67 Tatap muka ke 4 POKOK BAHASAN : TEORI PERTUMBUHAN

advertisement
Tatap muka ke 4
POKOK BAHASAN
:
TEORI PERTUMBUHAN DAN IMPLEMENTASINYA
DALAM USAHA PENGGEMUKAN
Tujuan Instruksional Umum :
 Mengetahui dan memahami proses pertumbuhan pada ternak sapi
potong untuk mendapatkan produktivitas sapi yang optimal.
Tujuan Instrusional Khusus
:
 Agar mahasiswa setelah selesai mengikuti kuliah ini dapat memanfaatkan
teori pertumbuhan dalam usaha penggemukan sapi potong.
 Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan teori pertumbuhan dalam
pemilihan bakalan dan proses penggemukan sapi potong sehingga
diperoleh tingkat efisiensi yang tinggi.
Uraian Materi
Teori Pertumbuhan
Ternak
sapi
seperti
halnya
makhluk
hidup
lainnya
mengalami
pertumbuhan terus menerus. Pertumbuhan adalah pertambahan berat badan
atau
ukuran
tubuh
sesuai
dengan
umur.
Sedangkan
perkembangan
berhubungan dengan perubahan ukuran serta fungsi dari berbagai bagian tubuh
semenjak embrio sampai menjadi dewasa.
Dalam rangka usaha ternak potong, pemahaman tentang pertumbuhan
sangat penting, karena daging sebagai produk utama ternak potong, kualitas
dan kuantitasnya ditentukan oleh terbentuknya jaringan edible portion terutama
daging, melalui proses pertumbuhan. Proses pertumbuhan dan perkembangan
dari semua jaringan tubuh secara kumulatif dapat diukur dari pertambahan
berat badan ternak.
67
Pertumbuhan merupakan aktivitas yang penting dalam suatu usaha
peternakan terutama pada ternak penghasil daging. Pengertian pertumbuhan
pada ternak potong dimulai pada saat terjadinya pembuahan yang kemudian
dilanjutkan dengan proses hiperplasia (peningkatan jumlah sel jaringan) dan
hipertrofi (peningkatan ukuran sel). Pada masa awal (dua pertiga masa
kebuntingan) pertumbuhan didominasi oleh hiperplasia, sedangkan sepertiga
akhir masa kebuntingan didominasi oleh proses hipertrofi (peningkatan ukuran
sel / serabut otot) dan dilanjutkan pada periode post natal (sesudah kelahiran).
Pertumbuhan merupakan phenomena komplek, dimulai beberapa saat
setelah
sel
telur
dibuahi
sampai
ternak
mencapai
ukuran
dewasa.
Perkembangan adalah proses perubahan fungsi, bentuk dan struktur tubuh
untuk mencapai sempurna sejalan dengan terjadinya pertumbuhan. Hill (1988) :
pertumbuhan adalah hasil koordinasi proses biologis dan proses kimia sejak
fertilisasi sel telur dan diakhiri pada saat ukuran tubuh dan fungsi fisiologis
ternak
dewasa
(hyperplasia)
tercapai.
dan
Pertumbuhan
pembesaran
sel
terjadi
karena
(hyperthropy),
juga
perbanyakan
karena
sel
adanya
penimbunan nutrisi akibat adanya kebutuhan untuk hidup pokok.
Definisi-definisi Pertumbuhan.
Pertumbuhan adalah peningkatan berat badan ternak sampai ukuran
dewasa tercapai (Goodwin, 1977).
Pertumbuhan adalah peningkatan jumlah protein yang terbentuk melebihi
jumlah protein yang hilang (Bogard, 1977)
Definisi lain :
Pertumbuhan sebagai pertambahan protoplasma (benda hidup didalam
sel) yang melebihi protoplasma yang rusak atau hilang (Hammond, 1955).
68
Anggorodi (1979) : Penambahan berat akibat penimbunan lemak atau
penimbunan air bukan pertumbuhan murni. Ditinjau dari segi kimiawi :
Pertumbuhan murni adalah suatu penambahan jumlah protein dan zat-zat
mineral yang tertimbun di dalam tubuh.
Bila definisi ini diterima, bertambahnya berat badan akibat penambahan
lemak, air dan tulang tidak termasuk adanya pertumbuhan.
Definisi-definisi Perkembangan.
Moran (1992) : Meningkatnya umur ternak akan terjadi perubahan pada
ukuran, bentuk dan komposisi tubuh.
Fouler (1968) : Pertumbuhan adalah peningkatan bobot badan sejalan
dengan meningkatnya umur, sambil terjadi perkembangan yaitu perubahan
struktur dan fungsi organ tubuh pada ternak yang sedang tumbuh dari adanya
perbedaan pertumbuhan relatif komponen tubuh.
Pertumbuhan dapat diukur karena dapat mengacu pada perubahan berat
badan, tapi perkembangan merupakan phenomena komplek dan sangat sulit
untuk dihitung.
Hukum Pertumbuhan
1. Laju pertumbuhan dimulai sejak foetus (janin). Laju pertumbuhan janin pada
awalnya lambat dan bertambah cepat sesuai umur kebuntingan, ¾ berat
dari bobot lahir ternak dicapai pada bulan terakhir kebuntingan. Terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi bobot lahir ternak, yaitu : nutrisi induk,
jumlah sekelahiran dan bangsa.
