departemen keuangan republik indonesia direktorat jenderal

advertisement
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN
SALINAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN
NOMOR : KEP-2345/LK/2003
TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN
DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN,
Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan kualitas informasi dan transparansi informasi dalam
laporan keuangan Dana Pensiun diperlukan standar untuk bentuk dan susunan
laporan keuangan tersebut;
b.
bahwa dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Keuangan Nomor
509/KMK.06/2002 tentang Laporan Keuangan Dana Pensiun, Keputusan Direktur
Jenderal Lembaga Keuangan Nomor: KEP.2959/LK/1995 tentang Bentuk dan
Susunan Laporan Keuangan Dana Pensiun perlu disempurnakan;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a dan huruf b di atas perlu
menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Keuangan Dana Pensiun;
Mengingat
: 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 37 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3477);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Pemberi Kerja
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 126 dan Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3507);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun Lembaga
Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 127 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3508);
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 509/KMK.06/2002 tentang Laporan
Keuangan Dana Pensiun;
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 2/KMK.01/2001 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan
Menteri Keuangan Nomor 316/KMK.01/2002;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN TENTANG
PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN.
Pasal 1
(1)
(2)
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (3) Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 509/KMK.06/2002 tentang Laporan Keuangan Dana
Pensiun, harus disusun sesuai dengan jenis Dana Pensiun dan karakteristik program pensiun
yang diselenggarakan masing-masing Dana Pensiun.
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa :
a. Laporan keuangan Dana Pensiun Pemberi Kerja dengan Program Pensiun Manfaat Pasti;
atau
b. Laporan keuangan Dana Pensiun Pemberi Kerja dengan Program Pensiun Iuran Pasti; atau
1
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP-2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
c. Laporan keuangan Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Pasal 2
(1)
(2)
Laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 harus disusun sesuai dengan
Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Dana Pensiun serta Format
Standar Laporan Keuangan Dana Pensiun sebagaimana dimaksud dalam Lampiran II dan
Lampiran III Keputusan Direktur Jenderal ini.
Dalam hal Pedoman Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Dana Pensiun serta
Format Standar Laporan Keuangan Dana Pensiun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak
mengatur secara khusus hal penyajian atau pengungkapan transaksi atau peristiwa tertentu,
penyusunan laporan keuangan harus dilakukan dengan mengacu pada Panduan Umum
Penyusunan Laporan Keuangan Dana Pensiun sebagaimana dimaksud dalam Lampiran I
Keputusan Direktur Jenderal ini.
Pasal 3
(1)
(2)
(3)
Keputusan Direktur Jenderal ini wajib diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan untuk
tahun buku 2003 dan selanjutnya.
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor KEP-2959/LK/1995 tentang Bentuk
dan Susunan Laporan Keuangan Dana Pensiun tidak berlaku untuk tahun buku 2003 dan
selanjutnya.
Laporan keuangan Dana Pensiun yang mencakup bagian dari tahun buku 2003, yang disusun
sebelum tanggal ditetapkannya Keputusan Direktur Jenderal ini untuk disampaikan kepada
Menteri Keuangan, wajib disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dalam Keputusan Direktur
Jenderal ini.
Pasal 4
Keputusan Direktur Jenderal ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di
pada tanggal
: Jakarta
: 14 April 2003
DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN
Ttd.
DARMIN NASUTION
NIP 130405098
2
Lampiran I
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
PANDUAN UMUM PENYUSUNAN
LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN
1. Tujuan penyusunan laporan keuangan Dana Pensiun adalah menyediakan informasi mengenai
posisi keuangan, perubahan posisi keuangan, dan kinerja keuangan Dana Pensiun serta
informasi keuangan lainnya yang bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan dengan
Dana Pensiun, khususnya pemberi kerja, peserta, pengurus, dewan pengawas, dan pemerintah,
dalam pengambilan keputusan.
2. Asumsi dasar dalam penyusunan laporan keuangan :
a. Dasar akrual
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui dan dicatat dalam catatan akuntansi pada saat
kejadian (bukan pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar) serta dilaporkan
dalam laporan keuangan untuk periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang
disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi
masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban
pembayaran kas di masa depan serta sumber daya yang merepresentasikan penerimaan kas
di masa depan.
b. Kelangsungan usaha
Laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi bahwa Dana Pensiun akan melanjutkan
kegiatannya di masa depan. Dalam hal laporan keuangan disusun untuk tujuan tertentu,
seperti pembubaran, asumsi yang berbeda dapat digunakan tetapi harus diungkapkan.
3. Untuk dapat memberikan informasi bagi semua pihak yang berkepentingan dengan Dana
Pensiun dalam pengambilan keputusan, maka laporan keuangan harus memenuhi empat
karakteristik kualitatif pokok, yaitu :
a. Dapat dipahami
Informasi dalam laporan keuangan Dana Pensiun harus mudah dipahami oleh pemakai
yang berpengetahuan memadai tentang aktivitas ekonomi, bisnis, dan akuntansi atau
memiliki keinginan untuk memahami informasi dalam laporan keuangan Dana Pensiun
dengan ketekunan yang wajar.
b. Relevan
Informasi yang disajikan harus relevan dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan.
Informasi yang memiliki kualitas relevan dapat membantu pemakai untuk mengevaluasi
peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi hasil
evaluasi mereka di masa lalu.
Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Karena itu setiap
informasi yang dapat mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pemakai dengan dasar
laporan keuangan, harus dicantumkan dalam laporan keuangan. Keseragaman informasi
minimal yang dipersyaratkan oleh Keputusan Direktur Jenderal ini tidak menghalangi
Dana Pensiun untuk memberikan informasi yang relevan bagi pemakai sesuai dengan
kondisi masing-masing Dana Pensiun.
c. Keandalan
Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan
material, dan dapat diandalkan pemakainya.
Jika informasi dalam laporan keuangan Dana Pensiun dimaksudkan untuk menyajikan
secara jujur transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka peristiwa
tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan
bukan hanya menurut bentuk hukumnya. Substansi transaksi atau peristiwa lain tidak
selalu konsisten dengan apa yang tampak dari bentuk hukum.
Agar dapat diandalkan, informasi dalam laporan keuangan harus lengkap dalam batasan
materialitas dan biaya.
d. Dapat dibandingkan
3
Lampiran I
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
Pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa lain harus
dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu dengan penyajian secara komparatif antar
periode laporan keuangan.
4. Laporan keuangan Dana Pensiun terdiri dari :
a. Laporan Aktiva Bersih;
b. Laporan Perubahan Aktiva Bersih;
c. Neraca;
d. Perhitungan Hasil Usaha;
e. Laporan Arus Kas; dan
f. Catatan atas Laporan Keuangan.
5. Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku umum di Indonesia tetap berlaku dalam
penyusunan laporan keuangan Dana Pensiun, sepanjang tidak diatur secara khusus dalam
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tentang Akuntansi Dana Pensiun. Ketentuan
dalam Keputusan Direktur Jenderal ini, yang mengatur lebih rinci dibandingkan dengan
ketentuan PSAK, tetap harus diikuti oleh pengurus dalam penyusunan laporan keuangan Dana
Pensiun.
