MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA DUNIA (1) (Agama Mistik Timur) Nomor ini adalah nomor perdana dari Makalah Teologi–maya yang mengete­ ngahkan tema Keselamatan dalam Agama-Agama. Apa kata agama-agama mengenai keselamatan? Dan di dalam agama Kristen apa yang dikatakan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru mengenai Keselamatan manusia khususnya dalam hubungan dengan ‘Yesus Kristus’ yang adalah ‘Tuhan dan Juruselamat’ yang dipercaya oleh umat Kristen? Pada umumnya sesuai definisi Mircea Eliade, ‘Agama’ timbul karena adanya kesadaran manusia bahwa dibalik ‘alam nyata yang tidak kekal’ (Profane) ini ada ‘alam maya yang kekal’ (Sacred) dan bahwa ‘manusia dengan sesuatu cara dapat berhubungan dengan realita itu.’ Berdasarkan hal itu dapatlah digambar­ kan bahwa dua lingkaran ‘Sacred’ dan ‘Profane’ itu bertemu pada bidang yang disebut agama. Pada gambar di atas, ‘Sacred’ (digam­ barkan sebagai lingkaran di atas) ber­ MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 singgungan dengan ‘Profane’ (di­ gambarkan sebagai lingkaran di bawah) dalam apa yang disebut sebagai ‘Agama.’ ‘Sacred’ (de­ngan pusat lingkaran menunjuk pada [1] yang suci) menyatakan diri dalam bentuk segitiga terbalik (dengan puncak ke bawah) yang disebut [2] ‘penyataan/pengungkapan’ (hierophany) dimana kedua sudut di atasnya meng­ gambarkan [2.1] orang suci dan [2.2] tempat suci, sedangkan puncak di bawah menggambarkan [2.3] kitab suci yang dari dalam­ nya manusia dapat menggali pokok-pokok ajaran (dogma) dan pedoman tingkah laku (etika). Respons [3] manusia dan dunia (sebagai pusat lingkaran Profane) dapat digambarkan sebagai segiti­ ga yang disebut [4] ungkapan ber­ agama yang dinyatakan dengan www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) puncak segitiga yang menghadap ke atas sebagai [4.1] jalan keselamatan (penebusan) untuk menca­ pai yang suci itu, dan kedua sudut di alasnya yang menggambarkan [4.2] komunitas umat beragama dan [4.3] upacara dan etik-moral yang dilakukan demi keakraban komunitas tersebut. KESELAMATAN DALAM AGAMA HINDU Agama India kuno sudah terde­ teksi sejak sekitar tahun 3000-BC dan nama Hindu adalah nama India dalam ba­ hasa Persia, dan merupakan agama tradisi budaya yang berkaitan dengan tanah India yang disebut sebagai The Mother India yang lebih merupakan agama yang berorientasi kepada alam dan pertanian dan dapat dikatakan se­ bagai ‘percampuran sekte kultus, kebiasaan, ide-ide dan aspirasi’ yang beragam dan bervariasi di sekitar 700.000 desa. Dalam agama Hindu yang kuno ada yang percaya tentang apa yang disebut Tuhan ada yang tidak dan umumnya menjadikan kekuatan alam sebagai se­ sembahan (Manisme & Animisme) dan dengan adanya pengaruh bangsa Aria di Utara (ca. abad ke-XV-BC) yang menghasilkan bahasa Sansekerta berkembanglah dewa-dewi (po MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 litheisme) yang merupakan per­ sonifikasi kekuatan-kekuatan alam seperti Agni (dewi api), Indra (dewa langit/ perang) dan Varuna (dewa pengatur kosmis), dan memuncak dalam apa yang dise­ but sebagai Trimurti yaitu dewa Brahman, Shiva dan Wishnu dan para dewinya yaitu Saraswati, Lakhsmi dan Kali/Duga. Dewi Shakti adalah simbol kewani­ taan. Di samping dewa-dewi ini dikenal para perantara (avatar) seperti Rama dan Krishna. Para pe­nguasa/raja dianggap sebagai anak dewa. Krishna sering diper­ sonifikasikan sebagai binatang Sapi (kultus Mother Goddess). Dengan berkembangnya agama menjadi Pantheisme/Mistisisme (kebatinan) maka konsep dewadewi berkembang menjadi konsep Monisme mengenai keberadaan www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) zat yang ‘SATU’ (The One) yang disebut Brahman yang menda­ sari semua keberadaan dan ke­ beradaan zat yang satu itu dalam diri manusia sebagai Atman, dan bahwa adanya penyatuan zat manusia Atman dengan Brahman sebagai zat yang satu itu. Sekalipun semula tidak mempu­ nyai agama terstruktur dengan para imamnya kemudian timbullah golongan Rishi (orang-orang suci) dan Sadhu (orang suci pengelana/ asketik) yang dianggap menjadi perantara antara dewa-dewi de­ ngan manusia. Mereka memberi­ takan jalan hidup kekekalan yang disebut sanata dharma. Kemudian timbullah para Imam yang mem­ impin upa­cara suci di kuil-kuil dan memun­cak pada abad ke-VIII-BC. Pada abad ke-VI-V-BC timbullah pemberontakan akan agama imam dengan berkembangnya agama Upanishad (mistik) seperti Buddhisme dan Jainisme. Hinduisme mengalami kebangkitan kembali sekitar abad ke-III-BC sampai ADIII. Tempat-tempat yang dianggap suci yang terutama adalah sungai Gangga yang airnya dianggap se­ bagai lambang kehidupan dimana setiap hari orang melakukan mandi suci, demikian juga kota suci Varanashi di tepi sungai Gangga yang dianggap akhir kehidupan dimana yang mati dibakar dan abunya ditaburkan di sungai Gangga dan Alahabad ditepi per­ temuan sungai ini dengan sungai Yamuna dimana dalam 12 tahun sekali diadakan festival mandi suci. Agama Hindu kuno tidak memiliki kitab suci tetapi kemudi­ an bangsa Aria yang datang mem­ MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 bawa Agama Aria menghasilkan kitab Veda (Vid = pengetahuan) yang kemudian ada yang dinyan­ yikan (Rig Veda). Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) me/Mistisime berkembang menja­ di konsep Atman (pusat manusia) Mistik Upanishad Veda kemudian diakhiri de­ngan Vedanta (akhir Veda) dalam bentuk kitab Upanishad dimana berkembang konsep pantheisme/ mistisime mengenai hakekat mon­ isme Brahman - Atman. Pada ku­ run antara abad ke-III-BC sampai AD-III kebangkitan Hinduisme menghasilkan kitab-kitab Sutra yang merupakan perumusan pokok-pokok penting dari Veda dan Upanishad. Manusia dianggap sebagai mahluk bagian alam yang menjadi permainan para dewa-dewi dan kemudian dalam perkembangan agama Hindu menjadi Pantheis­ www.yabina.org yang sehakekat dengan Brahman (pusat alam semesta). baik upa­ cara agama atau jalan kebatinan ditujukan untuk menyatukan Atman dengan Brahman. Dalam mengungkapkan rasa keagamaan mereka, agama Hindu (Hinduisme) mengenal juga caracara melalui jalan keselamatan, komunitas umat, dan upacara & etik moral beragama yang sangat melekat dalam kehidupan sosial budaya masyarakat. Hinduisme mempercayai bahwa kehidupan di dunia merupakan perjalan ziarah yang panjang melalui jalan samsara yang miliaran tahun lamanya melalui siklus roda kehidupan (mandala) dan kelahiran kembali yang disebut sebagai reinkarnasi atau transmigrasi jiwa. Melalui jalan bhakti (devosi), jnana (penge­ tahuan), dan karma (perbuatan) manusia berusaha melepaskan diri dari siklus karmanya menuju kelepasan yang disebut moksa. Jalan ini juga biasa diisi dengan pertarakan (asketisme) dan peng­ gunaan mantra, dan kemudian setelah adanya Upanishad berkem­ banglah jalan Yoga (meditasi). Berbeda dengan agama Hindu yang menekankan jalan kesela­ MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 matan melalui upacara agama ritual dibimbing para Imam, dari Hinduisme yang bersumber tradisi Arya berkembang bentuk lain pengajaran rahasia yang berkem­ bang dikalangan guru-guru tradisi Veda dan ikut memberi bentuk baru pada Hinduisme. Ini kemu­ dian dikenal sebagai Upanishads (upa = dekat, ni = bawah, shad = duduk), karena mereka yang mempelajarinya duduk dibawah dekat guru mereka. Guru-guru itu tidak berurusan dengan para dewa atau korban ritual, mereka lebih tertarik untuk menemukan dasar alam semesta (ground of the uni­ verse), yaitu Realitas (Brahman) yang ada sebelum semuanya ada. Pada saat yang sama mereka ter­ tarik menggali hakekat kesadaran manusia. Mereka sampai kepada kesimpulan bahwa apa yang azasi www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) dari ‘aku perorangan’ (atman) tidak lain adalah realitas yang mendasari kosmos. Upanishad berkepentingan untuk mengatasi perasaan yang asali keberadaan manusia akan kekuat­ iran dan frustrasi. Mereka juga menyadari gejolak dan hidup yang bersifat sementara, tetapi mereka mencari esensi yang kekal bukan saja dari luar tetapi dari dalam diri mereka. Jalan keselamatan mereka adalah pengetahuan dan penglihatan rohani dan cara prak­ tis penyatuan aku (jiwa) atman ke Realitas Brahman ini dilakukan melalui Yoga. Pelaku Yoga biasa disebut yogi. Yoga merupakan salah satu jalan keselamatan dalam Hinduisme, yaitu cara un­ tuk mencapai Moksa atau Kele­ pasan. Yoga berarti usaha mend­ isiplin diri untuk ‘merealisasikan kehadiran Tuhan dalam diri,’ tetapi Yoga dapat juga berarti suatu ‘usaha mengatur kekuatan alam dan roh,’ dan juga sebagai usaha ‘penyatuan diri dengan zat ilahi.’ Ada berbagai jalan yang ditempuh dalam Yoga, yaitu (i) Bhakti Yoga dilakukan melalui cinta dan peng­ abdian; (ii) Karma Yoga dilaku­ kan dengan pengorbanan diri dan perbuatan baik; (iii) Jnana Yoga melalui ilmu pengetahuan untuk mengerti kebenaran hidup; (iv) Raja Yoga melalui meditasi mistik (kebatinan) untuk menemukan diri (self) manusia terdalam; dan (v) Hatha Yoga melalui gerak dan hidup (pernafasan). Posisi dan gerak tubuh tertentu dianggap se­ bagai jalan menuju kesempurnaan pula. MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Semua jalan itu ditujukan untuk menuju keadaan bersatunya roh diri manusia (Atman) dengan roh ilahi/roh semesta (Brahman) itu, atau persatuan mikro kosmos dengan sumbernya