STUDI DESKRIPTIF KEPUASAN HIDUP PADA LANSIA DI DAERAH

advertisement
STUDI DESKRIPTIF KEPUASAN HIDUP PADA LANSIA
DI DAERAH BANYUMENENG
Ainul Khotimah
Anna Dian Savitri
Fakultas Psikologi Universitas Semarang
Abstrak
Kepuasan hidup merupakan kemampuan seseorang untuk menikmati
pengalaman-pengalamannya, yang disertai tingkat kegembiraan. Jika seseorang
gagal memperoleh kepuasan hidup, maka menjadi pengalaman pahit dan
menyedihkan dan mungkin dapat menimbulkan depresi. Sebaliknya, jika
seseorang berhasil mencapai kepuasan hidup yang dicita-citakan, maka
merupakan pengalaman yang menyenangkan, kenikmatan hidup. Orang yang
merasa puas hidupnya akan selalu senang, tentram, aman, dan sejahtera, sehingga
mudah beradaptasi dengan lingkungan. Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kepuasan hidup pada
lansia di Desa Banyumeneng Mranggen Demak. Responden penelitian ini
sebanyak 110 orang lansia yang berusia 60 tahun keatas. Teknik sampel yang
digunakan adalah teknik incidental sampling. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan Kuesioner Kepuasan hidup. Dan analisis datanya
menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan dari 110
subjek tertinggi adalah 33 orang yang tidak puas berada pada aspek yang
mempunyai sikap hidup yang optimis dan suasana hati yang bahagia.
Kata Kunci : Kepuasan Hidup, Lansia.
(DESCRIPTIVE STUDY ON LIFE SATISFACTION IN ELDERLY IN THE
BANYUMENENG)
Abstract
Life satisfaction is a person's ability to enjoy experiences, accompanied by
the level of excitement. If someone fails to gain life satisfaction, then become
bitter and distressing experience and may cause depression. Otherwise, if
someone managed to achieve life satisfaction be desired, it is a pleasant
experience, enjoyment of life. People who has satisfied of life will always be
happy, peaceful, safe, and prosperous, making it easy to adapt to the environment.
This research use descriptive method. The purpose of this study is to determine
the level of life satisfaction of the elderly in the village Banyumeneng Mranggen
Demak. Respondents of this study were 110 elderly people aged 60 years and
older. Sampling technique used is incidental sampling technique. The data was
collected using a questionnaire of life satisfaction, And data analyze using
descriptive qualitative. Results of the study of 110 subjects showed the highest is
33 people who were not satisfied to be on the aspects that have an optimistic
attitude to life and a happy mood.
Keywords: Life Satisfaction, Elderly
230
Pendahuluan
Apabila manusia tidak dapat
menikmati kebahagiaan dimasa kanakkanaknya, maka masih ada harapan
untuk mengejarnya pada masa remaja,
masa dewasa, atau masa lanjut usia
(lansia). Masa lansia adalah masa
dimana
mengatasi
kehilangan
kemampuan, kehilangan orang dicintai
dan persiapan menuju kematian. Jika
pensiun, lansia harus berhadapan
dengan
kehilangan
hubungan
pekerjaan,
tetapi
mungkin
mendapatkan
kesenangan
yang
meningkat dari pertemanan, keluarga,
pekerjaan suka rela, dan kesempatan
untuk menjelajahi minat-minat yang
dulu diabaikan. Masa lansia adalah
masa terakhir dalam kehidupan
manusia
sehingga
kebahagiaan
seharusnya sudah dapat dirasakan oleh
para lansia.
Pada
kelompok
lansia
memerlukan perhatian khusus diabad
21 ini, mengingat bahwa selain
jumlahnya yang meningkat dengan
cepat, lansia secara potensial dapat
menimbulkan permasalahan yang akan
mempengaruhi kelompok penduduk
lain. Berbagai permasalahan dan
konflik yang dihadapi lansia memiliki
cara yang berbeda, yang merefleksikan
kebiasaan hidup, nilai dan konsep diri.
Kebanyakan dari orang yang sudah tua
sering kali berorientasi pada masa lalu,
menengok kebelakang tentang apa saja
yang sudah pernah diperbuatnya dan
bagaimana hasilnya. Peninjauan hidup
ini mungkin merupakan suatu upaya
lansia mencari-cari identitas diri yang
dirasa hilang karena merasa disisihkan
oleh lingkungannya. Sering kali lansia
mencoba mencari jawaban atas hal-hal
yang sebelumnya kurang dimengerti
dan
menyatukan
diri
kepada
keberhasilan dan kegagalan masa
lalunya (Desmita, 2005: 254-255).
