i BIOAKUMULASI MERKURI (Hg) OLEH BAKTERI LOKAL DARI TANAH PASCATAMBANG EMAS BOMBANA SULAWESI TENGGARA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana (S-1) OLEH : NUR ISNAINI ULFA F1D112055 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI APRIL 2016 i ii ii iii iii iv iv v KATA PENGANTAR Tiada kata yang indah yang patut penulis ucapkan mengawali tulisan ini selain ucapan puji dan syukur kepada Allah SWT karena penulis menyadari bahwa penelitian ini dapat berhasil hanya karena izin dan pertolongan dari-Nya. Penulis juga mengucapkan beribu syukur karena atas pertolongan-Nya sehingga penelitian ini dapat selesai tepat pada waktunya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terlaksananya penelitian dan penyusunan hasil penelitian ini adalah berkat kerja sama, dorongan, bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak, baik moril maupun materil. Penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis haturkan kepada Dr. Nur Arfa Yanti, S.Si., M.Si selaku pembimbing I dan Dr. Nurhayani, H.M., M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan, arahan dan nasehat yang sangat berharga. Ucapan terimakasih tak lupa pula penulis sampaikan kepada kedua orang tua, ayahanda tersayang Dr. Abubakar, M.Pd dan Ibunda tercinta Rahiba, S.Pd yang telah menjadi orang tua terhebat sepanjang masa sekaligus sebagai sahabat dan tempat curhat yang senantiasa memberikan dukungan moril dan materil, motivasi, nasehat, cinta, kasih sayang, perhatian yang sangat luar biasa serta do’a yang tulus dan ikhlas yang takkan pernah bisa penulis balas. Kepada kedua adik tersayang Abd. Hadid Rahman Ulfa dan Iqra Aulia Ulfa, serta kakak terhebat Muslamin Ali, v vi A.Md Terimakasih telah menjadi pemberi keceriaan dan kekuatan yang tak terhingga, serta selalu menjaga penulis mulai dari kecil hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada : 1. Rektor Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari. 2. Dekan F-MIPA Universitas Halu Oleo (UHO). 3. Ketua Jurusan Biologi dan sekretaris jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo (UHO). 4. Kepala Laboratorium Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Halu Oleo (UHO). 5. Analudin, S.Si., M.Si., M.Sc., Ph.D., selaku penasehat akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam memprogramkan mata kuliah. 6. Dr. Muzuni, S.Si., M.Si., Dra. Sri Ambardini, M.Si. dan Dr. Hj. Sitti Wirdhana Ahmad, S.Si., M.Si. selaku dewan penguji. 7. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Biologi serta seluruh staf lingkungan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo (UHO). 8. Laboran laboratorium jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo (UHO). 9. Sahabat tersayang : Andi Hildayani dan Sitti Feni Musdalifah yang telah memberi motivasi dan tetap konsisten menemani penulis pada saat suka maupun duka dalam menjalankan studi mulai dari semester satu hingga saat ini. vi vii 10. Rekan-rekan penelitian tercinta di laboratorium Mikrobiologi : Desty Triyaswati, S.Si, Muh. Azwar Syah, S.Si., Andi Nurhana, Kholifath, Efis Amalia, Kasmawati Dehe, L.M. Iman Sulaiman, Rajab, Nuning dan Sadawati yang telah memberikan motivasi dan dorongan selama melaksanakan penelitian. 11. Teman-teman Angkatan 2012 yang tiada duanya : Febrianto Meiyer, Irmayanti Arief, Siti Surahmi M., Desyani Mantu, Retno Wulan, Winda, Eis Nurhiliya, Aditya A., Sarifuddin (Bobby), Muh. Zulvichar, Muh. Gusmi Randa, Dafid Pratama, I Gusti Putu Harisudana, Andi Nurhamsi, I Wayan Rustanto, Desi Afdaliana, Lilik, Yusuf, Rosminah, S.Si, Firdaus, Hardianto, Rosmaya, Nuraini, Rudi, Hermawan, Eland, dan semua yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, terimakasih telah menjadi letting terhebat dan kawan seperjuangan, kalian luar biasa. 12. Kakak senior di Laboratorium Mikrobiologi: Taufik Walhidayah, S.Si., Mawardi Janitra. S.Si, Miftahuddin, S.Si, Siti Nurhidayah, Nur Asni, S.Si, Zaenab Mola, Baharudin, Jendri Mamangkey, S.Si, Christyani Dian Winarti Budadana, S.Si, Yurnal, S.Si, Titin Pratiwi Rivai, S.Si, Sugireng, S.Si, Jumiati, S.Si Irawati, S.Si, Hasanah, S.Si, Artarini Oktavianti, S.Si, Ridwan, S.Si dan Rahmatan Juhaepa, S.Si yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. 13. Junior-juniorku tersayang di Laboratorium Mikrobiologi: Marwansyah, Putri Rabiah, Fitrah, Haidin, Arin, Ade Putra, Isma Arya, Nurayani, Endang, Febri, Hestin, Wandy, Mulki M. Adam, Kartika, Munir, Leni, Sri, Irwansyah, Jamal, vii viii dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang selalu memberikan keceriaan, bantuan dan semangatnya. 14. Junior-Junior angkatan 013,014,015 : Diidoong, Ipeh, Gusni, Farah, Ita, Andri, Ijah, Puput, Klara, Juna, Akbar, Bowo dan semuanya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu 15. Kakak-kakak Asisten di Biologi: Izal, S.Si, Al Firman, S.Si, Adi Karya, S.Si, M.Sc LD. Abd. Ajar Hasidu, S.Si, Nurhidayah, S.Si, Nuraini, S.Si, Fatma Cahya Putri, S.Si dan semuanya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 16. Teman sejawat : Indri Sulfianatasri, Marselya Fitriani, Eka Sundari, Uci Friska, Mus, Yusran, Lili Yulianti, Andi Akbar, Serli, Nurul, Hendra, Nur Fadhilla, Nirmala Atma, Afriyanti, Darmalianti Rahim, Hikmawati Madjid, Riskah Fadilah, Cahyaniza, Indah Eva, Annisa Nurul Ilmi, Arni Aries dan dan semua yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk keceriaan dan doanya. Selanjutnya penulis menyadari bahwa penulisan hasil penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menerima segala saran yang sifatnya membangun demi penyempurnaannya. Akhir kata penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Kendari, April 2016 Penulis viii ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR ARTI LAMBANG ABSTRAK ABSTRACT I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Lahan Pascatambang Bombana B. Merkuri (Hg) C. Pencemaran Merkuri D. Bakteri Pereduksi Merkuri E. Karakteristik Bakteri Lokal F. Bioakumulasi Menggunakan Bakteri G. Hipotesis III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat B. Jenis Penelitian C. Bahan Penelitian D. Alat Penelitian E. Variabel, Definisi Operasional dan Indikator Penelitian 1. Variabel Penelitian 2. Definisi Operasional 3. Indikator Penelitian F. Desain Penelitian G. Prosedur Penelitian ix Halaman i ii iii iv v ix xi xii xiii xiv xv xvi 1 1 4 4 4 6 6 6 8 10 12 13 15 17 17 17 17 18 19 19 20 21 21 24 x H. Analisis Statistik I. Bagan Alur Kerja IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Bakteri Uji Pengakumulasi Merkuri B. Kemampuan Akumulasi Merkuri (Hg) oleh Bakteri Lokal dari Lahan Pascatambang Emas Bombana C. Hubungan Jenis Isolat Bakteri Lokal dan Waktu Inkubasi terhadap Akumulasi Merkuri (Hg) D. Analisis Statistik Data Isolat Bakteri dan Waktu Inkubasi terhadap Kemampuan Akumulasi Merkuri (Hg) V. PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x 27 28 29 29 32 37 39 43 43 43 44 48 xi DAFTAR TABEL Nomor Teks Halaman 1. Bahan penelitian dan fungsinya 18 2. Alat penelitian dan fungsinya 18 3. Desain Penelitian 23 4. Biomassa bakteri lokal berdasarkan waktu inkubasi 29 5. Kadar merkuri di dalam media Luria Bertani (LB) dan sel bakteri 32 6. Kadar merkuri yang diakumulasi dan efesiensi akumulasi oleh bakteri lokal 34 7. Kadar sisa merkuri merkuri pada media dan biomassa bakteri lokal 37 8. Hasil analisis varians (anava) dua arah pengaruh jenis isolate dan Waktu inkubasi terhadap kemampuan akumulasi merkuri pada sel 39 9. Hasil uji Duncan untuk pengaruh jenis isolat bakteri terhadap Perubahan merkuri pada sel 40 10. Hasil uji Duncan untuk pengaruh waktu inkubasii terhadap perubahan merkuri pada sel 40 11. Hasil uji Duncan untuk pengaruh interaksi jenis isolat bakteri lokal Dan waktu inkubasi terhadap perubahan merkuri pada sel 41 12. Data biomassa sel bakteri dalam media Luria Bertani (LB) 49 13. Data kadar merkuri pada media Luria Bertani (LB) 51 14. Data kadar merkuri pada sel bakteri 51 15. Kadar merkuri yang diakumulasi masing-masing sel 52 16. Efesiensi akumulasi merkuri yang diakumulasi Oleh masing-masing sel 52 17. Tabel Statistik 54 xi xii DAFTAR GAMBAR No. Teks Halaman 1 Mekanisme resistensi bakteri terhadap merkuri 11 2 Pengamatan morfologi sel (Gram & Bentuk) 13 3 Bagan alur kerja uji kemampuan akumulasi bakteri lokal 28 4 Kurva fluktuasi biomassa isolat bakteri lokal selama 30 waktu inkubasi 5 Kurva kadar merkuri pada media dan sel 32 6 Kurva hubungan biomassa bakteri dan waktu inkubasi 38 7 Bahan utama penelitian 48 8 Penyiapan alat dan bahan 56 9 Peremajaan isolat 56 10 Pembuatan starter 57 11 Pembuatan media produksi 58 12 Perhitungan biomassa bakteri 59 13 Pengujian bioakumulasi bakteri 60 xii xiii DAFTAR LAMPIRAN No. Teks Halaman 1 Isolat bakteri lokal 48 2 Pengukuran biomassa bakteri lokal selama inkubasi 49 3 Hasil analisis kadar merkuri di media dan sel 51 4 Kadar merkuri yang diakumulasi sel dan efesiensi 52 akumulasi 5 Tabel statistik 54 6 Dokumentasi kegiatan 56 xiii xiv DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN Lambang/singkatan % ± < > o C µL atm AAS C CO2 CH3Hg+ DB Dkk et al g Hg HgS HgCl2 JK K KT L LB Ps Bc mL mM N2 NA Na+ NaCl NO3O2 pH ppm rpm SAS sp Arti dan keterangan Persen Lebih kurang Kurang dari Lebih dari Derajat celcius Mikroliter Atmosfer Atomic Absorption Spectrophotometer Karbon Karbondioksida Metilmerkuri Derajat bebas Dan kawan-kawan Et alia; et alii Gram Hydrargirum Hydrargirum Sulfida Hydrargyrum clorida Jumlah kuadrat Kontrol Kuadrat tengah Liter Luria Bertani Isolat bakteri Pseudomonas sp. LII C Isolat bakteri Bacillus sp. LIII C Mililiter Milimolar Nitrogen Nutrient Agar Ion natrium Natrium klorida Nitrat Oksigen Potensial Hidrogen Part per million Rotation per minute Statictical Analysis system Species; jenis xiv xv BIOAKUMULASI MERKURI (Hg) OLEH BAKTERI LOKAL DARI TANAH PASCATAMBANG EMAS BOMBANA SULAWESI TENGGARA Oleh: NUR ISNAINI ULFA F1D1 12 055 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat bakteri lokal dalam mengakumulasi merkuri dan mengetahui pengaruh waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri (Hg), serta untuk mengetahui interaksi jenis isolat bakteri lokal dan waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri oleh sel bakteri. