ISBN :978-602-73159-0-7 SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VII “Penguatan Profesi Bidang Kimia dan Pendidikan Kimia Melalui Riset dan Evaluasi” Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS Surakarta, 18 April 2015 MAKALAH PENDAMPING KIMIA ANALITIK ISBN : 978-602-73159-0-7 STUDI GANGGUAN ION Fe3+ dan Hg2+PADA PENGUKURAN EMAS SECARA SPEKTROFOTOMETRI MENGGUNAKAN RHODAMIN B Anggi Saputra1,*, Suprapto2, Ratna Ediati2 1Institut 2Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia email :[email protected] ABSTRAK Pengukuran kompleks emas rhodamin B menggunakan metode spektrofotometri UVVis merupakan metode alternatif pengukuran yang sederhana dan relatif murah. Pengukuran didasarkan pada pembentukan pasangan ion kompleks berwarna antara kompleks [AuCl4]dengan kation rhodamin B yang dapat diekstrak dalam diisopropil eter. Pada aplikasinya, logam-logam mayor dalam matriks batuan yang dapat membentuk kompleks dengan rhodamin B berkemungkinan mengganggu pengukuran emas. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh logam mayor pada batuan emas yang berasal dari Pulau Buru terhadap hasil pengukuran kadar emas secara spektrofotometri. Berdasarkan hasil EDX dan XRD, mineral utama penyusun batuan adalah sinabar dan sulfida besi. Pengaruh kedua logam ini dipelajari dengan cara adisi larutran standar Fe3+ dan Hg2+ dalam larutan emas pada rentang konsentrasi 0-40 ppm. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ion Fe3+ dan Hg2+ mengganggu proses pengukuran pada metode spektrofotometri menggunakan Rhodamin B. Ion Fe3+ dan Hg2+ mengakibatkan penurunan nilai absorbansi kompleks emas yang terekstrak pada fasa diisopropil eter. Kata Kunci: sinabar, rhodamin B, diisopropil eter, spektrofometri UV-Vis ISBN :978-602-73159-0-7 Kepulauan Maluku yang dilindi menggunakan PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber aqua regia. daya mineralberharga, salah satunya adalah emas. Keberadaan emas di alam biasanya terjebak dalam matriks batuan seperti kuarsa, karbonat, turmalin, floupar, dan endapan sulfida [1]. Pelindian emasdari batuan dapat dilakukan menggunakan berbagai reagen kimia seperti sianida [2], tiourea-tiosianat [3],klorida-hipoklorit [4,5], ataupun aqua regia [6]. Kadar emas pada hasil pelindian umumnya diukur instrumen ataupun METODE PENELITIAN ICP Material yang digunakan pada penelitian MS/OES/AES [2-5] yang bersifat destruktif dan ini meliputi sampel batuan, larutan standar relatif mahal. Pada kasus ekstraksi emas dari Au3+100 ppm, standar Fe3+ 100 ppm, standar mineral sulfida merkuri seperti sinabar (HgS), Hg2+ 100 ppm, rhodamin B 8,4 x 10-4 M, NH4Cl metode pengukuran diatas dapat menyebabkan 30%, kerusakan DM.Batuan yang digunakan berasal dari Pulau pada AAS Gambar 1. Batuan Sinabar dari PulauBuru lingkungan disebabkan lepasnya logam merkuri ke lingkungan. Pengukuran spektrofotometri alternatif yang emas dapat Buru HCl 20%, Kepulauan HNO3 Maluku. dengan metode digunakan dijadikan metode spektrofotometer UV-Visibel. bersifat 65%, meliputi dan Instrumen SEM-EDX, XRD, aqua yang dan non-destruktif, Tahapan yang dilakukan pada penelitian sederhana, dan murah serta dapat diaplikasikan ini meliputi karakterisasi batuan, penentuan ke sampel riil[7,8]. Salah satu reagen kimia yang λmaks kompleks emas rhodamin B, pembuatan dapat digunakan pada metode ini adalah kurva kalibrasi, analisa pengaruh ion Fe3+ dan rhodamin B. Kation dari rhodamin B dapat Hg2+, serta pengaruh konsentrasi rhodamin membentuk pasangan ion kompleks berwarna Bterhadap hasil pengukuran. ]- dengan [AuCl4 yang larut dalam diisopropil