PEDOMAN TATA KELOLA PEDOMAN AKUNTANSI BAB I : UMUM Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : A. PENDAHULUAN Dana Pensiun XYZ adalah Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) yang mengelola dana yang bersumber dari iuran Pemberi Kerja dan Peserta. Sebagai Badan Hukum, Dana Pensiun tidak terlepas dari tugas pengelolaan sumber daya yang dikuasai untuk mendapatkan hasil (return) yang optimal, sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan Manfaat Pensiun peserta secara berkesinambungan. Konsekuensi logis dari tugas pengelolaan tersebut bahwa Dana Pensiun harus beroperasi secara efisien, efektif dan konsisten dalam melakukan pencatatan dan menginformasikan semua aktivitas kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam bentuk laporan. Salah satu laporan penting dari seluruh aktivitas Dana Pensiun adalah melaporkan kegiatan penerimaan dana dan penggunaan dana (keuangan), yang secara umum laporan yang dimaksud adalah Laporan Keuangan. 1. Untuk meningkatkan mutu Laporan Keuangan yang disajikan, perlu diterapkan hal-hal sebagai berikut : a. Penerapan persyaratan dalam SAK dan ketetapan lain yang diatur khusus untuk Dana Pensiun. b. Pemberian Pedoman struktur Laporan Keuangan termasuk persyaratan dalam penyusunan laporan, menentukan kebijakan dan catatan atas laporan. c. Penetapan persyaratan praktis untuk masalah-masalah yang berkaitan dengan Materialitas, Kelangsungan Usaha, Pemilihan Kebijakan Akuntansi, Konsisten dan Penyajian Informasi Komperatif. Penerapan hal-hal tersebut diatas dalam pelaksanaannya diperlukan suatu acuan yang dapat dijadikan standar yang konsisten, oleh karena itu acuan tersebut dituangkan dalam satu pedoman yang disebut dengan Pedoman Kebijakan Akuntansi Dana Pensiun. 2. Dasar pemikiran dan latar belakang penyusunan Pedoman Akuntansi Dana Pensiun adalah : a. Keinginan membuat suatu acuan bagi manajemen dalam menjalankan fungsi manajemen baik langsung maupun tidak langsung. b. Keinginan untuk mengoptimalkan dan memaksimalkan penggunaan sumber daya dalam penyelenggaraan Dana Pensiun. c. Keinginan untuk membangun dan menerapkan suatu sistem terpadu sebagai Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Dana Pensiun. Halaman 1 dari 22 d. Keinginan untuk menstandarkan suatu laporan berdasarkan standar pengelolaan terbaik yang berpedoman pada ketentuan yang berlaku dengan mengutamakan kepentingan Pendiri dan Peserta. e. Perlunya informasi yang tepat dan akurat sehingga dapat meningkatkan dan memaksimalkan pengelolaan kekayaan Dana Pensiun ke depan, dengan hasil yang optimal dan setara dengan beban pengelolaan yang diperkenankan. B. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penyusunan Pedoman Akuntansi Dana Pensiun adalah sebagai berikut: 1. Sebagai Pedoman Pencatatan; Pedoman ini akan menguraikan secara ringkas, lengkap dan didukung dengan contoh-contoh yang dapat mempermudah petugas atau pejabat yang bertanggung jawab dalam menyajikan Laporan Keuangan, serta sebagai Pedoman bagi manajemen dan pelaksana dalam mengemban tugasnya, dengan mempelajari, mendalami dan melaksanakan Pedoman Akuntansi. 2. Sebagai Standar Kebijakan; Kebijakan yang tercantum dalam Pedoman ini, disusun dengan berbagai pertimbangan sehingga diharapkan apabila dilaksanakan dengan penuh kepatuhan dan konsisten akan menghasilkan Laporan Keuangan yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu kebijakan yang ada didalamnya merupakan standar operasi bagi Dana Pensiun. 3. Sebagai Sarana Pembelajaran; Dalam melaksanakan suatu kegiatan tanpa pengetahuan yang mendalam tentang kegiatan tersebut hanya akan menghasilkan sesuatu yang tidak efisien. Pedoman ini berisi pengetahuan tentang cara pencatatan keuangan dan penjelasannya yang akan dilakukan oleh semua jajaran Dana Pensiun. Dengan mempelajari, mamahami pedoman ini dan melaksanakannya secara sungguh-sungguh diharapkan semua jajaran Dana Pensiun dapat bekerja dengan optimal serta memperkecil terjadinya kesalahan, kegagalan dan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan. 4. Sebagai Standar Lingkungan Pengendalian Fungsi pengawasan atas pelaksanaan suatu proses kerja dapat menghindari ketidaktepatan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan. Unsur-unsur pengawasan telah diupayakan, oleh karenanya keberadaan pedoman akuntansi ini dapat dijadikan standar pengendalian dalam lingkungan Dana Pensiun. Namun mengingat aktivitas yang dilakukan oleh pelaksana tidak terlepas dari kesalahan, maka pemeriksaan terhadap pelaksanaan dan hasil yang didapatkan menjadi sangat penting. Pedoman ini dapat dipergunakan sebagai acuan Auditor Internal, Dewan Pengawas maupun Auditor Eksternal (Akuntan Publik) dalam melaksanakan pemeriksaan. Adapun tujuan penyusunan Pedoman adalah untuk mendapatkan acuan standar