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang disusun berdasarkan pola faktorial rancangan acak lengkap (RAL) dua faktor. Faktor pertama yaitu jenis isolat bakteri lokal yang terdiri dari Pseudomonas sp. LII C (Ps) dan Bacillus sp. LIII C (Bc). Faktor kedua yaitu waktu inkubasi yang terdiri dari 0-72 jam. Kemampuan isolat bakteri lokal dalam mengakumulasi merkuri diuji menggunakan alat Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) dengan pengujian kadar merkuri dalam media dan sel bakteri selama 72 jam inkubasi. Analisis data menggunakan SAS (Statistical Analysis System). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan kedua jenis isolat bakteri lokal yaitu Pseudomonas sp. LII C 92,28% dan Bacillus sp. LIII C 63,61%. Hasil analisis varians (Anava) menunjukkan bahwa jenis isolat, waktu inkubasi, serta interaksi antara jenis isolat dan waktu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan kadar merkuri. Kemampuan akumulasi merkuri tertinggi terdapat pada Pseudomonas sp. LII C yang memiliki kemampuan akumulasi merkuri yaitu 92,28% selama 48 jam inkubasi. Kata Kunci : Bioakumulasi, Bakteri Lokal, Kadar Merkuri. xv xvi BIOACCUMULATION OF MERCURY (Hg) BY LOCAL BACTERIA FROM GOLD POST-MINING SOIL OF BOMBANA SOUTHEAST SULAWESI By: NUR ISNAINI ULFA F1D1 12 055 ABSTRACT The purpose of this study was to determine the capability of local bacteria isolates, effect of incubation time in accumulated mercury and effect of interaction between type of isolates local bacteria and incubation time to accumulate mercury. This study was an experiment research based on pattern completely randomized design (CRD) two factors. The first factor was type of local bacteria isolates consist of Pseudomonas sp. LII C and Bacillus sp. LIII C. The second factor was incubation time consist of 0-72 hours. The capability of local bacteria isolates in accumulated mercury were tested by Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS) with mercury content testing in media and cells for 72 hours incubation. The result of this reaserch showed that Pseudomonas sp. LII C accumulation of capability merkuri was 92,28% and Bacillus sp. LIII C was 63,61 The analysis of data used SAS (Statistical Analysis System). The result analysis of varians (Anova) showed that type of isolates, incubation time and interaction between type of isolates and incubation time were significant effect of changing mercury content on cells. The highest capability of mercury was found of Pseudomonas sp. LII C has mercury accumulation capability was 92,28% for 48 hours incubation. Keywords : Bioaccumulation, Local Bacteria, Mercury content xvi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bombana merupakan Kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terkenal dengan potensi sumber daya alam di bidang pertambangan emas. Beberapa wilayah potensi emas di Bombana merupakan wilayah aliran sungai dan hutan di sekitar pemukiman penduduk, sehingga dampak kerusakan menjadi sangat merugikan bagi aktivitas manusia yang berada di daerah tersebut. Dampak yang terjadi berupa kerusakan hutan, tanah, penurunan kualitas air dan punahnya biota air. Dampak lain yang menimbulkan efek serius yakni adanya peningkatan merkuri (Kali, 2014). Merkuri dapat terakumulasi melalui rantai makanan dan akhirnya meracuni makhluk hidup termasuk manusia. Efek racun dari merkuri dapat mengganggu saraf dan ginjal serta merusak fungsi dari kerja paru-paru (Manohar, et al., 2002). Menurut Alloway (1995), batas toleransi merkuri di tanah berkisar antara 0,01-0,3 ppm. Berdasarkan uji awal kadar merkuri yang dilakukan pada sampel tanah lahan pascatambang emas PT. Panca Logam Kabupaten Bombana memiliki kadar merkuri 1,0216 ppm (Dehe, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa lahan tersebut memiliki kadar merkuri yang telah melewati batas toleransi. Oleh karena itu diperlukan tindakan rehabilitasi lahan tersebut. 1 2 Dewasa ini, banyak kegiatan rehabilitasi tanah pascatambang yang bertujuan untuk menurunkan kadar merkuri agar tidak melewati ambang batas. Salah satu usaha rehabilitasi lahan yakni dengan memanfaatkan mikroorganisme yang mempunyai kemampuan resistensi dan mampu mendegradasi senyawa merkuri, sehingga kadarnya dalam tanah menjadi berkurang. Mekanisme mikroorganisme menghilangkan merkuri di lingkungan terdiri dari tiga proses, pertama yakni mineralisasi, dimana mikroorganisme dapat merombak senyawa toksik menjadi senyawa non toksik berupa H2O dan CO2. Kedua biotransformasi, dimana mikroorganisme dapat mengubah polutan berbahaya dengan cara mengubah struktur kimia polutan tersebut menjadi senyawa lain. Ketiga bioakumulasi merupakan proses pertukaran ion (Cossich, et al., 2002). Mekanisme akumulasi oleh mikroorganisme memungkinkan kadar merkuri di lingkungan yang tercemar menjadi berkurang, namun logam berat masih tersimpan di bagian sel bakteri (Chojnacka, 2010). Bioakumulasi diartikan sebagai pengangkutan bahan pencemar, baik organik maupun anorganik ke bagian sel hidup. Prinsip akumulasinya dilakukan dengan mengikat ion-ion pada struktur sel mikroorganisme. Pengikatan ini disebabkan oleh sistem transpor aktif ion dan ikatan permukaan (Chojnacka, 2010). Beberapa jenis bakteri dapat mengakumulasi merkuri, seperti yang dilaporkan oleh Sholikah dan Kuswytasari (2012), bahwa Bacillus mempunyai daya akumulasi logam merkuri hingga 89% 2 3 selama 12 jam inkubasi dan 90% selama 24 jam inkubasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa mikroorganisme mampu mengakumulasi merkuri sehingga membuka peluang dalam penanganan pencemaran lingkungan. Penelitian yang dilakukan oleh Rivai (2014), memperoleh bakteri lokal genus Bacillus dan Pseudomonas dari lahan pascatambang emas Kabupaten Bombana yang resisten terhadap merkuri hingga 1000 ppm dan mampu mereduksi merkuri pada media cair hingga 71%. Penelitian tersebut dilanjutkan oleh Dehe (2015), dengan menguji bakteri lokal pada media tanah yang hasilnya dapat menurunkan kadar merkuri sebesar 99%. Berdasarkan penelitian tersebut, diketahui bahwa bakteri lokal dari lahan pascatambang emas Bombana memiliki kemampuan mereduksi merkuri (Hg), namun sejauh ini belum diketahui secara pasti mekanisme untuk mereduksi merkuri. Bioakumulasi merkuri (Hg) oleh bakteri lokal perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengetahui keberadaan merkuri pada sel bakteri tersebut, Jika bakteri lokal tersebut menyimpan merkuri di bagian sel, maka bakteri tersebut tidak hanya berpotensi sebagai agen untuk mengatasi pencemaran merkuri di lahan pascatambang, namun merkuri dalam sel bakteri tersebut dapat diperoleh kembali dengan cara ekstraksi. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka penelitian mengenai bioakumulasi merkuri (Hg) oleh bakteri lokal dari tanah pascatambang emas Bombana Sulawesi Tenggara perlu dilakukan. 3 4 B. Rumusan Masalah Masalah yang akan dikaji pada penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Bagaimana kemampuan isolat bakteri lokal dalam mengakumulasi merkuri (Hg) ? 2. Bagaimana pengaruh waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri (Hg) pada sel bakteri lokal ? 3. Bagaimana pengaruh interaksi jenis isolat bakteri lokal dan waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri ? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini sebagai berikut : 1. Mengetahui kemampuan isolat bakteri lokal dalam mengakumulasi merkuri (Hg). 2. Mengetahui pengaruh waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri (Hg) pada sel bakteri lokal. 3. Mengetahui pengaruh interaksi jenis isolat bakteri lokal dan waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Sebagai bahan informasi mengenai kemampuan akumulasi bakteri lokal terhadap merkuri (Hg). 4 5 2. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya, khususnya mengenai daya akumulasi merkuri (Hg) oleh bakteri lokal dari lahan pascatambang Bombana, Sulawesi Tenggara. 3. Menambah khasanah keilmuan tentang peran dan pemanfaatan bakteri lokal yang dapat mengakumulasi merkuri pada lahan pascatambang emas Bombana, Sulawesi Tenggara. 5 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kondisi Lahan Pascatambang Penambangan emas di Desa Wumbubangka merupakan salah satu tempat penambangan emas yang berada di Kabupaten Bombana. Penambangan yang dilakukan mengakibatkan lingkungan menjadi rusak ketika aktivitas penambangan berakhir. Kerusakan tanah akan menjadi masalah yang sangat serius, karena masyarakat yang semula memanfaatkan tanah untuk kegiatan pertanian tidak dapat lagi memanfaatkan tanah tersebut seperti sediakala. Hal ini menyebabkan hilangnya sumber mata pencaharian masyarakat setempat dan masyarakat juga akan merasakan dampak kerusakan tanah dalam jangka waktu yang lama, sebab untuk memperbaiki kondisi tanah yang rusak dibutuhkan waktu yang lama (Ahyani, 2011). Menurut Amriwansyah (1990), sifat fisik dan kimia tanah pada lahan pascatambang umumnya kurang baik. Sifat fisik tanah lahan pascatambang yakni struktur tanah rusak, tekstur kasar (dominan pasir), peka terhadap erosi dan kemampuan menyerap air rendah. Kendala kimia misalnya rendahnya pH dan kapasitas tukar kation, kejenuhan aluminium (Al), merkuri (Hg), kadar besi (Fe) dan mangan (Mn) yang tinggi, miskin unsur hara dan bahan organik serta adanya kandungan logam berat yang relatif tinggi, sehingga dalam upaya mengatasi kendala tersebut perlu dilakukan rehabilitasi. B. Merkuri (Hg) Merkuri ditulis dengan simbol kimia Hg atau hydrargyrum yang berarti “perak cair” (liquid silver) adalah jenis logam berat yang berbentuk 6 7 cair pada temperatur kamar, berwarna putih-keperakan, memiliki sifat konduktor listrik yang cukup baik, tetapi sebaliknya memiliki sifat konduktor panas yang kurang baik. Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom (NA=80) serta mempunyai massa atom (MA=200,59). Bentuk fisik dan kimianya sangat menguntungkan karena merupakan satu-satunya logam yang berbentuk cair dalam temperatur kamar (25ºC), titik bekunya paling rendah -39ºC dan titik didihnya 357oC, mempunyai kecenderungan lebih cepat menguap, mudah bercampur dengan logam lain menjadi logam campuran (Amalgam/Alloy) (Alfian, 2006). Secara alamiah merkuri berasal dari kerak bumi dengan konsentrasi sebesar 0,08 ppm. Merkuri di atmosfer sebagian besar berasal dari limbah industri yang melepaskan gas/uap merkuri ke atmosfer, kemudian terdeposisi kembali ke permukaan bumi terbawa bersama dengan aliran air permukaan maupun air tanah yang melewati endapan sinabar (HgS). HgS + O2 Hg + SO2 Ketika merkuri mencapai permukaan tanah, merkuri akan diikat menjadi merkuri organik dan anorganik dalam tanah, misalnya HgCl. Merkuri ditemukan dalam bentuk senyawa merkuri klorida (HgCl) dan metil merkuri (MeHg) di alam (Widowati, 2008). Merkuri yang telah dilepaskan kemudian dikondensasi, sehingga diperoleh logam cair murni. Logam cair inilah yang kemudian digunakan oleh manusia untuk bermacam macam keperluan (Lestarisa, 2010). 7 8 C. Pencemaran Merkuri Merkuri (Hg) adalah salah satu jenis logam berat yang sangat berbahaya khususnya metil Hg (MeHg). Bahaya merkuri telah dikenal luas dari tragedi yang terjadi di Teluk Minamata, Jepang. Produk sampingan yang mengandung MeHg dibuang ke dalam teluk tersebut oleh pabrik kimia penghasil vinil klorida dan formaldehida milik Perusahaan Chisso. Melalui proses akumulasi secara biologi (bioakumulasi), proses perpindahan secara biologi (biotransfer), dan pembesaran secara biologi (biomagnifikasi) yang terjadi secara alamiah, organisme laut mengakumulasi MeHg dalam konsentrasi tinggi dan selanjutnya terjadi keracunan pada manusia yang mengkonsumsinya (Yasuda, et al., 2000). Toksisitas dari merkuri dapat terjadi dalam bentuk organik maupun anorganik. Penyakit minamata merupakan contoh toksisitas organik. Toksisitas merkuri anorganik terjadi dalam beberapa bentuk, logam merkuri (Hg), merkuri merkorous (Hg1+), atau merkuri (Hg+2). Toksisitas dari merkuri anorganik dapat terjadi dari kontak langsung melalui kulit atau saluran gastrointestinal atau melalui uap merkuri (Subanri, 2008). Merkuri dapat bercampur dengan enzim di dalam tubuh manusia menyebabkan hilangnya kemampuan enzim yang bertindak sebagai katalisator untuk fungsi tubuh yang penting. Logam merkuri ini dapat terserap ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan dan kulit. Meskipun dalam jumlah yang sangat kecil uap merkuri sangat berbahaya jika terhirup, karena sifat beracun dan cukup volatil. Merkuri bersifat racun yang kumulatif, artinya sejumlah 8 9 kecil merkuri yang terserap dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan bahaya. Penyakit yang ditimbulkan oleh senyawa merkuri diantaranya adalah kerusakan rambut dan gigi, hilang daya ingat dan terganggunya sistem saraf (Setiabudi, 2005). Kandungan logam berat di dalam tanah secara alamiah sangat rendah, kecuali tanah tersebut telah tercemar logam merkuri, kisaran normal yaitu 0,01-0,3 ppm dan konsentrasi kritis yaitu 0,3-0,5 ppm (Alloway, 1995). Pemerintah Indonesia memberi batas maksimum merkuri melalui Baku Mutu Ambien dan Limbah yang ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan KEK-02/MENKLH/I/1998. Baku mutu air untuk golongan A dan B kandungan merkuri maksimum yang dianjurkan sebesar 0,0001 ppm dan maksimum diperbolehkan sebesar 0,0005 ppm. Golongan C kadar maksimum yang diperbolehkan sebesar 0,002 ppm, sedangkan golongan D sebesar 0,005 ppm. Baku mutu air limbah kandungan merkuri yang diijinkan untuk air golongan I sebesar 0,001 ppm; golongan II sebesar 0,002 ppm; golongan III sebesar 0,005 ppm sedangkan golongan IV sebesar 0,001 ppm (KEPMEN LH, 2003). D. Bakteri Pereduksi Merkuri Bakteri yang mampu bertahan hidup pada lingkungan yang tercemar merkuri, memiliki mekanisme resistensi terhadap cemaran merkuri. Hampir sebagian besar bakteri heterotrofik menjadi resisten terhadap merkuri. Resistensi bakteri terhadap merkuri tersebut merupakan langkah awal dari proses detoksifikasi. Detoksifikasi merkuri, khususnya metil merkuri pada 9 10 umumnya diawali dengan demetilasi. Metil merkuri didemetilasi menjadi ion merkuri (Hg2+) kemudian mengalami reduksi menjadi Hg0 yang bersifat volatil dan kurang toksik. CH3Hg+ Hg2+ Demetilasi Hg0 Reduksi Proses pengubahan merkuri tersebut melibatkan enzim kompleks yang terdiri dari organomerkuri liase dan merkuri reduktase. Bakteri yang resisten terhadap merkuri diduga memilliki salah satu enzim tersebut atau keduanya sehingga memungkinkan merkuri masuk melalui membran sitoplasma ke dalam sel dan terakumulasi. Bakteri pengakumulasi merkuri tersebut dapat dimanfaatkan sebagai agensia biologi yang dapat dikembangkan untuk membersihkan lingkungan dari pencemaran merkuri atau logam berat (Nascimento and Chartone-Souza, 2003). Bakteri dapat digunakan untuk mereduksi logam merkuri dengan cara mentransformasikan logam berat tersebut melalui proses oksidasi, reduksi, metilasi, dan demetilasi. Sifat dari bakteri yang tahan Hg2+ yaitu yang dapat mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan enzim merkuri reduktase serta menghasilkan gas merkuri Hg0 dari limbah yang terkontaminasi (Nascimento and Chartone-Souza, 2003). Mekanisme resistensi dapat dilihat pada Gambar 1. 10 11 Gambar 1. Mekanisme resistensi bakteri terhadap merkuri (Barkay et al., 2003). Detoksifikasi oleh bakteri resisten merkuri terjadi karena bakteri resisten merkuri memiliki gen resisten merkuri yaitu operon mer. Struktur operon mer terdiri dari gen metaloregulator (merR), gen transpor merkuri (merT, merP, merC), gen merkuri reduktase (merA), dan organomerkuri liase (merB). Model mekanisme resisten merkuri bakteri Gram negatif adalah ion merkuri Hg2+ yang masuk ke periplasma terikat ke pasangan residu merP. Selanjutnya merP transfer Hg2+ ke residu sistein merT atau merC. Akhirnya ion Hg2+ melewati membran sitoplasma melalui proses reaksi pertukaran ligan menuju sisi aktif flavin disulfida oksida reduktase, merkuri reduktase (merA). Merkuri reduktase mengkatalisis reduksi Hg2+ menjadi Hg0 berdifusi di lingkungan sel (Nascimento and Chartone-Souza, 2003). 11 12 Bakteri resisten terhadap merkuri tersebar luas dan dapat ditemukan dimana-mana, namun demikian galur yang resisten terhadap merkuri lebih banyak ditemukan pada lingkungan yang tercemar merkuri. Beberapa contoh bakteri Gram negatif resisten merkuri adalah Serratia marcensens, Klebsiella sp., Thiobacillus feroxidans, Alcaligenes aureus, Streptococccus sp., Streptomyces sp., Mycobacterium scofulaceum, Pseudomonas aeruginosa, Proteus ssp., Providencia spp., Shigella dysenteriae, Escherchia coli, Salmonella spp. dan Chromobacterium erwinia sedangkan contoh bakteri Gram positif antara lain Staphylococcus aureus, Streptococcus, Streptomyces spp., Bacillus spp., dan Mycrobacterium scrofulaceum. Beberapa bakteri aerob dan aerob fakultatif yang mereduksi Hg2+ menjadi Hg0 dengan mekanisme detoksifikasi antara lain: Bacillus, Pseudomonas, Corynebacterium, Micrococcus dan Vibrio (Fahruddin, 2010). E. Karakteristik Bakteri Lokal Berdasarkan hasil penelitian Rivai (2014), diperoleh bakteri pereduksi merkuri dari genus Pseudomonas dan Bacillus. Pseudomonas memiliki karakter sel Gram negatif, sifat fisiologis bakteri ini yaitu dapat tumbuh pada kisaran suhu 100C-400C, pH 5-7, dan toleransi NaCl 7%-10%. Berdasarkan pengujian bakteri terhadap kebutuhan oksigen (O2), bakteri ini termasuk aerob fakultatif, katalase positif, dapat menggunakan senyawa sitrat dalam medium sintetik NA-Sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, dapat memproduksi enzim gelatinase setelah diinkubasi selama seminggu, tidak dapat menghidrolisis senyawa urea menjadi kompleks amonia dan CO 2, karena tidak 12 13 dapat menghasilkan enzim urease. Beberapa mikroorganisme mampu menghasilkan enzim urease yang berperan dalam menguraikan ammonium dan CO2, menghasilkan enzim nitrat reduktase yang mampu mereduksi nitrat menjadi nitrit. Bakteri yang diperoleh tidak dapat mengubah lebih lanjut nitrit menjadi N2 dan CO2, mampu memfermentasi glukosa, fruktosa, sukrosa dan laktosa. Bakteri ini tidak memiliki kemampuan amiololitik, dan selulolitik (Rivai, 2014). Morfologi sel hasil pengecatan Gram tercantum pada Gambar 2. Gambar 2. Morfologi Sel (Gram & Bentuk) Isolat Pseudomonas sp. LII C dan Isolat Bacillus sp. LIII C Menggunakan Mikroskop (Perbesaran 400x ) (Sumber Rivai, 2014). Bacillus yang diperoleh dari hasil isolasi dan uji resisten merkuri oleh Rivai (2014), memiliki karakter Gram positif, dapat tumbuh pada kisaran suhu 100C-550C, pH 5-7, dan tidak memiliki toleransi NaCl. Berdasarkan pengujian bakteri terhadap kebutuhan oksigen (O2), aerob fakultatif, katalase negatif, dapat menggunakan senyawa sitrat dalam medium sintetik NA-Sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon, dapat memproduksi enzim gelatinase, tidak dapat menghidrolisis senyawa urea menjadi kompleks amonia