keselamatan dalam agama-agama dunia (1)

advertisement
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA DUNIA (1)
(Agama Mistik Timur)
Nomor ini adalah nomor perdana dari
Makalah Teologi–maya yang mengete­
ngahkan tema Keselamatan dalam
Agama-Agama. Apa kata agama-agama
mengenai keselamatan? Dan di dalam
agama Kristen apa yang dikatakan
Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian
Baru mengenai Keselamatan manusia
khususnya dalam hubungan dengan
‘Yesus Kristus’ yang adalah ‘Tuhan dan
Juruselamat’ yang dipercaya oleh umat
Kristen?
Pada umumnya sesuai definisi Mircea
Eliade, ‘Agama’ timbul karena adanya
kesadaran manusia bahwa dibalik ‘alam
nyata yang tidak kekal’ (Profane) ini ada
‘alam maya yang kekal’ (Sacred) dan
bahwa ‘manusia dengan sesuatu cara
dapat berhubungan dengan realita itu.’
Berdasarkan hal itu dapatlah digambar­
kan bahwa dua lingkaran ‘Sacred’ dan
‘Profane’ itu bertemu pada bidang yang
disebut agama.
Pada gambar di atas, ‘Sacred’ (digam­
barkan sebagai lingkaran di atas) ber­
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
singgungan dengan ‘Profane’ (di­
gambarkan sebagai lingkaran di
bawah) dalam apa yang disebut
sebagai ‘Agama.’ ‘Sacred’ (de­ngan
pusat lingkaran menunjuk pada
[1] yang suci) menyatakan diri
dalam bentuk segitiga terbalik
(dengan puncak ke bawah) yang
disebut [2] ‘penyataan/pengungkapan’ (hierophany) dimana
kedua sudut di atasnya meng­
gambarkan [2.1] orang suci dan
[2.2] tempat suci, sedangkan
puncak di bawah menggambarkan
[2.3] kitab suci yang dari dalam­
nya manusia dapat menggali
pokok-pokok ajaran (dogma) dan
pedoman tingkah laku (etika).
Respons [3] manusia dan dunia
(sebagai pusat lingkaran Profane)
dapat digambarkan sebagai segiti­
ga yang disebut [4] ungkapan ber­
agama yang dinyatakan dengan
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
puncak segitiga yang menghadap
ke atas sebagai [4.1] jalan keselamatan (penebusan) untuk menca­
pai yang suci itu, dan kedua sudut
di alasnya yang menggambarkan
[4.2] komunitas umat beragama
dan [4.3] upacara dan etik-moral
yang dilakukan demi keakraban
komunitas tersebut.
KESELAMATAN DALAM
AGAMA HINDU
Agama India kuno sudah terde­
teksi sejak sekitar
tahun 3000-BC
dan nama Hindu
adalah nama
India dalam ba­
hasa Persia, dan
merupakan agama
tradisi budaya yang
berkaitan dengan
tanah India yang
disebut sebagai The Mother India
yang lebih merupakan agama yang
berorientasi kepada alam dan
pertanian dan dapat dikatakan se­
bagai ‘percampuran sekte kultus,
kebiasaan, ide-ide dan aspirasi’
yang beragam dan bervariasi di
sekitar 700.000 desa.
Dalam agama Hindu yang kuno
ada yang percaya tentang apa yang
disebut Tuhan ada yang tidak dan
umumnya menjadikan kekuatan
alam sebagai se­
sembahan (Manisme & Animisme)
dan dengan adanya
pengaruh bangsa
Aria di Utara (ca.
abad ke-XV-BC)
yang menghasilkan
bahasa Sansekerta
berkembanglah
dewa-dewi (po
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
litheisme) yang merupakan per­
sonifikasi kekuatan-kekuatan alam
seperti Agni (dewi api), Indra
(dewa langit/ perang) dan Varuna
(dewa pengatur kosmis), dan
memuncak dalam apa yang dise­
but sebagai Trimurti yaitu dewa
Brahman, Shiva dan Wishnu dan
para dewinya yaitu Saraswati,
Lakhsmi dan Kali/Duga. Dewi
Shakti adalah simbol kewani­
taan. Di samping dewa-dewi ini
dikenal para perantara (avatar)
seperti Rama dan Krishna. Para
pe­nguasa/raja dianggap sebagai
anak dewa. Krishna sering diper­
sonifikasikan sebagai binatang
Sapi (kultus Mother Goddess).
Dengan berkembangnya agama
menjadi Pantheisme/Mistisisme
(kebatinan) maka konsep dewadewi berkembang menjadi konsep
Monisme mengenai keberadaan
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
zat yang ‘SATU’ (The One) yang
disebut Brahman yang menda­
sari semua keberadaan dan ke­
beradaan zat yang satu itu dalam
diri manusia sebagai Atman, dan
bahwa adanya penyatuan zat
manusia Atman dengan Brahman
sebagai zat yang satu itu.
Sekalipun semula tidak mempu­
nyai agama terstruktur dengan
para imamnya kemudian timbullah
golongan Rishi (orang-orang suci)
dan Sadhu (orang suci pengelana/
asketik) yang dianggap menjadi
perantara antara dewa-dewi de­
ngan manusia. Mereka memberi­
takan jalan hidup kekekalan yang
disebut sanata dharma. Kemudian
timbullah para Imam yang mem­
impin upa­cara suci di kuil-kuil dan
memun­cak pada abad ke-VIII-BC.
Pada abad ke-VI-V-BC timbullah
pemberontakan akan agama imam
dengan berkembangnya agama
Upanishad (mistik) seperti Buddhisme dan Jainisme. Hinduisme
mengalami kebangkitan kembali
sekitar abad ke-III-BC sampai ADIII.
