12 hubungan tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan

advertisement
MIKKI Vol 05/No.01/Februari/2017
Hubungan Tingkat Pengetahuan (Antok Nurwidi Antara)
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA DENGAN
PEMBERIAN DIET PADA LANSIA YANG MENGIDAP HIPERTENSI DI RW 1
DUSUN DEMANGAN SELOMARTANI
Antok Nurwidi Antara1, Susi Damayanti2, Wa Ode Julianti Musrif2
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Wira Husada Yogyakarta
2
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKES Wira Husada Yogyakarta
Email: [email protected]
1,3
ABSTRACT
BACKGROUND: World Health Organizarion - Community Study of the Eldelry Central Java found
that hypertension and cardiovascular disease is the second largest disease suffered by the elderly
after the arthritis that is equal to 15.2% of 1,203 cases. Approximately 60% of all premature deaths
caused by patients suffering from mild hypertension (Fisher & Gordon 2005). According to the
Central Statistics Agency (BPS) in 2010 life expectancy (UHH) population in Sleman district reached
75.1 years, while life expectancy at the level of Yogyakarta Province is 73.2 years. The number
of pre-elderly population (45-59 years) are 53 146 people and the elderly (> 60 years) are 55 967
people, of total population are 1,090,567 people. The elderly population need serious attention in
the health sector in order not to burden with preventive promotive programs (Dinkes Sleman, 2012).
RESEARCH OBJECTIVES: To identify the relations between knowledge level from the head of
the family with giving diet to elderly that have hypertension in rw 1 Dusun Demangan Selomartani
METHODS: This study is a quantitative research using cross sectional approach. This is an
analytic observational study conducted and observed at a time. The population in this study were
families living in RW 1 Dusun Demangan that are 32 heads of family. Data were analyzed using
Chi-Square. The study was conducted in June-July, 2016.
RESULTS: There is a relations between knowledge level from family heads with giving Diet to
elderly that Suffering from Hypertension in RW 1 Dusun Demangan Selomartani, with the value
of the results showed significancy (p = 0.001 <0.05). Knowledge level of Head of the Family of
the Elderly Suffering from Hypertension in Dusun Demangan, mostly categorized as good, there
are 18 respondents (56.3%). Giving the Diet in the Elderly Suffering from Hypertension, mostly
categorized is good, 20 respondents (62.5%).
Keywords: level of knowledge, Giving Diet
PENDAHULUAN
World Health Organization – Community Study of the Eldelry Central Java
menemukan bahwa hipertensi dan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit kedua
terbanyak yang diderita lansia setelah atritis yaitu sebesar 15,2% dari 1.203 kasus.
Sekitar 60% dari semua kematian dini diakibatkan karena penderita pasien menderita
hipertensi ringan.1
Data Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan prevalensi di Indonesia
mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Sekitar 60% penderita
hipertensi berakhir pada penyakit stroke dan penyakit ini hampir diderita sekitar 25%
penduduk usia dewasa.2 Sisanya mengakibatkan penyakit jantung, gagal ginjal, dan
kebutaan. Data Riskesdas (2007) menyatakan bahwa hipertensi sebagai penyebab
kematian nomor tiga (3) setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8%
12
Hubungan Tingkat Pengetahuan (Antok Nurwidi Antara)
dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.3 Jumlah penduduk
Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,18%, dan di Pulau Jawa dan Bali
sebanyak 7%. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 26,5% pada tahun 2013, tetapi
yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan/atau riwayat minum obat hanya sebesar
9,5%. Hal ini menandakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum
terdiagnosis dan terjangkau pelayanan kesehatan. Hipertensi juga dapat di pengaruhi
oleh pengetahuan yang kurang.
Di Kabupaten Sleman Umur Harapan Hidup (UHH) rata-rata dari penduduknya
tertinggi di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) 2010 UHH penduduk di
Kabupaten Sleman mencapai 75,1 tahun, sedangkan UHH di tingkat Provinsi DIY adalah
73,2 tahun. Adapun jumlah penduduk pra usia lanjut (45-59 tahun) sejumlah 53.146 jiwa
dan penduduk lansia (>60 tahun) ada 55.967 jiwa, dari total penduduk 1.090.567 jiwa.
