasan yang terbanyak adalah ketika dipatuhi oleh anak-anak dengan presentase mencapai 17 % dan yang tidak menganggap hidupnya penuh arti sebanyak 7%, karena sudah tidak menghasilkan atau tidak bisa bekerja lagi sebanyak 7 orang. Ini sesuai denga penelitian yang dilakukan oleh 236 Oshio (2012: 263) menggunakan dua aspek dari keluarga yaitu hubungan dengan pasangan anak-anak dan orang tua, dan hubungan sosial. Subjek merasa puas ketika masih berhubungan dengan anak-anak dan orang tua serta hubungan sosial, sedangkan yang tidak menganggap hidupnya penuh arti sebanyak 6 % karena sudah tidak menghasilkan atau tidak bisa bekerja lagi. Untuk subjek yang menerima kondisi kehidupannya sebagian besar subjek menerima kondisi kehidupan dengan presentase sebanyak 99 %. Ketika melihat alasannya subjek sebagian menerimanya dengan alasan Tuhan memberikannya segini ya disyukuri saja. Selain itu berarti lansia sudah melaksanakan beberapa tugasnya yaitu menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, dan menerima dirinya sebagai seorang lansia. c. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya. Berdasarkan dari hasil penelitian sebagian subjek telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar hidupnya. Subjek yang sudah mencapai keinginannya sebanyak 72,7%, subjek yang sudah tercapai dan belum tercapai keinginannya sebanyak 18,2%, dan subjek yang tercapai keinginannya sama sekali sebanyak 9,1%. Ini berarti 9,1% subjek kurang puas dalam kehidupannya karena keinginannya belum terpenuhi. Keinginan-keinginan yang ingin dicapai subjek paling banyak yaitu ekonomi cukup mencapai, naik haji, anak-anak nikah semua, menyekolahkan anak-anak, dan punya uang. Keinginan yang paling banyak adalah memiliki ekonomi cukup. Meskipun ada sebagian subjek yang sudah mencapai keinginan ataupun belum mencapai keinginan, sebagian subjek memiliki harapan yang diingini adalah panjang umur dengan presentase mencapai 19%. Ini sudah sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Liang (1984, dalam Zhang dan Lucy, 1998: 114) ada beberapa dimensi dalam kepuasan hidup yaitu: nada suasana, semangat untuk hidup dan kesesuaian antara tujuan dan keinginan yang dicapai. Lansia puas akan hidupnya memiliki semangat untuk hidup dan tercapainya tujuan hidup. Akan tetapi dengan kondisi fisik yang kurang memungkinkan untuk meningkatkan ekonomi subjek masih mempunyai keinginan untuk haji. d. Mempunyai citra diri yang positif. Berdasarkan dari hasil penelitian semua subjek mampu menilai dirinya sendiri. Rata-rata subjek memiliki keahlian yang dimiliki adalah tani dengan presentase sebanyak 43,4 %. Dan cita-cita yang paling diinginkan rata-rata adalah naik haji presentasenya mencapai 37,3% dan usaha yang dilakukan oleh subjek paling banyak yaitu berdoa sebanyak 23 %. Dan bisa sekolah, bisa bekerja, diampuni dosanya, dan umroh hanya 1 %. sebagian besar subjek merasa bangga pada diri sendiri, subjek yang tidak bangga pada diri sendiri 5 % dengan alasan ketika bangga diri sendiri yaitu diberi kesehatan yang baik presentasenya mencapai 27 % dan anak-anak bisa nikah semua presentasenya mencapai 11 %. Menurut Ryff (dalam Papalia, 2009: 294) orang-orang yang sehat secara psikologis memiliki sikap positif terhadap diri mereka dan orang lain. Dilapangan subjek yang merasa tidak 237 bangga tersebut alasannya apa yang harus dibanggakan karena sudah tua. Ini berarti beberapa subjek citra dirinya kurang. Memang subjek mampu menilai dirinya sendiri dan orang lain tetapi kurang. Subjek penelitian sebagian memiliki sikap positif terhadap dirinya sendiri bahwa akan mampu mencapai apa yang diinginkan oleh subjek. e. Mempunyai sikap hidup yang optimistik dan suasana hati yang bahagia. Berdasarkan dari hasil penelitian subjek mempunyai sikap yang optimis karena subjek mempunyai rencana untuk kegiatan yang akan dilkakukan besok. Kegiatan yang akan dilakukan oleh subjek paling banyak yaitu kesawah dengan presentase mancapai 25,3 % dari 110 orang. Subjek juga memiliki semangat, keadaan yang membuat subjek semangat yaitu: memiliki anak dan cucu presentase mencapai 42,7%, cari nafkah dan sehat. Dan sebagian besar subjek memiliki suasana hati senang dengan presentase mencapai 79%. Antara sedih dan tenang presentasenya sama yaitu 7,3%. ketika subjek senang alasannya diberi kesehatan yang baik, bisa menyelesaikan puasa dan bisa ikut lebaran, dan anak cucu sehat. Ketika suasana hati biasa alasan subjek yaitu bersyukur dan tidak ada keinginan, suasana hati tenang karena bisa menjalankan ibadah yaitu puasanya bisa selesai. Sedangkan suasana hati sedih karena tidak mempunyai uang. Karena diambil datanya pada saat puasa dan mendekati lebaran hasilnya sebagian besar suasana hati positif yaitu senang, mungkin pada saat pengambilan datanya diwaktu yang seluruh orang merayakannya sehingga berpengaruh pada penelitian. Sedangkan sebanyak 22,8% subjek tidak optimis karena tidak ada rencana untuk dilakukan besok alasnnya karena sudah tua, istirahat dirumah, mau bekerja apa karena sudah tua dan sudah tidak dapat menghasilkan jadi istirahat dirumah saja. Tabel 2 Subjek tidak puas Aspek-aspek 1. Merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari 2. Menggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi kehidupannya 3. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar tujuan hidupnya 4. Mempunyai citra diri yang positif 5. Mempunyai sikap hidup yang optimistik dan suasana hati yang bahagia N Jawaba n negatif 2 8 10 5 33 Berdasarkan tabel diatas dari 110 subjek penelitian tertinggi adalah 33 orang yang tidak puas berada pada aspek yang mempunyai sikap hidup yang optimis dan suasana hati yang bahagia. Dikatakan lansia puas ketika bisa memenuhi lima aspek dalam kepuasan hidup. Dalam penelitian ini peneliti menyadari adanya kelemahan yaitu dalam proses pengambilan sampel kurang beragam sehingga subjek penelitian terlalu homogen atau sejenis, subjek yang dijadikan sampel sebagian besar lansia yang memiliki kegiatan aktivitas yang cukup untuk 238 mengisi waktu luang subjek seharihari. Waktunya bertepatan dengan suasana idul fitri. Kesimpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dari 110 subjek tertinggi adalah 33 orang yang tidak puas berada pada aspek yang mempunyai sikap hidup yang optimis dan suasana hati yang bahagia. Dikatakan lansia puas ketika bisa memenuhi lima aspek dalam kepuasan hidup. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: a. Bagi orang Lansia Perlu meningkatkan kepuasan hidup lansia dengan cara: a. Melakukan kegiatan yang disukai dan menikmati setiap kegiatan yang dilakukan. b. Lebih menerima kondisi kehidupan sebagai anugrah, artinya bukan dianggap sebagai takdir menjadi seorang lansia. c. Memelihara sikap optimis dan yakin bahwa dengan kondisi yang dialami sekarang, ia masih mampu memberikan masukan orang-orang sekitarnya, misalnya memberikan nasihat kepada anak-anak, cucu dan tetangga. b. Bagi peneliti lain Dalam proses pengambilan data lebih diperhatikan tingkat pendidikannya dan lingkungaan kehidupannya karena untuk pembuatan alat ukur. DAFTAR PUSTAKA Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ghufron, M. Nur. Risnawati, Rini. 2011. Teori-teori Psikologi. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media. Hardywinoto dan Tony Setiabudhi. 2005. Panduan Gerontologi Tinjauan dari Berbagai Aspek. Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi. Hikmawati, Eny dan Ahmad Purnama. 2008. Kondisi Kepuasan Hidup Lansia. PKS Vol VII No. 26 hal 79-93 Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: Erlangga Indriana, Yeniar. 2012. Gerontologi dan progeria. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. . 2004. Kepuasan Hidup Orang Lanjut Usia dalam Hubungannya dengan Jenis Aktivitas, Jenis Kelamin, Religiusitas, Status Perkawinan, Tingkat Kemandirian, Tingkat Pendidikan dan Daerah Tempat Tinggal. Jurnal Psikologi Vol 1, No 1 hal Juan Liu, Li dan E. Qiang Guo. 2008. Life satisfaction in a sample of empty-nest elderly: a survey in the rural area of a mountainous county in China. Qual Life Res (2008) 17:823–830: Springer Science+Business Media B.V. 2008 Arivia, Gadis. Nur Iman Subono. Adriana Venny. Ida danny. Dan Askin Arif. 2002. Jurnal Perempuan untuk pencerahan dan kesetaraan. Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan. Kimm, Heejin. Jae wooong sull. Bayasgalan Gombojav. SangWook Yi dan Heechoul Ohrr. 239 2012. Life satisfaction and mortality in elderly people: the Kangwha Cohort study.Research article: BMC Public Health Monks, F. J dan A.M.P Knoers. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam Berbagai Bagiannya alih bahasa Siti Rahayu Haditono. Yogyakarta: Gadjah mada University Press Oshio, Takashi. 2012. Gender Differences in the Associations of Life Satisfaction with Family and Social Relations Among the Japanese Elderly. J Cross Cult Gerontol (2012) 27:259–274: Springer Science+Business Media, LLC 2012. Papalia. Olds. Feldman. 2009. Human development perkembangan manusia edisi 10 buku 2. Jakarta: Salemba Humanika Sancho, Patricia., laura Galiana., Elizabeth-Hama Francisco., Melchor Gutierrez Jose dan M. Toma s. 2012. Validating the Portuguese Version of the Satisfaction With Life Scale in an Elderly Sample. Soc Indic Res DOI 10.1007/s11205-0129994-y : Springer Science+Business Media B.V. 2012 Santrock, Jhon W. 2002. Life-span development perkembangan manusia edisi kelima. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W. 2012. Life-span development perkembangan Masa-Hidup edisi Ketiga Belas Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Umar, Aminah. 2004. Kepuasan Hidup Lansia Ditinjau dari Interaksi Sosial Di Panti Wredha Pucang Gading Semarang. Skripsi. Tidak diterbitkan Semarang. Fakultas Psikologi Universitas Semarang Urbayatun, Siti. 2006. Hubungan antara Pemenuhan Kebutuhan dengan Afek Positif dan afek Negatif pada Lansia. Humanitas Indonesian Psychological Journal Vol 3 No 1. Zhang, Amy Y dan Lucy Yu. 1998. Life satisfaction among Chinese elderly in Beijing. Journal of cross-cultural gerontology 13:109125:Kluwer Academic publisher 240