dalam penyajian Laporan Keuangan Dana Pensiun, dan juga sebagai acuan pengawasan bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap informasi keuangan Dana Pensiun. Halaman 2 dari 22 C. RUANG LINGKUP 1. Kebijakan Umum Akuntansi a. Pengertian b. Asumsi Dasar 1) Dasar Akrual 2) Kelangsungan Usaha c. Karakteristik Pokok Laporan Keuangan 1) Dapat dipahami 2) Relevan 3) Keandalan 4) Dapat dibandingkan d. Kendala Informasi yang Relevan dan Andal 1) Tepat Waktu 2) Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat 3) Keseimbangan diantara Karakteristik Kualitatif 4) Penyajian Wajar e. Bentuk, Penyajian dan Ungkapan Laporan 1) Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan 2) Periode Akuntansi 3) Materialitas 4) Mata Uang 5) Selisih Kurs 6) Transaksi Hubungan Istimewa 7) Pengukuran Unsur Laporan Keuangan 2. Sistematika Kode Akun a. Major Code b. Minor Code D. PEMELIHARAAN PEDOMAN AKUNTANSI Kebijakan dan praktek akuntansi berkembang dari waktu ke waktu, perkembangan ini mengakibatkan penambahan, penegasan, perbaikan, penyempurnaan dan atau pembatalan suatu kebijakan, ketetapan dalam pedoman, yang sepenuhnya menjadi wewenang dan keputusan Pengurus Dana Pensiun XYZ. Agar Pedoman Akuntansi ini selaku tetap berkualitas dan up to date , maka kewajiban bagian akuntansi untuk memelihara kelengkapan halaman demi halaman. Prosedur perubahan pedoman akuntansi, updating atau penyempurnaannya diusulkan oleh bagian akuntansi dan harus disetujui /disahkan oleh Pengurus. Halaman 3 dari 22 E. LANDASAN KEBIJAKAN a) Undang-undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun b) Peraturan Pemerintah No.76 tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja c) Undang-undang No.7 tahun 1993 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No.17 tahun 2000 d) Keputusan Menteri Keuangan RI No.509/KMK.06/2002 tentang Pelaporan Keuangan Dana Pensiun. e) Keputusan Menteri Keuangan RI No.501/KMK/06/2002 tanggal 4 Desember 2002 tentang Pendanaan dan Solvabilias Dana Pensiun Pemberi Kerja f) Keputusan Menteri Keuangan RI No.511/KMK/06/2002 tanggal 4 Desember 2002 tentang Investasi Dana Pensiun g) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.2344/LK/2003 tanggal 14 April 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Investasi Dana Pensiun h) Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No.2345/LK/2003 tanggal 14 April 2003 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Keuangan Dana Pensiun i) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.18 tentang Akuntansi Dana Pensiun j) Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.24, tentang Akuntansi Biaya Manfaat Pensiun k) Surat Keputusan Direktur Utama PT XYZ No.Kpts. 031/IS00000/2004-S0 tanggal 8 Juli 2004 tentang Arahan Investasi; l) Surat Keputusan Direktur Utama PT XYZ No.Kpts 48/C00000/2007-S0 tentang Pedoman Induk Tata Kelola Dana Pensiun XYZ; Halaman 4 dari 22 PEDOMAN TATA KELOLA PEDOMAN AKUNTANSI BAB II : KEBIJAKAN AKUNTANSI A. Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : PENGERTIAN Kebijakan Akuntansi adalah ketentuan-ketentuan mengenai pilihan metode pencatatan akuntansi yang merupakan prinsip khusus, konvensi, peraturan dan praktek yang ditetapkan oleh manajemen dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan. Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku yang digunakan untuk Dana Pensiun dalam menyajikan Laporan Keuangan yaitu PSAK No. 18 dan ketentuan lain dari regulator (Departemen Keuangan Cq. Biro Dana Pensiun serta dalam koridor ketentuan perundangan yang berlaku dan dilaksanakan secara taat asas konsisten) sehingga diperoleh kesamaan pengertian antara penyusun dan pemakai Laporan Keuangan. Kebijakan Akuntansi disusun dengan mempertimbangkan: 1. Pernyataaan Standar Akuntansi Keuangan Dana Pensiun 2. Definisi, kriteria pengakuan dan dasar pengakuan Aktiva, Kewajiban, Pendapatan dan Beban. 3. Pernyataan yang dibuat oleh Badan Pembuat Standar yang lazim sepanjang konsisten dengan 1 dan 2 . B. ASUMSI DASAR 1. Dasar Akrual Untuk mencapai tujuannya, Laporan Keuangan disusun atas dasar akrual. Dengan dasar ini, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam Laporan Keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan Keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima dan peristiwa lainnya yang berguna bagi pemakai dalam pengambilan keputusan. Halaman 5 dari 22 Penyisihan/pencadangan/perhitungan akrual yang diakui, dihitung sampai dengan tanggal Neraca atau akhir periode laporan. a. Pendapatan diakui secara akrual basis dengan memperhatikan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban yang telah terjadi sampai dengan tanggal neraca dan dapat diukur tanpa memperhatikan apakah telah terjadi penerimaan kas atau belum. Sebagai contoh, pendapatan bunga