Tempat-tempat yang dianggap
suci yang terutama adalah sungai
Gangga yang airnya dianggap se­
bagai lambang kehidupan dimana
setiap hari orang melakukan mandi suci, demikian juga kota suci
Varanashi di tepi sungai Gangga
yang dianggap akhir kehidupan
dimana yang mati dibakar dan
abunya ditaburkan di sungai
Gangga dan Alahabad ditepi per­
temuan sungai ini dengan sungai
Yamuna dimana dalam 12 tahun
sekali diadakan festival mandi
suci. Agama Hindu kuno tidak
memiliki kitab suci tetapi kemudi­
an bangsa Aria yang datang mem­
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
bawa Agama Aria menghasilkan
kitab Veda (Vid = pengetahuan)
yang kemudian ada yang dinyan­
yikan (Rig Veda).
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
me/Mistisime berkembang menja­
di konsep Atman (pusat manusia)
Mistik Upanishad
Veda kemudian diakhiri de­ngan
Vedanta (akhir Veda) dalam
bentuk kitab Upanishad dimana
berkembang konsep pantheisme/
mistisime mengenai hakekat mon­
isme Brahman - Atman. Pada ku­
run antara abad ke-III-BC sampai
AD-III kebangkitan Hinduisme
menghasilkan kitab-kitab Sutra
yang merupakan perumusan
pokok-pokok penting dari Veda
dan Upanishad.
Manusia dianggap sebagai mahluk
bagian alam yang menjadi permainan para dewa-dewi dan
kemudian dalam perkembangan
agama Hindu menjadi Pantheis­
www.yabina.org
yang sehakekat dengan Brahman
(pusat alam semesta). baik upa­
cara agama atau jalan kebatinan
ditujukan untuk menyatukan Atman dengan Brahman.
Dalam mengungkapkan rasa
keagamaan mereka, agama Hindu
(Hinduisme) mengenal juga caracara melalui jalan keselamatan,
komunitas umat, dan upacara &
etik moral beragama yang sangat
melekat dalam kehidupan sosial
budaya masyarakat. Hinduisme
mempercayai bahwa kehidupan di
dunia merupakan perjalan ziarah
yang panjang melalui jalan samsara yang miliaran tahun lamanya
melalui siklus roda kehidupan
(mandala) dan kelahiran kembali
yang disebut sebagai reinkarnasi
atau transmigrasi jiwa. Melalui
jalan bhakti (devosi), jnana (penge­
tahuan), dan karma (perbuatan)
manusia berusaha melepaskan
diri dari siklus karmanya menuju
kelepasan yang disebut moksa.
Jalan ini juga biasa diisi dengan
pertarakan (asketisme) dan peng­
gunaan mantra, dan kemudian
setelah adanya Upanishad berkem­
banglah jalan Yoga (meditasi).
Berbeda dengan agama Hindu
yang menekankan jalan kesela­
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
matan melalui upacara agama
ritual dibimbing para Imam, dari
Hinduisme yang bersumber tradisi
Arya berkembang bentuk lain
pengajaran rahasia yang berkem­
bang dikalangan guru-guru tradisi
Veda dan ikut memberi bentuk
baru pada Hinduisme. Ini kemu­
dian dikenal sebagai Upanishads
(upa = dekat, ni = bawah, shad
= duduk), karena mereka yang
mempelajarinya duduk dibawah
dekat guru mereka. Guru-guru itu
tidak berurusan dengan para dewa
atau korban ritual, mereka lebih
tertarik untuk menemukan dasar
alam semesta (ground of the uni­
verse), yaitu Realitas (Brahman)
yang ada sebelum semuanya ada.
Pada saat yang sama mereka ter­
tarik menggali hakekat kesadaran
manusia. Mereka sampai kepada
kesimpulan bahwa apa yang azasi
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
dari ‘aku perorangan’ (atman)
tidak lain adalah realitas yang
mendasari kosmos.
Upanishad berkepentingan untuk
mengatasi perasaan yang asali
keberadaan manusia akan kekuat­
iran dan frustrasi. Mereka juga
menyadari gejolak dan hidup yang
bersifat sementara, tetapi mereka
mencari esensi yang kekal bukan
saja dari luar tetapi dari dalam
diri mereka. Jalan keselamatan
mereka adalah pengetahuan dan
penglihatan rohani dan cara prak­
tis penyatuan aku (jiwa) atman ke
Realitas Brahman ini dilakukan
melalui Yoga. Pelaku Yoga biasa
disebut yogi. Yoga merupakan
salah satu jalan keselamatan
dalam Hinduisme, yaitu cara un­
tuk mencapai Moksa atau Kele­
pasan. Yoga berarti usaha mend­
isiplin diri untuk ‘merealisasikan
kehadiran Tuhan dalam diri,’
tetapi Yoga dapat juga berarti
suatu ‘usaha mengatur kekuatan
alam dan roh,’ dan juga sebagai
usaha ‘penyatuan diri dengan zat
ilahi.’
Ada berbagai jalan yang ditempuh
dalam Yoga, yaitu (i) Bhakti Yoga
dilakukan melalui cinta dan peng­
abdian; (ii) Karma Yoga dilaku­
kan dengan pengorbanan diri dan
perbuatan baik; (iii) Jnana Yoga
melalui ilmu pengetahuan untuk
mengerti kebenaran hidup; (iv)
Raja Yoga melalui meditasi mistik
(kebatinan) untuk menemukan
diri (self) manusia terdalam; dan
(v) Hatha Yoga melalui gerak dan
hidup (pernafasan). Posisi dan
gerak tubuh tertentu dianggap se­
bagai jalan menuju kesempurnaan
pula.
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Semua jalan itu ditujukan untuk
menuju keadaan bersatunya roh
diri manusia (Atman) dengan
roh ilahi/roh semesta (Brahman)
itu, atau persatuan mikro kosmos
dengan sumbernya makro kos­
mos, yaitu persatuan jiwa manusia
dengan jiwa alam sebagai kelepas­
an. Beberapa cara yang dilaku­
kan dalam Yoga adalah sebagai
berikut: (i) Yama, yaitu penyang­
kalan diri; (ii) Niyama, yaitu
tingkah laku moral; (iii) Asanas,
yaitu sikap atau postur tubuh; (iv)
Pranayama, yaitu pengaturan
pernafasan; (v) Pratyahara, yaitu
penguasaan indera; (vi) Dharana,
yaitu pengaturan fikiran untuk
dikonsentrasikan kepada obyek;
(vii) Dhyana, yaitu meditasi
dalam, dan (viii) Samadhi, yaitu
pencapaian kesadaran jati diri
tertinggi.
