BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1
Pengertian Pendidikan
Secara historis, pendidikan dalam arti luas telah mulai dilaksaanakan sejak
manusia berada di muka bumi ini. Kneller dalam Prasetyo (2009:3) menyebutkan
bahwa pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis. Dalam
arti luas, pendidikan menunjuk pada suatu tindakan atau pengalaman yang
mempunyai
pengaruh
yang
berhubungan
dengan
pertumbuhan
atau
perkembangan jiwa (mind), watak (character), atau kemampuan fisik (physical
ability) individu. Pendidikan dalam arti ini berlangsung terus menerus (seumur
hidup) melalui pengalaman hidup. Dalam arti teknis, pendidikan adalah proses
dimana masyarakat melalui lembaga-lembaga pendidikan (sekolah), dengan
sengaja mentransformasikan warisan budayanya, yaitu pengetahuan, nilai-nilai
dan keterampilan-keterampilan dari generasi ke generasi.
Pendidikan mencakup kegiatan mendidik, mengajar dan melatih. Dalam
kegiatan tersebut terjadi usaha untuk mentransformasikan nilai-nilai dalam
kehidupan manusia (Prasetyo, 2009:5)
Pendidikan kewirausahaan merupakan suatu bentuk pendidikan yang
bertujuan untuk membentuk pola pikir, sikap, perilaku dan minat pada
siswa/mahasiswa
untuk
menjadi
seorang
wirausahawan
sejati
sehingga
mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir (Lestari
dan Wijaya, 2012:113).
18
Universitas Sumatera Utara
Beberapa indikator pendidikan kewirausahaan adalah sebagai berikut
(Khafid, 2007:185):
1. Kurikulum
Kompetensi pendidikan berbasis kewirausahaan yang diberikan kepada
peserta didik.
2. Kualitas tenaga didik
Dalam hal ini, guru sebagai tenaga pendidik tidak hanya harus menguasai ilmu
pengetahuan, tetapi juga harus mampu menyampaikan ilmu tersebut dengan baik
kepada peserta didik.
3. Fasilitas belajar mengajar
Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan sangat membantu siswa untuk
menguasai materi pendidikan kewirausahaan serta membantu guru dalam
menyampaikan ilmu pengetahuan.
Menurut Farzier dan Niehm dalam Jusmin (2012:52) tujuan pendidikan
kewirausahaan adalah sebagai berikut
1. Mengubah pola pikir peserta didik menjadi pemikiran kewirausahaan melalui
pengetahuan tentang nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku wirausaha
2. Memiliki
perasaaan
empatisme
sosial
ekonomi
tentang suka
duka
berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha
terdahulu
3. Mendapatkan keterampilan sebagai bekal untuk menjalankan usaha
4. Kesehatan fisik, mental dan sosial.
19
Universitas Sumatera Utara
5. Mempunyai kepercayaan diri lebih tinggi, berani mengambil resiko untuk
dapat berkreasi dan berinovasi dalam menciptakan atau menangkap peluang
yang ada.
Melalui
pendidikan
kewirausahaan,
seorang
wirausahawan
bisa
mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan. Menurut Kuriloff ada
empat kemampuan utama yang diperlukan agar kewirausahaan berhasil (Echdar,
2013:48), antara lain:
1. Technical Competence, yaitu kompetensi dalam bidang rancang bangun sesuai
bentuk usaha yang dimiliki. Misalnya memiliki kemampuan dalam bidang
teknik dan desain produksi, ia harus betul-betul mengetahui bagaimana barang
dan jasa dapat dihasilkan.
2. Marketing Competence, yaitu kompetensi untuk menemukan pasar yang
cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan
hidup
perusahaan.
3. Financial Competence, yaitu kompetensi dalam bidang keuangan. Dalam hal
ini, wirausahawan harus mampu mengetahui bagaimana cara mendapatkan
dan menggunakan keuangan secara tepat yaitu mengatur pembelian,
penjualan, pembukuan dan perhitungan laba rugi.
4. Human Relation Competence, yaitu kompetensi dalam mengembangkan
hubungan personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar
perusahaan.
Peran guru tentunya sangat besar dalam pembentukan kualitas pendidikan
kewirausahaan di sekolah. Guru merupakan evaluator dari proses pendidikan.
