CALL FOR APPLICATION Kursus dan Penelitian Agraria Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, 2012 “Kebijakan, Konflik, dan Perjuangan Agraria Indonesia Awal Abad 21” (Indonesian Agrarian Policy, Conflict and Struggle in The Early of 21 Century) Deadline 10 April 2012 A. Pendahuluan Kebijakan pertanahan Indonesia di beberapa dekade terakhir dicirikan dengan besarnya pengalokasian dan peruntukan tanah untuk kepentingan non-pertanian dalam skala yang lebih luas. Dianto Bachriadi dan Gunawan Wiradi (2011) mencatat bahwa di luar kawasan kehutanan saja, pengalokasian tanah itu demikian timpang. Analisa awal mereka didasarkan pada data sensus pertanian selama 6 dekade terakhir. Di sisi yang lain penyediaan tanah untuk berbagai proyek pembangunan banyak mengambil dan mengkonversi tanah-tanah pertanian produktif. Sekedar gambaran, ditemukan angka ketimpangan berikut: tanah untuk proyek kehutanan adalah 60,2 juta ha; proyek pertambangan 267,7 juta ha; dan proyek perkebunan 20 juta ha; sementara pertanian rakyat adalah 21,5 juta ha. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional dan Sajogyo Institute pada 2009, pengaturan sumber daya agraria di kepulauan Indonesia yang jika ditilik kembali dalam sejarah penguasaan yang ada sejak dulu hingga sekarang, membuahkan apa yang dinamakan dengan krisis agraria yang bentuk dan proses pembentukan krisisnya berbeda antara satu tempat dan tempat lain di dalam lingkup kepulauan yang luas ini. Secara umum, di kepulauan Indonesia krisis-krisis agraria yang muncul adalah: (i) terjadinya konflik klaim penguasaan dan pemilikan tanah dan sumbersumber agraria lainnya; (ii) hilangnya penguasaan rakyat atas tanah dan sumber-sumber agraria lainnya; (iii) terbatasnya akses rakyat terhadap sumber-sumber ekonomi dan penghidupan; serta (iv) terbatasnya tata kuasa dan tata kelola mandiri rakyat atas proses kerusakan ekologis (Laksmi Savitri, et,al [ed], 2009). Hingga saat ini, dimana sistem ekonomi nasional negara-negara di dunia (termasuk Indonesia) telah dikontrol dalam suatu tatanan global yang sangat massif, kebijakan agraria di Indonesia disetting untuk dapat menjadi panggung bagi proses pelipatgandaan modal besar dari perusahaan-perusahaan yang akan berinvestasi di negara kepulauan yang sangat kaya ini. Misalnya, diawal abad 21 ini, ketika dunia menghadapi ancaman krisis pangan dan energi, kebijakan pertanahan Indonesia segera dibuat untuk kepentingan pangan dan biofuel dalam skala gigantik (food, fuel, energy estate) yang dikelola dengan modal besar dari perusahaan-perusahaan domestik dan transnasional. Untuk cerita di Indonesia, contoh implementasi project MIFEE (Merauke Integrated Food-Energy Estate) di Papua, dan project yang sama di Nunukan, Kalimantan Timur, adalah contoh bagaimana kebijakan ini dilaksanakan. Pengalokasian tanah untuk skala industri pangan-energi skala besar itu ditandai dengan hal-hal berikut: munculnya akuisisi tanah skala luas dan produktif yang jumlahnya jutaan hektar; naiknya investasi berbasis penguasaan tanah; klaim tanah skala luas yang hanya menyisakan proporsi kecil bagi penduduk lokal; dominasi sektor privat; dominasi investasi asing yang bekerjasama dengan investasi domestik yang selalu memakai cara akuisisi tanah dalam bisnisnya (Lorenzo Catula, etc., 2009). 