eter [8,9]. Batuan yang digunakan dalam penelitian ini memiliki ukuran partikel 40-80 mess. Adapun Pengukuran dengan metode ini tentunya Karakteristik batuan dianalisa menggunakan tidak terlepas dari gangguan spesi-spesi yang instrumen EDX dan XRD. Prosedur pengukuran ada dalam larutan hasil pelindian. Matriks emas mengikuti prosedur [9] : 5 ml sampel hasil pengikat emas yang ikut larut dalam pelindian pelindian atau larutan standar emas dicampur berpotensi Pada dengan 5 ml aqua DM, 2,5 ml HCl 20%, 5 ml penelitian ini akan dipelajari pengaruh matriks NH4Cl 30%, dan 2,5 ml rhodamin B 8,4 x 10-4 M. terlarut, khususnya besi dan merkuri, pada Campuran kemudian dikocok selama 30 detik ekstraksi dengan 5 ml diisopropil eter. Kemudian fasa mengganggu emas dari pengukuran. batuan Pulau Buru organik dipisahkan untuk diukur nilai ISBN :978-602-73159-0-7 absorbansinya menggunakan spektrofotometer merupakan logam UV-Visble. Penentuan λmaks dilakukan dengan dalam scaning panjang 32,66% dan 10,46%. Berdasarkan tabel 1 pula gelombang 400-700 nm. Adapun konsentrasi diketahui bahwa terdapat kandungan emas emas yang digunakan dalam pembuatan kurva dalam standar adalah 0,6-2,1 ppm. difraktogram sampel batuan ditunjukkan pada sampel pada rentang Pada analisa pengaruh ion Fe3+ dan Hg2+ utama yang terkandung batuan dengan persentase sebesar batuan Gambar 2. sebesar Hasil 5,29%. analisa Adapun difraktogram digunakan prosedur serupa namun dilakukan menggunakan perangkat lunak X’Pert High adisi 5 ml larutan standar Fe3+ atau Hg2+ Score Plus menunjukkan bahwa jenis mineral menggantikan utama dari batuan adalah sinabar (HgS). penambahan air. Adapun konsentrasi yang digunakan pada rentang 10 40 ppm pada fasa air. Selanjutnya, analisa pengaruh konsentrasi rhodamin B dilakukan dengan memvariasi konsentrasi pada rentang 8,4 x 10-4-3,36 x 10-3M. Gambar 2. Difraktogram dari cuplikan batuan Sebelum dilakukan dilakukan penentuan studi λmaks gangguan, kompleks emas rhodamin B dan pembuatan kurva kalibrasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3, Tabel.1 Komposisi unsur dalam cuplikan batuan Komponen Utama O Hg Fe Au S Cl Si Sb Br Na Al Tabel 1. daerah serapan maksimum untuk kompleks Persen Massa (%) menunjukkan rhodamin B berada pada panjang gelombang 556 nm. Selanjutnya, kurva kalibrasi 39,91 32,66 10,46 5,29 4,33 2,46 1,95 1,73 0,57 0,53 0,11 hasil emas dibuat dengan mengukur absorbansi kompleks emas rhodamin B dengan konsentrasi emas berbeda menggunakan panjang gelombang 556 nm.Korelasi linear diberikan antara absorbansi dan konsentrasi emas pada rentang 0,150 – 0,525 ppm dengan persamaan regresi 1,5916 X – 0,1008 ditunjukkan analisa menggunakan EDX. Terlihat bahwa logam mer kuri (Hg) dan besi (Fe) diperoleh pada (R2 Y = = 0,9994). Kurva kalibrasi Gambar dikarenakan 4. Korelasi semakin ini besar konsent 556 nm rasi emas yang digunak an maka semakin ISBN :978-602-73159-0-7 banyak kompleks emas rhodamin B yang emas) memberikan nilai absorbansi. Hal ini terbentuk seperti ditunjukkan pada Gambar 5. menandakan bahwa ion Fe3+ dapat membentuk kompleks dengan rhodamin B yang mampu Gambar 3. Penentuan panjang gelombang Maksimum terekstrak ke fasa diisopropil eter. Disisi lain, keberadaan ion Fe3+ pada pengukuran emas menyebabkan penurunan nilai absorbansi seperti ditunjukkan pada Gambar 7.Hal ini memberikan kontradiksi dimana disatu sisi ion Fe3+ memberikan nilai absorbansi namun dapat menyebabkan penurunan nilai absorbansi. Hal ini dimungkinkan karena berkurangnya konsentrasi rhodamin B karena pembentukan kompleks besi rhodamin B. Hal ini didukung oleh data pada