2. Setelah lahir, pertumbuhan ternak akan mengikuti kurva sigmoid (berbentuk
huruf S). Fase akselarasi dicapai pada sekitar pubertas (dewasa kelamin).
69
3. Untuk tujuan produksi daging, ternak akan lebih menguntungkan bila
dipotong pada sekitar kurva fase akselarasi.
4. Tingkat gizi pakan berpengaruh terhadap pertumbuhan. Bila level pakan
rendah,
pertumbuhan
akan
terhambat.
Ternak
muda
yang
pernah
mengalami kekurangan pakan, bila diberikan pakan bermutu akan diperbaiki
laju pertumbuhannya dengan munculnya pertumbuhan kompensasi.
5. Laju pertumbuhan maksimum akan dicapai bila kondisi lingkungan sangat
menunjang.
6. Faktor inheritan ternak (genotipe) merupakan pembatas terhadap tingkat
pertumbuhan dan dewasa tubuh.
Hukum Perkembangan
MENGUKUR PERTUMBUHAN.
Pertumbuhan bukan merupakan fungsi linier namun penambahan masa
(berat) berbentuk huruf S, awalnya bergerak lambat kemudian cepat dan
akhirnya melambat lagi, bahkan konstan.
Model matematik pertumbuhan adalah :
Berat
Pertumbuhan = -------------------Waktu
Kecepatan pertumbuhan pada periode tertentu secara matematik dinyatakan
sebagai pertambahan berat badan dalam jangka waktu tertentu.
dW
Rg = ------------t
Rg = kecepatan pertumbuhan
dW = perubahan berat
t = periode waktu.
70
Pada periode lepas sapih, secara matematik hampir sebagai garis lurus, karena
pertambahan bobot badan relatif konstan.
Pertambahan bobot badan meningkat sejalan peningkatan umur sampai
mendekati pubertas, setelah pubertas pertambahan bobot badan menurun dan
pertumbuhan akan berhenti bila sapi mencapai dewasa.
Pertumbuhan murni dapat diukur berdasarkan rumus Banister dan Sood (1974):
(W2-W1)
RGR = ------------ x 100%
(W2-W1)t
RGR = Real Growth Rate (Pertumbuhan murni)
W2 = Berat badan Akhir
W1 = Berat badan Awal
t = minggu
Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor external dan internal. Faktor
external yang paling berperan adalah makanan, sedangkan faktor internal yang
paling dominan mempengaruhi pertumbuhan adalah kebakaan dan endocrine
atau sekresi hormonal.
Pertumbuhan setelah sapih dipengaruhi faktor kebakaan. Namun
manifestasinya harus ditunjang faktor lingkungan. Dengan ransum sama,
beberapa ternak ada yang tumbuh lebih lambat. Perbedaan pertumbuhan ini
pengaruh dari faktor genetik.
Kelenjar endocrine adalah kelenjar yang tidak mempunyai saluran dan
memproduksi hormon yang disekresikan ke dalam darah. Hormon adalah zat
kimia dari kelenjar endocrine yang dibawa aliran darah ke berbagai tubuh dan
menimbulkan pengaruh yang specifik.
71
Kelenjar yang mempengaruhi pertumbuhan adalah : Kelenjar Pituitary, Kelenjar
Thyroid, Kelenjar Ovarium, Kelenjar Testes, Kelenjar Adrenal.
a. Kel. Pituitary berlokasi di bawah otak, di belakang „chiasma optic‟.
Memproduksi beberapa hormon dan yang terpenting adalah hormon
pertumbuhan yaitu somatotropin. Hormon pertumbuhan akan merangsang
retensi nitrogen (pembentukan protein melebihi protein yang digunakan)
sehingga menghasilkan pertumbuhan murni.
b. Kel. Thyroid terdiri dari 2 lobus, terletak bergandengan pada trachea yang
berhubungan dengan isthmus. Kel. Thyroid mensekresikan hormon Thyroxin
yang fungsinya mengontrol metabolisme tubuh.
Kekurangan Thyroxin pada awal kehidupan dapat mengakibatkan kekerdilan
yang tidak proporsional. Pengembangan daerah bahu dan kepala lebih besar
daripada sebagian tubuh bagian posterior.
Kelebihan
thyroxin
mengakibatkan
dibandingkan
dengan
berlangsung
lebih
yang
aktif
:
normal,
ternak
karena
dibandingkan
kurang
cepat
aktivitas
yang
tumbuh
metabolisme
normal
(aktivitas
katabolisme/penguraian lebih kuat daripada anabolisme/ pembentukan).
Bila pakan rendah yodium, kelenjar thyroid tidak cukup memproduksi
hormon thyroxin sedangkan kelenjar pituitary akan selalu menggertak
kelenjar thyroid, hingga akhirnya kelenjar thyroid akan bertambah besar dan
berkembang menjadi penyakit gondok/goiter.
c. Ovarium,
menghasilkan
Progesteron
dapat
hormon Progesteron dan Estrogen. Hormon
meningkatkan
retensi
protein.
Hormon
Estrogen
pengaruhnya sangat bervariasi pada setiap species.
d. Testis memproduksi testosteron dan androgenik (hormon yang berpengruh
terhadap sifat kejantanan). Androgen berfungsi : menstimulir pertumbuhan,
72
meningkatkan efisiensi pakan, meningkatkan lean dan menurunkan lemak
pada karkas. Androgen lebih efektif digunakan pada ternak betina
dibandingkan dengan ternak kastrasi.
