P E D O M A N T A T A K E L O L A PEDOMAN AKUNTANSI

advertisement
PEDOMAN TATA KELOLA
PEDOMAN AKUNTANSI
BAB I : UMUM
Lampiran
:
Nomor
:
Berlaku tmt :
Perbaikan ke :
A. PENDAHULUAN
Dana Pensiun XYZ adalah Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yang mengelola
dana yang bersumber dari iuran Pemberi Kerja dan Peserta. Sebagai Badan
Hukum, Dana Pensiun tidak terlepas dari tugas pengelolaan sumber daya yang
dikuasai untuk mendapatkan hasil (return) yang optimal, sehingga pada gilirannya
dapat meningkatkan Manfaat Pensiun peserta secara berkesinambungan.
Konsekuensi logis dari tugas pengelolaan tersebut bahwa Dana Pensiun harus
beroperasi secara efisien, efektif dan konsisten dalam melakukan pencatatan dan
menginformasikan semua aktivitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam
bentuk laporan. Salah satu laporan penting dari seluruh aktivitas Dana Pensiun
adalah melaporkan kegiatan penerimaan dana dan penggunaan dana (keuangan),
yang secara umum laporan yang dimaksud adalah Laporan Keuangan.
1. Untuk meningkatkan mutu Laporan Keuangan yang disajikan, perlu diterapkan
hal-hal sebagai berikut :
a. Penerapan persyaratan dalam SAK dan ketetapan lain yang diatur khusus
untuk Dana Pensiun.
b. Pemberian Pedoman struktur Laporan Keuangan termasuk persyaratan
dalam penyusunan laporan, menentukan kebijakan dan catatan atas
laporan.
c. Penetapan persyaratan praktis untuk masalah-masalah yang berkaitan
dengan Materialitas, Kelangsungan Usaha, Pemilihan Kebijakan Akuntansi,
Konsisten dan Penyajian Informasi Komperatif.
Penerapan hal-hal tersebut diatas dalam pelaksanaannya diperlukan suatu
acuan yang dapat dijadikan standar yang konsisten, oleh karena itu acuan
tersebut dituangkan dalam satu pedoman yang disebut dengan Pedoman
Kebijakan Akuntansi Dana Pensiun.
2. Dasar pemikiran dan latar belakang penyusunan Pedoman Akuntansi Dana
Pensiun adalah :
a. Keinginan membuat suatu acuan bagi manajemen dalam menjalankan
fungsi manajemen baik langsung maupun tidak langsung.
b. Keinginan untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan penggunaan sumber
daya dalam penyelenggaraan Dana Pensiun.
c. Keinginan untuk membangun dan menerapkan suatu sistem terpadu
sebagai Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Dana Pensiun.
Halaman 1 dari 22
d. Keinginan untuk menstandarkan suatu laporan berdasarkan standar
pengelolaan terbaik yang berpedoman pada ketentuan yang berlaku dengan
mengutamakan kepentingan Pendiri dan Peserta.
e. Perlunya informasi yang tepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan dan
memaksimalkan pengelolaan kekayaan Dana Pensiun ke depan, dengan
hasil yang optimal dan setara dengan beban pengelolaan yang
diperkenankan.
B. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud penyusunan Pedoman Akuntansi Dana Pensiun adalah sebagai berikut:
1. Sebagai Pedoman Pencatatan;
Pedoman ini akan menguraikan secara ringkas, lengkap dan didukung dengan
contoh-contoh yang dapat mempermudah petugas atau pejabat yang
bertanggung jawab dalam menyajikan Laporan Keuangan, serta sebagai
Pedoman bagi manajemen dan pelaksana dalam mengemban tugasnya,
dengan mempelajari, mendalami dan melaksanakan Pedoman Akuntansi.
2. Sebagai Standar Kebijakan;
Kebijakan yang tercantum dalam Pedoman ini, disusun dengan berbagai
pertimbangan sehingga diharapkan apabila dilaksanakan dengan penuh
kepatuhan dan konsisten akan menghasilkan Laporan Keuangan yang akurat
dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu kebijakan yang ada
didalamnya merupakan standar operasi bagi Dana Pensiun.
3. Sebagai Sarana Pembelajaran;
Dalam melaksanakan suatu kegiatan tanpa pengetahuan yang mendalam
tentang kegiatan tersebut hanya akan menghasilkan sesuatu yang tidak efisien.
Pedoman ini berisi pengetahuan tentang cara pencatatan keuangan dan
penjelasannya yang akan dilakukan oleh semua jajaran Dana Pensiun.
Dengan mempelajari, mamahami pedoman ini dan melaksanakannya secara
sungguh-sungguh diharapkan semua jajaran Dana Pensiun dapat bekerja
dengan optimal serta memperkecil terjadinya kesalahan, kegagalan dan
terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Sebagai Standar Lingkungan Pengendalian
Fungsi pengawasan atas pelaksanaan suatu proses kerja dapat menghindari
ketidaktepatan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Unsur-unsur
pengawasan telah diupayakan, oleh karenanya keberadaan pedoman akuntansi
ini dapat dijadikan standar pengendalian dalam lingkungan Dana Pensiun.
