bab i pendahuluan - Repository | UNHAS

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Peningkatan kesejahteraan hidup akan membuat seseorang berpikir mengenai
kesejahteraan di masa yang akan datang. Perlunya penempatan dana yang umumnya
disisihkan dari pendapatan, dengan harapan nilainya akan meningkat di masa yang
akan datang. Kegiatan menempatkan dana (asset) pada suatu instrument keuangan
yang diharapkan akan meningkat nilainya di masa mendatang disebut sebagai
kegiatan investasi .
Ada tiga hal utama yang mendasari perlunya melakukan investasi, yaitu
adanya kebutuhan masa depan atau kebutuhan saat ini, adanya keinginan untuk
menambah nilai aset dan adanya kebutuhan untuk melindungi nilai aset yang sudah
dimiliki, dan karena adanya inflasi (Sugiarto, 2003) . Oleh karena itu orang berusaha
untuk menyisihkan sebagian pendapatannya di masa produktif dan menyimpannya
untuk masa depan yang umumnya sudah kurang produktif.
Investasi memiliki arti yang sangat luas dan umum karena berhubungan
dengan nilai dari aset, baik berupa uang maupun benda. Sekolah sejak taman kanakkanak hingga lulus sarjana adalah sebuah investasi bagi diri pribadi. Jika kita saat ini
bisa membaca, menulis, berpikir, mempunyai keahlian, dan memiliki pekerjaan, ini
semua merupakan hasil investasi yang kita lakukan tersebut. Selanjutnya, pengertian
1
investasi dalam tulisan ini akan membahas dalam cakupan investasi keuangan
(financial investment). Investasi keuangan ini dilakukan di pasar keuangan (financial
market) yang pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu pasar uang dan pasar modal
(Elton, 1995). Pasar uang (money market) merupakan pasar untuk surat berharga
jangka pendek seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang
(SBPU) dan commercial paper sedangkan dalam pasar modal (capital market)
merupakan pasar untuk surat berharga jangka panjang dimana instrumen yang
diperjualbelikan seperti saham dan obligasi.
Pada perekonomian modern seperti saat ini investasi keuangan jauh lebih
maju dikarenakan investasi keuangan relatif lebih mudah, praktis, serta objektif.
Pentingnya melakukan investasi keuangan mengingat juga pentingnya perencanaan
keuangan. Dimana perencanaan keuangan merupakan proses yang berkelanjutan
untuk menentukan dan mencapai tujuan investasi secara terkoordinasi dan terintegrasi
yang mencakup kebutuhan manajemen risiko, investasi, pajak, pensiun dan
pendidikan anak
Dengan demikian dengan melekukan investasi keuangan dengan perencanaan
keuangan tersebut dapat menjadi alat agar dapat mencapai kebutuhan-kebutuhan
keuangan di masa sekarang ataupun di masa akan datang yang bebas secara financial,
bebas dari hutang-hutang dan terproteksi secara financial dari risiko apapun yang
terjadi.
2
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar financial yang
menjalankan fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Pasar modal dalam menjalankan
fungsi ekonomi yaitu dengan mengalokasikan dana secara efisien dari pihak yang
memiliki dan kepada pihak yang membutuhkan dana, sedang fungsi keuangannya
dapat ditunjukan oleh kemungkinan adanya perolehan imbalan bagi pihak yang
memberi dana sesuai dengan karakteristik investasi yang mereka pilih (Sakhowi,
2004).
Di sisi lain, bagi para pemilik dana, pasar modal memberikan berbagai pilihan
investasi. Jumlah dan bentuk pilihan ini semakin banyak mulai dari yang relatif tinggi
resikonya sampai pada pilihan-pilihan beresiko rendah. Alternatif yang semula
terbatas pada saham dan obligasi, kini menjadi semakin beragam dengan adanya
portofolio, yang merupakan cikal bakal terbentuknya reksa dana.
Lahirnya reksa dana merupakan suatu pemecahan baru terhadap wahana
investasi dimana seorang pemodal dapat mengimplementasikan prinsip diversifikasi,
“don’t put all your eggs into one basket”, tanpa harus mempunyai modal yang relatif
besar, pengetahuan yang cukup dan tidak perlu mengorbankan waktu untuk memilih
dan mengawasinya terus-menerus untuk memperhatikan kondisi dan perkembangan
pasar. Per definisi, reksa dana (mutual fund) adalah institusi jasa keuangan yang
menerima uang dari para pemodal yang kemudian menginvestasikan dana tersebut
dalam portofolio yang terdiversifikasi pada efek/sekuritas (Undang-undang Pasar
Modal No. 8 tahun 1995, Pasal 1 ayat:27).