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang dilakukan di daerah
Banyumeneng pada tanggal 18
November 2012 kepada 3 orang
lansia, dapat disimpulkan bahwa
lansia bahagia dengan kehidupan saat
ini meskipun dengan kondisi ekonomi
yang kurang lancar, masih mempunya
tanggungan anak, memiliki pensiunan,
kesehatan baik, tidak menanggung
beban dan menjalankan ibadah dengan
sempurna. Ketiga lansia memiliki
kesamaan
dalam
memandang
kepuasan hidup yaitu dengan bisa
beribadah dengan sungguh-sungguh
dan diberi kesehatan. Para lansia akan
senang ketika bercerita ada yang mau
mendengarkan cerita tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan Hikmawati dan Akhmad
(2008:79-93)
tentang
kondisi
kepuasan lansia, diperoleh hasil bahwa
lansia yang merasakan kepuasan hidup
yaitu dengan melihat kondisi lansia,
usia harapan hidup lansia wanita lebih
tinggi dibandingkan lansia pria karena
lansia wanita banyak beraktivitas dan
menerima apa yang dialami dan lansia
sadar apa yang dialami merupakan
suatu takdir Tuhan.
Dilakukan wawancara kembali
kepada 10 lansia pada bulan 21-23
Maret 2013 untuk membandingkan
antara lansia yang berada di
Banyumeneng dengan Semarang
mengenai kepuasan hidup, dari hasil
tersebut adanya perbedaan dalam
menanggapi kehidupan ini. Lansia di
daerah Banyumeneng lebih pasrah
kepada Tuhan dalam menghadapi
kehidupan ini, meskipun latar
231
belakang para lansia berbeda-beda.
Sedangkan lansia yang tinggal di
Semarang
dalam
menghadapi
kehidupan dengan latar belakang yang
berbeda-beda, memiliki pandangan
yang bermacam-macam yaitu ada
yang masih mencari nafkah sendiri,
memikirkan kehidupan dunia.
Menurut
penelitian
Indriana
(2004) mengenai kepuasan hidup
orang lanjut usia dalam hubungannya
dengan jenis aktivitas, jenis kelamin,
religiusitas, status perkawinan, tingkat
kemandirian, tingkat pendidikan dan
daerah tempat tinggal, diperoleh hasil
bahwa ada hubungan yang sangat
signifikan antara jenis aktivitas,
religiusitas, tingkat kemandirian, dan
tingkat pendidikan dengan kepuasan
hidup. Disamping itu ada perbedaan
kepuasan hidup antara lansia pria dan
wanita. Studi yang dilakukan oleh
Oshio (2012: 259) menemukan bahwa
pria yang kurang puas dengan hidup
ketika hidup tanpa pasangan mereka;
perempuan kurang puas dengan
kehidupan ketika mereka hidup
dan/atau tidak memiliki hubungan
dekat dengan orang lain, tidak ada
kegiatan sosial dan memiliki teman
yang banyak, tetapi bagi pria punya
teman dekat, memiliki kegiatan sosial
dan teman banyak tidak ada
pengaruhnya. Pria
dan wanita
mengenai anak yang belum menikah
berhubungan negatif dengan kepuasan
hidup. Pria lebih sensitif dibandingkan
perempuan
untuk
keseluruhan
hubungan
keluarga,
sementara
kepentingan relatif dari hubungan
sosial yang lebih tinggi bagi
perempuan. Berdasarkan uraian diatas
bagaimana kondisi kepuasan hidup
pada lansia di daerah Banyumeneng
Kepuasan Hidup
Menurut Koivumaa (2000,
dalam Kimm dkk, 2012: 01), kepuasan
hidup adalah terkait dengan risiko
total kematian pada pria, tetapi cedera
pada wanita. Menurut Pavot dan
Diener (1993, dalam Sancho dkk,
2012: 2) kepuasan hidup adalah
penilaian kognitif berdasarkan pada
perbandingan
kehidupan
dengan
standar yang ditetapkan sendiri atau
standarisasi,
yang
menyebabkan
penilaian kehidupan global.
Menurut Oshio (2012: 259-260)
kepuasan hidup adalah salah satu yang
penting dalam dimensi kesejahteraan,
dan itu merupakan pusat kekhawatiran
tentang penuaan yang sukses. Santrock
(2002: 252) menyatakan bahwa
kepuasan hidup adalah kesejahteraan
psikologis secara umum atau kepuasan
terhadap
kehidupan
secara
keseluruhan.