Namun mengingat aktivitas yang dilakukan oleh pelaksana tidak terlepas dari
kesalahan, maka pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan hasil yang
didapatkan menjadi sangat penting. Pedoman ini dapat dipergunakan sebagai
acuan Auditor Internal, Dewan Pengawas maupun Auditor Eksternal (Akuntan
Publik) dalam melaksanakan pemeriksaan.
Adapun tujuan penyusunan Pedoman adalah untuk mendapatkan acuan standar
dalam penyajian Laporan Keuangan Dana Pensiun, dan juga sebagai acuan
pengawasan bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan
Dana Pensiun.
Halaman 2 dari 22
C. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan Umum Akuntansi
a. Pengertian
b. Asumsi Dasar
1) Dasar Akrual
2) Kelangsungan Usaha
c. Karakteristik Pokok Laporan Keuangan
1) Dapat dipahami
2) Relevan
3) Keandalan
4) Dapat dibandingkan
d. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal
1) Tepat Waktu
2) Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat
3) Keseimbangan diantara Karakteristik Kualitatif
4) Penyajian Wajar
e. Bentuk, Penyajian dan Ungkapan Laporan
1) Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan
2) Periode Akuntansi
3) Materialitas
4) Mata Uang
5) Selisih Kurs
6) Transaksi Hubungan Istimewa
7) Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
2. Sistematika Kode Akun
a. Major Code
b. Minor Code
D. PEMELIHARAAN PEDOMAN AKUNTANSI
Kebijakan dan praktek akuntansi berkembang dari waktu ke waktu, perkembangan
ini mengakibatkan penambahan, penegasan, perbaikan, penyempurnaan dan atau
pembatalan suatu kebijakan, ketetapan dalam pedoman, yang sepenuhnya menjadi
wewenang dan keputusan Pengurus Dana Pensiun XYZ.
Agar Pedoman Akuntansi ini selaku tetap berkualitas dan up to date , maka
kewajiban bagian akuntansi untuk memelihara kelengkapan halaman demi
halaman.
Prosedur perubahan pedoman akuntansi, updating atau penyempurnaannya
diusulkan oleh bagian akuntansi dan harus disetujui /disahkan oleh Pengurus.
Halaman 3 dari 22
E. LANDASAN KEBIJAKAN
a) Undang-undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
b) Peraturan Pemerintah No.76 tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja
c) Undang-undang No.7 tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.17 tahun 2000
d) Keputusan Menteri Keuangan RI No.509/KMK.06/2002 tentang Pelaporan
Keuangan Dana Pensiun.
e) Keputusan Menteri Keuangan RI No.501/KMK/06/2002 tanggal 4 Desember
2002 tentang Pendanaan dan Solvabilias Dana Pensiun Pemberi Kerja
f)
Keputusan Menteri Keuangan RI No.511/KMK/06/2002 tanggal 4 Desember
2002 tentang Investasi Dana Pensiun
g) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.2344/LK/2003 tanggal 14
April 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Investasi Dana Pensiun
h) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.2345/LK/2003 tanggal 14
April 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Dana Pensiun
i)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.18 tentang Akuntansi
Dana Pensiun
j)
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.24, tentang Akuntansi
Biaya Manfaat Pensiun
k) Surat Keputusan Direktur Utama PT XYZ
No.Kpts.
031/IS00000/2004-S0 tanggal 8 Juli 2004 tentang Arahan Investasi;
l)
Surat Keputusan Direktur Utama PT XYZ
No.Kpts
48/C00000/2007-S0 tentang Pedoman Induk Tata Kelola Dana Pensiun XYZ;
Halaman 4 dari 22
PEDOMAN TATA KELOLA
PEDOMAN AKUNTANSI
BAB II : KEBIJAKAN AKUNTANSI
A.
Lampiran
:
Nomor
:
Berlaku tmt :
Perbaikan ke :
PENGERTIAN
Kebijakan Akuntansi adalah ketentuan-ketentuan mengenai pilihan metode
pencatatan akuntansi yang merupakan prinsip khusus, konvensi, peraturan dan
praktek yang ditetapkan oleh manajemen dalam menyusun dan menyajikan
Laporan Keuangan.
Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku yang digunakan untuk Dana Pensiun
dalam menyajikan Laporan Keuangan yaitu PSAK No. 18 dan
ketentuan lain dari regulator (Departemen Keuangan Cq. Biro Dana Pensiun serta
dalam koridor ketentuan perundangan yang berlaku dan dilaksanakan secara taat
asas konsisten) sehingga diperoleh kesamaan pengertian antara penyusun dan
pemakai Laporan Keuangan.
Kebijakan Akuntansi disusun dengan mempertimbangkan:
1. Pernyataaan Standar Akuntansi Keuangan Dana Pensiun
2. Definisi, kriteria pengakuan dan dasar pengakuan Aktiva, Kewajiban,
Pendapatan dan Beban.
3. Pernyataan yang dibuat oleh Badan Pembuat Standar yang lazim sepanjang
konsisten dengan 1 dan 2 .
B. ASUMSI DASAR
1. Dasar Akrual
Untuk mencapai tujuannya, Laporan Keuangan disusun atas dasar akrual.
Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat
kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam Laporan Keuangan
pada periode yang bersangkutan. Laporan Keuangan yang disusun atas
dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi
masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga
kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang
merepresentasikan kas yang akan diterima dan peristiwa lainnya yang
berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan.
Halaman 5 dari 22
Penyisihan/pencadangan/perhitungan akrual yang diakui, dihitung sampai
dengan tanggal Neraca atau akhir periode laporan.
a. Pendapatan diakui secara akrual basis dengan memperhatikan peningkatan
aktiva atau penurunan kewajiban yang telah terjadi sampai dengan tanggal
neraca dan dapat diukur tanpa memperhatikan apakah telah terjadi
penerimaan kas atau belum. Sebagai contoh, pendapatan bunga deposito
berjangka telah jatuh tempo setelah tanggal neraca, maka dalam Laporan
Keuangan diakui sebesar proporsional sampai dengan tanggal neraca.
b. Beban diakui secara akrual basis yaitu sesuai manfaatnya pada tahun yang
bersangkutan tanpa memperhatikan apakah telah dilakukan pembayaran
kas atau belum. Jika suatu beban atas suatu manfaat yang digunakan
dalam suatu periode/tahun buku sebelum tanggal neraca tetapi ditagih atau
dibayarkan setelah tanggal neraca, maka dalam Laporan Keuangan telah
diakui sebagai beban.
c. Prosedur yang biasanya dianut dalam praktek untuk pengakuan Akrual
Basis, harus diukur dengan derajat kepastian yang cukup. Derajat
kepastian yang cukup merupakan konsep Probabilitas yang digunakan
bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos tersebut
akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan. Konsep Probabilitas
dimaksudkan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi
perusahaan. Pengkajian derajat ketidakpastian yang melekat dalam arus
manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang tersedia
pada saat penyusunan Laporan Keuangan.
Berdasarkan pada konsep Probabilitas tersebut (derajat kepastian yang
cukup) transaksi keuangan yang akan dicatat dalam perlakuan Akrual Basis
dapat dikelompokan dalam tiga hal, yaitu :
1)
Probable
Transaksi keuangan yang besar kemungkinan terjadi, harus disajikan,
dicatat dan diungkap dalam Laporan Keuangan.
2)
Possible
Transaksi keuangan yang kecil kemungkinan terjadi, tidak disajikan
dalam Laporan Keuangan
namun diungkap dalam penjelasan
Laporan Keuangan.
3)
Remote
Transaksi keuangan yang kemungkinan tidak terjadi, tidak disajikan
dalam Laporan Keuangan dan tidak diungkap dalam penjelasan
Laporan Keuangan.
2. Kelangsungan Usaha
Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan
usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena
itu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi
atau mengurangi secara material skala usahanya.
Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, Laporan Keuangan disusun
dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan.
Halaman 6 dari 22
Laporan keuangan Dana Pensiun disusun berdasarkan asumsi bahwa Dana
Pensiun akan melanjutkan kegiatannya di masa depan dalam waktu yang
tidak dibatasi.
Dalam hal Laporan Keuangan disusun untuk tujuan tertentu (seperti
pembubaran) asumsi yang berbeda dapat digunakan tetapi harus
diungkapkan.
C. Karakteristik Pokok Laporan Keuangan
Karakterisitik pokok merupakan informasi dalam Laporan Keuangan yang berguna
bagi pihak yang berkepentingan. Terdapat 4 (empat) karakteristik pokok yaitu
Dapat dipahami, Relevan, Keandalan, dan Dapat diperbandingkan.
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam Laporan Keuangan adalah
kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini,
pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas
ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi
dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang
seharusnya dimasukan dalam Laporan Keuangan tidak dapat dikeluarkan
hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk
dapat dipahami oleh pemakai tertentu.
2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai
dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau
dapat mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pemakai dengan membantu
mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan,
menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.
Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)
berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang
dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan
kemampuan Dana Pensiun dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi
terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam
memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu,
misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan Dana Pensiun diharapkan
tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan
sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan
hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran
dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan Dana Pensiun
untuk memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif,
informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian,
kemampuan Laporan Keuangan untuk pembuatan prediksi dapat ditingkatkan
dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu.
Halaman 7 dari 22
Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos
penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi
diungkapkan secara terpisah.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam
beberapa kasus, hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan
relevansinya. Misalnya, laporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi
penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa
mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut
dalam periode laporan. Dalam kasus lain, baik hakekat maupun materialitas
dipandang penting, misalnya jumlah serta katagori persediaan yang sesuai
dengan kebutuhan perusahaan.
Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomis pemakai yang diambil atas dasar Laporan Keuangan. Materialitas
tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan
situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan
dalam mencatat (misstatement). Karenanya materialitas lebih merupakan suatu
ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok
yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki
kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful
representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar
diharapkan dapat disajikan.
Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat
diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat
menyesatkan.
Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu
tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan
untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan serta keadaan dari tuntutan tersebut.
a. Penyajian Jujur
Agar dapat diandalkan informasi harus mengambarkan dengan jujur
transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang
secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus
menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam
bentuk Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan
yang memenuhi kriteria pengakuan.