3
Tabel 1.1
Perkembangan Industri Reksa Dana Periode 2000-2010
Tahun
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah
Reksa Dana
94
108
131
186
240
253
370
473
602
610
714
Sumber data : BAPEPAM-LK
Data pada Tabel 1.1 memperlihatkan sejak tahun 2000 sampai tahun 2010
produk reksa dana tumbuh pesat dan terus mengalami pertumbuhan yang signifikan.
Setiap tahun rata-rata muncul lebih dari 10 reksa dana baru yang akan semakin
memberikan banyak pilihan investasi bagi masyarakat pemodal. Meski pada tahun
2005 industri reksa dana mengalami penurunan nilai aktiva bersih karena ditandai
dua peristiwa penting. Pertama terjadinya kasus manipulasi Reksa Dana Prudence
oleh Bank Global yang sedikit banyak berpengaruh terhadap kepercayaan masyarakat
terutama menyangkut fungsi perbankan sebagai channel of distribution produk reksa
dana di Indonesia, yang lainnya menyangkut pemberlakuan metode penilaian
4
portofolio dengan menggunakan metode marked to market (Koran Tempo, Senin, 4
April 2005, Hal. 1).
Peningkatan jumlah reksa dana sebagaimana yang ada pada Table 1.1 tentu
saja akan membuat pemodal mempunyai lebih banyak alternatif pilihan dalam
berinvestasi pada reksa dana, jenis reksa dana itu sendiri cukup banyak, seperti reksa
dana pendapatan tetap yang minimum 80 persen dari dananya dalam instrumen
obligasi, reksa dana pasar uang yang portofolio investasinya pada jenis instrumen
pasar uang seperti deposito, Sertifikat Bank Indonesia, atau obligasi, reksa dana
saham yang portofolio investasinya terdiri dari saham , reksa dana campuran yang
instrumen investasinya bisa berbentuk saham dan obligasi atau dikombinasikan
dengan instrumen lainnya yang terakhir reksa dana terproteksi yang sebagian besar
dananya dalam instrumen obligasi.
Semangat investasi pada reksa dana adalah market-based return yang berarti
mekanisme pasarlah yang akan menentukan besar kecilnya rate of return yang akan
diperoleh oleh seorang investor (Sugiarto, 2003). Hal tersebut menjadikan masyarakat
mulai menyadari bahwa tingkat pengembalian (yield) investasi di reksa dana ternyata
lebih tinggi dari investasi deposito atau produk perbankan lainnya dimana tingkat
pengembalian industri reksa dana ini didukung oleh faktor makroekonomi seperti
pertumbuhan Produk Domestik Bruto, kondisi moneter, tingkat suku bunga, nilai
tukar rupiah dan laju inflasi. Akan tetapi, faktor makroekonomi jugalah yang
membuat kinerja reksa dana terpuruk.