makro kos­ mos, yaitu persatuan jiwa manusia dengan jiwa alam sebagai kelepas­ an. Beberapa cara yang dilaku­ kan dalam Yoga adalah sebagai berikut: (i) Yama, yaitu penyang­ kalan diri; (ii) Niyama, yaitu tingkah laku moral; (iii) Asanas, yaitu sikap atau postur tubuh; (iv) Pranayama, yaitu pengaturan pernafasan; (v) Pratyahara, yaitu penguasaan indera; (vi) Dharana, yaitu pengaturan fikiran untuk dikonsentrasikan kepada obyek; (vii) Dhyana, yaitu meditasi dalam, dan (viii) Samadhi, yaitu pencapaian kesadaran jati diri tertinggi. www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) Bila ke-delapan jalan itu telah berhasil dicapai, maka tercapailah pencerahan/ kelepasan/keselamatan. Dalam praktek Yoga juga dilakukan pengucapan mantra (kata-kata suci/berkhasiat) OmRam, dan sasaran dari latihan Yoga adalah untuk membang­ kitkan Kundalini yaitu kekuatan ilahi yang sedang tidur dalam diri manusia yang berbentuk se­ perti ular, karena itu disebut juga sebagai Kekuatan Ular. Dalam Yoga dipercaya bahwa tubuh manusia dibungkus oleh sinar yang disebut sebagai Aura, dan tu­ buh manusia dianggap mempun­ yai 7 Chakra. Melalui latihan pos­ tur dan gerak, kekuatan Kundalini dapat dibangunkan dan naik ke otak untuk mencapai Samadhi dan Kebebasan, dan kemudian Yogi itu akan mendapatkan kekuatan batin dan hidup langgeng selama disu­ kainya. KESELAMATAN DALAM AGAMA BUDDHA Agama Buddha dapat dikatakan sebagai pembaruan agama Hindu dan Buddha artinya ‘mereka yang telah bangun.’ Buddhisme dirintis Siddharta Gautama, (la­ hir 563SM). Setelah mendirikan agama ia disebut sebagai Bud­ dha yaitu ‘seseorang yang telah mengalami pencerahan’ atau ‘telah bangun.’ Karena kehidupan mewah yang dialaminya tidak mendatangkan kepuasan, dan melihat penderitaan disekitarnya, ia kemudian meninggalkan istana rumahnya, dan keluarganya (isteri dan seorang anak) dan menjadi pengelana. Selama enam tahun ia berkelana mencari arti hidup dan MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) dengan penderitaan dan kepedihan dimana orang bijak harus melepaskan diri, dan jalan hikmat terletak pada penguasaan keinginan dan nafsu. berguru kepada pada orangorang suci. Sebelumnya dalam tiga perjalanannya ia menjumpai penderitaan dunia dalam tiga bentuk, yaitu (1) orang tua yang menderita; (2) orang cacat yang kesa­kitan; dan (3) pengantar jenazah menangis. Dalam perjalanan ke-empat ia bertemu dengan rahib Hindu yang bergembira sekali­ pun mengemis mencari makan, ini menyebabkan ia berpendapat bahwa kehidupan itu sia-sia. Diba­ wah dua guru Brahmana ia kemu­ dian mencari melalui jalan Yoga untuk menyatukan Atman dengan Brahman tetapi dianggap tidak membawa kepada pengetahuan. Sebagai orang yang dilahirkan dalam lingkungan agama Hindu, www.yabina.org sekalipun ia berontak terhadap praktek Hinduisme orthodox, ajarannya menerima beberapa pen­ gajaran Hindu seperti soal setiap mahluk hidup mengalami siklus kelahiran dan kematian yang tidak terhingga (reinkarnasi), ajaran tentang Karma (hukum pembalas­ an), hukum alam sebab dan akibat dimana yang baik hidupnya akan mendapat pahala dan yang tidak baik akan terhukum, bahwa dunia adalah tempat hidup yang penuh Sekalipun menerima pengajaran Hindu pada umumnya, ia menolak cara-cara yang digunakan dalam agama Hindu untuk menca­ pai tujuan itu yang penuh dengan usaha menyakiti diri (asketik / bertarak) yang dianggapnya se­ bagai tidak berguna dan sia-sia. Ia mempelopori ‘Jalan Tengah’ (middle way) yaitu diantara usaha menjalani kehidupan dengan cara ‘menyakiti diri’ dan ‘pemuasan nafsu diri’, suatu usaha meng­ hindari sikap ekstrim dengan cara yang tenang. Buddha juga menolak pembagian kasta India MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) tangkan solusi ia melakukan meditasi dibawah pohon Boddhi dan mencapai pencerahan dan Empat Kebenaran Mulia, dan sejak itu ia dinamakan ‘Buddha’ atau ‘yang telah dibangunkan dan mengalami pencerahan’ (the enlightened one). Kemudian bersama ke lima pengikutnya ia berkotbah pertama kali di Benares (Vanarasi). Ia ke­ mudian berkelana ke India bagian Utara sebagai rahib pengemis sambil mengajarkan ajarannya selama sekitar 45 tahun. dan memandang semua manusia setara dalam memiliki potensi spi­ ritual. Jalan Pencerahan Buddha kemudian pergi ke utara India dan dengan lima pengikut melakukan pertarakan (ascese). Karena jalan ini juga tidak menda­ www.yabina.org Di masa tua, ia mengalami sakit keras dan mengajarkan kepada para pengikutnya mengenai ‘ketidak tetapan’ atau ‘perubahan’ yang selalu dialami di dunia ini, dan meninggal di Kushinagara pada umur 80 tahun yang diper­ cayai sebagai telah kembali ke Nirvana yang