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
Bila ke-delapan jalan itu telah
berhasil dicapai, maka tercapailah
pencerahan/ kelepasan/keselamatan. Dalam praktek Yoga juga
dilakukan pengucapan mantra
(kata-kata suci/berkhasiat) OmRam, dan sasaran dari latihan
Yoga adalah untuk membang­
kitkan Kundalini yaitu kekuatan
ilahi yang sedang tidur dalam
diri manusia yang berbentuk se­
perti ular, karena itu disebut juga
sebagai Kekuatan Ular. Dalam
Yoga dipercaya bahwa tubuh
manusia dibungkus oleh sinar
yang disebut sebagai Aura, dan tu­
buh manusia dianggap mempun­
yai 7 Chakra. Melalui latihan pos­
tur dan gerak, kekuatan Kundalini
dapat dibangunkan dan naik ke
otak untuk mencapai Samadhi dan
Kebebasan, dan kemudian Yogi itu
akan mendapatkan kekuatan batin
dan hidup langgeng selama disu­
kainya.
KESELAMATAN DALAM
AGAMA BUDDHA
Agama Buddha dapat dikatakan
sebagai pembaruan agama Hindu
dan Buddha artinya ‘mereka
yang telah bangun.’ Buddhisme
dirintis Siddharta Gautama, (la­
hir 563SM). Setelah mendirikan
agama ia disebut sebagai Bud­
dha yaitu ‘seseorang yang telah
mengalami pencerahan’ atau
‘telah bangun.’ Karena kehidupan
mewah yang dialaminya tidak
mendatangkan kepuasan, dan
melihat penderitaan disekitarnya,
ia kemudian meninggalkan istana
rumahnya, dan keluarganya (isteri
dan seorang anak) dan menjadi
pengelana. Selama enam tahun ia
berkelana mencari arti hidup dan
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
dengan penderitaan dan
kepedihan dimana orang
bijak harus melepaskan
diri, dan jalan hikmat
terletak pada penguasaan
keinginan dan nafsu.
berguru kepada pada orangorang suci.
Sebelumnya dalam tiga
perjalanannya ia menjumpai
penderitaan dunia dalam
tiga bentuk, yaitu (1) orang
tua yang menderita; (2)
orang cacat yang kesa­kitan;
dan (3) pengantar jenazah
menangis. Dalam perjalanan
ke-empat ia bertemu dengan rahib
Hindu yang bergembira sekali­
pun mengemis mencari makan,
ini menyebabkan ia berpendapat
bahwa kehidupan itu sia-sia. Diba­
wah dua guru Brahmana ia kemu­
dian mencari melalui jalan Yoga
untuk menyatukan Atman dengan
Brahman tetapi dianggap tidak
membawa kepada pengetahuan.
Sebagai orang yang dilahirkan
dalam lingkungan agama Hindu,
www.yabina.org
sekalipun ia berontak terhadap
praktek Hinduisme orthodox,
ajarannya menerima beberapa pen­
gajaran Hindu seperti soal setiap
mahluk hidup mengalami siklus
kelahiran dan kematian yang tidak terhingga (reinkarnasi), ajaran
tentang Karma (hukum pembalas­
an), hukum alam sebab dan akibat
dimana yang baik hidupnya akan
mendapat pahala dan yang tidak
baik akan terhukum, bahwa dunia
adalah tempat hidup yang penuh
Sekalipun menerima
pengajaran Hindu pada
umumnya, ia menolak
cara-cara yang digunakan
dalam agama Hindu untuk menca­
pai tujuan itu yang penuh dengan
usaha menyakiti diri (asketik /
bertarak) yang dianggapnya se­
bagai tidak berguna dan sia-sia.
Ia mempelopori ‘Jalan Tengah’
(middle way) yaitu diantara usaha
menjalani kehidupan dengan cara
‘menyakiti diri’ dan ‘pemuasan
nafsu diri’, suatu usaha meng­
hindari sikap ekstrim dengan
cara yang tenang. Buddha juga
menolak pembagian kasta India
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
tangkan solusi ia melakukan meditasi dibawah pohon Boddhi dan
mencapai pencerahan dan Empat
Kebenaran Mulia, dan sejak itu ia
dinamakan ‘Buddha’ atau ‘yang
telah dibangunkan dan mengalami pencerahan’ (the enlightened
one). Kemudian bersama ke lima
pengikutnya ia berkotbah pertama
kali di Benares (Vanarasi). Ia ke­
mudian berkelana ke India bagian
Utara sebagai rahib pengemis
sambil mengajarkan ajarannya
selama sekitar 45 tahun.
dan memandang semua manusia
setara dalam memiliki potensi spi­
ritual.
Jalan Pencerahan
Buddha kemudian pergi ke utara
India dan dengan lima pengikut
melakukan pertarakan (ascese).
Karena jalan ini juga tidak menda­
www.yabina.org
Di masa tua, ia mengalami sakit
keras dan mengajarkan kepada
para pengikutnya mengenai ‘ketidak tetapan’ atau ‘perubahan’
yang selalu dialami di dunia ini,
dan meninggal di Kushinagara
pada umur 80 tahun yang diper­
cayai sebagai telah kembali ke
Nirvana yang dipercayai sebagai
puncak dari segala sesuatu.