deposito berjangka telah jatuh tempo setelah tanggal neraca, maka dalam Laporan Keuangan diakui sebesar proporsional sampai dengan tanggal neraca. b. Beban diakui secara akrual basis yaitu sesuai manfaatnya pada tahun yang bersangkutan tanpa memperhatikan apakah telah dilakukan pembayaran kas atau belum. Jika suatu beban atas suatu manfaat yang digunakan dalam suatu periode/tahun buku sebelum tanggal neraca tetapi ditagih atau dibayarkan setelah tanggal neraca, maka dalam Laporan Keuangan telah diakui sebagai beban. c. Prosedur yang biasanya dianut dalam praktek untuk pengakuan Akrual Basis, harus diukur dengan derajat kepastian yang cukup. Derajat kepastian yang cukup merupakan konsep Probabilitas yang digunakan bahwa manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan dengan pos tersebut akan mengalir dari atau ke dalam perusahaan. Konsep Probabilitas dimaksudkan untuk menghadapi ketidakpastian lingkungan operasi perusahaan. Pengkajian derajat ketidakpastian yang melekat dalam arus manfaat ekonomi masa depan dilakukan atas dasar bukti yang tersedia pada saat penyusunan Laporan Keuangan. Berdasarkan pada konsep Probabilitas tersebut (derajat kepastian yang cukup) transaksi keuangan yang akan dicatat dalam perlakuan Akrual Basis dapat dikelompokan dalam tiga hal, yaitu : 1) Probable Transaksi keuangan yang besar kemungkinan terjadi, harus disajikan, dicatat dan diungkap dalam Laporan Keuangan. 2) Possible Transaksi keuangan yang kecil kemungkinan terjadi, tidak disajikan dalam Laporan Keuangan namun diungkap dalam penjelasan Laporan Keuangan. 3) Remote Transaksi keuangan yang kemungkinan tidak terjadi, tidak disajikan dalam Laporan Keuangan dan tidak diungkap dalam penjelasan Laporan Keuangan. 2. Kelangsungan Usaha Laporan keuangan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya di masa depan. Karena itu perusahaan diasumsikan tidak bermaksud atau berkeinginan melikuidasi atau mengurangi secara material skala usahanya. Jika maksud atau keinginan tersebut timbul, Laporan Keuangan disusun dengan dasar yang berbeda dan dasar yang digunakan harus diungkapkan. Halaman 6 dari 22 Laporan keuangan Dana Pensiun disusun berdasarkan asumsi bahwa Dana Pensiun akan melanjutkan kegiatannya di masa depan dalam waktu yang tidak dibatasi. Dalam hal Laporan Keuangan disusun untuk tujuan tertentu (seperti pembubaran) asumsi yang berbeda dapat digunakan tetapi harus diungkapkan. C. Karakteristik Pokok Laporan Keuangan Karakterisitik pokok merupakan informasi dalam Laporan Keuangan yang berguna bagi pihak yang berkepentingan. Terdapat 4 (empat) karakteristik pokok yaitu Dapat dipahami, Relevan, Keandalan, dan Dapat diperbandingkan. 1. Dapat dipahami Kualitas penting informasi yang ditampung dalam Laporan Keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukan dalam Laporan Keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu. 2. Relevan Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomis bagi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha meramalkan kemampuan Dana Pensiun dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam memberikan penegasan (confirmatory role) terhadap prediksi yang lalu, misalnya, tentang bagaimana struktur keuangan Dana Pensiun diharapkan tersusun atau tentang hasil dari operasi yang direncanakan. Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah, pergerakan harga sekuritas dan kemampuan Dana Pensiun untuk memenuhi kewajibannya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan Laporan Keuangan untuk pembuatan prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Halaman 7 dari 22 Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa, abnormal dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakekat dan materialitasnya. Dalam beberapa kasus, hakekat informasi saja sudah cukup untuk menentukan relevansinya. Misalnya, laporan suatu segmen baru dapat mempengaruhi penilaian risiko dan peluang yang dihadapi perusahaan tanpa mempertimbangkan materialitas dari hasil yang dicapai segmen baru tersebut dalam periode laporan. Dalam kasus lain, baik hakekat maupun materialitas dipandang penting, misalnya jumlah serta katagori persediaan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomis pemakai yang diambil atas dasar Laporan Keuangan. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanya materialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah dari pada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agar informasi dipandang berguna. 