PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL Besarnya output nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian; 1. Memberikan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian(tenaga kerja, barang modal, uang dan kemampuan kewirausahaan) digunakan untuk memperoduksi barang dan jasa. Secara umum makin besar pendapatan nasional suatu negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya. 2. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai ini, diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output per kapita makin besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. 3. Jika sebagain besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Jika sebagian besar output nasional berasal dari sektor pertanian, maka perekonmian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi. Dalam arti, perekonomian harus segera memodernisasikan diri, dengan memperkuat industrinya, agar ada keseimbangan kontribusi antara sektor pertanian yang dianggap sebagai sektor ekonomi tradisional dengan sektor industri yang dianggap sebagai sektor ekonomi modern. Istilah yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Produc (GDP), yaitu: ”Nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam suatu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada (berlokasi) dalam perekonomian tersebut”.(Case & Fair, 1996). 16 1. Siklus Aliran Pendapatan a. Siklus Aliran pendapatan (Circular flow) adalah sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antarpara pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan (utility) masing-masing pelaku ekonomi. Pembelian Barang dan Jasa Pembelian Barang & Jasa Perusahaan Pajak Pemerintah Pajak Rumah Tangga Gaji, Pembayaran Bunga, Penghasilan Non Balas jasa Gaji, Upah, Bunga, Deviden, Sewa Ekspor Dunia Internasional Impor 1) Sektor Rumah Tangga Sektor ini memiliki faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi barang dan jasa privat (sektor perusahaan) maupun barang dan jasa publik (sektor pemerintah). Faktor-faktor produksi tersebut adalah; a) kesediaan untuk bekerja (tenaga kerja), hasil yang didapat disebut gaji b) barang modal (misalnya tanah), diperoleh pendapatan sewa c) uang dan kesediaan untuk menaggung resiko yang dihadapi perusahaan dengan membeli saham. Pembagian keuntungan/deviden yang didapat 2) Sektor Perusahaan Aliran pengeluaran sektor rumah tangga (garis 4) merupakan aliran pendapatan sektor perusahaan. Selain dari sektor rumah tangga, perusahaan memperoleh pendapatan dari sektor pemerintah (garis 5) yang merupakan konsumsi pemerintah, dan dari permintaan sektor luar negeri yang merupakan ekspor sektor perusahaan (garis 7). Selain melakukan pembayaran untuk sektor rumah tangga (garis 1), perusahaan juga membayar pajak kepada pemerintah (garis 6). 17 3) Sektor Pemerintah Fungsi utama pemerintah adalah menyediakan barang publik. Untuk menjalankan fungsinya, pemerintah melakukan pengeluaran berupa pembelian barang dan jasa dari sektor perusahaan (garis 5) dan pengeluaran-pengeluaran untuk sektor rumah tangga (garis 2). Karena barang publik tidak dapat disediakan sepenuhnya lewat mekanisme pasar, pmerintah harus menarik pajak dari sektor rumah tangga (garis 3) dan sektor perusahaan (garis 6). 4) Sektor Luar Negeri Sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah merupakan perekonomian domestik. Perekonomian diatakan tertutup jika tidak melakukan interaksi dengan sektor luar negeri dalam perekonmian terbuka disederhanakan dengan mekanisme ekspor (garis 7) dan impor (garis 8). b. Tiga Pasar Utama Uraian di atas berdasarkan asumsi bahwa tingkat harga ditentukan lewat mekanisme pasar. Untuk analisis ekonomi makro, pasar-pasar begitu banyak dikelompokkan menjadi tiga pasar utama: 1) Pasar Barang dan Jasa (Goods and Services Market) 2) Pasar Tenaga Kerja (Labour Market) 3) Pasar Uang dan Modal (Money and Capital Market) Pasar uang adalah interaksi antara permintaan uang dengan penawaran uang. Yang diperjualbelikan bukanlah fisik uang, melainkan hak penggunaan uang. Penawaran uang berasal dari pihak-pihak yang bersedia menunda hak penggunaan uangnya, entah dalam jangka pendek atau jangka panjang. Jika hak penggunaan uang yang diperjualbelikan adalah setahun atau kurang, maka pasar tersebut masuk kategori pasar uang (money market), tetapi jika lebih dari 1 tahun di sebut pasar modal (capital market). Agar alokasi sumber daya keuangan makin efisien, dibutuhkan lembaga-lembaga perantara keuangan (financial intermediatory) yang berfungsi mempertemukan permintaan dan penawaran akan uang. Lembaga-lembaga tersebut dapat berupa perbankan maupun lembaga-lembaga keuangan bukan perbankan. 