BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Genetika disebut juga ilmu keturunan, berasal dari kata genos (bahasa latin), artinya suku bangsa-bangsa atau asal-usul. Secara etimologi kata genetika berasal dari kata genos dalam bahasa latin, yang berarti asal mulu kejadian. Namun, genetika bukanlah ilmu tentang asal mula kejadian meskipun pada batas-batas tertentu memang ada kaitannya dengan hal itu juga. Genetika adalah ilmu yang mempelajari seluk beluk alih informasi hayati tersebut mendasari adanya perbedaan dan persamaan sifat diantara individu organisme, maka dengan singkat dapat pula dikatakan bahwa genetika adalah ilmu tentang pewarisan sifat. Dalam ilmu ini dipelajari bagaimana sifat keturunan (hereditas) itu diwariskan kepada anak cucu, serta variasi yang mungkin timbul didalamnya. Genetika perlu dipelajari, agar kita dapat mengetahui sifat-sifat keturunan kita sendiri setiap makhluk hidup yang berada dilingkungan kita. Kita sebagai manusia tidak hidup autonom dan terinsolir dari makhluk lain sekitar kita tapi kita menjalin ekosistem dengan mereka. Karena itu selain kita harus mengetahui sifatsifat menurun dalam tubuh kita, juga pada tumbuhan dan hewan. Lagi pula prinsip-prinsip genetika itu dapat disebut sama aja bagi seluruh makhluk, karena manusia sulit dipakai sebagai objek atau bahan percobaan genetis, kita mempelajari hukum-hukumnya lewat sifat menurun yang terkandung dalam tumbuh-tumbuhan dan hewan sekitar. Genetika bisa sebagai ilmu pengetahuan murni, bisa pula sebagai ilmu pengetahuan terapan. Sebagai ilmu pengetahuan murni ia harus ditunjang oleh ilmu pengetahuan dasar lain seperti kimia, fisika, dan matematika juga ilmu pengetahuan dasar dalam bidang biologi sendiri seperti bioselluler, histologi, biokimia, fisiologi, anatomi, embriologi, taksonomi, dan evolusi. Sebagai ilmu pengetahuan terapan ia menunjang banyak bidang kegiatanilmiah dan pelayanan kebutuhan masyarakat. Genetika – biologi umum| 1 1.2 Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas kami akan merumuskan beberapa masalah yang dapat dikaji pada makalahini, yakni : 1. Apa yang dimaksud gen ? 2. Bagaimana pewarisan sifat menurut hukum mendel ? 3. Bagimana pola-pola hereditas ? 4. Bagaimana konsep pewarisan sifat ? 1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengetahui pengertian gen. 2. Mengetahui pewarisan sifat menurut hukum mendel. 3. Mengetahui pola-pola hereditas pada makhluk hidup. 4. Mengetahui konsep pewarisan sifat untuk memperoleh organisme unggul. Genetika – biologi umum| 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Gen Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa substansi hereditas yang dinamakan gen terdapat dalam lokus, di dalam kromosom. Menurut W.Johansen, gen merupakan unit terkecil dari suatu makhluk hidup yang mengandung substansi hereditas, terdapat di dalam lokus gen. Gen terdiri dari protein dan asam nukleat (DNA dan RNA), berukuran antara 4 – 8 m (mikron). Sifat-Sifat Gen Gen mempunyai sifat-sifat sebagai berikut. a. Mengandung informasi genetik. b. Tiap gen mempunyai tugas dan fungsi berbeda. c. Pada waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan duplikasi. d. Ditentukan oleh susunan kombinasi basa nitrogen. e. Sebagai zarah yang terdapat dalam kromosom. Fungsi Gen Fungsi gen antara lain: a. Menyampaikan informasi kepada generasi berikutnya. b. Sebagai penentu sifat yang diturunkan. c. Mengatur perkembangan dan metabolisme. Simbol-Simbol Gen a. Gen dominan, yaitu gen yang menutupi ekspresi gen lain, sehingga sifat yang dibawanya terekspresikan pada turunannya (suatu individu) dan biasanya dinyatakan