3. Keandalan Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk mengakui jumlah seluruh tuntutan serta keadaan dari tuntutan tersebut. a. Penyajian Jujur Agar dapat diandalkan informasi harus mengambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk disajikan. Jadi misalnya, neraca harus menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya dalam bentuk Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas perusahaan pada tanggal pelaporan yang memenuhi kriteria pengakuan. Halaman 8 dari 22 Informasi keuangan pada umumnya tidak luput dari risiko yang dianggap kurang jujur dari apa yang seharusnya digambarkan. Hal tersebut bukan disebabkan karena kesengajaan untuk menyesatkan, tetapi lebih merupakan kesulitan yang melekat dalam mengidentifikasikan transaksi serta peristiwa lainnya yang dilaporkan, atau dalam menyusun atau menerapkan ukuran dan teknik penyajian yang sesuai dengan makna transaksi dan peristiwa tersebut. Dalam kasus tertentu, pengukuran dampak keuangan dalam Laporan Keuangan, misalnya, meskipun dalam kegiatan usahanya perusahaan dapat menghasilkan goodwill, tetapi lazimnya sulit untuk mengidentifikasi atau mengukur goodwill secara andal. Namun, dalam kasus lain, pengakuan suatu pos tertentu tetap dianggap relevan dengan mengungkapkan risiko kesalahan sehubungan dengan pengakuan dan pengukurannya. b. Substansi Mengungguli Bentuk Jika informasi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum. Misalnya, suatu perusahaan mungkin menjual suatu Aktiva kepada pihak lain dan kepemilikannya sudah sah secara hukum berpindah; namun demikian, mungkin terdapat persetujuan yang memastikan bahwa perusahaan dapat terus menikmati manfaat ekonomi masa depan yang diwujudkan dalam bentuk aktiva. Dalam keadaan seperti itu, pelaporan penjualan tidak menyajikan dengan jujur transaksi yang dicatat (jika sesungguhnya memang ada transaksi). c. Netralitas Informasi harus diarahkan kepada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu. Tidak boleh ada usaha untuk menyajikan informasi yang menguntungkan beberapa pihak, sementara hal tersebut akan merugikan pihak lain yang mempunyai kepentingan yang berlawanan. d. Pertimbangan Sehat Penyusun Laporan Keuangan ada kalanya menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu, seperti Tagihan Piutang yang diragukan dan perkiraan masa manfaat Aktiva Operasional. Ketidakpastian semacam itu diakui dengan mengungkapkan hakekat dengan menggunakan pertimbangan sehat (prudence) dalam penyusunan Laporan Keuangan. Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan perkiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga Aktiva atau Penghasilan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan Kewajiban atau Beban tidak dinyatakan terlalu rendah. Halaman 9 dari 22 Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan pembentukan cadangan tersembunyi atau penyisihan (provision) berlebihan, dan sengaja menetapkan Aktiva atau Penghasilan yang lebih rendah atau pencatatan Kewajiban atau Beban yang lebih tinggi, sehingga Laporan Keuangan menjadi tidak netral, dan karena itu, tidak memiliki kualitas andal. e. Kelengkapan Agar dapat diandalkan, informasi dalam Laporan Keuangan harus lengkap dalam batasan materialitas dan biaya. Kesengajaan untuk tidak mengungkapkan (omission) mengakibatkan informasi menjadi tidak benar atau menyesatkan dan karena itu tidak dapat diandalkan dan tidak sempurna ditinjau dari segi relevansi. 4. Dapat dibandingkan Pemakai harus dapat membandingkan Laporan Keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dalam kinerja keuangan. Pemakai juga dapat membandingkan Laporan Keuangan antar Dana Pensiun untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut, dalam periode yang sama dan Dana Pensiun yang berbeda. Implikasi penting dari karakteristik dapat dibandingkan adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut. Pemakai dimungkinkan dapat mengidentifikasi perbedaan kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama dalam suatu periode untuk Dana Pensiun yang berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi yang digunakan oleh Dana Pensiun, membantu pencapaian daya banding. Kebutuhan terhadap daya banding tidak hanya merupakan keseragaman semata-mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar akuntansi keuangan yang lebih baik. Dana Pensiun tidak perlu meneruskan kebijakan akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik, kualitatif , relevansi dan keandalan. Dana Pensiun juga tidak perlu mempertahankan suatu kebijakan akuntansi jika terdapat alternatif lain yang lebih relevan dan andal. Jika pemakai ingin membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam Laporan Keuangan. D. Kendala Informasi yang Relevan d an Andal Dalam pencapaian informasi yang relevan dan andal, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi kendala, diantaranya : Halaman 10 dari 22 1. Tepat Waktu Jika terdapat penundaan dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, seringkali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya yang diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya, jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambilan keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan. 2. Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat Keseimbangan antara biaya dan manfaat lebih merupakan kendala utama daripada karakteristik kualitatif. Manfaat yang didapat dari informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya. Namun demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses informasi yang dapat dinikmati manfaatnya. Biaya tersebut juga tidak perlu harus dipikul oleh pemakai informasi yang menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pemakai lain disamping mereka yang menjadi tujuan informasi. Badan penyusun standar akuntansi keuangan pada khususnya, seperti juga para penyusun dan pemakai Laporan Keuangan , harus menyadari kendala ini. 3. Keseimbangan diantara Karakteristik Kualitatif Dalam praktek, keseimbangan atau trade-off diantara berbagai karakteristik kualitatif sering diperlukan. Pada umumnya tujuan untuk mencapai suatu keseimbangan yang tepat diantara berbagai karakteristik untuk memenuhi tujuan Laporan Keuangan. Kepentingan relatif dari berbagai karakteristik dalam berbagai kasus yang berbeda merupakan masalah pertimbangan profesional. 4. Penyajian Wajar Laporan Keuangan sering dianggap menggambarkan pandangan yang wajar dan atau menyajikan dengan wajar, posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu Dana Pensiun. Meskipun kerangka dasar ini tidak menangani secara langsung konsep tersebut, penerapan karakteristik kualitatif pokok dan standar akuntansi keuangan yang sesuai biasanya menghasilkan laporan keuangan yang menggambarkan apa yang pada umumnya dipahami sebagai suatu pandangan yang wajar dan atau menyajikan dengan wajar. Halaman 11 dari 22 E. Bentuk, Penyajian dan Ungkapan Laporan Laporan Keuangan harus diuraikan, didefinisikan, disajikan, dan diungkapkan dari masing-masing pos dengan memperhatikan hal – hal sebagai berikut : 1. Bentuk dan Susunan Laporan Keuangan Laporan Keuangan Dana Pensiun terdiri dari Laporan Aktiva Bersih, Laporan Perubahan Aktiva Bersih, Neraca, Perhitungan Hasil Usaha dan Laporan Arus Kas serta Catatan atas Laporan Keuangan. Penjabaran atas laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut : a. Laporan Aktiva Bersih Laporan Aktiva Bersih adalah laporan yang menyediakan informasi jumlah kekayaan Dana Pensiun yang tersedia untuk pembayaran manfaat pensiun peserta. Jumlah seluruh aktiva Dana Pensiun tidak termasuk piutang iuran tambahan yang belum jatuh tempo, dikurangi seluruh kewajiban Dana Pensiun kecuali kewajiban aktuaria, menunjukkan jumlah aktiva bersih yang tersedia untuk pembayaran manfaat pensiun pada tanggal laporan. Penilaian akun-akun aktiva untuk tujuan penyusunan laporan ini dapat dilihat dalam Kebijakan Akuntansi tiap-tiap Akun. Informasi yang harus diungkapkan dalam Laporan Aktiva Bersih meliputi Aktiva yaitu Investasi, Aktiva Lancar di Luar Investasi, Aktiva Operasional, Aktiva Lain-lain dan Kewajiban yaitu Kewajiban di luar Kewajiban Aktuaria. (Contoh Laporan Aktiva Bersih terdapat pada lampiran I ) b. Laporan Perubahan Aktiva Bersih Laporan Perubahan Aktiva Bersih disajikan dalam single step dimana semua penambahan baik berasal dari pendapatan investasi, peningkatan / penurunan investasi, hak atas iuran pensiun, pendapatan lain-lain dan bantuan dari pihak luar dikelompokkan menjadi satu kelompok kemudian dikurangkan dengan semua pengurangan baik berupa beban investasi, beban operasional, beban lain-lain dan beban kewajiban pembayaran manfaat pensiun yang telah jatuh tempo. Dengan demikian seluruh penambahan dan pengurangan kekayaan Dana Pensiun dapat terlihat dengan jelas pada Laporan Perubahan Aktiva Bersih. Informasi yang harus diungkapkan dalam Laporan Perubahan Aktiva Bersih meliputi : 1) Penambahan Aktiva Bersih a) Pendapatan Investasi; b) Peningkatan / Penurunan Selisih Penilaian Investasi; c) Iuran Pensiun normal dan Tambahan yang jatuh tempo; d) Pendapatan di Luar Investasi; dan e) Pengalihan Dana dari Dana Pensiun lain. Halaman 12 dari 22 2) Pengurangan Aktiva Bersih a) Beban Investasi; b) Beban Operasional; c) Manfaat Pensiun Jatuh Tempo; d) Beban Lain-Lain; e) Pajak Penghasilan Badan; dan f) Pengalihan Dana ke Dana Pensiun lain. Jika selisih antara penambahan dan pengurangan bernilai positif maka nilai aktiva bersih akhir tahun akan mengalami peningkatan. Sebaliknya jika bernilai negatif maka nilai aktiva bersih akhir tahun akan mengalami penurunan. Adapun contoh Laporan Perubahan Aktiva Bersih terdapat pada lampiran II. c. Neraca Neraca Dana Pensiun adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan yaitu asset dan kewajiban Dana Pensiun pada saat tertentu. 