BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Afrika merupakan benua yang hampir keseluruhan negara-negaranya mencapai kemerdekaan dengan upaya dekolonisasi, atau dengan kata lain kemerdekaan tersebut dicapai dengan perjuangan keras mengusir penjajah dari negaranya. Puncak dari proses dekolonisasi tersebut terjadi pada tahun 1960-an. Dimana kondisi negara-negara Afrika pada saat itu masih sangat memperihatinkan. Pasca dekolonisasi masih menyisakan masalah bagi negara-negara di Afrika, masalah tersebut, diantaranya ketidakstabilan politik yang mengakibatkan ketidakjelasan pemerintahan, ketidaksetaraan rasial yang mengakibatkan perang sipil, dan yang paling parah terjadinya kelaparan dan kekeringan yang mengakibatkan kemiskinan. Dengan kondisi seperti yang dijelaskan pada paragraf di atas, negara-negara Afrika tersebut membutuhkan peran aktif dari dunia internasional untuk memberikan bantuan, sehingga dapat menjadi negara yang mandiri dan sejahtera. Dalam kasus ini, lembaga Internasional yang akan berperan aktif yaitu International Monetary Found (IMF).Oleh karena itu, dalam proposal ini penulis mencoba menjelaskan peran dari IMF di beberapa negara Afrika dalam upaya meningkatakan kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan.Negara miskin di Afrika pasca dekolonisasi sebagian besar berada di Kawasan Sub-Sahara yaitu negara-negara di luar kawasan Afrika Utara. Beberapa negara miskin tersebut, yaitu; Ethiopia, Ghana, Kenya, Madagaskar, Rwanda, Tanzania, Niger, Senegal, Uganda, Zambia, Republik Demokratik Kongo, Mali, Malawi, Mozambik, Benin, dan Burkina Faso. Setelah mencapai kemerdekaanya pada tahun 60-an, negara-negara Afrika mulai membenahi dirinya dengan melakukan pembenahan disegala lini. Usaha ini belum bisa mencapai tahap maximal, karena memang kenyataannya negara- negara Afrika masih membutuhkan bantuan dari luar dalam bentuk bantuan pemerintahan, bantuan ekonomi, dan bantuan militer. Dalam hal perbaikan ekonomi, usaha tersebut ditandai dengan masuknya Negara- negara Afrika ke dalam keanggotaan IMF pada tahun 1990-an, seperti ; Nigeria, Gambia, Mauritania, Sierra Leone, Afrika Selatan, Zimbabwe, Angola, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Rwanda, Republik Kongo, Tanzania, dan Uganda serta secara bertahap diikuti negara- negara Afrika lainnya. Dalam masalah perekonomian, “Internatinal Monetary Found (IMF) mulai melakukan observasi dan penelitian di beberapa negara angggotanya di Afrika, terutama di Zimbabwe.Republik Zimbabwe (GDP perkapita senilai $500), pada tahun 2008 mengalami hiperinflasi”.1Hal ini berimbas pada kehidupan sosial masyarakat. Dimana, sebagian besar masyarakat mengalami kelaparan dan terlalu miskin untuk membeli sepatu maupun kemeja sendiri. Bahkan, sejumlah masyarakat mengalami kelaparan. Republik Zimbabwe yang terletak antara sungai Limpopo dan sungai Zambesi di bagian selatan Afrika hancur akibat presiden (Robert Mugabe). Negara yang mengalami perlambatan ekonomi akibat kekurangan pasokan, naiknya inflasi, dan kekurangan devisa. Zimbabwe dinyatakan terlibat dalam miskinnya Republik Demokrasi Kongo yang kini ekonominya rapuh.”Akibat hiperinflasi pada tahun 2008, 1 IMF. 2010. Poor in Africa .http://www.imf.org/external/np/exr/facts/poor.htm. Diakses pada tanggal 22 Maret 2011, pukul 21.09 wita. pengangangguran di Zimbabwe dinyatakan setinggi 80% dan harga- harga barang (sembako) meningkat, bahkan tiap hari.”2 Zimbabwe, suatu negara di Afrika bagian selatan yang dahulu diketahui sebagai Rhodesia Selatan, dan kemudian Rhodesia. Zimbabwe memiliki kekayaan alam yang