Dalam agama Buddha, konsep
tentang yang suci atau ketuhanan
tidak ada, yang ada adalah kondisi
Nirwana yaitu perhentian terak­
hir menuju ketiadaan. Agama
Buddha memang dipersoalkan
hakekatnya sebagai agama, sebab
Buddhisme ini praktis didasar­
kan atas hal-hal yang rasional dan
sekalipun juga bersifat transen­
dental, sangat sedikit sekali beru­
rusan dengan yang supranatural,
dan konsep ketuhanan juga kabur
sehingga dapatlah disebut bahwa
Buddhisme adalah agama yang
sebenarnya A-Theist (Tidak ber
Tuhan dalam pengertian Tuhan
Atheisme), namun untuk meng­
hindari kerancuan dan pengi­
dentikkan dengan A-Theisme
Komunisme yang berkonotasi
negatip ‘anti-Tuhan’ maka agama
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Buddha sering disebut sebagai
berkeyakinan ‘Non-Theist.’
Tidak ada orang suci dalam
agama Buddha, ia bukan Tuhan
dan juga bukan perantara Tuhan,
ia tidak dapat menjadi penebus.
Yang lebih dipentingkan bukan
orang suci tetapi jalan suci atau
Dharma yaitu ide pengajaran
yang sifatnya kekal dan tidak
pernah berhenti. Semua orang
harus menjadi Buddha dan
dalam Theravada dianggap ada
beberapa Buddha (mula-mula
6 dan kemudian 28) dimana
Si­dharta Gautama adalah yang
utama dan sedang dinantikan
Buddha yang akan datang dalam
diri Maitreya. Bagi aliran Ma­
hasanghikas diakui bahwa ada
banyak sekali Buddha seperti
banyaknya pasir di pantai.
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
Tidak ada tempat suci khusus
bagi agama Buddha kecuali pohon
Boddhi yang dianggap keramat,
lainnya adalah kuil-kuil dan candicandi. Di Indonesia kita jumpai
banyak candi yang dianggap tem­
pat suci untuk tempat bermeditasi
seperti yang terkenal yaitu candi
Borobudur. Ajaran Buddha dia­
jarkan dari mulut ke mulut dan di
hafalkan, baru dikemudian hari
ucapan-ucapan Buddha ditulis
oleh para pengikutnya.
4 Kebenaran Mulia & 8 Jalan
Mulia
Buddha kemudian mengajarkan
4 Kebenaran Mulia, yaitu (1)
Penderitaan adalah umum; (2)
Penderitaan disebabkan keingi­
nan cinta diri; (3) cara mengatasi
penderitaan adalah mengurangi
keinginan; (4) Cara untuk menca­
pai pengurangan keinginan adalah
dengan mengikuti jalan tengah,
tehnik mana diuraikan dalam 8
Jalan Mulia, yaitu (1) Pengeta­
huan yang benar; (2) Keputusan
yang benar; (3) Perkataan yang be­
nar; (4) Perbuatan yang benar; (5)
Kehidupan yang benar; (6) Usaha
yang benar; (7) Kesadaran yang
benar; dan (8) Pengheningan cipta
yang benar.
Manusia dalam konsep Buddha
adalah Micro Cosmos tetapi ber­
beda dengan Atman Hindu yang
menyatu dalam Brahman semesta,
manusia dalam Buddha adalah
Atman yang berusaha melepaskan
dirinya dari penjara tubuh menuju
kepada An-Atman (ketiadaan At­
man), dan ini dicapai melalui usa­
ha meditasi menuju pencerahan.
Tujuan hidup Buddha adalah
usaha mendisiplinkan diri den­
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
gan cara melakukan amal baik
dan ketenangan batin. Jalan kese­
lamatan dalam Buddha adalah
pencarian dalam mencapai penge­
tahuan menuju pencerahan itu.
Dan tujuan pencerahan itu bukan
menuju tempat tertentu (semacam
surga) tetapi suatu keadaan yang
disebut Nirwana, keadaan kele­
pasan menuju status ‘tiada’.
Kondisi inilah yang disebut men­
jadi Buddha, dan tugas seorang
Buddhis adalah mengajak orang
lain untuk menjadi Buddha pula.
Dharma sebagai hukum ke­
hidupan lahir dan mati memper­
cayai bahwa manusia mengalami
karma yang baik bila hidup baik
dan karma yang jelek bila hidup
tidak baik melalui siklus hidup
kembali yang disebut reinkarnasi.
Berbeda dengan konsep Atman
Hinduisme yang bersiklus hidup
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
secara tetap dan terus menerus
tidak berkesudahan, dalam Bud­
dhisme siklus itu menuju kondisi
perhentian akhir yang tiada yang
disebut Nirwana (An-Atman)
yang bisa dicapai dalam hidup ini
melalui pencerahan, suatu kondisi
perhentian dimana tidak ada lagi
keinginan dan penderitaan.
Monggolia, Korea dan Manchuria. Aliran Theravada mengacu
pada kitab-kitab asli/kuno dan
menekankan usaha pribadi dalam
mencapai pencerahan, sedangkan
aliran Mahayana menganggap
bahwa keselamatan bukan untuk
diri pribadi tetapi untuk semua
orang.
Setelah kematian Buddha timbul
pertentangan tentang interpretasi
ajaran-ajarannya dan timbul dua
aliran utama yaitu aliran Theravada atau Hinayana (kendaraan
kecil) yang bersifat konservatif
yang menyebar ke selatan seperti
Thailand, Myanmar, Kamboja,
Laos, dan Srilangka, dan aliran
Mahasanghikas atau Mahayana
(kendaraan besar) yang bersifat
liberal yang menyebar ke utara
seperti Tibet, Nepal, Sikkim,
Buthan, Vietnam, Cina, Jepang,
Aliran Theravada tidak mempu­
nyai upacara kecuali bahwa semua
orang harus menjadi bhiksu untuk
memperoleh selamat sedangkan
dalam aliran Mahayana semua
orang adalah Buddha. Theravada
lebih memurnikan ajarannya
sedangkan Mahayana cenderung
bersinkretisasi dengan agama
lokal sehingga timbul banyak
aliran dan upacara (Lamaisme
di Tibet, Sam Kauw di Cina, Zen
Buddhisme di Jepang dll.)
