Evaluasi Nilai Regulasi Tegangan Distribusi pada PLTMH Desa Ulu Wai Kabupaten Tana Toraja 1 A. M. Shiddiq Yunus1,2), Sultan1), dan Rista Nurlita1) Jurusan Teknik Mesin, Prodi Teknik Pembangkit Energi, Politeknik Negeri Ujung Pandang email: [email protected] 2 Pusat Penelitian Energi Terbarukan dan Aplikasi Jaringan Listrik Cerdas, PNUP email: [email protected] Abstract Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk mengetahui besar regulasi tegangan yang terjadi pada proses pendistribusian energi listrik dari PLTMH di Desa Ulu Wai Kabupaten Tana Toraja. Hasil penelitian menunjukan bahwa PLTMH Desa Ulu Wai Kabupaten Tana Toraja dalam proses pendistribusian energi listriknya terjadi penurunan tegangan yang cukup besar. Hal dapat dilihat dari perhitungan besarnya regulasi tegangan yang terjadi di rumah pertama dan tengah dan yang paling besar pada jalur konsumen 3, sedangkan pada rumah terakhir regulasi tegangan paling besar terjadi pada jalur konsumen 2. Hal ini disebabkan jarak rumah terakhir pada jalur konsumen 2 dari rumah pembangkit terlalu jauh yaitu ± 3 km sehingga sangat mungkin terjadi penurunan tegangan yang signifikan. Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan bahwa hanya satu jalur yang memenuhi standar jatuh tegangan PLN sebesar 5% yakni pada jalur 1 dan rumah pertama. Keywords: PLTMH, Pembangkitan, Penyaluran Daya, dan Regulasi Tegangan I. PENDAHULUAN Desa Ulu Wai Dusun Roni Kabupaten Tana Toraja adalah salah satu dari sekian banyak desa yang mempunyai sumber air yang cukup potensial untuk bisa dikembangkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Hal ini dapat dilihat dari kapasitas air yang mengalir dan tinggi jatuh air atau head air di desa tersebut. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Desa Ulu Wai Dusun Roni Kabupaten Tana Toraja merupakan PLTMH yang pengelolaannya dilakukan secara lansung oleh masyarakat. Lokasi PLTMH ini dapat dilihat pada gambar 1. PLTMH ini menggunakan turbin jenis crossflow dengan daya terpasang 25 kW. PLTMH ini melayani 121 rumah dan beroperasi selama 24 jam. Namun dalam operasionalnya terdapat kendala, seperti tegangan yang sampai ke konsumen sangat rendah. Rendahnya tegangan yang sampai di konsumen berdampak pada peralatan listrik yang di pakai. Dari segi penyaluran daya ke konsumen juga masih belum sesuai standar karena masih ada tiang pendistribusiannya yang menggunakan kayu atau bambu. Sehingga perlu diadakan studi tentang sistem penyaluran daya dan rugi-rugi tegangan. Berdasarkan alur pemikiran di atas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Evaluasi Nilai Regulasi Tegangan pada Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro Desa Ulu Wai Kabupaten Tana Toraja. Gambar 1. Lokasi PLTMH di Desa Ulu Wai Dusun Roni Kabupaten Tana Toraja [1] II. KAJIAN LITERATUR , TEORI ATAU PEGEMBANGAN HIPOTESIS Keterbatasan tenaga listrik merupakan salah satu permasalahan energi yang paling mendasar di Indonesia. Ketersediaan pembangkit listrik masih sangat kurang. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya daerah yang belum teraliri listrik. Di Indoensia rasio kelistrikan (electrification ratio) masih berada dikisaran 84,35% [2], Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sekitar 15, 65% rumah tangga yang belum menikmati listrik di Indonesia. Secara khusus Sulawesi Selatan termasuk masih rendah rasio elektrifikasinya yakni sekitar 82% di tahun 2014 sehingga masih ada sekitar 18% penduduk Silawesi Selatan yang belum terhubung dengan jaringan listrik [3], Daerah yang belum tersentuh jaringan listrik ini umumnya berada di daerah terpencil yang secara ekonomi kurang menguntungkan jika memasang jaringan listrik di dearah-daerah tersebut. Maka dari itu, perlu diadakan teknologi pembangkit listrik yang dapat menjangkau tempat terpencil seperti di Desa Ulu Wai Kabupaten Tanah Toraja yang ramah lingkungan dan harganya terjangkau. Indonesia dialiri oleh banyak sungai dan belum dimanfaatkan secara optimal. Lokasi sungai-sungai ini juga kebanyakan terletak di desa-desa dan dareah terpencil. Kapasitas tenaga air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi listrik adalah sekitar 2,95 GW [4]. Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro merupakan pembangkit listrik tenaga air yang dayanya kurang dari 100 kW. Pembangkitan tenaga air adalah suatu bentuk perubahan tenaga dari tenaga air degan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. PLTMH adalah instrument yang tepat untuk memanfaatkan sungai-sungai di daerah yang belum dialiri listrik. PLTMH pada prinsipnya memanfaatkan beda ketinggian dan jumlah air yang jatuh (debit) perdetik yang ada pada saluran air terjun. Energi ini selanjutnya menggerakkan turbin, kemudian turbin kita hubungkan dengan generator untuk menghasilkan listrik. Selanjutnya listrik yang dihasilkan oleh generator ini dialirkan ke rumah-rumah dengan memasang pengaman (sekring) atau mcb. Yang perlu diperhatikan dalam merancang sebuah PLTMH adalah menyesuaikan antara debit air yang tersedia dengan besarnya generator yang digunakan. Adapun daya yang dihasilkan dapat dihitung berdasarkan rumus: Ph= ρ x g x Q x h (watt)…………..…. (1) Pg= V x I x Cos (watt).......................(2) Keterangan: P= Daya teoritis (watt) g= Gaya grafitasi (m/s2) Q= Debit air (m3/detik) h= Tinggi terjun air (m) ρ= massa jenis air (kg/m3) Untuk menentukan efisiensi aktual sistem turbin air PLTMH dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: ηsistem = x 100 %..............................(3) Sedangkan regulasi tegangan dapat diperoleh dengan menggunakan persamaan: Vreg= × 100 % ……………..….(4) Keterangan: Vs= Tegangan ujung pengirim (volt) Vr= Tegangan ujung penerima (volt) III. METODE PENELITIAN Objek penelitian ini adalah Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang ada di Desa Ulu Wai Kabupaten Tana Toraja. Prosedur Penelitian Adapun prosedur penelitian ini dapat digambarkan seperti yang ditunjukkan pada diagram alir berikut ini: Mulai Observasi dan Studi Literatur Persiapan Alat Ukur Pengambilan Data Analisis Data Tidak Hasil sesuai? Ya Pembuatan Laporan/Karya ilmiah Selesai Gambar 2. Diagram alir kegiatan penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Menghitung regulasi/rugi tegangan Apabila ditinjau dari segi penyaluran energi listrik, pembangkit ini hanya mampu menyalurkan energi listrik ke 121 rumah penduduk dan 5 rumah ibadah dengan jarak terjauh ±3 km (Gambar 3) dan dalam setiap bulannya PLTMH ini tidak pernah mengalami pemadaman. Akan tetapi pada penyaluran ini terjadi regulasi tegangan yakni semakin jauh jarak rumah dari pusat pembangkit, maka semakin kecil tegangan listrik yang masuk pada rumah itu. Berikut data dan hasil penelitian: Tabel 1. Data hasil pengukuran Jalur 1 Jalur 2 Jalur 3 Posisi rumah Rumah Awal Rumah Tengah Rumah Akhir V I V I V I 209 0,27 204 0,13 201 213 0,62 206 0,70 217 1,04 208 195 0,30 193 Dari data tabel 1 pada jalur konsumen 1 diperoleh: Tegangan Generator : 220 Volt Tegangan Rumah Pertama : 209 Volt Tegangan Rumah Tengah : 193 Volt Tegangan Rumah Terakhir : 179 Volt Maka, rugi tegangan di jalur 1 yaitu: Rugi tegangan jalur 1 rumah pertama (ΔV1) = 220 Volt – 209 Volt = 11 Volt Rugi tegangan jalur 1 rumah tengah (ΔV1) = 220 Volt – 193 Volt = 27 Volt Rugi tegangan jalur 1 rumah terakhir (ΔV1) = 220 Volt – 179 Volt = 41 Volt Presentasi rugi tegangan/regulasi tegangan (%Vreg1) Vreg rumah pertama = x 100 % = 5% 0,72 Vreg