Jumlah penduduk lansia yang banyak ini perlu perhatian serius di bidang kesehatan
agar tidak menjadi beban dengan program promotif preventif.4
Selain pelayanan klinik, Puskesmas telah membina Posyandu Lansia dengan
kegiatan promotif preventif diantaranya senam lansia, peningkatan gizi dan penyuluhanpenyuluhan PHBS. Dan pada tahun 2014 di puskesmas terdapat 2344 kasus hipertensi
dan masuk dalam urutan 4 dari 10 urutan penyakit yang sering muncul di puskesmas
Kalasan, Sleman. Data 2011 jumlah kelompok lansia ada 869 posyandu dengan jumlah
kader aktif 3536 orang. Hasil penjaringan di Posyandu Lansia Di Sleman presentase
tertinggi didapatkan kasus Hipertensi sebanyak 39,65%, diabetes Melitus 5,29%,
gangguan Mental 2,96%, Anemia 1,98%, Gagal Ginjal 0,14% serta Penyakit lain 24,11,
sedangkan untuk penilaian status gizi didapatkan Indeks Massa Tubuh (IMT) Lebih
sebesar 16,37% dan IMT Kurang 9,46%.4
Hipertensi atau yang sering dikenal dengan sebutan penyakit darah tinggi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah seseorang berada di atas batas normal atau optimal
yaitu 120 mmHg untuk sistolik dan 80 mmHg untuk diastolik. Penyakit ini dikategorikan
sebagai the silent disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi yang terjadi dalam jangka waktu
lama dan terus menerus dapat memicu stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan
merupakan penyebab utama gagal ginjal kronik.5
Pada populasi usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak
lagi, dialami oleh lebih dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun dengan
tekanan darah di atas 140 atau 90 mmHg. Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat
pada tahun 2025, diperkirakan penderita tekanan darah tinggi hampir mencapai 1,6
miliar orang di dunia.6 Pada lansia akan meningkat yaitu sekitar 1,2 miliar jiwa.7 Hal ini
merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler dan bertanggung jawab terhadap
kebanyakan kematian di dunia.2
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 6 November 2015, hasil
wawancara dengan 10 responden, didapatkan bahwa responden sudah memahami
tentang penyakit hipertensi dan diet hipertensi, namun ada 4 responden masih kurang
pengetahuannya tentang hipertensi dan diet hipertensi. Oleh karena itu, berdasarkan
studi pendahuluan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan
tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan pemberian diet pada lansia yang mengidap
13
MIKKI Vol 05/No.01/Februari/2017
hipertensi di RW 1 Dusun Demangan Selomartani, untuk mengetahui apakah ada
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan pemberian diet pada lansia. Jumlah
penduduk di RW 1 Dusun Demangan Selomartani sebanyak 172 jiwa, dari jumlah tersebut
terdapat 51 kepala keluarga dengan keluarga yang tinggal bersama lansia hipertensi
sebanyak 32 kepala keluarga. Di Dusun Demangan Selomartani terdapat 3 RW dan
7 RT. Karena ada beberapa penduduk yang masih kurang pengetahuannya tentang
pemberian diet pada penderita hipertensi maka peneliti tertarik melakukan penelitian di
RW 1 Dusun Demangan Selomartani.
Pengetahuan merupakan proses mencari tahu, dari yang tadinya tidak tahu menjadi
tahu, dari yang tidak dapat menjadi dapat. Dalam proses mencari tahu ini, mencakup
berbagai metode dan konsep-konsep, baik memalui proses pendidikan maupun melalui
pengalaman. 8 Dengan bertambahnya umur seseorang dapat berpengaruh pada
pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur tertentu
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.9 Dari
pengetahuan yang kurang akan hipertensi maka masyarakat pun mengkonsumsi
makanan yang dapat menyebabkan hipertensi tersebut.
METODE
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian kuantitatif
yaitu penelitian yang di lakukan untuk mengetahui jenis tingkat hubungan antara dua
variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan tambahan, atau manipulasi terhadap
data yang memang sudah ada. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross sectional
yaitu penelitian observasional analitik yang dilakukan dan diamati dalam satu waktu.11
HASIL
a. Karakteristik Responden
1. Usia Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi di Dusun Demangan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
berdasarkan usia kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di Dusun
Demangan yaitu sebagai berikut:
Tabel 1. Usia Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi di Dusun Demangan
Kategori
Frekuensi
Prosentase
< 31 Tahun
4
12.5
31 - 40 Tahun
11
34.4
41 - 50 Tahun
13
40.6
> 50 Tahun
4
12.5
Total
32
100.0
Sumber : data primer tahun 2016
Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan usia kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di Dusun
14
Hubungan Tingkat Pengetahuan (Antok Nurwidi Antara)
Demangan, sebagian besar adalah responden masuk kategori umur 41 - 35 Tahun
yaitu sebanyak 13 responden (40,6%).