dan CO2, menghasilkan enzim nitrat reduktase, tidak dapat mengubah lebih lanjut nitrit 13 14 menjadi N2 dan CO2. Bakteri ini mampu memfermentasi glukosa, fruktosa, sukrosa, tidak dapat memfermentasi laktosa. Sama dengan Pseudomonas bakteri ini tidak memiliki kemampuan amiololitik, dan selulolitik (Rivai, 2014). F. Bioakumulasi Menggunakan Bakteri Ada beberapa cara bakteri memanfaatkan logam berat diantaranya adalah biotaransformasi, mineralisasi dan bioakumulasi. Biotransformasi yaitu mikroorganisme dapat mengubah polutan berbahaya dengan cara mengubah struktur kimia polutan tersebut menjadi senyawa lain yang lebih ramah lingkungan. Mineralisasi, mikroorganisme dapat merombak senyawa anorganik atau toksik menjadi senyawa non toksik berupa H2O dan CO2. Bioakumulasi merupakan proses pertukaran ion (Cossich, et al., 2002). Bioakumulasi diartikan sebagai pengangkutan bahan pencemar, baik organik maupun anorganik ke bagian dalam sel hidup. Bioakumulasi merupakan cara yang digunakan mikroba untuk menangani limbah logam berat. Prinsipnya dari bioakumulasi merupakan pengikatan ion-ion pada struktur sel mikroba. Pengikatan ini disebabkan oleh sistem transpor aktif ion, ikatan permukaan dan mekanisme lain yang tidak diketahui. Resistensi bakteri terhadap logam merkuri dapat melalui mekanisme bioasorbsi dan biakumulasi (Chojnacka, 2010). Menurut Iyer, et al. (2005), mekanisme bioakumulasi berhubungan dengan adanya gen operon yang mengatur resistensi bakteri terhadap logam. Bakteri resisten merkuri mempunyai gen operon mer untuk mekanisme 14 15 resistensi terhadap merkuri. Gen operon mer terdiri dari gen metaloregulator (merR), gen transpor merkuri (merT, merP, merC), gen yang menyandi enzim organomerkuri liase (merB) dan gen yang menyandi enzim merkuri reduktase (merA). Proses resistensi bakteri terhadap ion merkuri (Hg2+) melalui reaksi ikatan ligan dan reaksi enzimatis yang dapat mereduksi Hg2+menjadi Hg0 volatil, sehingga merkuri tidak akan meracuni sel bakteri. Dinding sel bakteri yang melakukan pengikatan logam berat pada bakteri Gram positif yang berperan adalah gugus karboksil pada peptidoglikan, sedangkan pada bakteri Gram negatif adalah gugus fosfat (Fahruddin, 2010). Bakteri Gram negatif menunjukkan resistensi terhadap logam yang lebih besar dibandingkan Gram positif karena memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks yang mampu mengikat dan mengimobilisasi ion logam termasuk Hg2+ (Pratiwi, 2012). G. Hipotesis Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka hipotetesis yang diajukan yaitu : a. Kemampuan akumulasi merkuri (Hg) oleh bakteri lokal H0 : µ = 0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh jenis isolat bakteri Bacillus sp. LIII C, dan Pseudomonas sp. LII C, terhadap akumulasi merkuri. H1 : µ ≠ 0 : Terdapat perbedaan pengaruh jenis isolat bakteri Bacillus sp. LIII C, dan Pseudomonas sp. LII C, terhadap akumulasi merkuri. 15 16 b. Pengaruh waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri (Hg) pada sel bakteri lokal H0 : µ = 0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri. H1: µ ≠ 0 : Terdapat perbedaan pengaruh waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri. c. Pengaruh interaksi antara jenis isolat dan waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri H0 : µ = 0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara jenis isolat bakteri dan waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri. H1 : µ ≠ 0 : Terdapat perbedaan pengaruh interaksi antara jenis isolat bakteri dan waktu inkubasi terhadap akumulasi merkuri. 16 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016, di Laboratorium Unit Mikrobiologi, kemudian dilanjutkan analisis kandungan merkuri di Laboratorium Forensik dan Biomolekuler, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo, Kendari. B. Jenis Penelitian Penelitian ini bersifat eksperimental, artinya penelitian dilakukan dengan cara menguji kemampuan kedua jenis isolat bakteri Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C dalam mengakumulasi merkuri berdasarkan waktu inkubasi 0 jam, 24 jam, 48 jam dan 72 jam. C. Bahan Penelitian Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah isolat bakteri lokal Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C. Isolat tersebut merupakan hasil isolasi dari lahan pascatambang Emas, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara yang dilakukan oleh Rivai (2014). Isolat bakteri lokal tersebut telah diuji kemampuan resistensi dan kemampuan mereduksi logam merkuri (Hg). Bahan-bahan pendukung yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1. 17 18 Tabel 1. Bahan dan fungsi yang digunakan pada penelitian No Bahan Satuan Fungsi 1 2 3 4 1 NA (Nutrient Agar) mL Sebagai media untuk pertumbuhan awal bakteri 2 HgCl2 mL Sebagai adaptasi mikroba 3 Akuades mL Sebagai bahan pelarut dan bahan untuk membuat seri pengenceran 4 Alkohol 70% mL Sebagai disinfektan 5 Kapas Sebagai penutup tabung reaksi dan Erlenmeyer 6 Kain kasa Sebagai penutup tabung reaksi dan Erlenmeyer 7 Aluminium foil Sebagai wadah menghitug massa sel 8 LB (Luria Bertani) mL Sebagai media cair pertumbuhan bakteri dan media uji 9 NaH2PO4 mM Sebagai larutan penyangga 10 Tris-Cl mM Sebagai larutan penyangga 11 Urea mM Sebagai larutan penyangga 12 Silk Untuk mengeratkan penutup D. Alat/Instrumen Penelitian Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Alat dan fungsi yang digunakan pada penelitian No Alat Satuan Fungsi 1 2 3 4 1 Autoklaf bertekanan _ Untuk sterilisasi alat dan bahan 1 atm/1210C secara panas basah 2 Sentrifuge rpm Untuk memisahkan sel bakteri dengan filtratnya 3 Laminar air flow Tempat pengerjaan secara aseptic _ (LAF) 4 Stirrer magnetic Untuk mengaduk media secara _ otomatis 5 Hot plate Untuk memanaskan dan _ mengencerkan media 6 Inkubator Tempat menginkubasi bakteri _ pada suhu optimum 7 Timbangan analitik g Untuk menimbang media 18 19 Tabel 2. (Lanjutan) 1 2 8 Gelas kimia 3 mL 9 Tabung reaksi mL 10 11 AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer) Gelas ukur mL 12 Erlenmeyer mL 13 Mikro pipet - 14 15 Pipet volum Jarum inokulasi 16 Lampu spritus 17 Tip 18 Spatula 19 20 21 Rak tabung reaksi Pipet tetes Oven 22 Kulkas 23 Shaker inkubator - mL µL mL _ rpm 4 Sebagai tempat mencampur bahan untuk membuat media Sebagai wadah untuk menumbuhkan bakteri Sebagai alat untuk menguji daya akumulasi sel bakteri Sebagai wadah untuk mengukur volume larutan Sebagai wadah penyimpanan stok media Untuk mengukur volume dan memindahkan larutan sampel Untuk mengukur volume larutan Untuk menginokulasi isolat bakteri Untuk sterilisasi dengan pemijaran Membantu mengambil cairan dalam jumlah yang sangat kecil Untuk mengambil media secara aseptik Tempat menyimpan tabung reaksi Untuk memindahkan larutan Mengeringkan aluminium foil untuk mengukur massa sel Tempat menyimpan stok isolat bakteri Untuk menginkubasi isolat baktri E. Variabel Penelitian, Definisi Operasional, dan Indikator Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel yang diteliti beserta data yang dikumpulkan dalam penelitian ini sebagai berikut : a. Variabel bebas : - Isolat bakteri lokal Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C yang berasal dari lahan pascatambang emas Bombana. 19 20 - Waktu inkubasi isolat bakteri. b. Variabel terikat : Daya akumulasi merkuri ditentukan dengan kadar merkuri yang ditemukan pada kedua jenis isolat bakteri. 2. Definisi Operasional Definisi atau batasan dari variabel yang telah ditetapkan pada penelitian ini sebagai berikut : a. Bakteri lokal merupakan bakteri yang diisolasi dari sampel tanah pada lahan pascatambang emas Bombana oleh Rivai (2014), yang memiliki kemampuan untuk mereduksi merkuri sehingga berpotensi sebagai agen bioakumulasi lahan pascatambang emas Bombana. b. Lahan pascatambang emas Bombana yaitu lokasi bekas penambangan emas PT. Panca Logam di Desa Wumbu Bangka, Kecamatan Rarowatu Utara, Kabupaten Bombana, Sulawesi Tenggara yang memiliki kadar merkuri yang cukup tinggi. c. Merkuri (Hg) merupakan salah satu unsur logam berat yang mencemari lahan pascatambang emas Bombana. d. Kadar merkuri merupakan kandungan merkuri yang terdapat pada isolat bakteri lokal yang dianalisis menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer). e. Daya akumulasi merkuri merupakan kemampuan dan efesiensi bakteri lokal dalam menyerap merkuri (Hg) di dalam sel. 20 21 f. Waktu inkubasi adalah waktu yang diperlukan bakteri dalam mengakumulasi merkuri pada media dan sel. 3. Indikator penelitian Kadar merkuri dalam media dan sel yang dianalisis dengan AAS yakni kadar merkuri yang diukur pada 0 jam (sebelum inkubasi), 24 jam, 48 jam dan 72 jam, apabila kadar merkuri dalam media tersebut semakin berkurang, hal ini menunjukkan bahwa bakteri tersebut mampu mengakumulasi merkuri. F. Desain Penelitian Penelitian ini disusun berdasarkan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), pola faktorial dengan tiga kali ulangan. Faktor 1. jenis isolat bakteri lokal yang terdiri atas 2 jenis isolat bakteri lokal yaitu : Ps : Isolat Pseudomonas sp. LII C Bc : Isoalat Bacillus sp. LIII C K : Kontrol Faktor 2. Waktu inkubasi (jam) terdiri atas : T0 : 0 jam (sebelum inkubasi) T1 : 24 jam T2 : 48 jam T3 :72 jam Berdasarkan faktor tersebut diperoleh 36 unit kombinasi : 1. Bc1T0 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 0 Jam 2. Bc2T0 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 0 Jam 21 22 3. Bc3T0 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 0 Jam 4. Bc1T1 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 24 Jam 5. Bc2T1 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 24 Jam 6. Bc3T1 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 