4
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN
I.
PEDOMAN UMUM
A
TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN
1
Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana Pensiun.
B PERIODE PELAPORAN
2
Laporan keuangan Dana Pensiun disusun secara semesteran dan tahunan. Laporan keuangan
semesteran meliputi semester I (1 Januari – 30 Juni) dan semester II (1 Juli – 31 Desember)
dalam satu tahun buku.
3
Laporan keuangan Dana Pensiun mungkin menyajikan periode yang lebih pendek dari
periode semesteran ataupun tahunan, seperti dalam hal penyusunan laporan keuangan
pertama kali dalam rangka pengesahan Dana Pensiun atau karena penggabungan Dana
Pensiun. Dalam hal yang demikian, Dana Pensiun harus mengungkapkan alasan penggunaan
periode yang berbeda dengan periode semesteran atau tahunan.
C MATA UANG PELAPORAN
4
Mata uang yang digunakan dalam pelaporan adalah Rupiah.
5
Transaksi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya
transaksi.
6
Transaksi dalam mata uang asing dilaporkan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan
kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
7
Selisih kurs pada akun yang tidak diklasifikasikan sebagai investasi, yang timbul karena
perbedaan kurs di antara tanggal perolehan dan tanggal pelepasan atau neraca disajikan
sebagai bagian dari perhitungan hasil usaha Dana Pensiun.
8
Selisih kurs investasi yang timbul karena perbedaan kurs antara tanggal perolehan dan
tanggal neraca pada prinsipnya merupakan penyesuaian terhadap nilai wajar yang harus
disajikan sebagai selisih penilaian investasi. Selisih kurs investasi yang timbul karena roll
over, disajikan sebagai bagian dari selisih penilaian investasi.
9
Nilai setiap akun dibulatkan ke dalam rupiah penuh.
D PENYAJIAN SECARA WAJAR
10 Laporan keuangan harus menyajikan secara wajar aktiva bersih Dana Pensiun, neraca,
perubahan aktiva bersih, perhitungan hasil usaha dan arus kas dengan disertai pengungkapan
yang memadai dalam catatan atas laporan keuangan.
11 Perubahan estimasi akuntansi
Suatu estimasi direvisi jika ada perubahan kondisi yang mendasari estimasi tersebut, atau
karena adanya informasi baru. Dampak perubahan harus diperlakukan secara prospektif.
12 Perubahan kebijakan akuntansi
Perubahan kebijakan akuntansi dilakukan apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang
berbeda diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan di bidang Dana Pensiun atau standar
akuntansi keuangan yang berlaku. Dampak perubahan tersebut harus diperlakukan secara
retrospektif pada periode yang diperbandingkan.
13 Kesalahan mendasar
5
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam
penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta, dan kecurangan atau kelalaian.
Dampak perubahan akibat koreksi atas kesalahan mendasar harus diperlakukan secara
retrospektif dengan melakukan pengungkapan kembali untuk periode yang telah disajikan
sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum periode sajian sebagai suatu
penyesuaian saldo awal periode berikutnya. Pengecualian dilakukan apabila hal tersebut
dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain.
E KONSISTENSI PENYAJIAN
14 Penyajian dan klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan Dana Pensiun antar periode
harus konsisten kecuali perubahan tersebut dipersyaratkan oleh peraturan perundangundangan di bidang Dana Pensiun atau PSAK.
15 Apabila penyajian atau klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan diubah, penyajian
periode sebelumnya direklasifikasi untuk memastikan daya banding. Sifat, jumlah, dan alasan
reklasifikasi harus diungkapkan. Apabila reklasifikasi tersebut tidak praktis dilakukan maka
alasannya harus diungkapkan.
16 Dalam pengungkapan tidak diperkenankan menggunakan frasa kualitatif seperti “sebagian”
untuk menjelaskan bagian suatu kuantitas. Pengungkapan kuantitatif harus dilakukan dengan
mencantumkan jumlah atau persentase.
17 Akun-akun dalam Format Standar Laporan Keuangan Dana Pensiun sebagaimana dimaksud
dalam lampiran III (selanjutnya disebut Format Standar) yang memiliki saldo nihil tetap
harus dicantumkan dengan memberi garis pendek (-) pada akun yang bersangkutan.
F MATERIALITAS
18 Akun yang material disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan Format Standar.
19 Akun yang material namun tidak dicantumkan sebagai akun dari Format Standar harus
disajikan sebagai subakun dalam akun yang terdapat pada Format Standar, dengan
memperhatikan kesamaan fungsi dan jenis dari akun tersebut, dengan pengungkapan yang
wajar dalam catatan atas laporan keuangan. Namun, apabila tetap tidak dapat dikategorikan
ke dalam salah satu akun yang tersedia karena fungsi dan jenis akun yang sama sekali
berbeda, akun tersebut disajikan tersendiri dengan pengungkapan yang wajar dalam catatan
atas laporan keuangan.
20 Akun yang nilainya tidak material harus disajikan dalam akun yang tersedia dalam Format
Standar.
G
INFORMASI KOMPARATIF
21 Informasi kuantitatif harus disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya. Laporan
keuangan tahunan disajikan secara perbandingan untuk dua tahun buku terakhir. Laporan
keuangan semesteran disajikan secara perbandingan dengan periode semester sebelumnya.
Perlakuan akuntansi untuk laporan keuangan semesteran sama dengan laporan keuangan
tahunan.
22 Khusus untuk penyajian laporan keuangan semester I tahun 2003, dapat dilakukan tanpa
membandingkan dengan periode semester sebelumnya.
23 Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan keuangan periode
sebelumnya diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan
periode berjalan.
II. PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN
A. NERACA
6
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
24 Neraca adalah laporan yang menggambarkan posisi keuangan pada saat tertentu. Sehubungan
dengan pengertian tersebut, neraca Dana Pensiun harus dapat menggambarkan secara jelas
aset dan kewajiban Dana Pensiun. Komponen aset dan kewajiban disajikan berdasarkan
urutan materialitas.
25 Bagi Dana Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP), neraca
Dana Pensiun memuat posisi aset, kewajiban aktuaria, selisih kewajiban aktuaria, dan
kewajiban di luar kewajiban aktuaria. Selisih kewajiban aktuaria mencerminkan akun untuk
penyesuaian nilai kewajiban aktuaria dan perubahan aktiva bersih Dana Pensiun. Bagi Dana
Pensiun yang menyelenggarakan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP), neraca Dana Pensiun
memuat posisi aset, kewajiban manfaat pensiun, kewajiban di luar kewajiban manfaat
pensiun, dan pendapatan yang belum direalisasi .
26 Akun dalam neraca disajikan sebagai berikut
INVESTASI
27 Investasi adalah bagian dari aset Dana Pensiun yang digunakan untuk meningkatkan aset
melalui distribusi hasil investasi. Peningkatan aset melalui investasi dimaksudkan untuk
dapat memenuhi kewajiban Dana Pensiun dalam membayar manfaat pensiun ataupun
untuk membiayai operasional Dana Pensiun.
