BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembagian Kelas Kata Morfolgi

advertisement
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pembagian Kelas Kata
Morfolgi dan sisntaksis merupakan dua subsistem yang berkaitan terlihat
pada kenyataannya bahwa kata merupakan satuan terbesar dari morfologi dan
satuan terkecil dalam sintaksis (Harimurti, 2007:8). Berbeda oleh Ramlan
(dalam Pateda, 2005:05)
mengatakan kata adalah bentuk bebas yang paling
sedikit atau dengan kata lain setiap suatu bentuk bebas merupakan suatu kata. Ciri
utama untuk mengatakan suatu bentuk kata atau tidak dilihat dari sifat
“kebebasanya”. Tentang kata sebenarnya dapat dilihat dari segi kelasnya, fungsi
dan perannya (Pateda, 2002: 107).
Dilihat dari segi kelas, terdapat perbedaan pendapat secara kuantitas
jumlah kelas kata berbeda-beda. Untuk menetukan ada tidaknya suatu kelas kata
diperlukan kriteria penentu, yang mula-mula mempersoalkan pembagian kelas
kata dalam bahasa adalah filosof Yunani yaitu Aristoteles dan Plato. Aristoteles
(dalam Pateda, 2002:133) membagi kelas kata yakni (1) onoma (2) rhema, (3)
syndeimoi tetapi berbeda di negeri Belanda berkembang pendapat bahwa untuk
menentukan ada tidaknya kelas kata, dipergunakan kriteria valensi atas:1). valensi
morfologis, dan 2) valensi sintaksis.
Valensi morfologis ialah kemampuan morfem yang satu dengan yang lain
saling melekat yang menghasikan kata, sedangakan valensi sintaskis yakni
kemampuan kata untuk bergabung kata yang lain sehingga menjadi satu kelompok
2
yang merupakan keseluruhan kalimat (Pateda, 2005:7). Berbeda halnya dengan
Ramlan ( dalam Pateda, 2005:107) menggunakan kriteria yaitu makna, morfologi,
sintaksis dan gabungan dari tiga kriteria sebelumnya . Selain itu, secara tradisional
pembagian kelas/jenis kata di dalam bahasa-bahasa yang besar di dunia, termasuk
bahasa Indonesia, umumnya terdiri atas sepuluh kelas kata, yaitu : (1) kata benda
(nomina), (2) kata kerja (verba), (3), kata sifat (adjektva) (4), kata ganti (promina)
(5), kata keterangan (adverbia) (6), kata bilangan (numeralia) (7), kata sambung
(konjungsi), (8) kata sandang (artikel), (9) kata seru (interjeksi), (10) kata depan
( perposisi).
Pembagian kata atas sepuluh jenis yang dilakukan oleh para ahli bahasa
tentulah telah didasari pertimbangan yang matang dan didukung oleh alasan yang
kuat. Dalam bahasa Indonesia, nama jenis-jenis kata pun sudah dikenal luas.
Semetara itu, ilmu bahasa termasuk morfolgi terus berkembang kata beberapa
macam disertai argumentasinya masing-masing. Sementara itu pendapat lain
tentang pembagian kelas kata bahasa Indonesia yang paling mutakhir adalah yang
dikemukakan oleh Moeliono (Finoza, 2002:62) bahwa kata dibagi ke dalam lima
jenis, yaitu (a) kata kerja (b) kata sifat (c) kata keterangan, (d) rumpun kata benda,
yang beranggotakan kata benda, kata ganti, kata bilangan, (e) rumpun kata tugas
yang beranggotakan kata depan, kata sambung, kata seru, kata sandang, dan
partikel.
Berbeda lagi dengan kriteria klasifikasi seperti yang disampaikan
Alisyahbahana (dalam Chaer, 2008:64) bahwa secara tradisional dikenal adanya
kata-kata yang termasuk kelas verba, nomina, ajektiva, adverbial, numerilia,
3
preposisi, kongjungsi, pronominal, artikula, interjeksi. Kalau disimak baik-baik
dapat dilihat bahwa kelas nomina, verba dan ajekitifa berisi konsep-konsep
budaya, yang merupakan makna leksikal dari kata-kata pada kelas itu. adverbial
membawa makna atau konsep yang mendampingi kelas-kelas nomina, verba dan
ajekitifa. Kata-kata yang termasuk kelas numeralia membawa konsep-konsep
hitungan, terutama untuk kelas nomina dan juga adverbia. Kelas preposisi
membawa konsep perangkai antara verba dan nomina. Sementara kelas
kongjungsi membawa konsep penghubung antara satuan kelas nomina. Lalu kelas
Pronomina membawa konsep pengganti untuk anggota kelas nomina. Kemudian
kelas anggotannya tidak banyak, yaitu artikula, membawa konsep penentu dan
pembentuk nomina. Sedangkan yang terakhir interjeksi membawa konsep
“emosi” manusia.