memungkinkan produksi gula, buah-buahan, jagung, tembakau, serta berbagai ternak. Populasi Zimbabwe terbagi ke dalam 2 induk bahasa dan kelompok etnik : Shona dan Ndebele. Shona terbagi dalam beberapa sub-etnik, seperti Tavara, Korekore, dan Manyika, dan secara tradisional dibedakan oleh wilayah dan dialek Shona. Sekitar 62% dari populasi menganut agama Kristen atau kepercayaan Sinkretisme (akulturasi kepercayaan Kristen dan indigenous).3 B. Batasan dan Rumusan Masalah Penelitian ini membahas pengaruh luar negeri di zimbabwe, dan perkembangan perekonomian selama lima tahun terkhir (2007-2011) sedangkan zimbabwe mengalami hipeinflasi tepatnya pada tahun 2008. Mencermati fenomena yang dialami Zimbabwe sehubungan dengan hiperinflasi, maka untuk mencari dan menemukan akar permasalahan yang dialami tersebut, maka penulis merumuskan tiga bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apa saja yang menjadi faktor pendorong utang luar negeri di Zimbabwe tahun 2007-2011?. 2 Robert Mugabe Jadi Penguasa Zimbabwe. http://dunia.vivanews.com/news/read/207655-robert-mugabe-jadipenguasa-zimbabwe. Diakses pada tanggal 21 Maret 2011, pukul 21.01 wita. 3 Dyah Ayu Aprilina. 2012.http://www.search-document.com/doc/1/8/penyebab-inflasi-zimbabwe.html#. Diakses pada 12 Januari 2012 pukul 11:10 wita. 2. Bagaimana pengaruh utang luar negeri terhadap hiperinflasi di Zimbabwe tahun 2007-2011?. 3. Bagaimana strategi pemerintah setempat dalam mengatasi hiperinflasi di Zimbabwe tahun 2007-2011?. C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : a. Untuk mengetahui dan menjelaskan faktor pendorong utang luar negeri di Zimbabwe dari tahun 2007-2011. b. Untuk mengetahui dan menjelaskan pengaruh daripada utang luar negeri yang diberikan kepada Zimbabwe demi mengatasi hiperinflasi yang dialami negara tersebut pada tahun 2007-2011. c. Untuk mengetahui dan menjelaskanstrategi daripada pemerintah setempat dalam mengatasi hiperinflasi yang dialami Zimbabwe tahun 2007-2011. 2. Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuannya, maka penelitian ini: a. Diharapkan sebagai bahan informasi mengenaijenis utang luar negeri yang diberikan kepada Zimbabwe dan tindakan daripada pemerintah setempat guna memerangi hiperinflasi tersebut serta dapat menjadi sumbangan penelitian terhadap permasalahan yang sama di Indonesia serta sebagai bahan referensi bagi rekan- rekan sesama mahasiswa jurusan Ilmu Hubungan Internasional maupun jurusan terkait. b. Diharapkan sebagai bahan kajian lebih lanjut dan sumber informasi bagi studi Ilmu Hubungan Internasional maupun pemerhati masalah Internasional khususnya dalam penataan ekonomi politik Internasional. D. Kerangka Konseptual Mohtar Mas’oed menyatakan, bahwa “ekonomi politik internasional sudah memiliki legitimasi intelektual yang meluas namun jangan lupa bahwa paling tidak sejak awal 1920- 1960, ilmu sosial mengenai interaksi antara fenomena politik dan ekonomi sebagai bidang garap. Perhatian mengenai interaksi antara fenomena politik sejak lama mewarnai studi hubungan internasional. Mohtar Mas’oed mendefinisikan ekonomi politik internasional adalah memusatkan perhatian pada persoalan distribusinilai- nilai seperti kekayaan dan kebutuhan materiil, keamanan dan ketertiban serta keadilan dan kebebasan”.4 Menurut Balaam dan Veseth, Ekonomi Politik adalah : Disiplin intelektual yang menyelidiki hubungan yang tinggi antara ekonomi dan politik. Ekonomi politik internasional adalah kelanjutan dari penyelidikan di tingkat internasional. Ekonomi politik jelas bukan hanya cara mempelajari atau memahami, ekonomi politik juga