modul 4 kb 1,2,3,4,5..

advertisement
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI,
BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAYI DENGAN MUNTAH DAN GUMO
Semester 3
KEGIATAN BELAJAR I
PRODI D- III KEBIDANAN MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN
POLTEKKES KEMENKES MEDAN
1
Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan
oleh kegawat daruratan dan penyulit pada masa neonatus, seperti bayi berat lahir rendah
(BBLR), asfixia neonatorum, sindromgawat nafas,hiperbilirubinemia,sepsisneonatorum,
trauma lahir, dan kelainan kongenital. World healt organization (WHO) dalam pernyataan
tentang neonatorum dunia tahun 2001 melaporkan bahwa penyebab langsung kematian
neonatus adalah infeksi (32%), asfixia (29%), komplikasi prematuritas (24%), Kelainan
bawaan (10%), dan lain- lain (5%). Timbulnya penyulit pada masa neonatus ini
sesungguhnya masih dapat di cegah melalui berbagai upaya antara lain melalui perbaikan
tingkat kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru
lahir(neonatus). Modulinidikemasdalambeberapakegiatan belajar dalam waktu yang berbeda
beda serta tergantung banyak sedikitnya materi yang dibahas. Adapun pembagian kegiatan
belajarnya sebagai berikut :
Kegiatan belajar 1 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Muntah dan Gumoh
Kegiatan Belajar 2 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Oral trush dan Diaper rush
Kegiatan Belajar 3 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Seborrhea dan Miliariasis
Kegiatan Belajar 4 :Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Diare dan Obstipasi
Kegiatan Belajar 5 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan furunkel dan infeksi
Kegiatan Belajar 6 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Hemangioma dan Bayi Mati
Mendadak
Setelah selesai mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan
tentang asuhan neonatus yang ada pada kegiatan belajar di atas. Pemahaman tentang materi
ini bisa berjalan dengan baik jika mahasiswa selain menguasai teori minimal pernah melihat
dan mengidentifikasi kasus-kasus tentang penyulit dan komplikasi pada neonatus. Proses
pembelajaran ini akan berjalan baik dan lancar apabila saudara juga memahami tentang upaya
terjadinya penyulit dan komplikasi pada bayi.
2
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini saudara
diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan muntah dan Gumoh
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu :
1. Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan neonates dengan muntah
2. Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan neonates dengan gumoh/regurgitasi
Dalam kegiatan belajar 1 ini, saudara alan mempelajari:
1. Konsep dasar dan asuhan neonatus dengan muntah
2. Konsep dasar dan asuhan neonatus dengan gumoh/regurgitasi
3
Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara
paksa melalui mulut disertai kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991). Muntah bisa
disebabkan adanya gangguan fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi. Selain itu
juga dapat disebabkan gangguan psikologis seperti keadaan tertekan, cemas terutama pada
anak yang lebih besar. Pada masa bayi, terutama neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena
itu bila terjadi muntah harus observasi kemungkinan adanya gangguan.
Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Bila regurgitasi, pengeluaran susu terjadi segera
setelah minum yang dapat disebabkan kebanyakan minum atau kegagalan mengeluarkan
udara yang tertelan. Sedangkan muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi modulla
oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut.
Gangguan akibat muntah
Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu :
a. Muntah terjadi beberapa jam setelah lahir, kadang disertai sedikit darah,
kemungkinan karena iritasi lambung akibat sejumlah bahan yang tertelan selama
proses kelahiran. Muntah ini kadang menetap setelah pemberian makanan pertama
kali. Pembilasan lambung dengan garam fisiologis dapat menolong keadaan tersebut.
b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, jumlah banyak, tidak proyektil
berwarna hijau dan cenderung menetap biasanya akibat obstruksi usus halus.
c. Muntah yang terjadi secara proyektil (menyemprot) dan tidak berwarna kehijauan
merupakan tanda stenosis pilorus.
d. Selain keadaan tersebut diatas, muntah juga dapat merupakan salah satu tanda
peningkatan tekanan intra kranial, alergi susu, infeksi saluran kemih atau gangguan
lainnya.
e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Hal ini kemungkinan karena
kesalahan tehnik pemberian makan atau faktor psikososial seperti gangguan
hubungan ibu dan anak.
4
Asuhan Anak Muntah
1. Pengkajian
a. Waktu terjadinya muntah, bisa terjadi beberapa jam setelah lahir, hari-hari pertama
kelahiran, atau pada anak-anak yang terkesan sehat.
b. Sifat muntahan. Muntahan bisa keluar secara proyektil (menyemprot) atau muntah
pada umumnya.
c. Warna muntahan dan bahan yang keluar. Muntahan bisa berwarna kehijauan atau ada
sisa makanan yang bercampur lendir.
d. Pola makan anak, apa saja makanan yang dimakan. Kemungkinan anak terlalu banyak
makan, alergi susu atau makanan tertentu.
e. Riwayat penyakit, adakah kemungkinan penyakit yang menyertainya, seperti
obstruksi usus halus, stenosis pilorus, alergi, gangguan psikologis atau gangguan
lainnya
f. Terdapat tanda–tanda dehydrasi jika muntahnya hebat dan terus menerus, terutama
jika disertai dengan diare.
g. Hubungan anak dengan orang tua. Pada kondisi tertentu faktor psikologis bisa
merupakan faktor pencetus muntah.
h. Pemeriksaan penunjang
i. Apabila muntah terjadi terus–menerus perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti foto
abdomen, pemeriksaan laboratorium. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan
letak gangguan/ kelainan.
2. Masalah Muntah,
Pola makan salah, Gangguan psikologis
3. Perencanaan
Pada dasarnya muntah yang tidak disertai gangguan fisiologis, tidak perlu penanganan
khusus. Meskipun demikian, muntah tidak bisa diabaikan begitu saja. Beberapa
tindakan jika anak mengalami muntah :
a. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan
sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang
cukup untuk mencerna makanan yang masuk.
b. Ajarkan pola makan yang benar, hindari makanan yang merangsang dan
menimbulkan alergi. Pemberian makan harus disesuaikan dengan usia anak dan
memperhatikan menu gizi seimbang yaitu makanan yang bervariasi yang
5
mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak vitamin dan mineral serta sesuai
dengan kebutuhan anak. Protein susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut
kadang-kadang menyebabkan alergi Untuk itu harus hati-hati dan bila perlu diganti
bahan makanan yang lain.
c. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang
mengabaikan kehadiran anak, situasi yang menegangkan merupakan situasi yang
menegangkan,merupakansituasiyangtidak
menyenangkananakdandapatberdampak
pada fisik anak. Oleh karena itu kasih sayang yang mencukupi, bimbingan yang
bijaksana dari orang tua, merupakan hal yang sangat diperlukan.
d. Lakukan kolaborasi, apabila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna
kehijauan, muntah yang proyekti atau gangguan lainnya segera dibawa ke dokter
untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu pemeriksaan penunjang sangat
diperlukan.
Konsep Dasar
Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan
tanpa paksaan beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I, 1999). Regurgitasi merupakan
keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dibawah usia 6 bulan. Seiring bertambahnya
usia, yaitu sampai anak diatas 6 bulan. regurgitasi semakin jarang dialami.
Penyebab gumoh/regurgitasi
Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi yaitu posisi saat menyusui yang tidak tepat,
minum terburu–buru, anak sudah kenyang, tapi tetap diberi minum karena orang tuanya
khawatiranaknya kekurangan makan.Bayiyanggumohsesudahmenyusu,biasanya merupakan
6
kondisi yang normal. Gumoh menjadi abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan
berat badan bayi tidak adekuat. Asuhan Anak dengan Regurgitasi
1. Pengkajian
a. Usia timbul gumoh, sering terjadi dibawah usia 6 bulan. Cara dan bahan makanan
yang keluar. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah anak mengalami
gumoh atau muntah. Pada anak yang gumoh, bahan makanan yang keluar
biasanya berupa susu dan terjadi secara spontan. Sedangkan pada anak yang
muntah, bahan yang keluar adalah sisa bahan makanan disertai kontraksi dari
abdomen.
b. Pola minum perlu diperhatikan adalah: apakah susu diberikan dengan
menggunakan botol, sendok atau menetek pada ibunya; sudah benarkah cara
minumnya; berapa jumlah dan frekuensi pemberian. Orang tua kadang khawatir
anak kurang kebutuhan minumnya, sehingga susu diberikan terlalu sering.
c. Suasana saat minum. Bayi yang tergesa–gesa minumnya mudah mengalami
gumoh.
d. Posisisaatminum.Posisiibuyangtidaktepatsaatmenyusuibayinya,bisamengakibatka
n anak gumoh. Demikian juga posisi botol yang tidak tepat saat bayi diberi susu
formula.
1. Masalah
a. Posisi minum/menetek yang tidak benar
b. Kesalahan pola minum
2. Perencanaan/intervensi
a. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel
sebagian areola, dagu menempel payudara ibu.
b. Bila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur agar susu
menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya kedalam mulut
bayi. Lihat gambar berikut
c. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum bayi jangan
langsung ditidurkan tapi perlu disendawakan dulu. Sendawa dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut :
7
1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri), kepala bersandar dipundak ibu.
Kemudian punggung bayi ditepuk perlahan – lahan sampai terdengar suara
bersendawa. Lihat gambar dibawah.
2) Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai
terdengar suara bersendawa. Lihat gambar diatas.
8
Muntah dapat disebabkan oleh gangguan psikologis maupun fisiologis biasanya terjadi pada
anak yaqng lebih besar dibandingkan dengan bayi, tetapi jika terjadi pada bayi harus lebih
diobservasi kemungkinan kemungkinan yang terjadi. Bedanya dengan regurgitasi adalah
keluarnya kembali susu yang telah ditelan melalui mulut.
9
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
Pilihlah :
A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar
C. Jika jawaban 2 dan 4 benar
D. Jika hanya 4 saja yang benar
E. Jika semua benar
Kasus ( 1 – 4 )
Bayi usia 5 hari diberi ASI dan susu formula refleks menghisap da menelan baik tiba-tiba
mengalami muntah yang terjadi setelah makan (susu) agak lama masuk di lambung, ibu
tampak ketakutan.
1. Pada kasus diatas bayi mengalami
A. Regurgitasi
B. Muntah
C. Infeksi pascanatal
D. Ikterus patologis
E. Gumoh
2. Penyebab dari kasus tersebut (nomor 1 ) antara lain :
1) Bayi kenyak dan meneteki buru-buru
2) Kelainan kongenital saluran pencernaan
3) Posisi bayi saat menyusu pada botol tidak tepat
4) Adanya faktor infeksi
3. Penatalaksanaan kasus diatas ( nomor 1 ) antara lain :
1) Beri antiemetik dan rujuk segera
2) Memperbaiki tehnik menyusui
3) Perlakukan bayi dengan tenang
4) Sebaiknya selesai menyusu sendawakan
10
4. Komplikasi yang sering ditemukan pada kasus ( nomor 1) antara lain:
1) Dehidrasi dan alkalosis
2) Perdarahan konjungtiva
3) Aspirasi
4) Koma
5. Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa
melalui mulut di sertai kontraksilambung dan abdomen disebut
A. Gumoh
B. Muntah
C. Oral trush
D. Regurgitasi
E. Mual Evaluasi Formatif
6. Karakteristik muntah pada bayi sebagai berikut
1) Terjadi beberapa jam setelah lahir
2) Terjadi pada hari – hari pertama kelahiran
3) Muntah proyektil
4) Bayi selalu menangis
7. Muntah pada anak yang sehat bisa terjadi disebabkan oleh
A. Tehnik pemberian makanan yan tidak benar
B. Tidak suka makanan yang dimakan
C. Bau makanan
D. Warna makanan
E. Jumlah makanan
8. Pengkajian yang perlu dilakukan pada anak muntah, kecuali
A. Sifat muntahan
B. Warna muntahan
C. Pola makanan anak
D. Tanda – tanda dehidrasi
E. Waktu makan anak
11
9. Keluarnya kembali susu yang telah ditelan melalui mulut tanpa paksaan setelah
minum susu disebut
A. Regurgitasi
B. Mual
C. Muntah
D. Oral trush
E. Reflux
10. Penyebab terjadi regurgitasi adalah
1) Posisi saat menyusui tidak tepat
2) Minum terburu- buru
3) Anak sudah kenyang
4) Tidak tahan bau susu
12
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada
bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika
jawaban yang benar adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% -79% : cukup kurang
dari 70% : kurang Kalau
KUNCI JAWABAN
1. A
2. B
3. C
4. B
5. B
6. A
7. A
8. E
9. A
10. A
Amati kejadian muntah pada bayi ketika saudara dinas di Rumah sakit, bedakan hal
tersebut termasuk katagori muntah apa regurgitasi. Buat laporan atau resume dan
laporkan ke pembimbing saudara.
13
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI,
BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAYI DENGAN ORAL TRUSH DAN DIAPER TRUSH
Semester 3
KEGIATAN BELAJAR 2
PRODI
III KEBIDANAN
MEDAN
PRODI
D- IIID-KEBIDANAN
MEDAN
JURUSAN
KEBIDANAN
JURUSAN
KEBIDANAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
14
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini adalah saudara
diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan oral trush dan
Diaper trush.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu :
1. MenjelaskanMenjelaskan tentang konsep dasar oral trush
2. Menjelaskan penyebab oral trus
3. Menjelaskan asuhan anak dengan oral trush
4. Menjelaskan tentang konsep dasar penyakit
5. Menjelaskan penyebab ruam popok
6. Menjelaskan asuhan anak dengan ruam popok
Dalam kegiatan belajar 2 ini saudara akan mempelajari tentang : konsep dasar, penyebab oral
trush, asuhan anak dengan oral trush, konsep dasar penyakit, penyebab ruam popok, asuhan
anak dengan ruam popok
15
Kejadian dimasyarakat, banyak bayi-bayi yang mengalami penyakit atau kelainan dan
mendapatkan penanganan yang kurang tepat, untuk itu pada kegiatan belajar berikut akan
disajikan beberapa penyakit atau kejadian pada bayi antara lain....
ORAL TRUSH
1. Konsep Dasar
Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi bagian dalam
(Wong, 1995). Bila bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk
diambil mengakibatkan perdarahan. Oral trush ini disebut juga dengan oral
candidiasis atau moniliasis dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring bertambahnya
usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan
antibiotik atau imunosupresif (Nelson, 1994 : 638).
2. Penyebab oral trush
Penyebab oral trush umumnya candida albicans melalui vagina ibu yang terinfeksi