Kepuasan
hidup
digunakan secara luas sebagai indeks
kesejahteraan psikologis pada orangorang dewasa lanjut. Menurut Ryff
(dalam Papalia, 2009: 294) orangorang yang sehat secara psikologis
memiliki sikap positif terhadap diri
mereka dan orang lain. Sedangkan
menurut Hurlock kepuasan hidup yang
biasa disebut dengan kebahagiaan
timbul dari pemenuhan kebutuhan atau
harapan dan merupakan penyebab atau
sarana untuk menikmati. Alston dan
Dudley menyatakan bahwa kepuasan
hidup
merupakan
kemampuan
seseorang
untuk
menikmati
pengalaman-pengalamannya,
yang
disertai tingkat kegembiraan (Hurlock,
1999: 18).
Umar
(2004:
24)
juga
memberikan
kesimpulan
bahwa
kepuasan hidup lansia merupakan
suatu keadaan yang sejahtera dan
kepuasan hati yang menyenangkan
232
pada lansia, yang timbul bila
kebutuhan dan keinginan para lansia
dapat terpenuhi dan terpuaskan, juga
memberi semangat dan dorongan
positif bagi lansia guna mengisi hari
tua dan melakukan aktivitas dengan
perasaan tenang dan damai.
Santrock (2002: 252) menjelaskan
bahwa kepuasan hidup digunakan
secara
luas
sebagai
indeks
kesejahteraan psikologis pada orangorang dewasa lanjut. Untuk itu
menggunakan
dimensi
dari
kesejahteraan psikologis Ryff (dalam
Papalia, 2009: 294) yaitu: penerimaan
diri, hubungan positif dengan orang
lain, otonomi, penguasaan lingkungan,
tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi.
Kepuasan hidup sebagai ukuran
kebahagiaan, mempunyai lima aspek
sebagai berikut (Indriana, 2012: 66) :
a. Merasa senang dengan aktivitas
yang dilakukan sehari-hari.
b. Menganggap hidupnya penuh arti
dan menerima dengan tulus kondisi
kehidupannya.
c. Merasa telah berhasil mencapai
cita-cita atau sebagian besar tujuan
hidupnya.
d. Mempunyai citra diri yang positif.
e. Mempunyai sikap hidup yang
optimistik dan suasana hati yang
bahagia.
Havighurst (dalam Umar, 2004: 25)
menyatakan aspek-aspek kepuasan
hidup pada lansia antara lain: adanya
semangat untuk menjalani hidup masa
kini, kemampuan penerimaan diri,
citra diri yang positif, suasana hati
yang positif, aktivitas dan tujuan
hidup. Individu tersebut dalam
mengatasi masalah serta keuletannya
dalam
menghadapi
masalahnya,
kesesuaian antara harapan dengan
prestasi yang dicapai, konsep diri yang
baik, dan mood atau suasana hati yang
positif. Papalia (2009: 292-293)
aspek-aspek kepuasan hidup yaitu:
optimis, rasa bersyukur, dan suasana
hati yang positif.
Menurut Hurlock (2012: 19) ada 3
esensi atau hakikat atau inti
kebahagiaan, kenikmatan dan atau
kepuasan yaitu: sikap menerima
(acceptance),
Kasih
sayang
(affection), dan Prestasi (achievement)
Didalam penelitian Oshio (2012:
263) menggunakan dua aspek dari
keluarga
yaitu hubungan dengan
pasangan anak-anak dan orang tua,
dan hubungan sosial. Menurut Liang
(1984, dalam Zhang dan Lucy, 1998:
114)
beberapa
dimensi
dalam
kepuasan hidup yaitu: nada suasana,
semangat untuk hidup dan kesesuaian
antara tujuan dan keinginan yang
dicapai.
Citra diri menurut Ghufron dan
Risnawati (2010: 14) menjelaskan
citra diri sebagai bagian dari
komponen kognitif atau pengetahuan
individu tentang dirinya, yang
menggambarkan bagaimana pikiran
seseorang terhapad dirinya sendiri.
Surya (2007: 6) menjelaskan bahwa
aspek-aspek cita diri adalah sebagai
berikut:
a. Penilaian diri sendiri
b. Cita-cita yang ideal yang ingin
dicapai.
c. Keberartian diri (kebanggaan diri).
Berdasarkan uraian diatas aspekaspek dalam kepuasan hidup lansia
adalah merasa senang dengan aktivitas
yang
dilakukan
sehari-hari,
menganggap hidupnya penuh arti dan
menerima dengan tulus kondisi
kehidupannya, merasa telah berhasil
mencapai cita-cita atau sebagian besar
tujuan hidupnya, mempunyai citra diri
yang positif, mempunyai sikap hidup
233
yang optimistik dan suasana hati yang
bahagia.