24 Jam 7. Bc1T2 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 48 Jam 8. Bc2T2 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 48 Jam 9. Bc3T2 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 48 Jam 10. Bc1T3 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 72 Jam 11. Bc2T3 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 72 Jam 12. Bc3T3 : Isolat Bacillus sp. LIII C + 72 Jam 13. Ps1T0 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 0 Jam 14. Ps2T0 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 0 Jam 15. Ps3T0 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 0 Jam 16. Ps1T1 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 24 Jam 17. Ps2T1 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 24 Jam 18. Ps3T1 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 24 Jam 19. Ps1T2 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 48 Jam 20. Ps2T2 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 48 Jam 21. Ps3T2 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 48 Jam 22. Ps1T3 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 72 Jam 23. Ps2T3 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 72 Jam 24. Ps3T3 : Isolat Pseudomonas sp. LII C + 72 Jam 25. K1T0 : Kontrol + 0 Jam 22 23 26. K2T0 : Kontrol + 0 Jam 27. K3T0 : Kontrol + 0 Jam 28. K1T1 : Kontrol + 24 Jam 29. K2T1 : Kontrol + 24 Jam 30. K3T1 : Kontrol + 24 Jam 31. K1T2 : Kontrol + 48 Jam 32. K2T2 : Kontrol + 48 Jam 33. K3T2 : Kontrol + 48 Jam 34. K1T3 : Kontrol + 72 Jam 35. K2T3 : Kontrol + 72 Jam 36. K3T3 : Kontrol + 72 Jam Desain penelitian tercantum pada Tabel 3. Tabel 3. Desain penelitian bioakumulasi merkuri (Hg) oleh bakteri lokal Waktu inkubasi Jam Jenis isolat Ulangan T0 T1 T2 T3 bakteri lokal 1 Bc1T0 Bc1T1 Bc1T2 Bc1T3 Bc 2 Bc2T0 Bc2T1 Bc2T2 Bc2T3 3 Bc3T0 Bc3T1 Bc3T2 Bc3T3 1 Ps1T0 Ps1T1 Ps1T2 Ps1T3 Ps 2 Ps2T0 Ps2T1 Ps2T2 Ps2T3 3 Ps3T0 Ps3T1 Ps3T2 Ps3T3 1 K1T0 K1T1 K1T2 K1T3 K 2 K2T0 K2T1 K2T2 K2T3 3 K3T0 K3T1 K3T2 K3T3 Keterangan : K = kontrol (perlakuan tanpa inokulum) Ps = Perlakuan dengan inokulum Pseudomonas sp. LII C Bc = Perlakuan dengan inokulum Bacillus sp. LIII C T0 = Inkubasi 0 Jam (Sebelum inkubasi) T1 = Inkubasi 24 Jam (Hari pertama) T2 = Inkubasi 48 Jam (Hari kedua) T3 = Inkubasi 72 Jam (Hari ketiga) 23 24 G. Prosedur Penelitian Prosedur kerja pada penelitian yaitu: 1. Penyiapan dan Pembuatan Media a. Media NA (Nutrient Agar) Media NA (Nutrient Agar) digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri lokal. Komposisi media NA yaitu agar, ekstrak daging, dan pepton. Media NA dibuat dengan mencampurkan NB 20 gr dan agar 8 g dalam 1000 mL akuades. Larutan media kemudian dipanaskan sambil terus diaduk menggunakan magnetic stirer hingga larutan homogen. Media NA selanjutnya disterilkan dengan menggunakan autoklaf (Jutono, dkk., 1975; Lay, 1994). b. Media LB (Luria Bertani) Media LB (Luria Bertani) digunakan sebagai media cair pertumbuhan dan pembuatan inokulum bakteri yang diperkaya. Komposisi media LB, yaitu ekstrak yeast 5 g, tripton 10 gr, NaCl 10 gr. Cara pembuatan media tersebut dengan melarutkan semua komposisi bahan tersebut kemudian mencampur kedalam 1000 mL aquades sambil dipanaskan di atas hot plate dan diaduk menggunakan magnetic stirer hingga larutan homogen. Setelah homogen media disterilkan dengan autoklaf (Jutono, dkk., 1975; Lay, 1994). 24 25 2. Sterilisasi Alat dan Media Peralatan dan bahan yang akan digunakan pada penelitian, terlebih dahulu disterilkan dengan metode sterilisasi basah. Sterilisasi dengan pemijaran digunakan untuk sterilisasi ose. Sterilisasi alat menggunakan autoklaf bertekanan 1 atm 1210C, selama 20 menit. Alat-alat yang disterilkan umumnya terbuat dari gelas. Sterilisasi media menggunakan autoklaf bertekanan 1 atm 1210C, selama ±15-20 menit (Jutono, dkk., 1975; Lay, 1994). 3. Peremajaan dan Aktivasi Isolat Peremajaan isolat bakteri dilakukan dengan memindahkan stok isolat Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C yang telah diisolasi ke dalam NA (Nutrient Agar) miring + HgCl2 10 ppm, dengan menggunakan metode gores. Kemudian diinkubasi dalam inkubator dengan suhu 37 0C selama 24 jam. 4. Pembuatan Starter Dua jenis isolat bakteri lokal Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C masing-masing diinokulasikan ke dalam 20 ml media cair LB dalam tabung reaksi, diinkubasikan pada suhu ruang selama 48 jam di atas shaker incubator. Setelah 48 jam, kultur siap diinokulasikan ke dalam media uji LB+HgCl2 50 ppm (Sinha, 2012). 5. Menghitung Berat Kering Massa sel Wadah yang digunakan untuk mengukur berat kering dibuat dari aluminium foil dan dibentuk persegi empat, lalu aluminium foil 25 26 dikeringkan pada suhu 80oC selama 24 jam. Kemudian berat kering aluminium foil ditimbang hingga berat konstan, lalu ditambahkan 1 mL suspensi sel. Setelah itu, aluminium foil berisi 1 mL suspensi sel dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 80oC selama 24 jam. Kemudian aluminium foil berisi suspensi sel yang telah dikeringkan ditimbang hingga berat konstan, lalu berat kering massa sel dihitung (Haedar, dkk., 2014). 6. Uji Bioakumulasi Merkuri (Hg) Kultur dari Bacillus sp. LIII C dan Pseudomonas sp. LII C yang berumur 48 jam masing-masing diambil sebanyak 15 ml dan diinokulasikan ke dalam 135 ml media cair LB dengan konsentrasi HgCl 2 50 ppm dalam erlenmeyer, diinkubasikan dalam suhu ruang selama 72 jam di atas Shaker inkubator dan diambil 10 mL setiap 24 jam. Pengujian bioakumulasi dilakukan dengan memasukkan sebanyak 10 ml dari masing-masing kultur bakteri uji Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C ke dalam tabung reaksi. Sampel 10 ml tersebut disentrifugasi pada 6000 rpm selama 15 menit. Supernatan dan pelet dipisahkan ke dalam tabung yang berbeda. Supernatan diukur kadar akumulasinya menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer), sedangkan untuk pelet dicampur dengan buffer ekstrak [100 mM NaH2PO4, 10 mM Tris–Cl, dan 8 M urea (pH 8.0)] untuk menurunkan afinitas antara merkuri dan permukaan sel, kemudian didiamkan selama 1 jam, setelah itu disentrifugasi pada 13,000 rpm selama 10 menit untuk mengumpulkan 26 27 merkuri yang berasosiasi dengan sel dan selanjutnya mengukur kadar akumulasi pada sel menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometer), begitu seterusnya hingga jam ke 72 (Sinha, 2012). Penghitungan jumlah logam Hg yang diakumulasi isolat bakteri menggunakan metode Csuros (Csuros & Csuros, 2002), yaitu: Cb = Co - Ceq Cb = Konsentrasi logam Hg yang diakumulasi sel bakteri (mg/L) Co = Konsentrasi awal logam Hg (tanpa inokulum bakteri) (mg/L) Ceq= Konsentrasi akhir logam Hg pada medium (mg/L) Pengukuran efisiensi penyerapan logam oleh bakteri menggunakan Rumus : R = Efisiensi bioakumulasi bakteri (%) Co = Konsentrasi awal logam Hg dalam media (mg/L) Ceq = Konsentrasi akhir logam Hg dalam media (mg/L) H. Analisis Statistik Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SAS (Statistical Analysis System) dengan analisis varians dua faktorial. Apabila perlakuan berpengaruh nyata (F hitung > F tabel) terhadap parameter yang diamati, maka dilanjutkan dengan uji Duncan pada taraf kepercayaan 95% (Steel, 1993). 27 28 I. Bagan Alur Kerja Tahapan kegiatan pada penelitian ini, secara singkat ditunjukkan pada Gambar 1. Penyiapan dan Pembuatan Media Penyiapan Alat dan Bahan Sterilisasi Peremajaan isolat Pembuatan starter Uji bioakumulasi Berat kering biomassa sel Uji kadar sisa merkuri dalam media Uji kadar merkuri dalam sel Gambar 3. Bagan alur kerja uji kemampuan akumulasi bakteri lokal 28 29 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolat Bakteri Uji Pengakumulasi Merkuri Kedua isolat bakteri uji yang digunakan merupakan isolat bakteri yang telah berhasil diisolasi oleh Rivai (2014), yaitu isolat bakteri Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C yang berasal dari sampel tanah pascatambang emas Bombana, Sulawesi Tenggara. Kedua isolat tersebut berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai agen bioakumulasi lahan pascatambang emas yang memiliki kandungan merkuri yang cukup tinggi. Menurut Ghosal, et al. (2011), bakteri endogenik yang berasal dari habitat tercemar merkuri lebih efektif untuk mengurangi atau menghilangkan merkuri. Zulaikah, dkk. (2012), menyatakan bakteri yang resisten terhadap logam berat berpotensi sebagai bioakumulator sehingga dapat dimanfaatkan sebagai agensia bioremediasi pencemaran logam berat. Pengujian akumulasi dilakukan selama 72 jam dengan selang waktu pengujian 24 jam. Pertumbuhan bakteri lokal dapat ditentukan dari hasil pengamatan biomassa bakteri lokal selama 72 jam inkubasi yang tercantum pada Tabel 4. Tabel 4. Biomassa bakteri lokal berdasarkan waktu inkubasi Waktu Inkubasi Biomassa (g/mL) No (Jam) K Bc Ps 0 0 0,23 0,36 1 24 0 0,5 0,64 2 48 0 0,61 0,7 3 72 0 0,65 0,71 4 Keterangan : Ps = Pseudomonas sp. LII C, Bc = Bacillus sp. LIII C K = Kontrol 29 30 Data pada Tabel 4, menunjukkan bahwa jumlah bakteri lokal baik Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C yang diukur berdasarkan biomassa mengalami peningkatan selama masa inkubasi berlangsung. Biomassa Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C terus meningkat hingga jam ke-72, hal ini menunjukkan kedua isolat bakteri tersebut mampu tumbuh dan berkembang pada media yang diberi perlakuan HgCl 2. Fluktuasi biomassa bakteri tercantum pada Gambar 2. Gambar 4. Kurva fluktuasi biomassa isolat bakteri lokal selama waktu inkubasi. (Ps) Pseudomonas sp. LIII C (Bc) Bacillus sp LIII C (K) Kontrol. Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa kedua jenis isolat bakteri lokal selama masa inkubasi dari 0 jam sampai 72 jam mengalami peningkatan biomassa. Peningkatan biomassa secara cepat terjadi pada jam ke-0 hingga jam ke-48, dan jumlah sel mulai statis pada jam ke-48 hingga jam ke-72. Hal ini menunjukkan bakteri mampu memanfaatkan nutrisi di dalam media tumbuhnya dengan baik, sehingga terjadi peningkatan jumlah sel. Menurut 30 31 Cooper (1991), pertumbuhan bakteri merupakan pertambahan sel dan kemampuan bakteri untuk berkembang biak. Menurut Mushlihah dan Herumurti (2011), kebutuhan energi bagi bakteri dalam pertambahan jumlah sel lebih tinggi, sehingga zat-zat metabolik yang dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan nutrisinya juga lebih banyak diproduksi untuk tumbuh dan berkembang. Mulai jam ke-48 hingga jam ke-72 massa sel mulai statis, hal ini disebabkan pada jam tersebut nutrisi di dalam media mulai berkurang, sehingga pertumbuhan bakteri mulai melambat. Menurut Kusumaningati, dkk. (2013), semakin lama waktu inkubasi, maka nutrisi dalam media semakin berkurang, dengan adanya jumlah sel yang semakin bertambah dapat mengakibatkan terjadinya kompetisi perebutan nutrisi. Berdasarkan Gambar 4, diketahui bahwa jumlah biomassa Pseudomonas sp. LII C lebih banyak dibanding dengan Bacillus sp. LIII C. Pertambahan jumlah sel dipengaruhi oleh kemampuan resisten terhadap merkuri. Adanya kemampuan resistensi terhadap merkuri dapat membantu bakteri untuk memperbanyak diri dengan memanfaatkan waktu tumbuh seefisien mungkin. Pseudomonas sp. LII C memiliki kemampuan resistensi yang lebih tinggi dibanding Bacillus sp. LIII C. Berdasarkan Gambar 2, Pseudomonas sp. LII C memiliki jumlah sel yang lebih banyak dibanding dengan Bacillus sp. LIII C. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rivai (2014), yang melaporkan bahwa Pseudomonas LII C mempunyai 31 32 kemampuan resisten terhadap merkuri lebih tinggi dibanding dengan Bacillus sp. LIII C. B. Kemampuan Akumulasi Merkuri (Hg) oleh Bakteri Lokal dari Lahan Pascatambang Emas Bombana Analisis kadar merkuri pada media dan sel menggunakan Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS). Hasil pengukuran merkuri di dalam media dan sel bakteri lokal tercantum pada Tabel 5. Tabel 5. Kadar merkuri di dalam media Luria Bertani (LB) dan sel bakteri Kadar Hg (ppm) Waktu No Inkubasi Kontrol Media Sel (Jam) Bc Ps Bc Ps 1 49,16 27,5 25,13 10,23 10,36 0 2 48 26,53 19,86 10,16 11,03 24 3 47,8 25,56 16,86 12,06 14,16 48 4 47 24,16 16,4 13,46 16,5 72 Keterangan : Ps= Pseudomonas sp. LII C, Bc= Bacillus sp. LIII C Tabel 5, menunjukkan bahwa terdapat perubahan kadar merkuri di dalam media LB dan sel bakteri selama masa inkubasi berlangsung. Untuk Kadar Merkuri Sel (ppm) lebih lanjut dapat dilihat pada Gambar 3. a b Gambar 5. Kadar merkuri pada media LB dan sel dari kedua jenis bakteri lokal (a). Pseudomonas sp. LII C (b). Bacillus sp. LIII C 32 33 Gambar 5, menunjukkan terjadinya penurunan kadar merkuri pada media pertumbuhan dan peningkatan kadar merkuri pada sel Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C selama masa inkubasi. Adanya peningkatan merkuri pada sel menunjukkan bahwa kedua bakteri lokal melakukan akumulasi merkuri pada bagian sel. Menurut Satya dan Larashati (2012), bakteri mampu menurunkan konsentrasi logam berat di lingkungan. Hal ini disebabkan karena bakteri mampu mengakumulasi logam berat tersebut. Bakteri memiliki permukaan sel yang bermuatan negatif karena terbentuk dari berbagai struktur anion sedangkan logam berat adalah ion bermuatan positif, sehingga dapat terjadi ikatan antara permukaan sel bakteri dan ion logam berat. Akumulasi merkuri oleh bakteri dapat terjadi dengan cara pengikatan ion logam dengan permukaan sel bakteri. Keadaan ini diduga karena ukuran sel bakteri yang relatif kecil menyebabkan permukaan bidang sentuh menjadi luas, sehingga memungkinkan terjadinya interaksi yang efektif antara ion logam dengan pusat aktif pada permukaan dinding sel bakteri semakin besar (Marwadi, dkk. 1997). Kadar merkuri yang diakumulasi oleh setiap jenis bakteri berdasarkan waktu inkubasi dapat dilihat pada Tabel 6. 33 34 Tabel 6. Kadar merkuri yang diakumulasi dan efesiensi akumulasi oleh bakteri lokal Efesiensi Waktu Kontrol Akumulasi (%) No. Inkubasi (Jam) Bc Ps 1 0 49,16 55,81 61,93 2 24 48 59,55 63,72 3 48 47,8 63,61 92,28 4 72 47 58,46 90,85 Keterangan : Bc = Bacillus sp. LIII C, Ps = Pseudomonas sp. LII C. Tabel 6 menunjukkan waktu optimum untuk isolat Pseudomonas sp. LII C dan Bacillus sp. LIII C dalam mengakumulasi merkuri terdapat pada jam ke-48. Hal ini dikarenakan pada jam ke-48 massa sel semakin meningkat. Peningkatan massa sel disebabkan karena bakteri mampu memanfaatan nutrisi yang terdapat di dalam media secara maksimal. Peningkatan massa sel berbanding lurus dengan kemampuan mengakumulasi merkuri. Menurut Naryaningsih (2005), efektifitas bakteri sebagai bioakumulator dipengaruhi oleh massa sel. Massa sel yang besar mengakibatkan kemampuan akumulasi merkuri menjadi meningkat. Angka peningkatan kadar merkuri yang diakumulasi sejalan dengan efesiensi akumulasi merkuri oleh bakteri. Berdasarkan efesiensi akumulasi merkuri oleh kedua jenis isolat bakteri, Pseudomonas sp. LII C mempunyai kemampuan mengakumulasi merkuri lebih tinggi dibandingkan Bacillus sp. LIII C. Hal ini dapat dilihat dengan tingkat efesiensi Pseudomonas sp. LII C pada jam ke-48 yang mampu mengakumulasi merkuri hingga 92,28% (Tabel 6). Sedangkan Bacillus sp. LIII C pada jam ke-48 efesiensi akumulasi merkuri 63,61% (Tabel 6). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh 34 35 Naryaningsih (2005), yang memperoleh laju akumulasi logam berat Pseudomonas aeruginosa sebesar 76,34%, sedangkan untuk Bacillus cereus 55,88%. Kemampuan akumulasi merkuri juga dipengaruhi oleh kelompok bakteri yang menjadi akumulator. Berdasarkan komponen dinding selnya, bakteri dibagi menjadi dua kelompok yakni bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Menurut Dwidjoseputro (2010), komponen penyusun dinding sel bakteri Gram positif terdiri atas satu lapis peptidoglikan yang relatif tebal (12-80 nm), mengandung asam theichoic dan sedikit lipid (1-4%). Sedangkan bakteri Gram negatif memiliki sistem membran ganda dimana membran plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai lipopolisakarida sebagai membran luar, dinding sel tipis berupa peptidoglikan (10-15 nm) yang terletak di antara membran dalam dan membran luarnya, mengandung lemak lebih banyak (11-22%). Pengikatan merkuri oleh Bacillus sp. LIII C yang merupakan Gram positif terjadi karena adanya sifat anionik dari peptidoglikan. Peptidoglikan yang merupakan komponen utama dari dinding sel yang terdiri atas enam komponen berbeda yaitu N-asetilglukosamin, N-asetilmuramik, L-alanin, Dalanin, D-glutamik dan L-lysin (Salle, 1974). Peptida yang melekat pada Nasetilmuramik kaya akan grup karboksil dan memberikan tempat yang sangat reaktif terhadap penyerapan logam (Allen, 1995). Polimer kedua penyusun dinding sel yang berperan dalam mengikat kation yaitu asam theichoic yang 35 36 merupakan senyawa bermuatan negatif kuat dan secara struktural terikat pada peptidoglikan (William, et al., 1995). Berbeda dengan bakteri Gram positif, pengikatan merkuri oleh Pseudomonas sp. LII C yang merupakan bakteri Gram negatif melibatkan lapisan peptidoglikan dan membran luar yang terdiri dari struktur bilayer yang tersusun atas fosfolipid pada bagian dalam dan lipopolisakarida pada bagian luarnya. Lipopolisakarida merupakan membran pertama yang berhadapan langsung dengan lingkungan luar, sehingga mempunyai peran awal dalam mengikat merkuri (Allen, 1995). Pseudomonas sp. LII C memiliki dinding sel yang susunannya lebih kompleks karena terdiri dari dua lapis membran, sehingga merkuri dapat lebih cepat berinteraksi dengan sel bakteri yang memungkinkan merkuri mudah diserap dibanding Bacillus sp. LIII C yang hanya memiliki satu lapis membran. Menurut Ahmad et al. (2005), bakteri Gram negatif menunjukkan toleransi terhadap logam yang lebih besar dibandingkan Gram positif karena memiliki struktur dinding sel yang lebih kompleks yang mampu mengikat dan mengimobilisasi ion logam termasuk Hg2+. Penurunan kadar merkuri dalam media selain disebabkan oleh akumulasi bakteri lokal, perubahan kadar merkuri di dalam media juga dapat dipengaruhi oleh terjadinya pengikatan antara komponen media dan penguapan pada saat inkubasi berlangsung. Penurunan kadar merkuri dapat terlihat dari kadar merkuri di dalam media tanpa inokulum yang menurun dari 36 37 50 ppm menjadi 49,16 ppm (Tabel 6) pada jam ke-0 dan semakin menurun hingga jam ke-72 dengan kadar merkuri 47,8 ppm (Tabel 6). Merkuri dalam media dapat berikatan dengan komponen media dan mereduksi derajat logam berat. Penelitian Changetal (1993), mengenai pertumbuhan Pseudosomonas aeruginosa dalam media yang mengandung HgCl2 menunjukkan bahwa hampir 30-40% merkuri (Hg2+) membentuk kompleks dengan trypton dan ekstrak yeast. Selain terjadinya pengikatan antara komponen media, menurut Cotton, et al. (1995), merkuri yang menurun di dalam media telah menguap dalam bentuk Hg2+ yang direduksi menjadi Hg+ dengan reaksi disproporsionasi Hg+ membentuk uap Hg. C. Hubungan Antara Biomassa Bakteri Lokal dan Waktu Inkubasi Terhadap Akumulasi Merkuri (Hg) Akumulasi merkuri berhubungan dengan bertambahnya jumlah sel bakteri dan lama inkubasi, dimana jumlah sel bakteri sangat berperan penting terhadap perubahan kadar merkuri. Data kadar merkuri dan biomassa bakteri lokal tercantum pada Tabel 7. Tabel. 7. Kadar sisa merkuri pada media dan biomassa bakteri lokal Biomassa (g/mL) Kadar Merkuri (ppm) No. Waktu Inkubasi (Jam) Bc Ps Bc Ps 1 0 0,23 0,36 27,5 25,13 2 24 0,5 0,64 26,53 19,86 3 48 0,61 0,7 25,56 16,86 4 72 0,65 0,71 24,16 16,4 Keterangan : Bc= Bacillus sp. LIII C, Ps= Pseudomonas sp. LII C Tabel 7, menunjukkan kadar merkuri semakin menurun selama masa inkubasi, sedangkan untuk biomassa bakteri lokal semakin meningkat. 