1) Aktiva disajikan dengan urutan sebagai berikut : a) Investasi; b) Selisih Penilaian Investasi; c) Aktiva Lancar Diluar Investasi; d) Aktiva Operasional; dan e) Aktiva Lain-Lain. 2) Kewajiban dalam Neraca Dana Pensiun dikelompokkan atas : a) Kewajiban Aktuaria; b) Selisih Kewajiban Aktuaria; dan c) Kewajiban Diluar Kewajiban Aktuaria. Adapun contoh Laporan Neraca terdapat pada lampiran III. d. Perhitungan Hasil Usaha Perhitungan Hasil Usaha Dana Pensiun adalah laporan yang menggambarkan hasil usaha Dana Pensiun selama periode akuntansi tertentu yang mencerminkan prestasi Dana Pensiun selama periode tersebut. Perhitungan Hasil Usaha disusun berdasarkan kerangka dasar penyusunan dan penyajian Laporan Keuangan. Informasi yang harus diungkapkan dalam laporan ini meliputi : Halaman 13 dari 22 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) Pendapatan Investasi; Beban Usaha Investasi; Hasil Usaha Investasi; Beban Operasional; Pendapatan dan Beban Lain-Lain; Hasil Usaha Sebelum Pajak; Pajak Penghasilan Badan; dan Hasil Usaha Setelah Pajak. Contoh Laporan Hasil Usaha terdapat pada lampiran IV e. Laporan Arus Kas Laporan Arus Kas adalah laporan yang dapat memberikan informasi kepada pemakai Laporan Keuangan untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih dalam pengaruhnya terhadap penerimaan dan penggunaan kas, sebagai dasar untuk menilai kemampuan Dana Pensiun dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan Dana Pensiun untuk menggunakan kas tersebut. Laporan Arus Kas Dana Pensiun dibuat dengan menggunakan metode langsung dan melaporkan arus kas selama satu periode akuntansi dan diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Arus Kas dari Aktivitas Investasi; 2) Arus Kas dari Aktivitas Operasional; 3) Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan. Contoh Laporan Arus Kas terdapat lampiran V f. Catatan Atas Laporan Keuangan Catatan Atas Laporan Keuangan merupakan bagian dari Laporan Keuangan utama yang berisi informasi penting dan penjelasan atas akun-akun yang disajikan dalam Laporan Keuangan utama, sehingga pemakai Laporan Keuangan mempunyai informasi yang lengkap mengenai keseluruhan Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan mencakup informasi sebagai berikut : 1) Penjelasan mengenai program pensiun serta perubahan yang terjadi selama periode laporan, antara lain : a) Awal Pembentukan Dana Pensiun, Nama Pengurus, Dewan Pengawas Dana Pensiun; b) Nama Pendiri dan Mitra Pendiri yang mengungkapkan nama dan kategori industri dari Pendiri dan Mitra Pendiri; Halaman 14 dari 22 c) Nama Dana Pensiun, Nomor dan tanggal pengesahan dari Menteri Keuangan serta Jenis Program Pensiun (PPMP atau PPIP); d) Penjelasan perubahan Peraturan Dana Pensiun yang terjadi selama e) f) g) h) i) periode laporan termasuk pokok-pokok perubahan peraturan yang dimaksud (bila ada); Kelompok karyawan yang menjadi peserta program pensiun; Jumlah Peserta Aktif dan Pasif Program Pensiun ; Iuran Pemberi Kerja dan Iuran Peserta (jika ada); Penjelasan mengenai Manfaat Pensiun yang dijanjikan;dan Penjelasan mengenai rencana pembubaran program pensiun (jika besar kemungkinan terjadi). 2) Penjelasan singkat mengenai kebijakan akuntansi yang penting, antara lain: a) Dasar pengukuran dan penyusunan Laporan Keuangan diukur berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku atau PSAK; b) Dasar penyusunan Laporan Keuangan adalah dasar akrual kecuali untuk Laporan Kas; c) Kebijakan Penyusutan Aktiva Tetap; d) Kebijakan yang berkaitan dengan perlakuan instrumen investasi misalnya obligasi, saham dan bangunan; e) Kebijakan pengakuan pendapatan; f) Kebijakan pengakuan beban termasuk metode penyusutannya; g) Kebijakan penjabaran mata uang asing termasuk nilai kurs yang digunakan; h) Penentuan materialitas akun; dan i) Kebijakan pelunasan defisit. 3) Penjelasan mengenai kebijakan pendanaan, yang mengungkapkan antara lain: a) Penjelasan umum yang berisi ikhtisar demografi peserta, perhitungan manfaat pensiun, dan kebijakan Pendiri dalam rangka pendanaan; b) Valuasi aktuaria terakhir yang berisi nama aktuaris, tanggal valuasi aktuaria, asumsi aktuaria, metode penilaian, nilai kewajiban aktuaria dan kewajiban solvabilitas, besar iuran dan amortisasi defisit. 