Gambar 8 yang menunjukkan bahwa absorbansi kompleks emas rhodamin B dipengaruhi oleh konsetrasi rhodamin B pada Gambar 4. Kurva kalibrasi fasa air namun cenderung konstan pada konsentrasi rhodamin B diatas 0,00168 M. Gam bar 5. Komp leks emas rhoda min B Adapun penurunan absorbansi kompleks emas rhodamin konsentrasi dengan emas adanya berbeda ion Fe3+pada memberikan penurunan nilai absorbansi yang relatif sama seperti ditunjukkan Gambar 9. pada kons entra si emas berbe da (0,15 – 0,50 ppm) 551 nm Uji gangguan ion Fe3+ dilakukan dengan menggunakan larutan standar FeCl3.Sebelum dilakukan uji gangguan, dilakukan uji selektifitas ion Fe3+ terhadap rhodamin B dan diisopropil eter. Gambar 6. menunjukkan bahwa keberadaan ion Fe3+ (tanpa adanya kompleks Gamb ar 6. ISBN :978-602-73159-0-7 Larutan standar Fe3+ dalam fasa diisopropil eter Gambar 9. Pengaruh adanya ion Fe3+ pada konsentrasi emas berbeda Selanjutnya, uji gangguan ion Hg2+ terhadap pengukuran kompleks emas rhodamin B dilakukan dengan menggunakan larutan standar HgCl2. Selektifitas ion Hg2+ terhadap rhodamin B dan diisopropil eter dapat dilihat pada Gambar 10. Terlihat bahwa keberadaan ion Hg2+ (tanpa adanya kompleks emas) tidak memberikan nilai absorbansi yang menandakan bahwa senyawa kompleks Hg2+ dengan rhodamin B tidak terekstrak ke fasa diisopropil Gambar 7. Pengaruh adanya ion Fe3+ pada pengukuran emas eter. Seperti halnya pada kasus ion Fe3+, Keberadaan ion Hg2+ juga menyebabkan penurunan nilai absorbansi kompleks emas rhodamin B yang terukur ditampilkan pada Gambar 11. Gambar 8. Pengaruh konsentrasi rhodamin B terhadap nilaiabsorbansi seperti yang ISBN :978-602-73159-0-7 Gambar 10. Larutan standar Hg2+ dalam fasa diisopropil eter dosen pembimbing, Bapak Dr.rer.nat Fredy Kurniawan, M.Si selaku Kepala Laboratorium ISA Kimia FMIPA ITS, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi selaku pemberi dana penelitian, serta teman-teman warga Laboratorium ISA Kimia FMIPA ITS DAFTAR RUJUKAN [1]Chryssoulis, S.L. and McMullen, J. “Mineralogical Investigation of Gold Ores”, in Developments in Mineral Processing Vol.15, Eds. Elsevier B.V, 2005, 21-71. [2] Karimi, A., Abdollahi, H., Amini, A., Noaparast, M., Shafaei, S.Z., and Habashi, F., 2010, Int. J. Miner. Process, Vol.95, 6877. Gambar 11. Pengaruh adanya ion Hg2+ dalam pengukuran emas [3] Yang, X., Moats, M.S., Miller, J.D., Wang, X., Shi, X., and Xu, H., 2011, Hydrometallurgy, Vol.106, 58-63. KESIMPULAN [4]Hasab, M.G., Rashchi, F., and Raygan, Keberadaan ion Fe3+ dan Hg2+menyebabkan penurunan nilai absorbansi kompleks emas rhodamin B pada metode pengukuran yang dilakukan. Pengukuran emas pada sampel sinabar) batuan menggunakan (khususnya metode ini batuan dapat dilakukan jika konsentrasi ion Fe3+ dan Hg2+ telah diketahui. Nilai absorbansi kompleks emas rhodamin B merupakan nilai absorbansi terukur ditambah dengan penurunan nilai absorbansi akibat adanya ion Fe3+ dan ion Hg2+. Sh.,2014, Hydrometallurgy, Vol.142, 56-59. [5]Baghalha, M., 2007, Int. J. Miner. Process., Vol.82, 178-186. [6] Kuzugüdenli, Ö.E. dan Kantar, Ç.,1999, Erc. Üniv. Fen Bil. Derg, Vol.15, 119-127. [7] Fazli, Y., Hassan, J., Karbasi, M.H., and Sarkouhi, M., 2009, Miner. Eng., Vol.22, 210-212. [8]Tournebize,J., Sapin-Minet, A., Schneider, R., Boudier, A., Maincent, P., and Leroy, P., 2011, Talanta, Vol.83, 1780-1783. [9] MacNULTY, B.J. and Woollard, L.D., 1955, UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang Anal. Chim. Acta, Vol.13, 154-158. sebesar-besarnya kepada :Bapak Suprato, Ph.D dan Ibu Dra. Ratna Ediati, M.Si, Ph.D selaku TANYA JAWAB : PENANYA : -