Kastrasi pada pedet jantan, domba dan babi mengakibatkan :

Penurunan pertumbuhan

Ternak lebih mudah ditangani

Dapat mengurangi bau daging yang tajam.
e. Kelenjar Adrenal, berlokasi pada bagian anterior dan medial ginjal. Terdiri
dari bagian medula dan bagian cortex. Bagian medula atau bagian tengah
memproduksi
hormon
adrenalin.
Bagian
cortex
atau
bagian
luar
mensekresikan beberapa hormon steroid. Pemberian cortison (salah satu
hormon steroid yang diproduksi adrenal cortex) pada sapi dan domba dapat
meningkatkan kandungan lemak tubuh. Ternak yang aktivitas kelenjar
adrenalnya tinggi cepat menjadi gemuk.
FASE PERTUMBUHAN PADA TERNAK
Pertumbuhaan ternak dibagi menjadi 3 fase, yaitu
a. pertumbuhan pre-natal (sebelum lahir),
b. pertumbuhan pre-weaning (masa menyusu) dan
c. pertumbuhan setelah disapih.
Pertumbuhan Pre-natal,
Pada ternak prolifik / multiparous / peridi pertumbuhan prenatal
dipengaruhi jumlah foetus dalam uterus. Jumlah foetus banyak menyebabkan
bahan pakan induk tidak mencukupi dan mengakibatkan anak yang dilahirkan
kecil.
73
Pada ternak yang menghasilkan satu anak (monoparous), bobot badan
dan umur induk mempengaruhi pertumbuhan pre-natal. Induk yang bobot
badannya kecil akan melahirkan pedet yang lebih kecil dibandingkan induk
yang lebih tua dan lebih besar. Perbedaan ini disebabkan lingkungan dalam
uterus, diantaranya besarnya uterus.
Bobot lahir pedet juga bervariasi tergantung bapaknya, artinya faktor
kebakaan memegang peranan pada pertumbuhan pre-natal.
Pertumbuhan Pre-Weaning,
Pertumbuhan pre-weaning, dipengaruhi kualitas dan kuantitas susu
induk. Bila jumlah anak terlalu banyak seperti pada babi, produksi susu tidak
akan mencukupi kebutuhan tumbuh optimal semua anaknya.
Beberapa pedet tumbuh dengan kecepatan tinggi dan yang lainnya
tumbuh dengan kecepatan lebih rendah pada waktu yang bervariasi selama
masa menyusu. Pertumbuhan selama menyusu dapat dihitung dengan rumus :
Berat saat disapih - Berat lahir
Kecepatan Pertumbuhan = -------------------------------------Lama menyusu
Peternak sapi pedaging umumnya membutuhkan data bobot saat disapih,
untuk memudahkan penentuan bobot badan saat disapih dikembangkan metode
lain untuk menghitung bobot sapih 205 hari yaitu standar rata-rata umur disapih
(saat susu induk diganti dengan pakan lain), yang rumusnya adalah sbb :
BS – BL
BSS = -------------------------- X 205 + Berat lahir.
Lama menyusu
Keterangan :
BS = Berat sapih
BL = Berat lahir
BSs = Berat sapih standar (205 hari)
74
Bila bobot lahir tidak tercatat, rata-rata bobot lahir ditentukan 70 lbs
sebagai bahan perhitungan (hanya berlaku untuk sapi daging).
Betina muda, betina awal dewasa dan betina kecil pada bangsa yang
sama akan memproduksi susu lebih sedikit dibandingkan betina besar dan
betina sudah dewasa. Produksi susu induk sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan pedet saat menyusu. Bila pakan induk kualitasnya baik, namun
kuantitasnya kurang mencukupi maka induk akan memproduksi susu lebih
sedikit dan akan menurunkan pertumbuhan pedet. Bila pakan induk cukup dan
baik, pertumbuhan pedet jantan lebih cepat dibanding pedet jantan kebiri,
pedet kebiri pertumbuhannya lebih cepat dari pedet betina selama periode
menyusu.
Bila pakan induk kurang baik, pertumbuhan pedet jantan pada saat
menyusu perbedaannya sangat kecil dibandingkan pedet betina. Pengaruh umur
induk dan jenis kelamin pedet terhadap pertumbuhan sangat nyata terlihat pada
sapi dan domba. Pedet yang berasal dari induk yang berumur 2 tahun, sekitar
75 lbs lebih rendah berat sapihnya (pada umur 7 bulan) dibandingkan pedet
yang berasal dari induk yang lebih dewasa. Demikian juga pedet jantan dari
induk yang mendapat pakan baik akan lebih berat 40 lbs dibandingkan pedet
betina pada umur sapih.
Post Weaning Growth,
Post-weaning growth adalah pertumbuhan yang terjadi antara waktu
disapih sampai saat disembelih, pada berat 1000-1100 lbs.
Rumus menghitung kecepatan pasca-sapih, sbb :
Berat Akhir - Berat Sapih
Pertumbuhan Pasca-Sapih = ----------------------------------------Waktu
75
Beberapa
perbedaan
kecepatan
pertumbuhan
diantara
ternak
dipengaruhi faktor genetik, sepanjang pedet tidak banyak variasi dalam
pakannya selama menyusu. Beberapa faktor mungkin juga berpengaruh
terhadap kecepatan pertumbuhan selama menyusu ini.
