BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Agama merupakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agama merupakan pengungkapan iman dalam arti yang luas. Di dalam
agama, iman mendapat bentuk yang khas, yang memberdayakan orang beriman
mengkomunikasikan imannya dengan orang lain, baik yang beriman maupun yang
belum. Ditinjau dari asal-usul katanya, agama terdiri dari dua suku kata, yaitu a
yang berarti tidak, dan gamma artinya kacau. Jadi agama berarti tidak kacau.
Dengan adanya agama, diharapkan dapat membuat suatu keadaan yang damai.
Dalam agama orang memperlihatkan sikap hati dan batinnya di hadapan Tuhan.
Sikap manusia di hadapan Tuhan antara lain tampak jelas dalam sikap dan
tanggung jawabnya terhadap sesama dan alam sekitarnya.
Di dunia ini, sesuai dengan realitas yang ada, Tuhan menurunkan berbagai
macam agama, dan manusia bebas untuk memilih agama-agama yang ada itu.
Semua agama ini bermuara untuk menyembah Tuhan Yang Maha Kuasa. Namun
demikian, ada juga di antara manusia itu yang menyatakan dirinya tidak percaya
akan adanya Tuhan. Mereka ini lazim disebut atheis. Ada juga yang beragama
percaya kepada Tuhan, tetapi tidak masuk ke dalam salah satu ajaran agama. Ini
menjadi fenomena tersendiri dalam melihat manusia seluruh dunia.
Di antara agama-agama itu adalah Kristen Katolik, Kristen Protestan,
Yahudi, Islam, Hindu, Budha, Konghucu. Juga ada yang disebut dengan aliran
kepercayaan seperti Pemena, Parmalim, Karahyangan, Kejawen, dan lain-lainnya.
Agama Kristen
Universitas Sumatera Utara
(Katolik, Protestan), Yahudi, dan Islam secara historis memiliki akar teologis
yang sama, yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim (Abraham). Ketiga
agama ini memiliki berbagai persamaan dan perbedaan teologis dan kultur yang
mendukungnya. Agama Kristen dan Islam dikembangkan ke seluruh penjuru
dunia. Sementara agama Yahudi memang khusus dianut oleh mereka-mereka
yang berketurunan Yahudi saja.
Salah satu penyebaran agama Kristen Katolik itu adalah ke India. Seperti
diketahui bahwa masyarakat India sebagian besar beragama Hindu, sebagian
Islam, Budha, Kristen, dan aliran kepercayaan. Agama Katolik seperti diketahui
dibawa ke India oleh orang-orang Portugis ketika singgah di Goa. Kemudian
mereka ini ada pula yang berpindah ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Dalam
tulisan ini adalah di Medan. Agama biasanya selain didasari oleh firman Tuhan
juga diwarnai oleh kebudayaan.
Agama terjalin erat dengan kebudayaan. Untuk mengenal dan menyembah
Allah, manusia perlu mengembangkan pikiran dan kemampuan mengungkapkan
imannya. Sikap orang beriman terhadap Allah, khususnya iman, pengharapan dan
kasih diungkapkan dalam bahasa dan kebudayaan yang ada.
Penulis melihat bahwa ada sebuah tempat di Kota Medan yang merupakan
wujud dari pengungkapan iman kepada Allah yang diungkapkan melalui sebuah
gedung yang dibangun dengan memadukan unsur kebudayaan India. Tempat ini
merupakan gedung yang berbentuk kuil umat Hindu. Gedung ini dinamakan
dengan Graha Annai Maria Velangkanni.
Universitas Sumatera Utara
Menurut sejarahnya, Annai Maria Velangkanni terletak di Chennai Pantai
Teluk Benggala, bagian tenggara India, di sebelah selatan dari kota Madras. Annai
Maria Velangkanni adalah tempat ziarah untuk mengingat Bunda Maria yang
sangat dihormati. Tempat ziarah itu telah berkembang karena beberapa peristiwa
yang terjadi secara terpisah satu sama lain sekitar akhir abad ke-16 atau awal abad
ke-17 di Velangkanni.
