MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH BAYI DENGAN MUNTAH DAN GUMO Semester 3 KEGIATAN BELAJAR I PRODI D- III KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 1 Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawat daruratan dan penyulit pada masa neonatus, seperti bayi berat lahir rendah (BBLR), asfixia neonatorum, sindromgawat nafas,hiperbilirubinemia,sepsisneonatorum, trauma lahir, dan kelainan kongenital. World healt organization (WHO) dalam pernyataan tentang neonatorum dunia tahun 2001 melaporkan bahwa penyebab langsung kematian neonatus adalah infeksi (32%), asfixia (29%), komplikasi prematuritas (24%), Kelainan bawaan (10%), dan lain- lain (5%). Timbulnya penyulit pada masa neonatus ini sesungguhnya masih dapat di cegah melalui berbagai upaya antara lain melalui perbaikan tingkat kesehatan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir(neonatus). Modulinidikemasdalambeberapakegiatan belajar dalam waktu yang berbeda beda serta tergantung banyak sedikitnya materi yang dibahas. Adapun pembagian kegiatan belajarnya sebagai berikut : Kegiatan belajar 1 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Muntah dan Gumoh Kegiatan Belajar 2 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Oral trush dan Diaper rush Kegiatan Belajar 3 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Seborrhea dan Miliariasis Kegiatan Belajar 4 :Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Diare dan Obstipasi Kegiatan Belajar 5 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan furunkel dan infeksi Kegiatan Belajar 6 : Asuhan Neonatus, bayi, dan balita dengan Hemangioma dan Bayi Mati Mendadak Setelah selesai mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa dapat menjelaskan tentang asuhan neonatus yang ada pada kegiatan belajar di atas. Pemahaman tentang materi ini bisa berjalan dengan baik jika mahasiswa selain menguasai teori minimal pernah melihat dan mengidentifikasi kasus-kasus tentang penyulit dan komplikasi pada neonatus. Proses pembelajaran ini akan berjalan baik dan lancar apabila saudara juga memahami tentang upaya terjadinya penyulit dan komplikasi pada bayi. 2 Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini saudara diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan muntah dan Gumoh Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan neonates dengan muntah 2. Menjelaskan tentang konsep dasar dan asuhan neonates dengan gumoh/regurgitasi Dalam kegiatan belajar 1 ini, saudara alan mempelajari: 1. Konsep dasar dan asuhan neonatus dengan muntah 2. Konsep dasar dan asuhan neonatus dengan gumoh/regurgitasi 3 Muntah adalah keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut disertai kontraksi lambung dan abdomen (Markum : 1991). Muntah bisa disebabkan adanya gangguan fisiologis seperti kelainan kongenital dan infeksi. Selain itu juga dapat disebabkan gangguan psikologis seperti keadaan tertekan, cemas terutama pada anak yang lebih besar. Pada masa bayi, terutama neonatal, muntah jarang terjadi. Oleh karena itu bila terjadi muntah harus observasi kemungkinan adanya gangguan. Muntah harus dibedakan dengan regurgitasi. Bila regurgitasi, pengeluaran susu terjadi segera setelah minum yang dapat disebabkan kebanyakan minum atau kegagalan mengeluarkan udara yang tertelan. Sedangkan muntah merupakan aksi refleks yang dikoordinasi modulla oblongata, sehingga isi lambung dikeluarkan dengan paksa melalui mulut. Gangguan akibat muntah Ada beberapa gangguan yang dapat diidentifikasi akibat muntah yaitu : a. Muntah terjadi beberapa jam setelah lahir, kadang disertai sedikit darah, kemungkinan karena iritasi lambung akibat sejumlah bahan yang tertelan selama proses kelahiran. Muntah ini kadang menetap setelah pemberian makanan pertama kali. Pembilasan lambung dengan garam fisiologis dapat menolong keadaan tersebut. b. Muntah yang terjadi pada hari-hari pertama kelahiran, jumlah banyak, tidak proyektil berwarna hijau dan cenderung menetap biasanya akibat obstruksi usus halus. c. Muntah yang terjadi secara proyektil (menyemprot) dan tidak berwarna kehijauan merupakan tanda stenosis pilorus. d. Selain keadaan tersebut diatas, muntah juga dapat merupakan salah satu tanda peningkatan tekanan intra kranial, alergi susu, infeksi saluran kemih atau gangguan lainnya. e. Muntah yang terjadi pada anak yang tampak sehat. Hal ini kemungkinan karena kesalahan tehnik pemberian makan atau faktor psikososial seperti gangguan hubungan ibu dan anak. 4 Asuhan Anak Muntah 1. Pengkajian a. Waktu terjadinya muntah, bisa terjadi beberapa jam setelah lahir, hari-hari pertama kelahiran, atau pada anak-anak yang terkesan sehat. b. Sifat muntahan. Muntahan bisa keluar secara proyektil (menyemprot) atau muntah pada umumnya. c. Warna muntahan dan bahan yang keluar. Muntahan bisa berwarna kehijauan atau ada sisa makanan yang bercampur lendir. d. Pola makan anak, apa saja makanan yang dimakan. Kemungkinan anak terlalu banyak makan, alergi susu atau makanan tertentu. e. Riwayat penyakit, adakah kemungkinan penyakit yang menyertainya, seperti obstruksi usus halus, stenosis pilorus, alergi, gangguan psikologis atau gangguan lainnya f. Terdapat tanda–tanda dehydrasi jika muntahnya hebat dan terus menerus, terutama jika disertai dengan diare. g. Hubungan anak dengan orang tua. Pada kondisi tertentu faktor psikologis bisa merupakan faktor pencetus muntah. h. Pemeriksaan penunjang i. Apabila muntah terjadi terus–menerus perlu pemeriksaan lebih lanjut seperti foto abdomen, pemeriksaan laboratorium. Hal tersebut dimaksudkan untuk memastikan letak gangguan/ kelainan. 2. Masalah Muntah, Pola makan salah, Gangguan psikologis 3. Perencanaan Pada dasarnya muntah yang tidak disertai gangguan fisiologis, tidak perlu penanganan khusus. Meskipun demikian, muntah tidak bisa diabaikan begitu saja. Beberapa tindakan jika anak mengalami muntah : a. Ciptakan suasana tenang dan menyenangkan pada saat makan. Hindari anak makan sambil berbaring atau tergesa-gesa, agar saluran cerna mempunyai kesempatan yang cukup untuk mencerna makanan yang masuk. b. Ajarkan pola makan yang benar, hindari makanan yang merangsang dan menimbulkan alergi. Pemberian makan harus disesuaikan dengan usia anak dan memperhatikan menu gizi seimbang yaitu makanan yang bervariasi yang 5 mengandung unsur karbohidrat, protein, lemak vitamin dan mineral serta sesuai dengan kebutuhan anak. Protein susu sapi, telor, kacang-kacangan dan ikan laut kadang-kadang menyebabkan alergi Untuk itu harus hati-hati dan bila perlu diganti bahan makanan yang lain. c. Ciptakan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak. Orang tua yang mengabaikan kehadiran anak, situasi yang menegangkan merupakan situasi yang menegangkan,merupakansituasiyangtidak menyenangkananakdandapatberdampak pada fisik anak. Oleh karena itu kasih sayang yang mencukupi, bimbingan yang bijaksana dari orang tua, merupakan hal yang sangat diperlukan. d. Lakukan kolaborasi, apabila muntah disertai gangguan fisiologis seperti warna kehijauan, muntah yang proyekti atau gangguan lainnya segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan secepatnya. Selain itu pemeriksaan penunjang sangat diperlukan. Konsep Dasar Regurgitasi adalah keluarnya kembali sebagian susu yang telah ditelan melalui mulut dan tanpa paksaan beberapa saat setelah minum susu (Depkes R.I, 1999). Regurgitasi merupakan keadaan normal yang sering terjadi pada bayi dibawah usia 6 bulan. Seiring bertambahnya usia, yaitu sampai anak diatas 6 bulan. regurgitasi semakin jarang dialami. Penyebab gumoh/regurgitasi Ada beberapa penyebab terjadinya regurgitasi yaitu posisi saat menyusui yang tidak tepat, minum terburu–buru, anak sudah kenyang, tapi tetap diberi minum karena orang tuanya khawatiranaknya kekurangan makan.Bayiyanggumohsesudahmenyusu,biasanya merupakan 6 kondisi yang normal. Gumoh menjadi abnormal bila jumlahnya banyak dan pertambahan berat badan bayi tidak adekuat. Asuhan Anak dengan Regurgitasi 1. Pengkajian a. Usia timbul gumoh, sering terjadi dibawah usia 6 bulan. Cara dan bahan makanan yang keluar. Hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi apakah anak mengalami gumoh atau muntah. Pada anak yang gumoh, bahan makanan yang keluar biasanya berupa susu dan terjadi secara spontan. Sedangkan pada anak yang muntah, bahan yang keluar adalah sisa bahan makanan disertai kontraksi dari abdomen. b. Pola minum perlu diperhatikan adalah: apakah susu diberikan dengan menggunakan botol, sendok atau menetek pada ibunya; sudah benarkah cara minumnya; berapa jumlah dan frekuensi pemberian. Orang tua kadang khawatir anak kurang kebutuhan minumnya, sehingga susu diberikan terlalu sering. c. Suasana saat minum. Bayi yang tergesa–gesa minumnya mudah mengalami gumoh. d. Posisisaatminum.Posisiibuyangtidaktepatsaatmenyusuibayinya,bisamengakibatka n anak gumoh. Demikian juga posisi botol yang tidak tepat saat bayi diberi susu formula. 1. Masalah a. Posisi minum/menetek yang tidak benar b. Kesalahan pola minum 2. Perencanaan/intervensi a. Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel sebagian areola, dagu menempel payudara ibu. b. Bila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol susu diatur agar susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya kedalam mulut bayi. Lihat gambar berikut c. Sendawakan bayi sesaat setelah minum. Bayi yang selesai minum bayi jangan langsung ditidurkan tapi perlu disendawakan dulu. Sendawa dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : 7 1) Bayi digendong agak tinggi (posisi berdiri), kepala bersandar dipundak ibu. Kemudian punggung bayi ditepuk perlahan – lahan sampai terdengar suara bersendawa. Lihat gambar dibawah. 2) Menelungkupkan bayi dipangkuan ibu, lalu usap/tepuk punggung bayi sampai terdengar suara bersendawa. Lihat gambar diatas. 8 Muntah dapat disebabkan oleh gangguan psikologis maupun fisiologis biasanya terjadi pada anak yaqng lebih besar dibandingkan dengan bayi, tetapi jika terjadi pada bayi harus lebih diobservasi kemungkinan kemungkinan yang terjadi. Bedanya dengan regurgitasi adalah keluarnya kembali susu yang telah ditelan melalui mulut. 9 Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! Pilihlah : A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. Jika jawaban 1 dan 3 benar C. Jika jawaban 2 dan 4 benar D. Jika hanya 4 saja yang benar E. Jika semua benar Kasus ( 1 – 4 ) Bayi usia 5 hari diberi ASI dan susu formula refleks menghisap da menelan baik tiba-tiba mengalami muntah yang terjadi setelah makan (susu) agak lama masuk di lambung, ibu tampak ketakutan. 1. Pada kasus diatas bayi mengalami A. Regurgitasi B. Muntah C. Infeksi pascanatal D. Ikterus patologis E. Gumoh 2. Penyebab dari kasus tersebut (nomor 1 ) antara lain : 1) Bayi kenyak dan meneteki buru-buru 2) Kelainan kongenital saluran pencernaan 3) Posisi bayi saat menyusu pada botol tidak tepat 4) Adanya faktor infeksi 3. Penatalaksanaan kasus diatas ( nomor 1 ) antara lain : 1) Beri antiemetik dan rujuk segera 2) Memperbaiki tehnik menyusui 3) Perlakukan bayi dengan tenang 4) Sebaiknya selesai menyusu sendawakan 10 4. Komplikasi yang sering ditemukan pada kasus ( nomor 1) antara lain: 1) Dehidrasi dan alkalosis 2) Perdarahan konjungtiva 3) Aspirasi 4) Koma 5. Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi secara paksa melalui mulut di sertai kontraksilambung dan abdomen disebut A. Gumoh B. Muntah C. Oral trush D. Regurgitasi E. Mual Evaluasi Formatif 6. Karakteristik muntah pada bayi sebagai berikut 1) Terjadi beberapa jam setelah lahir 2) Terjadi pada hari – hari pertama kelahiran 3) Muntah proyektil 4) Bayi selalu menangis 7. Muntah pada anak yang sehat bisa terjadi disebabkan oleh A. Tehnik pemberian makanan yan tidak benar B. Tidak suka makanan yang dimakan C. Bau makanan D. Warna makanan E. Jumlah makanan 8. Pengkajian yang perlu dilakukan pada anak muntah, kecuali A. Sifat muntahan B. Warna muntahan C. Pola makanan anak D. Tanda – tanda dehidrasi E. Waktu makan anak 11 9. Keluarnya kembali susu yang telah ditelan melalui mulut tanpa paksaan setelah minum susu disebut A. Regurgitasi B. Mual C. Muntah D. Oral trush E. Reflux 10. Penyebab terjadi regurgitasi adalah 1) Posisi saat menyusui tidak tepat 2) Minum terburu- buru 3) Anak sudah kenyang 4) Tidak tahan bau susu 12 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau KUNCI JAWABAN 1. A 2. B 3. C 4. B 5. B 6. A 7. A 8. E 9. A 10. A Amati kejadian muntah pada bayi ketika saudara dinas di Rumah sakit, bedakan hal tersebut termasuk katagori muntah apa regurgitasi. Buat laporan atau resume dan laporkan ke pembimbing saudara. 13 MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH BAYI DENGAN ORAL TRUSH DAN DIAPER TRUSH Semester 3 KEGIATAN BELAJAR 2 PRODI III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IIID-KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 14 Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini adalah saudara diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan oral trush dan Diaper trush. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu : 1. MenjelaskanMenjelaskan tentang konsep dasar oral trush 2. Menjelaskan penyebab oral trus 3. Menjelaskan asuhan anak dengan oral trush 4. Menjelaskan tentang konsep dasar penyakit 5. Menjelaskan penyebab ruam popok 6. Menjelaskan asuhan anak dengan ruam popok Dalam kegiatan belajar 2 ini saudara akan mempelajari tentang : konsep dasar, penyebab oral trush, asuhan anak dengan oral trush, konsep dasar penyakit, penyebab ruam popok, asuhan anak dengan ruam popok 15 Kejadian dimasyarakat, banyak bayi-bayi yang mengalami penyakit atau kelainan dan mendapatkan penanganan yang kurang tepat, untuk itu pada kegiatan belajar berikut akan disajikan beberapa penyakit atau kejadian pada bayi antara lain.... ORAL TRUSH 1. Konsep Dasar Oral trush adalah adanya bercak putih pada lidah, langit-langit dan pipi bagian dalam (Wong, 1995). Bila bercak tersebut sulit untuk dihilangkan dan bila dipaksa untuk diambil mengakibatkan perdarahan. Oral trush ini disebut juga dengan oral candidiasis atau moniliasis dan sering terjadi pada masa bayi. Seiring bertambahnya usia, angka kejadian makin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik atau imunosupresif (Nelson, 1994 : 638). 2. Penyebab oral trush Penyebab oral trush umumnya candida albicans melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan (saat bayi baru lahir), transmisi melalui botol susu, putting susu yang tidak bersih, cuci tangan yang tidak benar. Oral trush kadang sulit dibedakan dengan sisa susu, terutama pada bayi yang mendapatkan susu formula (PASI). Sisa susu yang berupa lapisan endapan putih tebal pada lidah bayi ini dapat dibersihkan dengan kapas lidi yang dibasahi dengan air hangat. Jika oral trush tidak bisa hilang hanya dengan dibersihkan, justru akan menyebabkan perdarahan. Oral trush ini juga harus dibedakan dengan stomatitis. Stomatitis merupakan inflamasi dan ulserasi pada membran mukosa mulut. Anak yang mengalami stomatitis biasanya tidak mau makan atau minum (M. Scharin, 1994 : 448). 3. Asuhan Anak dengan Oral Trush Pengkajian a. Usia. Pada bayi muda (kurang dari 2 bulan) lebih sering terjadi Oral Trush dibanding bayi yang lebih tua. 16 b. Tampak bercak keputihan pada mulut terutama lidah, dan pipi bagian dalam dan Oral Thrush pada lidah bayi c. Bayi kadang–kadang menolak minum d. Pola kebersihan cenderung kurang. 1) Orang tua jarang cuci tangan bila merawat atau meneteki bayinya. 2) Botol susu yang digunakan tidak dicuci dengan benar atau saat menyusui puting susu tidak dibersihkan lebih dahu Masalah a. Bercak keputihan pada mulut b. Resiko intake kurang adekuat (masalah pemberian minum) Perencanaan (dimodifikasi dengan Bagan MTBS, 2008) a. Jaga kebersihan bayi dan peralatan yang digunakan b. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi c. Bersihkan mulut bayi dengan ujung jari yang terbungkus kain bersih dan telah dicelupkan ke larutan air matang hangat bergaram. (1 gelas air hangat ditambah seujung sendok the garam) d. Oleskan gantian violet 0,25% pada mulut dengan kapas lidi atau teteskan 1 ml suspensi Nistatin 3 x sehari atau tiap 8 jam selama 1 minggu (7 hari) e. Ajarkan ibu cara mengoleskan obat ke dalam mulut bayi. f. Cuci tangan kembali setelah memberikan pengobatan g. Anjurkan ibu untuk mengontrolkan anaknya setelah 2 hari. 1) Jika thrush bertambah parah atau bayi mempunyai masalah dalam menyusu, segera dirujuk. 2) Jika thrush membaik dan bayi menyusu dengan baik, puji ibu dan lanjutkan pemberian Gentian Violet 0,25% atau Nistatin suspensi sampai 7 hari. 3) Jika thrush menetap dan/atau bayi tidak mau menyusu dengan baik, kunjungan ulang 2 hari. Apabila dalam kunjungan ulang kedua keluhan menetap, bayi perlu di rujuk. h. Anjurkan ibu berobat jika diketahui terinfeksi candida albicans untuk mencegah infeksi berulang (catatan : Cara menyiapkan Gentian Violet 17 0,25% : 1 bagian Gentian Violet 1% ditambah 3 bagian aquades. Misal : 10 ml Gentian Violet 1% ditambah 30 ml aquades) RUAM POPOK 1. Konsep Dasar Penyakit Ruam popok disebut juga dengan diaper trush atau diaper dermatitis. Ada beberapa pengertian tentang ruam popok, yaitu: a. Inflamasi akut pada kulit yang disebabkan langsung atau tidak langsung oleh pemakaian popok (Wong, 1993 : 1044). b. Merupakan dermatitis kontak iritan karena bahan kimia yang terkandung dalam urine dan faeces (Agus Harianto, 1998). c. Akibat akhir karena kontak yang terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik, sehingga menyebabkan iritasi/dermatitis pada daerah perianal (Depkes RI, 1994). 1. Penyebab ruam popok Ada beberapa penyebab ruam popok. Salah satunya yaitu kontak yang lama dan berulang dengan bahan iritan terutama urine, faeces. Bahan kimia pencuci popok seperti sabun, detergent, pemutih, pelembut pakaian dan bahan kimia yang dipakai pabrik untuk membuat popok disposible juga dapat menyebabkan ruam popok (Wong, 1993). Meskipun urine dan faeces merupakan penyebab utama, kombinasi faktor lainnya juga memberikan kontribusi terjadinya ruan popok. Kontak yang lama antara kulit dan popok yang basah mempengaruhi beberapa bagian kulit. Gesekan yang lebih sering dan lama menimbulkan kerusakan/iritasi pada kulit yang dapat meningkatkan permeabilitas kulit dan jumlah mikroorganisme. Dengan demikian kulit menjadi sensitive dan mudah mengalami iritasi. Amonia juga dipandang merupakan penyebab ruam popok, meskipun amonia tidak berdiri sendiri. Peningkatan PH urine mengakibatkan peningkatan enzim fecal yaitu protease dan lipose, sehingga memudahkan terjadinya iritasi pada daerah bokong. Enzim fecal juga meningkatkan permeabilitas kulit akibat garam empedu yang terkandung pada faeces terutama saat diare, sehingga juga mengakibatkan iritasi pada daerah perianal. 18 Gejala ruam popok sangat bervariasi mulai adanya macula eritemateus pada kulit yang terttutup popok seperti luka bakar, sampai adanya papula vesikel, pustula dan erosi superficial. Apabila keadaan ini dibiarkan lebih dari 3 hari, maka bagian yang terkena ruam popok akan ditumbuhi jamur candida albicans. 2. Asuhan Anak dengan Ruam Popok Pengkajian a. Umur. Ruam popok umumnya terjadi kurang dari 2 tahun. Insiden terbanyak terjadi pada anak yang berusia usia 9-12 bulan. Setelah berusia 2 tahun keatas, anak jarang mengalami ruam popok. b. Pola kebersihan cenderung kurang, terutama pada daerah perianal, bokong dan perut bagian bawah. Apabila selesai BAB (Buang Air Besar – Berak) / BAK (Buang Air Kecil – kencing), daerah pantat tidak dibersihkan dengan air, sebelum memakai popok yang bersih. Demikian juga popok yang basah terkena urine / faeces yang tidak segera diganti bahkan sampai kering kembali akan mempermudah terjadinya ruam popok. c. Bayi sering menggunakan popok plastik yang kedap air atau menggunakan popok disposable yang terbuat dari bahan sintetis dalam waktu lama. d. Perlu dikaji bagaimana cara ibu mencuci pakaian dan popok bayi. Bila menggunakan popok disposible, harus diganti setiap berapa jam. Pencucian yang tidak bersih dapat menyebabkan terjadinya ruam popok karena masih ada detergent tertinggal pada Rangkuman pakaian bayi. e. e. Pada pemeriksaan daerah bokong terdapat bintik-bintik kemerahan yang kadang- kadang berisi nanah. Demikian juga pada daerah bawah perut. f. Anamnesa faktor alergi. Kemungkinan anak sensitive terhadap detergent / sabun cuci yang digunakan atau anak alergi popok disposible. Masalah a. Ruam pada bokong b. Pola kebersihan kurang c. Kemungkinan alergi terhadap detergent. Perencanaan / Intervensi 19 a. Hindari penggunaan sabun yang berlebihan untuk membersihkan daerah pantat / bokong. Sabun yang berlebihan dan keras sifatnya dapat menyebabkan iritasi pada kulit yang sensitif, diantaranya pada daerah bokong. b. Gunakan kapas air hangat atau kapas minyak untuk membersihkan daerah perianal segera setelah BAB/ BAK c. Berikan krem atau salep, bila terdapat bintik kemerahan dan biarkan terbuka untuk beberapa saat. d. Jaga kulit tetap kering dengan cara: e. Bila menggunakan popok kain, perhatikan agar sirkulasi udara tetap terjaga f. Bila menggunakan popok disposible, gunakan bahan super absorbent yaitu popok yang terbuat dari bahan yang mengandung gel penyerap. Gel ini menyerap air secara kuat sehingga kulit tetap kering dan dapat mengontrol PH urine / faeces ( Wong dan Athers, 1992 ). g. Hindari penggunaan popok / celana yang terbuat dari karet atau plastic. h. Penggunaan bedak talk dapat menjaga kulit kering, tetapi sangat berbahaya jika masuk kedalam saluran nafas dan dapat menyebabkan iritasi kulit perianal bila tercampur dengan urine / faeces. Apabila ingin menggunakan bedak gunakan powder yang terbuat dari serbuk jagung ( corn starch ) karena relatif lebih aman. Tuangkan pada kasa / tangan / saput lalu taburkan pada bagian pantatnya saja, jangan sampai pada daerah genetalia ( Wong, 1992 : 1045 ). i. Berikan posisi tidur selang-seling terutama pada daerah pantat yang terkena ruam, agar tidak tertekan dan memberi kesempatan pada bagian tersebut untuk kontak dengan udara. j. Pakaian, celana atau popok yang kotor sebelum dicuci, rendam dulu dalam air yang dicampur acidum boricum kemudian dibilas lalu keringkan. Hindari penggunaan detergent atau pengharum pakaian. k. Jaga kebersihan tubuh dan lingkungan secara umum. 20 Oral trush disebut oral candidiasis / moniliasis dan sering terjadi pada bayi yang disebabkan candida albican melalui vagina ibu saat bayi baru lahir, transmisi melalui botol susu, putting susu tidak bersih, cuci tangan tidak benar, sedangkan Diaper rush/ diaper dermatitis disebabkan oleh kontak lama dan berulang dengan bahan iritasi terutama urine di feces. 21 Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! Pilihlah : A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. Jika jawaban 1 dan 3 benar C. Jika jawaban 2 dan 4 benar D. Jika hanya 4 saja yang benar E. Jika semua benar 1. Pada kasus bayi usia 8 minggu diberikan susu formula, tampak pada lidah dan langit – langit terdapat bercak – bercak putih disebut : A. Seborrehea B. Monoliasi C. Hemangioma D. Ruam E. Oral trush 2. Pada kasus diatas penanganannya A. Diberi gentin violet B. Diberi air putih C. Diberi makanan halus dan antibiotik D. Hanya diberi ASI saja E. Vitamin 3. Bercak putih pada lidah, langit – langit dan pipi bagian dalam disebut : A. Thypoid B. Sariawan C. Oral trush D. Panas dalam E. Stomaitis 22 4. Pada pengkajian bayi dengan oral trush yang harus diperhatikan : A. Usia bayi kurang 2 bulan B. Bercak keputihan pada mulut terutama lidah C. Bayi menolak minum D. Pola kebersihan kurang 5. Masalah kebidanan yang muncul 1) Lidah memerah 2) Bercak putih pada mulut 3) Bibir kering 4) Resiko infaks tidak adekuat 6. Intervensi ang bisa dilakukan kecuali A. Beri gentian violet B. Cuci tangan sebelum dan sesudah merawat C. Bayi kontrol setiap 2 hari sekali D. Lapor ke dokter 7. Inflamasi pada kulit disebabkan langsung maupun tidak langsung disebut: A. Dermalitis B. Seborrea C. Diaper rush D. Alergi E. Lupus 8. Penyebab dari ruam popok pada bayi adalah : A. Kontak lama antara kulit dengan popok basah B. Kondisi kulit bayi C. Cuaca D. Enzim pencernaan E. Personal hygine kurang 23 9. Pengkajian meliputi antara lain : 1) Umur 2) Pola kebersihan kurang 3) Sering menggunakan popok plastik 4) Ibu pemalas 10. Masalah kebidanan yang sering muncul pada bayi adalah 1) Ruam pada bokong 2) Pola kebersihan kurang 3) Kemungkinan alergi detergen 4) Bayi gelisah 5) 24 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! KUNCI JAWABAN: 1. B 2. A 3. C 4. A 5. C 6. D 7. C 8. A 9. A 10. A Coba saudara amati kejadian muntah pada bayi disekitar lingkungan saudara dan bedakan antara oral trush dan diaper rush. Temukan juga dan identifikasi kejadian diaper rush disekeliling anda. 25 MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH BAYI DENGAN CAPUT SUCCEDENEUM Semester 3 KEGIATAN BELAJAR I PRODI III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IIID-KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 26 MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH BAYI DENGAN SEBORHEA DAN MILIARIASI Semester 3 KEGIATAN BELAJAR 3 PRODI III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IIID-KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 27 Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini adalah mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan seborrhea dan miliariasis. Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan seborrhea 2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan miliariasis Dalam kegiatan belajar 3 ini saudara akan mempelajari tentang 1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan seborrhea 2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Miliariasis 28 Seborrhea 1. Konsep Sebhorea : peradangan kulit yang sering terdapat pada daerah berambut terutama pada kulit kepala, alis mata, muka yang bersifat superfisial dan kronik, tidak gatal dan cenderung sembuh sendiri. 2. Etiologi : belum pasti, diduga a. Aktivitas kelenjar sebasea yang berlebihan. b. Hormone transplasental yang meninggi pada beberapa bulan setelah lahir 3. Jenis sebhorea berdasar lokasinya : a. Sebhorea kepala , pada bayi sering disebut ‘cradle crap’. Pada daerah rambut dijumpai skuama berminyak warna kekuningan sehingga rambut lengket. Kadang skuama berbentuk kering dan berlapis-lapis serta sering lepas sendiri seperti ketombe. Sering pada bayi usia 2 minggu-6 bulan. Sebhorea pada kepala ini dapat menyebabkan rambut rontok (alopesia) dan gatal. b. Sebhorea Muka, pada mulut, palpebra, dagu. Bila terdapat pada daerah berrambut seperti dahu dan bibir dapat terjadi folikulitis. c. Sebhorea badan dan pelipatan, ruam berbentuk macula eritema dg permukaan skuama berminyak warna kekuningan. 