Ternak yang kurang mendapat pakan baik selama menyusu yang
disebabkan oleh karena induk kurang memproduksi susu, cenderung akan
dikompensasi pada saat lepas menyusu sepanjang pakan yang diberikan
kualitas dan kuantitasnya baik. Kebalikannya anak yang menyusu pada induk
yang produksi susunya melimpah, pada saat disapih dan setelah mendapat
makanan lain pada saat lepas sapih maka pertumbuhannya akan kurang
memuaskan, tidak seperti pada saat anak tersebut masih menyusu. Meskipun
anak yang pakannya kurang baik pada saat menyusu akan mengalami
pertumbuhan kompensasi, namun tidak akan mencapai berat yang normal
seperti anak yang menerima pakan yang baik pada saat menyusu.
Ternak yang pertumbuhannya cepat, pada saat dilakukan penggemukan
akan membutuhkan makanan yang lebih sedikit untuk setiap pertambahan berat
badan dibandingkan dengan anak yang pertumbuhannya lambat. Mereka juga
lebih banyak “lean” daripada lemak di dalam tubuhnya.
Bila ternak jantan dan betina normal mencapai pubertas dan mulai
berkembang sexualitasnya, pertumbuhan mereka akan menurun meskipun
proses pertumbuhan masih tetap berlangsung sampai beberapa waktu sesudah
mencapai pubertas.
Sebagai contoh : Hereford mencapai pubertas pada umur +- 15 bulan,
pada umur ini beratnya 1200 lbs atau lebih. Mereka akan tumbuh terus sampai
umur 25 bulan dengan berat dapat mencapai 1800 sampai 2700 lbs.
76
Pertumbuhan menurun kontinyu dari pubertas sampai dewasa dicapai.
Anak jantan akan tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan anak betina setelah
lepas sapih meskipun mereka mengkonsumsi makanan yang jumlahnya tidak
jauh berbeda untuk setiap unit kenaikan berat badan, kusekuensinya anak
jantan dalam pertumbuhannya membutuhkan makanan yang lebih sedikit
dibandingkan dengan anak betina untuk kenaikan setiap unit berat badan.
Sebagai contoh kecepatan pertumbuhan anak jantan 3,5-4 lbs/hari,
membutuhkan 5-5,5 lbs makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs, anak betina yang
pertambahan berat badan hariannya 2,7-3 lbs membutuhkan makanan 6,5-8 lbs
makanan untuk setiap kenaikan 1 lbs.
Maturitas/Dewasa tubuh. Setelah ternak mencapai dewasa tubuh,
perubahan berat badan diakibatkan oleh penambahan atau pengurangan
kandungan lemak tubuh.
Penambahan berat badan pada saat penggemukan bukan merupakan
adanya pertumbuhan karena tidak ada pembentukan protein tubuh yang terjadi.
Pada kenyataannya ternak cenderung kehilangan protein tubuh dengan
bertambahnya umur. Kehilangan protein tubuh pada ternak merupakan
fenomena pada “aging proses”.
PERANGSANGAN PERTUMBUHAN TERNAK
Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor
peternakan berperan penting melalui penyediaan protein hewani, seperti
daging, susu, dan telur untuk makanan sehari-hari. Apabila bangsa memenuhi
asupan kecukupan nilai gizi tinggi, negara akan memiliki sumberdaya manusia
sehat, cerdas, dan kuat. Kenyataan yang terjadi saat ini, penyediaan protein
77
hewani untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di Negara berkembang belum
mampu untuk dipenuhi.
Sebagai gambaran, kebutuhan konsumsi daging di Indonesia baru
terpenuhi 56% oleh daging ayam, daging sapi baru terpenuhi 23%. Khusus
untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, Indonesia masih mengimpor 50 ribu
ton daging dan 400 ribu ekor sapi setiap tahunnya dari negara lain. Dalam hal
ini yang diuntungkan kalau mengimpor adalah peternak negara lain. Kondisi ini
akan menghambat program Pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan dan mencerdaskan bangsa.
Khusus masalah kondisi ternak, apabila dilihat secara umum tampak
ternak-ternak yang berada di peternakan khususnya peternakan rakyat
cenderung
mempunyai
tubuh
yang
kecil.
Adapun
faktor-faktor
yang
menyebabkan ternak-ternak di Negara berkembang bertubuh kecil, antara lain
genetik dan lingkungan yang belum optimal untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan ternak.
Seperti diketahui kondisi tubuh akan berdampak terhadap produktivitas
ternak. Artinya ternak yang mempunyai tubuh yang kecil akan menghasilkan
produk daging sedikit atau dengan kata lain produktivitasnya rendah.
Produktivitas ternak yang rendah ditinjau dari aspek fisiologis menggambarkan
pertumbuhan yang belum optimal. Selanjutnya, pertumbuhan yang belum
optimal erat kaitannya dengan proses regulasi komponen utama badan yang
kompleks. Faktor ekspresi potensi genetik, lingkungan (manajemen, pakan, dan
kondisi lingkungan habitat), dan aksi hormon yang belum optimal akan
berpengaruh pada proses pencapaian regulasi.
