Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 75 . HINDU DAN DEMOKRASI Oleh : Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Komputer Bali Abstract Hinduism is a religion that up hold the principles of democracy, because it gives freedom Hindu followers the choice way or the way to believe in God, according to his conscience. Besides Hindu religion is very appreciate the difference and diversity, in line with the motto of “Bhineka Tunggal Ika” that is the essence of Hinduism. Further more Hindu always teach people to be critical and honest, which is in line with the attitude of thinking of democracy. Keywords : Hinduism, Diversity, Democracy. Abstrak Hindu adalah agama yang menjungjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi, karena Hindu memberikan kebebasan umatnya utuk mimilih cara atau jalan untuk meyakini Tuhan, sesuai dengan hati nuraninya. Disamping itu Hindu adalah agama yang sangat menghargai perbedaan dan keanekaragaman, sejalan dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang juga merupakan intisari ajaran Hindu. Selanjutnya Hindu juga selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap kritis dan jujur, dimana sikap ini sejalan dengan pemikiran demokrasi. Kata Kunci : Hindu, Keanekaragaman, Demokrasi. A. PENDAHULUAN Dewasa ini hampir semua negara negara. Keyakinan mengaku bahwa sistem politiknya adalah rakyat adalah demokrasi.Hal kewenangan ini mengandung bahwa dasar kehendak utama bagi pemerintah untuk pengertian bahwa rakyat diberikan posisi menyelenggarakan suatu pemerintahan penting dalam sistem ketatanegaraan. sehingga Disamping diletakkan pada posisi penting, kokohnya sistem polotik demokrasi. adalah sebuah keharusan. menjadi basis bagi Dari sudut terminologi tentang maka dalam sistem demokrasi kedaulatan rakyat dapat demokrasi, banyak sekali difinisi Demokarasi juga diyakini sebagai suatu demokrasi yang dikemukan oleh beberapa tolak ukur yang tidak terbantahkan bagi ahli keabsahan sistem politik dalam suatu memberikan difinisi dari sudut pandang politik yang masing-masing Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 76 . yang berbeda.Walaupun demikian ada menghasilkan satu pengertian mengenai demokrasi yang kebijakan-kebijakan yang diarahkan untuk dianggap kepentingan dan kesejahteraan rakyat. paling pengertian popular Lalu bagaimana hubungan antara demokrasi yang dikemukakan pada tahun Hindu dengan Demokrasi. Kalau dilihat 1863 sepintas memang terkesan tidak ada mengatakan ada. antara menjalankan Pengertian oleh yang di dan Abraham Lincoln demokrasi yang adalah hubungan antara Hindu dengan pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan Demokarasi.Hindu adalah sebuah agama untuk rakyat (government of the people, yang by the people and for people)1. hubungan manusia dengan Tuhannya, Pemerintahan dari rakyat, hal ini lebih sedangkan banyak membicarakan Demokrasi lebih banyak sistem mendapat mandat dari rakyat untuk membicarakan hubungan manusia dengan menyelengarakan pemerintahan. Rakyat manusia lainnya.Sedangkan disatu sisi adalah pemegang kedaulatan atau dengan pengertian agama adalah suatu konsep kata lain kekuasaan tertinggi dalam dan aktivitas kompleks yang bermula dari negara demokrasi adalah rakyat. Apabila ekspresi pemerintahan telah mendapat mandat dari merespon aktivitas rohani yang berfungsi rakyat untuk memimpin penyelenggaraan sebagai bernegara maka pemerintahan tersebut keyakinan umat manusia terhadap Tuhan adalah pengertian Yang Maha Kuasa.Agama Hindu adalah pemerintahan oleh rakyat, ini berarti agama yang tertua usianya, Agama Hindu bahwa pemerintahan negara itu dijalankan telah oleh rakyat. Meskipun dalam prakteknya terpanjang dan merupakan agama yang yang penyelenggaraan pertama kali bernegara itu pemerintah, tapi orang- Banyak agama orang yang duduk dalam pemerintah itu Agama Hindu tetapi