selama persalinan (saat bayi baru lahir), transmisi melalui botol susu, putting susu
yang tidak bersih, cuci tangan yang tidak benar. Oral trush kadang sulit dibedakan
dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan susu formula (PASI). Sisa
susu yang berupa lapisan endapan putih tebal pada lidah bayi ini dapat dibersihkan
dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat. Jika oral trush tidak bisa hilang
hanya dengan dibersihkan, justru akan menyebabkan perdarahan. Oral trush ini juga
harus dibedakan dengan stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada
membran mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitis biasanya tidak mau makan
atau minum (M. Scharin, 1994 : 448).
3. Asuhan Anak dengan Oral Trush
Pengkajian
a. Usia. Pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) lebih sering terjadi Oral Trush
dibanding bayi yang lebih tua.
16
b. Tampak bercak keputihan pada mulut terutama lidah, dan pipi bagian dalam dan
Oral Thrush pada lidah bayi
c. Bayi kadang–kadang menolak minum
d. Pola kebersihan cenderung kurang.
1) Orang tua jarang cuci tangan bila merawat atau meneteki bayinya.
2) Botol susu yang digunakan tidak dicuci dengan benar atau saat menyusui
puting susu tidak dibersihkan lebih dahu
Masalah
a. Bercak keputihan pada mulut
b. Resiko intake kurang adekuat (masalah pemberian minum)
Perencanaan (dimodifikasi dengan Bagan MTBS, 2008)
a. Jaga kebersihan bayi dan peralatan yang digunakan
b. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi
c. Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari yang terbungkus kain bersih
dan telah dicelupkan ke larutan air matang hangat bergaram. (1 gelas
air hangat ditambah seujung sendok the garam)
d. Oleskan gantian violet 0,25% pada mulut dengan kapas lidi atau
teteskan 1 ml suspensi Nistatin 3 x sehari atau tiap 8 jam selama 1
minggu (7 hari)
e. Ajarkan ibu cara mengoleskan obat ke dalam mulut bayi.
f. Cuci tangan kembali setelah memberikan pengobatan
g. Anjurkan ibu untuk mengontrolkan anaknya setelah 2 hari.
1) Jika thrush bertambah parah atau bayi mempunyai masalah
dalam menyusu, segera dirujuk.
2) Jika thrush membaik dan bayi menyusu dengan baik, puji ibu
dan lanjutkan pemberian Gentian Violet 0,25% atau Nistatin
suspensi sampai 7 hari.
3) Jika thrush menetap dan/atau bayi tidak mau menyusu dengan
baik, kunjungan ulang 2 hari. Apabila dalam kunjungan ulang
kedua keluhan menetap, bayi perlu di rujuk.
h. Anjurkan ibu berobat jika diketahui terinfeksi candida albicans untuk
mencegah infeksi berulang (catatan : Cara menyiapkan Gentian Violet
17
0,25% : 1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 3 bagian aquades. Misal
: 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 30 ml aquades)
RUAM POPOK
1. Konsep Dasar Penyakit
Ruam popok disebut juga dengan diaper trush atau diaper dermatitis. Ada
beberapa pengertian tentang ruam popok, yaitu:
a. Inflamasi akut pada kulit yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh
pemakaian popok (Wong, 1993 : 1044).
b. Merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia yang terkandung dalam
urine dan faeces (Agus Harianto, 1998).
c. Akibat akhir karena kontak yang terus menerus dengan keadaan lingkungan yang
tidak baik, sehingga menyebabkan iritasi/dermatitis pada daerah perianal (Depkes
RI, 1994).
1. Penyebab ruam popok
Ada beberapa penyebab ruam popok. Salah satunya yaitu kontak yang lama dan
berulang dengan bahan iritan terutama urine, faeces. Bahan kimia pencuci popok
seperti sabun, detergent, pemutih, pelembut pakaian dan bahan kimia yang dipakai
pabrik untuk membuat popok disposible juga dapat menyebabkan ruam popok
(Wong, 1993). Meskipun urine dan faeces merupakan penyebab utama, kombinasi
faktor lainnya juga memberikan kontribusi terjadinya ruan popok.
Kontak yang lama antara kulit dan popok yang basah mempengaruhi beberapa bagian
kulit. Gesekan yang lebih sering dan lama menimbulkan kerusakan/iritasi pada kulit
yang dapat meningkatkan permeabilitas kulit dan jumlah mikroorganisme. Dengan
demikian kulit menjadi sensitive dan mudah mengalami iritasi. Amonia juga
dipandang merupakan penyebab ruam popok, meskipun amonia tidak berdiri sendiri.
Peningkatan PH urine mengakibatkan peningkatan enzim fecal yaitu protease dan
lipose, sehingga memudahkan terjadinya iritasi pada daerah bokong. Enzim fecal juga
meningkatkan permeabilitas kulit akibat garam empedu yang terkandung pada faeces
terutama saat diare, sehingga juga mengakibatkan iritasi pada daerah perianal.
18
Gejala ruam popok sangat bervariasi mulai adanya macula eritemateus pada kulit
yang terttutup popok seperti luka bakar, sampai adanya papula vesikel, pustula dan
erosi superficial. Apabila keadaan ini dibiarkan lebih dari 3 hari, maka bagian yang
terkena ruam popok akan ditumbuhi jamur candida albicans.
2. Asuhan Anak dengan Ruam Popok
Pengkajian
a. Umur. Ruam popok umumnya terjadi kurang dari 2 tahun. Insiden terbanyak
terjadi pada anak yang berusia usia 9-12 bulan. Setelah berusia 2 tahun keatas,
anak jarang mengalami ruam popok.
b. Pola kebersihan cenderung kurang, terutama pada daerah perianal, bokong dan
perut bagian bawah. Apabila selesai BAB (Buang Air Besar – Berak) / BAK
(Buang Air Kecil – kencing), daerah pantat tidak dibersihkan dengan air, sebelum
memakai popok yang bersih. Demikian juga popok yang basah terkena urine /
faeces yang tidak segera diganti bahkan sampai kering kembali akan
mempermudah terjadinya ruam popok.
c. Bayi sering menggunakan popok plastik yang kedap air atau menggunakan popok
disposable yang terbuat dari bahan sintetis dalam waktu lama.
d. Perlu dikaji bagaimana cara ibu mencuci pakaian dan popok bayi. Bila
menggunakan popok disposible, harus diganti setiap berapa jam. Pencucian yang
tidak bersih dapat menyebabkan terjadinya ruam popok karena masih ada
detergent tertinggal pada Rangkuman pakaian bayi.
e. e. Pada pemeriksaan daerah bokong terdapat bintik-bintik kemerahan yang
kadang- kadang berisi nanah. Demikian juga pada daerah bawah perut.
f. Anamnesa faktor alergi. Kemungkinan anak sensitive terhadap detergent / sabun
cuci yang digunakan atau anak alergi popok disposible.
Masalah
a. Ruam pada bokong
b. Pola kebersihan kurang
c. Kemungkinan alergi terhadap detergent.
Perencanaan / Intervensi
19
a. Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah
pantat / bokong. Sabun yang berlebihan dan keras sifatnya dapat menyebabkan
iritasi pada kulit yang sensitif, diantaranya pada daerah bokong.
b. Gunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan daerah
perianal segera setelah BAB/ BAK
c. Berikan krem atau salep, bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan terbuka
untuk beberapa saat.
d. Jaga kulit tetap kering dengan cara:
e. Bila menggunakan popok kain, perhatikan agar sirkulasi udara tetap terjaga
f. Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super absorbent yaitu
popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. Gel ini
menyerap air secara kuat sehingga kulit tetap kering dan dapat mengontrol PH
urine / faeces ( Wong dan Athers, 1992 ).
g. Hindari penggunaan popok / celana yang terbuat dari karet atau plastic.
h. Penggunaan bedak talk dapat menjaga kulit kering, tetapi sangat berbahaya
jika masuk kedalam saluran nafas dan dapat menyebabkan iritasi kulit perianal
bila tercampur dengan urine / faeces. Apabila ingin menggunakan bedak
gunakan powder yang terbuat dari serbuk jagung ( corn starch ) karena relatif
lebih aman. Tuangkan pada kasa / tangan / saput lalu taburkan pada bagian
pantatnya saja, jangan sampai pada daerah genetalia ( Wong, 1992 : 1045 ).
i. Berikan posisi tidur selang-seling terutama pada daerah pantat yang terkena
ruam, agar tidak tertekan dan memberi kesempatan pada bagian tersebut untuk
kontak dengan udara.
j. Pakaian, celana atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dulu dalam air
yang dicampur acidum boricum kemudian dibilas lalu keringkan. Hindari
penggunaan detergent atau pengharum pakaian.
k. Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum.
20
Oral trush disebut oral candidiasis / moniliasis dan sering terjadi pada bayi yang disebabkan
candida albican melalui vagina ibu saat bayi baru lahir, transmisi melalui botol susu, putting
susu tidak bersih, cuci tangan tidak benar, sedangkan Diaper rush/ diaper dermatitis
disebabkan oleh kontak lama dan berulang dengan bahan iritasi terutama urine di feces.
21
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
Pilihlah :
A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar
C. Jika jawaban 2 dan 4 benar
D. Jika hanya 4 saja yang benar
E. Jika semua benar
1. Pada kasus bayi usia 8 minggu diberikan susu formula, tampak pada lidah dan langit –
langit terdapat bercak – bercak putih disebut :
A. Seborrehea
B. Monoliasi
C. Hemangioma
D. Ruam
E. Oral trush
2. Pada kasus diatas penanganannya
A. Diberi gentin violet
B. Diberi air putih
C. Diberi makanan halus dan antibiotik
D. Hanya diberi ASI saja
E. Vitamin
3. Bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi bagian dalam disebut :
A. Thypoid
B. Sariawan
C. Oral trush
D. Panas dalam
E. Stomaitis
22
4. Pada pengkajian bayi dengan oral trush yang harus diperhatikan :
A. Usia bayi kurang 2 bulan
B. Bercak keputihan pada mulut terutama lidah
C. Bayi menolak minum
D. Pola kebersihan kurang
5. Masalah kebidanan yang muncul
1) Lidah memerah
2) Bercak putih pada mulut
3) Bibir kering
4) Resiko infaks tidak adekuat
6. Intervensi ang bisa dilakukan kecuali
A. Beri gentian violet
B. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat
C. Bayi kontrol setiap 2 hari sekali
D. Lapor ke dokter
7. Inflamasi pada kulit disebabkan langsung maupun tidak langsung disebut:
A. Dermalitis
B. Seborrea
C. Diaper rush
D. Alergi E. Lupus
8. Penyebab dari ruam popok pada bayi adalah :
A. Kontak lama antara kulit dengan popok basah
B. Kondisi kulit bayi
C. Cuaca
D. Enzim pencernaan
E. Personal hygine kurang
23
9. Pengkajian meliputi antara lain :
1) Umur
2) Pola kebersihan kurang
3) Sering menggunakan popok plastik
4) Ibu pemalas
10. Masalah kebidanan yang sering muncul pada bayi adalah
1) Ruam pada bokong
2) Pola kebersihan kurang
3) Kemungkinan alergi detergen
4) Bayi gelisah
5)
24
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada
bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika
jawaban yang benar adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% -79% : cukup kurang dari
70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda
Bagus!
KUNCI JAWABAN:
1. B
2. A
3. C
4. A
5. C
6. D
7. C
8. A
9. A
10. A
Coba saudara amati kejadian muntah pada bayi disekitar lingkungan saudara dan bedakan
antara oral trush dan diaper rush. Temukan juga dan identifikasi kejadian diaper rush
disekeliling anda.
25
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI,
BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAYI DENGAN CAPUT SUCCEDENEUM
Semester 3
KEGIATAN BELAJAR I
PRODI
III KEBIDANAN
MEDAN
PRODI
D- IIID-KEBIDANAN
MEDAN
JURUSAN
KEBIDANAN
JURUSAN
KEBIDANAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
26
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI,
BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAYI DENGAN SEBORHEA DAN MILIARIASI
Semester 3
KEGIATAN BELAJAR 3
PRODI
III KEBIDANAN
MEDAN
PRODI
D- IIID-KEBIDANAN
MEDAN
JURUSAN
KEBIDANAN
JURUSAN
KEBIDANAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
27
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini adalah mahasiswa
mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan seborrhea dan miliariasis.
Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini saudara akan mampu :
1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan seborrhea
2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan miliariasis
Dalam kegiatan belajar 3 ini saudara akan mempelajari tentang
1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan seborrhea
2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Miliariasis
28
Seborrhea
1. Konsep
Sebhorea : peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah berambut terutama pada
kulit kepala, alis mata, muka yang bersifat superfisial dan kronik, tidak gatal dan
cenderung sembuh sendiri.
2. Etiologi : belum pasti, diduga
a. Aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan.
b. Hormone transplasental yang meninggi pada beberapa bulan setelah lahir
3. Jenis sebhorea berdasar lokasinya :
a. Sebhorea kepala , pada bayi sering disebut ‘cradle crap’. Pada daerah rambut
dijumpai skuama berminyak warna kekuningan sehingga rambut lengket. Kadang
skuama berbentuk kering dan berlapis-lapis serta sering lepas sendiri seperti
ketombe. Sering pada bayi usia 2 minggu-6 bulan. Sebhorea pada kepala ini dapat
menyebabkan rambut rontok (alopesia) dan gatal.
b. Sebhorea Muka, pada mulut, palpebra, dagu. Bila terdapat pada daerah berrambut
seperti dahu dan bibir dapat terjadi folikulitis.
c. Sebhorea badan dan pelipatan, ruam berbentuk macula eritema dg permukaan
skuama berminyak warna kekuningan.
4. Asuhan Anak dengan Seborrhea
Pengkajian
a. Usia : pada bayi sering timbul pada usia 2 mg-10 mg.
b. Hygiene perorangan : cenderung buruk terutama orang sakit atau berpenyakit
berat
c. Bila sebhorea pada kepala : tampak krustae tebal, pecah dan berminyak, tanpa
dasar kemerahan dan tidak gatal
d. Pada lokasi lain : lesi tampak kemerahan / merah kekuningan yang tertutup
skuama berminyak, dan tidak gatal.
Masalah
a. Kerusakan integritas kulit
29
b. Resiko infeksi sekunder
c. Personal hygiene rendah
Gambar : Seborrhea pada kulit kepala bayi
Intervensi
a. Bila pada kepala, beri minyak kelapa/baby oil pada lokasi, biarkan 8-12 jam,
lalu gosok dengan sikat halus kemudian cuci kepala bayi dg sampho yang
mengandung selenium sulfide 1-1,8%. Lakukan cara ini secara bertahap
b. Hindari pemakaian tonik rambut.
c. Bila pada lokasi lain beri cream hidrokortison 1-2,5% (kortikosteroid ringan)
d. Cuci muka atau mandi secara teratur
e. Penyuluhan kesehatan (HE) :
1) bahwa sebhorea berlangsung kronik dan sering kambuh
2) ajarkan cara menjaga kebersihan kulit kepala
Miliariasis
1. Pengertian
Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya saluran
kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat (Arif Mansjoer, 2001).
Miliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat, yaitu akibat
tersumbatnya pori kelenjar keringat. Biasanya timbul bila udara panas dan
lembab. Penyumbatan ini dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan raang
dan odema akibat persepsi yang tidak dapat keluar dan diabsorsi oleh stratum
korneum (FKUI, 2002).
30
2. Etiologi
Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta
adanya infeksi bakteri. Ada beberapa penyebab dari miliariasis adalah :