2. Pendidikan Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi di Dusun
Demangan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
berdasarkan pendidikan kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di
Dusun Demangan yaitu sebagai berikut:
Tabel 2. Pendidikan Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi
di Dusun Demangan
Kategori
SD
SMP
SMA
Total
Frekuensi
8
9
15
32
Prosentase
25.0
28.1
46.9
100.0
Sumber : data primer tahun 2016
Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan pendidikan kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di
Dusun Demangan, sebagian besar adalah responden masuk kategori SMA yaitu
sebanyak 15 responden (46,9%).
3. Pekerjaan Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi di Dusun
Demangan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di
Dusun Demangan yaitu sebagai berikut:
Tabel 3. Pekerjaan Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi
di Dusun Demangan
Kategori
Wiraswasta
Petani
PNS
Buruh
Swasta
Total
Frekuensi
6
20
3
2
1
32
Prosentase
18.8
62.5
9.4
6.3
3.1
100.0
Sumber : data primer tahun 2016
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan pekerjaan kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di
Dusun Demangan, sebagian besar adalah responden masuk kategori petani yaitu
sebanyak 20 responden (62,5%).
15
MIKKI Vol 05/No.01/Februari/2017
4. Analisis Univariat
a) Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi
di Dusun Demangan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
berdasarkan tingkat pengetahuan kepala keluarga dari lansia yang mengidap
hipertensi di Dusun Demangan yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga dari Lansia
yang Mengidap Hipertensi di Dusun Demangan
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Total
Frekuensi
18
10
4
32
Prosentase
56.3
31.3
12.5
100.0
Sumber : data primer tahun 2016
Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan tingkat pengetahuan kepala keluarga dari lansia yang mengidap
hipertensi di Dusun Demangan, sebagian besar adalah responden masuk kategori
baik yaitu sebanyak 18 responden (56,3%).
b) Pemberian Diet pada Lansia yang Mengidap Hipertensi
Berdasarkan hasil penelitian, dapat dideskripsikan karakteristik responden
berdasarkan pemberian diet pada lansia yang mengidap hipertensi yaitu sebagai
berikut:
Tabel 5. Pemberian Diet pada Lansia yang Mengidap Hipertensi
Kategori
Frekuensi
Prosentase
Baik
20
62.5
Buruk
12
37.5
Total
32
100.0
Sumber : data primer tahun 2016
Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa karakteristik responden
berdasarkan pemberian diet pada lansia yang mengidap hipertensi, sebagian
besar adalah responden masuk kategori baik yaitu sebanyak 20 responden
(62,5%).
5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga dengan Pemberian Diet pada
Lansia yang Mengidap Hipertensi
Analisa bivariat pada tahap ini diteliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala
Keluarga dengan Pemberian Diet pada Lansia yang Mengidap Hipertensi” dengan
menggunakan uji Statistic chi square, dapat diketahui sebagai berikut :
16
Hubungan Tingkat Pengetahuan (Antok Nurwidi Antara)
Tabel 6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga dengan Pemberian Diet
pada Lansia yang Mengidap Hipertensi
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
Total
F
16
2
2
20
Pemberian Diet
Baik
Buruk
%
F
50,0
2
6,3
6,3
8
25,0
6,3
2
6,3
62,5
12 37,5
Total
F
18
10
4
32
%
56,3
31,3
12,5
100
P
r
0,001
0,542
Sumber: data primer tahun 2016
Tabel 6 menyatakan bahwa Ada Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga
dengan Pemberian Diet pada Lansia yang Mengidap Hipertensi, dengan nilai significancy
pada hasil menunjukkan (p = 0,001 < 0,05), dengan r senilai 0,542 sehingga masuk
kategori sedang11. Sehingga dapat di simpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat
pengetahuan kepala keluarga dengan pemberian diet pada lansia yang mengidap
hipertensi.
PEMBAHASAN
a. Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga dari Lansia yang Mengidap Hipertensi
di Dusun Demangan
Karakteristik responden berdasarkan tingkat pengetahuan kepala keluarga dari
lansia yang mengidap hipertensi di Dusun Demangan, sebagian besar adalah responden
adalah termasuk kategori baik yaitu sebanyak 18 responden (56,3%). Sebagai mana yang
dikatakan oleh Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan dapat diperoleh dari pendidikan
melalui proses belajar. Soekijo notoatmodjo juga menjelaskan bahwa pengetahuan itu
dapat diperoleh dari pengalaman hidup yang langsung terhadap diri seseorang ataupun
dari pengalaman hidup orang lain. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut,
namun dilihat dari akses informasi tentang pengetahuan kepala keluarga tentang diet
hipertensi pada lansia, menjadi wajar bila pengetahuan mereka relatif baik, hal ini terjadi
karena aktifnya kegiatan Posyandu lansia ada akses informasi tentang pengetahuan
diet hipertensi pada lansia dan didukung pada tiap keluarga memiliki sarana komunikasi
dan informasi, kepemilikan kedua sarana tersebut membantu pengetahuan seseorang
menjadi lebih baik.
Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Ketut dkk (2015)10 untuk
menyusuaikan dalam upaya pencapaian diet lansia, dimana relatif baiknya pengetahuan
pada kelompok perlakuan karena bagusnya akses informasi. Semakin tinggi pendidikan
seseorang maka kemampuan menganalisis informasi dan kemampuan menyelesaikan
masalah semakin baik. Selain itu, proses penyampaian informasi menjadi lebih lancar
sehingga dapat meminimalisasi efek negatif yang mungkin terjadi. Sebaliknya pendidikan
yang kurang dapat menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai
baru yang diperkenalkan.
17
MIKKI Vol 05/No.01/Februari/2017
b. Pemberian Diet pada Lansia yang Mengidap Hipertensi
Karakteristik responden berdasarkan pemberian diet pada lansia yang mengidap
hipertensi, sebagian besar responden adalah masuk kategori baik yaitu sebanyak 20
responden (62,5%). Diet adalah kebiasaan dalam jumlah dan jenis makan, minuman
yang dimakan oleh seseorang dari hari kehari untuk mendapatkan kebutuhan individu
yang spesifik. Pemberian diet sangat berguna demi kesehatan lansia. Pada populasi
usia lanjut, angka penyandang tekanan darah tinggi lebih banyak lagi, dialami oleh lebih
dari separuh populasi orang berusia di atas 60 tahun dengan tekanan darah di atas 140
atau 90 mmHg. Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat pada tahun 2025, diperkirakan
penderita tekanan darah tinggi hampir mencapai 1,6 miliar orang di dunia.6 Pada lansia
akan meningkat yaitu sekitar 1,2 miliar jiwa.7
Hal ini sejalan dengan penelitian Shafa (2014) yang bahwa penerapan pola diet
dapat menurunkan tekanan darah. Hal ini sudah dilakukan untuk menguji pengaruh
penerapan pola diet terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada kelompok lansia.
Diet merupakan salah satu cara untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Faktor
makanan (kepatuhan diet) merupakan hal yang penting untuk diperhatikan untuk penderita
hipertensi. Penderita hipertensi sebaiknya patuh menjalankan diet hipertensi agar dapat
mencegah komplikasi yang lebih lanjut.
c. Hubungan Tingkat Pengetahuan Kepala Keluarga dengan Pemberian Diet pada
Lansia yang Mengidap Hipertensi
Dari penelitian diperoleh hasil bahwa ada hubungan tingkat pengetahuan kepala
keluarga dengan pemberian diet pada lansia yang mengidap hipertensi, dengan nilai
significancy pada hasil menunjukkan (p = 0,001 < 0,05), dengan r senilai 0,542 sehingga
masuk kategori sedang.11 Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar, ini
berarti dalam proses pendidikan itu sendiri terjadi pertumbuhan, perkembangan kearah
dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok, dan masyarakat.
Hal ini menunjukkan responden yang ikut serta dalam penelitian sebagian besar telah
mendapatkan pendidikan yang memadai untuk ikut serta memberikan pendapatnya
terkait pengetahuan keluarga tentang diet hipertensi pada lansia. Selain itu, berbekal
pendidikan yang cukup memadai, kepala keluarga tersebut dapat terbuka dengan
adanya informasi dan diskusi dalam meningkatkan pengetahuan keluarga tentang diet
hipertensi pada lansia.10
Seseorang yang berpendidikan tinggi belum tentu menjamin mempunyai
pemahaman dan sikap yang benar tentang diet hipertensi pada lansia, sedangkan
seseorang yang berpendidikan rendah belum tentu mempunyai pemahaman dan sikap
yang salah tentang diet hipertensi pada lansia tentang diet hipertensi pada lansia,
seseorang yang berpendidikan rendah mungkin saja mendapat akses informasi yang
cukup di masyarakat.
