Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala ISSN 2302-0253 pp. 46- 57 12 Pages PERENCANAAN KOORDINASI SIMPANG BERSINYAL (Studi Kasus Jalan Merdeka Kota Lhokseumawe) 1) Mulizar1, Renni Anggraini 2, M. Isya 2 Magister Teknik Sipil Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh 2) Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala Abstract: Traffic signal coordination is normally implemented to improve the level of service of a road or a network of roads, minimised overall delay and number of stops. After the queue time red on one intersection, the vehicle is expected to get the green time at next intersections. Such coordination system has not been implemented in Jalan Merdeka Lhokseumawe city. As the main road, there are three signals intersection of the paths, Simpang BI (first junction), Simpang Empat (second junction) and Simpang BPD (third junction). As a result of not having a coordination, the vehicle often passed through first junction had to stop and wait for the green phase at the second junction. The same thing also happened between second junction and third junction so that long queues, delay and stopped number at peak hours is unavoidable. Based on these conditions then do studies to improve the performance of the intersection with traffic lights coordination. There are two methods that be used in planning the coordination Indonesian Highway Capacity Manual (IHCM 1997) for the processing of traffic data, while for coordination was made with the help of a software based on Transyt 14 method developed by TRRL (Transport and Road Research Laboratory) United Kingdom. Transyt 14 is used to evaluate the performance of the existing conditions and coordinated as well as making some alternative coordination with the performance index (PI) as the main criteria. The research for the best alternative compared to the existing conditions of the retrieved time cycle 81 seconds, the PI decreases 36.79% degree of saturation down 21.31%, reduced queue 14.15%, delay time decreases 44.60%, the stop number down 36.23%, journey speeds increased 34.19%, fuel consumption can be saved 14.60% and level of service can be upgraded from D to C. Keywords: Coordination, Junction Signals, Transyt 14, Performance Index Abstrak: Koordinasi antar simpang bersinyal secara umum dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan suatu jaringan jalan, mengurangi waktu tunda dan waktu berhenti kendaraan. Setelah melakukan antrian waktu merah pada salah satu persimpangan, kendaraan diharapkan akan memperoleh waktu hijau pada persimpangan berikutnya. Sistem koordinasi demikian belum diterapkan di Jalan Merdeka Kota Lhokseumawe. Sebagai jalan utama pada pada lintasan tersebut ada tiga persimpangan bersinyal yaitu, Simpang BI (simpang I), Simpang Empat (simpang II) dan Simpang BPD (simpang III). Akibat belum adanya koordinasi antar ketiga persimpangan tersebut, sering kendaraan yang baru lolos dari simpang I harus berhenti dan menunggu fase hijau lagi pada simpang II dan sebaliknya. Hal yang sama juga terjadi antara simpang II dan simpang III sehingga antrian, waktu tundaan dan waktu berhenti yang panjang terutama pada jam puncak tidak dapat dihindari. Berdasarkan kondisi tersebut maka dilakukan studi untuk memperbaiki kinerja simpang tersebut dengan cara melakukan koordinasi lampu lalulintas antar persimpangan. Ada dua metode yang digunakan pada perencanaan koordinasi ini, yaitu Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI 1997) untuk pengolahan data lalulintas, sementara untuk koordinasi yang dilakukan menggunakan bantuan perangkat lunak Transyt 14 berpedoman pada metode yang dikembangkan oleh TRRL (Transport and Road Research Laboratory) Inggris. Transyt 14 digunakan untuk mengevaluasi