a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang.
b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidakmenyerap keringat.
c. Aktifitas yang berlebihan.
d. Setelah menderita demam atau panas
e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan
odema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorsi oleh stratum
korneum.
3. Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya miliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar
keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahan nya pengeluaran
keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu
disusul dengan timbulnya radang dan odema akibat perspirasi yang tidak dapat
keluar kemudian diabsorsi oleh stratum korneum. Miliariasis sering terjadi pada
bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum
sempurna. Kasus miliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada
usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu
kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar
ke daerah sekitarnya.
Gambar : Miliariasis pada kulit bayi
4. Klasifikasi
a. Miliariasis kristalina Keringat dapat keluar sampai stratum korneum. Terlihat
vesikel yang menyerupai titik embun. Biasanya asimptomatis. Vesikel mudah
pecah karena gesekan dengan pakaian.
31
b. Miliariasis rubra Keringat merembes ke dalam epidermis. Terlihat papula,
vesikel dan eritma di sekitarnya. Biasanya disertai rasa gatal. Mudah terjadi
infeksi sekunder berupa impetigo dan furunkulosis. Lokalisasi penyakit ini
ialah di daerah yang tertutup pakaian, terutama di dada dan punggung.
c. Miliariasis profunda Miliariasis profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada
dermis bagian atas, biasanya timbul setelah miliariasis rubra, ditandai papul
putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstermitas.
5. Penatalaksanaan
Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang
baik dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliariasis
kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliariasis rubra dapat diberikan
bedak salisil 2% dibubuhi menthol ¼ - 2%. Losio febri dapat pula digunakan
komposisi sebagai berikut :
R / Acidi salicylici 500 mg
Talci 5 mg
Oxydi zincici 5 mg
Amyli oryzae 5 mg
Alkohol (90: vol %) 5 mg cc 100
Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-2% daa
losio feberi. Untuk miliariasis dapat digunakan losio calamin dengan atau tanpa
menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol (Arif Mansjoer, 2002).
Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan miliariasis
bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang
umum diberikan adalah sebagai berikut :
a. Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
b. Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan
sumbatan yang sudah timbul.
c. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembaban yang cukup
serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC
atau didaerah yang sejuk dan kering.
d. Gunakan pakaian yang basah dan kotor.
e. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor
32
f. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau
bedak kocok setelah mandi
6. Pengobatan
Berikut ini merupakan beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati
miliariasis, diantaranya yaitu :
a. Prinsipnya asuhan adalah mengurangi produksi keringat dengan memindahkan
pasien ke ruangan dengan alat pengatur udara, dianjurkan ke daerah berhawa
sejuk dan kering, menggunakan kipas angin atau air conditioning. Disamping
memberi kesempatan hilangnya sumbatan pori-pori yang sudah timbul dengan
sendirinya.
b. Gunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak
terlalu sempit serta bekerja diruangan yang ventilasinya baik.
c. Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian
yang basah dan kotor.
d. Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan anti
gatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% ampai 1% kalau gatal. Lanolin
anhidrat dan salephidrifilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga
mempermudah aliran keringat yang normal. Kasus ringan bisa berespon
dengan bedak seperti talkum bayi. Bila ada infeksi sekunder, diatasi dengan
krim antibiotika dan topikal diberikan lotio kummerfeldi atau bedak kocok
dengan antibiotika.
e. Pada miliariasis rubra dapat diberikan bedak salicil 2% dengan menambahkan
menthol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam.
f. Penderita miliariasis yang sedang menjalani latihan fisik berat perlu diberi
vitamin C 1 gram sehari untuk mencegah terjadinya anhidrotic heat
exhaustion.
7. Komplikasi
Komplikasi yang tersering dari miliariasis adalah infeksi sekunder dan intoleransi
terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat terjadi berupa
impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai periporitis
staphylogenes dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar bila terpapar suhu
panas, lemah.
8. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Miliariasis
Pengkajian
33
a. Data Subyektif:
Ibu mengatakan bayi susah tidur, rewel, pada kulit muka dan sekitar leher
bayi terdapat bintik-bintik kemerahan.
b. Data Obyektif :
1) Tampak adanya bercak kemerahan pada kulit bayi bagian muka dan
sekitar leher.
2) Tampak papula atau gelembung merah kecil di dahi.
Assesment
a. Diagnosa :
Bayi dengan miliariasis.
b. Data Subyektif :
1) Ibu mengatakan bayi susah tidur, rewel
2) Ibu mengatakan kulit muka bayi dan sekitar leher timbul bintikbintik kemerahan.
c. Data Obyektif :
1) Tampaknya adanya bercak kemerahan pada kulit bayi bagian muka
dan sekitar leher.
2) Tampak papula atau gelembung merah kecil di dahi.
Planning
a. Memberikan bedak salicyl 2% R/ untuk mengurangi bintik-bintik
kemerahan pada kulit bayi
b. Memberitahu ibu, untuk memberikan pakaian yang tipis dan mudah
menyerap keringat pada bayinya. R/ untuk menjaga kulit bayi agar tetap
kering.
c. Memberikan informasi kepada ibu tentang perawatan kulit bayi, yaitu :
1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari 2
2) Selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak,
leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan
bedak keseluruhan tubuh dengan tipis.
3) Menjaga tubuh bayi agar tetap kering.
4) Jika bayi berkeringat, jangan keringkan dengan menggunakan
bedak. Tapi sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan
diolesi dengan bedak tipis.
34
d. Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya
gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan
partikel yang dapat menghambat penyembuhan. R/ agar ibu mengerti
tentang cara merawat kulit secara baik dan benar.
e. Memberitahu ibu agar menghindari udara panas yang berlebihan, dan
sebaiknya dijaga agar ruangan tetap sejuk. R/ untuk menghindari produksi
keringat yang berlebih.
Evaluasi
a. Bintik – bintik kemerahan pada kulit bayi berkurang
b. Kulit bayi terlalu lembab
c. bu suda mengetahui bagaimana cara perawatan kulit bayi dengan benar.
d.
Bayi tidak rewel dan tidak banyak mengeluarkan keringat.
Seborrhe merupakan peradangan pada kulit didaerah rambut kepala, alis mata,dan muka yang
bersifat superficial dan kronik, tidak gatal dan sembuh sendiri.
Miliariasis merupakan kelainan kulit akibat tertutupnya keenjar keringat yang menyebabkan
retensi keringat, pada bagian badan yang berkeringat. Macam-macam miliariasis atau yang
sering disebut dengan biang keringat adalah miliariasis kristalina ,miliariasis rubra,dan
miliariasis profunda. Miliariasis kristalina merupakan miliariasis paling ringan dan
umumnyatidak memberi keluhan. Sedangkan kelainan yang paling berat yaitu miliariasis
profunda. Prinsip penatalaksana terpenting yaitu menghindari panas yang berlebihan.
35
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
Pilihlah :
A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar
C. Jika jawaban 2 dan 4 benar
D. Jika hanya 4 saja yang benar
E. Jika semua benar
1. Penyebab miliariasis pada bayi adalah, kecuali …
A. Udara panas dan lembab kurang ventilasi
B. Bayi alergi terhadap bedak atau sabun yang digunakan
C. Penyumbatan ditimbulkan oleh bakteri yang menyebabkan radang dan oedema.
D. Pakaian terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat.
E. Setelah menderita demam atau panas
2. Perawatan bayi miliariasis seperti dibawah ini :
1) Perawatan kulit yang benar, selalu menjaga kebersihan tubuh bayi.
2) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat
3) Segera ganti pakaian yang basah karena keringat.
4) Memberikan bedak secara merata pada seluruh tubuh bayi
3. Penyebab furunkel/bisul antara lain, kecuali :
A. Iritasi pada kulit
B. Kebersihan kulit yang jelek
C. Daya tahan tubuh rendah
D. Infeksi stapilococcus aureus
E. Infeksi enterobacilus
36
4. Yang bukan termasuk etiologi, seborrhea
1) Keringat dagu terus menerut
2) Aktifitas kelenjar sebacea berlebihan
3) Hormon kulit meningkat
4) Hormon transplasental meninggi
5. Masalah kebidanan yang muncul antara lain :
1) Kerusakan integritas kulit
2) Resiko infeksi sekunder Evaluasi Formatif
3) Personal hygine rendah
4) Kurang pengetahuan
6. Jenis seborrhea berdasarkan klasifikasinya :
1) Seborrhea kepala
2) Seborrhea muka
3) Seborrhea badan
4) Seborrhea seluruh tubuh
7. Penyebab terjadinya miliariasis adalah
1) Udara panas dan lembab
2) Aktifitas bayi
3) Pakaian terlalu ketat
4) Panas
8. Klasifikasi miliariasis adalah, kecuali
A. Miliariasis kristalia
B. Miliariasis rubra
C. Miliariasis perfunda
D. Miliariasis provunda
E. Miliariasis ikatan
9. Data objektif yang muncul antara lain :
1) Bayi susah tidur, rewel
2) Bayi susah makan
37
3) Pada kulit muka dan sekitar leher bayi terdapat bentuk kemerahan
4) Bayi menangis terus
5)
10. Komplikasi yang sering terjadi dari miliariasis
A. Infeksi skunder
B. Panas
C. Gelisah
D. Bisulan
E. Furunkel
38
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada
bagian akhir Kegiatan Belajar 3, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika
jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup
kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil
Anda Bagus!
KUNCI JAWABAN:
1. B
2. A
3. E
4. C
5. A
6. A
7. B
8. C
9. B
10. A
Coba saudara amati kejadian seborrhea dan milliariasis yang ada di lingkungan saudara, dan
buatlah laporan, kumpulkan pada pembimbing saudara.
39
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI,
BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAYI DENGAN DIARE DAN OBSIPITA
Semester 3
KEGIATAN BELAJAR 4
PRODI
III KEBIDANAN
MEDAN
PRODI
D- IIID-KEBIDANAN
MEDAN
JURUSAN
KEBIDANAN
JURUSAN
KEBIDANAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
40
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah saudara menempuh kegiatan belajar ini adalah
diharapkan saudara mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan diare dan
Obstipasi
Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan tentang
konsep dasar asuhan neonatus dengan diare 2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan
neonatus dengan obstipasi
Dalam kegiatan belajar 4 ini saudara akan mempelajari tentang: 1. Konsep dasar asuhan
neonatus dengan diare 2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi.
41
Diare
1. Pengertian
Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan
atau lendir dalam tinja (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk.
2000).
2. Tanda dan Gejala
(Perawatan Anak Sakit edisi 2, Ngastiyah. 2005)
a. Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat.
b. Nafsu makan berkurang
c. Tinja cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir.
d. Warna tinja menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu
e. Anus dan sekitarnya lecet.
f. Muntah sebelum dan atau sesudah diare.
g. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung.
h. Tonus dan turgor kulit berkurang.
i. Selaput lendir mulut dan bibir kering.
3. Penyebab
(Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000).
1. Faktor infeksi
a. Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi bakteri, virus, dan parasit.
b. Infeksi parenteral: Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis media
akut (OMA), tonsilitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis.
2. Faktor malabsorbsi, yang terdiri dari malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein.
3. Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis, antara lain rasa takut dan cemas (biasanya dapat terjadi pada
anak yang lebih besar).
5. Imunodefisiensi.
42
4. Komplikasi (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000)
a. Dehidrasi.
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia,
perubahan elektrokardiogram).
d. Hipoglikemia.
e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim
laktase.
f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik.
g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik).
5. Penatalaksanaan/Pengobatan (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita,
dkk. 2000)
a. Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi,
misalnya cairan oralit dan makanan cair seperti sup dan minuman yoghurt.
b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi misalnya bubur, sayur, daging
atau ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur tiap porsi. Berikan pula buahbuahan seperti pisang.
c. Pemberian obat-obatan antidiare meliputi antimotilitas (misal loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorden (misal norit, kaolin, attapulgit).
6. Perawatannya (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000)
a. Bila terjadi dehidrasi ringan, berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira satu
gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit
seperti oralit.
b. Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan sonde.
c. Bila pemberian cairan peroral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan
Ringer Laktat. Bila terjadi dehidrasi berat, selama empat jam pertama tetesan
dipercepat.
d. Perhatikan tanda-tanda vital.
e. Perhatikan frekuensi BAB anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah
konsistensinya.
f. Pasien diberi makanan setelah dehidrasi teratasi, makanan harus mengandung
cukup kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare
kembali.
43
g. Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat di atas eltor bed,
yaitu tempat tidur dari terpal yang dilubangi di tengahnya dan di bawahnya
ditempatkan ember penampung kotoran yang telah diisi dengan desinfektan.
7. Kebutuhan Dasar Manusia yang Prioritas (Kebutuhan Fisiologis) Jumlah cairan yang
diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau
muntah, ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan
pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan
muntah yang masih terus berlangsung. Begitu pula dengan jumlah nutrisi yang