dalam huruf besar, misalnya A. b. Gen resesif, yaitu gen yang terkalahkan (tertutupi) oleh gen lain (gen dominan) sehingga sifat yang dibawanya tidak terekspresikan pada keturunannya. Genetika – biologi umum| 3 c. Gen heterozigot , yaitu dua gen yang merupakan perpaduan dari sel sperma (A) dan sel telur (a). d. Gen homozigot, dominan, yaitu dua gen dominan yang merupakan perpaduan dari sel kelamin jantan dan sel kelamin betina, misalnya genotipe AA. e. Gen homozigot resesif, yaitu dua gen resesif yang merupakan hasil perpaduaN dua sel kelamin. Misalnya aa. f. Kromosom homolog, yaitu kromosom yang berasal dari induk betina berbentuk serupa dengan kromosom yang berasal dari induk jantan. g. Fenotipe, yaitu sifat-sifat keturunan pada F1, F2, dan F3 yang dapat dilihat, seperti tinggi, rendah, warna, dan bentuk. h. Genotipe, yaitu sifat-sifat keturunan yang tidak dapat dilihat, misalnya AA, Aa, dan aa. 2.2. Pewarisan Sifat Menurut Mendel Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Pada tahun 1866 Mendell melaporkan hasil penyelidikannya selama bertahun-tahun atas kacang ercis/kapri (Pisum sativum). Untuk mempelajari sifat menurun Mendell menggunakan kacang ercis dengan alasan: memiliki pasangan sifat yang menyolok bisa melakukan penyerbukan sendiri segera menghasilkan keturunan atau umurnya pendek mampu menghasilkan banyak keturunan, dan mudah disilangkan Alel/gen dominan dan resesif pada orang tua (1, P), anak (2, F1) dan cucu (3, F2)menurut Mendel. Hukum Pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya “Percobaan mengenai Persilangan Tanaman”. Genetika – biologi umum| 4 1. Hukum Mendell I/Hukum Pemisahan Bebas Hukum Mendell I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). Contoh dari terapan Hukum Mendell I : persilangan monohibrid dengan dominansi Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif. Perhatikan contoh berikut ini: Disilangkan antara mawar merah yang bersifat dominan dengan mawar putih yang bersifat resesif. Persilangan monohibrid dengan kasus intermediet Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat, jadi tidak ada yang dominan ataupun resesif. Contoh: disilangkan antara mawar merah dengan mawar putih Genetika – biologi umum| 5 2. Hukum Mendell II/Hukum Berpasangan Bebas Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih. Contoh: disilangkan ercis berbiji bulat warna kuning (dominan) dengan ercis berbiji kisut warna hijau (resesif). Genetika – biologi umum| 6 3. Konsep Backcross dan Testcross Backcross sering disebut juga persilangan atau perkawinan balik. Backcross adalah perkawinan antara individu F1 dengan salah satu induknya, baik jantan maupun betina. Dengan uji persilangan balik ini dapat diketahui bahwa individu yang fenototipnya sama belum tentu memiliki genotip yang sama. Misalnya saja perkawinan antara tikus hitam dan tikus putih. Pada tikus tersebut terdapat gen B yang merupakan penentu warna hitam dan bersifat dominan, sedangkan warna putih ditentukan oleh adanya gen b pada tikus yang bersifat resesif. Perhatikan Tabel di bawah ini. P1 : ♀ BB (Hitam) >< ♂ bb (Putih) (G) : F1 : P2 :♀ BB (Hitam) >< ♂ Bb(Hitam) G : B b Bb (Hitam) B B b F2 : ♂/♀ B B B BB (Hitam) Bb (Hitam) Dari uji persilangan balik (backcross) di atas, jelas terlihat bahwa tikus yang berwarna hitam dapat memiliki genotip BB atau Bb. Dengan demikian terbukti bahwa individu yang memiliki fenotip sama dapat memiliki genotip yang berbeda. Testcross (uji silang) adalah persilangan antara individu F1 dengan individu homozigot resesif. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah genotip F1 heterozigot atau homozigot. Jika dengan uji silang diperoleh keturunan yang fenotipnya menyebar atau 50% : 50% (1 : 1) berarti individu yang diuji genotipnya heterozigot. Akan tetapi, jika keturunan yang dihasilkan dari uji silang 100% memiliki fenotip yang sama berarti individu yang diuji genotipnya homozigot. Agar lebih jelas, perhatikan tabel di bawah ini. P : ♀ BB (Hitam) >< ♂ bb (Putih) Genetika – biologi umum| 7 (G) : F1 : B b Bb (Hitam) Testcross :♀ Bb (Hitam) >< ♂ bb(putih) G : B b b F2 ♂/♀ B b B Bb (Hitam) bb (putih) Dari hasil uji silang tersebut diperoleh fenotip yang merata pada keturunan yang dihasilkan dengan rasio fenotip hitam : putih = 50% : 50% atau 1 :1. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa genotip individu F1 adalah heterozigot. Dalam kasus ini, individu F1 berfenotip hitam dengan genotip Bb. 4. Persilangan Resiprok Persilangan resiprok disebut juga dengan persilangan kebalikan, yaitu persilangan dilakukan dengan tidak memerhatikan jenis kelamin induknya. Misalnya, persilangan tanaman ercis berbatang tinggi dengan genotip TT (homozigot dominan) dengan tanaman ercis berbatang pendek dengan genotip tt (homozigot resesif). Pada persilangan ini, sel kelamin jantan maupun betina dapat berasal dari tanaman ercis berbatang tinggi maupun tanaman ercis berbatang pendek. Dengan kata lain, jika tanaman ercis jantan berbatang tinggi disilangkan dengan tanaman ercis betina berbatang pendek maka keturunan yang dihasilkan akan memiliki sifat yang sama dengan hasil persilangan antara tanaman ercis betina berbatang tinggi dengan tanaman ercis jantan berbatang pendek. Dengan demikian, terlihat bahwa individu jantan maupun betina memiliki kesempatan yang sama rata dalam pewarisan sifat. 2.3. Pola-pola hereditas Pola-pola hereditas mencakup pewarisan sifat induk pada keturunanya melalui gamet dengan mengikuti aturan tertentu. Prinsip-prinsip pewarisan sifat Genetika – biologi umum| 8 tersebut telah dikemukakan oleh Mendel, contohnya perbandingan fenotipe F2 pada persilangan dihibrida = 9 : 3 : 3 : 1. Sejak awal abad ke-20, prinsip-prinsip yang ditemukan Mandel sudah dapat diterima. Prinsip Mandel di atas, dijabaekan oleh seorang sarjana Amerika bernama Walter Stanborough Sutton sebagai pola-pola hereditas dengan menjelaskan tentang kromosom, seperti berikut ini. a) Jumlah kromosom yang dikandung oleh sel sperma dan sel telur adalah sama, yaoitu separuh dari jumlah kromosom sel tubuh. b) Organisme baru sebagai hasil fertilisasi mengandung dua perangkat kromosom (diploid) pada setiap selnya, seperti halnya tiap sel induknya. c) Dalam meiosis, kedua perangkat kromosom memisah secara bebas. d) Bentuk dan identitas setiap kromosom adalah tetap, sekalipun melalui proses pembelahan meiosis dan mitosis. Begitu pula masing-masing gen sebagai bagian faktor menurun adalah mantap. Ternyata penelitian lebih lanjut memberikan hasil yang tidak selalu sesuai dengan pendapat Sutton. Penyimpangan pola hereditas kadang terjadi dengan berubahnya perbandingan fenotipe keturunan sehingga tidak sesuai Hukum Mendel. Beberapa perubahan dan penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan semu Hukum Mendel, tautan gen, pindah silang, tautan seks, dan gen letal. a. Penyimpangan Semu Hukum Mendel Walaupun prinsip-prinsip yang ditemukan Mendel diterima secara umum, peneliti-peniliti berikutnya sering menemukan perbandingan fenotipe yang berbeda, seakan-akan tidak mengikuti aturan Hukum Mendel. Ternyata penyimpangan ini hanya merupakan penyimpangan ini hanya merupakan penyimpangan semu karena pola dasarnya sebenarnya sama dengan Hukum Mendel. Penyimpangan terjadi karena beberapa gen saling mempengaruhi dalam menunjukkan fenotipe. Perbandingan fenotipe dapat berubah, tetapi prinsip dasar dari cara pewarisan, tetap sesuai dengan prinsip-prinsip Mendel. Genetika – biologi umum| 9 Penyimpangan semua ada bermacam-macam, yaitu interaksi gen, kriptomeri, epistasis-hipostasis, polimeri, gen-gen komplementer, gen dominan rangkap, dan gen penghambat. 