Menyinggung peranan faktor hormon, aktivitasnya di dalam pertumbuhan
bergantung pada beberapa faktor yang melibatkan suplai makanan, potensi
genetik, dan lingkungan. Secara langsung maupun tidak langsung hormon78
hormon tersebut dapat mengubah reaksi biokimia yang berkaitan dengan proses
pertumbuhan
dan
perkembangan
komponen
tubuh.
Hormon
yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok anabolik antara lain somatotropin, testosteron, dan tiroksin dan
kelompok katabolik antara lain estrogen. Hormon yang berpengaruh secara
langsung pada pertumbuhan, antara lain adalah somatotropin, tiroksin,
androgen, estrogen, dan glukokortikoid.
Pada prinsipnya kerja hormon tidak berdiri sendiri-sendiri dan hormon
yang
terkenal
dengan
aktivitas
pertumbuhan
dikenal
dengan
nama
somatotropin (growth hormone). Somatotropin disekresikan oleh pituitari
anterior dengan kontrol hipotalamus. Hormon ini disintesis oleh sel-sel
somatotrof dalam bentuk polipeptida tunggal dengan massa molekul 22 kDa.
Secara umum target utama somatotropin adalah hati dan pengaruh utamanya
adalah
pada
laju
metabolisme,
komposisi
badan,
dan
sekresi
IGF-I.
Somatotropin mengatur dan mengubah reaksi biokimia yang berkaitan dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan komponen tubuh dan bekerja pada selsel target melalui ikatan reseptor somatotropin yang spesifik yang berada dalam
permukaan sel seperti hati, otot, tulang, dan jaringan adiposa. Selanjutnya,
fungsi somatotropin dalam metabolisme tubuh adalah meningkatkan kecepatan
sintesis protein di semua sel tubuh. Somatotropin mampu mempercepat
pengangkutan asam amino melalui dinding sel ke dalam sitoplasma. Selain itu,
somatotropin juga mampu meningkatkan pembentukan RNA dalam inti sel
sehingga dapat mendorong proses transkripsi dan translasi. Keadaan ini akan
memungkinkan terjadinya sintesis protein dan pertambahan jumlah sel yang
lebih cepat sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan.
Dari gambaran di atas, tampak somatotropin yang disekresikan selama
periode prapubertas hingga pubertas berperan penting pada pertumbuhan.
79
Selanjutnya, apabila dikaitkan dengan kondisi belum optimalnya pertumbuhan,
usaha meningkatkan peran dan aksi somatotropin pada masa prapubertas
diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan ternak. Artinya, suplementasi
somatotropin yang dilakukan pada ternak umur prapubertas diharapkan mampu
meningkatkan
pertumbuhan
ternak,
sehingga
diharapkan
untuk
masa
selanjutnya ternak berpenampilan tubuh yang baik dengan komposisi badan
yang memadai.
Bioteknologi telah dianggap sebagai ilmu yang akan mempunyai dampak
revolusioner dalam bidang pertanian, termasuk peternakan. Salah satu hasil
bioteknologi pertama yang sudah siap digunakan dalam industri peternakan
adalah somatotropin. Teknik biologis baru yang dikenal dengan rekayasa
genetik
telah
dikembangkan.
Prosedur
ini
memungkinkan
isolasi
gen
somatotropin yang merupakan hormon protein dengan 191 residu asam amino,
dan menggabungkannya ke dalam gen bakteri. Bakteri yang membawa gen
somatotropin tadi kemudian akan menghasilkan somatotropin yang biasanya
hanya dihasilkan oleh kelenjar pituitari. Dengan demikian, sejumlah besar
somatotropin dapat dihasilkan oleh bakteri dalam bejana fermentasi dan
kemudian dimurnikan dengan biaya yang relatif murah.
Melihat kondisi pertumbuhan ternak yang belum optimal, selanjutnya
mengamati pentingnya peranan somatotropin pada periode pertumbuhan pra
pubertas, dan tersedianya hasil bioteknologi somatotropin, serta didukung oleh
studi-studi penelitian yang telah dilakukan pada berbagai obyek dan metode
penyuntikan somatotropin selama ini, penyuntikan somatotropin ini dapat
dijadikan alternatif dalam rangka memperoleh struktur eksternal dan wujud
yang optimal pada hewan (ternak).
Pertumbuhan sebelum lahir (pre natal), dipengaruhi oleh mutu genetik
induk, induk / pejantan, pakan induk dan kondisi induk. Sedangkan
80
pertumbuhan post natal dibagi atas 2 tahap yaitu sebelum sapih ( prae weaning)
yang dipengaruhi oleh produksi susu induk (dominan), kondisi induk dan anak
serta mutu genetik anak dan tahap sesudah sapih ( post weaning), yang
dipengaruhi oleh mutu genetik anak, jumlah dan mutu pakan yang diberikan
(dominan), adaptasi lingkungan.
Laju pertumbuhan merupakan salah satu faktor yang dapat mempercepat
suplai daging. Suatu alternatif yang cepat, mudah dan sederhana dalam
mempercepat suplai daging adalah dengan meningkatkan bobot potong. Ternak
yang mampu tumbuh dengan cepat sehingga mencapai bobot potong tertentu
dalam waktu yang relatif singkat akan lebih berdaging dan mempunyai
kandungan lemak yang relatif sedikit sehingga akan lebih disukai konsumen.