kinerja persimpangan pada kondisi eksisting dan setelah dikoordinasi serta membuat beberapa alternatif koordinasi dengan performance index (PI) sebagai kriteria utama. Hasil penelitian untuk alternatif terbaik dibandingkan kondisi eksisting diperoleh waktu siklus 81 detik, PI berkurang 36,79%, degree of saturation turun 21,31%, antrian berkurang 14,15%, waktu tunda berkurang 44,60%, jumlah henti turun 36,23%, kecepatan perjalanan meningkat 34,19%, konsumsi bahan bakar dapat dihemat 14,60% dan tingkat pelayanan dapat ditingkatkan dari D menjadi C. Kata kunci : Koordinasi, Simpang Bersinyal, Transyt 14, Performance Index Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 46 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala dan waktu berhenti yang panjang terutama pada PENDAHULUAN Tujuan utama pengaturan persimpangan jam puncak tidak dapat dihindari. Berdasarkan adalah untuk mengurangi terjadinya antrian dan kondisi tersebut maka diperlukan studi untuk tundaan pada suatu simpang sehingga akan memperbaiki kinerja simpang tersebut dengan dapat meningkatkan kecepatan kendaraan yang cara melakukan koordinasi lampu lalulintas menggunakan lintasan dimaksud. Khusus untuk antar persimpangan. pengaturan persimpangan bersinyal perlu Rumusan masalah dari latar belakang diperhatikan jumlah dan jarak persimpangan penelitian di atas adalah: bersinyal lain yang ada pada suatu ruas jalan. 1. bagaimanakah kinerja persimpangan pada Pengaturan waktu siklus lampu lalulintas pada simpang bersinyal yang pertama kondisi eksisting? akan 2. apakah panjang antrian, waktu tunda dan berpengaruh terhadap antrian dan tundaan yang jumlah berhenti di persimpangan yang terjadi pada persimpangan berikutnya. Untuk terjadi di Jalan Merdeka dapat direduksi? itu perlu dilakukan koordinasi lampu lalulintas 3. seberapa besar kecepatan perjalanan dapat antar persimpangan sehingga sebahagian besar ditingkatkan dan penggunaan bahan bakar, kendaraan akan dapat melewati beberapa biaya persimpangan tanpa harus berhenti. berhenti dapat dikurangi? Koordinasi antar persimpangan bersinyal perjalanan 4. apakah kinerja akibat tundaan persimpangan seperti tersebut di atas belum dijumpai pada dapat pengaturan simpang bersinyal yang ada di Jalan koordinasi sinyal antar simpang? ditingkatkan setelah dan tersebut dilakukan Merdeka Kota Lhokseumawe Provinsi Aceh. Pada ruas jalan tersebut ada tiga persimpangan bersinyal, yaitu Simpang BI (simpang I), Simpang Empat (simpang II) dan Simpang BPD (simpang III). Jarak antara Simpang BI dan Simpang Empat sekitar 300 meter, sementara jarak antara Simpang Empat dan Simpang BPD adalah 400 m. Kondisi pada saat ini ketiga dikoordinasikan, persimpangan akibat yang itu belum ditimbulkan adalah sering kendaraan yang baru lolos dari Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menganalisis kinerja simpang sebelum koordinasi (kondisi eksisting); 2. melakukan koordinasi simpang bersinyal dan menganalisis kinerjanya setelah dilakukan koordinasi; 3. Mengetahui panjang antrian, waktu tunda dan jumlah berhenti sebelum dan sesudah dilakukan koordinasi; 4. mengetahui peningkatan kecepatan simpang I harus berhenti dan menunggu fase perjalanan, besaran konsumsi bahan bakar hijau lagi pada simpang II dan sebaliknya. Hal dan biaya perjalanan yang dapat dikurangi yang sama juga terjadi antara simpang II dan setelah dilakukan koordinasi. simpang III sehingga antrian, waktu tundaan 47 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Manfaat penelitian ini adalah: Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 1. terkoordinasinya persimpangan bersinyal membuat beberapa alternatif koordinasi dan di Jalan Merdeka Lhokseumawe dan melakukan evaluasi diperoleh waktu siklus dan fase dari setiap Parameter utama simpang hasil