28 Investasi harus disajikan terpisah menurut jenisnya sesuai dengan Format Standar.
29 Akun deposito on call merupakan akun untuk menyajikan nilai deposito pada bank yang
dapat ditarik sewaktu-waktu.
30 Akun deposito berjangka adalah akun untuk menyajikan nilai deposito pada bank yang
memiliki jangka waktu jatuh tempo tertentu.
31 Akun sertifikat deposito merupakan akun untuk menyajikan nilai deposito pada bank
dengan jangka waktu dan bunga tertentu, yang bilyetnya dapat diperjualbelikan atas
unjuk.
32 Akun Sertifikat Bank Indonesia merupakan akun untuk menyajikan nilai investasi pada
surat berharga atas unjuk yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia.
33 Akun unit penyertaan reksadana merupakan akun untuk menyajikan nilai investasi pada
reksadana.
34 Akun saham dan akun obligasi merupakan akun untuk menyajikan nilai investasi pada
saham dan obligasi yang dimiliki Dana Pensiun yang diperdagangkan di bursa efek.
35 Akun surat berharga pemerintah merupakan akun untuk menyajikan nilai investasi Dana
Pensiun pada surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam mata uang rupiah
maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan pokoknya oleh Negara
Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
36 Akun unit penyertaan investasi kolektif dimaksudkan untuk menyajikan investasi Dana
Pensiun dalam bentuk portofolio investasi kolektif selain reksadana yang dimiliki Dana
Pensiun dalam bentuk unit penyertaan.
37 Akun penempatan langsung dimaksudkan untuk menyajikan investasi Dana Pensiun
dalam bentuk surat berharga yang berupa saham yang diterbitkan oleh badan hukum yang
tidak tercatat di bursa efek.
38 Akun surat pengakuan utang dimaksudkan untuk menyajikan investasi Dana Pensiun
dalam bentuk surat berharga yang berupa pengakuan utang oleh badan hukum yang tidak
tercatat di bursa efek dengan pembayaran bunga dan pokoknya sesuai dengan masa
berlakunya.
7
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
39 Akun tanah, Akun bangunan, dan akun tanah dan bangunan dimaksudkan untuk
menyajikan investasi Dana Pensiun dalam bentuk tanah, bangunan, atau tanah dan
bangunan.
40 Akun investasi lain yang diperkenankan dimaksudkan untuk menampung jenis investasi
yang diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan di luar yang telah dirinci dengan
mencantumkan nama dari jenis investasi dimaksud sebagai akun tersendiri.
41 Pengklasifikasian akun obligasi dan akun surat berharga pemerintah didasarkan pada
klasifikasi “dimiliki hingga jatuh tempo”, “diperdagangkan”, “tersedia untuk dijual”, dan
“jatuh tempo kurang dari satu tahun” (untuk akun surat berharga pemerintah).
42 Dana Pensiun tidak dapat mengklasifikasikan obligasi dan surat berharga pemerintah ke
dalam kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo” jika Dana Pensiun mempunyai maksud
untuk memilikinya untuk periode yang tidak ditentukan. Oleh karena itu akun-akun
tersebut tidak dapat diklasifikasikan ke dalam kelompok ini jika Dana Pensiun bermaksud
menjual, misalnya, untuk menghadapi :
a. perubahan tingkat bunga pasar dan perubahan yang berhubungan dengan risiko
sejenis;
b. kebutuhan likuiditas;
c. perubahan dalam ketersediaan dan hasil investasi alternatif;
d. perubahan dalam sumber pendanaan perusahaan dan persyaratannya;
e. perubahan dalam risiko mata uang asing.
43 Akun obligasi dan akun surat berharga pemerintah yang tidak diklasifikasikan ke dalam
“dimiliki hingga jatuh tempo” harus diklasifikasikan ke dalam salah satu kelompok
berikut ini dan diukur sebesar nilai wajarnya dalam neraca dan laporan aktiva bersih :
a. Kelompok “diperdagangkan”. Obligasi dan surat berharga pemerintah yang dibeli dan
dimiliki untuk dijual kembali dalam waktu dekat harus diklasifikasikan ke dalam
kelompok “diperdagangkan”. Kelompok ini biasanya menunjukkan frekuensi
pembelian dan penjualan yang sangat sering dilakukan. Efek ini dimiliki dengan
tujuan untuk menghasilkan laba dari perbedaan harga jangka pendek;
b. Kelompok “tersedia untuk dijual”. Obligasi dan surat berharga pemerintah yang tidak
diklasifikasikan ke dalam kelompok “diperdagangkan” dan ke dalam kelompok
“dimiliki hingga jatuh tempo”, harus diklasifikasikan ke dalam kelompok “tersedia
untuk dijual”.
44 Pemindahan antar kelompok obligasi dan surat berharga pemerintah, dari dan ke
kelompok “dimiliki hingga jatuh tempo”, “diperdagangkan” dan “tersedia untuk dijual”
dicatat sebesar nilai wajarnya. Perbedaan nilai wajar dan nilai historis pada saat
pemindahan kelompok dari “tersedia untuk dijual” ke kelompok “dimiliki hingga jatuh
tempo” diamortisasi selama masa manfaat investasi tersebut dengan cara yang konsisten
dengan amortisasi premi dan diskonto.
45 Setiap jenis investasi dinilai berdasarkan nilai historis dengan ditentukan pula nilai
wajarnya;
Nilai historis yang disajikan untuk setiap jenis investasi adalah sebesar harga perolehan
(harga beli ditambah dengan biaya yang terjadi dalam transaksi pembelian);
Akun bangunan atau akun tanah dan bangunan disajikan dengan memisahkan harga
perolehan dikurangi akumulasi penyusutan bangunan atau hanya menggunakan harga
perolehan apabila investasi dimaksudkan untuk dijual;
Selisih antara nilai historis dan nilai wajar disajikan dalam akun selisih penilaian investasi.
8
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
SELISIH PENILAIAN INVESTASI
46 Selisih penilaian investasi adalah akun untuk menampung adanya selisih akibat perbedaan
dasar penilaian antara harga perolehan/nilai buku dengan nilai wajar.
47 Selisih antara nilai wajar dan nilai historis disajikan sebagai :
i. Mendebit (mengkredit) akun selisih penilaian investasi, apabila terdapat selisih positif
(negatif); dan
ii. Mengkredit (mendebit) akun selisih kewajiban aktuaria, untuk Dana Pensiun yang
menyelenggarakan PPMP, atau mengkredit (mendebit) akun pendapatan yang belum
direalisasi, untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPIP;
iii. Akun selisih penilaian investasi akan di offset apabila investasi bersangkutan
dijual/dilepas.
AKTIVA LANCAR DI LUAR INVESTASI
48 Aktiva lancar di luar investasi disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan Format
Standar.
49 Kas dan Bank
Akun kas dan bank meliputi: (a) uang tunai, (b) rekening giro, dan (c) tabungan.