diberikan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status
gizi penderita diare.
Kebutuhan energi normalnya (dalam kondisi sehat) : 1100 kalori/hari
Kebutuhan energi dalam kondisi sakit : >1100kalori/hari
Kaitkan dengan anatomi dan fisiologi : Bila masukan makanan dan cairan kurang serta suhu
tubuh tinggi maka cairan dalam tubuh akan berkurang. Untuk itu diperlukan tambahan cairan
dan elektrolit serta nutrisi. Cairan tubuh dan nutrisi yang kurang, menurunkan kerja organ
tubuh karena distribusi terganggu.
Obstipasi
1. Pengertian Necel (Desember 2007) obstipasi berasal dari bahasa latin.Obberarti
intheway = perjalanan. Stipare berarti to compress = menekan
Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh
terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara
obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses
(defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya.
Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena
adanya obstruksi karena adanya obstruksi intestinal.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru
lahir biasanya buang air besar 2-3 x sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi
akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal
konsistensi tinja normal. Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada
44
24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada feses yang
menyangkut konsistensi feses dan frekuensi berhajat. Gejala obstipasi berupa
pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai
adanya perasaan perut peuh akibat adanya feses atau gas dalam perut.
Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya
obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya
pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Endang Khoirunnisa, 2010).
Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama,
sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran.
Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi harus
diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi
yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan
tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah
yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal.
Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi
menjadi lebih jarang dan fesesnya lebih keras (Endang Khoirunnisa, 2010).
Obstipasi atau sembelit adalah tidak buang air besar pada lima hari atau lebih.
Obstipasi
menetapterutamajikamulaitimbulsebelumbayimencapaiusia1bulan,biasamenunjukkan
gangguan yang serius. Misalnya penyakit Hirshspung (kelainan saraf yang disertai
dengan usus yang berukuran besar) atau kelenjar tiroid yang kurang aktif. (Wati Nur
M, 2010; 108- 109).
2. Etiologi
a. Menurut Endang Khoirunnisa (2010), obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh
hal-hal berikut :
1. Kebiasaan makanan Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk
membangkitkan keinginan untukbuang air besar. Keadaan ini terjadi akibat
dari kelaparan, dehidrasi dan mengkonsumsi makanan yang kurang selulosa.
2. Hypothyroidisme Obstipasi merupakan gejala dai dua keadaan, yaitu
kreatinisme dan myodem yang menyebabkan tidak cukupnya ekskresi hormon
tiroid sehingga semua proses metabolisme berkurang.
3. Keadaan-keadaan mental Faktor kejiwaan memegang peranan penting
terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat yang tidak memedulikan
45
keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak usia 1-2
tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami buang air besar yang
keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau buang air besar
untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa bulan
sesudahnya karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses
dalam beberapa hari/minggu/bulan, maka akan mengakibatkan kotoran
menjadi keras dan menjadi terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas
buang air besar. Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan
penyebab terjadinya obstipasi karena anak dilatih untuk buang air besar.
4. Penyakit organik Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada kasus
karsinoma kolon dan divertikulus. Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat
buang air besar dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang
mengalami thrombosis.
5. Kelainan congenital Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon
aganglionik kogenital (Penyakit Hirshsprung). Obstruksi bolus usus illeus
mekonium, atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus
yang tidak mengeluarkan mekonium dala 36 jam pertama.
6. Penyebab lainnya adalah diet yang salah, tidak mengkonsumsi makanan yang
mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik
atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan
cairan.
b. Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
1. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi
muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua
biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
2. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirshsprung
yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.
3. Sering menahan terselit karena nyeri saat buang air besar.
4. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus meliputi akbat adanya kanker
dalam dinding usus.
5. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus, biasanya akibat penekanan
usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang
menekan rectum.
c. Penyebab faktor non organik :
46
1. Kurang makanan yang tinggi serat
2. Kurang cairan
3. Penggunaan
obat
atau
zat
kimiawi
tertentu
seperti
antihistamin,
anticholinergic dan opioids.
4. Kelainan hormonal/metabolik
5. Kelainan psikososial
6. Perubahan / kurang exercise
d. Penyebab faktor organik :
1. Tanda kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
2. Kelainan otot dasar panggul
3. Kelainan persyarafan : M. Hirschprung
4. Kelainan dalam rongga panggul
5. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obtruksi usus
3. Gejala
a. Pada neonatus jika tidakmengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada
bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari lebih.
b. Sakit dan kejang pada perut.
c. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udar dan mekonium yang
menyemprot
d. Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum
e. Feses keras
f. Bising usus yang janggal
g. Merasa tidak enak badan dan sakit kepala.
h. Terdapat luka pada anus
i. Sering menangis
j. Susah tidur
Gambar : Bayi diperiksa kesehatannya
k. Gelisah
l. Perut kembung
m. Kadang-kadang muntah
n. Abdomen distensi dan Anoreksia
o. Frekuensi BAB kurang dari normal
p. Menyusu/makan/minum kurang
47
4. Patofisiologi dan Patogenesis
Pada keadaan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila
adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rectum yang terjadi
sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dan
refleks defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan
menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut :
a. Asupan cairn yang adekuat
b. Kegiatan fisik dan mental
c. Jumlah asupan makanan berserat
Dalam keadaan normal, ketika bahan makan yang akan dicerna memasuki kolon, air
dan elektrolit diabsorsbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut
berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak
dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan
merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat,
produk pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan
oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus
dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan
rasa sakit. Rasa sakit ini dapat menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air
besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat
terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus, dan lain- lain. Hal
tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan
terjadi penyerapan air yang berlebihan (Endang Khoirrunnisa, 2010)
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan
pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran
yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkan obstipasi (Endang
Khoirunnisa, 2010)
48
5. Pembagian
a. Obstipasi obstruksi total
Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur di dapatkan
rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.
b. Obstipasi obstruksi parsial Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama
beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan
obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.
c. Obstipasi akut Rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defeksi timbul secara
mudah dengan stimulasi laksatif, supositoria, atau enema (Endang Khoirunnisa,
2010)
d. Obstipasi kronik Rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan
berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat
ini tidak menyebabkan rectum meregang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak
memberikan respons pada dinding rektum lebih lanjut, flaksid dan tidak mampu
untuk berkontraksi secara efektif (Endang Khoirunnisa, 2010).
6. Diagnosa Obstipasi di diagnosa melalui cara :
a. Anamnesa
Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan feses maupun gas.
Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesa
ditujuakan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin
dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus
sebelumnya, nyeripada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai
contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang
bercampur darah kemungkinan akibat obstipasi neoplasma.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksan abdomen standart seperti inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi untuk
melihat apakah ada masa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon.
Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region
femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon
dapat terjadi akibat herniainguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae
(colok
dubur)
untuk
mengidentifkasi
kelainan
rectum
yang
mungkin
menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum.
c. Pemeriksaan penunjang
49
1. Laboratorium (feses rutin, khusus)
2. Pemeiksaan Hb
3. Pemeriksaan urine
4. Radiologi (foto polos, kontras dengan enema)
5. Manometri
6. USG
d. Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras.
Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara
memandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara
memandakan
partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat dilakukan untuk menentukan letak
obstruksi dan penyebab obstruksi. Laboratorum seperti pemeriksaan elektrolit
darah (mengetahui dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit), hematokrit
(apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus misal akibat
neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat
bagian dalam kolon dan menentukan sebab obstipasi.
7. Komplikasi Menurut Endang Khoirunnisa (2010), komplikasi yang bisa terjadi
pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan
b. Ulserasi
c. Obstruksi
d. Diare intermitten
e. Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rectum yang
mengawali proses defekasi
8. Manajemen Terapi Berikut adalah penilaian yang perlu dilakukan pada saat
melakukan menejemen kebidanan menurut Endang Khoirunnisa (2010):
a. Penilaian asupan makanan dan cairan
b. Penilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola makan)
c. Penilaian
penapakan
stress
emosional
pada
anak
yang
dapat
mempengaruhi pola defekasi bayi.
9. Penanganan
a. Perawatan medis Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan
elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk
50
mencegah muntah da aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah
semakin parahnya sakit.
b. Operasi Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan
untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Ostipasi obstruksi
total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika
terlambat
dilakukan
dapat
mengakibatkan
perforasi
usus
karena
peningkatan tekanan feses yang besar.
c. Diet Pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa, pada obstruksi
parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan.
10. Penatalaksanaan
a. Mencari penyebab obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010).
b. Menegakkan
kecuali
kebiasaan
defekasi
yang
normal
dengan
mempertahankan gizi, tambahan cairan, dan kondisi psikis (Endang
Khoirunnisa, 2010)
c. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan
untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum bisa
dilakukan engan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, dan laksatif
(Endang Khoirunnisa,2010).
d. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang
banyak serat, buah – buahan dan sayur-sayuran
e. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila
diperlukan saja.
f. Peningkatan intake cairan.
g. Bila diduga terdapat penyakit Hirschprung dapat dilakukan test tekanan
usus. Jika hasil positif maka dilakukan tindakan pembedahan untuk
selanjutnya.
h.
Penggantian hormone tyroid untuk tingkat hormone tyroid yang rendah.
i. Suplemen kalsiun untuk tingkat kalsium abnormal
j. Banyak minum
k. Latihan
l. Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
m. ASI lebih baik dari susu formula
n. Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi
o. Perawatan kulit peranal
51
p. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang
memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan
malam hari.
q. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan.
r. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi
atau jus alpokat, buah prem kering atau buah prem.
s. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti
buah-buahan, kacang polong, sereal, keripik graham, buncis dan bayam.
Asuhan neonatus dan bayi dengan diare :
a. Beritahu ibu untuk selalu memberikan ASI-nya agar bayi tidak mengalami
dehidrasi.
b. Beritahu ibu untuk makan makanan yang kaya serat seperti sayuran dan
buah-buahan.
c. Beritahu ibu untuk menambah asupan cairan agar ASI nya memiliki
kandunangan air yang lebih agar dapat memperlancar BAB pada bayi.
Asuhan Neonatus dan Bayi Dengan Obstipasi
Pengkajian
1. Data subyektif
1) Tidak BAB selama 3 hari
2) Sakit pada perut
3) Feses keras
4) Sakit kepala
5) Sering menangis
6) Susah tidur
7) Gelisah
8) Perut kembung
9) Kadang-kadang muntah
10) Tidak nafsu makan dan minum
52
2. Diagnosa Masalah Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik dengan obstipasi
Intervensi
a. Informasikan pada ibu hasil pemeriksaan
b. Anjurka ibu memberikan asi yang adekuat
c. Anjurka ibu banyak makan-makanan yang berserat