dipercayai sebagai puncak dari segala sesuatu. Dalam agama Buddha, konsep tentang yang suci atau ketuhanan tidak ada, yang ada adalah kondisi Nirwana yaitu perhentian terak­ hir menuju ketiadaan. Agama Buddha memang dipersoalkan hakekatnya sebagai agama, sebab Buddhisme ini praktis didasar­ kan atas hal-hal yang rasional dan sekalipun juga bersifat transen­ dental, sangat sedikit sekali beru­ rusan dengan yang supranatural, dan konsep ketuhanan juga kabur sehingga dapatlah disebut bahwa Buddhisme adalah agama yang sebenarnya A-Theist (Tidak ber Tuhan dalam pengertian Tuhan Atheisme), namun untuk meng­ hindari kerancuan dan pengi­ dentikkan dengan A-Theisme Komunisme yang berkonotasi negatip ‘anti-Tuhan’ maka agama MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Buddha sering disebut sebagai berkeyakinan ‘Non-Theist.’ Tidak ada orang suci dalam agama Buddha, ia bukan Tuhan dan juga bukan perantara Tuhan, ia tidak dapat menjadi penebus. Yang lebih dipentingkan bukan orang suci tetapi jalan suci atau Dharma yaitu ide pengajaran yang sifatnya kekal dan tidak pernah berhenti. Semua orang harus menjadi Buddha dan dalam Theravada dianggap ada beberapa Buddha (mula-mula 6 dan kemudian 28) dimana Si­dharta Gautama adalah yang utama dan sedang dinantikan Buddha yang akan datang dalam diri Maitreya. Bagi aliran Ma­ hasanghikas diakui bahwa ada banyak sekali Buddha seperti banyaknya pasir di pantai. www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) Tidak ada tempat suci khusus bagi agama Buddha kecuali pohon Boddhi yang dianggap keramat, lainnya adalah kuil-kuil dan candicandi. Di Indonesia kita jumpai banyak candi yang dianggap tem­ pat suci untuk tempat bermeditasi seperti yang terkenal yaitu candi Borobudur. Ajaran Buddha dia­ jarkan dari mulut ke mulut dan di hafalkan, baru dikemudian hari ucapan-ucapan Buddha ditulis oleh para pengikutnya. 4 Kebenaran Mulia & 8 Jalan Mulia Buddha kemudian mengajarkan 4 Kebenaran Mulia, yaitu (1) Penderitaan adalah umum; (2) Penderitaan disebabkan keingi­ nan cinta diri; (3) cara mengatasi penderitaan adalah mengurangi keinginan; (4) Cara untuk menca­ pai pengurangan keinginan adalah dengan mengikuti jalan tengah, tehnik mana diuraikan dalam 8 Jalan Mulia, yaitu (1) Pengeta­ huan yang benar; (2) Keputusan yang benar; (3) Perkataan yang be­ nar; (4) Perbuatan yang benar; (5) Kehidupan yang benar; (6) Usaha yang benar; (7) Kesadaran yang benar; dan (8) Pengheningan cipta yang benar. Manusia dalam konsep Buddha adalah Micro Cosmos tetapi ber­ beda dengan Atman Hindu yang menyatu dalam Brahman semesta, manusia dalam Buddha adalah Atman yang berusaha melepaskan dirinya dari penjara tubuh menuju kepada An-Atman (ketiadaan At­ man), dan ini dicapai melalui usa­ ha meditasi menuju pencerahan. Tujuan hidup Buddha adalah usaha mendisiplinkan diri den­ MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 gan cara melakukan amal baik dan ketenangan batin. Jalan kese­ lamatan dalam Buddha adalah pencarian dalam mencapai penge­ tahuan menuju pencerahan itu. Dan tujuan pencerahan itu bukan menuju tempat tertentu (semacam surga) tetapi suatu keadaan yang disebut Nirwana, keadaan kele­ pasan menuju status ‘tiada’. Kondisi inilah yang disebut men­ jadi Buddha, dan tugas seorang Buddhis adalah mengajak orang lain untuk menjadi Buddha pula. Dharma sebagai hukum ke­ hidupan lahir dan mati memper­ cayai bahwa manusia mengalami karma yang baik bila hidup baik dan karma yang jelek bila hidup tidak baik melalui siklus hidup kembali yang disebut reinkarnasi. Berbeda dengan konsep Atman Hinduisme yang bersiklus hidup www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) secara tetap dan terus menerus tidak berkesudahan, dalam Bud­ dhisme siklus itu menuju kondisi perhentian akhir yang tiada yang disebut Nirwana (An-Atman) yang bisa dicapai dalam hidup ini melalui pencerahan, suatu kondisi perhentian dimana tidak ada lagi keinginan dan penderitaan. Monggolia, Korea dan Manchuria. Aliran Theravada mengacu pada kitab-kitab asli/kuno dan menekankan usaha pribadi dalam mencapai pencerahan, sedangkan aliran Mahayana menganggap bahwa keselamatan bukan untuk diri pribadi tetapi untuk semua orang. Setelah kematian Buddha timbul pertentangan tentang interpretasi ajaran-ajarannya dan timbul dua aliran utama yaitu aliran Theravada atau Hinayana (kendaraan kecil) yang bersifat konservatif yang menyebar ke selatan seperti Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, dan Srilangka, dan aliran Mahasanghikas atau Mahayana (kendaraan besar) yang bersifat liberal yang menyebar ke utara seperti Tibet, Nepal, Sikkim, Buthan, Vietnam, Cina, Jepang, Aliran