4. Asuhan Anak dengan Seborrhea Pengkajian a. Usia : pada bayi sering timbul pada usia 2 mg-10 mg. b. Hygiene perorangan : cenderung buruk terutama orang sakit atau berpenyakit berat c. Bila sebhorea pada kepala : tampak krustae tebal, pecah dan berminyak, tanpa dasar kemerahan dan tidak gatal d. Pada lokasi lain : lesi tampak kemerahan / merah kekuningan yang tertutup skuama berminyak, dan tidak gatal. Masalah a. Kerusakan integritas kulit 29 b. Resiko infeksi sekunder c. Personal hygiene rendah Gambar : Seborrhea pada kulit kepala bayi Intervensi a. Bila pada kepala, beri minyak kelapa/baby oil pada lokasi, biarkan 8-12 jam, lalu gosok dengan sikat halus kemudian cuci kepala bayi dg sampho yang mengandung selenium sulfide 1-1,8%. Lakukan cara ini secara bertahap b. Hindari pemakaian tonik rambut. c. Bila pada lokasi lain beri cream hidrokortison 1-2,5% (kortikosteroid ringan) d. Cuci muka atau mandi secara teratur e. Penyuluhan kesehatan (HE) : 1) bahwa sebhorea berlangsung kronik dan sering kambuh 2) ajarkan cara menjaga kebersihan kulit kepala Miliariasis 1. Pengertian Miliariasis atau biang keringat adalah kelainan kulit akibat tertutupnya saluran kelenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat (Arif Mansjoer, 2001). Miliariasis adalah dermatosis yang disebabkan oleh retensi keringat, yaitu akibat tersumbatnya pori kelenjar keringat. Biasanya timbul bila udara panas dan lembab. Penyumbatan ini dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan raang dan odema akibat persepsi yang tidak dapat keluar dan diabsorsi oleh stratum korneum (FKUI, 2002). 30 2. Etiologi Penyebab terjadinya miliariasis ini adalah udara yang panas dan lembab serta adanya infeksi bakteri. Ada beberapa penyebab dari miliariasis adalah : a. Udara panas dan lembab dengan ventilasi udara yang kurang. b. Pakaian yang terlalu ketat, bahan tidakmenyerap keringat. c. Aktifitas yang berlebihan. d. Setelah menderita demam atau panas e. Penyumbatan dapat ditimbulkan oleh bakteri yang menimbulkan radang dan odema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar dan di absorsi oleh stratum korneum. 3. Patofisiologi Patofisiologi terjadinya miliariasis diawali dengan tersumbatnya pori-pori kelenjar keringat, sehingga pengeluaran keringat tertahan. Tertahan nya pengeluaran keringat ditandai dengan adanya vesikel miliar di muara kelenjar keringat lalu disusul dengan timbulnya radang dan odema akibat perspirasi yang tidak dapat keluar kemudian diabsorsi oleh stratum korneum. Miliariasis sering terjadi pada bayi prematur karena proses diferensiasi sel epidermal dan apendiks yang belum sempurna. Kasus miliariasis terjadi pada 40-50% bayi baru lahir. Muncul pada usia 2-3 bulan pertama dan akan menghilang dengan sendirinya pada 3-4 minggu kemudian. Terkadang kasus ini menetap untuk beberapa lama dan dapat menyebar ke daerah sekitarnya. Gambar : Miliariasis pada kulit bayi 4. Klasifikasi a. Miliariasis kristalina Keringat dapat keluar sampai stratum korneum. Terlihat vesikel yang menyerupai titik embun. Biasanya asimptomatis. Vesikel mudah pecah karena gesekan dengan pakaian. 31 b. Miliariasis rubra Keringat merembes ke dalam epidermis. Terlihat papula, vesikel dan eritma di sekitarnya. Biasanya disertai rasa gatal. Mudah terjadi infeksi sekunder berupa impetigo dan furunkulosis. Lokalisasi penyakit ini ialah di daerah yang tertutup pakaian, terutama di dada dan punggung. c. Miliariasis profunda Miliariasis profunda terjadi bila sumbatan terdapat pada dermis bagian atas, biasanya timbul setelah miliariasis rubra, ditandai papul putih, keras berukuran 1-3 mm terutama di badan dan ekstermitas. 5. Penatalaksanaan Penting untuk menghindari panas yang berlebihan, mengusahakan ventilasi yang baik dan menggunakan pakaian tipis dan menyerap keringat. Untuk miliariasis kristalina tidak diperlukan pengobatan. Untuk miliariasis rubra dapat diberikan bedak salisil 2% dibubuhi menthol ¼ - 2%. Losio febri dapat pula digunakan komposisi sebagai berikut : R / Acidi salicylici 500 mg Talci 5 mg Oxydi zincici 5 mg Amyli oryzae 5 mg Alkohol (90: vol %) 5 mg cc 100 Sebagai antipruritus dapat ditambahkan menthol ½ - 1% atau kamper 1-2% daa losio feberi. Untuk miliariasis dapat digunakan losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25%, dapat pula resorsin 3% dalam alkohol (Arif Mansjoer, 2002). Asuhan yang diberikan pada neonatus, bayi, dan balita dengan miliariasis bergantung pada beratnya penyakit dan keluhan yang dialami. Asuhan yang umum diberikan adalah sebagai berikut : a. Perawatan kulit yang benar dan selalu menjaga kebersihan tubuh bayi. b. Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat dan menghilangkan sumbatan yang sudah timbul. c. Upayakan untuk menciptakan lingkungan dengan kelembaban yang cukup serta suhu yang sejuk dan kering, misalnya pasien tinggal diruangan ber-AC atau didaerah yang sejuk dan kering. d. Gunakan pakaian yang basah dan kotor. e. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor 32 f. Biang keringat yang tidak kemerahan dan kering diberi bedak salycil atau bedak kocok setelah mandi 6. Pengobatan Berikut ini merupakan beberapa terapi yang dapat dilakukan untuk mengobati miliariasis, diantaranya yaitu : a. Prinsipnya asuhan adalah mengurangi produksi keringat dengan memindahkan pasien ke ruangan dengan alat pengatur udara, dianjurkan ke daerah berhawa sejuk dan kering, menggunakan kipas angin atau air conditioning. Disamping memberi kesempatan hilangnya sumbatan pori-pori yang sudah timbul dengan sendirinya. b. Gunakan pakaian yang tipis dan longgar serta menyerap keringat dan tidak terlalu sempit serta bekerja diruangan yang ventilasinya baik. c. Keringat harus segera dikeringkan dan sering mandi. Segera ganti pakaian yang basah dan kotor. d. Topikal bisa diberikan bedak atau bedak kocok pendingin dengan bahan anti gatal, dapat ditambah dengan mentol 0,25% ampai 1% kalau gatal. Lanolin anhidrat dan salephidrifilik bisa menghilangkan sumbatan pori sehingga mempermudah aliran keringat yang normal. Kasus ringan bisa berespon dengan bedak seperti talkum bayi. Bila ada infeksi sekunder, diatasi dengan krim antibiotika dan topikal diberikan lotio kummerfeldi atau bedak kocok dengan antibiotika. e. Pada miliariasis rubra dapat diberikan bedak salicil 2% dengan menambahkan menthol 0,5-2% yang bersifat mendinginkan ruam. f. Penderita miliariasis yang sedang menjalani latihan fisik berat perlu diberi vitamin C 1 gram sehari untuk mencegah terjadinya anhidrotic heat exhaustion. 7. Komplikasi Komplikasi yang tersering dari miliariasis adalah infeksi sekunder dan intoleransi terhadap suhu lingkungan yang panas. Infeksi sekunder dapat terjadi berupa impetigo atau multiple diskret abses yang dikenal sebagai periporitis staphylogenes dengan tidak keluarnya keringat bila terpapar bila terpapar suhu panas, lemah. 8. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Miliariasis Pengkajian 33 a. Data Subyektif: Ibu mengatakan bayi susah tidur, rewel, pada kulit muka dan sekitar leher bayi terdapat bintik-bintik kemerahan. b. Data Obyektif : 1) Tampak adanya bercak kemerahan pada kulit bayi bagian muka dan sekitar leher. 2) Tampak papula atau gelembung merah kecil di dahi. Assesment a. Diagnosa : Bayi dengan miliariasis. b. Data Subyektif : 1) Ibu mengatakan bayi susah tidur, rewel 2) Ibu mengatakan kulit muka bayi dan sekitar leher timbul bintikbintik kemerahan. c. Data Obyektif : 1) Tampaknya adanya bercak kemerahan pada kulit bayi bagian muka dan sekitar leher. 2) Tampak papula atau gelembung merah kecil di dahi. Planning a. Memberikan bedak salicyl 2% R/ untuk mengurangi bintik-bintik kemerahan pada kulit bayi b. Memberitahu ibu, untuk memberikan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat pada bayinya. R/ untuk menjaga kulit bayi agar tetap kering. c. Memberikan informasi kepada ibu tentang perawatan kulit bayi, yaitu : 1) Bayi harus dimandikan secara teratur pada pagi dan sore hari 2 2) Selesai mandi pastikan semua lipatan kulit bayi seperti ketiak, leher, paha dan lutut harus benar-benar kering kemudian oleskan bedak keseluruhan tubuh dengan tipis. 3) Menjaga tubuh bayi agar tetap kering. 4) Jika bayi berkeringat, jangan keringkan dengan menggunakan bedak. Tapi sebaiknya dengan waslap basah, lalu dikeringkan, dan diolesi dengan bedak tipis. 34 d. Pada saat memandikan bayi yang menderita biang keringat, sebaiknya gunakan sabun bayi yang cair, sebab sabun cair tidak meninggalkan partikel yang dapat menghambat penyembuhan. R/ agar ibu mengerti tentang cara merawat kulit secara baik dan benar. e. Memberitahu ibu agar menghindari udara panas yang berlebihan, dan sebaiknya dijaga agar ruangan tetap sejuk. R/ untuk menghindari produksi keringat yang berlebih. Evaluasi a. Bintik – bintik kemerahan pada kulit bayi berkurang b. Kulit bayi terlalu lembab c. bu suda mengetahui bagaimana cara perawatan kulit bayi dengan benar. d. Bayi tidak rewel dan tidak banyak mengeluarkan keringat. Seborrhe merupakan peradangan pada kulit didaerah rambut kepala, alis mata,dan muka yang bersifat superficial dan kronik, tidak gatal dan sembuh sendiri. Miliariasis merupakan kelainan kulit akibat tertutupnya keenjar keringat yang menyebabkan retensi keringat, pada bagian badan yang berkeringat. Macam-macam miliariasis atau yang sering disebut dengan biang keringat adalah miliariasis kristalina ,miliariasis rubra,dan miliariasis profunda. Miliariasis kristalina merupakan miliariasis paling ringan dan umumnyatidak memberi keluhan. Sedangkan kelainan yang paling berat yaitu miliariasis profunda. Prinsip penatalaksana terpenting yaitu menghindari panas yang berlebihan. 35 Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! Pilihlah : A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. Jika jawaban 1 dan 3 benar C. Jika jawaban 2 dan 4 benar D. Jika hanya 4 saja yang benar E. Jika semua benar 1. Penyebab miliariasis pada bayi adalah, kecuali … A. Udara panas dan lembab kurang ventilasi B. Bayi alergi terhadap bedak atau sabun yang digunakan C. Penyumbatan ditimbulkan oleh bakteri yang menyebabkan radang dan oedema. D. Pakaian terlalu ketat, bahan tidak menyerap keringat. E. Setelah menderita demam atau panas 2. Perawatan bayi miliariasis seperti dibawah ini : 1) Perawatan kulit yang benar, selalu menjaga kebersihan tubuh bayi. 2) Prinsip asuhan adalah mengurangi penyumbatan keringat 3) Segera ganti pakaian yang basah karena keringat. 4) Memberikan bedak secara merata pada seluruh tubuh bayi 3. Penyebab furunkel/bisul antara lain, kecuali : A. Iritasi pada kulit B. Kebersihan kulit yang jelek C. Daya tahan tubuh rendah D. Infeksi stapilococcus aureus E. Infeksi enterobacilus 36 4. Yang bukan termasuk etiologi, seborrhea 1) Keringat dagu terus menerut 2) Aktifitas kelenjar sebacea berlebihan 3) Hormon kulit meningkat 4) Hormon transplasental meninggi 5. Masalah kebidanan yang muncul antara lain : 1) Kerusakan integritas kulit 2) Resiko infeksi sekunder Evaluasi Formatif 3) Personal hygine rendah 4) Kurang pengetahuan 6. Jenis seborrhea berdasarkan klasifikasinya : 1) Seborrhea kepala 2) Seborrhea muka 3) Seborrhea badan 4) Seborrhea seluruh tubuh 7. Penyebab terjadinya miliariasis adalah 1) Udara panas dan lembab 2) Aktifitas bayi 3) Pakaian terlalu ketat 4) Panas 8. Klasifikasi miliariasis adalah, kecuali A. Miliariasis kristalia B. Miliariasis rubra C. Miliariasis perfunda D. Miliariasis provunda E. Miliariasis ikatan 9. Data objektif yang muncul antara lain : 1) Bayi susah tidur, rewel 2) Bayi susah makan 37 3) Pada kulit muka dan sekitar leher bayi terdapat bentuk kemerahan 4) Bayi menangis terus 5) 10. Komplikasi yang sering terjadi dari miliariasis A. Infeksi skunder B. Panas C. Gelisah D. Bisulan E. Furunkel 38 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 3, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! KUNCI JAWABAN: 1. B 2. A 3. E 4. C 5. A 6. A 7. B 8. C 9. B 10. A Coba saudara amati kejadian seborrhea dan milliariasis yang ada di lingkungan saudara, dan buatlah laporan, kumpulkan pada pembimbing saudara. 39 MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH BAYI DENGAN DIARE DAN OBSIPITA Semester 3 KEGIATAN BELAJAR 4 PRODI III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IIID-KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 40 Kemampuan akhir yang diharapkan setelah saudara menempuh kegiatan belajar ini adalah diharapkan saudara mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan diare dan Obstipasi Setelah mempelajari kegiatan belajar 4 ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan diare 2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi Dalam kegiatan belajar 4 ini saudara akan mempelajari tentang: 1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan diare 2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan obstipasi. 41 Diare 1. Pengertian Diare adalah defekasi encer lebih dari tiga kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000). 2. Tanda dan Gejala (Perawatan Anak Sakit edisi 2, Ngastiyah. 2005) a. Anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan meningkat. b. Nafsu makan berkurang c. Tinja cair, mungkin mengandung darah dan atau lendir. d. Warna tinja menjadi kehijau-hijauan karena tercampur empedu e. Anus dan sekitarnya lecet. f. Muntah sebelum dan atau sesudah diare. g. Pada bayi, ubun-ubun besar cekung. h. Tonus dan turgor kulit berkurang. i. Selaput lendir mulut dan bibir kering. 3. Penyebab (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000). 