d. Anjuka ibu menghentikan pemakaian obat diare
e. Berikan terapi obat
f. Anjurka kunjungan ulang
Implementasi
1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan
kesadaran : baik
TTV
:
S
: 37oC
RR
: 40x/menit
N
: 120x/menit
2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwalkan.
3.
Menganjurkan ibu banyak makan-makanan yang berserat yaitu makan sayur dan
buah yang hijau.
4. Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan makanan
yang diperoleh bayi di dapat dari asupan makanan ibunya.
5. Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama.
6. Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum juga keluar.
Evaluasi
1. Ibu tidak nampak cemas lagi
2. Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan
3. Ibu paham dan mau melakukan apa yang dianjuran.
53
Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja
sedangkan obstipasi adalah terhalangnya pergerakan feces dalam usus. Obstipasi adalah
bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus
( adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat
kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi
berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi inestinal sedangkan
obstipasi karena adanya obstruksi intestinal.
54
1. Penyebab diare pada anak adalah sebagai berikut :
1) Faktor infeksi
2) Makanan basi, beracun, alergi
3) Faktor mal absorbsi
4) Faktor psikologis
2. Tanda dan gejala pasti diare adaah di bawah ini :
1) Mual mual tetapi tidak muntah
2) Pada bayi ubun2 besar cekung
3) Bibir pecah-pecah
4) Anus sedikit lecet
3. Pernyataan dibawah ini merupakan komplikasi diare, bukan termasuk didalamnya
adalah
A. Renjatan hipovolemik
B. Hipoglikemi
C. Hipokalemia
D. Dehidrasi
E. Hipoksia
4. Macam cairan yang bisa diberikan pada anak yang mengalami diare adalah:
1) Larutan gula garam
2) Teh encer
3) Air tajin
4) Sus tanpa gula
5. Tanda dan gejala diare pada bayi adalah
1) Anak kejang, gelisah
2) Nafsu makan berkurang
55
3) Tinja encer Evaluasi Formatif
4) Anus sekitarnya lecet
6. Komplikasi diare antara lain :
1) Dehidrasi
2) Renjatan hipovolemik
3) Hipoglikemia
4) Kejang
7. Penyebab dari pada bayi menali :
A. Malabsorsi
B. Makanan basi
C. Immaodefisiensi
D. OMP
E. Faktor psikologis
8. Etiologi obstipasi antara lain :
1) Membiasakan makan
2) Hyperthyroidisme
3) Hipotyroidisme 4
4) Gangguan pencernaan
9. Penyebab obstipasi dari faktor non organik adalah :
A. Kurang makanan tinggi serat
B. Kelainan hormonal
C. Kelainan otot dasar panggul
D. Kelainan psikososial
E. Kurang exersial
10. Gejala obstipasi pada bayi
1) Susah tidur
2) Gelisah
3) Perut kembung
4) Sering menangis
56
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada
bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar!
Jika jawaban yang benar adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% -79% : cukup kurang dari
70% : kurang
KUNCI JAWABAN:
1. E
2. B
3. E
4. A
5. E
6. E
7. D
8. C
9. C
10. E
Buatlah laporan bagaimana saudara membedakan BAB yang terjadi pada bayi termasuk
dalam katagori diare dari sudut konsistensi, frekuensi maupun baunya. Amati kejadian
obstipasi disekeliling saudara, biasanya terjadi karena apa,coba anda identifikasi dan buat
laporanya.
57
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI,
BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAYI DENGAN BISULAN (FURENKAL) DAN INFEKSI
Semester 3
KEGIATAN BELAJAR 5
PRODI
III KEBIDANAN
MEDAN
PRODI
D- IIID-KEBIDANAN
MEDAN
JURUSAN
KEBIDANAN
JURUSAN
KEBIDANAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
58
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini adalah saudara
mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan furunkel dan Infeksi.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu :
1.
Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan furunkel
2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan Infeksi
Dalam kegiatan belajar 5 ini saudara akan mempelajari tentang :
1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan furunkel/bisulan
2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Infeksi
59
Semangat..…..bagaimana sudah siap mepelajari materi lanjutan dari kegiatan belajar
sebelumnya?
FURUNKEL
1. Pengertian
Furunkel (bisul) adalah peradangan pada folikel rambut pada klit dan jaringan
sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksla, badan. Tangkai
furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut sebagai
furunkulosis. (Endang Khoirunnisa, 2010)
Furunkel atau bisul adalah penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan folikuler,
bulat, nyeri, berbatas tegas yang teratur dengan supurasi di tengah. Jika lebih dari satu
disebut furonkulosis. (Arief Mansjoer, 2000)
Stapholococcus aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering, ia
dapat juga menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomelitis, artritis septik, infeksi luka,
abses, pneumonia, empiema, endokarditis, meningitis dan penyakit yang diperantai
toksin, termasuk keracunan makanan. (Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 2/editor,
Richard E. Behrman, Hal :919)
2. Etiologi
Furunkel disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
a. Iritasi pada kulit
b. Kebersihan kulit yang kurang terjaga
c. Daya tahan tubuh yang rendah
d. Infeksi oleh Staphylococcus Aureus
e. Penyakit bisul yang paling utama jelas adanya infeksi kulit karena ulah
mikroorganisme (bakteri,jamur) dan benda asing lain yang merusak kulit (Potter
Patricia A, 1990)
60
Bisul bisa disebabkan oleh tiga faktor lain, diantarannya :
1) Faktor dari dalam tubuh anak sendiri
Faktor dari dalam tubuh anak misalnya alergi. Jika anak punya bakat alergi,
maka hal ini menyebabkan terjadinya alergi harus dihindari agar tidak timbul
bisul. Sebenarnya, tak ada hubungan langsung antara bisul dengan alergi.
Tetapi biasanya anak yang alergi lebih sering mengalami bisulan. Diarenakan,
bila anak sering mengalami alergi dengan keluhan gatal, anak terangsang
untuk menggaruk. Akibat garukan, dapat terjadi kerusakan kulit atau luka
yang akhirnya dimasuki kuman lalu muncul bisul.
2) Faktor lingkungan Faktor lingkungan seperti tempat tidur dan lokasi bermain
anak harus dijaga kebersihan dan diupayakan agar tidak terlalu lembab.
Teman – teman bermain anak juga harus diawasi. Jangan sampai anak
melakukan kontak fisik dengan anak yang bisulan. Bakteri penyebab bisul bisa
menempel pada kulit anak yang masih rentan, kontak kulit bisa membuat anak
tertular bisul temannya.
3) Faktor kebersihan tubuh
Salah satu penyebab penyakit bisul yang paling banyak terjadi adalah karena
faktor kebersihan. Tubuh selalu bersentuhan dengan kuman dan bakteri, bila
jarang dibersihkan, bakteri ini tentu akan masuk ke dalam tubuh dan
menimbulkan bisul. Selain itu, kotoran yang menempel pada permukaan kulit
bisa menghambat pori-pori kulit, sehingga minyak yang diproduksi di lapisan
bawah kulit tidak bisa keluar, dan hal ini akan menyebabkan bisulan.
Kebersihan tubuh anak misalnya akibat pemilihan pakaian yang ketat atau
terbuat dari bahan yang kurang menyerap keringat. Ini akan menghambat
proses sirkulasi pada kulit anak, menyebabkan kulit lembab, dan memudahkan
berkembangbiaknya kuman. Bedak juga memicu terjadi bisul karena
menghambat keluarnya keringat.
61
3. Patofisiologi
Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut kulit (folikulitis) yang menyebar
pada jaringan sekitarnya. Radang nanah yang dekat sekali dengan kulit disebut
pustule. Kulit diatasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dapat dengan
mudah mengalir keluar. Sedangkan bisulnya sendiri berada pada daerah kulit yang
lebih dalam. Terkadang nanah yang berada di dalam bisul diserap sendiri oleh tubuh
tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang pada kulit. Bakteri stafilokokus
aureus umumnya masuk melalui luka , goresan atau robekan pada kulit. Respon
primer host terdapat infeksi stafilokokus aureus adalah mengerahkan sel PMN ke
tempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini
ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylate peptides atau
peptidoglikan dan sitokolin TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL (Interleukin) yang
dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan
inflamasi dan terbentuklah pus (gabungan sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati)
(Potter Patricia A, 1990).
4. Gejala
Klinis Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi tergantung dari beratnya
penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah :
1) Nyeri pada daerah ruam
2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang terbentuk kerucut dan
memiliki pustule.
3) Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik
yang dapat pecah membentuk fistel dan keluar melalui lobus minoris
resistenstae.
4) Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat
menghilang dengan sendirinya.
5. Penatalaksanaan
Asuhan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel tergantung dari
penyakit yang dialaminya. Asuhan yang lazim diberikan adalah :
a. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh
dengan sendirinya.
b. Pemeliharaan kebersihan daerah sekitar yang mengalami furunkel serta
daerah sekitarnya.
62
c. Pengobatan topikal, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan
melunakkan nodul. Kompres hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam
untuk mencegah penularan ke daerah lainnya.
d. Jangan memijat furunkel terutama didaerah hidung dan bibir atas karena
dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogen.
e. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hiding dan telinga
maka dapat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi.
f. Jika mungkin dapat membuka bisul dengan cara :
1) Beri penjelasan apa yang akan dilakukan atau inform consent
2) Minta seseorang untuk memegangi anak
3) Ambilah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul dengan segera
pada puncaknya saja. Kemudian masukkan penjepit dalam luka dan
bikalah penjepitnya. Dengan cara ini, akan membuka jalan keluar
untuk nanah, pisau bedah jangan sampai masuk ke dalam karena
dapat melukai pembuluh dan syaraf.
4) Pemberian analgetik, misalnya aspirin atau paracetamol untuk
mengurangi rasa nyeri.
5) Tutuplah luka dengan kasa kering, usahakan agar satu sudut dari
kasa dimasukkan agar tetap terbuka sehingga nanah dapat keluar
6) Bersihkan alat-alat yang telah dipakai.
7) Pesankan agar ganti perban
g. Terapi antibiotika dan antiseptic diberikan tergantung kepada luas dan
beratnya penyakit. Misalnya dengan pemberian Achromyem 250 mg, 3
atau 4 kali per hari.
h. Bila furunkel terdiri secara menetap, berulang atau dalam jumlah yang
banyak, maka kenali factor predisposisi adanya diabetes militus.
i. Bila furnkel disertai demam berikan antibiotic sistemik
j. Jika infeksi berat atau pada area berbahaya dosis antibiotic maksimal harus
diberikan dalam bentuk parenteral.
k. Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase sangat diperlukan.
l. Jika infeksi berulang atau ada komplikasi, periksa kultur perlu dilakukan
m. Terapi antimicrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi
berkurang dan berubah.
63
6. Asuhan pada bayi dengan furunkel usia 2 bulan.
a. Pengkajian
1) Data Subyektif
Ibu mengatakan bahwa bayinya mengalami demam selama dua hari dan
timbul benjolan pada lengan atas sebelah kiri dan berwarna kemerahan.
Ibu juga mengatakan bayinya rewel dan tidak bisa tidur. 2
2) Data Obyektif
a) Tampak benjolan pada lengan atas sebelah kiri
b) Tampak kemerahan pada kulit dan muncul radang nanah di lokasi benjolan
(pustule)
c) Bayi mengalami demam suhu 38oC.
b. Planning
a) Berikan obat analgetik seperti paracetamol dan analgesic (3 x ¼ sehari) R/
mengurangi rasa nyeri sesuai dengan dosis yang dianjurkan
b) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. R/ untuk memanta keadaan umum
bayi
c) Kompres dengan air hangat selama 20-30 menit sebanyak 3 kali sehari. R/
pengompresan untuk meningkatkan sirkulasi darah pada benjolan tersebut.
d) Keringkan dan jaga kebersihan lokasi benjolan dengan kain atau tisu yang
bersih. R/ menjaga lokasi benjolan agar tetap bersih dan kering untuk
menghindari terjadinya infeksi kuman.
e) Hindari membubuhi bedak pada lokasi benjolan R/ menjaga agar pori-pori
tidak tersumbat sehingga pus dapat keluar
f) Hindari memencet furunkel sebelum pecah dengan sendirinya. R/
mencegah furuncel lebih parah karena infeksi pemencetan dengan alat
yang tidak steril
g) Kolaborasi dengan tim medis R/ agar pengobatan dapat ditangani secara
cepat dan tepat.
c. Implementasi
1. Memberikan obat analgetik seperti paracetamol dan analgetik (3 x ¼
sehari)
2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi
3. Mengompres dengan air hangat selama 20-30 menit sebanyak 3 kali
sehari.
64
4. Mengeringkan dan jaga kebersihan lokasi benjolan dengan kain atau
tisu yang bersih.
5. Menghindari membubuhi bedak pada lokasi benjolan
6. Menghindari memencet furuncel sebelum pecah dengan sendirinya
d. Evaluasi
1) Benjolan furuncel mulai erupsi atau mengempis
2) Kulit kemerahan mulai berkurang
3) Demam mulai turun
4) Suhu
Nadi
: 37oC,
:125 x/menit,
pernafasan : 35 x/menit Bayi tidak rewel
INFEKSI PERINATAL
Pengertian
Infeksi Perinatal dalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan
postnatal (Endang Khoirunnisa, 2010)
Etiologi
Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : escherichia coli, pseudomonas
pyocyaneus, klebsielia, stapylococcus aureus, coccus gonococcus (Endang Khoirunnisa,
2010)
1. Infeksi antenatal
Infeksi yang tejadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin melalui
sirkulasi darah ibu dan kemudian masuk melewati placenta dan masuk ke dalam
sirkulasi darah umbilicus. Infeksi pada ibu yang dapat terjadi saat hamil antara lain :
a. Infeksi virus pada kehamilan
1) Rubella
Sudah jarang ditemukan di indonesia. Infeksi ini dapat menimbulkan kelainan
bawaan sehingga perlu dilakukan gugur kandung untuk dapat meningkatkn
sumber daya manusia. Bentuk kelainan bawaan diantaranya adalah :
Mata : katarak, glukoa, da mikroftalmia
65
Telinga : tuli
Jantung : duktus arteriosus persistem, septum jantung tetap terbuka, stenosis
arteria pulmonalis.
Susunan syaraf pusat : meningoensefalitis, mikrosefali, gangguan intelegensia.
Dapat
dijumpai
kelainan
:
keterlambatan
pertumbuhan
janin,
hepatopleponomegali, ikterus, kelainan kromosom, trombositopenia dan
anemia.
Bayi merupakan sumber infeksi (karier). Pengobatan tidak ada khas, hanya
diberikan simtomatis gamma globulin atau vaksin rubella (Manuaba, 1998
:276)
2) Infeksi virus setomegalovirus
Jarang dijumpai bersamaan dengan kehamilan. Pengaruh dalam kehamilan
yaitu
a. Kelainan kongenital dalam bentuk :
1. Hidrosefalus
2. Mikrosefalus
3. Mikroftalmia
b. Infeksi yang bersifat kronis