Begitu halnya yang dialami oleh responden dalam penelitian ini sebagaian besar
dari mereka memperoleh informasi tentang diet hipertensi pada lansia melalui media cetak
dan elektronik. Seiring perkembangan teknologi informasi sebagian besar responden
dalam penelitian ini memiliki sarana informasi untuk mendapatkan berbagai pengetahuan
terkait dengan kesehatan dan responden mengatakan bahwa mereka banyak mengetahui
18
Hubungan Tingkat Pengetahuan (Antok Nurwidi Antara)
masalah kesehatan dari televisi, radio, majalah dan koran. Peningkatan pengetahuan
mempunyai hubungan yang positif dengan perubahan variabel perilaku.12
Pengetahuan kepala keluarga merupakan faktor pendukung dalam diet hipertensi
pada lansia, karena dengan pengetahuan yang baik akan membantu keluarga dalam
mengambil keputusan. Apabila kepala keluarga memiliki pengetahuan bagus maka akan
memiliki pelaksanaan yang bagus pula dalam diet lansia yang dilaksanakan.13
Hal ini sejalan dengan penelitian Shafa (2014) bahwa untuk meningkatan
pengetahuan kepala keluarga yang masih kurang, dapat dilakukan dengan cara
pendidikan kesehatan yang merupakan komponen program kesehatan, keperawatan
komunitas dan kedokteran yang terdiri atas upaya terancang untuk mengubah perilaku
individu, kelompok maupun masyarakat yang merupakan perubahan cara berpikir,
bersikap, dan berbuat dengan tujuan membantu pengobatan, pencegahan penyakit,
dan promosi hidup sehat.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan, sebagai berikut:
1. Tingkat pengetahuan kepala keluarga dari lansia yang mengidap hipertensi di Dusun
Demangan, sebagian besar masuk kategori baik yaitu sejumlah 18 responden.
2. Pemberian diet pada lansia yang mengidap hipertensi, sebagian besar termasuk
kategori baik yaitu sebanyak 20 responden.
3. Ada hubungan tingkat pengetahuan kepala keluarga dengan pemberian diet pada
lansia yang mengidap hipertensi di RW 1 Dusun Demangan, Selomartani, Sleman
dengan nilai significancy pada hasil menunjukan (p = 0,001 < 0,05), dengan r senilai
0,542 sehingga masuk kategori sedang11.
SARAN
1. Bagi pengembangan Ilmu Keperawatan, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan
sebagai bahan kajian ilmiah, khususnya tentang hubungan tingkat pengetahuan
dengan pemberian diet hipertensi pada lansia.
2. Bagi perawat di komunitas, diharapkan bisa melakukan promosi kesehatan kepada
masyarakat tentang pemberian diet hipertensi.
RUJUKAN
1. Fisher, NDL & Gordon, HW 2005, Hypertensive Vascular Disease dalam Harrison’s
Princiles of Internal Medicine 16th edition, Me Graw-Hill Profesional, USA
2. Adrogue, HJ & Madias, Ne 2007, Sodium dan Potassium in the Pathogenesis of
Hypertention, NEJM, 356 : 1966-1978
3. Yoga, T 2009, Hindari Hipertensi, Konsumsi Garam 1 Sendok The Perhari, Diakses
pada November 2015, dari http://www.depkes.go.id
4. Dinkes Sleman 2012, Kesehatan Usia Lanjut, dinkes.sleman.go.id
5. Purnomo, H 2009, Pencegahan dan Pengobatan Penyakit yang Paling Mematikan,
Buana Pustaka, Yogyakarta
19
MIKKI Vol 05/No.01/Februari/2017
6. Palmer, A & Wiliams, B 2007, Tekanan Darah Tinggi, (Yasmine, Penerjemah),
Erlangga, Jakarta
7. Bandiyah, Siti 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan Gorontik, Nuha Medika,
Yogyakarta
8. Notoatmojo, S 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka cipta, Jakarta
9. Agoes, A dkk 2013, Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Faktor Resiko
Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia di Dinoyo RW II Malang
10.Gama, I Ketut dkk 2015, Pengetahuan Keluarga Tentang Diet Rendah Garam
Hipertensi Pada Lanjut Usia Di Banjar Canggu Permai Desa Tibubeneng Kuta Utara,
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Denpasar
11.Sugiono 2014, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung
12.Notoatmojo, S 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Rineka Cipta,
Jakarta
13.Syafa, N 2014, Pengaruh Penerapan Pola Diet DAST (Dieary Approaches To Stop
Hypertension) Terhadap Tekanan Darah Sistlik dan Diastolik pada Kelompk Lansia
Di Kota Semarang, Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro
20
Download