Menurut Hurlock (1999:22) faktorfaktor yang paling umum dan yang
terpenting adalah:
1. Kesehatan
2. Daya tarik fisik
3. Tingkat otonomi
4. Kesempatan-kesempatan interaksi
di luar keluarga
5. Jenis Kegiatan
6. Status Kerja
7. Kondisi Kehidupan
8. Pemilikan Harta Benda
9. Keseimbangan antara Harapan dan
Pencapaian
10. Penyesuaian Emosional
11. Sikap terhadap Periode Usia
Tertentu
12. Realisme dari Konsep Diri
13. Realisme dari Konsep-konsep
Peran
Menurut
Markides
(dalam
Santrock, :253) faktor-faktor yang
menunjang kepuasan hidup adalah:
pendapatan, suatu gaya hidup yang
aktif, dan jaringan pertemanan dan
keluarga.
Menurut Oshio (2012: 260)
perubahan struktur sosial, status
perkawinana dan hubungan dengan
anak-anak dan orang tua memengaruhi
kepuasan hidup. Sedangkan menurut
Inal (dalam Juan Liu, 2008: 823-824)
ada
beberapa
faktor
yang
memengaruhi kepuasan hidup yaitu
status sosial ekonomi, kesehatan dan
dukungan
sosial,
berpenghasilan
rendah dimasa tua secara signifikan
lebih rendah dibandingan dengan
pendapatan yang tinggi. Menurut
Santrock (2002: 254) faktor-faktor
yang memengaruhi kepuasan hidup
yaitu: pendapatan, gaya hidup yang
aktif,
jaringan
keluarga
dan
pertemanan. Menurut Papalia (2009:
293) faktor-faktor yang memengaruhi
kepuasan hidup yaitu: kesehatan fisik,
kemampuan untuk menikmati hidup,
perasaaan positif mengenai diri dan
ketentraman
dalam
memandang
peristiwa hidup.
Menurut Abu-Bader, Rogers,
dan Barusch (2002: 4) faktor-faktor
yang memengaruhi kepuasan hidup
meliputi karakteristik lingkungan,
seperti ketersediaan dukungan sosial,
dan sifat-sifat pribadi, seperti harga
diri, kesehatan fisik, sumber daya
keuangan, rasa keterhubungan, dan
locus of control.
Lansia
Menurut Thomae (Monks, 2002:
323) menyatakan bahwa proses
menjadi tua merupakan suatu struktur
perubahan yang mengandung berbagai
macam dimensi. Masa lansia adalah
masa terakhir dalam kehidupan
manusia
sehingga
kebahagiaan
seharusnya sudah dapat dirasakan oleh
para lansia.
Usia 60 tahun atau lebih
merupakan usia yang rawan bagi
manusia (jurnal perempuan, 2002: 43).
Menurut Ananta dkk (Hardywinoto &
Setiabudhi, 2005: 12) dalam kurun
waktu 1990-1995, umur harapan hidup
pria 61.25 tahun dan wanita 66.07
tahun. Kurun waktu 1995-2000, umur
harapan hidup pria meningkat menjadi
63.33 tahun dan wanita 69.0 tahun.
Menurut Hurlock (1999: 380) tahapan
terakhir dalam rentang kehidupan
yaitu usia lanjut dini yang bekisar
antara usia 60-70 tahun dan usia lanjut
dimulai pada usia 70 sampai akhir
kehidupan
seseorang.
Menurut
Santrok (2012: 19) usia 60-an atau 70an hingga kematian.
Lansia
perlu
menemukan
integritas diri melawan keputusasaan
seperti berikut: Ego integrity lansia
234
menerima apa adanya, merasakan
hidup penuh arti dan lansia
bertanggung jawab dan kehidupan
berhasil. Sedangkan keputusasaan
lansia
takut
mati,
mengalami
penyesalan diri, merasakan kegetiran
dan
merasa
terlambat
untu
memperbaiki diri.
Havighurst
dan
Duvall
(Hardywinoto dan Setiabudhi, 2005:
49) menguraikan tujuh jenis tugas
perkembangan (developmental task)
selama hidup yang harus dilaksanakan
oleh lansia, yaitu penyesuaian
terhadap penurunan fisik dan psikis,
penyesuaian terhadap pensiunan dan
pendapatan,
menemukan
makna
kehidupan,
mempertahankan
pengaturan hidup yang memuaskan
kepuasan dalam hidup berkeluarga,
penyesuaian diri terhadap kenyataan
akan meninggal dunia, menerima
dirinya sebagai seorang lansia.