Evaluasi merupakan proses yang mentukana kondisi, di mana suatu tujuan telah
20
Universitas Sumatera Utara
tercapai (Sukardi, 2008:1). Hasil pendidikan kewirausahaan tidak begitu saja
terbentuk tanpa kehadiran pendidik. Guru juga harus dilengkapi dengan
kemampuan dalam mendidik. Tidak hanya mengenai keahlian dalam bidang studi
tertentu saja, tetapi cara mentransfer pengetahuan dan nilai. Seseorang bisa saja
cerdas dalam suatu ilmu, tetapi belum tentu mampu mendidik dan mengajarkan
ilmu tersebut.
Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki metode dan
pengetahuan dalam proses pendidikan kewirausahaan.
2.1.2
Pengertian Latar Belakang Keluarga
Keluarga adalah habitat pertama di mana anak manusia mengenal dunia,
dunia sekitarnya, dunia manusia, dunia kehidupan sosial (Tilaar, 2005:113).
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia tempat
ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan
interaksi dengan kelompoknya.
Di dalam keluarga seorang anak mengalami proses sosialisasi untuk
pertama kalinya, di mana dalam proses ini seorang anak diajarkan dan dikenalkan
berbagai nilai kehidupan yang sangat berguna dan menentukan bagi
perkembangan anak di masa depan. Suasana keluarga yang harmonis dan
menyenangkan akan mendorong anak untuk tumbuh dan berkembang.
Menurut Papadaki dan Chami dalam Gurbuz dan (2008:48), memiliki
orang tua berlatarbelakang wirausaha menjadi faktor penting dalam meningkatkan
minat berwirausaha anak karena orang tua mampu memberikan sistem
manajemen tentang bagaimana cara berwirausaha. Orang tua yang berpengalaman
dalam berwirausaha akan mendorong anaknya untuk ikut berwirausaha ataupun
meneruskan bisnis keluarga.
21
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wang dan Wong dalam Al-Harrasi (2014:2468) ada dua model
yang menjelaskan pengaruh keluarga terhadap minat berwirausaha. Pertama
adalah Parental Model. Model ini menyatakan orang tua yang berwirausaha akan
secara langsung mempengaruhi minat berwirausaha anak untuk memulai usaha.
Artinya, orang tua yang berlatarbelakang wirausahawan secara tidak langsung
akan memengaruhi anaknya untuk berwirausaha. Kedua adalah Family Support
Model. Model ini menyatakan bahwa keluarga akan memberikan dukungan, baik
secara moril, maupun secara materil, misalnya pemberian bantuan modal usaha.
Orang tua dalam model ini akan memberikan motivasi kepada anak untuk terus
berwirausaha dengan memberikan ilmu, modal usaha ataupun pengetahuan
tentang manfaat berwirausaha.
Dari uraian tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa indikator latar
belakang keluarga adalah sebagai berikut:
1. Perhatian orang tua
2. Dukungan dari orang tua
3. Komunikasi antar anggota keluarga
Wang dan Wong dalam Mahesa dan Rahardja (2012:3) menyebutkan
bahwa adanya pengaruh positif latar belakang pekerjaan orang tua terhadap minat
berwirausaha. Menurut Duchesnau et al. dalam Mahesa (2012:3), wirausaha yang
berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha,
karena memiliki banyak pengalaman yang luas dalam dunia usaha.
22
Universitas Sumatera Utara
2.1.3 Pengertian Wirausaha
Kata entrepreneur dan entrepreneurship dalam bahasa Inggris, menurut
Holt (1992), berasal dari bahasa Prancis yakni dari entreprende. The Concise
Oxford French Dictionary (1980) mengartikan entreprende sebagai to undertake
(menjalankan, melakukan, berusaha), to begin (memulai), to attempt (mencoba,
berusaha) (Hutagalung, 2008:1). Secara sederhana, wirausahawan adalah orang
yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan (Kasmir 2006:16).
Drucker menyatakan bahwa kewirausahaan lebih merujuk pada sifat,
watak dan ciri-ciri yang melekat pada seseorang yang melekat pada seseorang
yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan gagasan inovatif ke dalam
dunia usaha yang nyata dan dapat mengembangkannya dengan tangguh (Suryana,
2010:24).
Zimmerer mengartikan Kewirausahaan sebagai suatu proses penerapan
kreativitas dan inovasi dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang
untuk memperbaiki kehidupan (usaha) (Kasmir, 2006:17). Selain itu, Zimmerer
dalam Saiman (2009:44) juga merumuskan beberapa manfaat kewirausahaan,
yaitu:
1. Memberi peluang dan kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
2. Memberi peluang melakukan perubahan
3. Memberi peluang untuk mencapai potensi diri sepenuhnya
4. Memiliki peluang untuk meraih keuntungan seoptimal mungkin
5. Memiliki peluang untuk berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan
pengakuan atas usahanya
23
Universitas Sumatera Utara
6. Memiliki peluang untuk melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan
rasa senang dalam mengerjakannya.