50 Piutang Iuran
i.
Piutang iuran merupakan iuran yang sudah jatuh tempo tetapi belum diterima Dana
Pensiun pada tanggal neraca;
ii. Piutang iuran harus dipisahkan antara iuran normal peserta, iuran normal pemberi
kerja, dan iuran tambahan (PPMP);
iii. Akun ini tidak terdapat pada laporan keuangan Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK).
51 Piutang Bunga Keterlambatan Iuran
Piutang bunga keterlambatan iuran merupakan bunga atas keterlambatan iuran yang telah
jatuh tempo tetapi belum diterima Dana Pensiun pada tanggal neraca.
52 Piutang Investasi
Piutang investasi adalah piutang yang timbul karena pelepasan investasi Dana Pensiun dan
belum diterima pembayarannya.
53 Piutang Hasil Investasi
Piutang hasil investasi adalah pendapatan dari Dana Pensiun yang sudah jatuh tempo pada
tanggal neraca dan belum diterima pembayarannya.
54 Beban Dibayar Dimuka
Beban dibayar dimuka adalah semua biaya-biaya yang belum jatuh tempo tetapi sudah
dilakukan pembayaran.
55 Piutang Lain-lain
Piutang lain-lain adalah piutang yang tidak dapat dimasukkan ke dalam akun piutang yang
disebutkan di atas yang dapat diklasifikasikan sebagai aktiva lancar.
AKTIVA OPERASIONAL
9
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
56 Aktiva operasional adalah aset yang digunakan sebagai penunjang kegiatan usaha Dana
Pensiun.
57 Aktiva operasional disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan Format Standar.
58 Aktiva operasional disajikan di neraca berdasarkan harga perolehan dikurangi dengan
akumulasi penyusutan.
59 Akun ini tidak terdapat pada laporan keuangan DPLK.
AKTIVA LAIN-LAIN
60 Aktiva lain-lain adalah aset yang dimiliki Dana Pensiun selain dari kelompok investasi,
aktiva lancar di luar investasi, dan aktiva operasional.
61 Aktiva lain-lain disajikan sebesar nilai historis.
KEWAJIBAN AKTUARIA
62 Akun ini digunakan untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP.
63 Akun ini merupakan kewajiban Dana Pensiun untuk memenuhi manfaat pensiun kepada
peserta, yang jumlahnya didasarkan atas perhitungan aktuaria pada tanggal yang sama
dengan tanggal pelaporan di neraca.
64 Dalam hal tanggal valuasi aktuaria berbeda dengan tanggal neraca, jumlah kewajiban
aktuaria di neraca harus disajikan sebesar nilai kewajiban aktuaria yang diproyeksikan
sesuai tanggal neraca yang terdapat pada laporan aktuaris terakhir.
65 Sejak tanggal ditetapkannya Keputusan Direktur Jenderal ini sampai dengan dilakukannya
valuasi aktuaria berikutnya, apabila tidak terdapat kewajiban aktuaria yang diproyeksikan
sesuai tanggal neraca, nilai kewajiban aktuaria dibukukan sebesar nilai kewajiban aktuaria
berdasarkan valuasi aktuaria terakhir, ditambah dengan iuran normal, dan dikurangi
dengan manfaat pensiun yang sudah jatuh tempo (sejak perhitungan aktuaria terakhir
sampai dengan tanggal neraca).
KEWAJIBAN MANFAAT PENSIUN
66 Akun ini digunakan untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPIP.
67 Akun ini merupakan jumlah yang sudah jatuh tempo dari :
a. Iuran pemberi kerja dan peserta;
b. Hasil usaha;
c. Pengalihan dana dari Dana Pensiun lain;
d. Pengalihan dana dari DPPK atau pemberi kerja (khusus DPLK);
e. Dikurangi pengalihan dana ke Dana Pensiun lain;
f.
Dikurangi penarikan iuran (khusus DPLK);
g. Dikurangi manfaat pensiun.
68 Khusus untuk DPLK, kewajiban manfaat pensiun disajikan dalam laporan keuangan
secara terperinci sesuai dengan Format Standar.
KEWAJIBAN DI LUAR KEWAJIBAN AKTUARIA ATAU KEWAJIBAN DI LUAR
KEWAJIBAN MANFAAT PENSIUN
69 Kewajiban di luar kewajiban aktuaria adalah kewajiban Dana Pensiun yang
menyelenggarakan PPMP yang harus dipenuhi sehubungan dengan aktivitas investasi,
operasional ataupun pendanaan Dana Pensiun.
10
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
70 Kewajiban di luar kewajiban manfaat pensiun adalah kewajiban Dana Pensiun yang
menyelenggarakan PPIP yang harus dipenuhi sehubungan dengan aktivitas investasi,
operasional ataupun pendanaan Dana Pensiun.
71 Kewajiban di luar kewajiban aktuaria atau kewajiban di luar kewajiban manfaat pensiun
disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan Format Standar.
72 Utang investasi
Utang investasi merupakan utang yang timbul karena pembelian investasi yang telah jatuh
tempo tetapi belum dibayar.
73 Utang Manfaat Pensiun Jatuh Tempo
Utang manfaat pensiun jatuh tempo merupakan utang atas manfaat pensiun yang telah
jatuh tempo tetapi belum dibayar.
74 Pendapatan Diterima di Muka
Pendapatan diterima di muka merupakan pendapatan usaha Dana Pensiun yang diterima di
muka tetapi belum jatuh tempo.
75 Beban yang Masih Harus Dibayar
Beban yang masih harus dibayar merupakan beban yang sudah jatuh tempo tetapi belum
dibayar.
76 Kewajiban di luar kewajiban aktuaria lain atau kewajiban di luar kewajiban manfaat
pensiun lain merupakan kewajiban di luar kewajiban aktuaria atau kewajiban manfaat
pensiun yang tidak termasuk dalam kewajiban di atas, termasuk penerimaan DPLK atas
biaya penyelenggaraan (fee) yang belum disetorkan ke Pendiri.
PENDAPATAN YANG BELUM DIREALISASI
77 Akun ini digunakan untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPIP.
78 Akun ini digunakan untuk mencatat selisih penilaian atas nilai wajar investasi dengan
harga perolehan/harga buku pada tanggal neraca (akun lawan dari selisih penilaian
investasi).
79 Akun ini akan bertambah jika terdapat kenaikan nilai wajar investasi selama periode
laporan.
80 Akun ini akan berkurang, jika terdapat penurunan nilai wajar investasi atau terdapat
penjualan/pelepasan investasi selama periode laporan.
SELISIH KEWAJIBAN AKTUARIA
81 Digunakan untuk Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP.
82 Selisih kewajiban aktuaria harus disajikan sebesar kenaikan (penurunan) aktiva bersih
ditambah (dikurang) penyesuaian nilai kewajiban aktuaria.
83 Penyesuaian nilai kewajiban aktuaria disajikan sebesar selisih antara kewajiban aktuaria
dalam laporan keuangan terakhir dengan kewajiban aktuaria dalam laporan keuangan
periode sebelumnya.