Maryam dkk (2011: 40) tugas
perkembangan lansia adalah sebagai
berikut: memeprsiapkan diri untuk
kondisi
yang
menurun,
mempersiapkan diri untuk pensiun,
membentuk hubungan baik dengan
orang seusianya, mempersiapkan
kehidupan baru. Salah satu tugas
lansia selain diatas ialah meraih
kepuasan hidup, dengan asumsi bahwa
tugas-tugas
dari
perkembangan
sebelumnya sudah terpenuhi dengan
baik sesuai dengan kapasitas dan
kemampuan yang dimilikinya. Semua
tugas perkembangan individu tersebut
akan bermuara pada pencapaian
kepuasan hidup.
Berdasarkan uraian diatas
kepuasan
hidup
lansia
adalah
kepuasan hidup lansia merupakan
kemampuan seseorang yang telah
mencapai usia 60 tahun keatas yang
telah menemukan integritas dirinya
untuk
menikmati
pengalamanpengalamannya, yang disertai tingkat
kegembiraan yang timbul sebagai
pemenuhan kebutuhan atau harapan.
Aspek-aspek dalam penelitian ini
adalah merasa senang dengan aktivitas
yang
dilakukan
sehari-hari,
menganggap hidupnya penuh arti dan
menerima dengan tulus kondisi
kehidupannya, merasa telah berhasil
mencapai cita-cita atau sebagian besar
tujuan hidupnya, mempunyai citra diri
yang positif, mempunyai sikap hidup
yang optimistik dan suasana hati yang
bahagia.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini
adalah lansia didaerah Banyumeneng.
Teknik Pengambilan sampel yang
digunakan adalah Incidental Sampling
jumlah subjek penelitian 110 orang.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah memakai kuesioner
kepuasan hidup dengan cara semi
wawancara.
Analisis
data
menggunakan
teknik
deskriptif
kualitatif.
Hasil dan Pembahasan
Di Kelurahan Banyumeneng
lansianya mayoritas adalah Petani,
dengan
tingkat
pendidikan
kebanyakan tidak tamat SD/sederajat,
dan kebanyakan lansia masih hidup
dengan keluarganya. Sebanyak 624
orang adalah lansia yang berumur 60
tahun keatas dengan perincian sebagai
berikut:
Tabel 1
Jumlah Lansia
LakiPerempuan
Total
laki
237
387
624
Sumber: data dari kelurahan
Banyumeneng
Subjek yang digunakan pada
penelitian ini adalah 110 orang yang
235
berusia 60 tahun sampai 79 tahun,
ketika dalam penelitian lansia yang
ditemukan sebanyak 110 orang.
Berdasarkan hasil penelitian dari
Aspek-aspek kepuasan hidup sebagai
berikut:
a. Merasa senang dengan aktivitas
yang dilakukan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa Subjek merasa
senang
dengan aktivitas yang
dilakukan
sehari-hari,
dengan
presentase mencapai 98 %. Subjek
yang tidak melakukan aktivitas 15
orang dengan presentase mencapai
14%. Kegiatan yang paling banyak
dikerjakan oleh subjek adalah pergi
kesawah ada 36 orang dengan
presentase 33%. Dengan alasan
menghasilkan tanaman yang baik,
hasil panen yang banyak, dan
menghasilkan uang dengan presentase
45,5%. Subjek merasa senang dengan
alasan tidak bekerja itu berarti subjek
bisa beristirahat dan sudah tua mau
bekerja apa. Sedangkan yang tidak
senang dengan aktivitasnya karena
sudah tidak mampu bekerja dan ternak
yang dirawat mati.
Ini berarti sesuai dengan teori
aktivitas ketika lansia kehilangan
peran akan menghilangkan kepuasan.
Lansia merasakan kepuasan ketika
dalam melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut
selama mungkin. Dengan aktivitas
tersebut subjek merasa senang karena
dapat menghasilkan dari kegiatan
tersebut seperti menghasilkan uang,
menghasilkan panen yang baik, karena
dengan menghasilkan uang atau panen
yang baik membuat tambah senang
dengan kegiatan tersebut. Aktivitas
terkait dengan peran sosial, maka
makin besar kehilangan peran melalui
pensiun, menjadi janda/duda, jauh dari
anak, atau masuk ke institusi
perawatan maka seseorang makin
tidak merasakan kepuasan. Menurut
Lemon, Bengtson, dan Peterson (1972,
dalam Papalia, 2009: 408) bentuk
spesifik dari teori aktivitas adalah
frekuensi dan keintiman dari aktivitas
yang penting terhadap kepuasan
hidup. Penelitian dari Greenfield dan
Marks (2004, dalam Papalia, 2009:
408) menunjukkan bahwa kehilangan
peran yang besar adalah faktor risiko
terhadap penurunan kebahagiaan
hidup dan kesehatan mental.
