Review 3 Mata Kuliah Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan AS 2 November 2009 Nama: Rifki Ahmad Z S NPM : 0706291376 Sumber Bahan Review: Gilpin, Robert. “European Regional Integration” dalam Gilpin,Robert. The Challenge of Global Capitalism. The World Economy in the 21st Century. (Princeton: Princeton University Press, 2000), hal 193-226. Uni Eropa Sebuah Gambaran Dinamika Perekonomian Rangkaian sejarah telah terukir sangat banyak dan penuh dengan hal-hal yang menyenangkan ataupun sebaliknya, perang dan damai, dan masa-masa dimana penuh dengan kompleksitas. Hal ini tidak terlepas dari dinamika hubungan internasional dari masa ke masa begitu cepat dan bervariasi. Ada saat dunia ini dibangun namun sesaat kemudian dunia ini dihancurkan kembali. Inilah gambaran sebuah perjalanan hidup tidaklah dapat diprediksikan dengan mudah dan sederhana. Eropa yang semula digambarkan sebagai satu kawasan yang akan makmur dan penuh dengan perdamaian dikejutkan dengan munculnya berbagai perang yang saling menghancurkan satu dengan yang lainnya. Perang Dunia I dan II adalah satu kisah yang menjadi catatan hitam atas hal tersebut. Kondisi yang telah hancur haruslah dibangun kembali, inilah titik awal kemunculan sebuah keinginan untuk menciptakan satu Eropa yang lebih baik dan dalam kondisi yang penuh persahabatan dan perdamaian. Kehancuran diberbagai bidang – terutama infrastruktur – menjadikan titik awal yang harus diperbaiki adalah sisi perekonomian kawasan, Eropa. Inilah titik dasar kemunculan the Treaty of Paris pada tahun 1951 yang menghasilkan the Coal and Steel Community. Nama dari bentuk kerjasama tersebut tidak lain dikarenakan kondisi dimana penghasilan paling besar Eropa masa itu adalah coal dan steel. Robert Gilpin pun tidak memungkiri bahwa pada tujuan utama dari pergerakan Eropa untuk membentuk European Unity pasca perang lebih didasari tujuan politik namun secara praktis tujuan hal tersebut tidaklah lain merupakan tujuan yang bersifat ekonomi. Rober Gilpin dalam artikel European Regional Integration menjelaskan dalam beberapa tahapan dan bidang yang berbeda mengenai Eropa tersebut. Pada tahapan pertama, Gilpin menjelaskan dari perjalanan sejarah terbentuknya sebuah Uni Eropa kini. Dalam tahapan ini pun Gilpin menjelaskan secara rinci peristiwa-peristiwa penting seperti the Treaty of Paris, the Treaty of Rome, The Werner Plan, end of Cold War, Maastricht Treaty, hingga tahun 2002 dimana Euro resmi menjadi mata uang kawasan tersebut. Pada pembahasan 1 sejarah ini penulis tidak akan menjelaskan secara deskriptif mengenai perjalanan sejarah pada tahapan pertama dari pembahasan Gilpin tersebut.1 Pada tahapan selanjutnya, Gilpin membahas sedikit aktor krusial dan berperan besar selama proses terbentuknya Uni Eropa. Penulis sendiri melihat aktor yang disebutkan Gilpin sangatlah menarik. Gilpin melihat bagaimana peran dari Prancis dan Jerman dalam menciptakan ide-ide brilliant selama perjalanan sejarah terbentuknya Uni Eropa. Bila kita melihat perjalanan sejarah keduanya, catatan hitam konflik keduanya tidaklah dapat dielakkan. Namun, hal ini tidak menjadi satu hambatan berarti disaat proses demi proses terbentuknya Uni Eropa. Kedua aktor ini menciptakan satu kerjasama yang cukup unik –berdasarkan gambaran Gilpin – dimana Prancis yang secara ekonomi tidak begitu cepat bangkit kembali sedangkan Jerman berada dalam kondisi yang tidak jauh berbeda walaupun lebih baik menjadikan Prancis dalam posisi dimana diharuskan menciptakan satu kebijakan luar negeri yang melibatkan keduanya untuk bekerja sama membangun dan memperkuat perekonomian Eropa. Europeanizing Bundesbank adalah salah satu jalan yang ditempuh. Walaupun pada intinya Gilpin tidak memungkiri bahwa hubungan keduanya tetaplah dalam posisi yang tidak baik, dimana posisi tertinggi dalam memegang kendali Uni Eropa menjadi satu hal yang diperebutkan. Pada tahapan selanjutnya, Gilpin menjelaskan mengenai proses perjalanan terciptanya satu Uni Eropa yang solid dan munculnya Euro sebagai satu mata uang regional. Gilpin memulainya dengan membahas the Maastricht Treaty (Treaty on European Union) yang ditandatangani pada bulan Desember 1991 dimana aktor utamanya adalah Jerman dan Prancis yang telah menciptakan ide untuk menyatukan Western Europe baik dari sisi politik maupun ekonomi. Bagian penting lainnya dari Maastricht Treaty lainnya adalah pembentukan Economic and Monetary Union (EMU) yang bertujuan menciptakan satu mata uang regional yaitu Euro dan European Central Bank sebagai modal dasar dalam menciptakan satu integrated European market. 