1 Kebijakan semacam itu memunculkan cara analisa baru dan memunculkan bentuk respon perlawanan yang baru pula dari kelompok-kelompok gerakan sosial di pedesaan yang terkena langsung imbas kebijakan tersebut (Saturino Borras, et.al.; 2009). Hal semacam ini menuntut kalangan sarjana-aktivis untuk melakukan pengkajian ulang yang lebih mendalam agar lebih memahami kebijakan-kebijakan pertanahan macam apa saja yang muncul dan menjadi tipikal di Indonesia awal abad 21 ini, seperti apa tuturan yang mendominasi kebijakan itu, bagaimana bentuk perjuangan agraria rakyat di pedesaan yang muncul atas setting baru abad 21, dan bagaimana proses ekspansi modal besar itu berimbas pada krisis dan perjuangan yang muncul di tempat yang berbeda secara geografis dan historis tersebut. Dengan mengambil tema “Kebijakan, Konflik dan Perjuangan Agraria Indonesia Awal Abad 21” (Indonesian Agrarian Policy, Conflict and Struggle in The Early of 21 Century) riset sistematis 2012 ini akan diarahkan untuk mengenali berbagai proses alokasi tanah skala luas yang terjadi melalui kebijakan pertanahan, serta melihat seperti apa respon rakyat pedesaan yang terimbas langsung dan menanggung krisis sosial-ekologi dalam melakukan perjuangan-perjuangan mereka. B. Jenis Penelitian Bentuk penelitian tahun 2012 ini adalah desk study (penelitian literatur) dan field study (penelitian lapang). Desk Study diarahkan untuk melakukan review atas beberapa bibliografi terpilih sehingga diharapkan dihasilkan satu sintesa atau “state of the art” atas pengetahuan kebijakan dan perjuangan agraria dari dulu hingga sekarang. Hasil dari kajian tersebut adalah anotasi bibliografi. Dengan penelaahan tersebut, harapannya dapat memberikan sumbangan literatur untuk pemenuhan cara baca dan analisa yang baru bagi kebijakan dan perjuangan agraria ke depan, sekaligus menjadi kesempatan baru untuk melakukan upaya revitalisasi studi agraria Indonesia, serta memiliki daya panggil yang luas terhadap para pelaku-pengkaji kebijakan dan perjuangan agraria Indonesia. Adapun field study yang akan dilakukan adalah di lokasi-lokasi yang sedang dan telah menjadi situs-situs kebijakan alokasi tanah skala luas dan situs-situs terjadinya sengketa agraria dan klaim atas tanah yang tumpang tindih. Pelaksanaan penelitian akan didahului dengan kegiatan kursus agraria serta rangkaian diskusi dan workshop yang menyertainya. Adapun judul penelitian yang telah disediakan adalah: 1. Penelitian lapang (field study): (1) Propinsi Bangka Belitung dengan tema ”Kebijakan Pertanahan pada Tanah-Tanah Pasca Tambang Timah” Lokasi Bangka dipilih sebagai kelanjutan dari riset sebelumnya yang untuk tahun 2012 ini diarahkan guna merumuskan kebijakan pertanahan secara langsung, serta membantu proses komunikasi antar kelembagaan, terutama PT. Timah dengan BPN dalam membicarakan lokasi-lokasi tanah pasca tambang. (2) Propinsi Jambi dengan tema ”Perkebunan Rakyat, Akses Pasar, Jejaring Komoditas Internasional Sawit dan Karet”; pertumbuhan investasi skala besar di bidang komoditi karet dan kelapa sawit yang berada di Indonesia mengalami peningkatan sangat signifikan dalam 10 tahun terakhir, tanah-tanah subur di beberapa wilayah segera di transformasikan dari pertanian tanaman rakyat menjadi perkebunan tanaman eksport. Riset ini hendak melihat bagaimana proses pengadaan tanah skala besar untuk komoditas international ini serta seperti apa proses produksi2 konsumsi yang ada di lingkaran komoditas ini dari petani hingga pasar international. 2. Penelitian Literatur (Desk study): (3) Kajian literatur yang menghasilkan bibliografi beranotasi dengan tema ”Sejarah Konflik dan Perjuangan Agraria Indonesia” Penulisan tentang konflik dan perjuangan agraria di Indonesia telah lama dilakukan, karena cerita konflik dan perjuangan agraria adalah cerita yang menghiasi sejarah perjalanan bangsa Indonesia dari dulu hingga sekarang. Untuk mengetahui peta subyek dan obyek konflik agraria serta berbagai kekuatan yang menghelanya, diperlukan sebuah bibliografi beranotasi yang mengkaji berbagai karya tentang sejarah konflik dan perjuangan agraria