koordinasi; performance index (PI) atau indeks kinerja 2. adanya koordinasi antar simpang bersinyal kinerja persimpangan. perangkat ini adalah persimpangan. diharapkan dapat mengurangi panjang Hasil penelitian menunjukkan bahwa antrian, waktu tundaan, jumlah berhenti setelah dilakukan koordinasi antar simpang dan konsumsi bahan bakar kendaraan serta diperoleh waktu siklus efektif 81 detik untuk dapat meningkatkan kecepatan perjalanan; setiap persimpangan, performance index 3. sebagai bahan masukan dan pertimbangan menurun sebesar 36,79%, panjang antrian bagi instansi terkait dalam hal pengelolaan berkurang 14,15%, waktu tunda turun sebesar manajemen 44,60%, jumlah henti menurun sebesar 20,57%, lalulintas di Kota Lhokseumawe. kecepatan perjalanan meningkat sebesar 34,19%, penghematan konsumsi bahan bakar Lokasi penelitian berada pada ruas Jalan Merdeka Kota Lhokseumawe. Ruas ini sebesar 14,60% dan tingkat layanan berubah dari D menjadi C. merupakan jalan utama di Kota Lhokseumawe yang terdiri dari 2 jalur setiap jalur terdiri atas 3 KAJIAN KEPUSTAKAAN lajur. Penelitian yang dilakukan meliputi kajian Persimpangan Terkoordinasi Hasil kondisi persimpangan sebelum dikoordinasi penelitian menunjukkan dari kecepatan jalan 10% sampai 30% setelah pertimbangan alternatif biaya berdasarkan dan kecepatan dilakukan koordinasi terjadi (2005) (eksisting), pemilihan sistem koordinasi terbaik beberapa bahwa anonim peningkatan persimpangan yang perjalanan, serta analisa kinerja persimpangan menggunakan sinyal lampu lalulintas. Menurut setelah dilakukan koordinasi. hasil penelitian Suteja dan Cahyani (2002), Metode yang digunakan pada penelitian koordinasi sinyal antar simpang di Kota ini ada dua yaitu: Manual Kapasitas Jalan Mataram dapat mengurangi waktu tundaan Indonesia (MKJI 1997) untuk perhitungan arus sebesar lalulintas pada persimpangan. Untuk koordinasi dikoordinasi. antar simpang digunakan Metode 35,7% dibandingkan sebelum Berdasarkan jarak antar simpang, Mc yang dikembangkan oleh TRRL (Transport and Shane (1998) menyatakan Road Research Laboratory) Inggris dengan persimpangan bantuan perangkat lunak Transyt 14 yang dikoordinasikan adalah 1000 feet. Transyt 14 ditulis dalam bahasa Fortran IV di bawah memberikan batasan jarak efektif antar simpang lisensi TRRL. Perangkat ini digunakan untuk untuk koordinasi adalah 500 m. yang paling jarak antar efektif untuk Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 48 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Koordinasi antar simpang sangat 5. adanya dispersi pleton. dipengaruhi oleh offset. Papacostas (2005), mendefinisikan offset sebagai perbedaan waktu Ada dua metode koordinasi sinyal dua antara dimulainya sinyal hijau pada simpang arah yang umum digunakan yaitu metode pertama maksimasi dan awal hijau pada simpang setelahnya. green bandwidth dan metode minimasi perbedaan offset aktual dengan offset ideal. Koordinasi sinyal dua arah Secara umum Offset untuk kedua arah diperoleh dari setengah waktu Maksimasi Green Bandwidth siklus. Penentuan offset pada metode ini Koordinasi sinyal dua arah diperlihatkan pada dilakukan untuk memperoleh jalur hijau (green Gambar 1. bandwidth) untuk arah inbound dan arah outbound. Beberapa asumsi yang diambil pada metode ini (Baass, 1983) adalah: 1. kendaraan bergerak dalam pleton yang seragam; 2. tidak ada dispersi pleton; 3. arus lalulintas yang rendah (under saturated); 4. tidak ada atau sedikit kendaraan yang Gambar 1. Koordinasi sinyal jalan dua arah Sumber: Hobbs,1995 memasuki jalan arteri dari samping. Konsep ini sangat populer di kalangan praktisi Kenyataan di lapangan jarang dijumpai jarak antar persimpangan yang seragam, rekayasa lalulintas karena green bandwidth mudah dilihat secara visual dan hasil yang memuaskan dapat diperoleh secara akibatnya koordinasi dua arah menjadi lebih manual dengan cara coba-coba (Mc Shane, sulit dilakukan. Beberapa faktor penyebab 1998). Perhitungan offset untuk koordinasi koordinasi dua arah lebih sulit menurut sinyal metode ini dapat dilakukan secara Sebayang (1999) adalah: manual dan dengan bantuan program komputer. 