1. Faktor infeksi a. Infeksi Enteral : Infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi bakteri, virus, dan parasit. b. Infeksi parenteral: Infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti Otitis media akut (OMA), tonsilitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis. 2. Faktor malabsorbsi, yang terdiri dari malabsorbsi karbohidrat, lemak dan protein. 3. Makanan basi, beracun, dan alergi terhadap makanan. 4. Faktor psikologis, antara lain rasa takut dan cemas (biasanya dapat terjadi pada anak yang lebih besar). 5. Imunodefisiensi. 42 4. Komplikasi (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000) a. Dehidrasi. b. Renjatan hipovolemik. c. Hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram). d. Hipoglikemia. e. Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktase. f. Kejang, terjadi pada dehidrasi hipertonik. g. Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). 5. Penatalaksanaan/Pengobatan (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000) a. Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk mencegah dehidrasi, misalnya cairan oralit dan makanan cair seperti sup dan minuman yoghurt. b. Pemberian makanan untuk mencegah kurang gizi misalnya bubur, sayur, daging atau ikan. Tambahkan 1-2 sendok teh minyak sayur tiap porsi. Berikan pula buahbuahan seperti pisang. c. Pemberian obat-obatan antidiare meliputi antimotilitas (misal loperamid, difenoksilat, kodein, opium), adsorden (misal norit, kaolin, attapulgit). 6. Perawatannya (Kapita Selekta Kedokteran, Mansjoer Arif, Suprohaita, dkk. 2000) a. Bila terjadi dehidrasi ringan, berikan minum sebanyak-banyaknya, kira-kira satu gelas setiap kali setelah pasien defekasi. Cairan harus mengandung elektrolit seperti oralit. b. Jika anak terus muntah atau tidak mau minum sama sekali perlu diberikan sonde. c. Bila pemberian cairan peroral tidak dapat dilakukan, dipasang infus dengan cairan Ringer Laktat. Bila terjadi dehidrasi berat, selama empat jam pertama tetesan dipercepat. d. Perhatikan tanda-tanda vital. e. Perhatikan frekuensi BAB anak apakah masih sering, encer atau sudah berubah konsistensinya. f. Pasien diberi makanan setelah dehidrasi teratasi, makanan harus mengandung cukup kalori, protein, mineral dan vitamin tetapi tidak menimbulkan diare kembali. 43 g. Untuk mengurangi kelelahan pasien tersebut sebaiknya dirawat di atas eltor bed, yaitu tempat tidur dari terpal yang dilubangi di tengahnya dan di bawahnya ditempatkan ember penampung kotoran yang telah diisi dengan desinfektan. 7. Kebutuhan Dasar Manusia yang Prioritas (Kebutuhan Fisiologis) Jumlah cairan yang diberikan harus sama dengan jumlah cairan yang telah hilang melalui diare dan atau muntah, ditambah banyaknya cairan yang hilang melalui keringat, urine, dan pernafasan, dan ditambah dengan banyaknya cairan yang hilang melalui tinja dan muntah yang masih terus berlangsung. Begitu pula dengan jumlah nutrisi yang diberikan harus ditingkatkan selama diare untuk menghindari efek buruk pada status gizi penderita diare. Kebutuhan energi normalnya (dalam kondisi sehat) : 1100 kalori/hari Kebutuhan energi dalam kondisi sakit : >1100kalori/hari Kaitkan dengan anatomi dan fisiologi : Bila masukan makanan dan cairan kurang serta suhu tubuh tinggi maka cairan dalam tubuh akan berkurang. Untuk itu diperlukan tambahan cairan dan elektrolit serta nutrisi. Cairan tubuh dan nutrisi yang kurang, menurunkan kerja organ tubuh karena distribusi terganggu. Obstipasi 1. Pengertian Necel (Desember 2007) obstipasi berasal dari bahasa latin.Obberarti intheway = perjalanan. Stipare berarti to compress = menekan Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi intestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi karena adanya obstruksi intestinal. Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Pada bayi baru lahir biasanya buang air besar 2-3 x sehari tergantung jenis susu yang dikonsumsi akan tetapi masih mungkin normal bila buang air besar 36-48 jam sekali asal konsistensi tinja normal. Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 44 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada feses yang menyangkut konsistensi feses dan frekuensi berhajat. Gejala obstipasi berupa pengeluaran feses yang keras dalam jangka waktu tiap 3-5 hari, kadang disertai adanya perasaan perut peuh akibat adanya feses atau gas dalam perut. Obstipasi adalah penimbunan feses yang keras akibat adanya penyakit atau adanya obstruksi pada saluran cerna. Bisa juga didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari atau lebih (Endang Khoirunnisa, 2010). Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidak terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu pada ibunya dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal. Dengan bertambahnya usia dan variasi dalam dietnya akan menyebabkan defekasi menjadi lebih jarang dan fesesnya lebih keras (Endang Khoirunnisa, 2010). Obstipasi atau sembelit adalah tidak buang air besar pada lima hari atau lebih. Obstipasi menetapterutamajikamulaitimbulsebelumbayimencapaiusia1bulan,biasamenunjukkan gangguan yang serius. Misalnya penyakit Hirshspung (kelainan saraf yang disertai dengan usus yang berukuran besar) atau kelenjar tiroid yang kurang aktif. (Wati Nur M, 2010; 108- 109). 2. Etiologi a. Menurut Endang Khoirunnisa (2010), obstipasi pada anak dapat disebabkan oleh hal-hal berikut : 1. Kebiasaan makanan Obstipasi dapat timbul bila feses terlalu kecil untuk membangkitkan keinginan untukbuang air besar. Keadaan ini terjadi akibat dari kelaparan, dehidrasi dan mengkonsumsi makanan yang kurang selulosa. 2. Hypothyroidisme Obstipasi merupakan gejala dai dua keadaan, yaitu kreatinisme dan myodem yang menyebabkan tidak cukupnya ekskresi hormon tiroid sehingga semua proses metabolisme berkurang. 3. Keadaan-keadaan mental Faktor kejiwaan memegang peranan penting terhadap terjadinya obstipasi, terutama depresi berat yang tidak memedulikan 45 keinginannya untuk buang air besar. Biasanya terjadi pada anak usia 1-2 tahun. Jika pada anak usia 1-2 tahun pernah mengalami buang air besar yang keras dan terasa nyeri, maka mereka cenderung tidak mau buang air besar untuk beberapa hari, bahkan beberapa minggu sampai beberapa bulan sesudahnya karena takut mengalami kesukaran lagi. Dengan tertahannya feses dalam beberapa hari/minggu/bulan, maka akan mengakibatkan kotoran menjadi keras dan menjadi terasa nyeri, sehingga anak menjadi semakin malas buang air besar. Kondisi anak dengan keterbelakangan mental juga merupakan penyebab terjadinya obstipasi karena anak dilatih untuk buang air besar. 4. Penyakit organik Obstipasi bisa terjadi berganti-ganti dengan diare pada kasus karsinoma kolon dan divertikulus. Obstipasi bisa terjadi bila terasa nyeri saat buang air besar dan sengaja dihindari seperti pada fistula ani atau wasir yang mengalami thrombosis. 5. Kelainan congenital Adanya penyakit seperti atresia, stenosis, megakolon aganglionik kogenital (Penyakit Hirshsprung). Obstruksi bolus usus illeus mekonium, atau sumbatan mekonium. Hal ini dicurigai terjadi pada neonatus yang tidak mengeluarkan mekonium dala 36 jam pertama. 6. Penyebab lainnya adalah diet yang salah, tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung serat selulosa sehingga bisa mendorong terjadinya peristaltik atau pada anak setelah sakit atau sedang sakit dimana anak masih kekurangan cairan. b. Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut : 1. Penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat. 2. Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirshsprung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik. 3. Sering menahan terselit karena nyeri saat buang air besar. 4. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus meliputi akbat adanya kanker dalam dinding usus. 5. Obstipasi akibat obstruksi dari instralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum. c. Penyebab faktor non organik : 46 1. Kurang makanan yang tinggi serat 2. Kurang cairan 3. Penggunaan obat atau zat kimiawi tertentu seperti antihistamin, anticholinergic dan opioids. 4. Kelainan hormonal/metabolik 5. Kelainan psikososial 6. Perubahan / kurang exercise d. Penyebab faktor organik : 1. Tanda kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor) 2. Kelainan otot dasar panggul 3. Kelainan persyarafan : M. Hirschprung 4. Kelainan dalam rongga panggul 5. Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obtruksi usus 3. Gejala a. Pada neonatus jika tidakmengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari lebih. b. Sakit dan kejang pada perut. c. Pada pemeriksaan rectal, jari akan merasa jepitan udar dan mekonium yang menyemprot d. Feses besar dan tidak dapat digerakkan dalam rectum e. Feses keras f. Bising usus yang janggal g. Merasa tidak enak badan dan sakit kepala. h. Terdapat luka pada anus i. Sering menangis j. Susah tidur Gambar : Bayi diperiksa kesehatannya k. Gelisah l. Perut kembung m. Kadang-kadang muntah n. Abdomen distensi dan Anoreksia o. Frekuensi BAB kurang dari normal p. Menyusu/makan/minum kurang 47 4. Patofisiologi dan Patogenesis Pada keadaan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong kecuali bila adanya refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rectum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulus pada arkus aferen dan refleks defekasi. Dengan adanya stimulus pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi. Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut : a. Asupan cairn yang adekuat b. Kegiatan fisik dan mental c. Jumlah asupan makanan berserat Dalam keadaan normal, ketika bahan makan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorsbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rectum, feses menekan dinding rectum dan merangsang untuk defekasi. Apabila anak tidak mengonsumsi cairan secara adekuat, produk pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus menerus dan feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Rasa sakit ini dapat menyebabkan anak malas atau tidak mau buang air besar yang dapat menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila anak kurang beraktivitas, menurunnya peristaltik usus, dan lain- lain. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan (Endang Khoirrunnisa, 2010) Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran pencernaan menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkan obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010) 48 5. Pembagian a. Obstipasi obstruksi total Memiliki ciri tidak keluarnya feses atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur di dapatkan rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum. b. Obstipasi obstruksi parsial Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total. c. Obstipasi akut Rektum tetap mempertahankan tonusnya dan defeksi timbul secara mudah dengan stimulasi laksatif, supositoria, atau enema (Endang Khoirunnisa, 2010) d. Obstipasi kronik Rektum tidak kosong dan dindingnya mengalami peregangan berlebihan secara kronik, sehingga tambahan feses yang datang mencapai tempat ini tidak menyebabkan rectum meregang lebih lanjut. Reseptor sensorik tidak memberikan respons pada dinding rektum lebih lanjut, flaksid dan tidak mampu untuk berkontraksi secara efektif (Endang Khoirunnisa, 2010). 6. Diagnosa Obstipasi di diagnosa melalui cara : a. Anamnesa Riwayat penyakit difokuskan pada gagal untuk mengeluarkan feses maupun gas. Perlu untuk menentukan apakah termasuk obstruksi total atau partial. Anamnesa ditujuakan untuk menggali lebih dalam riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat menstimulasi terjadinya obstipasi. Dicari juga apakah ada kelainan usus sebelumnya, nyeripada perut, dan masalah sistemik lain yang penting, sebagai contoh riwayat adanya penurunan berat badan yang kronis dan feses yang bercampur darah kemungkinan akibat obstipasi neoplasma. b. Pemeriksaan fisik Pemeriksan abdomen standart seperti inspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi untuk melihat apakah ada masa abdomen, nyeri abdomen, dan adanya distensi kolon. Obstruksi usus pada fase lanjut tidak terdengar bising usus. Pemeriksaan region femoral dan inguinal untuk melihat apakah ada hernia atau tidak. Obstruksi kolon dapat terjadi akibat herniainguinal kolon sigmoid. Pemeriksaan rectal tussae (colok dubur) untuk mengidentifkasi kelainan rectum yang mungkin menyebabkan obstruksi dan memberikan gambaran tentang isi rectum. c. Pemeriksaan penunjang 49 1. Laboratorium (feses rutin, khusus) 2. Pemeiksaan Hb 3. Pemeriksaan urine 4. Radiologi (foto polos, kontras dengan enema) 5. Manometri 6. USG d. Pencitraan dengan CT scan, USG, X rays dengan atau tanpa bahan kontras. Pencitraan untuk melihat apakah ada dilatasi kolon. Dilatasi kolon tanpa udara memandakan obstruksi total dan dilatasi kolon dengan terdapat udara memandakan partial obstruksi parsial. Pencitraan ini dapat dilakukan untuk menentukan letak obstruksi dan penyebab obstruksi. Laboratorum seperti pemeriksaan elektrolit darah (mengetahui dehidrasi dan ketidak seimbangan elektrolit), hematokrit (apakah ada anemia yang dihubungkan dengan perdarahan usus misal akibat neoplasma), hitung leukosit (mengetahui infeksi usus). Endoskopi untuk melihat bagian dalam kolon dan menentukan sebab obstipasi. 7. Komplikasi Menurut Endang Khoirunnisa (2010), komplikasi yang bisa terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut : a. Perdarahan b. Ulserasi c. Obstruksi d. Diare intermitten e. Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rectum yang mengawali proses defekasi 8. Manajemen Terapi Berikut adalah penilaian yang perlu dilakukan pada saat melakukan menejemen kebidanan menurut Endang Khoirunnisa (2010): a. Penilaian asupan makanan dan cairan b. Penilaian dari kebiasaan usus (kebiasaan pola makan) c. Penilaian penapakan stress emosional pada anak yang dapat mempengaruhi pola defekasi bayi. 9. Penanganan a. Perawatan medis Meliputi resusitasi untuk mengoreksi cairan dan elektrolit tubuh, nasograstis decompression pada obstruksi parah untuk 50 mencegah muntah da aspirasi, dan pengobatan lain untuk mencegah semakin parahnya sakit. b. Operasi Untuk mengatasi obstruksi sesuai dengan penyebab obstruksi, dan untuk mencegah perforasi usus akibat tekanan tinggi. Ostipasi obstruksi total bersifat sangat urgent untuk dilakukan tindakan segera dimana jika terlambat dilakukan dapat mengakibatkan perforasi usus karena peningkatan tekanan feses yang besar. c. Diet Pada obstruksi total dianjurkan tidak makan apa-apa, pada obstruksi parsial dapat diberikan makanan cair dan obat-obatan. 10. Penatalaksanaan a. Mencari penyebab obstipasi (Endang Khoirunnisa, 2010). b. Menegakkan kecuali kebiasaan defekasi yang normal dengan mempertahankan gizi, tambahan cairan, dan kondisi psikis (Endang Khoirunnisa, 2010) c. Pengosongan rectum dilakukan jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosongan rectum bisa dilakukan engan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, dan laksatif (Endang Khoirunnisa,2010). d. Usahakan diet pada ibu dan bayi yang cukup mengandung makanan yang banyak serat, buah – buahan dan sayur-sayuran e. Pemberian laktasi hanya merupakan tindakan pariatif yaitu hanya bila diperlukan saja. f. Peningkatan intake cairan. g. Bila diduga terdapat penyakit Hirschprung dapat dilakukan test tekanan usus. Jika hasil positif maka dilakukan tindakan pembedahan untuk selanjutnya. h. Penggantian hormone tyroid untuk tingkat hormone tyroid yang rendah. i. Suplemen kalsiun untuk tingkat kalsium abnormal j. Banyak minum k. Latihan l. Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi m. ASI lebih baik dari susu formula n. Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi o. Perawatan kulit peranal 51 p. Bayi kurang dari dua bulan yang menerima susu formula atau ASI yang memadai bisa diberi 1 sendok teh sirup jagung ringan pada botol pagi dan malam hari. q. Apel atau jus prem efektif bagi bayi antara 2 bulan dan 4 bulan. r. Bayi antara 4 bulan dan 1 tahun dapat sembuh dengan sereal serat tinggi atau jus alpokat, buah prem kering atau buah prem. s. Anak usia lebih dari 1 tahun sebaiknya diberi makan serat tinggi seperti buah-buahan, kacang polong, sereal, keripik graham, buncis dan bayam. Asuhan neonatus dan bayi dengan diare : a. Beritahu ibu untuk selalu memberikan ASI-nya agar bayi tidak mengalami dehidrasi. b. Beritahu ibu untuk makan makanan yang kaya serat seperti sayuran dan buah-buahan. c. Beritahu ibu untuk menambah asupan cairan agar ASI nya memiliki kandunangan air yang lebih agar dapat memperlancar BAB pada bayi. Asuhan Neonatus dan Bayi Dengan Obstipasi Pengkajian 1. Data subyektif 1) Tidak BAB selama 3 hari 2) Sakit pada perut 3) Feses keras 4) Sakit kepala 5) Sering menangis 6) Susah tidur 7) Gelisah 8) Perut kembung 9) Kadang-kadang muntah 10) Tidak nafsu makan dan minum 52 2. Diagnosa Masalah Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik dengan obstipasi Intervensi a. Informasikan pada ibu hasil pemeriksaan b. Anjurka ibu memberikan asi yang adekuat c. Anjurka ibu banyak makan-makanan yang berserat d. Anjuka ibu menghentikan pemakaian obat diare e. Berikan terapi obat f. Anjurka kunjungan ulang Implementasi 1. Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan kesadaran : baik TTV : S : 37oC RR : 40x/menit N : 120x/menit 2. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa dijadwalkan. 3. Menganjurkan ibu banyak makan-makanan yang berserat yaitu makan sayur dan buah yang hijau. 4. Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan makanan yang diperoleh bayi di dapat dari asupan makanan ibunya. 5. Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama. 6. Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum juga keluar. Evaluasi 1. Ibu tidak nampak cemas lagi 2. Ibu dapat menjelaskan kembali penjelasan yang diberikan 3. Ibu paham dan mau melakukan apa yang dianjuran. 53 Diare adalah defekasi lebih dari 3x sehari dengan atau tanpa darah dan lender dalam tinja sedangkan obstipasi adalah terhalangnya pergerakan feces dalam usus. Obstipasi adalah bentuk konstipasi parah biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus ( adanya obstruksi usus). Gejala antara obstipasi dan konstipasi sangat mirip dimana terdapat kesukaran mengeluarkan feses (defekasi). Namun obstipasi dibedakan dari konstipasi berdasarkan penyebabnya. Konstipasi disebabkan selain dari obstruksi inestinal sedangkan obstipasi karena adanya obstruksi intestinal. 54 1. Penyebab diare pada anak adalah sebagai berikut : 1) Faktor infeksi 2) Makanan basi, beracun, alergi 3) Faktor mal absorbsi 4) Faktor psikologis 2. Tanda dan gejala pasti diare adaah di bawah ini : 1) Mual mual tetapi tidak muntah 2) Pada bayi ubun2 besar cekung 3) Bibir pecah-pecah 4) Anus sedikit lecet 3. Pernyataan dibawah ini merupakan komplikasi diare, bukan termasuk didalamnya adalah A. Renjatan hipovolemik B. Hipoglikemi C. Hipokalemia D. Dehidrasi E. Hipoksia 4. Macam cairan yang bisa diberikan pada anak yang mengalami diare adalah: 1) Larutan gula garam 2) Teh encer 3) Air tajin 4) Sus tanpa gula 5. Tanda dan gejala diare pada bayi adalah 1) Anak kejang, gelisah 2) Nafsu makan berkurang 55 3) Tinja encer Evaluasi Formatif 4) Anus sekitarnya lecet 6. Komplikasi diare antara lain : 1) Dehidrasi 2) Renjatan hipovolemik 3) Hipoglikemia 4) Kejang 7. Penyebab dari pada bayi menali : A. Malabsorsi B. Makanan basi C. Immaodefisiensi D. OMP E. Faktor psikologis 8. Etiologi obstipasi antara lain : 1) Membiasakan makan 2) Hyperthyroidisme 3) Hipotyroidisme 4 4) Gangguan pencernaan 9. Penyebab obstipasi dari faktor non organik adalah : A. Kurang makanan tinggi serat B. Kelainan hormonal C. Kelainan otot dasar panggul D. Kelainan psikososial E. Kurang exersial 10. Gejala obstipasi pada bayi 1) Susah tidur 2) Gelisah 3) Perut kembung 4) Sering menangis 56 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang KUNCI JAWABAN: 1. E 2. B 3. E 4. A 5. E 6. E 7. D 8. C 9. C 10. E Buatlah laporan bagaimana saudara membedakan BAB yang terjadi pada bayi termasuk dalam katagori diare dari sudut konsistensi, frekuensi maupun baunya. Amati kejadian obstipasi disekeliling saudara, biasanya terjadi karena apa,coba anda identifikasi dan buat laporanya. 57 MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH BAYI DENGAN BISULAN (FURENKAL) DAN INFEKSI Semester 3 KEGIATAN BELAJAR 5 PRODI III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IIID-KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 58 Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini adalah saudara mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan furunkel dan Infeksi. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan furunkel 2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan Infeksi Dalam kegiatan belajar 5 ini saudara akan mempelajari tentang : 1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan furunkel/bisulan 2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Infeksi 59 Semangat..…..bagaimana sudah siap mepelajari materi lanjutan dari kegiatan belajar sebelumnya? FURUNKEL 1. Pengertian Furunkel (bisul) adalah peradangan pada folikel rambut pada klit dan jaringan sekitarnya yang sering terjadi pada daerah bokong, kuduk, aksla, badan. Tangkai furunkel dapat terbentuk pada lebih dari satu tempat yang biasa disebut sebagai furunkulosis. (Endang Khoirunnisa, 2010) Furunkel atau bisul adalah penyakit infeksi akut pada folikel rambut dan folikuler, bulat, nyeri, berbatas tegas yang teratur dengan supurasi di tengah. Jika lebih dari satu disebut furonkulosis. (Arief Mansjoer, 2000) Stapholococcus aureus adalah penyebab infeksi piogenik kulit yang paling sering, ia dapat juga menyebabkan furunkel, karbunkel, osteomelitis, artritis septik, infeksi luka, abses, pneumonia, empiema, endokarditis, meningitis dan penyakit yang diperantai toksin, termasuk keracunan makanan. (Ilmu kesehatan anak nelson. Vol 2/editor, Richard E. Behrman, Hal :919) 2. Etiologi Furunkel disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah : a. Iritasi pada kulit b. Kebersihan kulit yang kurang terjaga c. Daya tahan tubuh yang rendah d. Infeksi oleh Staphylococcus Aureus e. Penyakit bisul yang paling utama jelas adanya infeksi kulit karena ulah mikroorganisme (bakteri,jamur) dan benda asing lain yang merusak kulit (Potter Patricia A, 1990) 60 Bisul bisa disebabkan oleh tiga faktor lain, diantarannya : 1) Faktor dari dalam tubuh anak sendiri Faktor dari dalam tubuh anak misalnya alergi. Jika anak punya bakat alergi, maka hal ini menyebabkan terjadinya alergi harus dihindari agar tidak timbul bisul. Sebenarnya, tak ada hubungan langsung antara bisul dengan alergi. Tetapi biasanya anak yang alergi lebih sering mengalami bisulan. Diarenakan, bila anak sering mengalami alergi dengan keluhan gatal, anak terangsang untuk menggaruk. Akibat garukan, dapat terjadi kerusakan kulit atau luka yang akhirnya dimasuki kuman lalu muncul bisul. 2) Faktor lingkungan Faktor lingkungan seperti tempat tidur dan lokasi bermain anak harus dijaga kebersihan dan diupayakan agar tidak terlalu lembab. Teman – teman bermain anak juga harus diawasi. Jangan sampai anak melakukan kontak fisik dengan anak yang bisulan. Bakteri penyebab bisul bisa menempel pada kulit anak yang masih rentan, kontak kulit bisa membuat anak tertular bisul temannya. 3) Faktor kebersihan tubuh Salah satu penyebab penyakit bisul yang paling banyak terjadi adalah karena faktor kebersihan. Tubuh selalu bersentuhan dengan kuman dan bakteri, bila jarang dibersihkan, bakteri ini tentu akan masuk ke dalam tubuh dan menimbulkan bisul. Selain itu, kotoran yang menempel pada permukaan kulit bisa menghambat pori-pori kulit, sehingga minyak yang diproduksi di lapisan bawah kulit tidak bisa keluar, dan hal ini akan menyebabkan bisulan. Kebersihan tubuh anak misalnya akibat pemilihan pakaian yang ketat atau terbuat dari bahan yang kurang menyerap keringat. Ini akan menghambat proses sirkulasi pada kulit anak, menyebabkan kulit lembab, dan memudahkan berkembangbiaknya kuman. Bedak juga memicu terjadi bisul karena menghambat keluarnya keringat. 61 3. Patofisiologi Infeksi dimulai dari peradangan pada folikel rambut kulit (folikulitis) yang menyebar pada jaringan sekitarnya. Radang nanah yang dekat sekali dengan kulit disebut pustule. Kulit diatasnya sangat tipis, sehingga nanah di dalamnya dapat dengan mudah mengalir keluar. Sedangkan bisulnya sendiri berada pada daerah kulit yang lebih dalam. Terkadang nanah yang berada di dalam bisul diserap sendiri oleh tubuh tetapi lebih sering mengalir sendiri melalui lubang pada kulit. Bakteri stafilokokus aureus umumnya masuk melalui luka , goresan atau robekan pada kulit. Respon primer host terdapat infeksi stafilokokus aureus adalah mengerahkan sel PMN ke tempat masuknya kuman tersebut untuk melawan infeksi yang terjadi. Sel PMN ini ditarik ketempat infeksi oleh komponen bakteri seperti formylate peptides atau peptidoglikan dan sitokolin TNF (Tumor Necrosis Factor) dan IL (Interleukin) yang dikeluarkan oleh sel endotel dan makrofak yang teraktivasi, hal tersebut menyebabkan inflamasi dan terbentuklah pus (gabungan sel darah putih, bakteri, dan sel kulit mati) (Potter Patricia A, 1990). 4. Gejala Klinis Gejala yang timbul dari adanya furunkel bervariasi tergantung dari beratnya penyakit. Gejala yang sering ditemui pada furunkel adalah : 1) Nyeri pada daerah ruam 2) Ruam pada daerah kulit berupa nodus eritematosa yang terbentuk kerucut dan memiliki pustule. 3) Nodul dapat melunak menjadi abses yang berisi pus dan jaringan nekrotik yang dapat pecah membentuk fistel dan keluar melalui lobus minoris resistenstae. 4) Setelah seminggu kebanyakan akan pecah sendiri dan sebagian dapat menghilang dengan sendirinya. 5. Penatalaksanaan Asuhan yang diberikan pada neonatus dengan furunkel tergantung dari penyakit yang dialaminya. Asuhan yang lazim diberikan adalah : a. Kebanyakan furunkel tidak membutuhkan pengobatan dan akan sembuh dengan sendirinya. b. Pemeliharaan kebersihan daerah sekitar yang mengalami furunkel serta daerah sekitarnya. 62 c. Pengobatan topikal, lakukan kompres hangat untuk mengurangi nyeri dan melunakkan nodul. Kompres hangat dapat dilakukan sambil menutup ruam untuk mencegah penularan ke daerah lainnya. d. Jangan memijat furunkel terutama didaerah hidung dan bibir atas karena dapat menyebabkan penyebaran kuman secara hematogen. e. Bila furunkel terjadi di daerah yang janggal seperti pada hiding dan telinga maka dapat berkolaborasi dengan dokter untuk melakukan insisi. f. Jika mungkin dapat membuka bisul dengan cara : 1) Beri penjelasan apa yang akan dilakukan atau inform consent 2) Minta seseorang untuk memegangi anak 3) Ambilah pisau bedah yang steril dan bukalah bisul dengan segera pada puncaknya saja. Kemudian masukkan penjepit dalam luka dan bikalah penjepitnya. Dengan cara ini, akan membuka jalan keluar untuk nanah, pisau bedah jangan sampai masuk ke dalam karena dapat melukai pembuluh dan syaraf. 4) Pemberian analgetik, misalnya aspirin atau paracetamol untuk mengurangi rasa nyeri. 