Ensefalitis

Kelainan darah. Pengobatan tidak ada yang khas, hanya bersifat
simtomatis. (Manuaba, 1998 : 276-277)
3) Viriola (cacar)
4) Infeksi hepatitis infeksiosa Dapat disebabkan oleh virus tipe A dan tipe B.
Gambaran umum penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan sehingga
manifestasi kliniknya lebih jelas seperti nafsu makan berkurang (anoreksia),
66
panas yang tinggi (menngkat), nyeri di daerah hati (epigastrium), tampak
ikterus (kuning), dan pada pemeriksaan hati dapat membesar. Pengaruh
terhadap kehamilan seperti dalam bentuk keguguran atau persalinan
prematuris dan kematian dalam janin, bersumber dari gangguan fungsi hati
dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran
tubuh ke janin dapat terganggu atau berkurang. Pengobatan tidak ada yang
bersifat khas, kecuali banyak istirahat an makan makanan yang mengandung
banyak gula, sehingga mengubah metabolisme lemah an protein ke arah
glukosa, untuk meringankan beban fungsi hati (Manuaba, 1998 : 277).
5) Rubeola Sebagian besar terjadi pada masa kanak- kanak. Penyakit rubeola
pada kehamilan dapat menimbulkan keguguran, persalinan prematur, bahkan
mungkin cacat bawaan. Penyakit ini bukanlah merupakan petunjuk untuk
melakukan gugur kandung (Manuaba, 1998 : 277)
2. Infeksi kelamin pada kehamilan
1. Sifilis
Penyebab penyakit ini adalah treponema pallidium yang dapat menembus plasenta
setelah kehamilan 16 minggu. Gejala yaitu terdapat luka pada daerah genetalia, mulut
atau tempat lainnya. Pengaruh dalam kehamilan dapat menyebabakan persalinan
prematusris atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentul lues kongenitas
(pemfigus sifilitus deskuamasi kulit telapak tanan dan kaki, terdapat kelainan pad
mulut dan gigi). Pengonatan mudah sebaiknya diberikan bersama suami (Manuaba,
1998 : 277)
2. Gonorrhea Penyebab infeksi ini adalah neisseria gonorrhea yang dapat menimbulkan
infeksi akut atau menahun. Penyakit akut dapat menimbulkan gejala klinis seperti
infeksi saluran kemih luar, nyeri saat miksi, infeksi mulut rahim, perlukaan sekitar
alat genetalia eksterna, keputihan yang berwarna seperti nanah, encer dengan jumlah
yang banyak, kadang- kadang terjadi infeksi pada kelenjar bartholini dalam bentuk
abses yang memerlukan pengobatan segera.
Sedangkan penyakit yang kesembuhannya terganggu dapat menimbulkan gejala klinis
seperti infeksi pada lapisan dalam rahim, infeksi saluran indung telur, infeksi
genetalia dalam bagian bawah, penyakit ini berakhir dengan perlekatan sehingga
dapat terjadi kemandulan primer atau sekunder. Pengaruh terhadap kehamilan tidak
ada, tetapi terhdap bayi dapat menimbulkan infeksi mata konjungtivitas gonorrhea
67
neonatorum (blenorea neonati) yang selanjutnya dapat menyebabkan kebutaan
(Manuaba, 1998 : 278)
3. Infeksi abdominalis pada kehamilan
1) Tifus abdominalis Penyakit infeksi tifus abdominalis yang disertai panas badan tinggi
kemungkinan perforasi, sehingga memerlukan diet cair secara tidak langsung dapat
menimbulkan gangguan pada kehamilan dapat terjadi keguguran, persalinan
prematuris, atau lahir mati. Upaya pengobatan perlu bekerja sama dengan ahli
penyakit dalam. (Manuaba, 1998 :278).
2) Kolera Muntah diare yang berlebihan apalagi tidak berkendali dapat membahayakan
ibu dan janin karena kekurangan cairan tubuh yang fungsional, sehingga memerlukan
perawatan pengobatan yang intensif melalui pemberian cairan berganti. (Manuaba,
1998:278)
3) Tetanus Infeksi tetanus dapat terjadi karena pertolongan persalinan yang kurang
legeartis (steril) diantaranya pada keguguran ilegal karena dukun dan persalinan
dukun. Kematian karena infeksi tetanus cukup tinggi sekalipun tidak banyak
dilaporkan. Di samping itu kematian tetanus neonatorum melalui potongan tali pusat
sangat tinggi. Pegobatannya diberikan vaksinasi tetanus toksoid. (Manuaba, 1998:
278-279).
4) Erisipelas Penyebabnya adalah steptokokus, yang terdapat pada kulit. Kehamilan
yang disertai ini dapat lebih infeksius, sehingga menimbulkan sepsis dan infeksi kala
nifas, kecuali panas badan tinggi yang sering menimbulkan keguguran.
5) Infeksi protozoa
a. Malaria
Bentuk serangan ini berupa panas badan tinggi dapat disertai menggigil. Di
samping itu penghancuran darah merah menyebabkan anemia sehingga
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Infeksi malaria
dapat menyebabkan infeksi plasenta sehingga makin mengganggu pertukaran
nutrisi ke janin dan menimbulkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan
janin sekunder. Infeksi malaria pada kehamilan lebih sering terjadi serangan
karena daya tahan ibu hamil makin nenurun terhadap semua bentuk infeksi.
Infeksi malaria serebral pada kehamilan dapat meningkatkan angka kematian.

Memecahkan butir darah merah, sehingga menimbulkan anemia dan
menggangu penyaluran dan pertukaran nutrisi ke arah janin.
68

Infeksi plaseta dapat menghalangi pertukaran dan penyaluran nutrisi ke
janin.

Panas badan tinggi merangsang terjadi dikontraksi otot rahim. Sebagai
akibat gangguan tersebut dapat terjadi :

Keguguran dan persalinan prematuritas

Persalinan dismaturitas

Kematian neonatus yang tinggi

Ibu mengalami anemia hamil dan kala nifas

Gangguan persalinan kala II, sehingga memerlukan bantuan tindakn dari
luar.

Kala uri mungkin terjadi retensio plasenta atau plasenta rest dan
perdarahan karena atonia uteri.

Kala nifa dapat terjadi : mudah infeksi kala nifas perdarahan sekunder
kala nifas.
b. Toksoplasmosis Infeksi ini disebabkan oleh toksoplasmosis gondili protozoa ini
terdapat pada anjing, kucing, tikus dan binatang lainnya dan dapat menular pada
manusia dengan gejala klinis infeksi pada kelenjar limfe- membengkak, nyeri
danmngkin terjadi abses. Infeksi lainnya dapat terjadi pneumonia, polimilitis, dan
miokarditis. Pengaruh terhadap kehamilan dapat menyebabkan keguguran
persalinan prematuritasdan dapat terjadi cacat bawaan seperti hidrosefalus,
mikrosefalus, anensefalus, meningoensefalitis, dan kelainan pada mata.
c. Trikomonas vaginalis Penyebabnya trikomonas vaginalis yang bersifat komensal
pada vagina bersama dengan candida albikan. Terjadinya perubahan asam basa
vagina karena hamil menyebabkan infeksi menjadi manifis dengan keluhan
keputihan yang banyak dan encer, dan gatal serta dapat menimbulkan perlukaan
vagina atau mulut rahim. Pengaruh terhadap kehamilan tidak banyak, hanya
kelhan keputihan dan gatal. Pengobatannya sukar karena sering kambuh, dan akan
hilang setelah perslinan berlangsung. Obat yang dapat diberikan adalah ikhodozol
sebagai obat minum dan obat yang lokal yang dimasukkan ke vagina setelah umur
hamil di atas 16 minggu.
4. Infeksi ginjal dan saluran kemih
Ginjal dan saluran kemih dapat terinfeksi bersama sama dalam bentuk akut maupun
kronis. Gejalanya :
69
1. Panas badan yang disertai menggigil
2. Neri pada pinggang atau diatas simpisis
3. Nyeri saat miksi , urine kurang
4. Gejala subjektif yang sering dijumpai adalah mual, sampai muntah, nafsu makan
berkurang, nyeri kepala, nyeri pada pinggang yang terkena infeksi.
5. Pada ginjal akut dapat pula dijumpai urin yang mengandung darah,
pembengkakan tungkai, pengeluaran protein melalui urine
5. Infeksi intranatal Kandida albikan sering berada dalam keadaan komensial tanpa
gejala klinik di dalam mulut, usus, paru-paru dan vulva vagina.
6. Infesi prenatal Infeksi terjadi pada masa persalinan, infeksi ini terjadi dengan cara
mikro organisme masuk dari vagina naik dan kemudian masuk ke rongga amnion
biasanya setelah kulit ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan
menjadi penyebab timbulnya placentitis dan amnionitis. Infeksi terjadi pula walaupun
air ketuban belum pecah yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi
vagina. Infeksi pula terjadi melalui kontak langsun dengan kuman yang berasal dari
vagina misalnya pada blennorhoe (Endang Khoiunnisa, 2010).
7. Infeksi post natal Infeksi pada periode pascanatal dapat terjadi setelah bayi lahir
lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat tidak steril, tindakan
yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat indeksi silang. Misalnya pada fian
neonatoru, omfalitis dan lain-lain (Endang Khoirunnisa, 2010)
Patofisiologis
Berdasarkan patogensisnya, sepsis pada neonatus dapat dibagi menjadi:
a. Sepsis awitan dini ( early – onset sepsis )
70
Gejala akan timbul pada 5 – 7 hari pertama. Infeksi dapat terjadi transplasenta dari ibu
yang mengalami bakteriema, pada saat peripartum seperti terinfeksinya cairan amnion
dan korioamnionitis akibat ketuban yan pecah sehingga bakteri dari jalan lahir masuk
kedalam cairan amnion atau pada saat kelahiran dimana infeksi biasanya didapat dari
jalan lahir. Sepsis awitan dini ini biasanya mendadak dan berat dengan angka
kematian yang tinggi.
b. Sepsis awitan lanjut
Biasanya gejala sepsis akan timbul setelah usia 1 minggu, paling cepat pada usia 5
hari, penyakitnya biasanya tidak seberat early-onset sepsis. Secara klinis fokus infeksi
lebih jelas dan yang paling sering adalah didapatkan meningits bersamaan dengan
sepsisnya. Sering akibat infeksi yang didapat dengan sumber infeksi bisanya didpat
dari jalan lahir, dari lingkungan sesudah lahir atau peralatan penunjang kesehatan
yang digunakan.
c. Sepsis akibat infeksi nosokomial Infeksi didapat dari lingkungan, bayi prematur
khususnya akan lebih sering mengami infeksi nosokomial yang berhubungan dengan
lebih lamanya perawatan di rumah sakit khususnya di ruangan perawatan insentif
dengan segera alat bantu. Gejala Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang
mengalami infeksi prenatal adalah :
a. Bayi malas minum atau tidak bisa minum
b. Gelisah mungkin juga terjadi letargi (mengantuk)
c. Gangguan frekuensi pernafasan
d. Berat badan tiba-tiba menurun
e. Pergerakn kurang
f. Muntah
g. Diare
h. Sklerema (kemerahan atau mengeras pada bagian tubuh), edema
i. Perdarahan (purpara)
j. Ubun-ubun tampak cembung
k. Suhu dapat lebih dari 37oC dan teraba panas atau kurang dari 36oC dan teraba
dingin.
l. Tanda infeksi lainnya : nanah dari telinga, pusar tampak kemerahan dan meluas ke
kulit perut dan berbau busuk.
71
Klasifikasi
a. Infeksi sistemik
Apabila bayi tampak mengantuk/letargi atau tidak sadar, kejang disertai tandatanda infeksi, gangguan nafas, malas minum atau tidak bida minum dengan atau
tanpa muntah, bagian tubuh merah dan mengeras, ubun- ubun cembung, suhu
kurang dari 36oC dan teraba dingin.
b. Infeksi lokal berat Apabila ditemukan nanah di daerah mata, telinga, tali pusat
atau umbilikus tampak kemerahan dan menular ke kulit perut, bernanah serta ada
kerusakan kulit.
c. Infeksi bakteri lokal Apabila ada nanah keluar dari mata dalam jumlah sedikit,
daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan, berbau busuk dan terjadi sedikit
kerusakan kulit. Komplikasi Dapat terjadi syok septik, meningitis purulenta,
setatus konfulsi, gagal nafas, hipoglikemi, asidosis metabolik, koagulopati,
gangguan keseimbangan cairan dn elektrolit, DIC, NEC, gagal ginjal, perdarahan
intrakranial, ikterus, gagal jantung.
Penatalaksanaan Penanganan
a) Mengatur posisi tidur/ semi fowler agar sesak berkurang.
b) Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin.
c) Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit atau air gula.
d) Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke
kiri atau ke kanan
e) Apabila ada diare perhatikan personal hygine dan keadaan lingkungan.
f) Perhatikan kadar gula darah agar tidak turun
g) Berikan dosis pertama secara IM untuk infeksi bakteri sistemik dan infeksi
bakteri lokal berat.
h) Beri dosis antibiotik pertama secara oral dengan amoxsilin dan ampisilin
untuk infeksi bakteri lokal
i) Beri penjelasan ibu untuk mempertahankan bayi agar tetap hangat.
j) Beri pengobatan infeksi mata ( sale atau tetes mata 3x sehari ) dan kulit atau
pusar ( oleskan gentian violet 0,5% atau povidone atau salep yang
mengandung neomisin dan basitrasin )
k) Rujuk segera dirumah sakit jelaskan pada keluarga untuk inform consent.
72
Pengobatan
a. Diberikan kombinasi antibiotika golongan ampisilin dosis 200 mg/kgBB/24
jam i.v ( dibagi 2 dosis untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis ) dan
netilmicin ( aminoglikosida ) dosis 7,5 mg/kgBB/per hari IM/ IV dibagi 2
dosis ( hati-hati penggunaan netilmicin dan aminoglikosida yang lain bila
diberikan i.v harus diencerkan dalam waktu pemberian setengan sampai 1 jam
pelan-pelan.
b. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan ( darah lengkap,
urine, feses lengkap, kultur darah, cairan cerebrospinal, urine dan feses ( atas
indikasi ), fungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal, jumplah sel,
kimia, pengecatan gram ) foto polos dada, pemerikaan CRV kuamtitatif ).
c. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula
darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
d. Apabila gejala klinik da pemerisaan ulang tidak menunjukkan infeksi,
pemeriksaan darah dan CRV normal, dan kultur darah negatif maka
antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
e. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong
infeksi, CRV tetap abnormal, maka diberikan cvpin 100mg/kg/hari diberikan 2
dosis atau meropenem dengan dosis 30 sampai 40 g/kgBB/hari i.v dan
amikasin dengan dosis 1 mg/kgBB/per hari i.v i.m ( atas indikasi khusus ).
f. Pemberian antiiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya lama
pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningiti pemberian antibiotika
minimal 21 hari pengobatan suportif meliputi termoregulasi, terapi
oksigen/ventlasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi
hipoglikemi, hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terai kejang,
transfusi kejang.
Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Infeksi
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Infeksi sistemik
a. bayi tampak megantuk/letargi atau tidak sadar.
b. kejang disertai tanda-tanda infeksi
73
c. gangguan nafas
d. malas minum atau tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah
e. bagian tubuh merah dan mengeras
2) Infeksi lokal berat
a) nanah di daerah mata
b) nanah di daerah telinga
3) Infeksi bakteri lokal
a) apabila ada nanah keluar dar mata dalam jumlah sedikit
b) daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan.
b. Data Objektif
1. Infeksi sistemik
a. suhu-suhu kurang dari 36o C dan teraba dingin.
b. ubun – ubun cembung
2. Infeksi lokal berat Tali pusat atau umbilikus tampak kemerahan dan meluas ke
kulit perut, bernanah serta ada kerusakan kulit.
3. Infeksi bakteri lokal daerah tali pust berbau busuk dan terjadi sedikit
kerusakan kulit.
2. Diagnosa Masalah Bayi usia 7 hari, KU bayi baik dengan infeksi neonatorum.
3. Intervensi
a. Infeksi bakteri sistemik
1. Lakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang
2. Lakukan penanganan gangguan pernafasan apabila dijumpai gangguan
pernafasan.
3. Lakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi.
4. Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun
5. Berikan dosis antibiotik pertama secara IM
6. Beri penjelasan ibu untuk agar mempertahankan bayi agar tetap hangat
7. Lakukan rujukan segera
b. Infeksi bakteri lokal berat
1. Berikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoxsilin dan
ampisilin.
2. Berikan penjelasan dan ajari ibu perawatan infeksi lokal
3. Lakukan asuhan dasar bayi muda
4. Berikan penjelasan kapan sebainya bayi dibawa ke petugas kesehatan.
74
5. Berikan penjelasan kunjungan ulang setelah hari ke dua
4. Implementasi
a. Infeksi bakteri sistemik
1) melakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang
2) melakukan penanganan gangguan pernafasan apabila dijumpai gangguan
pernafasan.
3) melakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi.
4) mempertahankan kadar gula darah agar tidak turun
5) memberikan dosis antibiotik pertama secara IM
6) memberi penjelasan ibu untuk agar mempertahankan bayi agar tetap hangat
7) Meletakkan bayi ditempat yang hangat dan berikan pakaian yang nyaman dan
hangat serta selimut.
8) melakukan rujukan segera
b. Infeksi bakteri lokal berat
1) Memberikan dosis antibiotik pertama secara intramuscular
2) Memberikan anieptic lokal sesuai daerah yang terkena dan ajarkan ibu tentang
pengobatan berikut ini.
a. Pengobatan infeksi mata