1. jarak antar persimpangan tidak seragam; Perhitungan 2. arus lalulintas tidak sama pada kedua arah; untuk mendapatkan bandwidth yang paling 3. kecepatan arus lalulintas mungkin berbeda besar. yang dilakukan dimaksudkan pada kedua arah; 4. lama waktu hijau untuk keseluruhan lampu yang dikoordinasi tidak sama; 49 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Minimasi Perbedaan Offset Aktual dengan Offset Ideal Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Metode ini adalah mencari offset aktual Optimasi merupakan proses penyesuaian dimana offset aktual yang dipilih adalah yang waktu sinyal, evaluasi dan penggunaan model. mempunyai selisih paling minimal dengan Penyesuaian offset ideal. Tujuannya adalah memperoleh meningkatkan nilai PI. Hasil penyesuaian yang mendapatkan jalur hijau yang maksimum pada digunakan adalah yang menghasilkan nilai PI kedua arah. Asumsi dasar yang diambil sama terkecil walaupun fase hijau yang diperoleh seperti metode maksimasi green bandwidth. adalah minimum. Perbedaannya adalah metode perhitungannya dan pada metode ini arus lalulintas turut Struktur itu dapat mengurangi program Transyt atau 14 diperlihatkan pada Gambar 2. diperhitungkan. Transyt 14 Transyt 14 (Traffic Network Study Tool) adalah program komputer sebagai alat bantu untuk mengkoordinasi simpang bersinyal waktu tetap (pre-time signal control). Transyt 14 menggunakan metode green bandwidth sebagai konsep bersinyal. dasar untuk Program koordinasi ini simpang dikeluarkan Gambar 2. Struktur program Transyt 14 Sumber: Binning et.al, 2011 oleh Transport and Road Reseacrh Laboratory Optimasi Transyt 14 Optimasi pada Transyt 14 bertujuan Inggris. Program Transyt 14 mempunyai dua untuk meminimumkan performance index elemen utama yaitu: dengan cara menurunkan tundaan dan jumlah 1. Model lalulintas stop yang terjadi. Optimasi yang dilakukan Model lalulintas menggambarkan pola Transyt 14 adalah signal offset dan waktu hijau pergerakan atau tingkah laku lalulintas pada jaringan jalan yang mempunyai di setiap persimpangan. satu persimpangan bersinyal atau lebih. Model ini 1. memprediksikan performance index (PI) untuk perencanaan waktu tetap. PI Performance Index Performance index merupakan kombinasi merupakan dari jumlah total tundaan dan total stop pada ukuran total harga kemacetan lalulintas yang semua link yang ditinjau dan juga dijadikan merupakan kombinasi waktu total tundaan sebagai ukuran biaya kemacetan. Performance (delay) dan jumlah berhenti (stop) kendaraan. index (PI) dihitung dengan persamaan berikut: 𝑁 2. Optimasi sinyal lampu lalulintas PI = 𝑖=1 W. wi . di + k 100 k i . si … (1) Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 50 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Keterangan : proses hill climbing untuk mencapai PI minimal. N = jumlah link; W = biaya per tundaan (smp/jam) 4. K = biaya tiap 100 smp stop Optimasi lampu hijau Selama optimasi offset dijalankan semua wi = bobot tundaan pada link i (%) waktu perubahan fase di di = tundaan pada link i (detik) beraturan. Hasilnya waktu hijau yang telah ki = bobot stop pada link i (%); ditetapkan untuk setiap fase akan berubah. si = jumlah stop pada link i, Transyt 14 mengoptimasi waktu hijau berbagai satuan 100 jumlah stop. 2. node bergeser fase untuk mengurangi performance index. Degree of Saturation 5. Level of service (LoS) Degree of saturation (DS) atau derajat Transyt 14 menentukan level