Menurut Sunaryo dalam Bambang (2013:2) Kewirausahaan adalah
menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber
melalui cara-cara baru dan berbeda untuk memenangkan persaingan. Nilai tambah
tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi dan ilmu
pengetahuan menghasilkan barang dan jasa, sehingga lebih efisien, memperbaiki
produk dan jasa yang sudah ada dan menemukan cara untuk memberikan
kepuasan kepada konsumen.
Carnegie menyatakan bahwa wirausahawan adalah seorang inovator yang
mampu merevolusi kondisi yang tidak menguntukngkan menjadi menguntungkan
serta memanfaatkan teknologi untuk menggantikan cara lama dengan cara baru
untuk mengoperasikan bisnis (Sumarsono, 2009:2).
Menurut Hisrich dalam Kasmir (2006:19) Kewirausahaan adalah proses
dinamis atas penciptaan tambahan kekayaan. Kekayaan diciptakan oleh individu
yang berani mengambil risiko utama dengan syarat-syarat kewajaran, waktu dan
atau komitmen karier atau penyediaan nilai untuk berbagai barang dan jasa
Sementara Bustami dkk. dalam Kasmir (2006:20) mengartikan wirausaha
sebagai seseorang yang mencari perubahan, tapi meresponnya dalam sebuah cara
inovatif, menggunakannya sebagai peluang dan membuat inovasi menjadi bagian
yang dibutuhkan dalam kewirausahaan.
Setiap wirausaha memiliki fungsi-fungsi pokok. Beberapa fungsi pokok
wirausaha (Saiman, 2009:45) adalah sebagai berikut:
24
Universitas Sumatera Utara
1. Membuat keputusan-keputusan penting dan mengambil risiko tentang tujuan
dan sasaran perusahaan
2. Memutuskan tujuan dan sasaran perusahaan
3. Mentapkan bidang usaha dan pasar yang akan dilayani
4. Menghitung skala usaha yang diinginkan
5. Menetukan permodalan yang diinginkan (modal sendiri dan modal dari luar)
dengan komposisi yang menguntungkan
6. Memilih dan menetapkan kriteria pegawai/karyawan dan memotivasinya
7. Mengendalikan secara efektif dan efisien
8. Mencari dan menciptakan berbagai cara baru untuk mengolah menjadi barang
atau jasa yang baru dan menarik
9. Memasarkan barang dan jasa untuk memuaskan pelanggan dan meraih
keuntungan maksimal.
Jiwa Kewirausahaan adalah karakter positif yang tidak hanya membentuk
pengusaha, tetapi juga mendukung keberhasilan profesi lainnya (Jufri, 2014:12).
Jiwa wirausaha muncul pada diri seseorang ketika seseorang mempunyai sikap:
(Purnomo, 2013:2):
1. Percaya diri
Seseorang yang memiliki jiwa wirausaha merasa yakin bahwa tindakannya
benar dan akan berhasil meskipun menghadapi banyak tantangan.
2. Berinisiatif
Kehidupan yang dinamis penuh dengan perubahan dan persoalan sehingga
diperlukan solusi untuk memecahkannya. Seorang wirausaha akan selalu mencari
solusi itu sebagai jalan keluarnya.
25
Universitas Sumatera Utara
3. Memiliki jiwa kepemimpinan
Sikap malu yang berlebihan, takut salah dan merasa rendah diri adalah sifatsifat yang harus ditinggalkan dan dibuang jika ingin sukses dalam berwirausaha.
4. Suka tantangan
Kejenuhan yang muncul terhadap aktivitas yang konstan membuat keinginan
untuk merasakan kehidupan yang dinamis. Hal ini menjadi salah satu tantangan
wirausaha dalam menjalankan usahnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disumpulkan bahwa
wirausaha adalah seseorang yang memiliki sikap, karakter, kreativitas dan inovasi
untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda yang mampu memecahkan
suatu permasalahan dan menciptakan peluang.
2.1.4
Pengertian Minat
Minat dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan perhatian
pada suatu hal. Minat mengindikasikan apa yang diinginkan atau dilakukan orang
atau apa yang mereka senangi. Seseorang yang berminat pada suatu hal, maka
segala tindakan atau apa yang dilakukan akan mengarahkannya pada minatnya
tersebut (Aprilianty, 2012:312). Minat merupakan salah satu hal yang ikut
menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik studi, kerja dan
kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan
perhatian terhadap bidang tertentu.