1) Interaksi gen Interaksi gen ialan Peristiwa dua gen atau lebih yang bekerja atau menghalang-halangi dalam memperlihatkan fenotipe. Interaksi gen mulamula ditemukan oleh William Bateson (1861-1926) dan R.C. Punnet (1906) pada bentuk jengger ayam. Ada empat macam bentuk jengger ayam, yaitu: a. Bentuk biji (pea), dengan genotipe : rrPb. Bentuk mawar atau gerigi (ros), dengan genotipe: R-pp c. Bentuk sumpel (walnut), dengan genotipe: R-Pd. Bentuk belah atau tunggal (single), dengan genotipe rrpp. Persilangan antara ayam berjengger gerigi dengan biji, menghasilkan keturunan F1 bertipe sumpel. Parental (P1) : RRpp gerigi Gamet : Rp >< rrPP biji rP F1 (generasi 1) : RrPp Sumpel P2 : F1 RrPp >< >< F1 RrPp Gamet : RP,Rp,rP,rp RP,Rp,rP,rp Rp RRPp sumpel RRpp gerigi RrPp sumpel Rrpp gerigi Rp RrPp Sumpel Rrpp Gerigi rrPp biji Rrpp Belah F2 : RP Rp rP rp RP RRPP Sumpel RRPp Sumpel RrPP Sumpel RrPp Sumpel Rp RrPP Sumpel RrPp Sumpel rrPP biji rrPp biji Genetika – biologi umum| 10 Berdasarkan segi empat Punnet di atas perbandingan F2 adalah jengger ayam : gerigi : biji : belah = 9 : 3 : 3 : 1 jengger sumpel yang muncul dari perkawinan antara ayam berjengger sumpel dengan sesamanya karena interkasi dua pasang alel (gen) yang dominan, sedangkan fenotipe baru (jengger belah) terjadi karena adanya dua pasang alel (gen). Dari persilangan tersebut, akan diperoleh rasio fenotipe, ayam : gerigi : biji : belah = 9 : 3 : 3 : 1. 2) Kriptomeri Correns (1912) adalah seorang ahli yang menyelidiki peristiwa kriptomeri. Kriptomeri adalah peristiwa persilangan, di mana suatu faktor dominan tertutup oleh faktor dominan lainnya dan baru tampak jika tidak bersama dengan faktor penutup itu. Kriptomeri memiliki ciri khas : ada karakter baru muncul bila ada 2 gen dominan bukan alel berada bersama. AAbb merah Parental (P1) : aB AaBb ungu F1 (generasi 1) : F1 AaBb Gamet : aaBB putih Ab Gamet : P2 : >< >< >< AB,Ab,aB,ab F1 AaBb AB,Ab,aB,ab F2 : AB Ab aB Ab AB AABB Ungu AABb Ungu AaBB Ungu AaBb Ungu Ab AABb Ungu AAbb Merah AaBb Ungu Aabb Merah aB AaBB Ungu AaBb Ungu aaBB putih aaBb putih ab AaBb Ungu Aabb Merah aaBb putih aabb putih Genetika – biologi umum| 11 Berdasarkan segi empat perbandingan tersebut diperoleh : Ungu : Merah : Putih = 9 : 3 : 4 Persilangan karena adanya kriptomeri menghasilkan keturunan dengan perbandingan fenotipe 9 : 3 : 4. 3) Epistasis-hipostasis Epistasis-hipostasis adalah peristiwa di mana gen dominan menutupi gen dominan lain yang bukan alelnya. Faktor pembawa sifat yang menutupi disebut epistatis, sedangkan sifat yang tertutup disebut hipostatsis. H. Nilson dan Ehle (1873-1949) menyelidiki peristiwa tersebut pada persilangan gandumn berkulit biji kuning yang keduanya merupakan galur murni.Peristiwa epistasis-hipostasis di atas dapat digambarkan melalui diagram berikut: Misalnya gandum berkulit biji warna hitam disilangkan dengan gandum berkulit biji warna kuning. Dimisalkan H = gen kulit biji warna hitam H = gen kulit biji warna putih K =gen kulit biji warna kuning k =gen kulit biji warna putih maka : Parental (P1) : HHkk Hitam >< Hk kkHH kuning hK Gamet : HhKk hitam F1 (generasi 1) : P2 : F1 HhKk HK,Hk,hK,hk >< >< F1 HhKk HK,Hk,hK,hk Gamet : Genetika – biologi umum| 12 F2 HK Hk Hk Hk HK HHKK Hitam HHKk Hitam HhKK Hitam HhKk