5
Tabel 1.2
Perkembangan aset reksa dana dan variabel makro
Tahun
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
NAB
Reksa Dana
Saham (Milyar)
490,9
302,3
876,2
1.532
4.928
8.250
34.799
19.891
36.507
45.668
61.352
Tingkat
Bunga(%)
Inflasi(%)
Nilai
Tukar(Rp)
PDB
Perkapita(Jt)
17,62
12,55
10.348
6,8
12,93
10,03
8.895
7,8
8,31
4,95
8.423
8,6
7,80
6,40
9.244
9,4
12,75
17,11
9.781
10,6
9,75
6,6
8.975
12,7
8,00
6,59
9.372
15,0
9,25
11,06
10.895
17,5
6,50
2,78
9.353
21,7
6,50
6,96
8.946
24,3
6,00
3,79
9.023
27,0
Sumber : diolah dari beberapa sumber
Kebijakan moneter yang dikeluarkan oleh pemerintah sangat mempengaruhi
kondisi makro yang berpengaruh terhadap fluktuasi harga saham dan mempengaruhi
asset reksa dana saham. Data pada Tabel 1.2 menunjukkan adanya hubungan yang
kuat antara fluktuasi asset reksa dana saham terhadap variabel makro, pada tahun
2001 sampai 2007 terjadi peningkatan aset reksa dana saham yang sangat baik dan
terus bertambah dari tahun ke tahun, diikuti oleh membaiknya kondisi perekonomian
Indonesia yang ditunjukkan dengan variabel-variabel makro di atas. Namun dalam
sepuluh terakhir ini terjadi penurunan aset reksa dana saham yang tajam dari 34.799
triliun rupiah pada tahun 2007 menurun menjadi 19.891 triliun rupiah di tahun 2008,
hal ini disebabkan karena pada tahun 2008 terjadinya krisis global, penurunan aset
6
reksa dana diikuti oleh meningkatnya suku bunga dari 8% pada tahun sebelumnya
menjadi 9,25% di tahun 2008, tidak hanya itu saja dampak krisis global ini memicu
inflasi yang tinggi mencapai dua digit sebesar 11,06% pada tahun 2008, kondisi ini
memperlihatkan bagaimana fluktuasi aset reksa dana saham dipengaruhi oleh aspek
perekonomian Indonesia.
Memang perlu disadari bahwa investasi pada saham jauh lebih rumit dan ada
banyak faktor yang perlu dimiliki dan dilakukan oleh investor saham diantaranya
membutuhkan dana yang relatif besar, informasi, analisis, monitoring, serta
pengambilan keputusan. Dana yang relatif besar untuk membeli saham di bursa
saham dibutuhkan, karena investor harus terlebih dahulu menjadi nasabah salah satu
perusahaan broker saham yang umumnya meminta investor menyetor dana minimum
Rp. 25.000.000,- dari transaksi investasi yang akan dilakukan. Di samping itu, dana
yang relatif besar juga dibutuhkan untuk melakukan diversifikasi dengan membeli
beberapa jenis saham untuk menghindari resiko kerugian total, misalnya “kalau
memilih saham dalam sebuah industri, ambillah dua saham tetapi bukan sembarang
dua, ambillah yang terbaik dan terburuk” (Slater, Robert, Soros, 1998). Adanya
kendala dari faktor-faktor tersebut, reksa dana saham muncul menjadi pilihan tepat
karena umumnya pemodal mengalami kesulitan untuk melakukan investasi sendiri
pada instrumen saham tersebut. Di lain pihak, catatan historis menunjukkan, dalam
jangka panjang, investasi pada reksa dana saham dapat memberikan hasil yang lebih
baik (Saepudin, 2005).
7
Adanya sumber dana dari masyarakat investor melalui reksa dana saham,
emiten perusahaan akan lebih mudah menjual sahamnya, atau menerbitkan saham
baru (right issue) untuk membiayai kegiatan investasinya tanpa mengandalkan pihak
perbankan. Di lain sisi, investor pun mendapatkan kesempatan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatan perusahaan tersebut. Di sini terlihat bahwa melalui reksa
dana saham terjadi simbiose mutualisme antara investor dengan perusahaan.
Reksa dana saham tidak hanya memberikan manfaat secara langsung kepada
emiten maupun investor tetapi juga secara tidak langsung akan memberikan manfaat
bagi industri pasar modal dan bagi pertumbuhan ekonomi karena turut menjadi salah
satu penopang berputarnya roda perekonomian, yakni sebagai intermediary
(perantara) yang menyediakan sumber dana bagi kegiatan investasi. Keberhasilan
penggalangan dana masyarakat untuk tujuan investasi ini pada akhirnya akan
berperan dalam pertumbuhan ekonomi nasional yang berorientasi pada penggunaan
sumber dana dalam negeri. Hal ini akan dapat memperbaiki struktur pembiayaan
nasional yang selama ini sangat tergantung pada pinjaman luar negeri.
Namun Dwiyanti (1999) menyatakan sulit atau tidak mungkin membayangkan
pasar modal berkembang pesat jika dalam suatu negara berlangsung perkembangan
makroekonomi sebagai berikut: tingkat inflasi yang double digit atau sampai dengan
hyper inflation, pertumbuhan ekonomi yang signifikan, cadangan devisa yang amat
tipis yang disertai defisit neraca transaksi berjalan yang amat tinggi, perolehan ekspor
8
yang rendah dan kebutuhan impor yang tidak bisa dipenuhi lagi karena terbatasnya
devisa yang tersedia.