of service kejenuhan pada simpang bersinyal merupakan (LoS) atau tingkat pelayanan persimpangan gambaran lewat bersinyal berpedoman pada Highway Capacity simpang. Manual (2000). LoS ini ditetapkan berdasarkan volume dibandingkan lalulintas dengan yang kapasitas Degree of saturation dirumuskan sebagai waktu delay berikut: DS = Total arus x siklus Kapasitas x Hijau efektif Estimasi konsumsi bahan bakar x 100% Konsumsi bahan bakar setiap kendaraan berbeda-beda sehingga Transyt 14 membuat Jika DS lebih dari 100% ini berarti parameter tersendiri untuk setiap kendaraan. volume lalulintas pada persimpangan telah Parameter tersebut didasarkan pada proporsi, melewati kapasitas yang mampu dilewatkan. jenis, berat kendaraan dan bahan bakar yang Akibatnya sebagian kendaraan harus menunggu digunakan. fase diperhitungkan pada tiga keadaan berdasarkan hijau berikutnya untuk memperoleh kesempatan lewat. Konsumsi bahan bakar kecepatan kendaraan yaitu: (1) konsumsi bahan bakar selama kecepatan normal kendaraan antar 3. Signal Offset garis henti persimpangan, (2) konsumsi bahan Koordinasi pada Transyt 14 dilakukan bakar selama terjadi delay dan (3) konsumsi dengan cara menghubungkan semua stage bahan bakar selama waktu henti dan kendaraan change time ke waktu nol. Stage change time bergerak hingga mencapai kecepatan normal. pada persimpangan adalah waktu dimana (Binning et.al, 2011). perioda hijau pada satu fase pertama dimulai. Signal offset dihitung dengan melakukan optimasi dari offset dan waktu fase dengan 51 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Arus Lalulintas Persimpangan Menurut MKJI 1997 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Pada persimpangan, arus lalu lintas (Q) untuk setiap gerakan (belok dan hasil pengamatan atau pengukuran langsung di lurus) lapangan. Data ini meliputi: (1) geometrik dikonversi dari kendaraan per jam menjadi persimpangan, (2) lalulintas, (3) kecepatan rata- satuan mobil penumpang (smp) per jam dengan rata dan (4) setting lampu lalulintas. menggunakan ekivalen kendaraan penumpang Data sekunder yang dibutuhkan adalah (emp). Nilai emp untuk setiap jenis kendaraan peta lokasi persimpangan dan informasi jam dan puncak lalulintas. Peta Lokasi diperoleh dari untuk masing-masing pendekat diperlihatkan pada Tabel 1. situs google map, sementara waktu jam puncak diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya yang Tabel 1. Nilai Ekivalen Mobil Penumpang (emp) Jenis Kendaraan Terlindung Terlawan Kendaraan ringan (LV) Kendaraan berat (HV) Sepeda motor (MC) 1,0 1,3 0,2 1,0 1,3 0,4 Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997 dilakukan oleh Rusli (2011). Persiapan Data Setelah semua data diperoleh selanjutnya dilakukan persiapan dan pengolahan data untuk masukan Tahapan utama dari penelitian ini adalah Transyt 14. Data itu harus diolah terlebih dahulu. Data yang siap pakai adalah data yang pengumpulan dan pengolahan data dengan program Transyt dibedakan atas data siap pakai dan data yang METODE PENELITIAN bantuan program 14. Hasilnya dianalisis lebih lanjut sehingga diperoleh suatu sistem koordinasi antar simpang bersinyal yang efektif dan efisien. dapat dimasukkan ke dalam program tanpa harus dilakukan pengolahan/perhitungan terlebih dahulu, yaitu data geometrik dan setting lampu lalulintas. Data yang harus diolah terlebih dahulu, Lokasi Penelitian Jalan Merdeka adalah jalan utama di Kota Lhokseumawe. Jalan ini merupakan akses utama untuk menuju pusat kota, kawasan perbankan, perdagangan, rumah sakit, dan pusat pemerintahan Kota Lhokseumawe. Pengumpulan Data Data yang diperlukan untuk menunjang penelitian ini ada dua jenis yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh yaitu volume lalu lintas dan distribusinya serta kecepatan rata-rata