rumah tengah = x 100 %=12,27% 204 0,44 Vreg rumah akhir = 0,12 198 0,45 189 0,40 187 0,61 1,01 190 0,37 185 0,49 193 0,46 188 0,21 181 0,15 184 0,44 157 0,12 165 0,25 183 0,33 159 0,27 167 0,18 179 0,20 160 0,18 162 0,32 Dari data tabel 1 pada jalur konsumen 2 diperoleh: Tegangan Generator : 220 Volt Tegangan Rumah Pertama : 204 Volt Tegangan Rumah Tengah : 188 Volt Tegangan Rumah Terakhir : 157 Volt Maka, rugi tegangan di jalur 2 yaitu: Rugi tegangan jalur 2 rumah pertama (ΔV2) = 220 Volt – 204 Volt = 16 Volt Rugi tegangan jalur 2 rumah tengah (ΔV2) = 220 Volt – 188 Volt = 32 Volt Rugi tegangan jalur 2 rumah terakhir (ΔV2) = 220 Volt – 157 Volt = 63 Volt Presentasi rugi tegangan/regulasi tegangan (% Vreg2) Vreg rumah pertama = Vreg rumah tengah = Vreg rumah akhir = Gambar 3. Deskripsi jalur sistem disribusi PLTMH Desa Desa Ulu Wai Dusun Roni Kabupaten Tana Toraja x 100 %=18,63% x 100 %= 7% x 100%=14,54% x 100 %=28,63 Dari data tabel 1 pada jalur konsumen 3 diperoleh: Tegangan Generator : 220 Volt Tegangan Rumah Pertama : 201Volt Tegangan Rumah Tengah : 181 Volt Tegangan Rumah Terakhir : 162 Volt Maka, rugi tegangan di jalur 3 yaitu: Rugi tengagan jalur 3 rumah pertama (ΔV3) = 220 Volt – 201 Volt = 19 Volt Rugi tengagan jalur 3 rumah tengah (ΔV3) = 220 Volt – 181 Volt = 39 Volt Rugi tengagan jalur 3 rumah terakhir (ΔV3) = 220 Volt – 162 Volt = 58 Volt Presentasi rugi tegangan/regulasi tegangan (% Vreg3) Vreg rumah pertama = Vreg rumah tengah = Vreg rumah akhir = %Vreg(Regulasi Tegangan) Jalur 1 x 100 %= 8,63% x 100 %= 17,72% x 100%=26,36% Jalur 2 VI. SARAN Dengan tingginya jatuh tegangan pada PLTMH di Desa Ulu Wai, Kabupaten Tanah Toraja, maka ada beberapa saran yang mungkin dapat dilaksanakan diantaranya: 1. Penggunaan trafo distribusi untuk meningkatkan tegangan agar dapat menjangkau penerima paling ujung dengan tegangan nominal, namun harga trafo distribusi termasuk masih cukup mahal dan tidak ekonomis untuk daerah dengan pendapatan rendah. 2. Pengusahaan untuk membuat PLTMH baru yang dapat mensuplai daerah tersebut, namun dibutuhkan tambahan biaya pengadaan PLTMH tersebut. Jalur 3 30 25 20 15 10 5 0 Rumah pertama 17,72% dan pada rumah terakhir terjadi pada jalur konsumen 2 yaitu 28,63 %. Rumah tengah Rumah terakhir Posisi Rumah UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih ditujukan kepada pengelola PLTMH Desa Ulu Wai Kabupaten Tana Toraja dan COSESGA (Center of Sustainable Energy and Smart Grid Application), Politeknik Negeri Ujung Pandang atas dukungan dalam penelitian awal evaluasi aspek teknikal dan ekeonomi dari PLTMH Desa Ulu Wai Kabupaten Tana Toraja. Grafik 4. Hubungan antara posisi letak rumah dengan % regulasi tegangan Jika mengikuti standar PLN No. 72 tahun 1987 untuk jatuh tegangan pada JTR yakni sebesar 5% [4], maka hanya jalur 1 dan rumah pertama saja yang memenuhi standar tersebut sehingga perlu dipertimbangkan rekonfigurasi jaringan atau penambahan PLTMH baru. V. KESIMPULAN Dari penelitian di atas dapat disimpulkan: 1. Umumnya nilai regulasi tegangan untuk jalur 1-3 pada rumah terakhir sangat tinggi dan tidak memenuhi standar PLN. Hanya pada jalur 1 dan rumah pertama saja yang memenuhi jatuh tegangan 5% yang disyaratkan PLN. 2. Regulasi tegangan paling besar pada rumah pertama dan tengah terjadi pada jalur konsumen 3 yaitu 8,63% dan [1] [2] [3] [4] [5] REFERENSI www.google.co.id/maps, diakses: 19 Mei 2015 www.katada.co.id, diakses: 19 Mei 2015 www.sulawesibisnis.com, diakses: 19 Mei 2015 www.esdm.go.id: diakses: 19 Mei 2015 M. Suartika dan I.W.A. Wijaya,”Rekonfigurasi Jaringan Tegangan Rendah (JTR) untuk Memperbaiki Drop Tegangan di Banjar Tulangnyuh Klungkung”, Jurnal Teknik Elektro, Vol.9, No. 2, Juli-Desember 2010.