Ada banyak pendapat mengenai pembagian kelas kata dalam bahasa
Indonesia
seperti
pendapat
yang
dikemukakan
oleh
Sutan Muh. Zain
(dalam Pateda, 1995:30) membagi kata-kata bahasa Indonesia atas 9 kelas, yakni
(1) kata kerja, (2) kata benda, (3) kata pengganti dan penujuk benda, (4) kata
bilangan, (5) kata sifat, (6) kata tambahan, (7) kata perangkai, (8) kata
penghubung (9) kata seru atau lukaisan rasa. Peliknya persoalan tentang
pembagaian kata sudah lama berawal dari filosof asal Yunani.
4
2.1.1 Nomina (Kata Benda)
Nomina atau kata benda adalah kata yang mengacu kepada sesuatu benda
(konkret ataupun abstrak) (Finoza, 2002:66) . Kata benda sangat perlu dikenali
karena kata benda akan berfungsi sebagai subjek, objek, pelengkap, dan
keterangan dalam kalimat. Untuk mengenali jenis kata benda, kita dapat
mengujinya antara lain dengan menambahkan yang + KS (kata sifat) atau yang
sangat + KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Kata-kata seperti buku,
pohon, orang, pengetahuan, kekasih dan pikiran tergolong sebagai kata benda
karena dapat diikuti oleh kedua jenis kombiasani di atas. Berikut contoh
pembuktian pernyataan tersebut.
buku + yang mahal (KS)
pohon + yang rindang (KS)
orang + yang baik (KS)
pengetahuan + yang sangat penting (KS)
kekasih + yang sangat cantik (KS)
pikiran + yang cemerlang (KS)
Selain itu, untuk mengenali kata benda berimbuhan, tabel di bawah ini dapat
dijadikan pedoman.
Tabel 1
Afiks Pembentuk Kata Benda
Bentuk
Prefiks
Imbuhan
kepeter-
Sufiks
-an
-in
-wan
Infiks
-em
-el
Contoh
ketua, kekasih, kehendak
petinju, pembela, pengawas
terdakwa, tersangaka,
tertuduh
pikiran, tepian, timbangan
hadirin, muslimin
ilumuan, karyawan,
olahragawan
kemuning
telunjuk, pelatuk, telapak
5
konfiks
-er
-in
ke- + -an
pe- + -an
serabut, seruling
kinerja, kinasih
kehidupan, kemauan,
keterangan
pengunaan, pembelian,
pendidikan
(dikutip dari Finoza, 2002:67)
Selain kata benda yang memang nyata-nyata merupakan nama dari suatu
benda ada dua jenis kata lagi yang juga mengacu kepada benda, yaitu kata ganti
(promina) dan kata bilangan (numeralia).“Promina adalah kata yang dipakai untuk
mengacu kepada nomina lain sedangkan numeralia adalah kata yang dipakai
untuk menghitung ”banyak orang, binatang, atau barang (Finoza,2002:68)
Tabel 2
Promina personal
Persona
Makna
Tunggal
Jamak
Netral
Pertama
Kedua
Ketiga
Eksklusif
Kami
Saya, aku, daku,
ku-, -ku
Engkau, kamu,
kalian,
anda, dikau, kau-, kamu sekalian,
-mu
anda sekalian
Ia, dia, beliau, mereka
nya
(dikutip dari Finoza, 2002:68)
Inklusuf
Kita
2.1.2 Verba (Kata Kerja)
Verba atau kata kerja adalah yang menyatakan perbuatan atau tindakan,
proses dan keadaan yang bukan merupakan kata sifat (Finoza, 2002:62), namun
berbeda yang disampaikan oleh
Kata kerja pada umunya berfungsi sebagai
predikat dalam kata. Untuk mengenali jenis kata kerja kita dapat mengujinya
6
dengan + KB (kata benda) / KS (kata sifat) di belakang kata yang diuji. Kata tulis,
pergi, bicara, lihat, berpergian, berbicara, melihat tergolong sebagai kata kerja
karena jika digabungkan dengan bentuk kontruksi penguji tadi akan tercipta arti
yang jelas. Perhatikan penggabungan di bawah ini.