Halaman 8 dari 22
Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko yang dianggap
kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan
disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih
merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi
serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau
menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna
transaksi dan peristiwa tersebut.
Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan dalam Laporan
Keuangan, misalnya, meskipun dalam kegiatan usahanya perusahaan
dapat menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya sulit untuk mengidentifikasi
atau mengukur goodwill secara andal. Namun, dalam kasus lain, pengakuan
suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan risiko
kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya.
b. Substansi Mengungguli Bentuk
Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta
peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu
dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya,
suatu perusahaan mungkin menjual suatu Aktiva kepada pihak lain dan
kepemilikannya sudah sah secara hukum berpindah; namun demikian,
mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bahwa perusahaan dapat
terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam
bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak
menyajikan dengan jujur transaksi yang dicatat (jika sesungguhnya memang
ada transaksi).
c. Netralitas
Informasi harus diarahkan kepada kebutuhan umum pemakai, dan tidak
bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada
usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak,
sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai
kepentingan yang berlawanan.
d. Pertimbangan Sehat
Penyusun Laporan Keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian
peristiwa dan keadaan tertentu, seperti Tagihan Piutang yang diragukan dan
perkiraan masa manfaat Aktiva Operasional. Ketidakpastian semacam itu
diakui dengan mengungkapkan hakekat dengan menggunakan
pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan Laporan Keuangan.
Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan
perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga Aktiva atau Penghasilan
tidak dinyatakan terlalu tinggi dan Kewajiban atau Beban tidak dinyatakan
terlalu rendah.
Halaman 9 dari 22
Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan
pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision)
berlebihan, dan sengaja menetapkan Aktiva atau Penghasilan yang lebih
rendah atau pencatatan Kewajiban atau Beban yang lebih tinggi, sehingga
Laporan Keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu, tidak memiliki
kualitas andal.
e. Kelengkapan
Agar dapat diandalkan, informasi dalam Laporan Keuangan harus lengkap
dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak
mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar
atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak
sempurna ditinjau dari segi relevansi.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat membandingkan Laporan Keuangan perusahaan antar
periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dalam kinerja
keuangan. Pemakai juga dapat membandingkan Laporan Keuangan antar Dana
Pensiun untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak
keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara
konsisten untuk perusahaan tersebut, dalam periode yang sama dan Dana
Pensiun yang berbeda.
Implikasi penting dari karakteristik dapat dibandingkan adalah bahwa pemakai
harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam
penyusunan Laporan Keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh
perubahan tersebut. Pemakai dimungkinkan dapat mengidentifikasi perbedaan
kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang
sama dalam suatu periode untuk Dana Pensiun yang berbeda. Ketaatan pada
standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi
yang digunakan oleh Dana Pensiun, membantu pencapaian daya banding.
Kebutuhan terhadap daya banding tidak hanya merupakan keseragaman
semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan
standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Dana Pensiun tidak perlu
meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik,
kualitatif , relevansi dan keandalan.
Dana Pensiun juga tidak perlu mempertahankan suatu kebijakan akuntansi jika
terdapat alternatif lain yang lebih relevan dan andal. Jika pemakai ingin
membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan
antar periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode
sebelumnya dalam Laporan Keuangan.
D. Kendala Informasi yang Relevan d an Andal
Dalam pencapaian informasi yang relevan dan andal, terdapat beberapa hal yang
dapat menjadi kendala, diantaranya :
Halaman 10 dari 22
1. Tepat Waktu
Jika terdapat penundaan dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan
akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan
manfaat antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal.
Untuk menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum
seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya yang diketahui, sehingga
mengurangi keandalan informasi.
Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi
yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil
keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan
keandalan, kebutuhan pengambilan keputusan merupakan pertimbangan yang
menentukan.
2. Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat
Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala utama
daripada karakteristik kualitatif. Manfaat yang didapat dari informasi seharusnya
melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat
merupakan proses informasi yang dapat dinikmati manfaatnya. Biaya tersebut
juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai informasi yang menikmati manfaat.
Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain disamping mereka yang
menjadi tujuan informasi. Badan penyusun standar akuntansi keuangan pada
khususnya, seperti juga para penyusun dan pemakai Laporan Keuangan ,
harus menyadari kendala ini.
3. Keseimbangan diantara Karakteristik Kualitatif
Dalam praktek, keseimbangan atau trade-off diantara berbagai karakteristik
kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk memenuhi
tujuan Laporan Keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam
berbagai kasus yang berbeda merupakan masalah pertimbangan profesional.
4. Penyajian Wajar
Laporan Keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar
dan atau menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan
posisi keuangan suatu Dana Pensiun.
Meskipun kerangka dasar ini tidak menangani secara langsung konsep
tersebut, penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi
keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang
menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan
yang wajar dan atau menyajikan dengan wajar.