Hitam Hk HHKk Hitam HHkk Hitam HhKk Hitam Hhkk Hitam hK HhKK Hitam HhKk Hitam hhKK kuning hhKk kuning Hk HhKk Hitam Hhkk Hitam hhKk kuning Hhkk Putih Jadi, dalam persilangan ini didapatkan keturunan dengan perbandingan fenotipe = 12 : 3 : 1 Dari hasil perkawinan di atas, maka terlihat bahwa genotipe yang mengandung H selalu berwarna hitam, sedangkan genotipe yang mengandung K tanpa disertai H selalu berwarna kuning. Maka dapat disimpulkan bahwa : H epistatis terhadap K K apistasis terhadap h K hipostasis terhadap H 4) Polimeri Polimeri adalah gen dengan banyak sifat beda yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi mempengaruhi bagian yang sama dari suatu prganisme. Untuk memahami peristiwa itu, Nilson-Ehle mengadakan percobaan persilangan suatu jenis gandum, yaitu gandum bersekam merah dengan gandum bersekam putih. Dimisalkan genotipe gandum berwarna merah adalah M1M1M2M2, sedangkan genotipe gandum berwarna putih m1m1m2m2. Kedua jenis gandum di silangkan Parental (P1) : Gamet : F1 (generasi 1) : M1M1M2M2 Merah >< M1 M2 m1m1m2m2 putih m1m2 M1m1M2m2 merah Genetika – biologi umum| 13 P2 : F1 M1m1M2m2 Gamet : M1M2; M1m2; m1M2; m1m2 >< >< F1 M1m1M2m2 M1M2; M1m2; m1M2; m1m2 Rasio fenotipe merah : putih = 15 : 1 5) Gen-gen komplementer Gen komplementer adalah interaksi antara dua gen dominan, jika terdapat bersama-sama akan saling melengkapi sehingga muncul fenotipe alelnya. jika salah satu gen tidak ada, maka pemunculan sifat terhalang. Contoh: perkawinan pria bisu tuli dengan wanita bisu tuli, Parental (P1) : RRbb Bisu tuli Gamet : Rb >< rrBB bisu tuli rB F1 (generasi 1) : RbRb normal P2 : F1 RbRb >< >< Gamet : RB, Rb, rB, rb F1 RbRb RB, Rb, rB, rb RB RB RRBB Rb RRBb rB RRBb Rb RrBb Rb RRBb RRBb* RrBb Rrbb* rB RrBB RrBb rrBB* rrBb* Rb RrBb RRbb* RrBb* rrbb* Keterangan : * = bisu tuli; rasio fenotipe = normal : bisu tuli = 9:7 Genetika – biologi umum| 14 Melihat angaka perbandingan F2 yang hampir sama yaitu 9:7, maka apabila suatu perkawinan hanya menghasilkan anak sedikit, memungkinkan semua normal atau semua bisu tuli. Kunci pemahaman gen-gen komplementer adalah aa epistatis (menutupi) B dan b bb epistatis (menutupi) A dan a 6) Gen dominan rangkap Penyimpangan semu ini terjadi karena terdapat dua gen dominan yang mempengaruhi bagian tubuh makhluk hidup yang sama. Jika berada bersama-sama, fenotipenya merupakan gabungan dari kedua sifat gen-gen dominan tersebut, sehinnga perbandingan fenotipenya menjadi 9 : 6 : 1. Contoh : persilangan antara tanaman yang buahnya berbentuk oval dengan tanaman yang buahnya bulat : Parental (P1) : RRBB Oval Gamet : RB >< Rrbb bulat Rb F1 (generasi 1) : RbBb oval P2 : F1 RbBb >< >< Gamet : RB, Rb, rB, rb F1 RbBb RB, Rb, rB, rb RB RB RRBB+ Rb RRBb+ rB RrBB+ Rb RrBb+ Rb RRBb+ RRbb× RrBb+ Rrbb× rB RrBB+ RrBb+ rrBB× rrBb× rb RrBb+ Rrbb× rrBb× rrbb* Keterangan : + = oval, × = lonjong, *= bulat Perbandingan fenotipenya, oval : lonjong : bulat = 9 : 6 : 1 Genetika – biologi umum| 15 7) Gen penghambat Gen penghambat (inhibiting gen) adalah penyimpangan semu yang terjadi karena terdapat dua gen yang dominan yang jika bersama-sama pengaruhnya akan menghambat pengaruh salah satu gen dominan tersebut sehingga perbandingan fenotipenya = 13 : 3 Contoh : Persilangan ayam berbulu putih dengan ayam berbulu putih Keterangan : C = gen yang menghasilkan warna c = gen yang tidak menghasilkan warna I = gen yang menghalangi keluarnya warna (inhibator) i = gen yang tidak menghalangi keluarnya warna Parental (P1) : CCII Putih Gamet : CI >< ccii putih ci F1 (generasi 1) : CcIi putih P2 : F1 CcIi >< >< Gamet : CI, Ci, cI, ci F1 CcIi CI, Ci, cI, ci