10
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Bagi seorang Buddhis yang baik
yang memperoleh pencerahan,
terbukalah Nirwana yaitu tujuan
spiritual tertinggi. Nirwana adalah
keberadaan tetap dari semua kead­
aan yang bersifat realitas puncak
yang tidak berpribadi, atau bahwa
seseorang telah berhenti dari siklus
reinkarnasinya. Untuk mengem­
bangkan pengajaran di atas, Bud­
dha mengajarkan bentuk dasar
kepercayaan mengenai ‘Aku’ (Self).
Menurut Buddha, konsep Aku itu
berlawanan dengan Atman Hindu
yang merupakan bagian dari Brah­
man, zat semesta itu, karena itu
Buddha menyebutnya An-Atman
atau An-Atta. De­ngan konsep AnAttanya, Buddha dise­but sebagai
pemberita yang termashyur ten­
tang ajaran ‘tidak ada aku’, kare­
nanya ia kemudian dijuluki sebagai
‘Anatta vadi’ yang berarti pem­
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
berita tentang ajaran ketidak-berpribadian. Disini juga jelas tentang
konsep ‘Jalan Te­ngah’ mengenai
‘Aku’ yaitu ia ‘bukan Atman tetapi
menuju An-Atman/An-Atta.’
Sekalipun ada konsep meditasi
dan semedi baik di agama Hindu
maupun Buddha, keduanya ber­
beda. Bila dalam Hindu kedua
disiplin itu digunakan untuk
mengusahakan penyatuan Atman
dengan Brahman, dalam Buddhis­
me, baik meditasi maupun samadi
digunakan untuk usaha ‘menia­
dakan aku’ menuju ‘Nirwana’
yaitu pemadaman sempurna dari
hawa nafsu menuju ‘ketia­daan
Aku.’ Dibandingkan dengan aga­
ma Hindu dimana agama Buddha
berasal jelas ada perbedaan kon­
sep tentang ‘aku’ dan secara nega­
tif orang dapat menentukan dua
hal tentang hakekat nirwana itu.
Jadi, dari terang kutipan-kutipan
tersebut jelas bahwa yang dise­
but sebagai ‘Aku’ atau ‘An-Atta’
dalam Buddha bukanlah kekuatan
Mikro-kosmos yang berpotensi
kundalini atau prana tetapi suatu
‘ketidak-adaan’ sesuatu yang ‘nihil.’ Dan penyangkalan diri dan
latihan meditasi maupun samadi
disini ditujukan untuk menuju
keketidak-adaan itu.
Agama Buddha adalah agama
sinkretis yang mempopulerkan
ajaran Un ‘jalan tengah’ yang
menuju ‘yang SATU’ dan meng­
hindarkan ekstrim, itulah sebab­
nya, khususnya aliran Mahayana
dengan mudah berbaur dengan
agama-agama lain seperti ‘Sam
Kauw/Tridharma’ dengan Taois­
me dan Konghucuisme, dan ‘Ch’an
atau Zen’ dengan Taoisme. Agama
Buddha-lah yang kemudian men­
11
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
jadi dasar ‘Universalisme’ tentang
‘Yang SATU’ itu.
KESELAMATAN DALAM
AGAMA TAO
Agama Tao dan Konghucu di
Tiongkok/Cina sangat unik karena
berbeda dengan agama lainnya
didunia, agama ini bertumbuh
dalam situasi terisolir tanpa pe­
ngaruh dari luar dan juga berbeda
dengan Yahudi, Kristen dan Is­
lam yang monotheistik, agama di
Cina tidak berpusat Tuhan seperti
Konghucu yang dianggap bukan
agama. Baru setelah agama-agama
asli di Tiongkok/Cina, maka da­
tang pengaruh agama Buddha
yang datang dari India sekitar
tahun 500M.
Bentuk agama juga tidak jelas dan
pada dinasti Shang (1751-1050 SM)
yang mulai tercatat secara sejarah,
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
juga tidak ditemukan petunjuk ke
arah itu kecuali bahwa masyarakat
di zaman itu hidup dari keper­
cayaan akan ‘kekuatan dan roh
yang mempengaruhi manusia
hidup dan yang membutuhkan
korban dan sesajen’ (ma­nisme &
animisme). Orang Cina juga per­
caya akan keseimbangan alam yang
kemudian dilambangkan den­
gan Yin-Yang (pantheisme) dan
dipentingkannya ‘t’ien ming’ (kese­
jahteraan rakyat atau kehendak
langit), Mistik ini sangat kuat
meresapi masyarakat Cina bahwa
mereka menyadari akan adanya
saling pengaruh antara langit (ter­
masuk dunia roh-roh) dan bumi
(termasuk manusia hidup). Konsep
keseimbangan ini sudah lama ada
dalam buku I-Ching.
Penyembahan nenek moyang
mulai dikenal pada awal dinasti
Chow (1122-325 SM) dan bangkit
kembali ketika Konghucu (500
SM) mengajarkan untuk meng­
hormati orang tua termasuk kalau
sudah meninggal. Karena keper­
cayaan adanya penerusan hidup
dari dunia orang hidup ke dunia
orang mati maka pemakaman
biasa diramaikan dengan upacara
dan sesajen yang menjamin sam­
painya roh-roh itu ke tempatnya
tanpa gangguan. Agar kehidupan
berjalan baik secara timbal balik
dipraktekkan ‘Feng Shui’.