1 Dalam sebuah tabel, Gilpin menjelaskan rentetan peristiwa yang menjadi titik-titik perkembangan dan perjalanan sejarah terbentuknya sebuah Uni Eropa yang utuh dan solid seperti sekarang ini. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Gilpin, Robert. “European Regional Integration” dalam Gilpin,Robert. The Challenge of Global Capitalism. The World Economy in the 21 st Century. (Princeton: Princeton University Press, 2000), hal 193-226. 2 Dalam artikel yang berbeda dikatakan bahwa pada dasarnya terdapat tiga agenda ekonomi yang ingin dicapai oleh Uni Eropa yang tercermin dalam Maastricht Agenda, Lisbon Agenda, dan Laeken Agenda. Maastricht Agenda sendiri telah dijelaskan oleh Gilpin sebelumnya bahwa salah satu tujuan yang ingin dicapai adalah menciptakan satu European Market dan Euro. Namun, bila dilihat dalam sisi yang berbeda keberadaan keduanya lebih ditujukan untuk menciptakan satu stabilitas makroekonomi – mengingat dampak negatif dari perang yang dialami Eropa – dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang baik dan signifikan dan investasi dalam jangka panjang dengan satu European Market dan Euro sebagai faktor dalam mencapai hal tersebut.2 Dalam tingkatan kebijakan dan waktu yang berbeda, agenda selanjutnya yang ingin dicapai oleh Uni Eropa adalah menjadikan European Market yang lebih bersifat internal antar anggotanya dan regional dalam lingkupan yang lebih luas menjadi satu hal yang lebih bersifat internasional ataupun dalam bahasa yang berbeda adalah menjadi pusat dari perekonomian dunia.3 Walaupun kondisi dimana Uni Eropa yang belum satu padu – mengingat diantara anggotanya tidak menyetujui keberadaan Euro sebagai mata uang tunggal regional, khusus Uni Eropa – namun semua dalam satu pemahaman yang sama dimana perlu satu pembentukan kebijakan yang dapat menguntungkan setiap anggota dari Uni Eropa itu sendiri terutama dalam hal meningkatkan kesejahteraan masing-masing anggota. Tentunya hal tersebut sangatlah bersifat kebijakan jangka pendek mengingat dinamika perekonomian dan politik dunia terus berubah dan diperlukan satu kebijakan yang bersifat fleksibel pada akhirnya. Pada agenda lainnya, yaitu Laeken Agenda, hal yang menjadi tujuan utamanya adalah pembentukan opini publik dan juga legitimasi publik terhadap kebijakan yang bersifat integritas dari Uni Eropa.4 Hal ini tentu sangatlah penting mengingat Uni Eropa terdiri dari banyak negara yang didalamnya terdapat publik dengan nasionalisme yang berbeda yang pada akhirnya menciptakan satu persaingan antar publik anggota Uni Eropa itu sendiri. Diperlukan satu hal yang menjadikan posisi kebijakan Uni Eropa sebagai hal yang dapat 2 Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam Jones, Erik. European Economic Governance Forging an Integrated Agenda yang diakses dari http://www.chathamhouse.org.uk/files/3219_european_economic_governance.pdf pada hari Minggu, 1 November 2009 pkl 18.42. 