37 38 Hubungan antara jumlah sel bakteri dan waktu inkubasi terhadap kemampuan Kadar Merkuri (ppm) akumulasi merkuri tercantum pada Gambar 4. a b Gambar 6. Kurva hubungan antara biomassa bakteri dan waktu inkubasi terhadap perubahan kadar merkuri (Hg) (a). Pseudomonas sp. LII C (b). Bacillus sp. LIII C Gambar 6, menunjukkan kadar merkuri mengalami penurunan selama inkubasi kedua isolat berlangsung, sedangkan biomassa isolat bakteri semakin meningkat selama inkubasi berlangsung. Kadar merkuri mulai menurun pada jam ke-24 hingga jam ke-72. Hal ini dikarenakan pada jam ke24 massa sel bakteri semakin meningkat. Peningkatan jumlah sel berbanding lurus terhadap penurunan kadar merkuri. Semakin tinggi massa sel suatu bakteri, maka semakin menurun kadar merkuri dalam media. Berdasarkan Tabel 7, Pseudomonas sp. LII C menurunkan kadar merkuri dalam media secara optimum pada massa sel 0,7 g/mL dengan penurunan kadar merkuri sebesar 16,86 ppm, sedangkan Bacillus sp. LIII C pada massa sel 0,61 g/mL dapat menurunkan kadar merkuri 25,56 ppm. Berdasarkan data tersebut Pseudomonas sp. LII C yang mempunyai massa sel lebih banyak mampu 38 39 menurunkan merkuri dalam media lebih baik dibanding dengan Bacillus sp. LIII C. Jumlah sel yang meningkat akan mempercepat laju akumulasi merkuri, sehingga dengan semakin meningkatnya jumlah sel bakteri maka kadar merkuri semakin menurun. Peningkatan jumlah sel bakteri sebagai agen yang menurunkan kadar merkuri dipengaruhi oleh lama inkubasi, semakin lama waktu inkubasi maka jumlah merkuri semakin menurun. Hal ini sejalan dengan Khoiroh (2014) yang menyatakan semakin banyak sel bakteri dan semakin lama waktu inkubasi yang digunakan, maka semakin banyak kadar logam berat yang diturunkan. D. Analisis Statistik Pengaruh Isolat Bakteri dan Waktu Inkubasi terhadap Kemampuan Akumulasi Merkuri (Hg) Analisis stastistik pengaruh isolat bakteri dan waktu inkubasi terhadap kemampuan akumulasi merkuri dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan pengaruh jenis isolat dan waktu inkubasi terhadap kemampuan akumulasi merkuri. Hasil analisis varians (anava) dua arah pengaruh jenis isolat dan waktu inkubasi terhadap kemampuan akumulasi merkuri tercantum pada Tabel 8. Tabel 8. Hasil analisis varians (anava) dua arah pengaruh jenis isolat dan waktu inkubasi terhadap kemampuan akumulasi merkuri pada sel SK DB JK KT F HIT 0.05 0.01 Isolat 2 10303,2 5151,61 18164,4 ** 3,4 5,61 Waktu 3 88,9 29,63 104,49 ** 3,01 7,72 I*W 6 72,26 12,04 42,47 ** 2,51 3,67 Galat 24 6,8 0,28 Total 35 5621,36 Keterangan : ** = Berpengaruh sangat nyata 39 40 Melalui analisis varians dua arah diperoleh F hitung: 42,47 > F tabel: 2,51 pada taraf kepercayaan 95%, maka hipotesis H1 diterima dan H0 ditolak. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada jenis isolat bakteri dan waktu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap kemampuan akumulasi merkuri. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk variabel jenis isolat bakteri terhadap kemampuan akumulasi merkuri. Hasil uji Duncan untuk variabel jenis isolat dan kemampuan akumulasi merkuri tercantum pada Tabel 9. Tabel 9. Hasil uji Duncan untuk pengaruh jenis isolat bakteri terhadap perubahan merkuri pada sel Jenis Isolat Kadar Merkuri dalam sel (ppm) Notasi K 48,2 a Ps 13,17 b Bc 11,5 c Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji Duncan ɑ 0,05 Berdasarkan hasil uji Duncan Tabel 9, dapat diketahui bahwa jenis isolat bakteri berpengaruh nyata terhadap terhadap perubahan kadar merkuri pada sel. Selanjutnya dilakukan uji lanjut Duncan untuk variabel waktu inkubasi terhadap perubahan kadar merkuri tercantum pada Tabel 10. Tabel 10. Hasil uji Duncan untuk pengaruh waktu inkubasi terhadap perubahan merkuri pada sel Waktu Inkubasi Kadar Merkuri dalam sel (ppm) Notasi 0 22,7 c 24 23,03 c 48 24,67 b 72 26,7 a Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji Duncan ɑ 0,05 40 41 Hasil analisis uji Duncan pada Tabel 10 menunjukkan waktu inkubasi berpengaruh nyata terhadap perubahan kadar merkuri pada sel, namun inkubasi jam ke-0 tidak berpengaruh nyata dengan jam ke-24 inkubasi. Selanjutnya, hasil uji lanjut Duncan untuk interksi pengaruh jenis isolat dan waktu inkubasi terhadap perubahan kadar merkuri tercantum pada Tabel 11. Tabel 11. Hasil uji Duncan untuk pengaruh interaksi jenis isolat bakteri lokal dan waktu inkubasi terhadap perubahan merkuri pada sel Waktu Inkubasi (Jam) Jenis Isolat 0 24 48 72 10,36 br 11,03 bs 14,16 bt 17,13 bu Ps 8,66 cr 10,16 cs 12,06 ct 15,13 cu Bc 49,16 ar 48 as 47,8 at 47,8 at K Keterangan : Angka-angka yang didampingi huruf yang tidak sama berbeda nyata pada uji Duncan ɑ 0,05 Hasil uji Duncan Tabel 11 menunjukkan interaksi jenis isolat bakteri lokal dan waktu inkubasi berpengaruh nyata terhadap perubahan kadar merkuri. Akumulasi merkuri semakin meningkat hingga jam ke-48. Peningkatan akumulasi pada jam ke-48 dipengaruhi oleh peningkatan jumlah sel dari jenis isolat tersebut. Jumlah sel yang semakin meningkat mempengaruhi kemampuan akumulasi merkuri. Waktu inkubasi dapat mempengaruhi peningkatan jumlah sel yang mengakumulasi merkuri maka kadar merkuri akan menurun. Menurut Khoiroh (2014), semakin banyak sel bakteri dan semakin lama waktu inkubasi yang digunakan, maka semakin banyak kadar logam berat yang diturunkan. Selain waktu inkubasi, jenis bakteri juga mempengaruhi kemampuan akumulasi merkuri. Berdasarkan penelitian yang dilaporkan oleh Naryaningsih (2005), bakteri Gram negatif lebih efektif digunakan untuk mengakumulasi logam berat dibanding bakteri 41 42 Gram positif. Berdasarkan hal tersebut, akumulasi merkuri paling optimum dari penelitian ini yaitu dengan pemberian isolat Pseudomonas sp. LII C pada jam ke-48 masa inkubasi. 42 43 V. PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Kemampuan akumulasi merkuri (Hg) oleh isolat Pseudomonas sp. LII C 92,28% dan Bacillus sp. LIII C 63,61%. 2. Waktu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap akumulasi merkuri oleh bakteri lokal. Waktu inkubasi yang optimum dalam mengakumulasi merkuri (Hg) yakni pada jam ke-48. 3. Interaksi jenis isolat bakteri lokal dan waktu inkubasi berpengaruh sangat nyata terhadap akumulasi merkuri. Akumulasi merkuri tertinggi terdapat pada isolat Pseudomonas sp. LII C pada waktu inkubasi 48 jam yaitu 92,28%. B. Saran Saran yang diajukan pada penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengakumulasi merkuri sebaiknya menggunakan bakteri Pseudomonas sp LII C pada 48 jam inkubasi. 2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai identifikasi secara molekuler mengenai jenis isolat bakteri lokal. 3. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai gen pengakumulasi merkuri, operon mer yang dimiliki isolat terpilih. 43 44 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, I., Hayat, S., Ahmad, A., Inam A. and Samiullah, 2005, Effect of heavy metal on survival of certain groups of indigenous soil microbial population, Appl Scienviron Mgt 9:115-121. Ahyani, M., 2011, Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Kondisi Kerusakan Tanah pada Wilayah Pertambangan di Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara-Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang Alfian, Z., 2006, Merkuri: Antara Manfaat dan Efek Penggunaan Bagi Kesehatan Manusia dan Lingkungan, USU Respository, Medan Allen, E.H., 1995, Metal Contaminated Aquatic Sediments, Ann Arbor Oress Inc 121 South Main Street, Michigan Alloway, B.J., 1995, Heavy Metal in Soils, Blackie Academic and Professional, London Amriwansyah, 1990, Evaluasi dan Deskripsi Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Tanah Sebelum (Kondisi Tanah Alami) dan Setelah (Kondisi Tanah Kolong) Proses Aktivitas Penambangan Timah di Tiga Lokasi Unit Penambangan Timah Bangka (Tambang 25, 23, dan 45), Wilayah Produksi Pulau Bangka-Sumatera Selatan-Skripsi, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor Chojnacka, K., 2010, Biosorption and bioaccumulation, the prospects for practical applications, Journal of Environment International, 36:299-307 Cooper, S., 1991, Bacterial Growth and Division: Biochemistry and Regulation of Prokaryotic and Eukaryotic Division Cycles, Academic Press, San Diego Cotton, F.A., Wilkinson, P.L., and Gauss, 1995, Inorganic Chemistry, 3rd Edition, New york Cossich, E.S., Tavares, C.R.G., and Ravagnani, T.M.K., 2002, Biosorption of Chromium (III) by Sargassum sp. Biomass, Electronics Journal of Biotechnology, 5(2):134-140 Csuros, M., and Csuros, C., 2002, Cold Vapour AAS for Solid and Semi Solids. In Environmental Sampling and Analysis for Mealts, Lewis Publishers, Tokyo Dehe, K., 2015, Pemanfaatan Bakteri Lokal sebagai Agen Bioremediasi pada Tanah Pascatambang Emas Sultra-Laporan Penelitian PKMP, Universitas Halu Oleo, Kendari 44 45 Dwidjoseputro, D., 2010, Dasar-dasar Mikrobiologi, Djambatan, Jakarta Fahruddin, 2010, Bioteknologi Lingkungan, Alfabeta, Bandung Ghoshal, S., Bhattacharya, P., and Chowdhury, R., 2011, De-mercurization of waste water by Bacillus cereus (JUBT1): Growth kinetics, biofilm reactor study and field emission scanning electron microscopic analysis, Journal of Hazardous Materials, 19(4): 355–361 Haedar, N., Fahrudin, Firdaus, Z., dan Nurlaela, N., 2014, Produksi Poli-βHidroksibutirat (PHB) pada Isolat Bakteri dari Molasses dan Tanah Pabrik Gula, Fakultas MIPA Universitas Hasanuddin, Makassar Iyer, A., Mody, K. and Jha, B., 2005, Biosorption of heavy metals by a marine bacterium, Marine Pollution