kendaraan. Volume dan distribusi lalulintas hasil pengamatan diolah sehingga diperoleh jumlahnya dalam satuan mobil penumpang per jam (smp/jam) berpedoman kepada MKJI 1997. Proses Data Setelah pemodelan jaringan selesai dilanjutkan dengan tahap evaluasi kondisi eksisting. Pada tahap ini program Transyt 14 dijalankan dengan pilihan “optimisation = none” Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 52 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala artinya Transyt 14 hanya menghitung parameter kinerja persimpangan saja dan tidak melakukan optimasi setting lampu. Tahap kedua program Transyt 14 dijalankan dengan pilihan “optimisation = offset only,” artinya optimasi hanya dilakukan untuk penentuan offset untuk sinyal setiap fase Lebar Pendekat (m) Nama Lengan Simpang Simpang Wa Win Wlt Wout BI Jl. M erdeka Barat 9 9 9 Jl. Listrik 8 4 8 Jl. M erdeka Timur 9 9 3,5 9 6 6 6 Jl. T. Hamzah Empat Jl. M erdeka Barat Jl. Darussalam Jl. M erdeka Timur Jl. Panglateh 9 6 9 4 9 6 9 4 3,7 3,5 - 9 6 9 6 BPD Jl. M erdeka Barat Jl. Samudera Jl. M erdeka Timur Jl. Samudera Baru 9 6 9 6 6 6 6 6 - 9 6 9 6 koordinasi simpang saja tanpa merubah waktu siklus dan waktu Tabel 2. Kondisi Geometrik Persimpangan pada semua persimpangan. Proses optimasi tahap ketiga dijalankan Keterangan: dengan pilihan “optimisation = offset and signal setting,” artinya selain menentukan offset dan koordinasi program juga melakukan optimasi terhadap waktu siklus dan periode setiap fase semua persimpangan yang ditinjau. Waktu siklus baru yang diinput adalah waktu efektif berdasarkan hasil iterasi Transyt 14. Jarak antar persimpangan adalah sebagai berikut: Simpang BI ke Simpang Empat HASIL DAN PEMBAHASAN Geometrik persimpangan jaraknya 300 meter dan jarak Simpang Empat ke Simpang BPD adalah 400 meter. Jalan Merdeka terdiri atas dua jalur yaitu, jalur inbound yang menuju pusat kota diberi nama Jalan Merdeka Barat dan jalur outbound yang keluar dari pusat kota dinamakan Jalan Merdeka Timur. Diantara kedua jalur tersebut dibatasi oleh median jalan selebar 1 meter. Masing-masing jalur terdiri atas tiga lajur yang lebarnya 3 meter per lajur. Pada bahagian tepi kiri disediakan tempat parkir selebar 2 meter. Kondisi dan geometrik setiap persimpangan diperlihatkan pada Tabel 2. 53 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Volume dan distribusi lalulintas Lalulintas yang melewati persimpangan bersinyal di Jalan Merdeka bervariasi, yaitu sepeda motor, mobil pribadi, mikro bus, bus, truk dan becak mesin. Volume lalulintas simpang dalam satuan mobil penumpang (smp) diperlihatkan pada Gambar 3. Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Gambar 3. Volume dan distribusi lalulintas Jalan Merdeka 1. Simpang BI Setting lampu lalulintas Setting time atau pengaturan siklus lampu pada setiap persimpangan bervariasi. Alokasi waktu untuk setiap perioda hijau, merah dan kuning pada setiap lengan persimpangan 2. Simpang Empat diperlihatkan pada Tabel. 3. Tabel 3. Waktu Siklus dan Perioda Persimpangan Waktu Sim Siklus Lengan Simpang pang (det) BI Empat BPD Perioda (detik) Hijau Merah Kuning 85 Jl. Jl. Jl. Jl. Merdeka Barat Listrik Merdeka T . Hamzah B 26 18 26 18 54 62 54 62 5 5 5 5 95 Jl. Jl. Jl. Jl. Merdeka Barat Darussalam Merdeka Panglateh 35 15 30 15 55 75 60 75 5 5 5 5 85 Jl. Jl. Jl. Jl. Merdeka Barat Samudera Merdeka Samudera Baru 28 15 27 15 52 65 53 65 5 5 5 5 3. Simpang BPD Gambar 4. Bentuk Fase Simpang Bersinyal Jalan Merdeka Bentuk fase setiap persimpangan tersebut diperlihatkan pada Gambar 4. Kecepatan lalulintas Pengamatan kecepatan dilakukan pada arah inbound dan outbound. Berdasarkan data pengamatan dan perhitungan diperoleh kecepatan rata-rata 34,00 km/jam. Tingkat kecepatan ini masih di bawah kecepatan Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 