merupakan studi ketegangan antara market (pasar) dimana individu terlibat dalam kegiatan untuk kepentingan 4 Mohtar Mas’oed. 1994. Ekonomi Politik Internasional dan Pembangunan. Pustaka Pelajar : Yogyakarta. Hal. 4. sendiri dan Negara dimana individu yang sama melakukan tindakan kolektif yang berlaku demi kepentingan nasional atau kepentingan yang lebih luas yang didefinisikan masyarakat.5 Aktualisasi ekonomi politik dewasa ini semakin kuat, karena pada kenyataannya kehidupan ekonomi tidak dapat dipisahkan dari kehidupan politik. Demikian pula sebaliknya, keputusan politik banyak yang berlatar belakang kepentingan ekonomi. Rudi menyatakan bahwa: Tujuan dari ekonomi internasional adalah kemakmuran yang lebih tinggi bagi umat manusia. Pelaksanaan ekonomi internasional merupakan kerjasama bantu-membantu antar bangsa-bangsa atau negara-negara. Dengan adanya kerjasama ini, maka kebutuhan yang tidak terpenuhi akan terpenuhi oleh negara lain.6 Menurut Hady, bahwa aktivitas ekonomi internasional selama ini dilaksanakan dalam skala dan intensitas yang sangat besar. Ekonomi internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis tentang transaksi dan permasalahan ekonomi internasional yang meliputi perdagangan dan keuangan moneter serta organisasi (swasta atau pemerintah) dan kerjasama ekonomi antar negara (internation).7 Ekonomi politik internasional menganut pula aspek utang luar negeri. Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa, utang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah : Sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah 5 David N. Balaam and Michael Veseth, 1997. Introduction to International Political Economy. Prentice Hall : New Jersey. Hal. 44. 6 T. May Rudi. 1993. Etika dan Kebijakan Nasional. Angkasa : Bandung. Hal. 117. 7 Hamdy Hady. 2004. Ekonomi Internasional, Teori dan Kebijakan Perdagangan Internasional. Ghalia Indonesia : Jakarta. Hal. 11. negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia.8 Melalui gagasan dasarnya berupa upaya renegosiasi tersebut, dapat diharapkan masa pembayaran utang akan diperpanjang dan suku bunganya direndahkan. Sebelum bank internasional bersedia mempertimbangkan untuk memberikan keringanan tersebut, IMF menuntut agar negara pengutang secara terlebih dahulu mendapatkan rekomendasi dari IMF. Selanjutnya, IMF baru bersedia memberikan rekomendasi dan bantuan berupa bantuan finansialnya (utang luar negeri) apabila negara- negara berkembang tersebut sebelumnya menjalankan ketentuan- ketentuan untuk memperbaiki perekonomian dan kondisi pembayaran mereka, yakni dengan melaksanakan kebijakan- kebijakan stabilisasi. Mencermati permasalahan yang dialami Zimbabwe, yakni hiperinflasi yang berimbas pada kenaikan harga barang (sembako), yang ujung- ujungnya menimbulkan kelaparan. Hal ini bersesuaian dengan definisi dari inflasi itu sendiri. Inflasi didefinisikan sebagai, “kenaikan harga barang dan jasa secara umum dimana barang dan jasa tersebut merupakan kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara.”9 Hubungan bilateral yang dijalin antar dua Negara tidak terlepas dari kepentingan nasional masing- masing negara yang mendasarinya untuk melakukan kerjasama. Setiap negara mengandalkan dirinya pada kekuatan nasional 8 9 untuk Pratama Rus Ramadhani. 2010. Pengertian Utang Luar Negeri atau Pinjaman Luar Negeri. http://matakuliahekonomis.com/2010/10/22/pengertian-utang-luar-negeri-atau-pinjaman-luar-negeri/. Diakses pada tanggal 15 April 2011, pukul 10:05 wita. Badan Pusat Statistik. 