Halaman 11 dari 22
E. Bentuk, Penyajian dan Ungkapan Laporan
Laporan Keuangan harus diuraikan, didefinisikan, disajikan, dan diungkapkan dari
masing-masing pos dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut :
1. Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan
Laporan Keuangan Dana Pensiun terdiri dari Laporan Aktiva Bersih, Laporan
Perubahan Aktiva Bersih, Neraca, Perhitungan Hasil Usaha dan Laporan Arus
Kas serta Catatan atas Laporan Keuangan. Penjabaran atas laporan keuangan
tersebut adalah sebagai berikut :
a. Laporan Aktiva Bersih
Laporan Aktiva Bersih adalah laporan yang menyediakan informasi jumlah
kekayaan Dana Pensiun yang tersedia untuk pembayaran manfaat pensiun
peserta. Jumlah seluruh aktiva Dana Pensiun tidak termasuk piutang iuran
tambahan yang belum jatuh tempo, dikurangi seluruh kewajiban Dana
Pensiun kecuali kewajiban aktuaria, menunjukkan jumlah aktiva bersih yang
tersedia untuk pembayaran manfaat pensiun pada tanggal laporan.
Penilaian akun-akun aktiva untuk tujuan penyusunan laporan ini dapat
dilihat dalam Kebijakan Akuntansi tiap-tiap Akun.
Informasi yang harus diungkapkan dalam Laporan Aktiva Bersih meliputi
Aktiva yaitu Investasi, Aktiva Lancar di Luar Investasi, Aktiva Operasional,
Aktiva Lain-lain dan Kewajiban yaitu Kewajiban di luar Kewajiban Aktuaria.
(Contoh Laporan Aktiva Bersih terdapat pada lampiran I )
b. Laporan Perubahan Aktiva Bersih
Laporan Perubahan Aktiva Bersih disajikan dalam single step dimana
semua penambahan baik berasal dari pendapatan investasi, peningkatan /
penurunan investasi, hak atas iuran pensiun, pendapatan lain-lain dan
bantuan dari pihak luar dikelompokkan menjadi satu kelompok kemudian
dikurangkan dengan semua pengurangan baik berupa beban investasi,
beban operasional, beban lain-lain dan beban kewajiban pembayaran
manfaat pensiun yang telah jatuh tempo. Dengan demikian seluruh
penambahan dan pengurangan kekayaan Dana Pensiun dapat terlihat
dengan jelas pada Laporan Perubahan Aktiva Bersih. Informasi yang harus
diungkapkan dalam Laporan Perubahan Aktiva Bersih meliputi :
1) Penambahan Aktiva Bersih
a) Pendapatan Investasi;
b) Peningkatan / Penurunan Selisih Penilaian Investasi;
c) Iuran Pensiun normal dan Tambahan yang jatuh tempo;
d) Pendapatan di Luar Investasi; dan
e) Pengalihan Dana dari Dana Pensiun lain.
Halaman 12 dari 22
2) Pengurangan Aktiva Bersih
a) Beban Investasi;
b) Beban Operasional;
c) Manfaat Pensiun Jatuh Tempo;
d) Beban Lain-Lain;
e) Pajak Penghasilan Badan; dan
f) Pengalihan Dana ke Dana Pensiun lain.
Jika selisih antara penambahan dan pengurangan bernilai positif maka nilai
aktiva bersih akhir tahun akan mengalami peningkatan. Sebaliknya jika
bernilai negatif maka nilai aktiva bersih akhir tahun akan mengalami
penurunan. Adapun contoh Laporan Perubahan Aktiva Bersih terdapat
pada lampiran II.
c. Neraca
Neraca Dana Pensiun adalah laporan yang menggambarkan posisi
keuangan yaitu asset dan kewajiban Dana Pensiun pada saat tertentu.
1) Aktiva disajikan dengan urutan sebagai berikut :
a) Investasi;
b) Selisih Penilaian Investasi;
c) Aktiva Lancar Diluar Investasi;
d) Aktiva Operasional; dan
e) Aktiva Lain-Lain.
2) Kewajiban dalam Neraca Dana Pensiun dikelompokkan atas :
a) Kewajiban Aktuaria;
b) Selisih Kewajiban Aktuaria; dan
c) Kewajiban Diluar Kewajiban Aktuaria.
Adapun contoh Laporan Neraca terdapat pada lampiran III.
d. Perhitungan Hasil Usaha
Perhitungan Hasil Usaha Dana Pensiun adalah laporan yang
menggambarkan hasil usaha Dana Pensiun selama periode akuntansi
tertentu yang mencerminkan prestasi Dana Pensiun selama periode
tersebut.
Perhitungan Hasil Usaha disusun berdasarkan kerangka dasar penyusunan
dan penyajian Laporan Keuangan. Informasi yang harus diungkapkan dalam
laporan ini meliputi :
Halaman 13 dari 22
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
Pendapatan Investasi;
Beban Usaha Investasi;
Hasil Usaha Investasi;
Beban Operasional;
Pendapatan dan Beban Lain-Lain;
Hasil Usaha Sebelum Pajak;
Pajak Penghasilan Badan; dan
Hasil Usaha Setelah Pajak.