Alasan terbanyak mengapa subjek
merasa senang dengan aktivitasnya
adalah menghasilkan sesutu. Ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Urbayatun (2006) mengenai hubungan
antara pemenuhan kebutuhan dengan
afek positif dan afek negatif pada
lansia
diperoleh
hasil
ketika
kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat
terpenuhi maka akan menimbulkan
kepuasan hidup dan afek positif.
Kebutuhan-kebutuhan
tersebut
dikelompokkan menjadi beberapa
faktor.
b. Menganggap hidupnya penuh arti
dan menerima dengan tulus kondisi
kehidupannya.
Berdasarkan dari hasil penelitian
bahwa
sebagian
besar
subjek
menganggap hidupnya sudah berarti
dengan presentase mencapai 94 %.
Ada
satu
subjek
menganggap
hidupnya penuh arti tetapi tidak
memberikan alasan. Dengan alasan
yang terbanyak adalah ketika dipatuhi
oleh anak-anak dengan presentase
mencapai 17 % dan yang tidak
menganggap hidupnya penuh arti
sebanyak 7%, karena sudah tidak
menghasilkan atau tidak bisa bekerja
lagi sebanyak 7 orang. Ini sesuai
denga penelitian yang dilakukan oleh
236
Oshio (2012: 263) menggunakan dua
aspek dari keluarga yaitu hubungan
dengan pasangan anak-anak dan orang
tua, dan hubungan sosial. Subjek
merasa
puas
ketika
masih
berhubungan dengan anak-anak dan
orang tua serta hubungan sosial,
sedangkan yang tidak menganggap
hidupnya penuh arti sebanyak 6 %
karena sudah tidak menghasilkan atau
tidak bisa bekerja lagi. Untuk subjek
yang menerima kondisi kehidupannya
sebagian besar subjek menerima
kondisi kehidupan dengan presentase
sebanyak 99 %. Ketika melihat
alasannya
subjek
sebagian
menerimanya dengan alasan Tuhan
memberikannya segini ya disyukuri
saja. Selain itu berarti lansia sudah
melaksanakan beberapa tugasnya yaitu
menemukan kepuasan dalam hidup
berkeluarga, dan menerima dirinya
sebagai seorang lansia.
c. Merasa telah berhasil mencapai
cita-cita atau sebagian besar tujuan
hidupnya.
Berdasarkan dari hasil penelitian
sebagian subjek telah berhasil
mencapai cita-cita atau sebagian besar
hidupnya.
Subjek
yang
sudah
mencapai keinginannya sebanyak
72,7%, subjek yang sudah tercapai dan
belum tercapai keinginannya sebanyak
18,2%, dan subjek yang tercapai
keinginannya sama sekali sebanyak
9,1%. Ini berarti 9,1% subjek kurang
puas dalam kehidupannya karena
keinginannya
belum
terpenuhi.
Keinginan-keinginan
yang
ingin
dicapai subjek paling banyak yaitu
ekonomi cukup mencapai, naik haji,
anak-anak
nikah
semua,
menyekolahkan anak-anak, dan punya
uang.
Keinginan yang paling banyak
adalah memiliki ekonomi cukup.
Meskipun ada sebagian subjek yang
sudah mencapai keinginan ataupun
belum mencapai keinginan, sebagian
subjek memiliki harapan yang diingini
adalah
panjang
umur
dengan
presentase mencapai 19%. Ini sudah
sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Liang (1984, dalam
Zhang dan Lucy, 1998: 114) ada
beberapa dimensi dalam kepuasan
hidup yaitu: nada suasana, semangat
untuk hidup dan kesesuaian antara
tujuan dan keinginan yang dicapai.
Lansia puas akan hidupnya memiliki
semangat untuk hidup dan tercapainya
tujuan hidup. Akan tetapi dengan
kondisi
fisik
yang
kurang
memungkinkan untuk meningkatkan
ekonomi subjek masih mempunyai
keinginan untuk haji.
d. Mempunyai citra diri yang positif.
Berdasarkan dari hasil penelitian
semua subjek mampu menilai dirinya
sendiri. Rata-rata subjek memiliki
keahlian yang dimiliki adalah tani
dengan presentase sebanyak 43,4 %.
Dan cita-cita yang paling diinginkan
rata-rata
adalah
naik
haji
presentasenya mencapai 37,3% dan
usaha yang dilakukan oleh subjek
paling banyak yaitu berdoa sebanyak
23 %. Dan bisa sekolah, bisa bekerja,
diampuni dosanya, dan umroh hanya 1
%. sebagian besar subjek merasa
bangga pada diri sendiri, subjek yang
tidak bangga pada diri sendiri 5 %
dengan alasan ketika bangga diri
sendiri yaitu diberi kesehatan yang
baik presentasenya mencapai 27 %
dan anak-anak bisa nikah semua
presentasenya mencapai 11 %.