Menurut Fuadi, dalam Putra (2012:3) minat berwirausaha adalah
keinginan, ketertarikan, serta kesediaan untuk bekerja keras atau berkemauan
keras untuk berusaha secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
26
Universitas Sumatera Utara
tanpa merasa takut dengan resiko yang akan terjadi, serta berkemauan keras untuk
belajar dari kegagalan.
Faktor-faktor yang memengaruhi minat berwirausaha menurut Stewart et
al., dalam Kortanti (2013:2) adalah:
1. Faktor Internal
Artinya minat berasal dari dalam diri wirausahawan, yaitu dapat berupa sifatsifat personal, sikap, kemauan dan kemampuan individu tersebut untuk
berwirausaha.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal berasal dari luar diri pelaku wirausaha yang dapat berupa
unsur dari lingkungan sekitar seperti lingkungan keluarga, lingkungan dunia
usaha, lingkungan fisik, lingkungan sosial ekonomi dan lain-lain
Sementara itu, menurut Alma, dalam Putra (2012:3) menyatakan terdapat
tiga faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha, yaitu:
1. Personal
Berkaitan dengan aspek-aspek kepribadian seseorang. Seorang wirausaha
adalah seseorang yang yang memilki keinginan berprestasi yang sangat tinggi
dibandingkan orang yang tidak berwirausaha.
2. Sociological
Berkaitan dengan hubungan dengan keluarga dan hubungan sosial lainya.
Hubungan keluarga dapat dilihat dari orang tua, pekerjaan, dan status sosial.
Faktor sosial yang berpengaruh terhadap minat berwirausaha ialah masalah
tanggung jawab terhadap keluarga. Selain itu orang tua yang memiliki usaha
sendiri anaknya akan cenderung menjadi wirausaha juga.
27
Universitas Sumatera Utara
3. Environmental
Berkaitan dengan hubungan antar lingkungan. Faktor yang berasal dari
lingkungan diantaranya adalah model peran, peluang, aktivitas, selain itu
dipengaruhi juga oleh pesaing, sumber daya, dan kebijakan pemerintah.
Minat berwirausaha seseorang dapat dilihat dari tiga indikator utama
(Hattab, 2014:5) yaitu:
1. Personal Attitude (Sikap pribadi)
Sikap pribadi merupakan keyakinan individu akan hasil dari suatu perilaku.
Sikap terhadap perilaku dipengaruhi oleh keyakinan bahwa perilaku tersebut akan
membawa kepada hasil yang diinginkan atau tidak diinginkan. Individu yang
memiliki keyakinan yang positif terhadap suatu perilaku akan memiliki
kecenderungan untuk melakukan tindakan tersebut.
2. Subjective Norms (Norma-norma subjektif)
Keyakinan atau persepsi seseorang mengenai pengaruh sosial atau harapan
orang-orang di sekitarnya mengenai apa yang harus dan tidak harus dilakukan.
Apabila individu meyakini apa yang menjadi norma kelompok sosialnya, maka ia
akan mematuhi dan membentuk perilaku yang sesuai dengan kelompoknya.
3. Perceived behavioural control (Kontrol perilaku yang dirasakan)
Kontrol perilaku merupakan keyakinan tentang ada atau tidaknya faktor faktor
yang menghalangi perilaku individu. Dengan kata lain, kontrol perilaku
merupakan keyakinan mengenai keberadaan hal-hal yang mampu mendukung
ataupun menghambat perilakunya tersebut. Kontrol perilaku ini sangat penting
ketika rasa percaya diri seseorang sedang berada dalam kondisi lemah.
28
Universitas Sumatera Utara
2.2
Penelitian Terdahulu
Secara ringkas, hasil penelitian terdahulu terangkum di dalam Tabel 2.1
berikut:
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
1
Peneliti
(Tahun
Penelitian)
Rosmiati,
Donny
Teguh
Santosa
Junias dan
Munawar
(2015)
2
Hala W.