mencuci tangan sebelum mengobati

membersihkan kedua mata 3x sehari dengan kapas atau kapas
basah dengan air hangat

memberikan salep atau tetes mata tetrasiklin pada kedua mata

mencuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus
sampai kemerahan sembuh.
b. Pengobatan infeksi

mencuci tangan sebelum mengobati

membersihkan nanah dan krusta dengan air matang atau sabun
secara hati- hati.

mengeringkan daerah sekitar mata dengan kain bersih dan kering

mengoleskan gentian violet 0,5 % atau vovidoneiodine atau salep
yang mengandung neomisin dan bassitrasin.
75

mencuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus ampai
kemerahan sembuh. c). Infeksi bakteri lokal

memberikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan
amoksilin dan ampisislin

memberikan dan penjelasan dan ajar ibu cara penjelasan dan ajari
ibu cara perawatan infeksi lokal

memberikan penjelasan kapan dan sebaiknya bayi dibawa
kepetugas kesehatan, yaitu saat ada gejala-gejala infeksi sesegera
mungkin harus dibawa kepetugas kesehatan.

memberikan penjelasan kunjungan ulang setelah kunjungan ulang.
5. Evaluasi
a. Infeksi sistemik
1. Suhu 36,5-37,5oC
2. Ubun-ubun tidak cembung
b. Infeksi lokal berat Tali pusat atau umbilikus tidak tampak kemerahan dan meluas
ke kulit perut, bernanah serta tidak ada kerusakan kulit.
c. Infeksi bakteri lokal
Daerah tali pusat tidak berbau busuk dan tida terjadi sedikit kerusaan kulit.
76
Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya sering
terjadi pada bokong, kuduk dan axilla.
Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal,
dan post natal, infeksi dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escheria coli,
pseudomonas, pyocyaneus, klebsiella, staphylococcus aureus, dan gonococcus.
Gejaladariinfeksiyaitutiba-tibaberatbadan,muntah,gelisah,pergerakanterganggu,danmasih
banyak lagi lainnya. Komplikasi yang dapat ditimbulkan yaitu terjadi syok septic, meningitis
purulenta, status konvulsi, gagal nafas, hipoglikemi, asidosis metabolik, dll
77
Petunjuk:
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
Pilihlah :
A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar
B. Jika jawaban 1 dan 3 benar
C. Jika jawaban 2 dan 4 benar
D. Jika hanya 4 saja yang benar
E. Jika semua benar
1. Peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya terjadi pada
bokong, mudah disebut dengan
A. Miliariasis
B. Furunkel/bisulan
C. Diaper Rush
D. Seborrhea
E. Infeksi
2. Penyebab terjadi furunkel pada bayi adalah
1. Iritasi kulit
2. Kebersihan kulit kurang terjaga
3. Daya tahan tubuh rendah
4. Infeksi stapicococus aurses
3. Bisulan pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain
1. Faktor tubuh anak
2. Faktor lingkungan
3. Faktor kebersihan tubuh
4. Faktor kekebalan
78
4. Pengertian infeksi perinatal adalah infeksi yang terjadi pada saat
A. Antenatal ,intranatal, post natal
B. Antenatal , post natal
C. Post natal, antenatal
D. Intranatal, post natal
E. Intranatal saja
5. Infeksi pada ibu saat hamil adalah
1. Hidrocephalus
2. Inflasi automegalo virus
3. Mikrocephalus Evaluasi Formatif
4. Rubella
6. Akibat infeksi dari protozoa adalah kecuali
A. Persalinan dismatur
B. Keguguran
C. Kematian neonatus tinggi
D. Plasenta kering
E. Retensi plasenta
7. Klasifikasi infeksi antara lain
1. Infeksi siskemik
2. Infeksi total berat
3. Infeksi bakteri lokal
4. Infeksi general
8. Infeksi kelainan pada kehamilan
1. Sipilis
2. Gonorhea
3. Raja singa
79
9. Gatal-gatal Infeksi virus citomegalovirus pengaruh trhadap kehamilan
1. Hidrocephalus
2. Mikrocephalus
3. Mikroftalmia
4. Makrosomia.
10. Infeksi pada kehamilan
1. Abdomenalis
2. Tifus abdominalis
3. Kolera
4. Tetanus
5. Erisipelas
80
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir
Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang
benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70%
: kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus!
Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 6 ini dengan baik.. Tetapi jika pencapaian Anda
kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 6, terutama bagian-bagian yang
belum Anda kuasai!
KUNCI JAWABAN:
1. B
2. E
3. A
4. A
5. C
6. A
7. A
8. A
9. A
10. E
Coba saudara identifikasi kejadian furunkel pada sekeliling saudara dan anda catat dan
saudara identifikasi juga infeksi antenatal,intranatal dan postnatal, setelah saudara buat
rangkuman maka laporkan hasilnya pada pembimbing saudara .
81
MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI,
BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH
BAYI DENGAN HEMAGIOMA DAN BAYI MENDADAK
Semester 3
KEGIATAN BELAJAR 6
PRODI
III KEBIDANAN
MEDAN
PRODI
D- IIID-KEBIDANAN
MEDAN
JURUSAN
KEBIDANAN
JURUSAN
KEBIDANAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
POLTEKKES
KEMENKES
MEDAN
82
Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini saudara
diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan Hemangioma dan
Bayi mati mendadak.
Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu :
1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan Hemangioma
2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan Bayi mati mendadak
Dalam kegiatan pembelajaran 5 ini saudara akan mempelajari tentang :
1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Hemangioma
2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Bayi mati mendadak
83
Dalam lingkungan kita tidak jarang sering kita temukan bayi yang mengalami Hemangioma
? Menurut saudara kira kira apa penyebab dari Hemangioma tersebut ?
HEMANGIOMA
1. Pengertian
Hemangioma : suatu kelainan pembuluh darah yang merupakan lesi poliferatif endotel
vascular yang diperkirakan membesar dan kemudian secara spontan menghilang,
bukan merupakan tumor neoplastik
2. Etiologi merupakan pembuluh darah yang melebar. Belum diketahui penyebab
terjadinya.
3. Klasifikasi
a. Hemangioma intradermal : merupakan pelebaran pembuluh darah dermis yang
letaknya superficial dg dinding pembuluh darah dibentuk sel endotel dewasa
sehinga resisten thd radiasi. Lesi merah kebiruan terutama dikepala dan leher, rata
dengan permukaan kulit.
b. Hemangioma kapiler : merupakan pelebaran pembuluh darah dibawah epidermis,
berupa bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit. Ada beberapa jenis
Hemangioma kapiler diantaranya hemangioma strawberry (warna merah terang,
agak menonjol, berbatas tegas, timbul diberbagai tempat), nevus flamneus (nevus
84
flameus / bercak anggur merah : warna merah muda – ungu, berbatas tegas dan
makin keras seiring bertambahnya usia, muncul saat lahir).
c. Hemangioma kavernosa, merupakan pelebaran pembuluh darah subkutis yang
kadang invasi ke fasia dan otot. Dari luar tampak seperti tumor kebiruan yang
dapat dikempeskan dengan penekanan tepi menonjol kembali setelah tekanan
dilepaskan. Hemngioma jenis ini tidak dapat mengalami regresi spontan tetapi
sering progresif, sehingga bisa meluas dan menyusup ke jaringan sekitarnya.
Jarang terjadi dibanding hemangioma strawberry.
d. Hemangioma campuran, merupakan kombinasi dari berbagai hemangioma.
4. Asuhan Kebidanan Pada Hemangioma
a. Pengkajian
1. Usia : tergantung jenis Hemangioma . Ada yang timbul sejak lahir, sebagian
lainnya baru timbul setelah berusia 4 minggu.
2. Keadaan fisik kemungkinan tdp sebagai berikut :

H. intradermal : Terdapat lesi kemerahan pada kepala dan leher

H. strowbery : Diawali titik kecil waktu lahir, membesar cepat dan
menetap saat usia 8 bln, kemudian mengalami regresi spontan dan pucat
karena fibrosis setelah 1 tahun dan berjalan sampai 6-7 tahun. Bisa
menghilang dengan spontan

Jika nevus flameus, bercak akan menetap dan rata dengan kulit, kecuali
teriritasi maka akan menonjol. Bercak dapat timbul dibagian tubuh mana
saja 3). Penegak diagnose : Arteriogram, CT (computerized tomography)
scan atau MRI (magnetic resonace imaging) untuk mengetahui perluasan
lesi 4). Program therapy

Tergantung jenis dan berat ringannya hemangioma

Untuk hemangioma buah arbei ditunggu regresi, pemasangan pembalut
elastic dengan sedikit penekanan, dapat mempercepat proses regresi.