Bulletin, 50: 340-343 Jutono, Soedarsono, S., Hartadi, S., Kabirun, S., Darmosuwito, S., dan Soesanto, 1975, Pedoman Praktikum Mikrobiologi untuk Perguruan Tinggi, Departemen Pertanian, Fakultas Pertanian, UGM., Yogyakarta Kali, Y.R., 2014, Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan Akumulasi Logam Hg, Zn, dan Cu Pada Organ Tanaman Mahoni (Swietenia mahagoni L.) yang Tumbuh Di Tanah Pascatambang Emas BombanaSkripsi, Universitas Halu Oleo, 2014 KEPMEN L.H., 2003, Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: 128 Tahun 2003 Tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Bumi Secara Biologis. Kementerian Lingkungan Hidup Khoiroh, Z., 2014, Bioremediasi Logam Berat Timbal (Pb) dalam Lumpur Lapindo Menggunakan Campuran Bakteri (Pseudomonas pseudomallei dan Pseudomonas aeruginosa)-Skripsi, UIN, Malang Kusumaningati, M.A., Sri, N. dan Anton, M., 2013, Pengaruh Kosentrasi Inokulum Bakteri Zymomonas mobilis dan Lama Fermentasi pada Produk Etanol dari Sampah Sayur dan Buah Pasar Wonokromo Surabaya, Lestarisa, T., 2010, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Keracunan Merkuri (Hg) pada Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Kurun, Kabupaten Gunung Mas, Kalimantan Tengah-Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang Manohar, D.M., Anoop, K., Krishman, T.S., and Anirudhan, 2002, Removal of Mercury (II) From Aqueous Solutions and Chlor Alkali Industry Wastewater Using 2-Mercaptobenzimidazole-Clay, Journal of Water Res, 36: 1609-1619 45 46 Mawardi, E., Sugiharto, H. dan Prijambada, I.D., 1997, Biosorpsi Timbal (Pb) Oleh Biomassa Saccharomyces cerevisiae, BPPS-UGM, 10:2013-213 Mushlihah, S., Herumurti, W., 2011, Pengaruh pH dan Konsetrasi Zymomonas mobilis untuk Produksi Etanol dari Sampah Buah Jeruk,-Skripsi, Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS, Surabaya Naryaningsih, A., 2005, Keefektifan Bacillus cereus ATTC11778 (Bakteri Gram Postif) dan Pseudomonas aeruginosa ATTC27853 (Bakteri Gram Negatif) sebagai Bioakumulator Logam Berat-Thesis, Universitas Diponegoro, Semarang Nascimento, A.M.A., and Chartone-Souza, E., 2003, Operon mer: Bacterial resistence to mercury and potential for bioremediation of contaminated environments, Genetics and molecular research, 1: 92-101 Pratiwi, Y.A., 2012, Penapisan Bakteri Resisten Terhadap Merkuri Sebagai Alternatif Agen Bioremediasi Pada Pencemaran Tanah Pertambangan, Departemen Biokimia Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor Rivai, T.P., 2014, Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Pereduksi Merkuri Sebagai Agen Bioremediasi Lahan Pascatambang Emas Bombana Sulawesi Tenggara-Skripsi, Universitas Halu Oleo, Kendari Salle, A.J., 1974, Fundamental Principles of Bacteriology, Sevent Edition, McGraw-Hill publishing Company Limited, New Delhi Satya, A. dan Larashati, S., 2012, Kemampuan Isolat Bakteri dari Sedimen Situ Sebagai Aquatic Bioremoval Agent Ion Logam Timbal (Pb), Prosiding Seminar Nasional Limnologi IV Setiabudi, B.T., 2005, Penyebaran Merkuri Akibat Usaha Pertambangan Emas di Daerah Sangon, Kabupaten Kulon Progo, D.I. Yogyakarta, Kolokium Hasil Lapangan–DIM : 1-12 Sholikah, U., dan Kuswytasari, N.D., 2012, Uji Potensi Genera Bacillus sebagai Agen Bioakumulator, ITS-Paper :1-6.digilib.its.ac.id Sinha, R., 2012, Bioaccumulation of Mercury in Marine Bacteria: A Novel Approach of Mercury Remediation-Thesis, Department of Life Science Nationalinstitute of Technology, Orissa Steel, R.G.D., 1993, Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik, Penerjemahan B. Sumatri, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 46 47 Subanri, 2008, Kajian beban pencemaran merkuri (Hg) Terhadap Air Sungai Menyuke dan Gangguan Kesehatan pada Penambang Sebagai Akibat Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di Kecamatan Menyuke Kabupaten Landak Kalimantan Barat-Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang Widowati, W., 2008, Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran, ANDI, Yokyakarta William, W.Y., Blumethal, T., and Hashimoto, 1995, Microbiology dan Imunnology, Buku Kedokteran EGC, Jakarta Yasuda, Y., Okada, M., and Peterson, S.A., 2000, Water Pollution Control Policy and Management ;The Japanese Experience, Gyosei Ltd, Tokyo Zulaika, E., Luqman, A., Arinda, T., dan Sholikah, U., 2012, Bakteri resisten logam berat yang berpotensi sebagai biosorben dan bioakumulator Seminar Nasional SCET, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan-ITS, Surabaya 47 48 Lampiran 1. Isolat Bakteri Lokal a b Gambar 7. Bahan utama penelitian. (a). Isolat Bacillus sp. LIII C (b). Isolat Pseudomonas sp. LII C 48 49 Lampiran 2. Pengukuran biomassa bakteri lokal selama inkubasi Tabel 12. Data biomassa sel bakteri dalam media Luria Bertani (LB) Ulangan Kode Waktu sampel Fermentasi 1 2 3 0 0 0 0 24 0 0 0 1 Kontrol 48 0 0 0 72 0 0 0 0 0,43 0,32 0,33 Ps 24 0,67 0,60 0,65 2 48 0,69 0,66 0,75 72 0,72 0,70 0,78 0 0,27 0,16 0,25 24 0,44 0,57 0,48 3 Bc 48 0,56 0,67 0,70 72 0,72 0,70 0,62 Rumus : Btotal = Bbasah – Bkering Contoh : Massa sel Ps 0 jam Diketahui Bbasah = Ulangan 1: 0,65 g Ulangan 2: 0,60 g Ulangan 3: 0,55 g Bkering = Ulangan 1: 0,14 g Ulangan 2: 0,16 g Ulangan 3: 0,15 g Bendapan = Ulangan 1: 0,07 g Ulangan 2: 0,12 g Ulangan 3: 0,07 g Penyelesaian: Ulangan 1 = 0,65 – 0,14 Btotal 49 Rata-rata (g/mL) 0 0 0 0 0,36 0,64 0,70 0,71 0,23 0,50 0,61 0,65 50 = 0,50 g Btotal Sesungguhnya = 0,50 – 0,07 = 0,43 g Ulangan 2 = 0,60 – 0,16 Btotal = 0,44 g Btotal Sesungguhnya = 0,44 – 0,12 = 0,32 g Ulangan 3 = 0,55 – 0,15 Btotal = 0,40 g Btotal Sesungguhnya = 0,4 – 0,07 = 0,33 g Selanjutnya hasil yang diperoleh dari 3 ulangan dijumlahkan dan hasilnya dirata-ratakan, sehingga diperoleh biomassa sel untuk isolat bakteri Ps pada jam ke-0 yaitu 0,36 g. 50 51 Lampiran 3. Hasil Analisis kadar merkuri di media Luria Bertani (LB) dan sel Bakteri Lokal Tabel 13. Data kadar merkuri pada media Luria Bertani (LB) No Kode sampel 1 Kontrol 2 Ps 3 Bc Waktu Fermentasi 0 24 48 72 0 24 48 72 0 24 48 72 1 49,9 48 48 48 25,2 19,9 16,3 16,9 27,4 26,5 24,9 26,1 Ulangan 2 48,7 47 48 48 24,8 19,4 17,2 16,7 28,5 27,7 25,5 22 3 48,9 49 47,4 4,7 25,4 20,3 17,1 15,6 26,6 25,4 26,3 24,4 Rata-rata (ppm) 49,16 48 47,8 47 25,13 19,86 16,86 16,4 27,5 26,53 25,56 24,16 Tabel 14. Data kadar merkuri pada sel bakteri No Kode sampel 1 Kontrol 2 Ps 3 Bc Waktu Fermentasi 0 24 48 72 0 24 48 72 0 24 48 72 1 49,9 48 48 48 10,3 11,3 13,8 17,8 10,6 10,6 12,7 13,2 51 Ulangan 2 48,7 47 48 48 10,7 10,7 14,6 17,1 10,3 10,1 11,5 13,8 3 48,9 49 47,4 4,7 10,1 11,1 14,1 1,78 9,8 9,8 12 13,4 Rata-rata (ppm) 49,16 48 47,8 47 10,36 11,03 14,16 16,5 10,23 10,16 12,06 13,46 52 Lampiran 4 kadar merkuri yang diakumulasi sel dan Efesiensi akumulasi Tabel 15. Kadar merkuri yang diakumulasi oleh masing-masing sel Kadar Hg (ppm) Waktu No Inkubasi Kontrol Supernatan Pelet (Jam) Bc Ps Bc Ps 1 0 49,16 21,66 24,03 38,81 38,13 2 24 48 22,63 24,3 38 38,8 3 48 47,8 23,6 32,3 37,1 35 4 72 47,83 25 32,76 34,03 32,03 Total Bc 11,31 11,47 11,54 9,87 Ps 13 13,94 18,14 15,63 Perhitungan jumlah Hg yang diakumulasi Cb = C0 – Ceq Contoh : Jumlah akumulasi merkuri Ps Supernatan 0 jam Diketahui C0 = 49,16 ppm Ceq = 25,13 ppm Penyelesaian : Cb = 49,16 – 25,13 = 24,03 ppm Tabel 16. Efesiensi akumulasi oleh masing-masing sel Efisiensi Penyerapan (%) Waktu Kontrol Supernatan Pelet No Inkubasi (Jam) Bc Ps Bc Ps 1 0 49,16 44,06 48,88 78,94 77,56 2 24 48 46,03 49,43 77,29 78,92 3 48 47,8 48 65,70 75,46 71,19 4 72 47,83 50,85 66,63 69,22 71 Perhitungan efesiensi penyerapan Hg oleh bakteri Contoh : Jumlah akumulasi merkuri Ps Supernatan 0 jam 52 Total Bc 55,81 59,55 63,61 58 Ps 63,02 62,62 92,28 90,85 53 Diketahui : C0-Ceq = 24,03 C0 = 49,16 Penyelesaian : R = 48,88% 53 54 Lampiran 5. Tabel Statistik Tabel 17. Tabel statistik 54 55 55 56 Lampiran 6. Dokumentasi Kegiatan a c b Gambar 8. Penyiapan alat dan bahan. (a). Penimbangan media, (b). Pembuatan Media, (c). Sterilisasi. a c b Gambar 9. Peremajaan isolat. (a). Proses peremajaan isolat (b). Isolat yang diremajakan (c). proses inkubasi isolat peremajaan di dalam inkubator pada suhu 370Cselama 24 jam. 56 57 a b d c e Gambar 10. Pembuatan starter. (a). Proses menginokulasikan bakteri ke dalam 30 mL media LB (b). Starter yang telah dinokulasikan bakteri (c). Pembacaan nilai Optikal density starter (d). Proses inkubasi starter selama 48 jam suhu ruang di atas shaker inkubator (e). Starter setelah 48 jam. 57 58 a b c d Gambar 11. Pembuatan media produksi. (a). Media produksi (b). Proses menginokulasikan starter ke dalam media produksi LB+HgCl 50 ppm (c). Media yang telah diinokulasikan starter (d). Proses penginkubasian bakteri selama 72 jam suhu ruang di atas shaker inkubator. 58 59 aa d bb c e f g h Gambar 12. Perhitungan biomassa sel bakteri. (a). Aluminium foil sebagai wadah pengukuran biomassa (b). Proses penimbangan berat awal aluminium foil (c). Proses pengovenan aluminium foil selama 24 jam pada suhu 800C di dalam oven (d). Proses pemasukan 1 mL suspensi bakteri (e).Proses penimbangan berat awal suspensi sel (f). Proses pengovenan suspensi sel di dalam oven pada suhu 800C, selama 24 jam (g). Proses penimbangan berat akhir sel (h). Massa sel hasil dari pengovenan 59 60 a b d e g c f h Gambar 13. Pengujian bioakumulasi bakteri. (a). Proses pemindahan 11 mL inokulum ke dalam tabung sentrifuse (b). Proses sentrifuse pertama (c). Hasil sentrifuse pertama (d). Proses pencamcampuran pelet dengan larutan buffer lisis (e). Proses sentrifuse kedua (f). Hasil sentrifuse kedua (g). Proses analisis akumulasi logam merkuri pada media dan di dalam sel bakteri menggunakan AAS (h). AAS (Atomic Absorbtion Spectrophometer) 60