Pertumbuhan merupakan aktivitas yang penting dalam suatu usaha
peternakan, terutama ternak penghasil daging. Oleh karena itu, kecepatan
pertumbuhan merupakan kunci sukses pada peternakan yang bertujuan
memproduksi daging. Kecepatan pertumbuhan badan maksimal ditentukan oleh
sifat genetik, tetapi faktor pakan sangat penting untuk pertumbuhan ternak
karena pakan yang baik akan memberi kesempatan pada ternak untuk
mengembangkan sifat genetiknya sebaik mungkin.
Diantara individu dalam satu bangsa atau diantara bangsa ternak
terdapat perbedaan respon terhadap pengaruh lingkungan seperti nutrisi, fisis
dan mikrobiologis. Perbedaan respon menyebabkan adanya perbedaan laju
pertumbuhan. Jenis, komposisi kimia dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh
yang besar terhadap laju pertumbuhan.
Konsumsi protein dan energi yang lebih tinggi akan menghasilkan laju
pertumbuhan yang lebih baik. Pengaruh protein atau rasio energi protein akan
lebih besar pada ternak ruminansia dan non ruminansia yang sedang tumbuh
dengan cepat, terutama pada pakan yang tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan pertumbuhan jaringan. Pengaruh nutrisi akan lebih besar jika
81
perlakuan pakan dimulai sejak awal periode pertumbuhan. Jadi pertumbuhan
ternak dapat dimanipulasi dengan perlakuan nutrisi yang berbeda. Peningkatan
pertambahan bobot badan dapat diperoleh dengan meningkatkan jumlah
konsumsi pakan dan pakan dengan kandungan nutrien yang cukup, sehingga
akan memungkinkan ternak tumbuh dan mencapai ukuran tubuh maksimal
sesuai dengan sifat genetik yang dimilikinya.
Pada kondisi normal, terutama pemberian pakan yang cukup (kualitas
dan kuantitas), kurve pertumbuhan ternak mengikuti pola seperti huruf S
(sigmoid). Berdasarkan pola pertumbuhan tersebut, laju pertumbuhan yang
optimal dicapai pada saat menjelang dan sekitar pubertas dan secara gradual
akan menurun sampai terhenti (tidak meningkat) pada saat dewasa tubuh.
Ditinjau dari perkembangan jaringan, jaringan musculus tumbuh cepat
pada saat menjelang dan sekitar pubertas, pada akhir pertumbuhan didominasi
oleh jaringan lemak (fat) yang secara ekonomi tidak memberikan tambahan
keuntungan yang berarti dibandingkan dengan nilai pakan yang dikonsumsi.
Indikator untuk mengetahui potensi pertumbuhan ternak dapat diukur
dari :
 Saat pertumbuhan : berat lahir, ADG prae weaning, berat sapih, ADG
post weaning, FCR.
 Saat dipotong : berat potong, persen karkas, komposisi karkas, edible
portion, feed cost per gain, dry matter/carcass ratio serta nilai ekonomi
dari produk pemotongan termasuk retail cut dari karkas.
 Angka persentase growth rate (gain/berat hidup x 100%). Angka ini akan
menurun sesuai dengan perkembangan umur dan berat badan, hal ini
disebabkan gain yang tidak stabil, tetapi diikuti perkembangan BB yang
selalu meningkat.
82
Semakin bertambah umur ternak, belum tentu berat daging bertambah
atau dengan kata lain, pertambahan berat badan tidak mengikuti pertambahan
umur kecuali menjelang pubertas.
Implementasi dalam penggemukan sapi potong :
Pemahaman dan penguasaan aspek pertumbuhan penting karena daging
sebagai produk utama ternak potong, kualitas dan kuantitasnya sangat
ditentukan
oleh
kronologis
terbentuknya
jaringan
edible
portion
(terutama daging) melalui proses pertumbuhan.
Proses pertumbuhan dan perkembangan dari semua jaringan tubuh
secara kumulatif dapat diukur dari pertambahan berat badan ternak.
Namun setiap komposisi dan proporsi setiap jaringan (organ dalam,
muskulus,
bone,
fat
dan
jaringan
lain)
berbeda
untuk
setiap
perkembangan umur.
Pertumbuhan post natal dibagi 2 tahap yaitu prae weaning dan post
weaning. Perbedaan prinsip antara ke 2 tahap tersebut terletak pada
faktor eksternal yang mempengaruhinya. Pada prae weaning, didominasi
oleh faktor nutrisi induk (air susu induk), sedangkan pada periode post
weaning dipengaruhi oleh faktor pakan.
Faktor pakan tidak selalu memberikan respon linier pada individu ternak
yang sedang tumbuh. Karakteristik biologis yang dikendalikan oleh sifat
dan potensi genetis akan membatasi perkembangan setiap jaringan,
meskipun jumlah dan kualitas pakan yang diberikan berlebih.
Pada saat dan menjelang pubertas, pertumbuhan ternak memasuki tahap
yang cepat, sedangkan pada dewasa tubuh laju pertumbuhan ternak
akan lambat. Hal ini perlu dipahami oleh peternak karena kalau dikaitkan
dengan pakan, akan mengakibatkan penurunan efisiensi pakan (FCR
tinggi), feed cost per gain mahal, gain lebih rendah.
83
Perubahan
laju
pertumbuhan
karena
perkembangan
umur
perlu
diperhatikan oleh peternak dalam menentukan kapan harus memotong
dan menjual ternaknya.