Contoh Laporan Hasil Usaha terdapat pada lampiran IV
e. Laporan Arus Kas
Laporan Arus Kas adalah laporan yang dapat memberikan informasi kepada
pemakai Laporan Keuangan untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih
dalam pengaruhnya terhadap penerimaan dan penggunaan kas, sebagai
dasar untuk menilai kemampuan Dana Pensiun dalam menghasilkan kas
dan setara kas serta menilai kebutuhan Dana Pensiun untuk menggunakan
kas tersebut.
Laporan Arus Kas Dana Pensiun dibuat dengan menggunakan metode
langsung dan melaporkan arus kas selama satu periode akuntansi dan
diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Arus Kas dari Aktivitas Investasi;
2) Arus Kas dari Aktivitas Operasional;
3) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan.
Contoh Laporan Arus Kas terdapat lampiran V
f.
Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari Laporan Keuangan
utama yang berisi informasi penting dan penjelasan atas akun-akun yang
disajikan dalam Laporan Keuangan utama, sehingga pemakai Laporan
Keuangan mempunyai informasi yang lengkap mengenai keseluruhan
Laporan Keuangan.
Catatan atas Laporan Keuangan mencakup informasi sebagai berikut :
1) Penjelasan mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi
selama periode laporan, antara lain :
a) Awal Pembentukan Dana Pensiun, Nama Pengurus, Dewan
Pengawas Dana Pensiun;
b) Nama Pendiri dan Mitra Pendiri yang mengungkapkan nama dan
kategori industri dari Pendiri dan Mitra Pendiri;
Halaman 14 dari 22
c) Nama Dana Pensiun, Nomor dan tanggal pengesahan dari Menteri
Keuangan serta Jenis Program Pensiun (PPMP atau PPIP);
d) Penjelasan perubahan Peraturan Dana Pensiun yang terjadi selama
e)
f)
g)
h)
i)
periode laporan termasuk pokok-pokok perubahan peraturan yang
dimaksud (bila ada);
Kelompok karyawan yang menjadi peserta program pensiun;
Jumlah Peserta Aktif dan Pasif Program Pensiun ;
Iuran Pemberi Kerja dan Iuran Peserta (jika ada);
Penjelasan mengenai Manfaat Pensiun yang dijanjikan;dan
Penjelasan mengenai rencana pembubaran program pensiun (jika
besar kemungkinan terjadi).
2) Penjelasan singkat mengenai kebijakan akuntansi yang penting, antara
lain:
a) Dasar pengukuran dan penyusunan Laporan Keuangan diukur
berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku atau PSAK;
b) Dasar penyusunan Laporan Keuangan adalah dasar akrual kecuali
untuk Laporan Kas;
c) Kebijakan Penyusutan Aktiva Tetap;
d) Kebijakan yang berkaitan dengan perlakuan instrumen investasi
misalnya obligasi, saham dan bangunan;
e) Kebijakan pengakuan pendapatan;
f) Kebijakan pengakuan beban termasuk metode penyusutannya;
g) Kebijakan penjabaran mata uang asing termasuk nilai kurs yang
digunakan;
h) Penentuan materialitas akun; dan
i) Kebijakan pelunasan defisit.
3) Penjelasan mengenai kebijakan pendanaan, yang mengungkapkan
antara lain:
a) Penjelasan umum yang berisi ikhtisar demografi peserta,
perhitungan manfaat pensiun, dan kebijakan Pendiri dalam rangka
pendanaan;
b) Valuasi aktuaria terakhir yang berisi nama aktuaris, tanggal valuasi
aktuaria, asumsi aktuaria, metode penilaian, nilai kewajiban aktuaria
dan kewajiban solvabilitas, besar iuran dan amortisasi defisit.
4) Penjelasan mengenai kebijakan investasi yang menjelaskan jenis
investasi yang diperkenankan, sasaran hasil investasi, dan penggunaan
tenaga ahli (Fund Manager);
5) Penjelasan mengenai transaksi afiliasi dan sifatnya, diungkapkan
transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan afiliasi langsung
maupun tidak langsung dengan pengurus, Dewan Pengawas, Pendiri,
Mitra Pendiri, atau Penerima Titipan;
Halaman 15 dari 22
6) Penjelasan per akun dalam Laporan Keuangan yang diungkapkan pada
tiap tiap akun yang dapat mempengaruhi pembaca dalam pengambilan
keputusan. Akun yang harus dijelaskan adalah akun-akun yang bernilai
material, kecuali dinyatakan lain. Apabila dalam penjelasan tiap akun
terdapat pengungkapan rincian akun yang tidak material maka
pengungkapan rincian akun tersebut dapat dilakukan dengan
mengelompokannya berdasarkan jenis dan sifat yang sama;
7) Penjelasan
mengenai
kekayaan
mengungkapkan hal sebagai berikut :
untuk
pendanaan
yang
a) Rincian kekayaan dalam sengketa atau diblokir oleh pihak yang
berwenang;
b) Iuran, baik sebagian atau seluruhnya yang pada tanggal perhitungan
aktuaria belum disetor ke Dana Pensiun lebih dari 3 (tiga) bulan
sejak tanggal jatuh tempo; dan
c) Kekayaan yang ditempatkan di luar negeri dan jenis kekayaan yang
dikategorikan sebagai piutang lain-lain dan aktiva lain-lain.