Seperti diketahui bahwa dalam teologi Katolik Bunda Maria merupakan
perawan suci yang mengandung dan melahirkan putera Allah, yaitu Yesus
Kristus, Sang Juru Selamat Manusia. Bunda Maria rela melakukan semuanya itu
demi keselamatan umat manusia dan sebagai bagian dari pembimbingan keimanan
umat manusia di seluruh dunia. Dalam teologi Kristen, Tuhan itu adalah tunggal,
yang terdiri dari Allah Bapa, Yesus Kristus, dan Roh Kudus. Bunda Maria sendiri
memiliki sifat-sifat dan nilai-nilai yang berkaitan dengan Tuhan. Oleh karenanya
Bunda Maria ini wajar untuk dihormati, dihargai, dan diimani ajaran-ajaran
darinya.
Masyarakat India yang beragama Katolik ini, sebagian menetap di
Velangkani. Namun di antara mereka ada pula yang migrasi ke berbagai tempat di
dunia ini, termasuk Medan Indonesia. Mereka migrasi dengan berbagai alasan. Di
antaranya adalah untuk kepetingan ekonomi, yaitu menaikkan taraf hidupnya. Ada
pula alasan untuk mengembangkan agama.
Di Tanjung Selamat Medan, sejak tahun 2001, yang disebut juga tahun
Yubileum Agung, telah mulai dibangun suatu tempat suci untuk menghormati Ibu
Maria Bunda Penyembuh yang lazimnya disebut Annai Maria Velangkanni.
Tempat suci di Tanjung Selamat didirikan untuk menghormati Ibu Maria dengan
Universitas Sumatera Utara
gelar yang sama yaitu Bunda Penyembuh, atau dalam bahasa Inggris Our Lady of
Good Health. Terbangunnya tempat peribadatan Katolik ini, selain dari dukungan
umat, juga tidak dapat dilepaskan dari usaha Pastor James Bharataputra, SJ
seorang Yesuit asli India yang sudah lebih dari 30 tahun berkarya di Keuskupan
Agung Medan. (Sumber : Facebook Maria Annai Velangkanni Medan)
Graha Annai Maria Velangkanni Tanjung Selamat bukan sebuah duplikat
Basilika Velankanni itu, karena bentuk bangunan Graha Annai Velangkani yang
ada di Tanjung Selamat Medan sama sekali original dengan penuh makna melalui
bentuk arsitektur, simbol-simbol yang menceritakan sejarah kejadian dunia dan
keselamatan umat manusia seperti yang tercantum dalam Kitab Suci dan ajaran
Gereja Katolik.
Graha Annai Maria Velangkanni merupakan bangunan dengan penuh
makna religi, melalui simbol-simbol yang menceritakan kejadian sejarah kejadian
dunia dan keselamatan bangsa manusia seperti yang tercantum dalam Kitab Suci
dan ajaran Gereja Katolik. Makna-makna religius yang dipancarkan melalui
simbol-simbol ini menjadi ciri khas umat Katolik di Graha Annai Maria
Velangkanni.
Di Graha Maria Annai Maria Velangkanni juga terdapat tempat ibadah
gereja. Ibadat diadakan dengan berbagai bahasa menurut kebutuhan para peziarah.
Di antarnya bahasa India, Bahasa Inggris, dan bahasa Indonesia. Juga disediakan
ruang-ruang tersendiri untuk berbagai kelompok bahasa. Setiap sore hari selalu
dilakukan ibadah. Graha Annai Maria Velangkanni juga menyelenggarakan
perayaan Ekaristi, prosesi-prosesi, novena-novena, dan upacara-upacara khusus
dalam bulan Mei setiap tahunnya sebagai bulan Maria.
