Bukti Kebenaran Islam

advertisement
Bukti Kebenaran Islam
Rabu, 03/06/2009 11:42 WIB
Assalaamu 'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh
Seorang bukan Islam yang bahkan tidak percaya Tuhan bertanya: apa bukti kebenaran Islam?
Bagaimanakah cara menjawabnya?
Terima kasih
Muhammad
JAWABAN
Saudara Muhammad yang dimuliakan Allah swt
Da’wah islamiyah tidaklah ditujukan hanya untuk orang-orang yang sudah memeluk islam
akan tetapi juga kepada seluruh manusia tidak terkecuali mereka yang masih kafir, musyrik
atau yang mengingkari keberadaan Allah dan kebenaran agama-Nya.
Dikarenakan da’wah ini adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dan menunjukkan
mereka kepada jalan kebenaran maka ia merupakan perbuatan yang paling mulia di sisi Allah
swt, sebagaimana firman-Nya :
ِ
ِ ‫اَّللِ وع ِمل ص‬
ِ
ِِ
‫ي‬
َ َ‫اِلاا َوق‬
َ ‫ال إِن ِمِن م َن الْ ُم ْسلم‬
ْ ‫َوَم ْن أ‬
َ َ َ َ ‫َح َس ُن قَ ْواًل ّممن َد َعا إِ ََل م‬
Artinya : “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah,
mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang
menyerah diri?" (QS. Fushilat : 33)
Didalam hadits yang diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah saw bersabda,”Demi
Allah jika Allah memberikan hidayah kepada seseorang lantaran kamu maka hal itu lebih baik
bagimu daripada onta merah. “ (HR. Bukhori dan Muslim)
Dan diantara argumentasi atau bukti akan kebanaran islam kepada orang-orang yang tidak
mempercayai tuhan adalah melalui dalil-dalil aqli (akal).
Syeikh Ali Tanthowi mengatakan bahwa sesungguhnya mengimani Allah swt termasuk
masalah yang aksioma yang dapat dirasakan dengan perasaan jiswa sebelum dibukikan
dengan dalil akal.
Tentang perasaan jiwa seseorang yang secara aksiomatis mengimani keberadaan Allah swt
telah diterangkan didalam firman-Nya :
Artinya : “Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”
Dia mengatakan bagaimana mungkin seorang yang kafir mengingkari Allah swt padahal
dirinya sendiri adalah menjadi bukti atas keberadaan Allah. Seperti orang yang memegang
barang milik anda ditangannya lalu dia mengaku bahwa dia tidak mengambilnya dan juga
tidak menyentuhnya. Atau seperti orang yang sedang memakai pakaian basah meneteskan air.
Hal ini adalah puncak dari hakikat. Akan tetapi mengapa banyak orang tidak
memeperhatikannya? Hal itu dikarenakan mereka tidak pernah mau memikirkan tentang
dirinya sendiri, firman-Nya :
ِ‫م‬
‫اه ْم أَن ُف َس ُه ْم‬
‫ين نَ ُسوا م‬
ُ ‫َنس‬
َ ‫َوًَل تَ ُكونُوا َكالذ‬
َ ‫اَّللَ فَأ‬
Artinya : “Mereka lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka
sendiri. mereka “ (QS. Al Hasyr : 19)
Cobalah tanyakan kepada orang yang atheis itu,”Apakah engkau yang menjadikan dirimu
dengan kehendak dan akalmu sendiri? Apakah engkau yang memasukkan dirimu kedalam
perut ibumu? Apakah engkau sendiri yang memilih perempuan itu sendiri sebagai ibumu?
Apakah engkau yang pergi menjemput bidan untuk mengeluarkanmu dari perut itu? Jadi,
apakah dia dijadikan dari asal tiada tanpa adanya Sang Pencipta dan tanpa ada yang
menjadikannya? Ini adalah suatu hal yang mustahil.
Lalu apakah dia dijadikan dari benda-benda yang telah ada sebelumnya, seperti gunung, laut,
matahari, dan bintang-bintang?
Orang-orang atheis mengatakan bahwa alamlah yang menciptakan manusia, alamlah yang
memberikannya akal! Dan jika ditanyakan kepadanya siapakah yang menciptakan alam? Dia
menjawab,”Ia terjadi secara kebetulan..” menurut hukum kemungkinan (probability law).
Selanjutnya tanyakan kepadanya,”Tahukah anda contoh dari perkataan itu?”