Theravada tidak mempu­ nyai upacara kecuali bahwa semua orang harus menjadi bhiksu untuk memperoleh selamat sedangkan dalam aliran Mahayana semua orang adalah Buddha. Theravada lebih memurnikan ajarannya sedangkan Mahayana cenderung bersinkretisasi dengan agama lokal sehingga timbul banyak aliran dan upacara (Lamaisme di Tibet, Sam Kauw di Cina, Zen Buddhisme di Jepang dll.) 10 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Bagi seorang Buddhis yang baik yang memperoleh pencerahan, terbukalah Nirwana yaitu tujuan spiritual tertinggi. Nirwana adalah keberadaan tetap dari semua kead­ aan yang bersifat realitas puncak yang tidak berpribadi, atau bahwa seseorang telah berhenti dari siklus reinkarnasinya. Untuk mengem­ bangkan pengajaran di atas, Bud­ dha mengajarkan bentuk dasar kepercayaan mengenai ‘Aku’ (Self). Menurut Buddha, konsep Aku itu berlawanan dengan Atman Hindu yang merupakan bagian dari Brah­ man, zat semesta itu, karena itu Buddha menyebutnya An-Atman atau An-Atta. De­ngan konsep AnAttanya, Buddha dise­but sebagai pemberita yang termashyur ten­ tang ajaran ‘tidak ada aku’, kare­ nanya ia kemudian dijuluki sebagai ‘Anatta vadi’ yang berarti pem­ www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) berita tentang ajaran ketidak-berpribadian. Disini juga jelas tentang konsep ‘Jalan Te­ngah’ mengenai ‘Aku’ yaitu ia ‘bukan Atman tetapi menuju An-Atman/An-Atta.’ Sekalipun ada konsep meditasi dan semedi baik di agama Hindu maupun Buddha, keduanya ber­ beda. Bila dalam Hindu kedua disiplin itu digunakan untuk mengusahakan penyatuan Atman dengan Brahman, dalam Buddhis­ me, baik meditasi maupun samadi digunakan untuk usaha ‘menia­ dakan aku’ menuju ‘Nirwana’ yaitu pemadaman sempurna dari hawa nafsu menuju ‘ketia­daan Aku.’ Dibandingkan dengan aga­ ma Hindu dimana agama Buddha berasal jelas ada perbedaan kon­ sep tentang ‘aku’ dan secara nega­ tif orang dapat menentukan dua hal tentang hakekat nirwana itu. Jadi, dari terang kutipan-kutipan tersebut jelas bahwa yang dise­ but sebagai ‘Aku’ atau ‘An-Atta’ dalam Buddha bukanlah kekuatan Mikro-kosmos yang berpotensi kundalini atau prana tetapi suatu ‘ketidak-adaan’ sesuatu yang ‘nihil.’ Dan penyangkalan diri dan latihan meditasi maupun samadi disini ditujukan untuk menuju keketidak-adaan itu. Agama Buddha adalah agama sinkretis yang mempopulerkan ajaran Un ‘jalan tengah’ yang menuju ‘yang SATU’ dan meng­ hindarkan ekstrim, itulah sebab­ nya, khususnya aliran Mahayana dengan mudah berbaur dengan agama-agama lain seperti ‘Sam Kauw/Tridharma’ dengan Taois­ me dan Konghucuisme, dan ‘Ch’an atau Zen’ dengan Taoisme. Agama Buddha-lah yang kemudian men­ 11 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 jadi dasar ‘Universalisme’ tentang ‘Yang SATU’ itu. KESELAMATAN DALAM AGAMA TAO Agama Tao dan Konghucu di Tiongkok/Cina sangat unik karena berbeda dengan agama lainnya didunia, agama ini bertumbuh dalam situasi terisolir tanpa pe­ ngaruh dari luar dan juga berbeda dengan Yahudi, Kristen dan Is­ lam yang monotheistik, agama di Cina tidak berpusat Tuhan seperti Konghucu yang dianggap bukan agama. Baru setelah agama-agama asli di Tiongkok/Cina, maka da­ tang pengaruh agama Buddha yang datang dari India sekitar tahun 500M. Bentuk agama juga tidak jelas dan pada dinasti Shang (1751-1050 SM) yang mulai tercatat secara sejarah, www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) juga tidak ditemukan petunjuk ke arah itu kecuali bahwa masyarakat di zaman itu hidup dari keper­ cayaan akan ‘kekuatan dan roh yang mempengaruhi manusia hidup dan yang membutuhkan korban dan sesajen’ (ma­nisme & animisme). Orang Cina juga per­ caya akan keseimbangan alam yang kemudian dilambangkan den­ gan Yin-Yang (pantheisme) dan dipentingkannya ‘t’ien ming’ (kese­ jahteraan rakyat atau kehendak langit), Mistik ini sangat kuat meresapi masyarakat Cina bahwa mereka menyadari akan adanya saling pengaruh antara langit (ter­ masuk dunia roh-roh) dan bumi (termasuk manusia hidup). Konsep keseimbangan ini sudah lama ada dalam buku I-Ching. Penyembahan nenek moyang mulai dikenal pada awal dinasti Chow (1122-325 SM) dan bangkit kembali ketika Konghucu (500 SM) mengajarkan untuk meng­ hormati orang tua termasuk kalau sudah meninggal. Karena keper­ cayaan adanya penerusan hidup dari dunia orang hidup ke dunia orang mati maka pemakaman biasa diramaikan dengan upacara dan sesajen yang menjamin sam­ painya roh-roh itu ke tempatnya tanpa gangguan. Agar kehidupan berjalan baik secara timbal balik dipraktekkan ‘Feng Shui’. Mistik I-Ching Tiongkok/Cina di samping India adalah kawasan Timur (Oriental) kaya akan ajaran kebatinan kuno, hal