saat ini hanya pada hakekatnya adalah wakil rakyat yang dikenal namanya saja. Agama Hindu telah dipilih dan mendapat kepercayaan adalah agama misteri bagi alam semesta, dari rakyat. Dan pengertian pemerintahan ia dinyatakan sebagai agama paling tua untuk rakyat ini berarti pemerintahan itu tetapi masih eksis dengan penganutnya Sedangkan menjalankan 1 Winarno, 2013, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 101. yang sebuah berarti bahwa pemerintahan negara itu sah. politik adalah kebatinan alat melalui manusia untuk lintasan dikenal yang lebih dari 1 miliyar. untuk menghubungkan sejarah oleh seusia yang manusia. dengan Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 77 . Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa penting untuk jarang menimbulkan ketegangan bahkan sampai terjadi perang. membahas hubungan antara agama Hindu Sesungguhnya berkaitan dengan dengan sistem politik Demokorasi dan agama dan kebenaran agama tidak perlu mencoba mencari dalil-dalil dalam agama ada klaim-klaim, sebab kebenaran itu Hindu yang bisa membuktikan bahawa tidak ada batasnya, tidak ada yang lebih agama Hindu adalah agama yang selalu tinggi dan tidak ada yang lebih rendah. mengedepankan Juga tidak perlu ada klaim kebenaran prinsip-prinsip Demokrasi. agama yang kebenaran lebih sempurna agama yang atau kurang lengkap.Agama dapat diibaratkan seperti B. PEMBAHASAN langit yang ditatap, ibarat oksigen yang 1. Pluralitas Agama Penafsiran dihirup oleh manusia dan seluruh mahluk umat berbagama hidup.Penamaan yang berbeda diberikan terhadap ajaran agama sering seperti kepada menatap hanyalah langit yang ada di atas agama juga sebuah kepada pembatasan yang kepalanya. Langit yang tertinggi pasti disebabkan yang dijunjungnya , sedangkan bagian manusia.Pembatasan langit yang lain tampak sangat rendah dilakukan terhadap kebenaran, tetapi bisa baginya. Mereka tidak pernah memahami dirumuskan dengan pikiran yang terbatas. bahwa langit itu hanya satu dan sama saja, Ibarat samudra yang maha luas dapat sedangkan tinggi rendahnya langit terjadi diberi nama yang berbeda-beda, misalnya karena Samudra keterbatasan penglihatannya oleh Tuhan Hindia, keterbatasan itu tidak Samudra dapat Fasifik, sendiri. Itulah sebabnya sering didengar Samudra Atlantik dan lain sebagainya. para pemeluk agama mengklaim bahwa Kebenaran juga dapat diibaratkan sebagai agama yang dianutnya adalah agama yang puncak gunung, dari bagian manapun paling baik, paling benar, paling murni manusia yang berasal langsung dari Tuhan, atau sampai di puncak tergantung dari upaya kerap dikatakan sebagai agama yang yang dilakukan oleh setiap orang. Hal ini pewahyuan langsung dari Tuhan. Dampak sangat jelas dinyatakan dalam Sloka dari Bhagavdgit2. klaim-klaim tersebut sering memanjatnya akan sampai menimbulkan sikap eksklusif yang tidak 2 Mantra, 1990, Bhagawadgita, Upada Sastra, Denpasar, hal. 65. Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 78 . ye yathā māṁ prapadyante tāṁs tathaiva bhajāmy aham, mama vartmānuvartante manuṣyāḥ pārtha sarvaśaḥ. dengan prinsip-prinsip demokrasi yang memberikan kebebasan kepada rakyat untuk menentukan masa depannya sendiri. Demikian pula dalam sloka Bhagavadgita Bhagavadgita IV.11 yang lain dipertegas3 : „Jalan manapun yang ditempuh oleh manusia ke arah-Ku , semua Ku terima, (sebab) dari mana pun mereka datang, semuanya menuju jalan-Ku, wahai Partha (Arjuna)‟ Berdasarkan Sloka Bhagavadgita IV.11 secara tegas dikatakan bahwa manusia diberikan kebebasan untuk memilih keyakinannya kepada Tuhan sesuai dengan hati nuraninya. Dalam Yo yo yāṁ yāṁ tanuṁ bhaktaḥ śraddhayārcitum icchati, tasya tasyācalāṁ śraddhāṁ tām eva vidadhāmy aham. Bhagavadgītā VII.21 „Apa pun bentuk kepercayaan (agama) yang ingin dipeluk oleh penganut agama, aku perlakukan kepercayaan mereka sama (karena itu) agar mereka (umat