Misalnya ada dua orang yang tersesat di padang pasir lalu melintasi sebuah istana yang
megah dindingnya penuh dengan ukiran-ukiran dari emas yang sangat indah, permadaninya
tebal, jam serta batu-batu permata. Salah seorang dari mereka berkata,”Pastilah ada orang
yang membangun istana ini dengan memasang permadaninya.” Kemudian yang seorang lagi
menjawab,”Engkau adalah orang yang kolot, itu semuanya adalah proses alam.”
Orang yang pertama bertanya,”Bagaimanakah alam dapat membuat seperti ini?’ temannya
menjawab,”Di sini dahulu ada batu kemudian terjadi banjir, angin, serta pengauh-pengaruh
udara sehingga bertumpuk atau tertimbun. Kemudian dengan berlalunya kurun demi kurun,
secara “kebetulan” ia menjadi dinding.”
Orang itu bertanya lagi,”Permadani itu dari apa?”
Temannya menjawab,”Permadani itu berasal dari bulu-bulu domba yang berterbangan.
Kemudian satu sama lain saling menyatu dan dikenai zat pewarna lalu tercelup dan memadu,
sehingga terjadilah permadani.”
Orang itu bertanya lagi, ”Sedang jam itu?”
Temannya menjawab,”Besi yang sudah dimakan karat, akibat pengaruh udara terpotongpotong bulat dan bersatu. Kemudian dengan berlalunya masa demi masa sehingga menjadi
bentuk seperti itu.”
Pastilah anda akan mengatakan orang yang seperti itu adalah orang gilaa??
Benarkah “kebetulan” yang menjadikan 9000 kelenjar ludah pada lidah, yang kesemuanya
siap untuk dipakai sebagai perasa. Dan didalam telinga terdapat 100.000 sel pendengaran.
Pada setiap mata terdapat 130 juta sel yang kesemuanya siap untuk menerima cahaya. Bumi
beserta keajaiban-keajaiban dan rahasia-rahasia yang ada didalamnya, lapisan udara yang
mengelilinginya, makhluk-makhluk hidup yang dikandungnya, ada yang tak dapat dilihat dan
ditangkap. Bentuk-bentuk ajaib dari atom es yang gugur, diciptakan oleh-Nya dengan sangat
detil dan keindahan yang ada didalamnya tidak dapat tersingkap oleh kita melainkan beberapa
waktu belakangan ini.
Matahari yang jaraknya dari kita lebih dari 100 juta km akan tetapi bila jauhnya diukur
dengan tahun cahaya maka jarak matahari dari kita mencapai delapan detik. Lalu bagaimana
pula dengan jarak bintang-bintang yang cahayanya baru sampai kepada kita dalam satu juta
tahun cahaya—satu tahun cahaya sama dengan 100.000 milyar km—maka berapa km kah
jaraknya kalau satu juta tahun cahaya?
Masih banyak lagi bintang-bintang yang belum terjangkau oleh ilmu falak melainkan hanya
berupa gumpalan yang bersinar, padanya terdapat planet-planet yang tidak diketahui oleh
siapa pun kecuali Allah swt saja. Bintang-bintang ini—yang besarnya tidak dapat digambarkan
oleh akal manusia—berjalan dengan kecepatan (laju) yang sangat tinggi, suatu kecepatan
yang melebihi batas-batas angka. Bagaimanakah bisa tidak terjadi tabrakan antara satu
dengan yang lainnya?
Ada seorang ahli falak yang mengatakan bahwa kemungkinan terjadinya pelanggaran antara
sesama bintang-bintang itu sama seperti kemungkinan terjadinya pelanggaran enam ekor
lebah yang dilepas di atmosfir bumi. Luasnya atmosfir bumi bagi enam ekor lebah sama
halnya dengan luasnya ruang angkasa raya bagi bintang-bintang yang tak terhitung dan tak
terhingga itu.
Atom yang tidak terlihat, melainkan dengan kaca pembesar elektronik. Atom yang dahulu
disebut oleh saintis dan para filosof kuno dengan “bagian yang tak bisa dipecah-pecah lagi.”
Atom, yang menurut ahli sains, jika 40 juta atom dibariskan secara berderet panjangnya baru
mencapai 1 cm, ditengahnya terdapat ruang yang mempunyai inti sementara disekitarnya
beredar partikel-partikel halus sama seperti peredaran bintang-bintang di angkasa. Inti pada
satu atom ibarat sebutir biji gandum bagi istana yang luas. Bobot dari inti-inti atom itu lebih
dari berat 1800 elektron ini.