2010. Konsep dan Definisi Inflasi. http://babel.bps.go.id/index.php/20100118339/Inflasi/kondepinflasi.html . Diakses pada tanggal 23 Maret 2011, pukul 12:30 wita. menyelenggarakan politik luar negeri yang mengabdi pada kepentingan nasional. Kepentingan nasional adalah sebagai tujuan fundamental dan faktor penentu akhir yang mengarahkan para pembuat keputusan dari suatu negara dalam merumuskan kebijakan luar negerinya. 10 Politik luar negeri tersebut menjadi manifestasi utama suatu negara dari perilaku suatu negara dalam berhubungan dengan negara lain. Jika beberapa negara memiliki keselarasan dalam kepentingan nasional yang diperjuangkan masing-masing, baik itu alasan ideologis maupun pragmastis maka negara-negara tersebut dapat menjalin hubungan kerjasama yang baik dan sangat kooperatif satu sama lain. Miroslav Nincic menyatakan tiga asumsi dasar dalam mendefinisikan kepentingan nasional, yaitu : Pertama, kepentingan itu harus bersifat vital sehingga pencapaiannya menjadi prioritas utama pemerintah dan masyarakat. Kedua, kepentingan tersebut harus berkaitan dengan lingkungan internasional. Artinya, pencapaian kepentingan nasional dipengaruhi oleh lingkungan internasional. Ketiga, kepentingan nasional harus melampaui kepentingan yang bersifat partikularistik dari individu, kelompok atau lembaga pemerintahan sehingga menjadi kepedulian masyarakat secara keseluruhan.11 Definisi tersebut mengemukakan bahwa kepentingan nasional yang bersifat vital bagi suatu negara, yakni mengenai eksistensi kedaulatan dan yurisdiksi suatu wilayah. Upaya dalam mencapai kepentingan yang bersifat vital ini menggunakan instrument kekuatan militer (hard power) sedangkan kepentingan yang bersifat sekunder diperjuangkan dalam kebijakan luar negeri melalui pertukaran kebudayaan, kerjasama dan instrument soft power lainnya. Sehingga dalam upaya pencapaian 10 Anak Agung Banyu Perwita danYanyan M. Yani. 2005. Pengantar Ilmu Hubungan Internasional. Bandung : Rosdakarya, hal. 35. 11 Aleksius Jermadu. 2008. Politik Global dalam Teori dan Praktik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 67. tujuan nasional tidak hanya melibatkan aktor negara melainkan para aktor non-negara lainnya yang telah didelegasikan guna mensinergikan segenap potensi kekuatan yang ada pada dataran domestik agar tujuan nasional dapat dicapai. Kepentingan nasional suatu bangsa dengan sendirinya perlu mempertimbangkan berbagai nilai yang berkembang dan menjadi cirri khas suatu negara. Adapun pengaplikasian kepentingan nasional tentunya tidak hanya berkaitan mengenai aspek perpolitikan, militer pertahanan keamanan wilayah tetapi juga mencakup beragam aspek kehidupan masyarakat lebih dekat, yakni kehidupan ekonomi untuk kesejahteraan hidup masyarakat juga aspek sosial budaya melalui diplomasi. Kepentingan nasional kini juga bersifat dimensional dan masing- masing dimensi berkaitan secara sistematik dan aplikasinya. Aspek kebudayaan yang dilmiliki masing-masing negara tentunya mempunyai karakteristik tersendiri. James N Rossenau mengatakan bahwa kepentingan nasional memiliki dua kegunaan, yakni : Pertama, sebagai analitis untuk menggambarkan, menjelaskan atau mengevaluasi politik luar negeri. Dan kedua, sebagai alat tindakan politik sebagai sarana untuk membenarkan, mengecam atau mengusulkan kebijaksanaan.12 Kepentingan nasional perlu mencerminkan kepentingan negara secara keseluruhan. Karena sebagai dasar politik luar negeri suatu negara, kepentingan nasional menjadi central point dalam upaya menggambarkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku suatu negara dalam perpolitikan internasional. Dalam kegiatan diplomatik pun sebagai bentuk kebijakan luar negeri didukung oleh kepentingan nasional. Pengaplikasian untuk mencapai kepentingan nasional juga dipengaruhi oleh Mohtar Mas’oed. 1994. Ilmu Hubungan Internasional : Disiplin dan Metodologi. Jakarta : LP3ES. Hal. 140. 