beragama) tetap teguh (dalam keimanannya) dan sejahtera‟ sloka ini menunjukkan sifat yang sangat universal dari Gita dan Tuhan Berdasarkan Sloka Bhagavadgita VII.21 juga mempertegas memberikan anugrah kepada siapapun kebebasan yang mau mendekati Tuhan dengan penganut agama untuk memilih bentuk penyerahan cara- kepercayaan yang diyakini kebenarannya. secara gamblang Disamping itu dalam sloka ini dipertegas juga dijelaskan bahwa semau keyakinan pula tentang janji Tuhan yang akan manusia akan menuju ke satu titik yaitu memperlakuan semua kepercayaan dan Tuhan itu sendiri. Tuhan juga tidak keyakinan panganut agama itu sama, hal mengikat ini semata-maya dilakukan Tuhan agar bhaktinya caranya sendiri dan diri menurut Beliau yang hanya yang tentang menerima persembahan dari sekte-sekte para tertentu, Tuhan menjalankan menurut memperoleh bahkan menerima sebaliknya harapan-harapan penganut diberikan agama kepada tetap keyakinannya kesejahteraan. Jika teguh dan kita alamnya sendiri mulai dari mereka yang kaitkan dengan prinsip-prinsip demokrasi hanya terlihat tidak hanya penganut agama menggunakan banten sebagai sarana persembahannya sampai mereka (manusia) yang untuk memilih kepercayaan yang diyakini sudah mencapi tingkatan yang bersamadhi. Bila kita kaitkan dengan demokrasi maka hal ini sangat sejalan 3 Ibid, hal. 123. diberikan kebebasan Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 79 . kebenaranya tapi Tuhan sendiri bersikap semboyan sangat diambil demokratis memperlakukan semua dengan kepercayaan penganut agama (manusia) adalah sama. Bhineka Tunggal Ikayang dari buka Sutasoma adalah merupakan intisari dari ajaran Hindu. Karena semboyan ini telah dipilih dan diangkat menjadi lambang negara oleh 2. Bhineka Tunggal Ika para Selain itu juga dinyatakan dalam bukuSutasoma pujangga yang Mpu menunjukkan beragama pada ini, maka pengertian kebhinekaan yang ada tidak hanya sebatas perbedaan agama saja, tapi untuk diperluas meliputi juga perbedaan ras, kehidupan suku, bahasa, adat istiadat dan seni Tantular, waktu Republik oleh dikemukan kerukunan pendiri pemerintahan budaya. Perbedaan adalah warna Hayam Wuruk di Kerajaan Majapahit kehidupan yang alami, dan tidak perlu pada pertengahan abag ke-14. Teks dilenyapkan, tetapi dikelola agar tetap aslinya berbunyi : berada dalam persatuan, seperti indahnya Shiwa tattva lawan Buddhtattva tunggal, Bhineka Tunggal warna-warni pelangi di angkasa . Ika Tan Hana Dharma mangrwa yang Telah banyak pakar memberikan artinya„Dinyatakan dua hal yaitu Agama pandangan atas isi kekawin Sutasoma.Ada Shiwa dan Agama Buddha, demikian yang menyebut sebagai hasil sinkretisasi, konon dinyatakan tetapi apa yang berbeda tetapi ada pula yang memandang sebagai sedangkan pencampuran antara ajaran Shiwa dengan sesungguhnya keduanya adalah sama, karena Agama Buddha dan ajaran Agama Shiwa secara filsofis keduanya mendifinisikan sinkretisme sebagai paham adalah (aliran) baru yang merupakan perpaduan tunggal (sama), berbeda-beda Budha. tidak ada kebenaran ganda (dua).Sesanti berbeda ini tentang keseimbangan, dan sebagainya. Sejalan keserasian ajaran Hindu dan Budha, serta dengan pandangan Mpu Tantular, orang- kerjasama orang yang benar-benar religius tidak antara gambaran kedua umat yang bersangkutan4. akan Sebagai panganut Hindu kita patut berbangga 4 dan bersyukur karena Rindjin, 2012, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal. 67. pernah (aliran) ahli dari uantuk paham para tetapi sesungguhnya hal itu adalah sama, memberikan beberapa Ada mencari yang keserasian, beranggapan hanya agamanya saja yang benar. Orang-orang yang agamais senantiasa menghormati agama lain secara tulus, karena ia yakin bahwa banyak jalan menuju Tuhan yang Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 80 . satu. Kebenaran itu tidak dapat diklaim pengetahuan oleh satu agama tertentu