Maka apakah itu semuanya merupakan hasil atau akibat dari “kebetulan”?!
Sesungguhnya itu semua menunjukkan bahwa ada yang menciptakan dan mengaturnya yang
tidak lain adalah Allah swt. Dial ah yang bertindak terhadap alam sebagaimana tindakan
seorang pemilik yang bebas terhadap barang yang dimiilikinya.
Allah lah yang mengetahui berapa helai daun pada setiap pohon, bentuk tiap-tiap darunnya,
letaknya dan berapa banyak “bakteri” di dunia ini. Berapa panjang, lebar dan bagian-bagian
yang terdiri dari padanya, electron-elektron yang terdapat didalam atom baik yang diam
maupun yang bergerak, berapa jumlahnya, tabrakan yang terjadi padanya, sifat-sifatnya,
bergerak atau diam, perkembangan atau peralihan. Semua itu tercatat di sisi-Nya dalam
sebuah “kitab” (Lauh Mahfuzh).
Alam ini keseluruhannya, Dia-lah Tuhannya, Dia-lah yang menjadikan dan memeliharanya.
Dia-lah yang merubah satu hal kepada hal yang lain. Dia-lah yang menjadikan setiap atom
daripadanya agar membuat manusia yang berakal untuk berfikir dan mencarinya.
Dan apabila seseorang telah mengakui bahwa Allah itu ada dan Dial—lah Tuhan seluruh alam
dan Dia-lah pemilik kerajaan maka janganlah dia menyembah selain-Nya dalam bentuk ibadah
apa pun. (Definisi Umum Tentang Aqidah Islamiyah hal 87 – 100)
Islam adalah agama Allah yang mengakui keesaan-Nya dan tidak mengakui ketuhanan yang
banyak. Hal itu bisa dilihat dengan berbagai keteraturan yang ada di alam ini—sebagai
penjelasan diatas—tentunya hal yang mustahil apabila keteraturan itu dilakukan oleh lebih
dari satu pencipta. Dan jika hal ini terjadi maka pastilah alam ini akan hancur lebur,
sebagaimana firman-Nya :
ِ ‫ض هم ي‬
ِ ِ ‫ِ م‬
﴾٢١﴿ ‫نش ُرو َن‬
ُ ْ ُ ِ ‫أَم اَّتَ ُذوا آِلَةا ّم َن ْاْل َْر‬
ِ ‫اَّللِ ر ِب الْعر ِش ع مما ي‬
﴾٢٢﴿ ‫ص ُفو َن‬
‫لَ ْو َكا َن فِي ِه َما ِآِلَةٌ إِمًل م‬
َ َ ْ َ ّ َ ‫اَّللُ لََف َس َد ََت فَ ُسْب َحا َن م‬
Artinya : “Apakah mereka mengambil tuhan-tuhan dari bumi, yang dapat menghidupkan
(orang-orang mati)? Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah
keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa
yang mereka sifatkan.” (QS. Al Anbiya : 21 – 22)
Seperti halnya tidak mungkin didalam satu kendaraan yang bergerak terdapat dua orang supir
dan jika hal itu terjadi pastilah kendaraan itu akan mengalami kecelakaan atau seperti juga
sekelompok tentara yang dikomandoi oleh lebih dari satu pemimpin ?! atau sebuah sekolah
yang dipimpin oleh dua atau lebih kepala sekolah?!
Dengan sarana obyektif apa pun seseorang melihat islam maka ia akan mendapatkan
kebenarannya didalamnya baik dengan dalil fitrah, naqli maupun aqli (akal) dan dari sisi mana
pun seseorang memandangnya maka ia akan mendapatkan bahwa islam adalah agama yang
sempurna baik dari sisi ideologi, social, ekonomi, politik, hukum ataupun yang lainnya.
Firman Allah swt :
ِ
ِ
ِ
‫يت لَ ُك ُم ا ِإل ْسالَ َم ِديناا‬
ُ ‫ت َعلَْي ُك ْم ن ْع َم ِِت َوَرض‬
ُ ‫ت لَ ُك ْم دينَ ُك ْم َوأَْْتَ ْم‬
ُ ‫الْيَ ْوَم أَ ْك َم ْل‬
Artinya : “Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (QS. Al Maidah : 3)
Wallahu A’lam
Download