Mistik I-Ching
Tiongkok/Cina di samping India
adalah kawasan Timur (Oriental)
kaya akan ajaran kebatinan kuno,
hal itu terlihat dari begitu ban­
yaknya ajaran kebatinan yang ber­
sumber pada keyakinan kuno yang
lahir di Tiongkok/Cina seperti
12
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
Hongsui/Feng Shui, dan dalam
latihan kesehatan kita melihat
pengaruhnya melalui pengobatan
alternatif a.l. Akupunktur dan Reflexiologi, dan dalam silat Tai Chi
dan Waitankung. Dari semuanya
ada prinsip dasar yang dipercaya
yaitu mengenai ‘Chi’ atau nafas/
tenaga hidup yang ada di alam dan
dalam diri setiap mahluk.
rian Agung untuk diikuti rakyat
yang prinsipnya adalah usaha
‘mengikuti harmoni alam dengan
melakukan gerakan delapan arah’
(pat kwa/meridian), dasar mana
ditemukan jejaknya jauh sebelum­
nya dalam buku filsafat keseim­
bangan ‘I Ching’ (4600 SM) dan
buku pengobatan Cina klasik ‘NeiChing’ (abad XXVII SM).
Ajaran kebatinan yang bersifat
pantheistik dan animistik sudah
dipercayai dalam agama Cina pur­
ba. Sejak dahulu kala orang Cina
melakukan penyembahan alam dan
roh-roh yang bisa dilihat dalam
praktek rakyat dalam penyembahan nenek-moyang, astrologi/
horoskop/shio (perbintangan),
necromancy (feng shui), ramalan/
nujum (gwamia), maupun dalam
ajaran silat atau ilmu bela diri sep­
erti yang sudah dise­butkan di atas.
I-Ching disebut ‘Kitab Tentang
Perubahan’, dikenal sebagai filsa­
fat tua yang mendasari keyakinan
agama-agama di Cina sejak 3000
SM. Dalam kepercayaan kuno
Cina, I Ching dianggap sebagai nu­
jum yang dapat memberi petunjuk
rejeki bagi manusia baik dalam
bidang sosial, keluarga, bisnis
maupun kesehatan.
www.yabina.org
Sejak lama konsep ‘keseimbangan
alam’ dalam bentuk ‘Yin-Yang’
menguasai hidup orang Cina, baik
dalam kehidupan pribadi, kehi­
dupan berkeluarga, masyarakat,
pertanian dan pembangunan, ilmu
bela diri, dan pengobatan. Seti­
daknya, di tahun 2205 SM, ketika
sungai Huangho meluap dan meng­
akibatkan banjir besar, Kaisar Yu
mencetuskan gerakan masal Ta­
I- Ching berpusat pada konsep Yin
& Yang yang dikelilingi 64 buah
13
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
hexagram yang masing-masing
diberi nama khusus. Yin mewakili
yang negatip seperti bumi, bulan
dan perempuan sedangkan Yang
mewakili segala sesuatu yang
positip seperti Matahari dan lakilaki. Yin dan Yang digambarkan
sebagai sebuah lingkaran yang
dibagi dua bagian sama besar yang
berwarna hitam dan putih. Ma­
sing-masing bagian digambarkan
sebagai berkepala bulatan yang
berekor runcing. Di pusat bulatan
kepala ada bintik yang warnanya
berbeda dengan bulatan terse­
but yang mengambarkan bahwa
tidak ada yang mutlak dari kedua
bagian/bulatan itu. Yin & Yang itu
beroperasi mengikuti Meridian
Langit yang biasanya dibagi men­
jadi 8 arah trigram atau Pat Kwa.
Jauh sebelum kelahiran Lao Tsu
dan Kong Hu Cu, sebenarnya baik
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
trigram maupun hexagram sudah
terbentuk. Trigram sendiri disebut
diciptakan oleh kaisar Fu Hsi di
tahun 2800 SM, sedangkan pada
abad ke-XII M konsep Yin-Yang
yang pantheistik bercampur de­
ngan animisme kuno menghasil­kan
berbagai faham seperti agama rakyat yang berbau mistik dan magis
dan agama ‘Tao’ yang bersifat mis­
tik yang dipelopori Lao Tsu (575485 SM) yang dipercayai bersama
dengan ajaran etis yang dipelopori
oleh Kong Hu Cu (551-479 SM).
Satu milenium kemudian, pada
tahun 520 M pendeta Buddha dari
India bernama Tat Mo Chowsu
(Bodhidarma) memperkenalkan
agama Buddha ke Cina termasuk
pengaruhnya yang kuat dalam
dunia silat yang berpusat di biara
Shao-Lin. Perpaduan ketiga fa­
ham Taoisme, Kunfusianisme dan
Buddhisme menghasilkan agama
sinkretis yang kemudian diberi
nama Sam Kauw (Tri-Dharma).
Perpaduan antara ajaran Tao dan
Buddha disebut sebagai Ch’an
menyebar ke semenanjung Korea
dan kepulauan Jepang (di Jepang
dikenal sebagai Zen).
Agama Konghucu
Faham Konghucu (Confucian­
ism) sebenarnya tidak dapat dis­
ebut agama, soalnya faham ini
tidak berbicara mengenai teologi
(peng­ajaran mengenai Tuhan)
tetapi hanya mengajarkan hal-hal
yang menyangkut Etika hidup
bermasyarakat. Itulah sebabnya
ada yang menempatkan faham ini
bukan sebagai agama tetapi sek­
edar sebagai ajaran Etika.
Agama Konghucu tidak mempu­
nyai konsep mengenai ‘Yang Suci’
14
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
kecuali bahwa mereka menerima
dan meneruskan kepercayaan
kuno mengenai langit yang dise­
but ‘Thian’ dan lebih menekankan
pada hubungan kemanusiaan,
itulah sebabnya Konghucu dise­
but bukan agama melainkan
‘etika.’ Konsep mengenai ‘Thian’
ini berkembang dalam pemikiran
mazhab Konghucu, yaitu dari
‘ketuhanan yang utama’ (Analek,
Konghucu) ke ‘kekuatan moral
semesta’ (Meng-Tsu), dan kemu­
dian ‘alam semesta’ (Hsun-Tsu).