Setiap bagian edible portion baik yang berasal dari karkas maupun non
karkas, harganya tidak sama. Oleh karena itu setiap peningkatan BB
harus menghasilkan peningkatan nilai ekonomi yang seimbang dengan
biaya produksi terutama pakan. Artinya perkembangan BB ternak tidak
selalu memberikan peningkatan keuntungan bagi peternak atau bahkan
kemungkinan peternak merugi.
Ditinjau dari perkembangan komponen jaringan, ternyata kecepatan
pertumbuhan relatif (KPR) untuk setiap komponen jaringan berbeda pada
setiap tahap perkembangan umur. Pada awal pertumbuhan KPR yang
cepat pada syaraf dan tulang, pada sekitar pubertas yang tercepat
adalah muskulus, sedangkan pada akhir pertumbuhan yang tercepat
adalah lemak.
Fenomena tersebut merekomendasikan bahwa setiap PBB tidak selalu
diikuti oleh perkembangan jaringan muskulus. Pada akhir pertumbuhan,
didominasi
oleh
lemak
yang
secara
ekonomi
tidak
memberikan
keuntungan dibandingkan dengan nilai pakan yang dikonsumsi.
Peternak harus paham terhadap proses pertumbuhan ini, karena dalam
strategi pemeliharaan ternak (terutama untuk penggemukan), nilai
ekonomi dari investasi operasional (terutama dari pakan) akan cenderung
menurun setelah umur pubertas terlampaui karena ADG yang menurun
dan proporsi jaringan lemak meningkat.
Perangsangan Pertumbuhan Ternak
Sektor peternakan merupakan sektor yang strategis, mengingat dalam
rangka mewujudkan ketahanan pangan dan mencerdaskan bangsa, sektor
84
peternakan berperan penting melalui penyediaan protein hewani, seperti
daging, susu, dan telur untuk makanan sehari-hari. Apabila bangsa memenuhi
asupan kecukupan nilai gizi tinggi, negara akan memiliki sumberdaya manusia
sehat, cerdas, dan kuat.
Kenyataan yang terjadi saat ini, penyediaan protein hewani untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat di Negara berkembang belum mampu untuk
dipenuhi. Sebagai gambaran, kebutuhan konsumsi daging di Indonesia baru
terpenuhi 56% oleh daging ayam, daging sapi baru terpenuhi 23%. Khusus
untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, Indonesia masih mengimpor 50 ribu
ton daging dan 400 ribu ekor sapi setiap tahunnya dari negara lain. Dalam hal
ini yang diuntungkan kalau mengimpor adalah peternak negara lain. Kondisi ini
akan menghambat program Pemerintah dalam rangka mewujudkan ketahanan
pangan dan mencerdaskan bangsa.
Khusus masalah kondisi ternak, apabila dilihat secara umum tampak
ternak-ternak yang berada di peternakan khususnya peternakan rakyat
cenderung
mempunyai
tubuh
yang
kecil.
Adapun
faktor-faktor
yang
menyebabkan ternak-ternak di Negara berkembang bertubuh kecil, antara lain
genetik dan lingkungan yang belum optimal untuk mendukung pertumbuhan
dan perkembangan ternak.
Seperti diketahui kondisi tubuh akan berdampak terhadap produktivitas
ternak. Artinya ternak yang mempunyai tubuh yang kecil akan menghasilkan
produk daging sedikit atau dengan kata lain produktivitasnya rendah.
Produktivitas ternak yang rendah ditinjau dari aspek fisiologis menggambarkan
pertumbuhan yang belum optimal. Selanjutnya, pertumbuhan yang belum
optimal erat kaitannya dengan proses regulasi komponen utama badan yang
kompleks. Faktor ekspresi potensi genetik, lingkungan (manajemen, pakan, dan
85
kondisi lingkungan habitat), dan aksi hormon yang belum optimal akan
berpengaruh pada proses pencapaian regulasi.
Menyinggung peranan faktor hormon, aktivitasnya di dalam pertumbuhan
bergantung pada beberapa faktor yang melibatkan suplai makanan, potensi
genetik, dan lingkungan. Secara langsung maupun tidak langsung hormonhormon tersebut dapat mengubah reaksi biokimia yang berkaitan dengan proses
pertumbuhan
dan
perkembangan
komponen
tubuh.
Hormon
yang
mempengaruhi pertumbuhan dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompok anabolik antara lain somatotropin, testosteron, dan tiroksin dan
kelompok katabolik antara lain estrogen. Hormon yang berpengaruh secara
langsung pada pertumbuhan, antara lain adalah somatotropin, tiroksin,
androgen, estrogen, dan glukokortikoid.
Pada prinsipnya kerja hormon tidak berdiri sendiri-sendiri dan hormon
yang
terkenal
dengan
aktivitas
pertumbuhan
dikenal
dengan
nama
somatotropin (growth hormone). Somatotropin disekresikan oleh pituitari
anterior dengan kontrol hipotalamus. Hormon ini disintesis oleh sel-sel
somatotrof dalam bentuk polipeptida tunggal dengan massa molekul 22 kDa.
Secara umum target utama somatotropin adalah hati dan pengaruh utamanya
adalah
pada
laju
metabolisme,
komposisi
badan,
dan
sekresi
IGF-I.