Menurut Ryff (dalam Papalia, 2009:
294) orang-orang yang sehat secara
psikologis memiliki sikap positif
terhadap diri mereka dan orang lain.
Dilapangan subjek yang merasa tidak
237
bangga tersebut alasannya apa yang
harus dibanggakan karena sudah tua.
Ini berarti beberapa subjek citra
dirinya kurang. Memang subjek
mampu menilai dirinya sendiri dan
orang lain tetapi kurang. Subjek
penelitian sebagian memiliki sikap
positif terhadap dirinya sendiri bahwa
akan mampu mencapai apa yang
diinginkan oleh subjek.
e. Mempunyai sikap hidup yang
optimistik dan suasana hati yang
bahagia.
Berdasarkan dari hasil penelitian
subjek mempunyai sikap yang optimis
karena subjek mempunyai rencana
untuk kegiatan yang akan dilkakukan
besok. Kegiatan yang akan dilakukan
oleh subjek paling banyak yaitu
kesawah dengan presentase mancapai
25,3 % dari 110 orang. Subjek juga
memiliki semangat, keadaan yang
membuat subjek semangat yaitu:
memiliki anak dan cucu presentase
mencapai 42,7%, cari nafkah dan
sehat. Dan sebagian besar subjek
memiliki suasana hati senang dengan
presentase mencapai 79%. Antara
sedih dan tenang presentasenya sama
yaitu 7,3%. ketika subjek senang
alasannya diberi kesehatan yang baik,
bisa menyelesaikan puasa dan bisa
ikut lebaran, dan anak cucu sehat.
Ketika suasana hati biasa alasan
subjek yaitu bersyukur dan tidak ada
keinginan, suasana hati tenang karena
bisa menjalankan ibadah yaitu
puasanya bisa selesai. Sedangkan
suasana hati sedih karena tidak
mempunyai uang. Karena diambil
datanya pada saat puasa dan
mendekati lebaran hasilnya sebagian
besar suasana hati positif yaitu senang,
mungkin pada saat pengambilan
datanya diwaktu yang seluruh orang
merayakannya sehingga berpengaruh
pada penelitian. Sedangkan sebanyak
22,8% subjek tidak optimis karena
tidak ada rencana untuk dilakukan
besok alasnnya karena sudah tua,
istirahat dirumah, mau bekerja apa
karena sudah tua dan sudah tidak
dapat menghasilkan jadi istirahat
dirumah saja.
Tabel 2
Subjek tidak puas
Aspek-aspek
1. Merasa senang dengan
aktivitas yang dilakukan
sehari-hari
2. Menggap hidupnya penuh
arti dan menerima dengan
tulus
kondisi
kehidupannya
3. Merasa telah berhasil
mencapai cita-cita atau
sebagian besar tujuan
hidupnya
4. Mempunyai citra diri
yang positif
5. Mempunyai sikap hidup
yang
optimistik
dan
suasana hati yang bahagia
N
Jawaba
n
negatif
2
8
10
5
33
Berdasarkan tabel diatas dari
110 subjek penelitian tertinggi adalah
33 orang yang tidak puas berada pada
aspek yang mempunyai sikap hidup
yang optimis dan suasana hati yang
bahagia. Dikatakan lansia puas ketika
bisa memenuhi lima aspek dalam
kepuasan hidup.
Dalam penelitian ini peneliti
menyadari adanya kelemahan yaitu
dalam proses pengambilan sampel
kurang beragam sehingga subjek
penelitian terlalu homogen atau
sejenis, subjek yang dijadikan sampel
sebagian besar lansia yang memiliki
kegiatan aktivitas yang cukup untuk
238
mengisi waktu luang subjek seharihari. Waktunya bertepatan dengan
suasana idul fitri.
Kesimpulan Dan Saran
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari
110 subjek tertinggi adalah 33 orang
yang tidak puas berada pada aspek
yang mempunyai sikap hidup yang
optimis dan suasana hati yang bahagia.
Dikatakan lansia puas ketika bisa
memenuhi lima aspek dalam kepuasan
hidup.