Dalam tahap kedua ‘Neo Confucianism’ dibawah Chang Tsai
mengarah pada pantheisme yang
telah dipengaruhi Taoisme dan
Buddhisme. Langit ini berisi para
nenek-moyang (Ti) yang diperin­
tah oleh penguasa (Shang-Ti).
etika, kemudian dilanjutkan oleh
pengikutnya Meng Tsu (371-289
SM) yang meletakkan dasar mis­
tik, dan Hsun-Tsu (298-238 SM)
yang meletakkan dasar praktis dan
ajaran tentang ‘li.’.
Faham ini dirintis Konghucu (551479 SM) yang meletakkan dasar
Karena menekankan etika dan
moral, Konghucu tidak mempu­
www.yabina.org
nyai tempat-tempat suci. Kuil-kuil
Konghucu yang biasanya berwar­
na merah bukan tempat-tempat
penyembahan yang dianggap suci,
melainkan hanya tempat belajar,
dimana buku-buku mengenai
faham Konghucu disimpan untuk
bisa dipelajari. Kuil Konghucu
dibangun di Beijing pada abad
XIII dengan Aula yang menyim­
pan 300 tablet karya klasik faham
Konghucu. Ajaran konghucu ditu­
lis dalam buku-buku seperti Analek, Chung-yung dll.
Pikiran langit dan bumi yang
melahirkan segala sesuatu dise­
but ‘jen’, dan manusia yang ter­
cipta karena materi dan energi
memperoleh kehidupannya dari
pikiran langit dan bumi. Manusia
harus mengikuti 5 konsep yaitu
Jen (hubungan ideal), Chun-Tzu
(kemanusiaan yang benar), Li
15
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
(sopan), Te (kekuasaan), dan Wen
(seni perdamaian).
Konghucu mengajarkan human­
isme (jen) atau ‘jalan etika’,
tetapi dalam buku Chung-yung
(dari Meng-Tsu), salah satu dari
ke-4 buku yang menjadi pegan­
gan, menunjukkan penyatuan
‘ch’eng’ dengan langit dan bumi
atau ‘jalan mistik.’ Karena itu
disebut Meng-Tsulah yang men­
jadikan faham Konghucu sebagai
agama mistik. Karena tidak
merupakan agama dan memiliki
liturgi maka konghucu hanya
merupakan wacana hubungan
perilaku antar manusia dalam
komunitas yang menyeluruh.
Menurut Konghucu, keluarga
adalah unit dasar masyarakat,
karena itu pentingnya ikatan
kekeluargaan akan memperkuat
negara.
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
Sebenarnya tidak ada upacara
khusus dalam agama Konghucu
semula, yang ada adalah hubung­
an hormat antara anak dan ayah,
adik dan kakak, isteri dan suami,
yang muda dengan teman yang
tua, dan rakyat dan penguasa.
isi patung-patung. Selain itu meja
sembahyang disebut juga tempat
suci, selain kuburan. Ajaran Taois­
me ditulis Lao Tzu dalam ‘Tao Teh
Ching’ (Jalan dan kekuatannya),
‘Chuang-Tzu’, ‘Huai-nan-tzu’ dan
‘Lieh-tzu.’
Agama Tao
Dalam Taoisme kita melihat kon­
sep yang suci sebaliknya dari
Konghucu. Bila Konghucu lebih
menekankan kehidupan dibumi,
Taoisme lebih mengarahkan ke­
pada ‘Tao’ yang mutlak yang
merupakan transformasi ketu­
hanan secara folosofis dan mistis.
Tao adalah prinsip semesta yang
mencerminkan perubahan dan
juga merupakan pola perilaku
manusia (wu-wei). Tao adalah
‘jalan realitas mutlak’ atau ‘jalan
alam semesta’, dan ‘jalan yang
mengatur kehidupan.’ Pandangan
ini pada hakekatnya meneruskan
Berbeda dengan faham Kong­
hucu, faham Tao banyak berbicara
mengenai supra-natural, namun
kelihatan bahwa agama Tao lebih
bersifat agama mistik, yaitu ke­
percayaan akan yang SATU yang
tidak berpribadi sebagai kebe­
naran semesta.
Pendiri Taoisme adalah Lao Tsu
(lahir 604 SM) kemudian dilan­
jutkan oleh ‘Chuang Tzu.’ Dalam
perkembangannya, Taoisme ke­
mudian membangun kuil-kuil suci
sebagai tempat beribadat yang di­
16
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
merupakan kekuatan semesta
yang menghasilkan segala sesuatu
dalam alam ini (monisme). Kon­
sep ini mirip dengan pengertian
‘Prima Causa’ atau ‘Ground of
All Being’ dalam filsafat Yunani
Purba.
faham monisme dualistis yang ber­
asal dari buku I-Ching yang ditulis
sekitar tahun 3000 SM.
Mengenai Tao ini, kepercayaan
Cina kuno sejak I Ching ribuan
tahun sebelumnya, Lao Tsu ke­
mudian mengembangkannya Sifat
kebatinan (mistik) dari agama Tao
terlihat dari kepercayaan bahwa
hakekat manusia sama dengan
Tao dan tugas manusia adalah
mengusahakan dirinya hidup
menjadi bagian Tao.
Pada prinsipnya dalam Taoisme
yang disebut ‘Tuhan’ adalah TAO,
yaitu kekuatan dasar semesta
yang tidak bisa disebut atau diberi
nama, tidak berpribadi, tetapi
Tao itu mengekspresikan dirinya
dalam kekuatan energi ‘Chi’ yang
mengikuti hukum Yin dan Yang
yang saling bertentangan, seimbang, tetapi saling memlengkapi
www.yabina.org
secara harmonis. Setan sebagai
pribadi tidak dikenal dalam Taois­
me filsafat kecuali dalam Taoisme
Magis yang berkembang kemudi­
an setelah kematian Lao Tsu di­
mana setan-setan hanya merupa­
kan personifikasi dari roh-roh
nenek-moyang yang jahat. Seka­
lipun demikian, setan itu dikem­
bangkan dalam sisi Yin (negatip)
yang mencakup baik setan, keja­
hatan, dan dosa. Sebaliknya, aspek
Yang (positip) melambangkan
hal-hal baik, kuat dll. Interaksi Yin
& Yang ini menghasilkan segala
sesuatu dalam alam, seperti misal­
nya bumi & langit, wanita & pria,
negatif & positif, dingin & panas
yang selalu ada berpasangan dan
merupakan komponen-komponen
alam yang saling mengisi secara
harmonis sekalipun bertentangan.