Universitas Sumatera Utara
Tata cara ibadah di Graha Annai Maria Velangkanni Tanjung Selamat,
sama seperti ibadah pada gereja Katolik pada umumnya yang berpedoman pada
tata cara ibadah gereja Katolik di Roma. Kebaktian diiringi dengan menggunakan
organ. Nyanyian dalam setiap ibadah dengan menggunakan buku Madah Bakti,
sama seperti gereja Katolik pada umumnya. Menurut pengamatan penulis, ada
perbedaan yang khas antara Graha Annai Maria Velangkanni dengan berbagai
gereja Katolik yang ada di Indonesia, yaitu dalam melakukan ibadah Novena.
Dalam ibadah Novena umat Katolik gereja ini menyanyikan lagu
pembukaan yang berjudul Mari Memuji Bunda, yang khusus diciptakan oleh
Pastor James Bharataputra, SJ. Lagu ini untuk mendoakan Annai Maria
Velangkanni, kemudian dilakukan upacara salam untuk memohon kasih karunia
Tuhan. Setelah itu dilakukan Doa Pembukaan yang dilanjutkan dengan Doa
Rosario seperti yang dilakukan oleh Paus Yohanes Paulus II. Doa Rosario berisi
tentang peristiwa-peristiwa Rosario seperti peristiwa-peristiwa gembira, peristiwaperistiwa terang, peristiwa-peristiwa sedih dan mulia, dan peristiwa-peristiwa
cahaya. Dalam doa Rosario dinyanyikan lagu Ave Maria Setelah itu dilakukan
Doa Penutup kepada Bunda Maria Annai Maria Velangkanni. Yang diakhiri
dengan menyanyikan Mars Annai Maria Velangkanni yaitu lagu Terbenam Surya.
Menurut penjelasan beliau, melodi dari lagu Mari Memuji Bunda dan Terbenam
Surya sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Sedangkan syairnya adalah asli
karangan sendiri. Sedangkan lagu Ave Maria berasal dari Madah Bakti buku
nyanyian umat Katolik, hanya Pastor James Bharataputra,SJ. Dan menurut Pastor
James Bharataputra, SJ hanya tiga lirik lagu ini yang diciptakan bagi umat Katolik
Universitas Sumatera Utara
dimana latar belakang ketiga liriknya diciptakan untuk rasa syukur kepada bunda
Maria. (Wawancara dengan Pastor James Bharataputra, SJ, September 2010).
Hal-hal tersebut di atas menarik perhatian penulis untuk diteliti. Teks
lagu-lagu yang dibawakan dalam ibadah Novena merupakan lagu yang khusus
dibuat oleh Pastor James Bharataputra, SJ, dan sudah diakui oleh Keuskupan
Agung Medan yang menjadi lagu resmi dalam setiap ibadah Novena yang ada di
Graha Annai Velangkani. Hal ini sesuai dengan Konsili Vatikan II.
Musik gereja menurut konsili vatikan II mengatakan bahwa musik gereja
mendapatkan tempat yang sangat penting dalam liturgi. Musik sebagai bagian dari
liturgi tampak jelas dalam bagian nyanyian, seperti kyrie, gloria, mazmur
tanggapan , kudus yang termasuk bagian liturgi sabda dan ekaristi.
Peranan musik dalam liturgi sangat penting dan dapat dirumuskan secara
sistematis kedalam tiga poin dimensi yaitu :
1. Dimensi liturgis yaitu musik sebagai bagian liturgi itu sendiri
2. Dimensi eklesiologis yaitu musik mengungkapkan partisipasi aktif
umat
3. Dimensi kristologis yaitu musik memperjelas misteri Kristus (Hotma
Uli : Fungsi dan Peranan Gondang Dalam Penerimaan Sakramen
Krisma di Gereja Katolik Santo Diego Martoba Paroki Pasar Merah
Medan;Sebuah Kajian Deskriptif. Skripsi Sarjana)
Penulis juga akan melihat dan mendeskripsikan bagaimana cara ibadah di
Graha Annai Maria Velangkanni serta penggunaan dan fungsi teks lagu yang
diciptakan oleh Pastor James Bharataputra, SJ.