Somatotropin mengatur dan mengubah reaksi biokimia yang berkaitan dengan
proses pertumbuhan dan perkembangan komponen tubuh dan bekerja pada selsel target melalui ikatan reseptor somatotropin yang spesifik yang berada dalam
permukaan sel seperti hati, otot, tulang, dan jaringan adiposa. Selanjutnya,
fungsi somatotropin dalam metabolisme tubuh adalah meningkatkan kecepatan
sintesis protein di semua sel tubuh. Somatotropin mampu mempercepat
pengangkutan asam amino melalui dinding sel ke dalam sitoplasma. Selain itu,
somatotropin juga mampu meningkatkan pembentukan RNA dalam inti sel
86
sehingga dapat mendorong proses transkripsi dan translasi. Keadaan ini akan
memungkinkan terjadinya sintesis protein dan pertambahan jumlah sel yang
lebih cepat sehingga mempercepat pertumbuhan jaringan.
Dari gambaran di atas, tampak somatotropin yang disekresikan selama
periode prapubertas hingga pubertas berperan penting pada pertumbuhan.
Selanjutnya, apabila dikaitkan dengan kondisi belum optimalnya pertumbuhan,
usaha meningkatkan peran dan aksi somatotropin pada masa prapubertas
diharapkan akan mengoptimalkan pertumbuhan ternak. Artinya, suplementasi
somatotropin yang dilakukan pada ternak umur prapubertas diharapkan mampu
meningkatkan
pertumbuhan
ternak,
sehingga
diharapkan
untuk
masa
selanjutnya ternak berpenampilan tubuh yang baik dengan komposisi badan
yang memadai.
Bioteknologi telah dianggap sebagai ilmu yang akan mempunyai dampak
revolusioner dalam bidang pertanian, termasuk peternakan. Salah satu hasil
bioteknologi pertama yang sudah siap digunakan dalam industri peternakan
adalah somatotropin. Teknik biologis baru yang dikenal dengan rekayasa
genetik
telah
dikembangkan.
Prosedur
ini
memungkinkan
isolasi
gen
somatotropin yang merupakan hormon protein dengan 191 residu asam amino,
dan menggabungkannya ke dalam gen bakteri. Bakteri yang membawa gen
somatotropin tadi kemudian akan menghasilkan somatotropin yang biasanya
hanya dihasilkan oleh kelenjar pituitari. Dengan demikian, sejumlah besar
somatotropin dapat dihasilkan oleh bakteri dalam bejana fermentasi dan
kemudian dimurnikan dengan biaya yang relatif murah.
Melihat kondisi pertumbuhan ternak yang belum optimal, selanjutnya
mengamati pentingnya peranan somatotropin pada periode pertumbuhan pra
pubertas, dan tersedianya hasil bioteknologi somatotropin, serta didukung oleh
studi-studi penelitian yang telah dilakukan pada berbagai obyek dan metode
87
penyuntikan somatotropin selama ini, penyuntikan somatotropin ini dapat
dijadikan alternatif dalam rangka memperoleh struktur eksternal dan wujud
yang optimal pada hewan (ternak).
Sumber:
http://id.shvoong.com/exact-sciences/1820025-perangsanganpertumbuhan-ternak/#ixzz1Z3qPqwzJ
Latihan soal :
1. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan sapi potong !
2. Jelaskan indikator fisik keberhasilan usaha penggemukan sapi potong !
3. Pada posisi pertumbuhan mana nilai feed cost per gain paling efisien?
Jelaskan alasannya!
Rangkuman singkat
Pertumbuhan merupakan aktivitas yang penting dalam suatu usaha
peternakan terutama pada ternak penghasil daging. Pengertian pertumbuhan
pada ternak potong dimulai pada saat terjadinya pembuahan yang kemudian
dilanjutkan dengan proses hiperplasia (peningkatan jumlah sel jaringan) dan
hipertrofi (peningkatan ukuran sel). Pada masa awal (dua pertiga masa
kebuntingan) pertumbuhan didominasi oleh hiperplasia, sedangkan sepertiga
akhir masa kebuntingan didominasi oleh proses hipertrofi (peningkatan ukuran
sel / serabut otot) dan dilanjutkan pada periode post natal (sesudah kelahiran).
Pada ternak potong, proses pertumbuhan normal mengikuti kurve
sigmoid. Berdasarkan pola pertumbuhan tersebut, laju pertumbuhan yang
optimal dicapai pada saat menjelang dan sekitar pubertas dan secara gradual
akan menurun sampai terhenti (tidak meningkat) pada saat dewasa tubuh.
Berdasarkan perkembangan komponen jaringan, jaringan musculus tumbuh
88
cepat pada saat menjelang pubertas dan pada akhir pertumbuhan didominasi
oleh jaringan lemak.
Fenomena pertumbuhan tersebut penting dipahami karena dalam strategi
pemeliharaan ternak, terutama pada program penggemukan, nilai ekonomi dari
investasi operasional (terutama dari pakan), akan cenderung menurun setelah
usia pubertas terlampaui karena ADG yang menurun dan proporsi jaringan
lemak yang meningkat.
Sumber :
Hill, D.H. 1988. Cattle and Buffalo Meat Production in The Tropics. Intermediate
Tropical Agriculture Series. Singapore.
Moran, J.B. 1992. Growth and Development of Buffaloes.
89
Download