Baik bumi maupun manusia dan
17
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
mahluk lainnya akan mengalami
malapetaka bila keseimbangan itu
terganggu.
Manusia dalam pandangan Taois
adalah bagian dari alam se­
mesta yang diciptakan oleh Tao
dan manusia perlu mengalami
perubah­an yang harmonis dengan
alam. Bila Tao dianggap sebagai
‘prima causa’ dan kekuatan mistik
semesta atau makro cosmos, maka
manusia dan mahluk-mahluk di
bumi disebut mikro-kosmos yang
semuanya memiliki ‘Chi’ dalam
dirinya yang bekerja mengikuti
irama keseimbangan Yin & Yang.
Yang disebut keselamatan atau
kesembuhan adalah bila tercapai
keselarasan antara irama Yin &
Yang manusia dan mahluk de­ngan
Yin & Yang semesta alam, dan
tugas manusia adalah mengusa­
hakan keseimbangan tersebut.
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
Manusia disebut sehat dan sejahtera bila keseimbangan itu
terjaga, tetapi kalau keseimbang­
an itu terganggu, maka manusia
akan jatuh sakit atau kesejahte­
raannya menurun. Tugas manu­
sia dalam hidupnya adalah men­
jaga keseimbangan Yin & Yang ini
agar senapas dengan Yin & Yang
alam semesta, dan tugas penyela­
matan adalah mencapai harmoni
manusia dengan alam, Chi dengan
Tao. Bagi Taoisme, alam semesta
adalah kekal dari dahulu sampai
sekarang dan tetap dalam keseim­
bangan kosmis demikian, demi­
kian juga yang akan terjadi pada
masa yang akan datang.
Cara dan Jalan keselamatan dalam
Taoisme adalah sikap berdiam
diri secara pasif dan perenungan/
kontemplasi mistik dan ‘usaha
penyatuan dengan Tao yang
tidak bernama.’ Dalam latihan
silat, jalan itu dilakukan dengan
gerakan seperti Tai-Chi. Bila se­
mula para pengikut Taoisme lebih
bersifat usaha pencarian secara
pribadi dalam perkembangan
berikutnya mereka membentuk
kelompok agama dengan kuil-kuil
dan patung-patung. Semula ajaran
Taoisme bersifat filosofis, tetapi
kemudian ajaran ini berkembang
menjadi mistis dan magis dengan
upacara-upacara yang bisa menju­
rus pada tahyul setelah mengalami
sinkretisasi dengan agama leluhur.
Bila kita melihat bahwa dalam
Taoisme, Tao itu digambarkan
sebagai ‘energi’ semesta yang
menjadi penyebab pertama (prima
causa), maka konsep Chi adalah
energi yang menghidupkan manu­
sia. Keberadaan energi Chi ini
dipercaya sebagai melingkupi se­
18
MAKALAH TEOLOGI MAYA # 01
luruh tubuh manusia dan berben­
tuk sinar sekeliling tubuh manusia
yang disebut sebagai ‘Aura.’ Sama
dengan apa yang dipercayai dalam
Yoga, dalam penyembuhan Cina
dikenal pula ‘pusat-pusat energi’
(chakra).
Berdasarkan teori soal energi ini­
lah maka disebutkan bahwa bila
keseimbangan energi itu tergang­
gu maka seseorang akan mengala­
mi ketidak seimbangan kesehatan
tubuh atau sakit dan untuk memu­
lihkannya dilakukan usaha-usaha
mengembalikan keseimbangan
energi tersebut sehingga manusia
kembali menjadi sehat. Jadi ke­
seimbangan energi harus dijaga
dalam proses penyembuhan Cina,
dan lebih dari itu, sebagai mikrokosmos yang menjadi bagian dari
makro-kosmos, manusia harus
berusaha agar keseimbangan itu
www.yabina.org
Keselamatan Dalam Agama-Agama Dunia (1)
selaras dengan keseimbangan
alam semesta.
Sekarang bagaimana manusia
mengusahakan keseimbangan
energi ‘Chi’ tersebut? Menurut
sistem penyembuhan Cina ada
berbagai cara untuk melakukan
hal itu, seperti misalnya melalui
(1) makanan & minuman yang
tertib dan sehat seperti vegetarian
(tidak makan daging). Ini merupa­
kan usaha yang pasif atau perilaku
biasa sehari-hari. Selanjutnya
usaha aktif dilakukan melalui
Tao-Revitalisasi yaitu yang men­
cakup (2) latihan pernafasan; (3)
pengolahan pikiran/batin; dan
(4) gerakan tubuh. Orang-orang
mengkaitkan usaha pengolahan
batin melalui Tao-Revitalisasi itu
jauh sampai kepada Kaisar Kuning yang menulis kitab ‘Nei Ching’
yang sudah disebutkan terdahulu.
Aplikasi praktis dalam bidang
kesehatan dalam Tao-Revitalisasi
dipopulerkan melalui berbagai
nama seperti Chi-Kung, Tai-Chi
dan Waitankung. Diantaranya
yang paling populer adalah latih­
an ‘pernafasan’ Chi-Kung yang
juga disebut sebagai Nei-Kung.
Chi Kung sekarang juga dikenal
sebagai aliran keagamaan Fa Lun
Gong.
Bersambung ke Makalah Teologi-maya # 02
KESELAMATAN DALAM AGAMA-AGAMA
DUNIA (2) (Agama Monotheisme)
19
Download