Dari banyaknya variable makroekonomi , namun yang lazim digunakan untuk
memprediksi fluktuasi saham adalah variabel pendapatan perkapita dan variable yang
secara langsung dikendalikan melalui kebijakan moneter dengan mekanisme
transmisi melalui pasar keuangan meliputi tingkat suku bunga, tingkat inflasi dan
kurs valuta asing (Tandelilin,2001).
Pasar saham sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian suatu negara.
Perekonomian Indonesia di tandai dengan total pendapatan perkapita pada tahun 2011
sebesar 27 juta mencapai pertumbuhan tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir. Hal ini
juga memicu perkembangan pada pasar modal termasuk saham . Perkembangan
perekonomian yang tercermin dalam perkembangan Produk Domestik Bruto
mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat pada pertumbuhan
Growth Domectic Product yang ditampilkan pada Gambar di bawah ini.
9
Gambar 1.1
Grafik pergerakan pertumbuhan PDB Indonesia
Sumber : BPS , 2008
Perkembangan ekonomi yang meningkat, disertai kondisi politik dan
keamanan yang semakin membaik merupakan kondisi yang kondusif bagi
perkembangan pasar saham di indonesia . Membaiknya kondisi ekonomi tersebut
tercermin pula dari indikator makro ekonomi seperti inflasi dan suku bunga yang
lebih rendah serta nilai tukar yang relatif lebih stabil . Hal ini menunjukan
fundamental ekonomi di Indonesia saat ini cukup kuat sehingga sangat baik untuk
pertumbuhan pasar saham.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan dengan memperhatikan
keadaan ekonomi yang terus berkembang, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai:
10
“Analisis Pengaruh Variabel Makro Terhadap Permintaan Reksa Dana Saham
Di Indonesia Periode 2001-2011”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dituangkan di atas, penulis sangat
tertarik untuk mengamati dan mengembangkan lebih lanjut mengenai variabelvariabel makroekonomi Indonesia dalam kaitannya dengan perkembangan reksa dana
saham. Adapun hal-hal yang ingin diketahui adalah:
1. Seberapa besar pengaruh variabel BI Rate terhadap permintaan reksa dana
saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011 ?
2. Seberapa besar pengaruh variabel inflasi terhadap permintaan reksa dana
saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011 ?
3. Seberapa besar pengaruh variabel nilai tukar terhadap permintaan reksa dana
saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011 ?
4. Seberapa besar pengaruh variabel PDB perkapita terhadap permintaan reksa
dana saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011 ?
5. Seberapa besar pengaruh variabel jumlah uang beredar terhadap permintaan
reksa dana saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011 ?
11
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis dari penelitian ini, dengan berdasarkan
masalah-masalah yang tercantum dalam rumusan masalah adalah :
1. Menganalisis seberapa besar pengaruh variabel BI Rate terhadap permintaan
reksa dana saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011.
2. Menganalisis seberapa besar pengaruh variabel inflasi terhadap permintaan
reksa dana saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011.
3. Menganalisis seberapa besar pengaruh variabel nilai tukar terhadap
permintaan reksa dana saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011.
4. Menganalisis seberapa besar pengaruh variabel PDB perkapita terhadap
permintaan reksa dana saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011.
5. Menganalisis seberapa besar pengaruh variabel jumlah uang beredar terhadap
permintaan reksa dana saham di Indonesia selama periode 2001 – 2011.
1.3.2 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai persyaratan menempuh
gelar S-1, dan sebagai tambahan pengetahuan serta referensi bagi pihak akademis
maupun umum yang hendak melakukan penelitian yang lebih mendalam, selain itu
hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi investor yang ingin menanamkan
dananya pada pasar modal indonesia sebagai alternatif investasi.
12
Bagi penulis merupakan tambahan khasanah pengetahuan dan wawasan
sangat berharga yang disinkronkan dengan pengetahuan teoritis yang diperoleh dari
bangku kuliah, serta sebagai salah satu syarat guna menyelesaikan pendidikan Strata
1 ( S1) pada Fakultas ekonomi Universitas Hasanuddin.
13
Download