saja, serta sorga menjadikan umat manusia semakin tampil itu bukan lahan kavlingan milik nabi elok tertentu untuk para pengikutnya saja5. dilaksanakan secara sadar dan suka rela Sesungguhnya agama tidak perlu membawa keseragaman indah. dan juga Jika akan keragaman sebagai sesuatu yang natural atau alamiah, luar, maka keragaman itu akan menambah rasa tetapi yang terpenting adalah kesatuan suka ria, gembira, dan bahagia. Tetapi, dalam makna. Hal ini mengandung makna akan terasa sangat berat sekali bila bahwa bentuk luar dari agama bisa saja memaksakan keseragaman dengan rasa berbeda-beda, tetapi esensi di dalamnya pertentangan. Dengan demikian dapat adalah sama. Inilah yang terpenting dalam ditarik esensi pluralisme (pluralitas). Orang- keseragaman tidak selalu berarti kesatuan, orang yang dewasa secara spiritual akan demikian mampu menangkap esensi yang sama keanekaragaman tidak selalu bermakna dalam bentuk-bentuk yang berbeda, hanya pertentangan.Jika kita kaitkan pemikiran orang-orang yang masih kekanak-kanakan diatas yang sangat menghargai perbedaan dalam spiritual akan berselisih pada dan keanekaragaman ternyata bentuk sejalan pembungkus bentuk atau rohani lontong dan suatu kesimpulan pula halnya dengan bahwa dengan sangat prinsip-prinsip pembungkus ketupat yang isi dan rasanya demokarasi, yang pada hakekatnya juga sama. Swami Vivekananda menyatakan sangat bahwa semua agama itu sama, yaitu sama- keanekaragaman. sama menghantarkan manusia menuju hakekatnya prinsip demokarasi itu adalah Tuhan dan memberikan kebebasan politik kepada pelaksanaannya sesuai dengan tempat di rakyat, dimana masing-masing rakyat juga mana agama itu tumbuh dan berkembang. mempunyai pilihan yang berbeda dalam Oleh sebab itu, sesungguhnya kesatuan itu rangka menyalurkan aspirasi politiknya. yang penampilan menghargai perbedaan Dimana dan pada bisa tercapai dalam keanekaragaman, inilah sesungguhnya makna kalimat 3. Interpretasi Agama atau Nalar Agama Bhineka Tunggal Ika.Kesadaran terhadap akan Kebenaran yang diajarkan dalam menjadikan manusia semakin kaya dalam masing-masing agama adalah kebenaran kesamaan dalam perbedaan yang sama. Kebenaran itu menjadi 5 Suja, 2000, Titik Temu Iptek dan Agama Hindu Tafsir Ilmiah Ajaran Veda, Pustaka Manik Geni, Denpasar, hal. 5. berbeda karena pandangan, pengalaman Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 81 . dan penafsiran Sebagaimana yang berbeda. dalam Sebagaimana susastra Wrehaspati Tattwatentang kisah menyatakan: “Tiga Orang Buta yang sedang Meraba yukti yuktam upadeyam wacanam balakad api, anyat trinam iva jywa api uktam padma janma Gajah”. diilustrasikan mengkritisi ajaran agama yang dianutnya. Diceritakan dalam susastra tersebut ada tiga orang buta yang ingin mengenal gajah, kemudian kepada tiga orang buta tersebut diberi kesempatan untuk meraba gajah, selanjutnya setelah mereka meraba kemudian mereka menceritakan bagaimana bentuk gajah itu. Maharsi Vasistha „Walaupun kata-kata itu datang dari seorang bocah kecil, tetapi jika katakatanya masuk akal, maka harus diterima dan menolak kata-kata yang tidak masuk akal walaupun dinyatakan datang dari Yang Kuasa‟. Orang buta yang pertama memegang Berdasarkan sloka diatas bila kita belalai gajah lalu ia mengatakan bahwa bentuk gajah itu seperti ular, kemudian orang buta kedua memegang telinga gajah lalu ia mengatakan bahwa gajah itu seperti kipas. Selanjutnya orang buta yang ketiga memegang kaki gajah lalu ia mengatakan bahwa gajah itu seperti tiang. Berdasarkan pengalaman ketiga orang buta itu, kemudian timbul pertanyaan, yaitu apakah mereka salah dalam menyimpulkan gajah? Mereka itu kaitkan dengan pemikiran demokrasi sangat tepat sekali, dimana rakyat sebagai subjek dan sekaligus sebagai objek demokrasi harus bersikap kritis dan mampu menjadi pemilih yang cerdas dalam setiap hajatan berupa pesta demokrasi. Sikap