Tulis + dengan pena (KB)
Pergi + dengan adik (KB)
Bicara + dengan dosen (KB)
Lihat + dengan mata (KB)
menulis + dengan cepat (KS)
berpergian + dengan gembira(KS)
berbicara + dengan fasih (KS)
melihat + dengan jelas( KS)
Pada contoh di atas tampak bentuk kata kerja ada dua macam : (1) kata
kerja asal, yaitu kata kerja yang dapat berdiri sendiri di dalam kalimat tanpa
bantuan afiks sedangkan kata kerja turunan yaitu kata kerja afiks. Untuk lebih
mengenali kata kerja turunan berikut penjelasannya dalam tabel.
Tabel 3
Afiks pembentuk kata kerja
Bentuk
Prefix
Sufiks
Konfks
Imbuhan
berdiperterme-i
- kan
ber- + -an
ber- + -kan
di- + -i
di- + -kan
ke- + -an
mempermemper- + -i
memper- + -kan
me- + -kan
Contoh
berkarya, bertemu, berlayar
dibawa, dipakai, dibahas
perkuat, perpindah
tertawa, tersenyum
melatih, membaca, mendengar
namai, gulai, tandai
maafkan, camkan, matikan
berpergian, berpelukan, berlarian
beralaskan, berselimutkan
diselimuti, dipengaruhi, dicintai
dibuatkan, diambilkan, dibacakan
kejatuhan kemasukan, kedatangan
memperjelas, memperindah
memperbaiki, mempersenjatai
mempertanyakan, mempertemukan
meluruskan, membuatkan, mendatangankan
7
per-+-i
per- + -kan
perbaiki, perbarui, persenjatai
pertemukan, permasalahkan
(dikutip dari Finoza, 2002:63)
Selain bentuk-bentuk di atas, ada pula bentuk kata kerja atau verba yang
lain di antaranya
a) verba reduplikasi atau verba berulang dengan atau tanpa pengimbuhan
misalnya makan-makan, batuk-batuk, berlari-lari, tembak-menembak.
b) verba majemuk, yaitu verba yang terbentuk melalui proses penggabungan satu
kata degan kata yang lain, namun hasil penggabungan itu bukan idiom
misalnya terjun 7aying, temu wicara, siap tempur, tatap muka.
c) verba berpreposisi, yaitu verba intrasitif yang selalu diikuti oleh preposisi
tertentu ; misalnya tahu akan, berdiskusi tentang, cinta pada, sejalan dengan,
terdiri dari, menyesal atas, tergolong sebagai. selain itu, verba intrasitif dapat
dibedakan menurut sifat sementisnya, ada verba yang mengandung makna
pengalaman atau “verba pengalam” dan ada verba yang mengandung makna
tindakan atau “verba penindak” (Verhaar, 1996:183)
2.1.3 Adjektiva (Kata Sifat)
Kata sifat atau adjektiva adalah kata yang menerangkan sifat, keadaaan,
watak, tabiat seseorang, binatang, atau suatu benda (Finoza, 2002:64). Di dalam
kalimat, kata, sifatnya umumnya berfungsi sebagai penjelas subjek, perdikat, dan
objek, menurut bentuknya kata sifat kata sifat ada dua macam, yaitu kata sifat
berbentuk tunggal dan kata sifat berimbuhan.
8
Ciri kata sifat berbentuk tunggal adalah sebagai berikut :
a) Kata sifat berbentuk tunggal dapat diberi keterangan pembanding seperti
lebih, kurang, dan paling: misalnya lebih baik, kurang indah, paling pandai.
b) Kata sifat berbentuk tunggal dapat diberi keterangan penguat seperti sangat,
amat, benar, sedkit sekali, teralu berat.
c) Kata sifat berbentuk tunggal dapat diingkari dengan kata ingkar tidak
misalnya tidak benar, tidak sehat.
Berdasarkan ciri di atas, kata-kata di bawah ini adalah kata sifat :
baik
indah
pandai
senang
luas
maha
sedikit
berat
benar
sehat
Kata sifat berbentuk tunggal dapat dipilah dan dihimpun ke dalam lima
kelompok. Inilah nama kelompok yang dimaksud beserta contohnya :
a)
b)
c)
d)
e)
Keadaan / situasi ; misalnya kacau, aman, tenang, gawat
Warna ; misalnya ungu, hijau, ringan, merah,
Ukuran ; misalnya berat, ringan, tinggi, besar,
Perasaan ; misalnya malu, sedih, bahagia, heran.