5) Tutuplah luka dengan kasa kering, usahakan agar satu sudut dari kasa dimasukkan agar tetap terbuka sehingga nanah dapat keluar 6) Bersihkan alat-alat yang telah dipakai. 7) Pesankan agar ganti perban g. Terapi antibiotika dan antiseptic diberikan tergantung kepada luas dan beratnya penyakit. Misalnya dengan pemberian Achromyem 250 mg, 3 atau 4 kali per hari. h. Bila furunkel terdiri secara menetap, berulang atau dalam jumlah yang banyak, maka kenali factor predisposisi adanya diabetes militus. i. Bila furnkel disertai demam berikan antibiotic sistemik j. Jika infeksi berat atau pada area berbahaya dosis antibiotic maksimal harus diberikan dalam bentuk parenteral. k. Bila lesi besar, nyeri dan fluktuasi, insisi dan drainase sangat diperlukan. l. Jika infeksi berulang atau ada komplikasi, periksa kultur perlu dilakukan m. Terapi antimicrobial harus dilanjutkan sampai semua bukti inflamasi berkurang dan berubah. 63 6. Asuhan pada bayi dengan furunkel usia 2 bulan. a. Pengkajian 1) Data Subyektif Ibu mengatakan bahwa bayinya mengalami demam selama dua hari dan timbul benjolan pada lengan atas sebelah kiri dan berwarna kemerahan. Ibu juga mengatakan bayinya rewel dan tidak bisa tidur. 2 2) Data Obyektif a) Tampak benjolan pada lengan atas sebelah kiri b) Tampak kemerahan pada kulit dan muncul radang nanah di lokasi benjolan (pustule) c) Bayi mengalami demam suhu 38oC. b. Planning a) Berikan obat analgetik seperti paracetamol dan analgesic (3 x ¼ sehari) R/ mengurangi rasa nyeri sesuai dengan dosis yang dianjurkan b) Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital. R/ untuk memanta keadaan umum bayi c) Kompres dengan air hangat selama 20-30 menit sebanyak 3 kali sehari. R/ pengompresan untuk meningkatkan sirkulasi darah pada benjolan tersebut. d) Keringkan dan jaga kebersihan lokasi benjolan dengan kain atau tisu yang bersih. R/ menjaga lokasi benjolan agar tetap bersih dan kering untuk menghindari terjadinya infeksi kuman. e) Hindari membubuhi bedak pada lokasi benjolan R/ menjaga agar pori-pori tidak tersumbat sehingga pus dapat keluar f) Hindari memencet furunkel sebelum pecah dengan sendirinya. R/ mencegah furuncel lebih parah karena infeksi pemencetan dengan alat yang tidak steril g) Kolaborasi dengan tim medis R/ agar pengobatan dapat ditangani secara cepat dan tepat. c. Implementasi 1. Memberikan obat analgetik seperti paracetamol dan analgetik (3 x ¼ sehari) 2. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital bayi 3. Mengompres dengan air hangat selama 20-30 menit sebanyak 3 kali sehari. 64 4. Mengeringkan dan jaga kebersihan lokasi benjolan dengan kain atau tisu yang bersih. 5. Menghindari membubuhi bedak pada lokasi benjolan 6. Menghindari memencet furuncel sebelum pecah dengan sendirinya d. Evaluasi 1) Benjolan furuncel mulai erupsi atau mengempis 2) Kulit kemerahan mulai berkurang 3) Demam mulai turun 4) Suhu Nadi : 37oC, :125 x/menit, pernafasan : 35 x/menit Bayi tidak rewel INFEKSI PERINATAL Pengertian Infeksi Perinatal dalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan postnatal (Endang Khoirunnisa, 2010) Etiologi Infeksi dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti : escherichia coli, pseudomonas pyocyaneus, klebsielia, stapylococcus aureus, coccus gonococcus (Endang Khoirunnisa, 2010) 1. Infeksi antenatal Infeksi yang tejadi pada masa kehamilan dimana kuman masuk ke tubuh janin melalui sirkulasi darah ibu dan kemudian masuk melewati placenta dan masuk ke dalam sirkulasi darah umbilicus. Infeksi pada ibu yang dapat terjadi saat hamil antara lain : a. Infeksi virus pada kehamilan 1) Rubella Sudah jarang ditemukan di indonesia. Infeksi ini dapat menimbulkan kelainan bawaan sehingga perlu dilakukan gugur kandung untuk dapat meningkatkn sumber daya manusia. Bentuk kelainan bawaan diantaranya adalah : Mata : katarak, glukoa, da mikroftalmia 65 Telinga : tuli Jantung : duktus arteriosus persistem, septum jantung tetap terbuka, stenosis arteria pulmonalis. Susunan syaraf pusat : meningoensefalitis, mikrosefali, gangguan intelegensia. Dapat dijumpai kelainan : keterlambatan pertumbuhan janin, hepatopleponomegali, ikterus, kelainan kromosom, trombositopenia dan anemia. Bayi merupakan sumber infeksi (karier). Pengobatan tidak ada khas, hanya diberikan simtomatis gamma globulin atau vaksin rubella (Manuaba, 1998 :276) 2) Infeksi virus setomegalovirus Jarang dijumpai bersamaan dengan kehamilan. Pengaruh dalam kehamilan yaitu a. Kelainan kongenital dalam bentuk : 1. Hidrosefalus 2. Mikrosefalus 3. Mikroftalmia b. Infeksi yang bersifat kronis Ensefalitis Kelainan darah. Pengobatan tidak ada yang khas, hanya bersifat simtomatis. (Manuaba, 1998 : 276-277) 3) Viriola (cacar) 4) Infeksi hepatitis infeksiosa Dapat disebabkan oleh virus tipe A dan tipe B. Gambaran umum penyakit ini dapat diperberat oleh kehamilan sehingga manifestasi kliniknya lebih jelas seperti nafsu makan berkurang (anoreksia), 66 panas yang tinggi (menngkat), nyeri di daerah hati (epigastrium), tampak ikterus (kuning), dan pada pemeriksaan hati dapat membesar. Pengaruh terhadap kehamilan seperti dalam bentuk keguguran atau persalinan prematuris dan kematian dalam janin, bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran tubuh ke janin dapat terganggu atau berkurang. Pengobatan tidak ada yang bersifat khas, kecuali banyak istirahat an makan makanan yang mengandung banyak gula, sehingga mengubah metabolisme lemah an protein ke arah glukosa, untuk meringankan beban fungsi hati (Manuaba, 1998 : 277). 5) Rubeola Sebagian besar terjadi pada masa kanak- kanak. Penyakit rubeola pada kehamilan dapat menimbulkan keguguran, persalinan prematur, bahkan mungkin cacat bawaan. Penyakit ini bukanlah merupakan petunjuk untuk melakukan gugur kandung (Manuaba, 1998 : 277) 2. Infeksi kelamin pada kehamilan 1. Sifilis Penyebab penyakit ini adalah treponema pallidium yang dapat menembus plasenta setelah kehamilan 16 minggu. Gejala yaitu terdapat luka pada daerah genetalia, mulut atau tempat lainnya. Pengaruh dalam kehamilan dapat menyebabakan persalinan prematusris atau kematian dalam rahim dan infeksi bayi dalam bentul lues kongenitas (pemfigus sifilitus deskuamasi kulit telapak tanan dan kaki, terdapat kelainan pad mulut dan gigi). Pengonatan mudah sebaiknya diberikan bersama suami (Manuaba, 1998 : 277) 2. Gonorrhea Penyebab infeksi ini adalah neisseria gonorrhea yang dapat menimbulkan infeksi akut atau menahun. Penyakit akut dapat menimbulkan gejala klinis seperti infeksi saluran kemih luar, nyeri saat miksi, infeksi mulut rahim, perlukaan sekitar alat genetalia eksterna, keputihan yang berwarna seperti nanah, encer dengan jumlah yang banyak, kadang- kadang terjadi infeksi pada kelenjar bartholini dalam bentuk abses yang memerlukan pengobatan segera. Sedangkan penyakit yang kesembuhannya terganggu dapat menimbulkan gejala klinis seperti infeksi pada lapisan dalam rahim, infeksi saluran indung telur, infeksi genetalia dalam bagian bawah, penyakit ini berakhir dengan perlekatan sehingga dapat terjadi kemandulan primer atau sekunder. Pengaruh terhadap kehamilan tidak ada, tetapi terhdap bayi dapat menimbulkan infeksi mata konjungtivitas gonorrhea 67 neonatorum (blenorea neonati) yang selanjutnya dapat menyebabkan kebutaan (Manuaba, 1998 : 278) 3. Infeksi abdominalis pada kehamilan 1) Tifus abdominalis Penyakit infeksi tifus abdominalis yang disertai panas badan tinggi kemungkinan perforasi, sehingga memerlukan diet cair secara tidak langsung dapat menimbulkan gangguan pada kehamilan dapat terjadi keguguran, persalinan prematuris, atau lahir mati. Upaya pengobatan perlu bekerja sama dengan ahli penyakit dalam. (Manuaba, 1998 :278). 2) Kolera Muntah diare yang berlebihan apalagi tidak berkendali dapat membahayakan ibu dan janin karena kekurangan cairan tubuh yang fungsional, sehingga memerlukan perawatan pengobatan yang intensif melalui pemberian cairan berganti. (Manuaba, 1998:278) 3) Tetanus Infeksi tetanus dapat terjadi karena pertolongan persalinan yang kurang legeartis (steril) diantaranya pada keguguran ilegal karena dukun dan persalinan dukun. Kematian karena infeksi tetanus cukup tinggi sekalipun tidak banyak dilaporkan. Di samping itu kematian tetanus neonatorum melalui potongan tali pusat sangat tinggi. Pegobatannya diberikan vaksinasi tetanus toksoid. (Manuaba, 1998: 278-279). 4) Erisipelas Penyebabnya adalah steptokokus, yang terdapat pada kulit. Kehamilan yang disertai ini dapat lebih infeksius, sehingga menimbulkan sepsis dan infeksi kala nifas, kecuali panas badan tinggi yang sering menimbulkan keguguran. 5) Infeksi protozoa a. Malaria Bentuk serangan ini berupa panas badan tinggi dapat disertai menggigil. Di samping itu penghancuran darah merah menyebabkan anemia sehingga mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Infeksi malaria dapat menyebabkan infeksi plasenta sehingga makin mengganggu pertukaran nutrisi ke janin dan menimbulkan gangguan perkembangan dan pertumbuhan janin sekunder. Infeksi malaria pada kehamilan lebih sering terjadi serangan karena daya tahan ibu hamil makin nenurun terhadap semua bentuk infeksi. Infeksi malaria serebral pada kehamilan dapat meningkatkan angka kematian. Memecahkan butir darah merah, sehingga menimbulkan anemia dan menggangu penyaluran dan pertukaran nutrisi ke arah janin. 68 Infeksi plaseta dapat menghalangi pertukaran dan penyaluran nutrisi ke janin. Panas badan tinggi merangsang terjadi dikontraksi otot rahim. Sebagai akibat gangguan tersebut dapat terjadi : Keguguran dan persalinan prematuritas Persalinan dismaturitas Kematian neonatus yang tinggi Ibu mengalami anemia hamil dan kala nifas Gangguan persalinan kala II, sehingga memerlukan bantuan tindakn dari luar. Kala uri mungkin terjadi retensio plasenta atau plasenta rest dan perdarahan karena atonia uteri. Kala nifa dapat terjadi : mudah infeksi kala nifas perdarahan sekunder kala nifas. b. Toksoplasmosis Infeksi ini disebabkan oleh toksoplasmosis gondili protozoa ini terdapat pada anjing, kucing, tikus dan binatang lainnya dan dapat menular pada manusia dengan gejala klinis infeksi pada kelenjar limfe- membengkak, nyeri danmngkin terjadi abses. Infeksi lainnya dapat terjadi pneumonia, polimilitis, dan miokarditis. Pengaruh terhadap kehamilan dapat menyebabkan keguguran persalinan prematuritasdan dapat terjadi cacat bawaan seperti hidrosefalus, mikrosefalus, anensefalus, meningoensefalitis, dan kelainan pada mata. c. Trikomonas vaginalis Penyebabnya trikomonas vaginalis yang bersifat komensal pada vagina bersama dengan candida albikan. Terjadinya perubahan asam basa vagina karena hamil menyebabkan infeksi menjadi manifis dengan keluhan keputihan yang banyak dan encer, dan gatal serta dapat menimbulkan perlukaan vagina atau mulut rahim. Pengaruh terhadap kehamilan tidak banyak, hanya kelhan keputihan dan gatal. Pengobatannya sukar karena sering kambuh, dan akan hilang setelah perslinan berlangsung. Obat yang dapat diberikan adalah ikhodozol sebagai obat minum dan obat yang lokal yang dimasukkan ke vagina setelah umur hamil di atas 16 minggu. 4. Infeksi ginjal dan saluran kemih Ginjal dan saluran kemih dapat terinfeksi bersama sama dalam bentuk akut maupun kronis. Gejalanya : 69 1. Panas badan yang disertai menggigil 2. Neri pada pinggang atau diatas simpisis 3. Nyeri saat miksi , urine kurang 4. Gejala subjektif yang sering dijumpai adalah mual, sampai muntah, nafsu makan berkurang, nyeri kepala, nyeri pada pinggang yang terkena infeksi. 5. Pada ginjal akut dapat pula dijumpai urin yang mengandung darah, pembengkakan tungkai, pengeluaran protein melalui urine 5. Infeksi intranatal Kandida albikan sering berada dalam keadaan komensial tanpa gejala klinik di dalam mulut, usus, paru-paru dan vulva vagina. 6. Infesi prenatal Infeksi terjadi pada masa persalinan, infeksi ini terjadi dengan cara mikro organisme masuk dari vagina naik dan kemudian masuk ke rongga amnion biasanya setelah kulit ketuban pecah. Ketuban yang pecah lebih dari 12 jam akan menjadi penyebab timbulnya placentitis dan amnionitis. Infeksi terjadi pula walaupun air ketuban belum pecah yaitu pada partus lama yang sering dilakukan manipulasi vagina. Infeksi pula terjadi melalui kontak langsun dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya pada blennorhoe (Endang Khoiunnisa, 2010). 7. Infeksi post natal Infeksi pada periode pascanatal dapat terjadi setelah bayi lahir lengkap, misalnya melalui kontaminasi langsung dengan alat-alat tidak steril, tindakan yang tidak antiseptik atau dapat juga terjadi akibat indeksi silang. Misalnya pada fian neonatoru, omfalitis dan lain-lain (Endang Khoirunnisa, 2010) Patofisiologis Berdasarkan patogensisnya, sepsis pada neonatus dapat dibagi menjadi: a. Sepsis awitan dini ( early – onset sepsis ) 70 Gejala akan timbul pada 5 – 7 hari pertama. Infeksi dapat terjadi transplasenta dari ibu yang mengalami bakteriema, pada saat peripartum seperti terinfeksinya cairan amnion dan korioamnionitis akibat ketuban yan pecah sehingga bakteri dari jalan lahir masuk kedalam cairan amnion atau pada saat kelahiran dimana infeksi biasanya didapat dari jalan lahir. Sepsis awitan dini ini biasanya mendadak dan berat dengan angka kematian yang tinggi. b. Sepsis awitan lanjut Biasanya gejala sepsis akan timbul setelah usia 1 minggu, paling cepat pada usia 5 hari, penyakitnya biasanya tidak seberat early-onset sepsis. Secara klinis fokus infeksi lebih jelas dan yang paling sering adalah didapatkan meningits bersamaan dengan sepsisnya. Sering akibat infeksi yang didapat dengan sumber infeksi bisanya didpat dari jalan lahir, dari lingkungan sesudah lahir atau peralatan penunjang kesehatan yang digunakan. c. Sepsis akibat infeksi nosokomial Infeksi didapat dari lingkungan, bayi prematur khususnya akan lebih sering mengami infeksi nosokomial yang berhubungan dengan lebih lamanya perawatan di rumah sakit khususnya di ruangan perawatan insentif dengan segera alat bantu. Gejala Gejala infeksi yang umumnya terjadi pada bayi yang mengalami infeksi prenatal adalah : a. Bayi malas minum atau tidak bisa minum b. Gelisah mungkin juga terjadi letargi (mengantuk) c. Gangguan frekuensi pernafasan d. Berat badan tiba-tiba menurun e. Pergerakn kurang f. Muntah g. Diare h. Sklerema (kemerahan atau mengeras pada bagian tubuh), edema i. Perdarahan (purpara) j. Ubun-ubun tampak cembung k. Suhu dapat lebih dari 37oC dan teraba panas atau kurang dari 36oC dan teraba dingin. l. Tanda infeksi lainnya : nanah dari telinga, pusar tampak kemerahan dan meluas ke kulit perut dan berbau busuk. 