kritis dari para pemilih ini akan mampu menghasilkan output yang berkwalitas pula. Disamping sikap kritis, dalam suatu hajatan pesta demokrasi diperlukan sikap jujur, baik semuanya benar sesuai dengan apa yang oleh penyelenggara demokarasi maupun mereka Bila oleh para peserta yang ikut pesta hajatan justru demokrasi. Jika sikap jujur ini bisa memahami dilakukan dan dijaga konsistensinya mulai kebutaannya. Bukankah umat beragama dari proses awal sampai dengan proses sering melakukan kekeliruan seperti apa akhir suatu hajatan demokrasi maka yang dilakukan oleh ketiga orang buta slogan bahwa suara rakyat adalah suara tersebut Tuhan benar-benar bisa terwujud. rasakan direnungkan karena alami kesalahan mereka, mereka ? atau tidak Semestinya setiap . umat beragama berani bersikap kritis untuk Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 82 . Sikap kritis dan jujur sangat penting dimiliki umat pikiranya untuk mengaanalisis apakah beragama sebab sesungguhnya sikap kritis memang benar ayat-ayat suci itu wahyu dan jujur itu dapat menjauhkan manusia Tuhan atau telah mendapatkan penafsiran dari segala konflik. Manusia sebagai dari penerima wahyunya dan penyebar mahluk paling mulia yang dianugerahi wahyu tersebut.Ataukah telah ditafsirkan pikiran untuk membedakan mana yang sesuai baik dan mana yang buruk, namun kenapa tertentu.Pemakaian sekali langsung pada rumusan ayat-ayat suci, manusia oleh itu setiap (pikiran) harus senantiasa menggunakan saling menghancurkan karena hancur- fifnah agama. dengan barangkali kepentingan kalimat dapat dijadikan tidak awal Kerap sekali ada kata-kata atau kalimat pemikiran bahwa wahyu itu kemungkinan yang agama tidak langsung disabdakan oleh Tuhan. tertentu yang menyatakan bahwa hanya Dengan berpikir, bersikap kritis secara agama mereka sebagai agama wahyu relatif seperti itu, maka seseorang akan sedangkan agama lainnya adalah agama berpikir dua kali untuk menghina agama buatan lain yang tidak dianutnya. datang dari kelompok manusia budaya.Bagaimana atau agama pengetahuan yang Setiap pemeluk agama semestinya irasional seperti itu telah mencekoki tidak perlu terlalu fanatik terhadap ayat- pikiran Penanaman ayat suci yang ada pada kitab suci yang pengetahuan irasional yang menyatakan diyakini.Kebenaran itu tidak ada di kitab bahwa ada dua agama, yaitu agama langit suci, kebenaran itu tidak ada dalam kata- dan agama bumi, atau agama wahyu dan kata, tetapi kebenaran itu justru ada dalam agama buatan manusia, hal tersebut perbuatan.Kitab sesungguhnya merupakan racun rohani tentang yang menciptakan manusia membeci kebenaran, manusia lainnya tanpa alasan yang cerdas. mendapatkan kebenaran sesuai dengan Secara spiritual penanaman kebencian konsep ruang, waktu dan keadaan (desa, kepada sesama manusia melalui cara kala dan patra). Sesuatu akan bernilai membenci ajaran agama lain yang tidak benar apabila telah ada kesesuaian antara dianut merupakan proses pembodohan yang tersurat atau terucap dengan yang yang paling berbahaya. terlaksana. Sebelum diwujudkan dalam manuisia ? batasan serta suci hanya memuat kebenaran, ukuran rambu-rambu untuk Oleh karena itu, setiap orang yang tingkah laku, kebenaran itu tidak ada. menyadari bahwa dirinya diberikan otak Kebenaran itu realita, demikian pula Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 83 . kesalahan itu juga realita, oleh karena itu sistematik hanya untuk menambah jumlah umat beragama semestinya hidup dalam umatnya dan bukan untuk menambah realitas. jumlah kebaikan di dunia. Secara spiritual Sebagai contoh agar lebih mudah seharusnya agama adalah pilihan bebas memahaminya, bahwa seseorang tidak yang ditentukan oleh karma wasana (garis akan pernah merasakan betapa manisnya karma) yang tidak lain adalah anugerah rasa gula batu itu, hanya dengan cara Tuhan. terus-menerus mengatakan “gula batu itu agama agar