B PERHITUNGAN HASIL USAHA
84 Perhitungan hasil usaha adalah laporan yang menggambarkan hasil usaha Dana Pensiun selama
periode tertentu yang mencerminkan hasil prestasi pengurus Dana Pensiun pada periode yang
bersangkutan. Agar dapat memberikan informasi yang jelas, perhitungan hasil usaha harus :
a. disajikan secara terinci unsur pendapatan dan beban;
b. dipisahkan antara kegiatan investasi dan kegiatan di luar investasi.
11
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
85 Akun dalam perhitungan hasil usaha disajikan sebagai berikut
PENDAPATAN INVESTASI
86
Pendapatan investasi adalah peningkatan jumlah aset atau penurunan kewajiban Dana
Pensiun yang timbul dari kegiatan investasi dalam satu periode tertentu. Pendapatan
investasi harus dirinci berdasarkan jenis pendapatannya.
87
Pendapatan bunga merupakan jumlah pendapatan bunga jatuh tempo dalam periode
laporan, yang berasal dari berbagai jenis investasi yang diperkenankan oleh peraturan
perundang-undangan di bidang Dana Pensiun, baik yang sudah diterima maupun yang
belum diterima pembayarannya. Pendapatan bunga diakui sejalan dengan berlakunya
waktu, dimulai sejak saat aset tersebut ditempatkan.
88
Pendapatan dividen merupakan pendapatan dividen jatuh tempo dalam periode laporan,
yang berasal dari berbagai jenis investasi yang diperkenankan oleh peraturan
perundang-undangan di bidang Dana Pensiun, baik yang sudah diterima maupun yang
belum diterima pembayarannya. Pendapatan dividen diakui pada saat dividen tersebut
ditetapkan sebagai hak Dana Pensiun.
89
Pendapatan sewa merupakan pendapatan sewa jatuh tempo dalam periode laporan, yang
berasal dari berbagai jenis investasi yang diperkenankan oleh peraturan perundangundangan di bidang Dana Pensiun, baik yang sudah diterima maupun yang belum
diterima pembayarannya. Pendapatan sewa diakui sejalan dengan berlakunya waktu,
dimulai sejak saat digunakannya aset tersebut.
90
Laba (rugi) pelepasan investasi adalah laba atau rugi
penjualan/pelepasan investasi di atas (di bawah) nilai historis.
91
Pendapatan investasi lain adalah pendapatan investasi di luar jenis pendapatan di atas,
yang berasal dari kegiatan investasi yang diperkenankan peraturan perundangundangan.
yang
timbul
atas
BEBAN INVESTASI
92
Beban investasi adalah biaya jatuh tempo dalam periode laporan, untuk berbagai jenis
investasi yang diperkenankan oleh peraturan perundang-undangan di bidang Dana
Pensiun, baik yang sudah dibayar maupun yang belum dilakukan pembayarannya.
93
Beban investasi harus disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan Format Standar.
BEBAN OPERASIONAL
94
Beban operasional adalah biaya yang terjadi selama periode laporan dalam rangka
penyelenggaraan kegiatan Dana Pensiun selain kegiatan investasi, sesuai dengan
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Dana Pensiun.
95
Beban operasional harus disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan Format
Standar.
96
Khusus untuk DPLK, beban operasional hanya berupa biaya penyelenggaraan (fee)
yang harus dibayarkan kepada Pendiri.
PENDAPATAN DAN BEBAN LAIN-LAIN
97
12
Merupakan pendapatan dan beban yang terjadi selama periode laporan tetapi tidak
berhubungan dengan kegiatan investasi dan operasional program pensiun.
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
98
Pendapatan dan beban lain-lain harus disajikan dalam laporan keuangan sesuai dengan
Format Standar.
99
Bunga keterlambatan iuran merupakan bunga yang diakui atas keterlambatan
penerimaan iuran, baik iuran normal maupun iuran tambahan. Bunga atas keterlambatan
iuran dihitung sesuai dengan ketentuan yang berlaku di bidang Dana Pensiun.
C LAPORAN AKTIVA BERSIH
100 Laporan aktiva bersih adalah laporan yang memberikan informasi tentang jumlah kekayaan
bersih Dana Pensiun yang tersedia untuk manfaat pensiun kepada peserta. Nilai aktiva bersih
adalah jumlah kekayaan Dana Pensiun dikurangi dengan kewajiban Dana Pensiun di luar
kewajiban aktuaria/kewajiban manfaat pensiun yang belum jatuh tempo. Dalam hal Dana
Pensiun menyelenggarakan PPMP, laporan aktiva bersih harus disusun sedemikian rupa
sehingga mudah diketahui kekayaan yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan
pendanaan dan kekayaan yang tidak digunakan dalam perhitungan pendanaan.
101 Laporan aktiva bersih Dana Pensiun harus disajikan sesuai dengan Format Standar.
102 Investasi Dana Pensiun harus dinilai berdasarkan nilai wajar sebagaimana terdapat dalam
ketentuan di bidang Investasi Dana Pensiun. Penentuan nilai investasi Dana Pensiun sematamata digunakan untuk tujuan penyajian dan pengungkapan posisi kekayaan bersih Dana
Pensiun.
103 Dalam menentukan nilai penempatan langsung, Dana Pensiun dapat menggunakan nilai
appraisal atau metode ekuitas. Penetapan penggunaan dasar penilaian harus mendapat
persetujuan Pendiri atau Pendiri dan Dewan Pengawas dengan memperhatikan asas
konsistensi dan konservatisme.
104 Nilai wajar unit penyertaan investasi kolektif adalah sebesar nilai aktiva bersih untuk seluruh
unit yang dimiliki Dana Pensiun.
105 Dalam hal portofolio investasi kolektif Dana Pensiun tidak memiliki nilai aktiva bersih maka
investasi Dana Pensiun dikelompokkan dan dinilai sesuai dengan jenis investasi yang dimiliki
Dana Pensiun yang terdapat dalam portofolio investasi kolektif tersebut.
D LAPORAN PERUBAHAN AKTIVA BERSIH
106 Laporan perubahan aktiva bersih adalah laporan yang memberikan informasi tentang
perubahan atas jumlah aktiva bersih yang tersedia untuk manfaat pensiun serta menguraikan
penyebab terjadinya perubahan dalam suatu periode tertentu;
107 Dalam uraian tersebut dipisahkan antara :
-
Penyebab penambahan kekayaan Dana Pensiun, dan
-
Penyebab pengurangan kekayaan Dana Pensiun.
108 Laporan perubahan aktiva bersih harus disajikan sesuai dengan Format Standar.
E LAPORAN ARUS KAS
109 Laporan arus kas adalah laporan yang memberikan informasi kepada para pemakai laporan
keuangan untuk mengevaluasi perubahan aktiva bersih dalam pengaruhnya terhadap
penerimaan dan penggunaan kas. Agar laporan arus kas dapat menggambarkan kondisi kas
yang sejelas-jelasnya maka dalam menyusun laporan arus kas harus diklasifikasikan
berdasarkan kegiatan investasi, kegiatan operasional dan kegiatan pendanaan selama satu
periode laporan.