itu terlihat dari begitu ban­ yaknya ajaran kebatinan yang ber­ sumber pada keyakinan kuno yang lahir di Tiongkok/Cina seperti 12 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) Hongsui/Feng Shui, dan dalam latihan kesehatan kita melihat pengaruhnya melalui pengobatan alternatif a.l. Akupunktur dan Reflexiologi, dan dalam silat Tai Chi dan Waitankung. Dari semuanya ada prinsip dasar yang dipercaya yaitu mengenai ‘Chi’ atau nafas/ tenaga hidup yang ada di alam dan dalam diri setiap mahluk. rian Agung untuk diikuti rakyat yang prinsipnya adalah usaha ‘mengikuti harmoni alam dengan melakukan gerakan delapan arah’ (pat kwa/meridian), dasar mana ditemukan jejaknya jauh sebelum­ nya dalam buku filsafat keseim­ bangan ‘I Ching’ (4600 SM) dan buku pengobatan Cina klasik ‘NeiChing’ (abad XXVII SM). Ajaran kebatinan yang bersifat pantheistik dan animistik sudah dipercayai dalam agama Cina pur­ ba. Sejak dahulu kala orang Cina melakukan penyembahan alam dan roh-roh yang bisa dilihat dalam praktek rakyat dalam penyembahan nenek-moyang, astrologi/ horoskop/shio (perbintangan), necromancy (feng shui), ramalan/ nujum (gwamia), maupun dalam ajaran silat atau ilmu bela diri sep­ erti yang sudah dise­butkan di atas. I-Ching disebut ‘Kitab Tentang Perubahan’, dikenal sebagai filsa­ fat tua yang mendasari keyakinan agama-agama di Cina sejak 3000 SM. Dalam kepercayaan kuno Cina, I Ching dianggap sebagai nu­ jum yang dapat memberi petunjuk rejeki bagi manusia baik dalam bidang sosial, keluarga, bisnis maupun kesehatan. www.yabina.org Sejak lama konsep ‘keseimbangan alam’ dalam bentuk ‘Yin-Yang’ menguasai hidup orang Cina, baik dalam kehidupan pribadi, kehi­ dupan berkeluarga, masyarakat, pertanian dan pembangunan, ilmu bela diri, dan pengobatan. Seti­ daknya, di tahun 2205 SM, ketika sungai Huangho meluap dan meng­ akibatkan banjir besar, Kaisar Yu mencetuskan gerakan masal Ta­ I- Ching berpusat pada konsep Yin & Yang yang dikelilingi 64 buah 13 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 hexagram yang masing-masing diberi nama khusus. Yin mewakili yang negatip seperti bumi, bulan dan perempuan sedangkan Yang mewakili segala sesuatu yang positip seperti Matahari dan lakilaki. Yin dan Yang digambarkan sebagai sebuah lingkaran yang dibagi dua bagian sama besar yang berwarna hitam dan putih. Ma­ sing-masing bagian digambarkan sebagai berkepala bulatan yang berekor runcing. Di pusat bulatan kepala ada bintik yang warnanya berbeda dengan bulatan terse­ but yang mengambarkan bahwa tidak ada yang mutlak dari kedua bagian/bulatan itu. Yin & Yang itu beroperasi mengikuti Meridian Langit yang biasanya dibagi men­ jadi 8 arah trigram atau Pat Kwa. Jauh sebelum kelahiran Lao Tsu dan Kong Hu Cu, sebenarnya baik www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) trigram maupun hexagram sudah terbentuk. Trigram sendiri disebut diciptakan oleh kaisar Fu Hsi di tahun 2800 SM, sedangkan pada abad ke-XII M konsep Yin-Yang yang pantheistik bercampur de­ ngan animisme kuno menghasil­kan berbagai faham seperti agama rakyat yang berbau mistik dan magis dan agama ‘Tao’ yang bersifat mis­ tik yang dipelopori Lao Tsu (575485 SM) yang dipercayai bersama dengan ajaran etis yang dipelopori oleh Kong Hu Cu (551-479 SM). Satu milenium kemudian, pada tahun 520 M pendeta Buddha dari India bernama Tat Mo Chowsu (Bodhidarma) memperkenalkan agama Buddha ke Cina termasuk pengaruhnya yang kuat dalam dunia silat yang berpusat di biara Shao-Lin. Perpaduan ketiga fa­ ham Taoisme, Kunfusianisme dan Buddhisme menghasilkan agama sinkretis yang kemudian diberi nama Sam Kauw (Tri-Dharma). Perpaduan antara ajaran Tao dan Buddha disebut sebagai Ch’an menyebar ke semenanjung Korea dan kepulauan Jepang (di Jepang dikenal sebagai Zen). Agama Konghucu Faham Konghucu (Confucian­ ism) sebenarnya tidak dapat dis­ ebut agama, soalnya faham ini tidak berbicara mengenai teologi (peng­ajaran mengenai Tuhan) tetapi hanya mengajarkan hal-hal yang menyangkut Etika hidup bermasyarakat. Itulah sebabnya ada yang menempatkan faham ini bukan sebagai agama tetapi sek­ edar sebagai ajaran Etika. Agama Konghucu tidak mempu­ nyai konsep mengenai ‘Yang Suci’ 14 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) kecuali bahwa mereka menerima dan meneruskan kepercayaan kuno mengenai langit yang dise­ but ‘Thian’ dan lebih menekankan pada hubungan kemanusiaan, itulah sebabnya Konghucu dise­ but bukan agama melainkan ‘etika.’ Konsep mengenai ‘Thian’ ini berkembang dalam pemikiran mazhab Konghucu, yaitu dari ‘ketuhanan yang utama’ (Analek, Konghucu) ke ‘kekuatan moral semesta’ (Meng-Tsu), dan kemu­ dian ‘alam semesta’ (Hsun-Tsu). Dalam tahap kedua ‘Neo Confucianism’ dibawah Chang Tsai mengarah pada pantheisme yang telah dipengaruhi Taoisme dan Buddhisme. Langit ini berisi para nenek-moyang (Ti) yang diperin­ tah oleh penguasa (Shang-Ti). etika, kemudian dilanjutkan oleh pengikutnya Meng Tsu (371-289 SM) yang meletakkan dasar mis­ tik, dan Hsun-Tsu (298-238 SM) yang meletakkan dasar praktis dan ajaran tentang ‘li.’. Faham ini dirintis Konghucu (551479 SM) yang meletakkan dasar Karena menekankan etika dan moral, Konghucu tidak mempu­ www.yabina.org nyai tempat-tempat suci. Kuil-kuil Konghucu yang biasanya berwar­ na merah bukan tempat-tempat penyembahan yang dianggap suci, melainkan hanya tempat belajar, dimana buku-buku mengenai faham Konghucu disimpan untuk bisa dipelajari. Kuil Konghucu dibangun di Beijing pada abad XIII dengan Aula yang menyim­ pan 300 tablet karya klasik faham Konghucu. Ajaran konghucu ditu­ lis dalam buku-buku seperti Analek, Chung-yung dll. Pikiran langit dan bumi yang melahirkan segala sesuatu dise­ but ‘jen’, dan manusia yang ter­ cipta karena materi dan energi memperoleh kehidupannya dari pikiran langit dan bumi. Manusia harus mengikuti 5 konsep yaitu Jen (hubungan ideal), Chun-Tzu (kemanusiaan yang benar), Li 15 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 (sopan), Te (kekuasaan), dan Wen (seni perdamaian). Konghucu mengajarkan human­ isme (jen) atau ‘jalan etika’, tetapi dalam buku Chung-yung (dari Meng-Tsu), salah satu dari ke-4 buku yang menjadi pegan­ gan, menunjukkan penyatuan ‘ch’eng’ dengan langit dan bumi atau ‘jalan mistik.’ Karena itu disebut Meng-Tsulah yang men­ jadikan faham Konghucu sebagai agama mistik. Karena tidak merupakan agama dan memiliki liturgi maka konghucu hanya merupakan wacana hubungan perilaku antar manusia dalam komunitas yang menyeluruh. Menurut Konghucu, keluarga adalah unit dasar masyarakat, karena itu pentingnya ikatan kekeluargaan akan memperkuat negara. www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) Sebenarnya tidak ada upacara khusus dalam agama Konghucu semula, yang ada adalah hubung­ an hormat antara anak dan ayah, adik dan kakak, isteri dan suami, yang muda dengan teman yang tua, dan rakyat dan penguasa. isi patung-patung. Selain itu meja sembahyang disebut juga tempat suci, selain kuburan. Ajaran Taois­ me ditulis Lao Tzu dalam ‘Tao Teh Ching’ (Jalan dan kekuatannya), ‘Chuang-Tzu’, ‘Huai-nan-tzu’ dan ‘Lieh-tzu.’ Agama Tao Dalam Taoisme kita melihat kon­ sep yang suci sebaliknya dari Konghucu. Bila Konghucu lebih menekankan kehidupan dibumi, Taoisme lebih mengarahkan ke­ pada ‘Tao’ yang mutlak yang merupakan transformasi ketu­ hanan secara folosofis dan mistis. Tao adalah prinsip semesta yang mencerminkan perubahan dan juga merupakan pola perilaku manusia (wu-wei). Tao adalah ‘jalan realitas mutlak’ atau ‘jalan alam semesta’, dan ‘jalan yang mengatur kehidupan.’ Pandangan ini pada hakekatnya meneruskan Berbeda dengan faham Kong­ hucu, faham Tao banyak berbicara mengenai supra-natural, namun kelihatan bahwa agama Tao lebih bersifat agama mistik, yaitu ke­ percayaan akan yang SATU yang tidak berpribadi sebagai kebe­ naran semesta. Pendiri Taoisme adalah Lao Tsu (lahir 604 SM) kemudian dilan­ jutkan oleh ‘Chuang Tzu.’ Dalam perkembangannya, Taoisme ke­ mudian membangun kuil-kuil suci sebagai tempat beribadat yang di­ 16 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) merupakan kekuatan semesta yang menghasilkan segala sesuatu dalam alam ini (monisme). Kon­ sep ini mirip dengan pengertian ‘Prima Causa’ atau ‘Ground of All Being’ dalam filsafat Yunani Purba. faham monisme dualistis yang ber­ asal dari buku I-Ching yang ditulis sekitar tahun 3000 SM. Mengenai Tao ini, kepercayaan Cina kuno sejak I Ching ribuan tahun sebelumnya, Lao Tsu ke­ mudian mengembangkannya Sifat kebatinan (mistik) dari agama Tao terlihat dari kepercayaan bahwa hakekat manusia sama dengan Tao dan tugas manusia adalah mengusahakan dirinya hidup menjadi bagian Tao. Pada prinsipnya dalam Taoisme yang disebut ‘Tuhan’ adalah TAO, yaitu kekuatan dasar semesta yang tidak bisa disebut atau diberi nama, tidak berpribadi, tetapi Tao itu mengekspresikan dirinya dalam kekuatan energi ‘Chi’ yang mengikuti hukum Yin dan Yang yang saling bertentangan, seimbang, tetapi saling memlengkapi www.yabina.org secara harmonis. Setan sebagai pribadi tidak dikenal dalam Taois­ me filsafat kecuali dalam Taoisme Magis yang berkembang kemudi­ an setelah kematian Lao Tsu di­ mana setan-setan hanya merupa­ kan personifikasi dari roh-roh nenek-moyang yang jahat. Seka­ lipun demikian, setan itu dikem­ bangkan dalam sisi Yin (negatip) yang mencakup