semua manusia dapat memilih manis” salah walaupun diucapkan lebih dari Tuhan satunya menyediakan yang sesuai banyak dengan seribu kalipun, ia juga tidak pernah tempramennya dan karakternya merasakan itu, kemudian dijadikan sebagai petunjuk cara mengunyah secarik hidupnya.Inilah tingkat kesadaran yang kertas yang berisi tulisan “gula batu itu terpenting yang harus dimiliki oleh umat manis”, ia manusia jika manusia berharap untuk mengunyah secarik kertas yang berisi menciptakan kedamaian antar sesama tulisan “gula batu itu manis” , mka ia juga umat manusia di muka bumi. Tanpa tidak akan pernah merasakan manisnya mengakui gula batu itu. Satu-satunya cara yang lainnya sebagai agama yang sama dengan harus dilakukan agar mengetahuirasa agama yang dianutnya, maka selama itu gula batu itu manis adalah dengan cara ia tidak akan ada rasa damai dan tidak akan telah betul-betul mengunyah gula batu itu. pernah ada kejujuran di muka bumi. Dewasa ini banyak ahli hukum Setiap umat beragama harus jujur dan manisnya ataudengan gula seberapa batu banyakpun dan menempatakan tidak ayat suci agamanya, tetapi dunia ini kecilnya; umat manusia harus berani sangat yang menyatakan bahwa yang benar itu adalah menjangkau seluruh umat Tuhan. Masing- benar dan yang salah itu salah. Selain itu masing umat beragama hanya terpusat senantiasa sadar untuk berubah dari dengan kesalahan sebagaimana mantram Veda dengan kegiatan kebaikan kebaikan dalam hati kelompoknya sendiri, dan tidak jarang menyatakan berusaha menyeret umat agama lain yang tamaso ma jyotir gama ya „dari yang tidak sudah dalam benar tuntunlah kami kepada yang benar kelompoknya tersebut. Konversi agama dan dari kegelapan menuju cahaya yang direncanakan dan dilaksanakan secara terang benderang‟. beragama agar masuk : kebenaran agama agama, ada yang hafal beratus-ratus ayatsepi menghianati yang asato ma sadgamaya Ir. I Made Rudita, S.Sn.,M.Fil.H. Hindu… 84 . Tujuan akhir dari agama-agama 1. Hindu adalah agama yang yang ada adalah penyatuan kembali para menjungjung tinggi prinsip-prinsip pengikutnya dengan Sang Maha Pencipta. Demokrasi, Dengan demikian inti agama adalah memberikan kebebasan umatnya utuk kesadaran spiritual yang di dalamnya mimilih terkandung unsur kebenaran, kebajikan meyakini Tuhan, sesuai dengan hati dan cinta kasih Tuhan yang universal. nuraninya. Pandangan umat beragama 2. tertentu yang menganggap bahwa agama kurang memakai orang-orang yang nalarnya dalam beragama.Pandangan seperti itu adalah bibit perpecahan, yang sejak awal semestinya tidak ditumbuh kembangkan. Anggapan yang menyatakan bahwa jalan untuk perbedaan dan sejalan dengan keanekaragaman, benar, paling baik, paling sempurna pandangan atau Hindu Hindu adalah agama yang sangat menghargai yang dianutnya adalah agama yang paling adalah cara karena semboyan Bhineka Tunggal Ika yang juga merupakan intisari ajaran Hindu. 3. Hindu adalah agama yang selalu mengajarkan umatnya untuk bersikap kritis dan jujur, dimana sikap ini sejalan dengan pemikiran Demokrasi. Tuhan hanya akan menerima perbuatan dari umat beragama tertentu saja, serta akan mengabaikan kebaikan dari umat beragama lain, sesungguhnya mengecilkan “makna” telah Tuhan. Sesungguhnya Tuhan itu bersifat Maha Tahu, Maha Pengasih, Maha Penyayang dan sifat-sifat Maha yang lainnya, tidak layak diklaim oleh umat beragama tertentu saja. Berdasarkan uraian pembahasan di maka dapat Buku Mantra, 1990, Bhagawadgita, Upada Sastra, Denpasar. Rindjin, 2012, Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tunggi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Suja, 2000, Titik Temu Iptek dan Agama Hindu Tafsir Ilmiah Ajaran Veda, Pustaka Manik Geni, Denpasar. C. PENUTUP atas, DAFTAR PUSTAKA diambil kesimpulan sebagai berikut : beberapa Winarno, 2013, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan, Bumi Aksara, Jakarta.