110 Laporan arus kas harus menggunakan metode langsung dan disajikan sesuai dengan Format
Standar.
13
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
III. PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN
Komponen utama catatan atas laporan keuangan Dana Pensiun, meliputi :
A
PENJELASAN UMUM
Dalam penjelasan umum sekurang-kurangnya diungkapkan :
111
Pengesahan Peraturan Dana Pensiun
Hal-hal yang harus diungkapkan :
-
Nomor dan tanggal awal pengesahan Peraturan Dana Pensiun oleh Menteri Keuangan;
-
Perubahan Peraturan Dana Pensiun yang terjadi selama periode termasuk pokok-pokok
perubahan peraturan dimaksud (apabila ada);
-
Apabila dianggap relevan, penjelasan terhadap perubahan Peraturan Dana Pensiun yang
terjadi sebelum periode pelaporan juga harus diungkapkan.
112
Nama dan Alamat Dana Pensiun
113
Nama Pendiri
Nama dan kategori industri dari Pendiri diungkapkan.
114
Nama Pengurus dan Dewan Pengawas Dana Pensiun
Nama seluruh pengurus dan dewan pengawas selama periode pelaporan diungkapkan. Untuk
Dewan Pengawas diuraikan pihak yang diwakilinya.
115
Jenis Program dan Jumlah Peserta
B
IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI
Dalam ikhtisar kebijakan akuntansi sekurang-kurangnya diungkapkan :
116
Dasar Pengukuran dan Penyusunan Laporan Keuangan
Dalam dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan harus dijelaskan :
117
-
Dasar pengukuran laporan keuangan berdasarkan nilai historis dan atau
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau PSAK;
nilai wajar
-
Dasar penyusunan laporan keuangan adalah dasar akrual kecuali untuk laporan arus kas.
Kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan guna memahami laporan keuangan secara benar
sekurang-kurangnya harus mengungkapkan :
-
Kebijakan pengakuan pendapatan;
-
Kebijakan pengakuan beban termasuk metode penyusutan aset berwujud;
-
Kebijakan penjabaran mata uang asing termasuk nilai kurs yang digunakan;
-
Kebijakan akuntasi sehubungan dengan terdapatnya mitra pendiri. Khusus bagi Dana
Pensiun yang menganut prinsip sharing cost wajib mengungkapkan metode distribusi
kekayaan, hasil usaha dan kewajiban kepada masing-masing pemberi kerja;
-
Penentuan tingkat materialitas suatu akun;
-
Kebijakan pelunasan defisit (bagi Dana Pensiun yang menyelenggarakan PPMP);
-
Metode pendistribusian hasil pengembangan ke setiap rekening peserta (khususnya PPIP).
C PENJELASAN MENGENAI KEBIJAKAN PENDANAAN
Dalam penjelasan mengenai kebijakan pendanaan sekurang-kurangnya diungkapkan :
14
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
118 Penjelasan Umum :
-
Ikhtisar demografi peserta;
-
Perhitungan manfaat pensiun;
-
Kebijakan pendiri dalam rangka pendanaan.
119 Valuasi Akturia Terakhir (hanya untuk PPMP) :
-
Nama aktuaris;
-
Tanggal valuasi aktuaria;
-
Asumsi aktuaria;
-
Metode penilaian;
-
Nilai kewajiban aktuaria dan kewajiban solvabilitas;
-
Besar iuran;
-
Amortisasi defisit.
D PENJELASAN MENGENAI KEBIJAKAN INVESTASI
120 Dalam penjelasan mengenai kebijakan investasi sekurang-kurangnya diungkapkan:
-
Jenis investasi yang diperkenankan;
-
Sasaran hasil investasi;
-
Penggunaan tenaga ahli di bidang investasi.
E TRANSAKSI AFILIASI DAN SIFATNYA
121 Dalam penjelasan mengenai transaksi afiliasi dan sifatnya sekurang-kurangnya diungkapkan
transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan afiliasi langsung maupun tidak langsung
dengan pengurus, dewan pengawas, pendiri, mitra pendiri atau penerima titipan.
F PENJELASAN PER AKUN DALAM LAPORAN KEUANGAN
122 Menjelaskan hal-hal yang penting untuk diungkapkan pada tiap-tiap akun yang dapat
mempengaruhi pembaca dalam pengambilan keputusan. Dengan pertimbangan praktis, apabila
dalam penjelasan tiap akun terdapat pengungkapan rincian dari akun yang tidak material,
maka pengungkapan rincian akun tersebut dapat dilakukan dengan mengelompokkannya
berdasarkan jenis dan sifat yang sama.
123 Akun yang harus dijelaskan sekurang-kurangnya adalah akun berikut yang bernilai material
kecuali dinyatakan lain.
Investasi
124 Dalam akun investasi sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Rincian seluruh pihak ditempatkannya investasi berikut nilai wajar masing-masing
pada tanggal neraca;
-
Khusus untuk obligasi dan surat berharga pemerintah harus diungkapkan dalam
rincian secara terpisah berdasarkan klasifikasi :
-
Dimiliki hingga jatuh tempo;
-
Diperdagangkan;
15
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
-
Tersedia untuk dijual;
-
Jatuh tempo kurang dari satu tahun (khusus untuk surat berharga pemerintah);
-
Apabila dilakukan penilaian independen terhadap investasi harus diungkapkan
tanggal penilaian, nama penilai independen, ringkasan metode dan asumsi yang
digunakan;
-
Apabila memiliki investasi lain yang diperkenankan harus diungkapkan rincian
jenis, nilai nominal dan syarat atau kondisi lain yang mengikat investasi tersebut.
Selisih Penilaian Investasi
125 Dalam akun selisih penilaian investasi sekurang-kurangnya diungkapkan rincian nilai
selisih penilaian investasi untuk setiap jenis investasi.
Piutang Iuran
126 Dalam akun piutang iuran yang terdiri dari akun piutang iuran pemberi kerja, akun
piutang iuran peserta, dan atau akun piutang iuran tambahan (PPMP), tanpa
memperhatikan materialitas akun, sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Rincian pemberi kerja yang menimbulkan piutang iuran bagi Dana Pensiun berikut
nilainya pada tanggal neraca;
-
Usia piutang iuran untuk setiap pemberi kerja.
Piutang Bunga Keterlambatan Iuran
127 Dalam akun piutang bunga keterlambatan iuran, tanpa memperhatikan materialitas
akun, sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Rincian pemberi kerja yang menimbulkan piutang bunga keterlambatan iuran bagi
Dana Pensiun berikut nilainya pada tanggal neraca;
-
Usia piutang bunga keterlambatan iuran untuk setiap pemberi kerja.
Piutang Investasi
128 Dalam akun piutang investasi sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Rincian pihak yang menimbulkan piutang bagi Dana Pensiun berikut nilainya pada
tanggal neraca;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat piutang tersebut.