Hattab
(2014)
3
Abir S. AlHarrasi
(2014)
4
Aditya Dion
Mahesa dan
Edy
Rahardja
(2012)
Variabel
Penelitian
Metode
Analisis
Hasil
Penelitian
Sikap, Motivasi
dan Minat
Berwirausaha
Mahasiswa
Dependen :
Minat
Berwirausaha
Independen :
1.Sikap
2.Motivasi
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Impact of
Entrepreneurship
Education on
Entrepreneurial
Intentions of
University
Students in Egypt
Factors Impacting
Entrepreneurial
Intention: A
Literature Review
Dependen :
Minat
Berwirausaha
Independen :
Pendidikan
Kewirausahaan
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Sikap dan
motivasi
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap minat
mahasiswa
berwirausaha.
Pendidikan
Kewirausahaan
Berpengaruh
Positif
terhadap Minat
Berwirausaha
Dependen:
Minat
Berwirausaha
Independen:
1.Karakter
2.Motivasi
3.Latar
Belakang
Keluarga
Dependen :
Minat
Berwirausaha
Independen :
1.Toleransi akan
Risiko
2. Keberhasilan
diri
3. Kebebasan
dalam bekerja
Analisis
Deskriptif
Karakter,
Motivasi dan
Latar Belakang
Keluarga
Berpengaruh
terhadap
minat
berwirausaha
Regresi
Linier
Berganda
Toleransi akan
resiko,
keberhasilan diri
dalam, dan
keinginan untuk
bebas bekerja
memiliki
pengaruh positif
terhadap minat
berwirausaha
Judul Penelitian
Analisis FaktorFaktor Motivasi
yang
Mempengaruhi
Minat
Berwirausaha
29
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.1
No
5
2.3
Peneliti
(Tahun
Penelitian)
Eka
Aprilianty
(2012)
Judul Penelitian
Pengaruh
Kepribadian
Wirausaha,
Pengetahuan
Kewirausahaan
dan Lingkungan
Terhadap Minat
Berwirausaha
SMK
Variabel
Penelitian
Dependen :
Minat
Berrwirausaha
Independen :
1.Kepribadian
2.Pengetahuan
3.Lingkungan
Metode
Analisis
Analisis
Regresi
Linear
Berganda
Hasil
Penelitian
Kepribadian,
pengetahuan,
dan
lingkungan
keluarga
berpengaruh
positif terhadap
minat
berwirausaha.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan penelitian Purnomo menyatakan bahwa variabel pendidikan
kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha.
Semakin baik pendidikan wirausaha yang diberikan, maka semakin tinggi pula
minat berwirausaha siswa (Purnomo, 2013:6)
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Lestari menyatakan bahwa
pendidikan
kewirausahaan
dapat
meningkatkan
ilmu
pengetahuan,
mengembangan keterampilan, membentuk pola pikir, sikap, dan perilaku, serta
memotivasi
seseorang untuk
berwirausaha
(Lestari,
2012:113).
Melalui
pendidikan kewirausahaan, seorang siswa akan mendapatkan pengetahuan
mengenai manfaat berwirausaha bagi dirinya dan lingkungan sekitarnya,
membangun sikap dan mental wirausaha, meningkatkan keterampilan dan
membangun relasi dengan orang-orang baru. Hal ini berarti pendidikan
kewirausahaan berpengaruh secara positif terhadap minat berwirausaha sehingga
mengarahkan mereka untuk memilih berwirausaha sebagai pilihan karir.
Wang dan Wong dalam Mahesa (2012:3) menyebutkan bahwa adanya
pengaruh positif latar belakang pekerjaan orang tua terhadap minat berwirausaha.
30
Universitas Sumatera Utara
Menurut Duchesnau et al., dalam Mahesa dan Rahardja (2012:3), wirausaha yang
berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang juga wirausaha,
karena memiliki banyak pengalaman yang luas dalam dunia usaha. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Suharti & Sirine (2011) menyatakan bahwa latar
belakang keluarga berpengaruh signifikan terhadap minat berwirausaha
siswa/mahasiswa. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa latar
belakang
keluarga
berpengaruh
terhadap
minat
siswa
untuk
menjadi
wirausahawan.
Berdasarkan teori di atas maka dapat dibuat kerangka konseptual yang
ditunjukkan pada gambar 2.1 sebagai berikut
PENDIDIKAN
KEWIRAUSAHAAN
( X1 )
MINAT
BERWIRAUSAHA
(Y)
LATAR BELAKANG
KELUARGA
( X2 )
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
Hipotesis
2.4
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka
hipotesis penelitian yang dikemukakan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
-
Pendidikan kewirausahaan dan latar belakang keluarga berpengaruh
terhadap minat berwirausaha siswa SMK IT Marinah Al-Hidayah Medan.
31
Universitas Sumatera Utara
Download