1. Metode-metode Penghitungan Pendapatan Nasional a. Metode output/produksi PDB adalah total output atau produksi yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktek adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi (industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupkan jumlah output seluruh perekomian. Untuk menghindarkan penghitungan 18 ganda maka yang dijumlahkan adalah nilai tambah (value added) masing-masing sektor. Nilai tambah adalah selisih antara nilai output dengan nilai input antara. NT = NO-NI dimana : NT = nilai tambah NO = nilai output NI = nilai input antara n PDB NT i 1 dimana : i b. = sektor produksi ke 1, 2, 3, …, n Metode Pendapatan Metode ini memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Q = f(L, K, U, E) dimana: Q = output L = labor/tenaga kerja K = kapital atau barang modal U = uang/finansial E = entrepreneur atau kemampuan kewirasusahaan (pelakunya=pengusaha) Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah/gaji (w). Untuk barang modal adalah pendapatan sewa (r). Untuk pemilik uang/aset finansial adalah pendapatan bungan (i). Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan (). Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional (PN). PN = w+i+r+ 19 c. Metode Pengeluaran Menurut metode, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam perekonomian: 1) Konsumsi rumah tangga (household consumption) Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun. 2) Konsumsi pemerintah (government consumption) Pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir. Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangantunjangan sosial tidak masuk dalam penghitungan konsumsi pemerintah. 3) Pengeluaran investasi (investment expenditure) Merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan/meningkatkan nilai tambah. 4) Eksport Netto (net export) Adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor netto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daripada impor, begitu juga sebaliknya. 2. Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB a. Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800. Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara. Misalnya, walaupun Amerika Serikat yang PDB perkapitanya US$ 29.080 (tahun 1997), namun negara itu masih terus bergelut dengan masalah kemiskinan dan pengangguran, terutama di kalangan 20 warga kulit hitam ataupun pendatang (kulit berwarna). Bahkan secara absolut tampaknya jumlah penduduk miskin di Amerika serikat akan bertambah. Faktor utama pemicu gejala di atas adalah masalah distribusi pendapatan. Walaupun distribusi pendapatan di USA relatif baik, tetapi belum sempurna untuk membuat seluruh penduduknya menjadi makmur. Bahkan untuk faktor produksi non tenaga kerja, terutama uang dan modal, distribusi penguasaannya sangat buruk. Pada tahun 1996, sekitar 46% aset finansial dikuasai hanya oleh sekitar 1% penduduk. b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan. Masalah mendasar dalam perhitungan PDB adalah tidak diperhatikannya dimensi nonmaterial. Sebab PDB hanya menghitung output yang dianggap memenuhi kebutuhan fisik/ materi yang dapat diukur dengan nilai uang. Sedangkan output yang tidak terukur dengan uang, misalnya ketenangan batin yang diperoleh dengan menyandarkan hidup pada norma-norma agama/spiritual tidak dihitung. Sebab, dalam kenyataannya kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh tingkat kemakmuran, tetapi juga ketenangan batin. Jadi kita tidak bisa serta merta mengatakan bahwa kesejahteraan sosial di negara-negara kaya(Amerika Serikat dan Jepang) adalah jauh lebih baik dibanding di negara-negara miskin (misal Bhutan dan Nepal). Karena, tingkat kejahatan dan tingkat bunuh diri di negara-negara kaya tersebut lebih tinggi di banding negara-negara miskin. 21 c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan: 1) Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik. 2) Jumlah dan struktur kesempatan kerja : Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat tinggi. 3) Faktor-faktor nonekonomi : Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu. d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi) Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar. Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya. 22