baik setan, keja­ hatan, dan dosa. Sebaliknya, aspek Yang (positip) melambangkan hal-hal baik, kuat dll. Interaksi Yin & Yang ini menghasilkan segala sesuatu dalam alam, seperti misal­ nya bumi & langit, wanita & pria, negatif & positif, dingin & panas yang selalu ada berpasangan dan merupakan komponen-komponen alam yang saling mengisi secara harmonis sekalipun bertentangan. Baik bumi maupun manusia dan 17 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 mahluk lainnya akan mengalami malapetaka bila keseimbangan itu terganggu. Manusia dalam pandangan Taois adalah bagian dari alam se­ mesta yang diciptakan oleh Tao dan manusia perlu mengalami perubah­an yang harmonis dengan alam. Bila Tao dianggap sebagai ‘prima causa’ dan kekuatan mistik semesta atau makro cosmos, maka manusia dan mahluk-mahluk di bumi disebut mikro-kosmos yang semuanya memiliki ‘Chi’ dalam dirinya yang bekerja mengikuti irama keseimbangan Yin & Yang. Yang disebut keselamatan atau kesembuhan adalah bila tercapai keselarasan antara irama Yin & Yang manusia dan mahluk de­ngan Yin & Yang semesta alam, dan tugas manusia adalah mengusa­ hakan keseimbangan tersebut. www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) Manusia disebut sehat dan sejahtera bila keseimbangan itu terjaga, tetapi kalau keseimbang­ an itu terganggu, maka manusia akan jatuh sakit atau kesejahte­ raannya menurun. Tugas manu­ sia dalam hidupnya adalah men­ jaga keseimbangan Yin & Yang ini agar senapas dengan Yin & Yang alam semesta, dan tugas penyela­ matan adalah mencapai harmoni manusia dengan alam, Chi dengan Tao. Bagi Taoisme, alam semesta adalah kekal dari dahulu sampai sekarang dan tetap dalam keseim­ bangan kosmis demikian, demi­ kian juga yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Cara dan Jalan keselamatan dalam Taoisme adalah sikap berdiam diri secara pasif dan perenungan/ kontemplasi mistik dan ‘usaha penyatuan dengan Tao yang tidak bernama.’ Dalam latihan silat, jalan itu dilakukan dengan gerakan seperti Tai-Chi. Bila se­ mula para pengikut Taoisme lebih bersifat usaha pencarian secara pribadi dalam perkembangan berikutnya mereka membentuk kelompok agama dengan kuil-kuil dan patung-patung. Semula ajaran Taoisme bersifat filosofis, tetapi kemudian ajaran ini berkembang menjadi mistis dan magis dengan upacara-upacara yang bisa menju­ rus pada tahyul setelah mengalami sinkretisasi dengan agama leluhur. Bila kita melihat bahwa dalam Taoisme, Tao itu digambarkan sebagai ‘energi’ semesta yang menjadi penyebab pertama (prima causa), maka konsep Chi adalah energi yang menghidupkan manu­ sia. Keberadaan energi Chi ini dipercaya sebagai melingkupi se­ 18 MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01 luruh tubuh manusia dan berben­ tuk sinar sekeliling tubuh manusia yang disebut sebagai ‘Aura.’ Sama dengan apa yang dipercayai dalam Yoga, dalam penyembuhan Cina dikenal pula ‘pusat-pusat energi’ (chakra). Berdasarkan teori soal energi ini­ lah maka disebutkan bahwa bila keseimbangan energi itu tergang­ gu maka seseorang akan mengala­ mi ketidak seimbangan kesehatan tubuh atau sakit dan untuk memu­ lihkannya dilakukan usaha-usaha mengembalikan keseimbangan energi tersebut sehingga manusia kembali menjadi sehat. Jadi ke­ seimbangan energi harus dijaga dalam proses penyembuhan Cina, dan lebih dari itu, sebagai mikrokosmos yang menjadi bagian dari makro-kosmos, manusia harus berusaha agar keseimbangan itu www.yabina.org Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1) selaras dengan keseimbangan alam semesta. Sekarang bagaimana manusia mengusahakan keseimbangan energi ‘Chi’ tersebut? Menurut sistem penyembuhan Cina ada berbagai cara untuk melakukan hal itu, seperti misalnya melalui (1) makanan & minuman yang tertib dan sehat seperti vegetarian (tidak makan daging). Ini merupa­ kan usaha yang pasif atau perilaku biasa sehari-hari. Selanjutnya usaha aktif dilakukan melalui Tao-Revitalisasi yaitu yang men­ cakup (2) latihan pernafasan; (3) pengolahan pikiran/batin; dan (4) gerakan tubuh. Orang-orang mengkaitkan usaha pengolahan batin melalui Tao-Revitalisasi itu jauh sampai kepada Kaisar Kuning yang menulis kitab ‘Nei Ching’ yang sudah disebutkan terdahulu. Aplikasi praktis dalam bidang kesehatan dalam Tao-Revitalisasi dipopulerkan melalui berbagai nama seperti Chi-Kung, Tai-Chi dan Waitankung. Diantaranya yang paling populer adalah latih­ an ‘pernafasan’ Chi-Kung yang juga disebut sebagai Nei-Kung. Chi Kung sekarang juga dikenal sebagai aliran keagamaan Fa Lun Gong. Bersambung ke Makalah Teologi-maya # 02 KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA DUNIA (2) (Agama Monotheisme) 19