3 4 Ibid. Ibid. 3 diterima tidak hanya dalam tingkatan negara namun juga beserta publik dari negara-negara tersebut. Walaupun demikian banyak agenda yang ingin dicapai, keberadaan tiap anggota Uni Eropa untuk dapat diterima sebagai negara yang menggunakan Euro sebagai mata uang negaranya tidaklah mudah. Adapun beberapa aturan yang menjadi landasan atas hal tersebut, diantaranya: Table 1: Germany and the Maastricht criteria (1995-1998) Inflation Budget deficit (in % of GDP) Target: 3% Debt (in % of GDP) Target: 60% 1995 1.8 3.3 58.0 Long-term nominal interest rate (in % p.a.) 6.9 1996 1.5 3.4 60.4 6.2 1997 1.4* 2.7 61.3 5.6* 1998 (forecast) 1.7 2.5 61,2 * February 1997 to January 1998 Source: Commission and EMI, Convergence reports, March 1998 Sumber: http://www.europarl.europa.eu/euro/country/general/d_en.pdf Tabel 1 diatas merupakan contoh gambaran umum dari Jerman yang dapat diterima untuk menggunakan Euro sebagai mata uang negaranya bersama-sama negara anggota lainnya yang memenuhi persyaratan tersebut yang tercermin dalam EC Treaty. Salah satunya adalah’... the ratio is sufficiently diminishing and approaching the reference value at a satisfactory pace’ (Article 104c(2)(b)).5 Adapun beberapa hal yang menjadi bentuk kritikan Gilpin terhadap keberadaan dari Uni Eropa dan berbagai kebijakan yang dibentuknya dan keberadaan Euro di perekonomian internasional. Gilpin melihat bahwa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Uni Eropa sangatlah krusial dan penuh dengan kerugian bagi banyak pihak. Hal ini sangat dikaitkan dengan sistem birokrasi kebijakan dalam Uni Eropa sendiri yang bermasalah dan penuh dengan konflik perebutan pemegang kendali kekuasaan Uni Eropa, seperti Prancis dan Jerman, ataupun Inggris. Keberadaan Euro pun menjadi masalah bagi keberadaan mata uang nasional dari masing-masing negara anggota. 5 Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam dokumen The Federal Republic of Germany and EMU yang dapat diakses melalui http://www.europarl.europa.eu/euro/country/general/d_en.pdf. 4 Penulis sendiri kurang mengerti mengenai permasalahan tersebut namun bila melihat fakta yang terjadi sebagai bentuk dampak kebijakan-kebijakan EMU terlihat positif. EMU merupakan salah satu aktor yang meningkatkan lebih dari 21% GDP dunia dengan tingkat kemampuan 14,7% dan 13% nilai ekspor dan impor.6 Hal ini lebih terlihat sebagai satu hal yang positif, bukan? Kita tidak dapat memungkiri bahwa setiap hal memiliki dua sisi yang berbeda secara bersamaan, positif dan negatif. Kritikan Gilpin lainnya adalah mengenai perbandingan antara Euro dan dollar sebagai displacement atau competition. Bila kita melihat kondisi dimana perdagangan dunia yang didominasi penggunaan dollar sebagai alat tukar internasional, hal ini tidak lain merupakan faktor keberadaan Bretton Woods yang mendukung atas hal tersebut. Secara politik sendiri Uni Eropa dan Amerika Serikat merupakan dua kubu yang mempunyai kekuatan yang begitu besar dalam bidang ekonomi, yang pada dasarnya keduanya bersaing satu sama lain. Namun, tidakkah kita menyadari bahwa perjalanan sejarah Euro masihlah “muda” dibandingkan dollar AS. Walaupun demikian, prestasi Euro yang menempati posisi kedua sebagai alat tukar internasional setelah dollar merupakan satu hal yang menandakan kompetisi antara keduanya sedang berlangsung.7 Displacement-kah kondisi tersebut? Hanyalah perjalanan sejarah selanjutnya yang akan menjawab hal tersebut. Kondisi dimana nilai dollar yang tidak stabil merupakan satu indikasi hal tersebut akan terjadi dimana Euro menjadi yang utama dalam transaksi dunia. Kesimpulannya, Gilpin menjelaskan bahwa dasar pembentukan Uni Eropa lebih banyak didasari kepentingan ekonomi yang menyokong kepentingan politik di dalamnya. Hal ini tercermin bahwa segala kebijakan lebih mengarah pada permasalahan-permasalahn teknis ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masing-masing negara anggotanya. Posisi Amerika Serikat dalam hal ini layaknya pesaing utama untuk meraih market dunia, tergambar jelas dalam persaingan Euro dan dollar AS. Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam “THE ECONOMIC AND MONETARY UNION: A STANDARDS OR RULESBASED INSTITUTION?” yang terakhir diakses dari http://www.brooklaw.edu/students/journals/bjil/bjil29i_libretta.pdf pada hari Minggu, 1 November 2009 pkl. 18.53. 7 Lebih lengkapnya dapat dilihat dalam “International Currency Competition: Euro Vs US Dollar” yang terakhir kali diakses dari http://www.unc.edu/depts/europe/business_media/businessbriefs/Brief0904-currency.pdf pada hari Minggu, 1 November 2009 pkl. 18. 40. 6 5