71 Klasifikasi a. Infeksi sistemik Apabila bayi tampak mengantuk/letargi atau tidak sadar, kejang disertai tandatanda infeksi, gangguan nafas, malas minum atau tidak bida minum dengan atau tanpa muntah, bagian tubuh merah dan mengeras, ubun- ubun cembung, suhu kurang dari 36oC dan teraba dingin. b. Infeksi lokal berat Apabila ditemukan nanah di daerah mata, telinga, tali pusat atau umbilikus tampak kemerahan dan menular ke kulit perut, bernanah serta ada kerusakan kulit. c. Infeksi bakteri lokal Apabila ada nanah keluar dari mata dalam jumlah sedikit, daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan, berbau busuk dan terjadi sedikit kerusakan kulit. Komplikasi Dapat terjadi syok septik, meningitis purulenta, setatus konfulsi, gagal nafas, hipoglikemi, asidosis metabolik, koagulopati, gangguan keseimbangan cairan dn elektrolit, DIC, NEC, gagal ginjal, perdarahan intrakranial, ikterus, gagal jantung. Penatalaksanaan Penanganan a) Mengatur posisi tidur/ semi fowler agar sesak berkurang. b) Apabila suhu tinggi lakukan kompres dingin. c) Berikan ASI perlahan-lahan sedikit demi sedikit atau air gula. d) Apabila bayi muntah, lakukan perawatan muntah yaitu posisi tidur miring ke kiri atau ke kanan e) Apabila ada diare perhatikan personal hygine dan keadaan lingkungan. f) Perhatikan kadar gula darah agar tidak turun g) Berikan dosis pertama secara IM untuk infeksi bakteri sistemik dan infeksi bakteri lokal berat. h) Beri dosis antibiotik pertama secara oral dengan amoxsilin dan ampisilin untuk infeksi bakteri lokal i) Beri penjelasan ibu untuk mempertahankan bayi agar tetap hangat. j) Beri pengobatan infeksi mata ( sale atau tetes mata 3x sehari ) dan kulit atau pusar ( oleskan gentian violet 0,5% atau povidone atau salep yang mengandung neomisin dan basitrasin ) k) Rujuk segera dirumah sakit jelaskan pada keluarga untuk inform consent. 72 Pengobatan a. Diberikan kombinasi antibiotika golongan ampisilin dosis 200 mg/kgBB/24 jam i.v ( dibagi 2 dosis untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis ) dan netilmicin ( aminoglikosida ) dosis 7,5 mg/kgBB/per hari IM/ IV dibagi 2 dosis ( hati-hati penggunaan netilmicin dan aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dalam waktu pemberian setengan sampai 1 jam pelan-pelan. b. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan ( darah lengkap, urine, feses lengkap, kultur darah, cairan cerebrospinal, urine dan feses ( atas indikasi ), fungsi lumbal dengan analisa cairan serebrospinal, jumplah sel, kimia, pengecatan gram ) foto polos dada, pemerikaan CRV kuamtitatif ). c. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain. d. Apabila gejala klinik da pemerisaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan CRV normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7. e. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRV tetap abnormal, maka diberikan cvpin 100mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau meropenem dengan dosis 30 sampai 40 g/kgBB/hari i.v dan amikasin dengan dosis 1 mg/kgBB/per hari i.v i.m ( atas indikasi khusus ). f. Pemberian antiiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus meningiti pemberian antibiotika minimal 21 hari pengobatan suportif meliputi termoregulasi, terapi oksigen/ventlasi mekanik, terapi syok, koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi, hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terai kejang, transfusi kejang. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Dengan Infeksi 1. Pengkajian a. Data Subyektif 1) Infeksi sistemik a. bayi tampak megantuk/letargi atau tidak sadar. b. kejang disertai tanda-tanda infeksi 73 c. gangguan nafas d. malas minum atau tidak bisa minum dengan atau tanpa muntah e. bagian tubuh merah dan mengeras 2) Infeksi lokal berat a) nanah di daerah mata b) nanah di daerah telinga 3) Infeksi bakteri lokal a) apabila ada nanah keluar dar mata dalam jumlah sedikit b) daerah tali pusat dan umbilikus kemerahan. b. Data Objektif 1. Infeksi sistemik a. suhu-suhu kurang dari 36o C dan teraba dingin. b. ubun – ubun cembung 2. Infeksi lokal berat Tali pusat atau umbilikus tampak kemerahan dan meluas ke kulit perut, bernanah serta ada kerusakan kulit. 3. Infeksi bakteri lokal daerah tali pust berbau busuk dan terjadi sedikit kerusakan kulit. 2. Diagnosa Masalah Bayi usia 7 hari, KU bayi baik dengan infeksi neonatorum. 3. Intervensi a. Infeksi bakteri sistemik 1. Lakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang 2. Lakukan penanganan gangguan pernafasan apabila dijumpai gangguan pernafasan. 3. Lakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi. 4. Pertahankan kadar gula darah agar tidak turun 5. Berikan dosis antibiotik pertama secara IM 6. Beri penjelasan ibu untuk agar mempertahankan bayi agar tetap hangat 7. Lakukan rujukan segera b. Infeksi bakteri lokal berat 1. Berikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoxsilin dan ampisilin. 2. Berikan penjelasan dan ajari ibu perawatan infeksi lokal 3. Lakukan asuhan dasar bayi muda 4. Berikan penjelasan kapan sebainya bayi dibawa ke petugas kesehatan. 74 5. Berikan penjelasan kunjungan ulang setelah hari ke dua 4. Implementasi a. Infeksi bakteri sistemik 1) melakukan penanganan kejang apabila ditemukan tanda dan gejala kejang 2) melakukan penanganan gangguan pernafasan apabila dijumpai gangguan pernafasan. 3) melakukan penanganan hipotermi apabila ditemukan hipotermi. 4) mempertahankan kadar gula darah agar tidak turun 5) memberikan dosis antibiotik pertama secara IM 6) memberi penjelasan ibu untuk agar mempertahankan bayi agar tetap hangat 7) Meletakkan bayi ditempat yang hangat dan berikan pakaian yang nyaman dan hangat serta selimut. 8) melakukan rujukan segera b. Infeksi bakteri lokal berat 1) Memberikan dosis antibiotik pertama secara intramuscular 2) Memberikan anieptic lokal sesuai daerah yang terkena dan ajarkan ibu tentang pengobatan berikut ini. a. Pengobatan infeksi mata mencuci tangan sebelum mengobati membersihkan kedua mata 3x sehari dengan kapas atau kapas basah dengan air hangat memberikan salep atau tetes mata tetrasiklin pada kedua mata mencuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus sampai kemerahan sembuh. b. Pengobatan infeksi mencuci tangan sebelum mengobati membersihkan nanah dan krusta dengan air matang atau sabun secara hati- hati. mengeringkan daerah sekitar mata dengan kain bersih dan kering mengoleskan gentian violet 0,5 % atau vovidoneiodine atau salep yang mengandung neomisin dan bassitrasin. 75 mencuci tangan setelah selesai pengobatan dan lakukan terus ampai kemerahan sembuh. c). Infeksi bakteri lokal memberikan dosis antibiotik pertama secara oral dengan pilihan amoksilin dan ampisislin memberikan dan penjelasan dan ajar ibu cara penjelasan dan ajari ibu cara perawatan infeksi lokal memberikan penjelasan kapan dan sebaiknya bayi dibawa kepetugas kesehatan, yaitu saat ada gejala-gejala infeksi sesegera mungkin harus dibawa kepetugas kesehatan. memberikan penjelasan kunjungan ulang setelah kunjungan ulang. 5. Evaluasi a. Infeksi sistemik 1. Suhu 36,5-37,5oC 2. Ubun-ubun tidak cembung b. Infeksi lokal berat Tali pusat atau umbilikus tidak tampak kemerahan dan meluas ke kulit perut, bernanah serta tidak ada kerusakan kulit. c. Infeksi bakteri lokal Daerah tali pusat tidak berbau busuk dan tida terjadi sedikit kerusaan kulit. 76 Furunkel adalah peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya sering terjadi pada bokong, kuduk dan axilla. Infeksi perinatal adalah infeksi pada neonatus yang terjadi pada masa antenatal, intranatal, dan post natal, infeksi dapat disebabkan oleh berbagai bakteri seperti Escheria coli, pseudomonas, pyocyaneus, klebsiella, staphylococcus aureus, dan gonococcus. Gejaladariinfeksiyaitutiba-tibaberatbadan,muntah,gelisah,pergerakanterganggu,danmasih banyak lagi lainnya. Komplikasi yang dapat ditimbulkan yaitu terjadi syok septic, meningitis purulenta, status konvulsi, gagal nafas, hipoglikemi, asidosis metabolik, dll 77 Petunjuk: Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat! Pilihlah : A. Jika jawaban 1,2 dan 3 benar B. Jika jawaban 1 dan 3 benar C. Jika jawaban 2 dan 4 benar D. Jika hanya 4 saja yang benar E. Jika semua benar 1. Peradangan pada folikel rambut pada kulit dan jaringan sekitarnya terjadi pada bokong, mudah disebut dengan A. Miliariasis B. Furunkel/bisulan C. Diaper Rush D. Seborrhea E. Infeksi 2. Penyebab terjadi furunkel pada bayi adalah 1. Iritasi kulit 2. Kebersihan kulit kurang terjaga 3. Daya tahan tubuh rendah 4. Infeksi stapicococus aurses 3. Bisulan pada bayi bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain 1. Faktor tubuh anak 2. Faktor lingkungan 3. Faktor kebersihan tubuh 4. Faktor kekebalan 78 4. Pengertian infeksi perinatal adalah infeksi yang terjadi pada saat A. Antenatal ,intranatal, post natal B. Antenatal , post natal C. Post natal, antenatal D. Intranatal, post natal E. Intranatal saja 5. Infeksi pada ibu saat hamil adalah 1. Hidrocephalus 2. Inflasi automegalo virus 3. Mikrocephalus Evaluasi Formatif 4. Rubella 6. Akibat infeksi dari protozoa adalah kecuali A. Persalinan dismatur B. Keguguran C. Kematian neonatus tinggi D. Plasenta kering E. Retensi plasenta 7. Klasifikasi infeksi antara lain 1. Infeksi siskemik 2. Infeksi total berat 3. Infeksi bakteri lokal 4. Infeksi general 8. Infeksi kelainan pada kehamilan 1. Sipilis 2. Gonorhea 3. Raja singa 79 9. Gatal-gatal Infeksi virus citomegalovirus pengaruh trhadap kehamilan 1. Hidrocephalus 2. Mikrocephalus 3. Mikroftalmia 4. Makrosomia. 10. Infeksi pada kehamilan 1. Abdomenalis 2. Tifus abdominalis 3. Kolera 4. Tetanus 5. Erisipelas 80 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 6, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : cukup kurang dari 70% : kurang Kalau Anda memiliki tingkat pencapaian 80% ke atas, maka hasil Anda Bagus! Anda telah menyelesaikan Kegiatan Belajar 6 ini dengan baik.. Tetapi jika pencapaian Anda kurang dari 80%, maka sebaiknya ulangilah Kegiatan Belajar 6, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai! KUNCI JAWABAN: 1. B 2. E 3. A 4. A 5. C 6. A 7. A 8. A 9. A 10. E Coba saudara identifikasi kejadian furunkel pada sekeliling saudara dan anda catat dan saudara identifikasi juga infeksi antenatal,intranatal dan postnatal, setelah saudara buat rangkuman maka laporkan hasilnya pada pembimbing saudara . 81 MODUL ASUHAN NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRA SEKOLAH BAYI DENGAN HEMAGIOMA DAN BAYI MENDADAK Semester 3 KEGIATAN BELAJAR 6 PRODI III KEBIDANAN MEDAN PRODI D- IIID-KEBIDANAN MEDAN JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN POLTEKKES KEMENKES MEDAN 82 Kemampuan akhir yang diharapkan setelah menempuh kegiatan belajar ini saudara diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar neonatus dan bayi dengan Hemangioma dan Bayi mati mendadak. Setelah mempelajari kegiatan belajar ini saudara akan mampu : 1. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan Hemangioma 2. Menjelaskan tentang konsep dasar asuhan neonatus dengan Bayi mati mendadak Dalam kegiatan pembelajaran 5 ini saudara akan mempelajari tentang : 1. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Hemangioma 2. Konsep dasar asuhan neonatus dengan Bayi mati mendadak 83 Dalam lingkungan kita tidak jarang sering kita temukan bayi yang mengalami Hemangioma ? Menurut saudara kira kira apa penyebab dari Hemangioma tersebut ? HEMANGIOMA 1. Pengertian Hemangioma : suatu kelainan pembuluh darah yang merupakan lesi poliferatif endotel vascular yang diperkirakan membesar dan kemudian secara spontan menghilang, bukan merupakan tumor neoplastik 2. Etiologi merupakan pembuluh darah yang melebar. Belum diketahui penyebab terjadinya. 3. Klasifikasi a. Hemangioma intradermal : merupakan pelebaran pembuluh darah dermis yang letaknya superficial dg dinding pembuluh darah dibentuk sel endotel dewasa sehinga resisten thd radiasi. Lesi merah kebiruan terutama dikepala dan leher, rata dengan permukaan kulit. b. Hemangioma kapiler : merupakan pelebaran pembuluh darah dibawah epidermis, berupa bercak merah tidak menonjol dari permukaan kulit. Ada beberapa jenis Hemangioma kapiler diantaranya hemangioma strawberry (warna merah terang, agak menonjol, berbatas tegas, timbul diberbagai tempat), nevus flamneus (nevus 84 flameus / bercak anggur merah : warna merah muda – ungu, berbatas tegas dan makin keras seiring bertambahnya usia, muncul saat lahir). c. Hemangioma kavernosa, merupakan pelebaran pembuluh darah subkutis yang kadang invasi ke fasia dan otot. Dari luar tampak seperti tumor kebiruan yang dapat dikempeskan dengan penekanan tepi menonjol kembali setelah tekanan dilepaskan. Hemngioma jenis ini tidak dapat mengalami regresi spontan tetapi sering progresif, sehingga bisa meluas dan menyusup ke jaringan sekitarnya. Jarang terjadi dibanding hemangioma strawberry. d. Hemangioma campuran, merupakan kombinasi dari berbagai hemangioma. 