CI CI CCII Ci CCIi cI CcII ci CcIi Ci CCIi CCii* CcIi Ccii* cI CcII CcIi ccII ccIi Ci CcIi Ccii* ccIi ccii Keterangan * = berwarna, genotipenya adalah C-ii, C-I = putih, ccI- = putih, ccii = putih Dengan demikian perbandingan fenotipe = putih : berwarna = 13 : 3. Kunci dari persilangan ini adalah Genetika – biologi umum| 16 C hipostatis terhadap I dan i Cc epistatis terhadap C dan c b. Tautan gen Pautan/Tautan (linkage) adalah suatu keadaan dimana terdapat banyak gen dalam satu kromosom. Pengertian ini biasanya mengacu pada kromosom tubuh (autosom). Akibatnya bila kromosom memisah dari kromosom homolognya, gen-gen yang berpautan tersebut selalu bersama. Semisal suatu genotif AaBb mengalami pautan antar gen dominan dan antar gen resesif, maka A dan B terdapat dalam satu kromosom, sedangkan a dan b terdapat pada kromosom homolognya. Bila terjadi pembelahan meiosis maka gamet yang terbentuk ada dua macam, yaitu AB dan ab. Ciri Pautan: semisal pada AaBb, gamet hanya 2 macam jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1 c. Pindah silang Pindah silang (crossing over) merupakan peristiwa pertukaran gen karena kromosom homolog saling melilit saat meiosis. Misalkan suatu genotif AaBb mengalami pindah silang saat pembelahan meiosis akan diperoleh gamet sebanyak empat macam, yaitu AB, ab, Ab, dan aB. Dua yang pertama (homogamet) disebut kombinasi parental (KP) yang merupakan hasil peristiwa pautan, dan dua yang terakhir (heterogamet) disebut kombinasi baru (KB) atau rekombinan (RK) yang merupakan hasil peristiwa pindahsilang. Genetika – biologi umum| 17 Prosentase terbentuknya kombinasi baru saat terjadi pindah silang disebut Nilai Pindah Silang (NPS) yang dapat dihitung dengan rumus berikut: Ciri Pindah silang: - semisal pada AaBb, gamet 4 macam - jika di test cross hasilnya adalah 1 : 1 : 1 : 1 d. pautan seks Pautan sex (sex linkage) merupakan suatu keadaan dimana terdapat banyak gen tertentu yang selalu terdapat pada kromosom sex. Adanya pautan sex menyebabkan suatu sifat muncul hanya pada jenis kelamin tertentu. Ada dua jenis pautan sex, yaitu pautan X dan pautan Y. Contoh: persilangan antara lalat Drosophilla melanogaster bermata merah dan putih. P: jantan mata putih XmY X betina mata merah XMXM F1 : XMY XMXm : jantan mata merah : betina mata merah P2 : XMY x FZ : XMY XmY XMXM XMXm XMXm : jantan mata merah : jantan mata putih : betina mata merah : betina mata merah Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa gen yang menyebabkan warna mata pada lalat terdapat pada kromosom X. Mata merah disebabkan gen dominan M, dan mata putih disebabkan gen resesif m. Hasil persilangan pada F, induk jantan yang bermata putih mewariskan gen m pada anak betina, sedangkan induk betina yang bermata merah mewariskan gen M pada anak jantan. Ingat Pada anak jantan, X berasal dari induk betina Genetika – biologi umum| 18 Pada anak betina, X berasal dari kedua induk Inilah yang disebut konsep pewarisan sifat menyilang (criss cross inheritance) e. gagal berpisah Gagal berpisah (non disjunction) merupakan kegagalan kromosom homolog untuk memisahkan diri saat pembelahan meiosis. Akibatnya terdapat gamet yang lebih atau kurang jumlah kromosomnya. Contohnya persilangan antara Drosophilla melanogaster dimana lalat betina mengalami gagal berpisah. Lalat betina yang mengalami gagal berpisah membentuk tiga macam kemungkinan gamet yaitu X, XX, dan 0. Bila lalat jantan yang mengalami gagal berpisah kemungkinan gametnya adalah X, Y, XX, YY, dan 0. P : G : XY x XX (gagal berpisah) X X Y XX 0 F : XX : betina normal XY : jantan normal XXX : betina super (biasanya mati) XXY : betina (fertil) XO : jantan (steril) YO : jantan (lethal) Gamet hasil gagal berpisah pada: - betina : X, XX, 0 - jantan : X, Y, XX, YY, 0 f. determinasi seks Determinasi sex adalah cara penentuan jenis kelamin pada hewan dan manusia yang dilambangkan dengan huruf tertentu. Khusus pada Drossophila, penentuan jenis kelamin didasarkan pada Index Kelamin yang merupakan rasio antara jumlah kromosom X dengan jumlah Genetika – biologi umum| 19 pasangan autosom. Bila rasionya lebih besar atau sama dengan setengah, jenis kelaminnya jantan. Bila lebih besar atau sama dengan satu jenis kelaminnya betina. Dan bila lebih besar dari setengah dan lebih kecil dari satu lalat tersebut merupakan lalat intersex. Contoh: AAXX IK = 2X/2A = 1 lalat betina AAXY IK = X/2A AAXXX IK = 3X/2A = 1,5 lalat betina AAXXY IK = 2X/2A = 1 AAXO IK = X/2A AAAXX = 0,5 lalat jantan lalat betina = 0,5 lalat jantan IK = 2X/3A = 0,6 lalat intersex Pada makhluk hidup lain penentuan jenis kelaminnya seperti pada tabel berikut: g. GenLetal Gen lethal merupakan gen yang menyebabkan kematian individu yang memilikinya bila dalam keadaan homozigot. Ada dua jenis gen lethal, yaitu lethal dominan dan lethal resesif. Lethal dominan menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot dominan. Contoh: persilangan antara tikus kuning dengan sesamanya p : tikus kuning x Kk F : KK tikus kuning Kk : tikus kuning (lethal) 2Kk : tikus kuning kk : normal Genetika – biologi umum| 20 Rasio fenotif yang hidup antara tikus kuning : normal = 2 : 1 karena tikus kuning homozigot dominan selalu lethal. Lethal resesif menyebabkan kematian dalam keadaan homozigot resesif. Contoh: persilangan antara jagung berdaun hijau dengan sesamanya p : jagung berdaun hijau x Hh F : jagung berdaun hijau Hh HH : berdaun hijau 2Hh : berdaun hijau hh : berdaun pucat (albino) – lethal Dari pesilangan di atas hanya tiga yang kemungkinannya dapat hidup yaitu yang bergenotif HH dan Hh. Sedangkan yang bergenotif hh mati karena tidak dapat membentuk klorofil. 2.4. Konsep pewarisan sifat Peristiwa pewarisan sifat sesuai hukum Mendell juga dapat ditemukan pada manusia. Hal ini sudah sesuai dengan kegiatan di depan tentang sifat dominan dan resesif dalam sebuah keluarga. Sebagai contoh sifat lidah dapat menggulung, adanya lesung pipi dan telinga bercuping. Ilmu genetika juga dimanfaatkan dalam bidang pertanian maupun peternakan. Hal ini sudah lama dilakukan oleh para petani dalam usaha memperoleh bibit unggul. Sebagai contoh, tanaman berakar kuat tetapi berbuah sedikit disilangkan dengan tanaman berakar lemah berbuah lebat. Diharapkan dari persilangan ini diperoleh tanaman dengan sifat akar kuat dan berbuah lebat. Pemanfaatan genetika selain dalam usaha memperoleh bibit unggul adalah untuk mendeteksi adanya penyakit menurun dan mengetahui jenis kelamin. 1. Penentuan jenis kelamin. Seperti diketahui manusia memiliki 46 kromosom atau 23 pasang, meliputi 22 pasang kromosom tubuh (autosom) dan1 pasang kromosom kelamin (kromosom seks). Kromosom seks inilah yang akan menentukan jenis kelamin pada kita, kromosom seks XX akan menjadi wanita sedangkan XY akan muncul sifat pria. Genetika – biologi umum| 21 2. Genotip Fenotip XX Wanita XY Laki-laki Penentuan golongan darah Golongan darah ditentukan oleh ada tidaknya antigen-antibodi dalam darah seseorang. Pada seseorang memiliki sepasang alela yang bertanggung jawab atas golongan darahnya. Gen A akan menghasilkan antigen A, gen B akan menghasilkan antigen B dan gen O tidak menghasilkan antigen. Gengen ini terletak di otosom, yang disimbulkan I yang berasal dari istilah isohemaglutinogen, dan tiga alela itu disimbolkan IA , IB , IO. Alela A dan B sama-sama dominan dan O resesif. 