4) Penjelasan mengenai kebijakan investasi yang menjelaskan jenis investasi yang diperkenankan, sasaran hasil investasi, dan penggunaan tenaga ahli (Fund Manager); 5) Penjelasan mengenai transaksi afiliasi dan sifatnya, diungkapkan transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan afiliasi langsung maupun tidak langsung dengan pengurus, Dewan Pengawas, Pendiri, Mitra Pendiri, atau Penerima Titipan; Halaman 15 dari 22 6) Penjelasan per akun dalam Laporan Keuangan yang diungkapkan pada tiap tiap akun yang dapat mempengaruhi pembaca dalam pengambilan keputusan. Akun yang harus dijelaskan adalah akun-akun yang bernilai material, kecuali dinyatakan lain. Apabila dalam penjelasan tiap akun terdapat pengungkapan rincian akun yang tidak material maka pengungkapan rincian akun tersebut dapat dilakukan dengan mengelompokannya berdasarkan jenis dan sifat yang sama; 7) Penjelasan mengenai kekayaan mengungkapkan hal sebagai berikut : untuk pendanaan yang a) Rincian kekayaan dalam sengketa atau diblokir oleh pihak yang berwenang; b) Iuran, baik sebagian atau seluruhnya yang pada tanggal perhitungan aktuaria belum disetor ke Dana Pensiun lebih dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal jatuh tempo; dan c) Kekayaan yang ditempatkan di luar negeri dan jenis kekayaan yang dikategorikan sebagai piutang lain-lain dan aktiva lain-lain. 8) Penjelasan mengenai Mitra Pendiri yang mengungkapkan nama dan kategori industri Mitra Pendiri yang terdaftar dalam Peraturan Dana Pensiun selama periode yang dilaporkan. 2. Periode Akuntansi Tahun Buku Dana Pensiun adalah mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember dalam tahun yang bersangkutan. Laporan Keuangan Dana Pensiun disusun secara berkala dan dilaporkan kepada pihak – pihak terkait yang diatur dalam peraturan Dana Pensiun serta pihak lain yang relevan setelah dilakukan pemeriksaan oleh Auditor Independen atau Kantor Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Dewan Pengawas. 3. Materialitas Dalam Laporan Keuangan Dana Pensiun, akun-akun material disajikan dalam laporan sesuai dengan format standar yang berlaku. Jika terdapat akun material yang tidak dicantumkan sebagai akun dari format standar maka akun tersebut disajikan sebagai subakun dari akun yang fungsi dan jenis akunnya sama dengan memberikan pengungkapan yang wajar dalam catatan atas Laporan Keuangan. Halaman 16 dari 22 Jika akun material tersebut tetap tidak dapat diketegorikan ke dalam salah satu akun yang tersedia dalam format standar karena perbedaan fungsi dan jenis, maka akun tersebut disajikan dengan pengungkapan yang wajar dalam catatan atas Laporan Keuangan. Akun yang nilainya tidak meterial disajikan dalam akun yang tersedia dalam Format Standar. 4. Mata Uang a. Pelaporan 1) Dalam Laporan Keuangan Dana Pensiun, mata uang pelaporan yang digunakan adalah mata uang Indonesia yaitu Rupiah. 2) Transaksi dalam valuta asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi (kurs transaksi/kurs aktual). 3) Pada tanggal neraca, Aktiva dan atau Kewajiban dalam valuta asing dilaporkan dalam satuan Rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Apabila terdapat kesulitan menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat menggunakan kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif. 5. Selisih Kurs Selish Kurs timbul jika terdapat perubahan kurs antara tanggal transaksi dengan tanggal penyelesaian (settlement date) dari transaksi dalam mata uang asing. Jika timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka selisih kurs diakui dalam periode tersebut sebagai laba atau rugi dalam laporan Hasil Usaha. Jika timbulnya dan penyelesaian suatu transaksi berada dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan perubahan kurs untuk masing-masing periode. Untuk jenis Aktiva Investasi, jika terdapat selisih kurs yang timbul akibat perubahan kurs pada tanggal penempatan investasi dan kurs pada tanggal pelaporan, maka selisih tersebut diakui sebagai Selisih Penilaian Investasi bukan sebagai laba atau rugi selisih kurs. Pengakuan selisih kurs sebagai laba atau rugi dilakukan pada saat realisasi pencairan valuta asing tersebut ke dalam Rupiah. Halaman 17 dari 22 6. Transaksi Hubungan Istimewa Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah: a) Perusahaan baik langsung maupun melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, atau dikendalikan oleh atau berada di bawah pengendalian bersama dengan Dana Pensiun; b) Perusahaan Asosiasi; c) Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di Dana Pensiun yang berpengaruh secara signifikan dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut yang mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan Dana Pensiun; d) Karyawan kunci yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan. memimpin dan mengendalikan kegiatan Dana Pensiun; e) Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir 6 c) atau 6 d), atau setiap pihak yang mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat bunga atau harga, persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga, diungkapkan dalam Laporan Keuangan. 