54 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala maksimum yang ditetapkan MKJI (1997) sebahagian sebesar 40 km/jam untuk kecepatan maksimal berikutnya. harus menunggu fase hijau lalulintas dalam kota. Pembahasan Evaluasi Evaluasi kinerja simpang kondisi eksisting kondisi eksisting simpang Evaluasi yang dilakukan merupakan bersinyal di Jalan Merdeka menunjukkan kondisi keseluruhan jaringan yang ditinjau bahwa degree of saturation dan delay tinggi untuk volume lalulintas rata-rata jam puncak. melebihi batasan yang ditetapkan Transyt 14. Hasil evaluasi untuk setiap parameter yang Untuk mengurangi hal tersebut maka dilakukan ditinjau diperlihatkan pada Tabel 4. perubahan waktu siklus dan koordinasi antar simpang. Tabel 4. Hasil Evaluasi Kinerja Simpang Kondisi Eksisting Parameter Satuan Performance index (PI) Degree of saturation (DS) Antrian rata-rata Waktu tunda/delay rata-rata Perhentian/stop rata-rata Kecepatan perjalanan rata-rata Konsumsi bahan bakar Tingkat pelayanan (LoS) £ % smp detik % km/jam liter/jam - Besaran Perubahan waktu siklus dan koordinasi 103,86 104,92 37,82 19,55 45,61 13,66 466,81 D Penentuan panjang waktu siklus yang efektif dilakukan dengan iterasi sehingga diperoleh parameter kinerja yang paling baik. Hasil iterasi waktu siklus diperlihatkan pada Gambar 5. Tabel 4 memperlihatkan bahwa nilai PI persimpangan sebesar £103,86. Nilai ini merupakan akumulasi biaya tambahan akibat terjadinya tundaan sebesar £72,80 dan biaya berhenti sebesar £31,06. Nilai waktu yang digunakan pada penelitian ini adalah seperti ditetapkan Jasa Marga untuk daerah selain Jakarta sebesar Rp. 9.051 (Tamin, 2008) atau Gambar 5. Grafik Hasil Iterasi Waktu Siklus £0,62 (asumsi kurs £1 = Rp. 14.600,-). Parameter lain yang dijadikan sebagai tolak ukur kinerja adalah degree of saturation (DS). Nilai DS yang diperoleh sebesar 104,92% telah melebihi syarat yang ditetapkan Transyt 14, yaitu maksimum sebesar 90%. Nilai DS ini mengindikasikan bahwa pada saat fase hijau pada lengan tersebut tidak seluruh kendaraan yang mengantri dapat dilewatkan sehingga 55 - Volume 3, No. 1, Februari 2014 Waktu siklus terbaik hasil iterasi adalah 81 detik yang menghasilkan PI terendah dan berada pada kondisi di bawah jenuh (DS<100%). Offset dan bandwidth yang dihasilkan menggunakan waktu siklus 81 detik seperti pada Gambar 5. Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala waktu siklus dan koordinasi menghasilkan kinerja persimpangan dibandingkan kondisi yang lebih eksisting. baik Semua parameter yang ditinjau mengalami perubahan ke arah positif, seperti PI mengalami penurunan sebesar 36,79% dari kondisi eksisting, nilai DS Gambar 6. Time-Space Diagram Hasil Optimasi Waktu Siklus dan Offset Akibat perubahan waktu siklus maka terjadi perubahan waktu nyala dan durasi hijau. Perubahan itu diperlihatkan pada Tabel 5. yang diperoleh 82,56% telah memenuhi persyaratan Transyt 14 yang menetapkan nilai DS maksimal 90%. Antrian berkurang sebesar 14,15%, delay turun sebesar 44,60%, stop juga turun sebesar 20,57%. Kecepatan perjalanan meningkat sebesar 34,19%, konsumsi bahan Tabel 5. Waktu Nyala dan Durasi Fase Hijau Optimasi Waktu Siklus dan Offset bakar dapat dihemat 14,60% dan tingkat pelayanan mengalami peningkatan menjadi C. Kondisi Eksisting Optimasi waktu siklus dan offset M ulai Akhir Durasi Simpang (detik) (detik) (detik) Hasil ini secara ekonomis dapat menghemat biaya sebesar Rp. 864.541,-/jam BI Empat 0 0 26 35 26 35 BPD 0 28 28 BI 32 58 26 biaya akibat delay dan stop sebesar £38,21 Empat 1 29 28 setara Rp. 557.866,- (kurs £1 = Rp. 14.600,-) BPD 43 77 34 dengan rincian penurunan PI yang merupakan dan dari penghematan bahan bakar sebanyak Hasil evaluasi optimasi waktu siklus dan 68,15 