Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 14, No.1 – Maret 2010 (ISSN : 1410-7031) 17 UJI AKTIVITAS IMUNOMODULATOR KASUMBA TURATE (Carthamus tinctorius LINN) SEBAGAI UPAYA PEMBUATAN SEDIAAN TERSTANDAR MENUJU PROTOTIPE SKALA INDUSTRI KECIL Usmar 1, Rahmawati Syukur 1, Rosany Tayeb 1, dan Nurlaila Abdullah 2 1 Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin, Makassar 2 Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar ABSTRAK Kekebalan tubuh adalah resistensi terhadap penyakit terutama penyakit infeksi. Gabungan sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut sistem imun dan reaksi yang dikoordinasi sel-sel dan molekul-molekul terhadap mikroba dan bahan lainnya disebut respon imun. Sistem imun diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai bahan dalam lingkungan hidupnya. Aktifitas system imun dapat menurun karena berbagai factor diantaranya karena usia atau penyakit. Adanya senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan aktivitas sistem imun sangat membantu untuk mengatasi penurunan sistem imun. Ada dua golongan imunostimulan, yaitu imunostimulan biologi dan imunostimulan sintetik. Contoh imunostimulan biologi antara lain adalah hormon timus, limfokin, interferon, antibodi monoklonal, jamur dan tumbuhan. Bahan imunostimulan yang berasal dari tumbuhan dapat diisolasi dari pegagan, mahkota dewa, daun dewa, daun dewa, sambiloto, jahe, mengkudu, meniran. Contoh imunostimulan sintetik antara lain levamisol, isoprinosin serta muramil peptidase. Fagositosis merupakan respon awal pertahanan tubuh pada saat terjadi penyakit (seperti campak) dan yang berperan dalam hal ini adalah sistem retikuloendotelial (monosit dan makrofag). Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh, maka akan dilakukan standarisasi herbal dan uji aktifitas imunomodulator pada seduhan bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn) sesuai dengan cara penggunaan yang dilakukan secara empirik. Untuk menuju penciptaan prototipe industri skala industri kecil sediaan imunomodulator kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn) agar dapat diproduksi dan digunakan oleh masyarakat. Kata kunci : imunomodulator, kasumba turate, sediaan terstandar PENDAHULUAN Kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn) merupakan tumbuhan obat tradisional yang secara empiris digunakan masyarakat Sulawesi Selatan untuk pengobatan campak. Campak disebabkan oleh virus morbili. Masa inkubasi asimptomatik penyakit campak adalah 7 sampai 12 hari sebelum penyakit muncul. Penyakit ini sangat menular. Penyakit aktif ditandai oleh gejala-gejala awal (prodormal) yang diikuti oleh ruam. Gejala prodormal mencakup demam tinggi, batuk menyalak, pilek, dan pembesar- an kelenjar getah bening. Infeksi aktif ditandai oleh bercak koplik (yaitu titik putih yang dikelilingi oleh cincin kemerahan) di mukosa pipi (bukal) dan ruam makulopapular disertai eritema pada sekitar hari ketiga atau keempat. Ruam berawal di wajah, menyebar ke badan dan akhirnya ekstremitas. Ruam biasanya menetap sekitar empat hari (1). Imunoglobulin adalah molekul dalam serum yang mampu menetralkan sejumlah mikroorganisme penyebab infeksi. Molekul ini dibentuk oleh sel B dalam dua bentuk yang berbeda Universitas Hasanuddin, Makassar yaitu sebagai reseptor permukaan untuk antigen dan sebagai antibodi yang disekresikan ke dalam cairan ekstraseluler. Injeksi suatu substansi asing ke dalam tubuh hewan yang mampu membuat respon imun akan menghasilkan antibodi spesifik yang muncul dalam serum setelah berlangsung beberapa waktu. Imunogen akan menyebabkan pengiriman sinyal pada sel-sel yang bertugas membuat antibodi. Mahkota bunga kasumba turate yang diseduh dengan air panas telah digunakan secara empiris untuk pengobatan campak. Penelitian dengan ekstrak etanol dari kasumba turate memberikan peningkatan aktivitas imunoglobulin G (IgG) dan aktivitas imunoglobulin A (IgA) memberikan peningkatan yang sangat signifikan. Bunga yang kering juga digunakan sebagai emenagoga, laksans dan stimulan (3). Selain itu, minyak bijinya (safflower seed oil) digunakan sebagai campuran bahan kosmetik. Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dilakukan uji aktivitas imunomodulator ekstrak air bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn) sesuai dengan cara penggunaannya di masyarakat, untuk menunjang pengembangan formula sediaan dengan konsentrasi dan dosis zat berkhasiat terukur, bermutu tinggi dan memberikan efek aktivitas yang diharapkan, sehingga dapat dijadikan sediaan herbal imunostimulan dari bahan alami dan menunjang pengembangan sediaan fitofarmaka di Indonesia. METODE PENELITIAN Alat Yang Digunakan Spektrofotometer UV-Vis, alat pengering beku (Heto), sentrifus, mikroskop, timbangan mencit, timbangan analitik, vorteks, alat suntik steril 1 dan 5 mL, mikropipet, tip dan tabung Eppendrof, autoklaf, lempeng sumur mikro berdasar V, inkubator kocok, sentrifus Eppendorf, oven, alat bedah, dan alat-alat gelas yang digunakan di laboratorium farmakologi. 18 Penyiapan Bahan Penelitian Bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius Linn.) yang diperoleh dari Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, diseduh dengan air mendidih dengan dua macam suhu, masingmasing 60C dan 90C Uji Aktivitas Fagositosis Pada Mencit Normal Mencit dikelompokkan secara acak sebanyak 7 ekor per kelompok. Masing-masing kelompok diberi air suling, prednison (2 mg/kgBB), ekstrak air mahkota bunga kasumba turate 0,1 % b/v, 0,2 % b/v dan 0,4 % b/v dengan volume 1 ml/30 g bobot badan mencit secara oral selama 7 hari berturut-turut. Pada hari ke-8, mencit diimunisasi dengan suspensi koloidal karbon secara intravena dengan volume 0,2 ml/ekor. Sebelum pemberian dan menit ke 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 setelah pemberian suspensi karbon, darah mencit diambil 0,1 ml melalui vena ekor dan ditampung dalam tabung berisi 2,5 ml larutan natrium karbonat 0,1 M. Uji Aktivitas Fagositosis Pada Mencit yang Dilemahkan Sistem Imunnya Tiap mencit diberi suspensi prednison dalam gom arab 2% b/v secara oral setiap hari selama 7 hari berturut-turut. Uji selanjutnya dilakukan seperti pada uji fagositik terhadap mencit normal. Uji Aktivitas Fagositosis Pada Mencit yang diberi kombinasi ekstrak uji dan imunosupresan Tiap mencit diberi metilprednison (25 mg/kgBB) secara subkutan dan ekstrak uji secara oral selama 7 hari berturut-turut. Pada hari ke-8, mencit diimunisasi dengan suspensi koloidal karbon secara intravena dengan volume 0,2 ml/ekor. Prosedur selanjutnya dilakukan seperti pada uji fagositik terhadap mencit normal. Uji Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) Mencit dikelompokkan secara acak sebanyak 7 ekor per kelompok. Tiap mencit disuntik dengan suspensi sel darah merah domba (SDMD) 2%. Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 14, No.1 – Maret 2010 (ISSN : 1410-7031) Berdasarkan kelompoknya, mencit diberi air suling, ekstrak air mahkota bunga kasumba turate 0,1 %, 0,2 % dan 0,4 % dengan volume 1 ml/30 g bobot badan mencit secara oral selama 5 hari berturut-turut. Pada hari ke-6 dan hari ke-10 setelah pemberian SDMD, darah diambil secara intrakardial, kemudian serumnya dipisahkan dengan sentrifus. Titer antibodi ditentukan dengan metode hemaglutinasi menggunakan lempeng sumur mikro berdasar huruf V. Hemaglutinasi yang terbentuk menyatakan titer antibodi. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Aktivitas Fagositosis Aktivitas fagositosis diuji pada hewan normal maupun hewan yang telah dilemahkan sistem imunnya. Indeks fagositosis dinilai berdasarkan bersihan karbonnya. Dari hasil tersebut terlihat bahwa seduhan bunga kasumba turate memiliki potensi sebagai imunostimulan. Tabel 1. Nilai indeks fagositik uji bersihan karbon pada mencit normal Kelompok Uji 130 260 520 130 Seduhan 260 o 90 C 520 Prednison Seduhan 60oC Potensi imunostimulan (berdasarkan kriteria Wagner) Kuat Kuat Sedang Kuat Sedang Kuat Imunosupresan Dosis Indeks (mg/kg fagositik BB) (k) 1,66 1,51 1,29 1,78 1,42 1,49 0,82 Tabel 2. Nilai indeks fagositik uji bersihan karbon pada mencit yang dilemahkan sistem imunnya Kelompok Uji Seduhan 60oC Seduhan 90oC Dosis (mg/kg BB) 130 260 520 130 260 520 Indeks fagositik (k) k* k** 1,40 1,33 1,21 1,48 1,35 1,29 1,29 1,24 1,18 1,35 1,21 1,14 19 Keterangan : k* = k yang dihitung terhadap H7 (hari kedelapan setelah 7 hari pemberian metil prednison); k** = k yang dihitung terhadap H14 (hari ke-7 setelah pemberian metilprednisolon dihentikan) Tabel 3. Nilai indeks fagositik uji bersihan karbon pada mencit yang diberi kombinasi ekstrak uji dan imunosupresan Dosis Indeks Kelompok Uji (mg/kg fagositik (k) BB) 130 1,49 Seduhan 260 1,12 60oC 520 1,27 130 1,56 Seduhan 260 1,31 o 90 C 520 1,24 Uji Aktivitas Imunoglobulin M (IgM) dan Imunoglobulin G (IgG) Seduhan mahkota bunga kasumba turate memperlihatkan efek meningkatkan aktivitas kedua jenis antibodi, yaitu imunoglobulin M (IgM) dan imunoglobuli G (IgG). Hal ini menunjukkan bahwa simplisia ini memiliki potensi meningkatkan daya imunitas yang terbukti setelah digunakan secara empiris oleh masyarakat. Hasil penelitian ini memungkinkan untuk menjadikan bunga kasumba turate sebagai sediaan terstandar untuk dibuat suatu sediaan yang dapat digunakan secara siap saji. KESIMPULAN Bunga kasumba turate (Carthamus tinctorius LINN) merupakan simplisia yang dapat meningkatkan aktivitas sistem imun. Untuk efektivitas penggunaannya, dilakukan upaya pembuatan sediaan yang dapat digunakan secara instan, untuk pengembangan formula sediaan dengan konsentrasi dan dosis zat berkhasiat terukur, bermutu tinggi dan memberikan efek aktivitas yang diharapkan, sehingga dapat dijadikan sediaan imunostimulan dari bahan alami dan menunjang pengembangan sediaan fitofarmaka di Indonesia. Universitas Hasanuddin, Makassar DAFTAR PUSTAKA 1. Corwin, EJ. 1997. Buku Saku Patofisiologi. Diterjemahkan oleh Brahm U. Pendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2. World Health Organization, 2002. Health Technology and Pharmaceuticals : Immunization and Vaccines Development 2. www.who. or.id/eng/ourworks. Diakses 21 Februari 2007 3. Sastroamidjojo, AS. 1997. Obat Asli Indonesia. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta. 4. Baratawidjaja, KG. 2004. Imunologi Dasar. Edisi VI. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1 5. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Gajah Madah University Press. Yogyakarta. 6. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. 1979. Materia Medika Indonesia. Jilid III. Departemen Kesehatan RI. Jakarta 20 7. Van de Vosen, HAM. and Umali, BE. 2001. Plant resources of South-East Asia : Vegetables, Oils and Fats. Volume 14. Backhuys Publishers. Leiden. 70-72 8. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. 1986. Sediaan Galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 9. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. 1995. Farmakope Indonesia. ed.4. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 9 10. Clancy, J, 2000. Basic Concepts in Immunology. The Mc-Graw Hill Company, Singapore. 11. Kimbal, J.W. 1986. Introduction to Immunology. 2th ed. Macmillan Publishing Company. New York. 157-158, 369-370 12. Ganiswarna, S. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 707,710