di Indonesia. (4) Kajian literatur yang menghasilkan bibliografi beranotasi dengan tema “Akuisisi Tanah untuk Pangan dan Energi” Pangan dan energi menjadi isu global yang saat ini sedang banyak dibicarakan. Penyediaan pangan dan energi untuk skala global mulai dipikirkan. Penyediaan pangan dan energi itu dilakukan dengan cara pengambilan tanah skala luas di banyak negara, salah satunya Indonesia. Kajian literatur ini bertujuan untuk menyusun bibliografi beranotasi tentang karya-karya yang mengupas tentang kompleksitas dan dinamika akuisisi tanah bagi pemenuhan pangan dan energi skala besar itu. (5) Kajian literatur yang menghasilkan naskah tentang ”Dinamika Perjuangan Agraria Kontemporer di Indonesia” Perjuangan agraria Indonesia mengalami pasang naik pasca Orde Baru. Muncul gelombang re-klaiming tanah dari serikat-serikat petani di banyak tempat di Indonesia atas tanah-tanah mereka yang sebelumnya dirampas untuk perkebunan besar Belanda dan perusahaan negara Orde Baru. Dalam 10 tahun hingga sekarang sejak gelombang pasang naik perjuangan agraria di Indonesia ini, telah terjadi pula perubahan cepat dan luas dari usaha-usaha pengambilan lagi tanah-tanah rakyat untuk usaha-usaha besar perkebunan, kehutanan, tambang, dll. Seperti apa kondisi perjuangan agraria di Indonesia saat ini, adalah hal menarik untuk dikaji. (6) Kajian literatur yang menghasilkan naskah tentang ”Kebijakan Penyelesaian Konflik Agraria Indonesia”. Akhir-akhir ini, konflik agraria di Indonesia mulai banyak diberitakan di media. Konflik yang terjadi di banyak tempat itu bukanlah kejadian yang tiba-tiba muncul, tetapi akibat dari stuktur agraria yang carut marut sebagai warisan kolonial yang tidak pernah diselesaikan. Siapa yang berwenang menyelesaikan konflik agraria itu, dan lembaga (negara) apa saja yang menanganinya? Seperti apa sikap dari kewenangan negara terhadap munculnya konflik agraria yang banyak merugikan mayoritas rakyat itu? Kajian ini ingin melihat bagaimana berbagai pengurus negara berupaya menyelesaikan konflik agraria: bagaimana konflik didefinisikan, diselesaikan (dan atau diabaikan) oleh berbagai lembaga (negara) dan bagaimana hasilnya. C. Pengorganisasian Kursus dan Penelitian Kursus dan Penelitian Agraria ini diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional yang bekerjasama dengan Sajogyo Institute, memasuki tahun ke-lima dari kerjasama penelitian yang telah terjalin sejak tahun 2008 lalu. 3 Peserta Kursus dan Penelitian Agraria berasal dari kalangan dosen Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional dan peserta mitra yang keikutsertaannya melalui serangkaian tahapan seleksi. Penelitian ini melibatkan para ahli yang akan bertindak sebagai pengarah penelitian sekaligus supervisor di masing-masing tim penelitian. Mereka adalah (1) Prof. Dr. Endriatmo Soetarto (STPN), (2) Noer Fauzi Rachman, Ph.D. (FEMA-IPB), (3) Laksmi A. Savitri, Ph. D. (Sajogyo Institute), (4) Hendro sangkoyo, Ph.D. (SDE), (5) Dr. Sri Margana (UGM), serta ilmuwan dari luar negeri (6) Prof. Dr. Tania M. Li (Toronto University, Canada), (7) Prof. Dr. Benjamin White (ISS, The Hague), (8). Christian Lund, Ph. D. (Rosklide University). Penelitian ini diselenggarakan di dalam sebuah skema fellowship yang diseleksi berdasarkan berbagai usulan proposal penelitian yang masuk. D. Pendaftaran Kursus dan Penelitian Agraria ini terbuka bagi para dosen, mahasiswa pascasarjana, dosen, peneliti, aktivis LSM dan pegawai pemerintah yang memiliki kepedulian ilmiah maupun keterlibatan praktis di bidang agraria. Dibutuhkan 24 peserta yang terdiri dari 12 dosen STPN dan 12 peserta luar hasil penjaringan aplikasi. Ketentuan untuk pendaftaran terbuka ini adalah sebagai berikut: No 1. Syarat Kelengkapan Keterangan Surat pernyataan bersedia berperan aktif Format bebas dalam seluruh rangkaian kegiatan Kursus dan Penelitian Agraria pada tahun 2012 ini (mulai dari persiapan kursus, penyusunan proposal tim, pelaksanaan penelitian lapang, penulisan laporan, lokakarya perbaikan laporan, dan publikasi). 