Saran
Berdasarkan dari hasil penelitian
yang diperoleh, maka
peneliti
mengajukan beberapa saran sebagai
berikut:
a. Bagi orang Lansia
Perlu meningkatkan kepuasan
hidup lansia dengan cara:
a. Melakukan
kegiatan
yang
disukai dan menikmati setiap
kegiatan yang dilakukan.
b. Lebih
menerima
kondisi
kehidupan sebagai anugrah,
artinya bukan dianggap sebagai
takdir menjadi seorang lansia.
c. Memelihara sikap optimis dan
yakin bahwa dengan kondisi
yang dialami sekarang, ia masih
mampu memberikan masukan
orang-orang
sekitarnya,
misalnya memberikan nasihat
kepada anak-anak, cucu dan
tetangga.
b. Bagi peneliti lain
Dalam proses pengambilan data
lebih
diperhatikan
tingkat
pendidikannya
dan
lingkungaan
kehidupannya
karena
untuk
pembuatan alat ukur.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.
2005.
Psikologi
Perkembangan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Ghufron, M. Nur. Risnawati, Rini.
2011. Teori-teori Psikologi.
Jogjakarta:Ar-Ruzz Media.
Hardywinoto dan Tony Setiabudhi.
2005. Panduan Gerontologi
Tinjauan dari Berbagai Aspek.
Jakarta: PT Ikrar Mandiriabadi.
Hikmawati, Eny dan Ahmad Purnama.
2008. Kondisi Kepuasan Hidup
Lansia. PKS Vol VII No. 26
hal 79-93
Hurlock, Elizabeth B. 1999. Psikologi
Perkembangan
Suatu
Pendekatan
Sepanjang
Rentang Kehidupan Edisi
kelima. Jakarta: Erlangga
Indriana, Yeniar. 2012. Gerontologi
dan progeria. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
. 2004. Kepuasan
Hidup Orang Lanjut Usia
dalam Hubungannya dengan
Jenis Aktivitas, Jenis Kelamin,
Religiusitas,
Status
Perkawinan,
Tingkat
Kemandirian,
Tingkat
Pendidikan
dan
Daerah
Tempat
Tinggal.
Jurnal
Psikologi Vol 1, No 1 hal
Juan Liu, Li dan E. Qiang Guo. 2008.
Life satisfaction in a sample of
empty-nest elderly: a survey in
the rural area of a mountainous
county in China. Qual Life Res
(2008) 17:823–830: Springer
Science+Business Media B.V.
2008
Arivia, Gadis. Nur Iman Subono.
Adriana Venny. Ida danny.
Dan Askin Arif. 2002. Jurnal
Perempuan untuk pencerahan
dan
kesetaraan.
Jakarta:
Yayasan Jurnal Perempuan.
Kimm, Heejin. Jae wooong sull.
Bayasgalan Gombojav. SangWook Yi dan Heechoul Ohrr.
239
2012. Life satisfaction and
mortality in elderly people: the
Kangwha
Cohort
study.Research article: BMC
Public Health
Monks, F. J dan A.M.P Knoers. 2004.
Psikologi
Perkembangan
Pengantar dalam Berbagai
Bagiannya alih bahasa Siti
Rahayu Haditono. Yogyakarta:
Gadjah mada University Press
Oshio, Takashi. 2012. Gender
Differences in the Associations
of Life Satisfaction with
Family and Social Relations
Among the Japanese Elderly. J
Cross Cult Gerontol (2012)
27:259–274:
Springer
Science+Business Media, LLC
2012.
Papalia. Olds. Feldman. 2009. Human
development
perkembangan
manusia edisi 10 buku 2.
Jakarta: Salemba Humanika
Sancho, Patricia., laura Galiana.,
Elizabeth-Hama
Francisco.,
Melchor Gutierrez Jose dan M.
Toma s. 2012. Validating the
Portuguese Version of the
Satisfaction With Life Scale in
an Elderly Sample. Soc Indic
Res DOI 10.1007/s11205-0129994-y
:
Springer
Science+Business Media B.V.
2012
Santrock, Jhon W. 2002. Life-span
development
perkembangan
manusia edisi kelima. Jakarta:
Erlangga.
Santrock, John W. 2012. Life-span
development
perkembangan
Masa-Hidup edisi Ketiga Belas
Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Umar, Aminah. 2004. Kepuasan
Hidup Lansia Ditinjau dari
Interaksi Sosial Di Panti
Wredha
Pucang
Gading
Semarang.
Skripsi.
Tidak
diterbitkan Semarang. Fakultas
Psikologi
Universitas
Semarang
Urbayatun, Siti. 2006. Hubungan
antara Pemenuhan Kebutuhan
dengan Afek Positif dan afek
Negatif
pada
Lansia.
Humanitas
Indonesian
Psychological Journal Vol 3
No 1.
Zhang, Amy Y dan Lucy Yu. 1998.
Life
satisfaction
among
Chinese elderly in Beijing.
Journal
of
cross-cultural
gerontology
13:109125:Kluwer
Academic
publisher
240
Download