Cerapan/ indra ; misalnya harum, manis, terang, jelas
Mayoritas kata sifat berimbuhan dibentuk dengan bantuan, akhiran, yang
diserap dari bahasa Inggris dan bahasa Arab yang menjadi produktif dalam bahasa
Indonesia, yaitu akhiran –al, -i, -iah, -if, -ik, is, -er, dan –iw. Selain akhiran
tersebut, ada dua kombinasi afiks yang turut membentuk kata sifat yaitu konfiks
ke- + -an dan se- + -nya, namun bentuk dasarnya harus diulang (reduplikasi).
9
Secara lengkap, contoh kata sifat berimbuhan dapat dilihat berimbuhan dapat
dilihat dalam tabel berikut ini.
Tabel 4
Afiks pembentuk kata sifat
Bentuk
Sufiks
Imbuhan
Contoh
-al, -I, -iah, -if, -ik,
Formal, nasional, abadi, alami,
-is, -er, -wi.
hewani, alamiah, aktif, fiktif, reaktif,
magnetif, elektronik, praktis, anarkis,
egois, komplementer, parlementer,
manusiawi, kimiawi, surgawi.
Konfiks
Ke- + -an (dengan
keinggris-inggrisan, kekanak-kanakan.
reduplikasi)
Se- + nya (dengan
sebaik-baiknya, sepandai-pandainya.
reduplikasi)
(dikutip dari Finoza, 2002:65)
2.1.4 Kata Tugas
Kata tugas bukanlah nama satu jenis kata, melainkan kumpulan kata dan
partikel. Kumpulan ini lebih tepat dinamakan rumpun kata tugas. Anggota
rumpun kata tugas ada lima, yaitu :
a)
Preposisi
Kata depan adalah kata tugas yang selalu berada di depan kata benda kata
sifat, kata kerja, untuk membentuk gabugan kata kata depan.
Contoh
di kantor
di kota
dengan memburuh
oleh petugas sekretariat
tentang perstiwa itu
pada hari minggu
buat orang tuamu
bagi almamater tercinta
sejak kecil
10
b) Kongjungsi
Konjungsi adalah kata tugas yang berfungsi menghubugkan dua kata atau
dua kalimat, karena perannya sebagai penghubung, kata sambung disebut juga
dengan istilah konjungtor. Di antara yang banyak dipakai dalam kalimat.
Contoh :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
….. antara hidup dan mati
….. anda akan berhasil kalau rajin belajar
… oleh Presiden atau Wakil Presiden RI
…..pengetahuannnya terbatas karena kurang membaca
… bukan Amri , tetapi Amrin
rapat sudah dimulai ketika kami tiba
… terhalang oleh demonstran sehingga pertemuan tertunda
bersikaplah biasa agar orang tidak curiga
Selain menguhungkan
dua kata kongjuntor juga dipakai
untuk
menghubungkan kalimat dengan cara memakai kongjuntor pada awal kalimat
yang kedua. Kongjuntor antara kalimat. Contohnya sebagai berikut :
1) Pak Susilo mengidap radang hati. Selain itu, dia juga terkena penyakit
kencing manis.
2) Situasi memang sudah membaik. Akan tetapi, kita harus selalu siaga,
3) Istri saya berbelanja ke Sarinah. Setelah itu, dia ke salon
4) Ibu memang tidak sependapat denganmu. Walaupun begitu, ibu tidak akan
memaksa kamu mengikuti saran ibu.
Bentuk konjungtor antar kalimat tidak selalu dua kata seperi contoh di atas.
Satu kata juga bisa berperan menyambung dua kalimat seperti dua kalimat.
Contoh lain kongjuntor antar kalimat, baik yang berupa atau kata maupun yang
lebih dari satu kata.
11
Contoh :
meskipun demikian
walaupun begitu
kemudian
namun
tetapi
setelah itu
c)
selanjutnya
tamabahan pula
kecuali itu
dengan demkian
oleh karena itu
bertalian dengan itu
Interjeksi
interjeksi adalah kata tugas yang dipakai untuk megungkapkan seruan
seperti rasa kagum, sedih, heran, dan jijik. Kata seru dipakai dalam kalimat atau
kalimat perintah.