12 besar kecilnya kekuatan nasional yang mana salah satu unsure kekuatan nasional adalah kualitas diplomasi. Jelas bahwa kepentingan nasional selalu menjadi landasan sekaligus tujuan bagi suatu bangsa dan negara dalam menyusun kebijaksanaan serta strategi yang digunakan dalam pergaulannya di fora internasional. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Morgenthau, bahwa “kepentingan nasional suatu bangsa bukan hanya menyadari kepentingannya sendiri tetapi juga menyadari kepentingan negara lain”.13 Dengan demikian, kepentingan nasional merupakan prinsip fundamental dalam kerangka politik luar negeri. Kepentingan nasional merupakan konsepsi yang sangat umum, tetapi juga merupakan unsur yang menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi negara. Unsur tersebut meliputi kelangsungan hidup bangsa dan negara, kemerdekaan, keutuhan wilayah, keamanan, militer, kesejahteraan ekonomi serta peningkatan dan pertumbuhan demokrasi pada negara tersebut. E. Metode Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang optimal mengenai permasalahan dalam penulisan skripsi ini, maka penulis memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif analisis, yaitu penulis menggambarkan, menganalisa, menelaah, dan menjelaskan Peranan Utang Luar Negeri dalam penataan ekonomi Zimbabwe saat mengalami hipeinflasi pada tahun 2007-2011. 13 Sumpema Prawira Saputera. 2006. Politik Luar Negeri RI : Kerangka Studi Analisis. Jakarta : Bina cipta. Hal. 33. 2. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah telaah pustaka (library research), yaitu pengumpulan data-data dan literatur yang berhubungan dengan pokok permasalahan berupa: buku-buku, makalah, laporan, jurnal, dokumen, surat kabar, dan situs internetterkait masalah yang diteliti. Adapun tempat-tempat yang penulis kunjungi dalam rangka mencari dan mengumpulkan data, antara lain : 1) Perpustakaan pusat Universitas Hasanuddin di Makassar. 2) Perpustakaan Fisip Universitas Hasanuddin di Makassar. 3) Perpustakaan Universitas Fajar di Makassar. 4) Perpustakaan Bank Indonesia (BI) di Jakarta Pusat. 5) Pepustakaan Kementerian Luar Negeri di Jakarta Pusat. 6) Center of Strategic and International Studies (CSIS) di Jakarta Barat. 7) Freedom Institut di Jakarta Pusat. 3. Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis adalah data sekunder. Dimana data dari literatur dan hasil olahan yang diperoleh dari instansi atau lembaga terkait. Adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini, diantaranya : gambaran umum masyarakat Zimbabwe saat terjadihiperinflasi (2007-2011) dan seputaran data mengenai utang luar negeri yang berasal dari IMF. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang penulis gunakan dalam penelitian ini dengan menganalisis secara kualitatif maka penulis akan menjelaskan permasalahan berdasarkan data yang diperoleh sedangkan, data yang bersifat kuantitatif digunakan untuk memperkuat analisis kualitatif. 5. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan penulis adalah metode deduktif. Dimana penulis terlebih dahulu menggambarkan masalah secara umum, kemudian menarik kesimpulan secara khusus. Hal- hal yang sifatnya umum yakni mengenai Utang Luar Negeri dalam hal ini yang berasal dari IMF, kemudian secara khusus mengenai pengaruh dari utang luar negeri tersebut terhadap hiperinflasi yang dialami Zimbabwe.