4. Asuhan Kebidanan Pada Hemangioma a. Pengkajian 1. Usia : tergantung jenis Hemangioma . Ada yang timbul sejak lahir, sebagian lainnya baru timbul setelah berusia 4 minggu. 2. Keadaan fisik kemungkinan tdp sebagai berikut : H. intradermal : Terdapat lesi kemerahan pada kepala dan leher H. strowbery : Diawali titik kecil waktu lahir, membesar cepat dan menetap saat usia 8 bln, kemudian mengalami regresi spontan dan pucat karena fibrosis setelah 1 tahun dan berjalan sampai 6-7 tahun. Bisa menghilang dengan spontan Jika nevus flameus, bercak akan menetap dan rata dengan kulit, kecuali teriritasi maka akan menonjol. Bercak dapat timbul dibagian tubuh mana saja 3). Penegak diagnose : Arteriogram, CT (computerized tomography) scan atau MRI (magnetic resonace imaging) untuk mengetahui perluasan lesi 4). Program therapy Tergantung jenis dan berat ringannya hemangioma Untuk hemangioma buah arbei ditunggu regresi, pemasangan pembalut elastic dengan sedikit penekanan, dapat mempercepat proses regresi. Ijeksi / bedah plastic b. Masalah : 1. Resiko infeksi sekunder sehubungan adanya ulserasi 2. Gangguan pola makan sehubungan dengan lokasi hemangioma 3. Gangguan konsep diri 85 4. Kurang pengetahuan c. Intervensi 1. Konseling / HE tentang : Keadaan penyakit dan penanganannya, persiapan fisik dan mental pasien pasien jika dilakukan pembedahan 2. Kolaborasi dengan dokter untuk tindakan pembedahan / pengobatan Pemberian kortikos teroid, Pemberian sklerotingagent (Injeksi) ,Tindakan pembedahan 3. Jika terjadi perdarahan pada bercak, dapat dihentikan dengan tekanan BAYI MATI MENDADAK 1. Pengertian Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS ; Sudden Infant Death Syndrome) adalah suatu kematian mendadak dan tidak terduga pada bayi yang tampaknya sehat (Wafi Nur, 2010) SIDS merupakan penyebab kematian yang sering ditemukan pada bayi berusia 2 minggu-1 tahun. Sebanyak 3 dari 2000 bayi mengaam SIDS dan hampir selalu terjadi ketika bayi sedang tidur. SIDS sering kali terjadi pada bayi berumur 2-4 bulan (Wafi Nur, 2010) 2. Etiologi Menurut Khoirunnisa (2010) penyebab pasti SIDS belum diketahui, namun beberapa ahli meneliti dan mengemukakan beberapa penyebab SIDS, yaitu : a. Ibu masih remaja b. Bayi engan jarak kelahiran yang dekat Gambar : Hemangioma c. Bayi laki-laki dengan berat dibawah normal d. Bayi yang mengalgmi displasia bronkopulmoner e. Bayi prematur 86 f. Gemeli g. Bayi dengan sibling h. Bayi dengan ibu ketergantungan narkoba i. Prevalensi pada bayi yang tidur tengkurap j. Bayi dengan virus pernafasan k. Bayi dengan infeksi botulinun l. Bayi dengan aonea berkepanjangan m. Bayi dengan gangguan pola nafas hereditas n. Bayi dengan kekurangan surfaktan pada alveoli Penelitian baru menunjukkan bahwa SIDS lebih sering terjadi pada bayi yang tidur tengkurap dibandingkan bayi yang tidur terlentang atau miring. Selain itu juga ditemukan pada bayi yang pada saat tidur wajahnya menghadap ke kasur atau selimut yang empuk/lembut (Wafi Nur Muslihatun, 2010). Menurut Wafi Nur Muslihatun, (2010), beberapa faktor resiko terjadinya SIDS, antara lain : a. Tidur tengkurap (pada bayi berusia kurang dari 4 bulan) b. Bayi yang tidur dikasur lembut ( pada bayi yng kurang dari 1 tahun) c. Bayi prematur d. Riwayat SIDS pada saudara kandung e. Ibu dengan banyak anak f. Musim dingin g. Ibu perokok h. Ibu pecandu obat terlarang i. Ibu berusia muda j. Jarak diantara dua kehamilan pendek k. Asuhan selama kehamilan kurang l. Golongan social ekonomi rendah. 3. Faktor – faktor yang mungkin menyebabkan bayi meninggal mendadak. a. Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yng kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi –bayi dengan SIDS abortif. 87 Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstrukti yang lebih penting dalam terjadinya SIDS. b. cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi- bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada saluran saraf pusat. c. fungsi saluran nafas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di ketahui. d. reflek saluran nafas yang hiperreaktf karena masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimbulkan apnea, maka diberikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi. e. Abnormalita jantung, beberpa ahli menganjurkan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatka bukti yang meyakinkan saat ini untuk menunjukkan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS. f. Pengaturan suhu : kenaikan suhu badan dan / atau lingkungan dihubungkan dengan SIDS. Ada interaksi yang kompleks antara regulasi suhu, pola pernafasan, sensitifitas kemoreseptor, pengendalian jantung, dan kebangunan atau terengahengah. g. Epidimologi : peningkatan resiko SIDS terjadi pada ibu yang merokok selama kekamilan, bayi dari ibu yang merokok juga tampak meninggal pada umur lebih muda. h. Abnormalitas jantung : beberapa ahli menganjurkan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saat ini untuk menunjukkan bahwa aritma jantung memainkan peranan pada SIDS i. Posisi tidur : posisi tidur tengkurap merupakan salah satu penyebab SIDS. Tidur dengan posisi tengkurap meningkatkan kemungkinan tertutupnya jalan nafas yang menyebabkan timbulnya asfiksia. 4. Gejala Tidak ada gejala mendahului SIDS 5. Diagnosa SIDS didiagnosa jika seorang bayi sehat tiba-tiba meninggal. Hasil otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab kematian yang jelas (Wafi Nur Muslihatun, 2010). 88 Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang renda dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal. SDS didiagnosis jika seorang bayi yang tampaknya sehat tiba- tiba meninggal dan hasil otopsi tidak menunjukkan adanya penyebab kematia yang jelas. 6. Penatalaksanaan Menurut Khoirunnisa, 2010, penatalaksanaannya adalah : a. Bantu orang tua mengatur jadwal untuk konseling b. Berikan dukungan dan dorongan kepaa orang tua, biarkan orang tua mengungkapkan rasa dukanya. c. Berikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan kepada orang tua untuk menanyakan pertanyaannya. d. Beri pengertian kepada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah wajar. e. Beri keyakinan pada sibling (jika ada) bahawa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan mereka sebenarnya juga tidak mengharapkan kematian dari bayi tersebut. f. Jika ibu kemudian melahirkan bayi lagi, beri dukungan kepada orang tua selama beberapa bulan pertama paling tidak sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya. 7. Pencegahan Angka kematian SIDS telah menurun secara berarti (hampir mendekati 50%) sejak para orang tua dianjurkan untuk menidurkan bayinya dalam posisi terlentang atau miring (terutama ke kanan) (Wifi Nur Muslihatun, 2010) a. Selalu letakkan bayi anda dalam posisi terlentang ketika sedang tidur, walaupun saat tidur siang. Posisi ini dalah posisi yang paling aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi resiko SIDS. b. Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami. c. Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk penelitian menyimpulkan bahwa resiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan diatas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya. 89 d. Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi anda. Hal ini untuk mencegah bayi anda terselimuti atau tertindih benda-enda tersebut. e. Pastikanbahwa semua orang yang suka mengurus bayi anda atau tempat penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur mengandung resiko SIDS. f. Pastikan wajah dan kepala bayi anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi anda. g. Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi anda sehingga tidak perlu lagi menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya anda perhatikan hal- hal berikut ini : pastikan kaki bayi anda berada di ujung ranjangnya, selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi, ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, anda selipkan dibawah kasur atau matras sehingga terhimpit. h. Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi anda khususnya anda sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok. i. Jangan biarkan bayi anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi anda terlalu kepanasan j. Temani bayi anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama. 8. Asuhan Pada Bayi Mati Mendadak 1. Pengkajian a. Data Subyektif 1. Ibu mengatakan bersalah atas kematian anaknya 2. Ibu mengatakan kematian anaknya akibat kelalaiannya b. Data Objektif 1. Denyut nadi tidak teraba 2. Pernafasan tidk ada. 3. Bayi tidak bergerak. 4. Akral pucat dan dingin 5. Tidak ada reflek pupil 90 2. Intervensi a. Lakukan perawatan jenazah b. Beri dukungan sosial pada ibu dan keluarga. 3. Implementasi a. Melakukan perawatan jenazah 1. Mencici tangan sebelum memakai sarung tangan dengan menggunakan sabun. 2. Memakai perlindungan diri 3. Meluruskan tubuh jenazah dan meletakkan dal posisi terlentang dengan tangan disisi atau terlipat di dada. 4. Memandikan jenazah 5. Membersihkan tubuh jenazah. 6. Mengeringkan jenazah dengan handuk. 7. Menutup kelopak mata dengan kapas atau kasa, begitu pula mulut dan telinga. 8. Menutup anus dengan kasa dan plester kedap air 9. Membungkus jenazah dengan kain kafan atau kain pembungkus. 10. Mencuci tangan dengan sabun sesudah melepas sarung tangan b. Memberi dukungan sosial kepada ibu dan keluarga. 1. Memberikan dukungan dan dorongan kepada orang tua, biarkan orang tua menggungkapkan rasa dukanya. 2. Memberikan penjelasan mengenai SIDS, beri kesempatan kepada oran tua untuk menanyakan pertanyaannya. 3. Memberikan pengertian kepada orang tua bahwa perasaan yang mereka rasakan adalah wajar. 4. Memberikan keyakinan pada sibling (jika ada) bahwa mereka tidak bersalah terhadap kematian bayi tersebut, bahkan mereka sebenarnya juga tudak mengharapkan kematian dari bayi tersebut. 5. Jika ibu kemudian melahirkan bayi lagi, beri dukungan kepada orang tua selama beberapa bulan pertama paling tida sampai melewati usia bayi yang meninggal sebelumnya. 91 4. Evaluasi a. Ibu mengatakan teimakasih atas dukungan yang telah diberikan b. Ibu terlihat lebih tegar c. Ibu mulai bisa menerima kenyataan bahwa anaknya telah tiada d. Ibu mulai menyadari bahwa kematian anaknya bukan berasarkan kesalahannya. 92 Hemangioma adalah kelainan yang merupakan lesi proliferative endotel vaskuler yang diperkirakan membesar dan menghilang spontan, bukan tumor neoplastik Sudden Infant Death Syndrome adalah kejadian dimana bayi yang semula sehat tiba-tiba meninggal. Frekuensi tersering kejadian ini pada usia 2-4 bulan, pada prevalensi bayi tidur tengkurap. Gejala dari SIDS belum diketahui, dan baru dapat didiagnosa setelah bayi yang semula terlihat sehat tiba-tiba meninggal 1. Penyebab mati mendadak (SIDS) pada bayi antara lain : 1. Apneu dan sianosis lama 2. Cacat batang otak 3. Abnormalitas jantung 4. Posisi tidur 2. Yang tidak termasuk klasifikasi hemangioma A. Hemangioma komplek B. Hemangioma simplek C. Granuloma piogenik D. Hemangioma cavernosum E. Hemangioma campuran 3. Etiologi dari sindrom mati mendadak adalah 1) Bayi gemeli 2) Bayi prematur 3) Jarak kelahiran dekat Infeksi botulium 4. Faktor resiko SIDS adalah, kecuali 93 A. Bayi prematur B. Ibu perokok C. Musim dingin D. Ibu tua E. Jarak kehamilan pendek 5. Faktor yang menyebabkan bayi mati mendadak 1. Jeda pernafasan pendek 2. Cacat batang otak 3. Saluran nafas ab normal 4. Reflek saluran nafas hiperaktif 6. Pencegahan SIDS 1. Letakkan bayi posisi terlentang 2. Jauhkan dari selimut yang bisa menutup bayi 3. Kasur terlalu empuk 4. Pastikan semua orang tua mengurus bayi 7. Klasifikasi hemangioma kecuali 1. Hemangioma intradural 2. Kapiler 3. Hemangioma kavernosa 4. Hemangioma babinski 8. Masalah kebidanan pada hemangioma adalah 1. Gangguan pola makanan 2. Resiko infeksi sekunder 3. Gangguan konsep diri 4. Kurangnya pengetahuan 9. Bayi usia 3 bulan sehat diberi ASI esklusif bayi tidur lelap, bayi ditemukan meninggal (sudden infant death syndrome), faktor resiko kematian tersebut yaitu 1. Banyak anak 2. Riwayat SIDS pada saudara kandung 94 3. Kurangnya perawatn kehamilan 4. Bayi tersebut tidur tengkurap 10. Pencegahan kasus tersebut adalah A. Gunakan kipas angin untuk mendinginkan ruangan B. Bayi sebaiknya tidur dalam satu kamar dengan ibu C. Jangan ditidurkan saat selesai menyusu D. Sebainya ruangan ber AC agar bayi tidak kepanasan E. Tidurkan bayi sendiri 95 Cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat pada bagian akhir Kegiatan Belajar 4, kemudian hitunglah jumlah jawaban yang benar! Jika jawaban yang benar adalah: 90% - 100% : baik sekali 80% - 89% : baik 70% -79% : Cukup kurang dari 70% : kurang KUNCI JAWABAN: 1. E 2. A 3. A 4. D 5. E 6. E 7. A 8. C 9. D 10. B Tugas Mandiri Mahasiswa yang berbahagia, walaupun kasus ini jarang terjadi tapi cobalah barangkali ada dilingkungan sekitar sdr ,identifikasi kasus hemangioma dan kasus bayi mati mendadak, cari penyebabnya dan buat laporan serta sdr kumpulkan. 96