8) Penjelasan mengenai Mitra Pendiri yang mengungkapkan nama dan
kategori industri Mitra Pendiri yang terdaftar dalam Peraturan Dana
Pensiun selama periode yang dilaporkan.
2. Periode Akuntansi
Tahun Buku Dana Pensiun adalah mulai 1 Januari sampai dengan 31
Desember dalam tahun yang bersangkutan.
Laporan Keuangan Dana Pensiun disusun secara berkala dan dilaporkan
kepada pihak – pihak terkait yang diatur dalam peraturan Dana Pensiun
serta pihak lain yang relevan setelah dilakukan pemeriksaan oleh Auditor
Independen atau Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Dewan
Pengawas.
3. Materialitas
Dalam Laporan Keuangan Dana Pensiun, akun-akun material disajikan
dalam laporan sesuai dengan format standar yang berlaku. Jika terdapat
akun material yang tidak dicantumkan sebagai akun dari format standar
maka akun tersebut disajikan sebagai subakun dari akun yang fungsi dan
jenis akunnya sama dengan memberikan pengungkapan yang wajar dalam
catatan atas Laporan Keuangan.
Halaman 16 dari 22
Jika akun material tersebut tetap tidak dapat diketegorikan ke dalam salah
satu akun yang tersedia dalam format standar karena perbedaan fungsi dan
jenis, maka akun tersebut disajikan dengan pengungkapan yang wajar
dalam catatan atas Laporan Keuangan.
Akun yang nilainya tidak meterial disajikan dalam akun yang tersedia dalam
Format Standar.
4. Mata Uang
a. Pelaporan
1) Dalam Laporan Keuangan Dana Pensiun, mata uang pelaporan
yang digunakan adalah mata uang Indonesia yaitu Rupiah.
2) Transaksi dalam valuta asing dibukukan dengan menggunakan kurs
pada saat terjadinya transaksi (kurs transaksi/kurs aktual).
3) Pada tanggal neraca, Aktiva dan atau Kewajiban dalam valuta asing
dilaporkan dalam satuan Rupiah dengan menggunakan kurs tanggal
neraca. Apabila terdapat kesulitan menentukan kurs tanggal neraca,
maka dapat menggunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai
indikator yang objektif.
5. Selisih Kurs
Selish Kurs timbul jika terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi
dengan tanggal penyelesaian (settlement date) dari transaksi dalam mata
uang asing.
Jika timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu
periode akuntansi yang sama, maka selisih kurs diakui dalam periode
tersebut sebagai laba atau rugi dalam laporan Hasil Usaha.
Jika timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam beberapa
periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode
akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing
periode.
Untuk jenis Aktiva Investasi, jika terdapat selisih kurs yang timbul akibat
perubahan kurs pada tanggal penempatan investasi dan kurs pada tanggal
pelaporan, maka selisih tersebut diakui sebagai Selisih Penilaian Investasi
bukan sebagai laba atau rugi selisih kurs. Pengakuan selisih kurs sebagai
laba atau rugi dilakukan pada saat realisasi pencairan valuta asing tersebut
ke dalam Rupiah.
Halaman 17 dari 22
6. Transaksi Hubungan Istimewa
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:
a)
Perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara,
mengendalikan, atau dikendalikan oleh atau berada di bawah
pengendalian bersama dengan Dana Pensiun;
b)
Perusahaan Asosiasi;
c)
Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak
langsung, suatu kepentingan hak suara di Dana Pensiun yang
berpengaruh secara signifikan dan anggota keluarga dekat dari
perorangan tersebut yang mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan
tersebut dalam transaksinya dengan Dana Pensiun;
d)
Karyawan kunci yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan. memimpin dan mengendalikan
kegiatan Dana Pensiun;
e)
Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara
dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang
yang diuraikan dalam butir 6 c) atau 6 d), atau setiap pihak yang
mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut.
Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik
yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat bunga atau harga,
persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak
ketiga, diungkapkan dalam Laporan Keuangan.
7. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan
Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan
memasukan setiap unsur Laporan Keuangan dalam neraca dan laporan
laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu.
Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan
kombinasi yang berbeda dalam Laporan Keuangan. Berbagai dasar
pengukuran tersebut adalah sebagai berikut :
a. Biaya Historis
Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau secara kas) yang dibayar
atau sebesar nilai, wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh
aktiva tersebut pada saat perolehan.
Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari
kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan),
dalam jumlah kas (atau secara kas) yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.
Halaman 18 dari 22
b. Biaya Kini
Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya
dibayar bila aktiva yang sama atau secara aktiva diperoleh sekarang.
Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak
didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan
kewajiban sekarang.
c. Nilai Realisasi / Penyelesaian
Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat
diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal.
Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu jumlah kas (atau
setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan
untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal.
d. Nilai Sekarang
Aktiva dinvatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan yang
didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat
memberikan dalam pelakasanaan usaha normal.
Dasar pengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam
penyusunan Laporan Keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya
digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Misalnya persediaan
biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah biaya historis atau nilai
realisasi bersih, akuntansi Dana Pensiun menilai aktiva tertentu
berdasarkan nilai wajar.