7. Pengukuran Unsur Laporan Keuangan Pengukuran adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukan setiap unsur Laporan Keuangan dalam neraca dan laporan laba rugi. Proses ini menyangkut pemilihan dasar pengukuran tertentu. Sejumlah dasar pengukuran yang berbeda digunakan dalam derajat dan kombinasi yang berbeda dalam Laporan Keuangan. Berbagai dasar pengukuran tersebut adalah sebagai berikut : a. Biaya Historis Aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas (atau secara kas) yang dibayar atau sebesar nilai, wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar dari kewajiban, atau dalam keadaan tertentu (misalnya pajak penghasilan), dalam jumlah kas (atau secara kas) yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal. Halaman 18 dari 22 b. Biaya Kini Aktiva dinilai dalam jumlah kas (atau setara kas) yang seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau secara aktiva diperoleh sekarang. Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban sekarang. c. Nilai Realisasi / Penyelesaian Aktiva dinyatakan dalam jumlah kas (atau setara kas) yang dapat diperoleh sekarang dengan menjual aktiva dalam pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian; yaitu jumlah kas (atau setara kas) yang tidak didiskontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal. d. Nilai Sekarang Aktiva dinvatakan sebesar arus kas masuk bersih dimasa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat memberikan dalam pelakasanaan usaha normal. Dasar pengukuran yang lazim digunakan perusahaan dalam penyusunan Laporan Keuangan adalah biaya historis. Ini biasanya digabungkan dengan dasar pengukuran yang lain. Misalnya persediaan biasanya dinyatakan sebesar nilai terendah biaya historis atau nilai realisasi bersih, akuntansi Dana Pensiun menilai aktiva tertentu berdasarkan nilai wajar. Halaman 19 dari 22 PEDOMAN TATA KELOLA PEDOMAN AKUNTANSI Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : BAB III: SISTEMATIKA KODE AKUN DANA PENSIUN XYZ A. MAJOR CODE Merupakan identifikasi kode rekening pada satu digit pertama kode rekening yang terdiri dari : MAJOR CODE 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 KETERANGAN INVESTASI AKTIVA LANCAR DILUAR INVESTASI AKTIVA OPERASIONAL SELISIH KEWAJIBAN AKTUARIA KEWAJIBAN AKTUARIA KEWAJIBAN JANGKA PENDEK PENDAPATAN INVESTASI BEBAN INVESTASI BEBAN OPERASIONAL BEBAN DAN PENDAPATAN LAIN - LAIN B. MINOR CODE Merupakan identifikasi kode rekening pada dua digit pertama kode rekening yang terdiri dari : MINOR CODE 00 01 02 03 04 05 06 08 09 10 KETERANGAN INVESTASI DEPOSITO ON CALL INVESTASI DEPOSITO BERJANGKA INVESTASI SAHAM INVESTASI OBLIGASI INVESTASI REKSADANA INVESTASI SURAT BERHARGA PEMERINTAH INVESTASI PENYERTAAN LANGSUNG INVESTASI TANAH & BANGUNAN SELISIH PENILAIAN INVESTASI KAS Halaman 20 dari 22 MINOR CODE 11 12 14 15 16 17 18 20 21 23 30 31 32 33 34 40 41 42 43 44 50 51 52 53 60 61 62 63 70 71 72 73 80 81 82 83 84 91 92 93 94 KETERANGAN BANK GIRO POS PIUTANG IURAN NORMAL PIUTANG IURAN TAMBAHAN BEBAN DIBAYAR DIMUKA PIUTANG HASIL USAHA PIUTANG LAIN – LAIN PERANGKAT KOMPUTER PERALATAN KANTOR AKTIVA OPERASIONAL LAINNYA SELISIH KEWAJIBAN AKTUARIA IURAN / MANFAAT PENSIUN SELISIH PENILAIAN KEMBALI SISA HASIL USAHA TAHUN LALU AKTIVA LAIN – LAIN KEWAJIBAN AKTUARIA PERHITUNGAN AKTUARIS PERHITUNGAN IURAN PENSIUN NORMAL PERHITUNGAN IUTAN MANFAAT PENSIUN PENGALIHAN KE DP LAIN PENGALIHAN DARI DP LAIN HUTANG MANFAAT PENSIUN JATUH TEMPO PENDAPATAN DITERIMA DIMUKA BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR KEWAJIBAN JANGKA PENDEK LAINNYA PENDAPATAN BUNGA PENDAPATAN DEVIDEN PENDAPATAN SEWA PENDAPATAN LABA RUGI PELEPASAN BEBAN TRANSAKSI BEBAN PEMELIHARAAN TANAH & BANGUNAN BEBAN PENYUSUTAN BEBAN MANAGER INVESTASI BEBAN GAJI PENGURUS & PEKERJA BEBAN KANTOR BEBAN PENYUSUTAN BEBAN JASA PIHAK KETIGA BEBAN OPERASIONAL LAINNYA LABA (RUGI) PENJUALAN AKTIVA LABA (RUGI) PENJUALAN AKTIVA PENDAPATAN & BEBAN DILUAR INVESTASI PAJAK - PAJAK Halaman 21 dari 22 PEDOMAN TATA KELOLA PEDOMAN AKUNTANSI BAB IV : PENUTUP Lampiran : Nomor : Berlaku tmt : Perbaikan ke : 1. Pedoman Tata Kelola Akuntansi dibuat mengacu pada perundangan, peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Regulator, serta Pedoman Induk Tata Kelola Dana Pensiun dan ketentuan lainnya yang masih berlaku terhadap pengelolaan Dana Pensiun; 2. Untuk lebih memperlancar pelaksanaan ketentuan butir 1 (satu) diatas, setiap Pelaksana harus membaca dan memahami Pedoman Tata Kelola Akuntansi; 3. Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Pedoman Tata Kelola Akuntansi, akan ditetapkan dengan keputusan Pengurus Dana Pensiun; 4. Dengan diterapkan Pedoman Tata Kelola Akuntansi diharapkan akan memberikan acuan bagi Pekerja dalam melaksanakan Pedoman Tata Kelola Akuntansi, sehingga dapat berkontribusi secara aktif, efektif dan efisien untuk mencapai tujuan dari penyelenggaraan Dana Pensiun. Jakarta, 28 Desember 2007 DANA PENSIUN XYZ PENGURUS, Presiden Direktur Direktur Keuangan & Investasi Direktur Administrasi & Kepensiunan Halaman 22 dari 22