Contoh
1)
2)
3)
4)
5)
6)
ayo, maju terus pantang mundur.
aduh, gigiku sakit sekali.
ih, bau sekali badan orang itu.
sial, buru-buru datang dosennya tidak masuk.
astaga, dia bukannya kuliah malah keluyuran.
wah, lagi datang untung besar.
d) Artikulus
artikulus atau kata sandang adalah kata-kata yang berfungsi sebagai penentu
atau
mendefinitkan
sesuato
nomin,
ajdektifa,
atau
kelas
lain(dalam
Chaer, 2008:104) Artikulus yang ada dalam bahasa Indonesia adalah si dan sang.
Simak contoh-contoh berikut ini
e)
mana si gendut, sejak tadi belum muncul
sang merah putih berkibar didepan istana
Partikel
Sebenarnya partikel bermakana unsur-unsur kecil dari suatu benda.
Analog dengan makna tersebut, unsur terkecil dalam bahasa kecuali yang jelas
bentuknya, disebut partikel.
Dalam kaitan dengan kata tugas, partikel yang
12
dibicarakan adalah berperan membentuk kalimat tanya, yaitu –kah, dan tah
ditambah dengan –lah yang dipakai dalam kalimat perintah dan kalimat
pernyataan serta pun yang hanya dipakai dalam kalimat pernyataan.
1)
2)
3)
4)
Kah ; apakah, bagaimanakah, kemanakah
Lah : apalah, ambilah, pergilah
Tah : siapatah,apatah.
Pun : apa pun, kilah pun.
2.2 Kriteria Pembuatan Cerita Rumpang
Sebelum mencoba berlatih membaca atau menggunakan teknik isian
rumpang dalam pengajaran membaca, terlebih dahulu harus mengetahui kriteria
pembuatannya. Setidak-tidaknya harus mengetahui aturan yang baku atau standar
untuk pembuatan wacana rumpang meskipun mungkin memiliki ide baru yang
lebih jitu untuk utuk menyempurnakannya.
Wilson Taylor (http://cloze-for-reading4daud.htm) sebagai pengembang
teknik ini, mengusulkan sebuah prosedur yang baku untuk sebuah konstruksi
wacana rumpang. Usulannya itu meliputi hal-hal sebagai berikut
1) Memilih suatu wacana yang relatif sempurna yakni wacana yang tidak
bergantung pada informasi selanjutnya
2) Melakukan penghilangan atau pelesapan setiap kata ke-n, tanpa
memperhatikan arti dan fungsi kata yang dihilangkan atau dilesapkan
tersebut.
3) Mengganti bagian-bagian yang dihilangkan dengan tanda-tanda tertentu,
misalnya dengan garis mendatar (--------------).
4) Memberi salinan dari semua bagian yang direproduksi kepada siswa atau
peserta tes.
13
5) Mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua lesapan dengan jalan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap wacana, memperhatikan
konteks wacana, atau memperhatikan kata-kata sisanya.
6) Menyediakan waktu yang relatif cukup untuk memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyelesaikan tugasnya.
Khusus mengenai strategi pelesapan kata, tampaknya ada beberapa ahli
yang berbeda pendapat. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan sudut
pandang mengenai dampak yang akan ditimbulkan dari pelesapan dimaksud.
Secara umum, prosedur uji rumpang dapat diklasifikasikan . menjadi dua yakni
(a) pelesapan setiap kata ke-n (secara selektif) dan (b) pelesapan secara secara
selektif atau random. Strategi pertama melesapkan setiap kata ke-n yang
berpedoman
terhadap
kesistematisan
jarak
pelesapan.
Farr
dan
Roser
(Http://cloze-for-reading4daud.htm), misalnya, mengusulkan strategi pelesapan
kata untuk wacana rumpang pada setiap kata ke-5. Sementara strategi kedua,
terutama pelsapan secara random,
sama sekali tidak mempertimbangkan
kesistematisan jarak lesapan.
Pemilihan dan penentuan
kata yang hendak dilesapkan semata-mata
dilakukan secara acak. Strategi ini diungkapkan oleh Jongsma (Http://cloze-forreading4daud.htm). Namun, strategi pelesapan kata selektif masih dimungkinkan
untuk mempertahankanb kriteria kesistematisan, meskipun kesistematisan di sini
patokannya bukanlah terletak pada kriteria kata selektifnya itu sendiri. Sebagai
contoh seseorang yang hendak membuat wacana rumpang dengan menggunakan
14
strategi lesapan kata selektif, mungkin akan memilih lesapan pada setiap kata
tugas, setiap kata kerja, setiap kata ganti, dan lain-lain.