Halaman 19 dari 22
PEDOMAN TATA KELOLA
PEDOMAN AKUNTANSI
Lampiran
:
Nomor
:
Berlaku tmt :
Perbaikan ke :
BAB III: SISTEMATIKA KODE AKUN
DANA PENSIUN XYZ
A.
MAJOR CODE
Merupakan identifikasi kode rekening pada satu digit pertama kode rekening yang
terdiri dari :
MAJOR
CODE
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
KETERANGAN
INVESTASI
AKTIVA LANCAR DILUAR INVESTASI
AKTIVA OPERASIONAL
SELISIH KEWAJIBAN AKTUARIA
KEWAJIBAN AKTUARIA
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
PENDAPATAN INVESTASI
BEBAN INVESTASI
BEBAN OPERASIONAL
BEBAN DAN PENDAPATAN LAIN - LAIN
B. MINOR CODE
Merupakan identifikasi kode rekening pada dua digit pertama kode rekening yang
terdiri dari :
MINOR
CODE
00
01
02
03
04
05
06
08
09
10
KETERANGAN
INVESTASI DEPOSITO ON CALL
INVESTASI DEPOSITO BERJANGKA
INVESTASI SAHAM
INVESTASI OBLIGASI
INVESTASI REKSADANA
INVESTASI SURAT BERHARGA PEMERINTAH
INVESTASI PENYERTAAN LANGSUNG
INVESTASI TANAH & BANGUNAN
SELISIH PENILAIAN INVESTASI
KAS
Halaman 20 dari 22
MINOR
CODE
11
12
14
15
16
17
18
20
21
23
30
31
32
33
34
40
41
42
43
44
50
51
52
53
60
61
62
63
70
71
72
73
80
81
82
83
84
91
92
93
94
KETERANGAN
BANK
GIRO POS
PIUTANG IURAN NORMAL
PIUTANG IURAN TAMBAHAN
BEBAN DIBAYAR DIMUKA
PIUTANG HASIL USAHA
PIUTANG LAIN – LAIN
PERANGKAT KOMPUTER
PERALATAN KANTOR
AKTIVA OPERASIONAL LAINNYA
SELISIH KEWAJIBAN AKTUARIA
IURAN / MANFAAT PENSIUN
SELISIH PENILAIAN KEMBALI
SISA HASIL USAHA TAHUN LALU
AKTIVA LAIN – LAIN
KEWAJIBAN AKTUARIA PERHITUNGAN AKTUARIS
PERHITUNGAN IURAN PENSIUN NORMAL
PERHITUNGAN IUTAN MANFAAT PENSIUN
PENGALIHAN KE DP LAIN
PENGALIHAN DARI DP LAIN
HUTANG MANFAAT PENSIUN JATUH TEMPO
PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA
BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR
KEWAJIBAN JANGKA PENDEK LAINNYA
PENDAPATAN BUNGA
PENDAPATAN DEVIDEN
PENDAPATAN SEWA
PENDAPATAN LABA RUGI PELEPASAN
BEBAN TRANSAKSI
BEBAN PEMELIHARAAN TANAH & BANGUNAN
BEBAN PENYUSUTAN
BEBAN MANAGER INVESTASI
BEBAN GAJI PENGURUS & PEKERJA
BEBAN KANTOR
BEBAN PENYUSUTAN
BEBAN JASA PIHAK KETIGA
BEBAN OPERASIONAL LAINNYA
LABA (RUGI) PENJUALAN AKTIVA
LABA (RUGI) PENJUALAN AKTIVA
PENDAPATAN & BEBAN DILUAR INVESTASI
PAJAK - PAJAK
Halaman 21 dari 22
PEDOMAN TATA KELOLA
PEDOMAN AKUNTANSI
BAB IV : PENUTUP
Lampiran
:
Nomor
:
Berlaku tmt :
Perbaikan ke :
1. Pedoman Tata Kelola Akuntansi dibuat mengacu pada perundangan, peraturan dan
ketentuan yang telah ditetapkan oleh Regulator, serta Pedoman Induk Tata Kelola
Dana Pensiun dan ketentuan lainnya yang masih berlaku terhadap pengelolaan
Dana Pensiun;
2. Untuk lebih memperlancar pelaksanaan ketentuan butir 1 (satu) diatas, setiap
Pelaksana harus membaca dan memahami Pedoman Tata Kelola Akuntansi;
3. Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Pedoman Tata Kelola
Akuntansi, akan ditetapkan dengan keputusan Pengurus Dana Pensiun;
4. Dengan diterapkan Pedoman Tata Kelola Akuntansi diharapkan akan memberikan
acuan bagi Pekerja dalam melaksanakan Pedoman Tata Kelola Akuntansi,
sehingga dapat berkontribusi secara aktif, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
dari penyelenggaraan Dana Pensiun.
Jakarta, 28 Desember 2007
DANA PENSIUN XYZ
PENGURUS,
Presiden Direktur
Direktur Keuangan & Investasi
Direktur Administrasi & Kepensiunan
Halaman 22 dari 22
Download