3. Genotip Fenotip IA IA Golongan darah A IA IO Golongan darah A IB IB Golongan darah B IB IO Golongan darah B IA IB Golongan darah AB IO IO Golongan darah O Buta warna Buta warna merupakan kelainan dimana seseorang tidak dapat melihat atau membedakan warna-warna tertentu. Penderita buta warna merah hijau tidak mampu membedakan warna merah dan hijau. Gen buta warna bersifat resesif dan terpaut pada kromosom seks X, sehingga ada lima kemungkinan genotipnya. Genotip Fenotip XX Wanita normal X Xcb Wanita normal carrier Genetika – biologi umum| 22 4. Xcb Xcb Wanita buta warna XY Pria Normal Xcb Y Pria Buta warna Hemofili Hemofili merupakan kelainan yang menyebabkan darah sukar membeku apabila terluka, hal ini terjadi karena tidak ada faktor pembeku darah. Seperti pada buta warna gen hemofili juga bersifat resesif dan terpaut pada kromosom seks X. Walaupun secara genotip dapat dimungkinkan adanya wanita hemofili tetapi kita tidak menjumpai wanita penderita hemofili karena gen nya bersifat letal jika muncul homozigot resesif. Gen letal adalah gen yang menimbulkan kematian, pada kasus hemofili bayi sudah meninggal dalam kandungan. Genotip Fenotip XH XH Wanita normal XH Xh Wanita normal carrier Xh Xh Wanita hemofili (bersifat letal) XH Y Pria Normal Xh Y Pria hemofili Kelainan genetik pada manusia disamping buta warna dan hemofili antara lain adalah epilepsi, diabetes melitus, albino maupun jari lebih (poli daktil). Untuk menghindari bertambahnya penderita kelainan genetik dapat dengan melakukan upaya antara lain : mencegah perkawinan antar keluarga dekat (mempunyai hubungan darah), perlu mengetahui riwayat keluarga calon pasangannya ada tidaknya yang menderita kelainan genetik dan satu hal adalah memberi pengertian suatu pasangan yang memiliki kelainan genetik, untuk bersikap bijaksana dalam hal keinginan mempunyai anak. Hal ini dilakukan karena adanya kemugkinan anak mereka akan memiliki kelainan genetik. Genetika – biologi umum| 23 BAB III PENUTUP 3.1. Simpulan Dari makalah yang telah dibuat ini, dapat disimpulkan bahwa genetika adalah bidang studi yang menjelaskan tentang gen atau yang berkaitan dengan penurunan sifat keturunan. Mendel melakukan percobaan persilangan terhadap tanaman, dan di temuka beberapa tipe persilangan, yaitu monohibrid, dihibrid, backcross dan testcross, serta resiprok. Peristiwa pewarisan sifat sesuai hukum Mendell juga dapat ditemukan pada manusia. Hal ini sudah sesuai dengan kegiatan di depan tentang sifat dominan dan resesif dalam sebuah keluarga. penyimpangan yang terjadi adalah penyimpangan semu Hukum Mendel, tautan gen, pindah silang, tautan seks, dan gen letal. Pada hereditas yang terjadi pada tumbuhan, beberapa penyimpangan dari hukum mendel ialah polimeri dengan perbandingan rasio 15 : 1, kriptomeri dengan perbandingan rasio 9 : 3 : 4, epistatis dan hipostatis dengan perbandingan rasio 12 : 3 : 1, komplementer dengan perbandingan rasio 9 : 7 dan interaksi alel dengan perbandingan rasio 9 : 3 : 3 : 1. Peristiwa pewarisan sifat sesuai hukum Mendell juga dapat ditemukan pada manusia. Hal ini sudah sesuai dengan kegiatan di depan tentang sifat dominan dan resesif dalam sebuah keluarga. Pemanfaatan genetika selain dalam usaha memperoleh bibit unggul adalah untuk mendeteksi adanya penyakit menurun dan mengetahui jenis kelamin Genetika – biologi umum| 24 DAFTAR PUSTAKA http://biologimediacentre.com/pola-pola-hereditas/ (di akses pada tanggal 1 April 2014, pada pukul 17.52) Pratiwi. D.A. dkk, 2008. Biologi Untuk SMA Kelas XII. Jakarta : Erlangga. Genetika – biologi umum| 25