liter senilai Rp. 306.675,- (harga Rp. 4.500,-/liter). offset diperlihatkan pada Tabel 6. Selain manfaat tersebut keuntungan lain yang bersifat intangible adalah penurunan polusi udara, tingkat kebisingan Tabel 6. Hasil Evaluasi Optimasi Waktu Siklus dan Offset Parameter Perbanding an Kondisi Satuan Besaran Eksisting (%) berkurang dan terjaganya kestabilan mental pengemudi yang dapat menurunkan tingkat kecelakaan lalulintas. Perform ance index (PI) £ 65,65 -36,79 Degree of saturation (DS) % 82,56 -21,31 Antrian tertinggi smp 32,47 -14,15 Kesimpulan Waktu tunda/delay detik 10,83 -44,60 % 36,23 -20,57 1. Perhentian/stop Kecepatan perjalanan km/jam 18,33 Konsumsi bahan bakar ltr/jam T ingkat pelayanan (LoS) - 398,7 C 34,19 -14,60 DD KESIMPULAN DAN SARAN Kinerja kondisi eksisting persimpangan Jalan Merdeka Kota Lhokseumawe berada pada tingkat performance Tabel 6 memperlihatkan bahwa optimasi layanan index D sebesar dengan £103,86, degree of saturation 104,92%, panjang Volume 3, No. 1, Februari 2014 - 56 Jurnal Teknik Sipil Pascasarjana Universitas Syiah Kuala antrian 37,82 smp, waktu tunda 19,55 DAFTAR KEPUSTAKAAN detik, Anonim, 1997. Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). Jakarta: Direktorat Jendral Bina Marga Indonesia Departemen Pekerjaan Umum. Anonim, 2005. Traffic Signal Coordination Planning Effort. Colarado: Traffic Engineering Division Colarado Springs. Baass, K.G., 1983. Another Look at Bandwith Maximation, Transportation Research 905, Transportation Research Board National Academy of Science, Washington DC. Binning, C.J. et.al., 2011. Transyt 14 User Guide, Transport Research Laboratory, Wokingham Berkshire United Kingdom. Hobbs, F.D., 1995. Perencanaan dan Teknik Lalulintas. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Mc Shane, W.R and Roess, R.P., 1998. Traffic Engineering, 2nd Edition. New Jersey: Prentice Hall, Englewood Cliffs. Rusli, 2011. Studi Tingkat Pelayanan Jalan Merdeka Barat Kota Lhokseumawe Setelah Dilakukan Pelebaran, Tugas Akhir Program Diploma IV Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe, Lhokseumawe. Sebayang, N., 1998. Pengembangan Analisis Performansi Koordinasi Sinyal Lalulintas pada Suatu Jalan Dua Arah. Tesis. Bandung: Program Magister Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung. Suteja, I. W dan Cahyani, N.M.Y., 2002. Aplikasi Program Transyt pada Simpang di Bawah Jenuh (Studi Kasus Simpang Airlangga dan Simpang Udayana Kotamadya Mataram). Jurnal Dimensi Teknik Sipil. Vol. 4 No. 1 Maret 2002, Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Jakarta. Tamim, O. Z., 2008. Perencanaan, Pemodelan dan Rekayasa Transportasi. Bandung: ITB. perhentian 45,61%, kecepatan perjalanan 13,66 km/jam dan konsumsi bahan bakar 466,81 liter/jam. 2. Koordinasi antar simpang hasil optimasi waktu siklus dan offset menggunakan software Transyt 14 diperoleh waktu siklus efektif 81 detik, performance index £65,65 berkurang sebesar 36,79%, degree of saturation 82,56 turun sebesar 21,31%. 3. Koordinasi juga berdampak pada panjang antrian menjadi 32,47 smp berkurang 14,15%, waktu tunda menjadi 10,83 detik turun 44,60%, berkurang perhentian sebesar perjalanan 36,23% 20,57%, menjadi kecepatan 18,33 km/jam meningkat 34,19% dan konsumsi bahan bakar 398,66 liter/jam atau dapat dikurangi sebesar 14,60%. 4. Koordinasi dapat meningkatkan kinerja jaringan persimpangan menjadi tingkat pelayanan C. Saran 1. Untuk penelitian lanjutan perubahan geometrik sebaiknya dilakukan perubahan mengingat hal ini berpengaruh terhadap kapasitas persimpangan. 2. Mengingat kecepatan jalan diukur pada kondisi persimpangan terisolasi maka perlu dilakukan pengukuran koordinasi agar ulang diperoleh offset bandwidth yang lebih efektif. 57 - setelah Volume 3, No. 1, Februari 2014 dan