Di samping ada ahli yang berpegang pada salah satu dari kedua stategi
lesapan yang telah dijelaskan, ada juga ahli yang berpegang pada kriteria lain.
John (Http://cloze-for-reading4daud.htm), misalnya ,mengajukan variasi lesapan
kata pada wacana rumpangnya dengan ketentuan setiap kata sifat yang ke-10,
sementara Rhodes
(Http://cloze-for-reading4daud.htm) mengajukan
variasi
lesapan pada setiap kata kerja yang ke-10.
Para ahli yang berpedoman pada kriteria pembuatan wacana rumpang
dengan strategi pelesapan setiap kata ke-n juga menunjukkan keragaman
pendapat, terutama berkenaan dengan rentang jarak lesapan yang ditetapkannya.
Namun, secara umum kita dapat mengaklasifikan rentang jarak lesapan yang
mereka ajukan bervariasi dari setiap kata ke-5 hingga kata ke-10. John Haskall
menyempurnakan konstruksi tersebut dengan variasi sebagai berikut :
1) Memilih suatu teks yang panjangnya lebih kurang 250 kata
2) Biarkan kalimat pertama dan kalimat terakhir utuh.
3) Mulailah penghilangan itu dari kalimat kedua, yakni pada setiap kata
kelima. Pengosongan ditandai dengan garis lurus mendatar yang
panjangnya sama.
4) Jika kebetulan kalimat kelima jatuh pada kata bilangan, janganlah
melakukan lesapan pada kata tersebut. Biarkan kata itu hadir secara utuh,
sebagai gantinya mulailah kembali dengan hitungan kelima berikutnya.
15
Table 5
Kriteria Pembutan Wacana Rumpang
Karakteristik
Sebagai alat ukur
Sebagai alat ajar
Panjang wacana
Antara 250-350 kata
Wacana maksimal 150 kata
dari wacana terpilih
Delisi atau lesapan
Setiap kata ke-n hingga
Delisi secara selektif
berjumlah ± 50 buah
bergantung pada kebutuhan
siswa dan pertimbangan guru
Evaluasi
Jawaban berupa kata
Jawaban boleh berupa
yang persis dan sesuai
sinonim atau kata yang secara
dengan kunci/teks
struktur dan makna dapat
aslinya “exact words”
menggantikan kedudukan
kata yang dihilangkan
“contextual method”
Tindak lanjut
Lakukan diskusi untuk
membahas jawaban-jawaban
siswa.
Sumber ; (http://www.sarjanaku.com/2012/04/metode-klos-pengertian-manfaatkriteria.html)
Penelitian ini menggunakan dua teori yang telah dijelaskan sebelumnya,
artinya ada kombinasi dalam pembuatan cerita rumpang. Lembar kerja siswa yang
berisi cerita rumpang ini, sebagian kecil menggunakan teori yang yang
disampaikan oleh Wilson taylor yang mengatakan bahwa kriteria cerita rumpang
itu adalah (a) memilih suatu wacana yang relatif sempurna yakni wacana yang
tidak bergantung pada informasi selanjutnya (b) Mengganti bagian-bagian yang
dihilangkan dengan tanda-tanda tertentu, misalnya dengan garis mendatar (--------
16
------). (c) mengingatkan siswa untuk berusaha mengisi semua lesapan dengan
jalan mengajukan pertanyaan-pertanyaan terhadap wacana, memperhatikan
konteks wacana, atau memperhatikan kata-kata sisanya.(d) menyediakan waktu
yang
relatif
cukup
untuk
memberi
kesempatan
kepada
siswa
untuk
menyelesaikan tugasnya.
Selain itu, kriteria cerita rumpang yang ada dalam lembar kerja siswa ini
mengikuti saran yang disampaikan oleh John Haskal bahwa (a) Memilih suatu
teks yang panjangnya lebih kurang 250 kata (b) biarkan kalimat pertama dan
kalimat terakhir utuh. (c) Mulailah penghilangan itu dari kalimat kedua, yakni
pada setiap kata kelima. Pengosongan ditandai dengan garis lurus mendatar yang
panjangnya sama. (d) Jika kebetulan kalimat kelima jatuh pada kata bilangan,
janganlah melakukan lesapan pada kata tersebut. Biarkan kata itu hadir secara
utuh, sebagai gantinya mulailah kembali dengan hitungan kelima berikutnya.
Maka secara utuh lembar kerja siswa yang berisi cerita rumpang ini mengikuti
saran yang disampaikan oleh Wilson Taylor dan John Haskal.
17
Download