Ijeksi / bedah plastic
b. Masalah :
1. Resiko infeksi sekunder sehubungan adanya ulserasi
2. Gangguan pola makan sehubungan dengan lokasi hemangioma
3. Gangguan konsep diri
85
4. Kurang pengetahuan
c. Intervensi
1. Konseling / HE tentang : Keadaan penyakit dan penanganannya, persiapan
fisik dan mental pasien pasien jika dilakukan pembedahan
2. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan / pengobatan
Pemberian kortikos teroid, Pemberian sklerotingagent (Injeksi) ,Tindakan
pembedahan
3. Jika terjadi perdarahan pada bercak, dapat dihentikan dengan tekanan
BAYI MATI MENDADAK
1. Pengertian
Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS ; Sudden Infant Death Syndrome) adalah
suatu kematian mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat (Wafi
Nur, 2010) SIDS merupakan penyebab kematian yang sering ditemukan pada bayi
berusia 2 minggu-1 tahun. Sebanyak 3 dari 2000 bayi mengaam SIDS dan hampir
selalu terjadi ketika bayi sedang tidur. SIDS sering kali terjadi pada bayi berumur 2-4
bulan (Wafi Nur, 2010)
2. Etiologi
Menurut Khoirunnisa (2010) penyebab pasti SIDS belum diketahui, namun beberapa
ahli meneliti dan mengemukakan beberapa penyebab SIDS, yaitu :
a. Ibu masih remaja
b. Bayi engan jarak kelahiran yang dekat Gambar : Hemangioma
c. Bayi laki-laki dengan berat dibawah normal
d. Bayi yang mengalgmi displasia bronkopulmoner
e. Bayi prematur
86
f. Gemeli
g. Bayi dengan sibling
h. Bayi dengan ibu ketergantungan narkoba
i. Prevalensi pada bayi yang tidur tengkurap
j. Bayi dengan virus pernafasan
k. Bayi dengan infeksi botulinun
l. Bayi dengan aonea berkepanjangan
m. Bayi dengan gangguan pola nafas hereditas
n. Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli
Penelitian baru menunjukkan bahwa SIDS lebih sering terjadi pada bayi yang tidur
tengkurap dibandingkan bayi yang tidur terlentang atau miring. Selain itu juga
ditemukan pada bayi yang pada saat tidur wajahnya menghadap ke kasur atau selimut
yang empuk/lembut (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
Menurut Wafi Nur Muslihatun, (2010), beberapa faktor resiko terjadinya SIDS, antara
lain :
a. Tidur tengkurap (pada bayi berusia kurang dari 4 bulan)
b. Bayi yang tidur dikasur lembut ( pada bayi yng kurang dari 1 tahun)
c. Bayi prematur
d. Riwayat SIDS pada saudara kandung
e. Ibu dengan banyak anak
f. Musim dingin
g. Ibu perokok
h. Ibu pecandu obat terlarang
i. Ibu berusia muda
j. Jarak diantara dua kehamilan pendek
k. Asuhan selama kehamilan kurang
l. Golongan social ekonomi rendah.
3. Faktor – faktor yang mungkin menyebabkan bayi meninggal mendadak.
a. Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah
diobservasi pada dua bayi yng kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan
telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda
pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi –bayi dengan SIDS abortif.
87
Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstrukti
yang lebih penting dalam terjadinya SIDS.
b. cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa
bayi- bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada saluran saraf pusat.
c. fungsi saluran nafas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan
anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran
pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di
ketahui.
d.
reflek saluran nafas yang hiperreaktf karena masuknya sejumlah cairan ke dalam
laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimbulkan apnea,
maka diberikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek
gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada
beberapa bayi.
e. Abnormalita jantung, beberpa ahli menganjurkan adanya ketidakstabilan pada
jantung muda, tetapi tidak mendapatka bukti yang meyakinkan saat ini untuk
menunjukkan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS.
f. Pengaturan suhu : kenaikan suhu badan dan / atau lingkungan dihubungkan
dengan SIDS. Ada interaksi yang kompleks antara regulasi suhu, pola pernafasan,
sensitifitas kemoreseptor, pengendalian jantung, dan kebangunan atau terengahengah.
g. Epidimologi : peningkatan resiko SIDS terjadi pada ibu yang merokok selama
kekamilan, bayi dari ibu yang merokok juga tampak meninggal pada umur lebih
muda.
h. Abnormalitas jantung : beberapa ahli menganjurkan adanya ketidakstabilan pada
jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saat ini untuk
menunjukkan bahwa aritma jantung memainkan peranan pada SIDS i. Posisi tidur
: posisi tidur tengkurap merupakan salah satu penyebab SIDS. Tidur dengan posisi
tengkurap meningkatkan kemungkinan tertutupnya jalan nafas yang menyebabkan
timbulnya asfiksia.
4. Gejala
Tidak ada gejala mendahului SIDS
5. Diagnosa
SIDS didiagnosa jika seorang bayi sehat tiba-tiba meninggal. Hasil otopsi tidak
menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas (Wafi Nur Muslihatun, 2010).
88
Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik
sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang renda dan
abnormalitas control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula
mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal. SDS didiagnosis jika seorang bayi
yang tampaknya sehat tiba- tiba meninggal dan hasil otopsi tidak menunjukkan
adanya penyebab kematia yang jelas.
6. Penatalaksanaan Menurut Khoirunnisa, 2010, penatalaksanaannya adalah :
a. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk konseling
b. Berikan dukungan dan dorongan kepaa orang tua, biarkan orang tua
mengungkapkan rasa dukanya.
c. Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan kepada orang tua untuk
menanyakan pertanyaannya.
d. Beri pengertian kepada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah
wajar.
e. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahawa mereka tidak bersalah terhadap
kematian bayi tersebut, bahkan mereka sebenarnya juga tidak mengharapkan
kematian dari bayi tersebut.
f. Jika ibu kemudian melahirkan bayi lagi, beri dukungan kepada orang tua selama
beberapa
bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya.
7. Pencegahan
Angka kematian SIDS telah menurun secara berarti (hampir mendekati 50%) sejak
para orang tua dianjurkan untuk menidurkan bayinya dalam posisi terlentang atau
miring (terutama ke kanan) (Wifi Nur Muslihatun, 2010)
a. Selalu letakkan bayi anda dalam posisi terlentang ketika sedang tidur, walaupun
saat tidur siang. Posisi ini dalah posisi yang paling aman bagi bayi yang sehat
untuk mengurangi resiko SIDS.
b. Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum
waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
c. Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk penelitian
menyimpulkan bahwa resiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan
diatas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau
permukaan lembut lainnya.
89
d. Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan
yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi anda. Hal ini
untuk mencegah bayi anda terselimuti atau tertindih benda-enda tersebut.
e. Pastikanbahwa semua orang yang suka mengurus bayi anda atau tempat penitipan
bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur
mengandung resiko SIDS.
f. Pastikan wajah dan kepala bayi anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur.
Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi anda.
g. Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi anda sehingga tidak perlu lagi
menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya anda
perhatikan hal- hal berikut ini : pastikan kaki bayi anda berada di ujung
ranjangnya, selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi, ujung bawah selimut
yang ke arah kaki bayi, anda selipkan dibawah kasur atau matras sehingga
terhimpit.
h.
Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi anda khususnya anda sendiri.
Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi anda
dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok.
i. Jangan biarkan bayi anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia
tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada
pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan
berlapis-lapis bisa membuat bayi anda terlalu kepanasan
j. Temani bayi anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk
waktu yang cukup lama.
8. Asuhan Pada Bayi Mati Mendadak
1. Pengkajian
a. Data Subyektif
1. Ibu mengatakan bersalah atas kematian anaknya
2. Ibu mengatakan kematian anaknya akibat kelalaiannya
b. Data Objektif
1. Denyut nadi tidak teraba
2. Pernafasan tidk ada.
3. Bayi tidak bergerak.
4. Akral pucat dan dingin
5. Tidak ada reflek pupil
90
2. Intervensi
a. Lakukan perawatan jenazah
b. Beri dukungan sosial pada ibu dan keluarga.
3. Implementasi
a. Melakukan perawatan jenazah
1. Mencici tangan sebelum memakai sarung tangan dengan menggunakan
sabun.
2. Memakai perlindungan diri
3. Meluruskan tubuh jenazah dan meletakkan dal posisi terlentang dengan
tangan disisi atau terlipat di dada.
4. Memandikan jenazah
5. Membersihkan tubuh jenazah.
6. Mengeringkan jenazah dengan handuk.
7. Menutup kelopak mata dengan kapas atau kasa, begitu pula mulut dan
telinga.
8. Menutup anus dengan kasa dan plester kedap air
9. Membungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus.
10. Mencuci tangan dengan sabun sesudah melepas sarung tangan
b. Memberi dukungan sosial kepada ibu dan keluarga.
1. Memberikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, biarkan orang tua
menggungkapkan rasa dukanya.
2. Memberikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan kepada oran tua
untuk menanyakan pertanyaannya.
3. Memberikan pengertian kepada orang tua bahwa perasaan yang mereka
rasakan adalah wajar.
4. Memberikan keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak
bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan mereka sebenarnya juga
tudak mengharapkan kematian dari bayi tersebut.
5. Jika ibu kemudian melahirkan bayi lagi, beri dukungan kepada orang tua
selama beberapa bulan pertama paling tida sampai melewati usia bayi yang
meninggal sebelumnya.
91
4. Evaluasi
a. Ibu mengatakan teimakasih atas dukungan yang telah diberikan
b. Ibu terlihat lebih tegar
c. Ibu mulai bisa menerima kenyataan bahwa anaknya telah tiada
d. Ibu
mulai
menyadari
bahwa
kematian
anaknya
bukan
berasarkan
kesalahannya.
92
Hemangioma adalah kelainan yang merupakan lesi proliferative endotel vaskuler yang
diperkirakan membesar dan menghilang spontan, bukan tumor neoplastik Sudden Infant
Death Syndrome adalah kejadian dimana bayi yang semula sehat tiba-tiba meninggal.
Frekuensi tersering kejadian ini pada usia 2-4 bulan, pada prevalensi bayi tidur tengkurap.
Gejala dari SIDS belum diketahui, dan baru dapat didiagnosa setelah bayi yang semula
terlihat sehat tiba-tiba meninggal
1. Penyebab mati mendadak (SIDS) pada bayi antara lain :
1. Apneu dan sianosis lama
2. Cacat batang otak
3. Abnormalitas jantung
4. Posisi tidur
2. Yang tidak termasuk klasifikasi hemangioma
A. Hemangioma komplek
B. Hemangioma simplek
C. Granuloma piogenik
D. Hemangioma cavernosum
E. Hemangioma campuran
3. Etiologi dari sindrom mati mendadak adalah
1) Bayi gemeli
2) Bayi prematur
3) Jarak kelahiran dekat Infeksi botulium
4. Faktor resiko SIDS adalah, kecuali
93
A. Bayi prematur
B. Ibu perokok
C. Musim dingin
D. Ibu tua
E. Jarak kehamilan pendek
5. Faktor yang menyebabkan bayi mati mendadak
1. Jeda pernafasan pendek
2. Cacat batang otak
3. Saluran nafas ab normal
4. Reflek saluran nafas hiperaktif
6. Pencegahan SIDS
1. Letakkan bayi posisi terlentang
2. Jauhkan dari selimut yang bisa menutup bayi
3. Kasur terlalu empuk
4. Pastikan semua orang tua mengurus bayi
7. Klasifikasi hemangioma kecuali
1. Hemangioma intradural
2. Kapiler
3. Hemangioma kavernosa
4. Hemangioma babinski
8. Masalah kebidanan pada hemangioma adalah
1. Gangguan pola makanan
2. Resiko infeksi sekunder
3. Gangguan konsep diri
4. Kurangnya pengetahuan
9. Bayi usia 3 bulan sehat diberi ASI esklusif bayi tidur lelap, bayi ditemukan meninggal
(sudden infant death syndrome), faktor resiko kematian tersebut yaitu
1. Banyak anak
2. Riwayat SIDS pada saudara kandung
94
3. Kurangnya perawatn kehamilan
4. Bayi tersebut tidur tengkurap
10. Pencegahan kasus tersebut adalah
A. Gunakan kipas angin untuk mendinginkan ruangan
B. Bayi sebaiknya tidur dalam satu kamar dengan ibu
C. Jangan ditidurkan saat selesai menyusu
D. Sebainya ruangan ber AC agar bayi tidak kepanasan
E. Tidurkan bayi sendiri
95
Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir
Kegiatan Belajar 4, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang
benar adalah:
90% - 100% : baik sekali
80% - 89% : baik
70% -79% : Cukup kurang
dari 70% : kurang
KUNCI JAWABAN:
1. E
2. A
3. A
4. D
5. E
6. E
7. A
8. C
9. D
10. B
Tugas Mandiri Mahasiswa yang berbahagia, walaupun kasus ini jarang terjadi tapi cobalah
barangkali ada dilingkungan sekitar sdr ,identifikasi kasus hemangioma dan kasus bayi mati
mendadak, cari penyebabnya dan buat laporan serta sdr kumpulkan.
96
Download