Piutang Hasil Investasi
129 Dalam akun piutang hasil investasi sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Rincian piutang hasil investasi untuk setiap jenis pendapatan;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat piutang tersebut.
Piutang Lain-Lain
130 Dalam akun piutang lain-lain sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Rincian pihak yang menimbulkan piutang bagi Dana Pensiun berikut nilai pada
tanggal neraca dan alasan terjadinya piutang;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat piutang tersebut.
Aktiva Operasional
16
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
131 Dalam akun aktiva operasional sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Jenis dan nilai dari masing-masing aktiva operasional;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat akun tersebut.
Aktiva Lain-lain
132 Dalam akun aktiva lain-lain sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Jenis dan nilai dari masing-masing aktiva lain-lain serta alasan dimilikinya aktiva
lain-lain;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat akun tersebut.
Kewajiban Aktuaria
133 Dalam akun kewajiban aktuaria sekurang-kurangnya diungkapkan sumber nilai
kewajiban aktuaria yang disajikan dalam neraca;
134 Apabila tanggal valuasi aktuaria berbeda dengan tanggal neraca diungkapkan
penggunaan nilai kewajiban aktuaria yang diproyeksikan.
Utang Investasi
135 Dalam akun utang investasi sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Nilai dari masing-masing utang pada tanggal neraca berikut pihak tempat Dana
Pensiun berutang serta jenis investasi yang berkaitan dengan utang dimaksud;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat utang tersebut.
Kewajiban di Luar Kewajiban Aktuaria Lain atau Kewajiban di Luar Kewajiban Manfaat
Pensiun Lain
136 Dalam akun kewajiban di luar kewajiban aktuaria lain atau kewajiban di luar kewajiban
manfaat pensiun lain sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Nilai dari masing-masing kewajiban di luar kewajiban aktuaria lain atau kewajiban
di luar kewajiban manfaat pensiun lain berikut alasan timbulnya kewajiban tersebut;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat kewajiban tersebut;
-
Khusus untuk DPLK, utang atas beban (fee) kepada pendiri harus diungkapkan
sumber dari utang dimaksud tanpa memperhatikan materialitas akun.
Selisih Kewajiban Aktuaria
137 Dalam selisih kewajiban aktuaria sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Harus dimuat pernyataan “Selisih kewajiban aktuaria bukan surplus (defisit) dalam
rangka pendanaan. Surplus (defisit) pendanaan Dana Pensiun harus dilihat dalam
laporan aktuaris Dana Pensiun”
-
Harus dirinci sumber dari angka selisih kewajiban aktuaria yang berupa :
-
Kenaikan (penurunan) aktiva bersih, yaitu :
- Hasil usaha,
- Peningkatan/penurunan nilai investasi,
- Iuran normal,
- Iuran tambahan,
- Manfaat pensiun,
- Pengalihan dana dari atau ke Dana Pensiun lain.
-
Penyesuaian kewajiban aktuaria
17
Lampiran II
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
Pendapatan Investasi
138 Setiap jenis pendapatan investasi sekurang-kurangnya diungkapkan rincian nilai
pendapatan per jenis investasi untuk setiap jenis pendapatan investasi.
Beban (Fee) kepada Pendiri (DPLK)
139 Dalam akun beban (fee) kepada pendiri sekurang-kurangnya diungkapkan rincian
sumber dan nilai beban (fee) kepada pendiri tanpa memperhatikan materialitas akun.
Bunga Keterlambatan Iuran
140
Dalam akun bunga keterlambatan iuran sekurang-kurangnya diungkapkan :
-
Dasar perhitungan bunga;
-
Rincian nilai per jenis iuran yang dikenakan bunga berikut bunganya.
Pendapatan Lain di Luar Investasi
141
Dalam akun pendapatan lain di luar investasi sekurang-kurangnya diungkapkan:
-
Jenis dan nilai dari masing-masing pendapatan lain-lain;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat pendapatan tersebut.
Beban Lain di Luar Investasi dan Operasional
142
Dalam akun beban lain di luar investasi sekurang-kurangnya diungkapkan:
-
Jenis dan nilai dari masing-masing beban lain-lain;
-
Syarat atau kondisi lain yang mengikat beban tersebut.
G PENJELASAN MENGENAI KEKAYAAN UNTUK PENDANAAN
143 Perhitungan kekayaan untuk pendanaan harus sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan
tentang Pendanaan dan Solvabilitas Dana Pensiun Pemberi Kerja dan sekurang-kurangnya
harus diungkapkan :
-
Rincian kekayaan dalam sengketa, atau yang diblokir oleh pihak yang berwenang;
-
Iuran, baik sebagian atau seluruhnya, yang pada tanggal perhitungan aktuaria belum
disetor ke Dana Pensiun lebih dari 3 (tiga) bulan sejak tanggal jatuh tempo;
-
Kekayaan yang ditempatkan di luar negeri; dan
-
Jenis kekayaan yang dikategorikan sebagai piutang lain-lain dan aktiva lain-lain.
H PENJELASAN MENGENAI MITRA PENDIRI (APABILA ADA)
144 Dalam hal Dana Pensiun memiliki mitra pendiri harus diungkapkan nama dan kategori
industri mitra pendiri yang terdaftar dalam Peraturan Dana Pensiun selama periode yang
dilaporkan.
145 Dalam hal Dana Pensiun menerapkan metode non sharing cost, nilai aktiva bersih,
piutang iuran, piutang bunga keterlambatan iuran, bunga keterlambatan iuran, dan
kewajiban aktuaria untuk masing-masing pemberi kerja harus diungkapkan.
18
Lampiran III
Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
-1DANA PENSIUN……….
PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI
LAPORAN AKTIVA BERSIH
Per ……………….
Periode
Berjalan
Periode
Sebelumnya
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
AKTIVA OPERASIONAL
Tanah dan Bangunan (Nilai Buku)
Kendaraan (Nilai Buku)
Peralatan Komputer (Nilai Buku)
Peralatan Kantor (Nilai Buku)
Aktiva Operasional Lain (Nilai Buku)
Total Aktiva Operasional
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
AKTIVA LAIN-LAIN
XX
XX
AKTIVA TERSEDIA
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
AKTIVA
INVESTASI (Nilai Wajar)
Deposito on call
Deposito Berjangka
Sertifikat Deposito
Sertifikat Bank Indonesia
Saham
Obligasi
Unit Penyertaan Reksadana
Surat Berharga Pemerintah
Unit Penyertaan Investasi Kolektif
Penempatan Langsung
Surat Pengakuan Utang
Tanah
Bangunan
Tanah dan Bangunan
Investasi Lain yang Diperkenankan
Total Investasi
AKTIVA LANCAR DI LUAR INVESTASI
Kas & Bank
Piutang Iuran
Iuran Normal Pemberi Kerja
Iuran Normal Peserta
Iuran Tambahan
Piutang Bunga Keterlambatan Iuran
Beban Dibayar Dimuka
Piutang Investasi
Piutang Hasil Investasi
Piutang Lain-lain
Total Aktiva Lancar di Luar Investasi
KEWAJIBAN
KEWAJIBAN DI LUAR KEWAJIBAN AKTUARIA
Hutang Manfaat Pensiun Jatuh Tempo
Hutang Investasi
Pendapatan Diterima Dimuka
Beban Yang Masih Harus Dibayar
Kewajiban di Luar Kewajiban Aktuaria Lain
Total Kewajiban di Luar Kewajiban Aktuaria
AKTIVA BERSIH
Lampiran III
Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
-2DANA PENSIUN .....
PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI
LAPORAN PERUBAHAN AKTIVA BERSIH
Periode ………sampai dengan………..
Periode
Berjalan
Periode
Sebelumnya
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
PENGURANGAN
Beban Investasi
Beban Operasional
Beban di Luar Investasi dan Operasional
Manfaat Pensiun
Pajak Penghasilan
Pengalihan Dana ke Dana Pensiun Lain
Jumlah Pengurangan
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
KENAIKAN (PENURUNAN) AKTIVA BERSIH
XX
XX
AKTIVA BERSIH AWAL TAHUN
XX
XX
AKTIVA BERSIH AKHIR TAHUN
XX
XX
PENAMBAHAN
Pendapatan Investasi
Bunga
Dividen
Sewa
Laba (Rugi) Pelepasan Investasi
Pendapatan Investasi Lain
Total Pendapatan Investasi
Peningkatan/Penurunan Nilai Investasi
Iuran Jatuh Tempo:
Iuran Normal Pemberi Kerja
Iuran Normal Peserta
Iuran Tambahan
Pendapatan di Luar Investasi
Pengalihan Dana Dari Dana Pensiun Lain
Jumlah Penambahan
Lampiran III
Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
-3DANA PENSIUN.....
PROGRAM MANFAAT PENSIUN PASTI
PERHITUNGAN HASIL USAHA
Periode …….. sampai dengan ………....
Periode
Berjalan
Periode
Sebelumnya
PENDAPATAN INVESTASI
Bunga
Dividen
Sewa
Laba (Rugi) Pelepasan Investasi
Pendapatan Investasi Lain
Total Pendapatan Investasi
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
BEBAN INVESTASI
Beban Transaksi
Beban Pemeliharaan Tanah dan Bangunan
Beban Penyusutan Bangunan
Beban Manajer Investasi
Beban Investasi Lain
Total Beban Investasi
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
HASIL USAHA INVESTASI
XX
XX
BEBAN OPERASIONAL
Gaji/honor Karyawan, Pengurus, dan Dewan Pengawas
Beban Kantor
Beban Pemeliharaan
Beban Penyusutan
Beban Jasa Pihak Ketiga
Beban Operasional Lain
Total Beban Operasional
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
(XX)
XX
XX
XX
XX
XX
(XX)
XX
XX
XX
PENDAPATAN DAN BEBAN LAIN-LAIN
Bunga Keterlambatan Iuran
Laba (Rugi) Penjualan Aktiva Operasional
Laba (Rugi) Penjualan Aktiva Lain-lain
Pendapatan Lain di Luar Investasi
Beban Lain di Luar Investasi dan Operasional
Total Pendapatan dan Beban Lain-lain
HASIL USAHA SEBELUM PAJAK
PAJAK PENGHASILAN
XX
XX
HASIL USAHA SETELAH PAJAK
XX
XX
Lampiran III
Keputusan Direktur Jenderal Lemb
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
-4DANA PENSIUN……….
PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI
NERACA
Per ……………….
AKTIVA
INVESTASI (Harga Perolehan)
Deposito on call
Deposito Berjangka
Sertifikat Deposito
Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Saham
Obligasi
Unit Penyertaan Reksadana
Surat Berharga Pemerintah
Unit Penyertaan Investasi Kolektif
Penempatan Langsung
Surat Pengakuan Utang
Tanah
Bangunan
Tanah dan Bangunan
Akumulasi Penyusutan Bangunan
Investasi Lain yang Diperkenankan
Total Investasi
SELISIH PENILAIAN INVESTASI
AKTIVA LANCAR DI LUAR INVESTASI
Kas & Bank
Piutang Iuran
Iuran Normal Pemberi Kerja
Iuran Normal Peserta
Iuran Tambahan
Piutang Bunga Keterlambatan Iuran
Beban Dibayar Dimuka
Piutang Investasi
Piutang Hasil Investasi
Piutang Lain-lain
Total Aktiva Lancar Diluar Investasi
AKTIVA OPERASIONAL
Tanah dan Bangunan
Kendaraan
Peralatan Komputer
Peralatan Kantor
Aktiva Operasional Lain
Akumulasi Penyusutan
Total Aktiva Operasional
AKTIVA LAIN-LAIN
TOTAL AKTIVA
Periode
Berjalan
Periode
Sebelumnya
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
(XX)
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
(XX)
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
(XX)
XX
XX
XX
XX
XX
XX
(XX)
XX
XX
XX
XX
XX
Periode
Berjalan
Periode
Sebelumnya
KEWAJIBAN AKTUARIA
XX
XX
SELISIH KEWAJIBAN AKTUARIA
XX
XX
KEWAJIBAN DI LUAR KEWAJIBAN AKTUARIA
Hutang Manfaat Pensiun Jatuh Tempo
Utang Investasi
Pendapatan Diterima Dimuka
Beban Yang Masih Harus Dibayar
Kewajiban di Luar Kewajiban Aktuaria Lain
Total Kewajiban di Luar Kewajiban Aktuaria
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
KEWAJIBAN
TOTAL KEWAJIBAN
Lampiran III
Keputusan Direktur Jenderal
Lembaga Keuangan
Nomor : KEP - 2345/LK/2003
Tanggal : 14 April 2003
-5DANA PENSIUN
PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI
LAPORAN ARUS KAS
Periode ….sampai dengan……
Periode
Berjalan
Periode
Sebelumnya
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Penerimaan Bunga
Penerimaan Dividen
Penerimaan Sewa
Pendapatan Investasi Lain
Pelepasan Investasi
Penanaman Investasi
Pembayaran Beban Investasi
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASIONAL
Pembayaran Beban Operasional
Penjualan Aktiva Operasional
Pembelian Aktiva Operasional
Penjualan Aktiva Lain-lain
Pembelian Aktiva Lain-lain
Pendapatan Lain di Luar Investasi
Beban Lain di Luar Investasi dan Operasional
Pajak Penghasilan
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasional
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan Iuran Normal Pemberi Kerja
Penerimaan Iuran Normal Peserta
Penerimaan Iuran Tambahan
Penerimaan Bunga Keterlambatan Iuran
Penerimaan Pengalihan Dana dari DP Lain
Pembayaran Pengalihan Dana ke DP Lain
Pembayaran Manfaat Pensiun
Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
XX
KENAIKAN (PENURUNAN) KAS BERSIH
XX
XX
KAS PADA AWAL PERIODE
XX
XX
KAS PADA AKHIR PERIODE
XX
XX
Download