2. Menyerahkan Curriculum Vitae sesuai dengan Format terlampir format yang disediakan. 3. Menyerahkan form aplikasi sesuai dengan Format terlampir format yang disediakan. 4. Menyerahkan proposal penelitian sesuai Format bebas, ringkas-padat 4-5 judul yang telah disediakan. hlm. Spasi 1,5 (latar belakang, tinjauan pustaka, rumusan masalah, metode dan atau metodologi) Menyerahkan surat persetujuan dari lembaga (untuk dosen rekomendasi dari tempat bekerja atau berafiliasi Ketua Jurusan/Departemen) 5. 6. Menyerahkan surat rekomendasi dari dua orang yang mengenal baik calon peserta. 4 7. Telah berpengalaman melakukan penelitian Copy atau scan lembar laporan lapang minimal 3 kali, ditunjukkan dengan yang tertera nama calon peserta menyertakan judul penelitian dan afiliasi lembaga yang melakukannya (syarat untuk field study) 8. Telah memiliki 2 karya tulis yang Copy atau scan lembar publikasi dipublikasikan (syarat untuk desk study), laporan yang tertera nama calon ditunjukkan dengan melampirkan halaman peserta identitas publikasi tersebut. Usulan proposal yang masuk akan diseleksi oleh tim dan SC. Peserta terseleksi akan diberitahukan untuk mengikuti rangkaian kegiatan, yang diawali dengan kursus, briefing, pengkayaan metodologi, dan perbaikan proposal, serta pelaksanaan riset. 5 E. Pembiayaan Pembiayaan seluruh rangkaian Kursus dan Penelitian Agraria 2012 ini ditanggung oleh Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (dana publik) yang diserahkan kepada peserta melalui skema fellowship. Peserta kursus dan penelitian agraria akan menerima paket biaya fellowship sebagai berikut: a) Untuk field study tersedia fellowship: Rp. 13.740.000 b) Untuk desk study tersedia fellowship: Rp. 10.840.000 Fellowship di atas meliputi honor, biaya transportasi dan penginapan selama penelitian lapang; dan bukan termasuk paket kursus, lokakarya proposal dan lokakarya hasil yang diselenggarakan di Yogyakarta dan Bogor. F. Administrasi Aplikasi Seluruh persyaratan di atas harus diserahkan paling lambat tanggal 20 Maret 2012. Semua berkas pendaftaran di atas disampaikan dalam dua bentuk: electronic file dikirimkan ke alamat email: [email protected], dengan tembusan/cc ke alamat email: [email protected]; dan berkas fisik dikirimkan ke alamat Sekretariat PPPM STPN, Jl. Tata Bumi No 5 Banyuraden, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Seluruh berkas aplikasi akan dinilai oleh Komite Seleksi dengan mempertimbangkan kualifikasi pelamar menurut persyaratan yang ditetapkan. Para pelamar yang lolos seleksi akan dihubungi pada tanggal 27 Maret 2012. Kontak person pengorganisasian kegiatan: A. N. Luthfi (0274-587239), [email protected] G. Jadwal Kegiatan Kecuali untuk undangan aplikasi yang tenggat waktunya dipastikan tanggal 10 April, jadwal ini bersifat tentatif. H. Undangan aplikasi: 12 Maret – 10 April 2012 Pengumuman seleksi: 17 April Pengiriman bahan kursus: 18 April Mempelajari bahan kursus: 21 April – 21 Mei Kursus Agraria (LiBBRA): 22-24 Mei Perbaikan proposal penelitian: 25-31 Mei Workshop proposal penelitian: 1-2 Juni Penelitian lapang: 3 Juni – 10 September Penulisan hasil: 11 – 30 September Penyerahan hasil: 1 Oktober Koreksi hasil oleh supervisor: 2 – 9 Oktober Lokakarya hasil: 10 Oktober Perbaikan hasil: 11-25 Oktober Publikasi terbatas: 7 November 2012 Kurikulum Kursus Sedang disusun (menyusul) 6