Untuk itu penulis akan meneliti dan membahas tulisan ini untuk dijadikan
skripsi, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di peringkat
strata satu Departemen Etnomusikologi, Fakultas Sasatra, Universitas Sumatera
Universitas Sumatera Utara
Utara, Medan. Dalam kaitan ini penulis membuat judul: Kajian Fungsi, Teks, Dan
Melodi
Tiga Lagu Ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ Dalam Ibadah
Novena Di Graha Maria Annai Velangkanni Medan.
1.2. Pokok Permasalahan
Seperti sudah diuraikan pada bahagian latar belakang di atas, banyak aspek
keilmuan yang bisa dikaji dari keberadaan umat Katolik di Graha Anai
Velangkanni, seperti interaksi sosial, dogma, dan teologi Katolik, praktek ibadah
(unsur budaya India, Indonesia, bahasa-bahasa yang digunakan), inkulturasi,
pembelajaran, arsitektur graha, dan lain-lain. Semua hal ini bisa dikaji dari
berbagai disiplin ilmu seperti: agama, filsafat, antropologi, linguistiik, arsitektur.
estetika, sosiologi, psikologi, manajemen, dan lain-lain.
Dalam studi ini penulis tetap berdasar kepada pendekatan-pendekatan
etnomusikologi, yang juga adalah sangat menjunjung pendekatan multidisiplin
ilmu. Untuk membatasi pembahasan agar topik menjadi terfokus dan menjaga
agar pembahasan nantinya tidak melebar ke mana-mana maka disini penulis
membuat pembatasan masalah dalam bentuk pokok permasalahan.
Berdasarkan fokus kajian yang ingin penulis capai dalam tulisan ini, maka
penulis menentukan dua pokok permasalahan atau pertanyaan kajian. Kedua
pokok permasalahan kajian itu adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana Penggunaan dan Fungsi Lagu-lagu ciptaan Pastor James
Barathaputra,SJ dalam konteks ibadah Novena di Graha Annai Maria
Velangkanni Medan.
Universitas Sumatera Utara
2.
Bagaimana makna teks lagu-lagu yang diciptakan oleh Pastor James
Barathaputra,SJ dalam konteks ibadah Novena di Graha Annai Maria
Velangkanni Medan.
Untuk melihat kajian secara lebih multidisiplin, maka berbagai permasalahan
lanjutan penulisi gunakan yaitu: (a) deskripsi ibadah Novena di Gereja Katolik
Graha Annai Maria Velangkanni Medan, (b) bagaimana gambaran arsitektur
Graha Annai Maria Velangkanni Medan. (c) struktur melodi lagu-lagu yang
teksnya diciptakan oleh Pastur James Barathaputra, SJ Menurut penjelasan para
informan, melodi lagu ini berusia ratusan tahun, berasal dari India, dan tidak
diketahui siapa penciptanya (anonim). Itulah pokok permasalahan dan beberapa
permasalahan lanjutan yang penulis tetapkan agar tulisan ini memenuhi
pendekatan multidisiplin ilmu seperti yang lazim digunakan di bidang
etnomusikologi.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penulisan tentang ibadah dan penggunaan musik di Gereja
Annai Maria Velangkanni Medan adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan dan fungsi Lagu Pastor James
Bharataputra, SJ di Graha Annai Maria Velangkanni Medan.
2. Untuk mengetahui bagaimana makna teks lagu-lagu ciptaan Pastor James
Bharataputra, SJ di Graha Annai Maria Velangkanni Medan.
3. Medeskripsikan ibadah Novena di Graha Annai Maria Velangkanni
Medan
Universitas Sumatera Utara
4. Untuk mengetahui aspek arsitektural dan tata ruang Graha Annai Maria
Velangkanni Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mendalami dan memperluas wawasan enomusikolgi bagaimana
guna dan fungsi lagu yang diciptakan seorang pastor untuk kepentingan
keberlanjutan dan syair agamanya.
2. Untuk mengetahui apa-apa saja makna yang tesurat dan tersirat di balik
lirik lagu yang diciptakan seorang pastor yang memimpin umatnya di
sebuah pusat peribadatan, yakni Graha Annai Maria Velangkanni Medan.
3. Sebagai salah satu bahan informasi awal untuk melihat ibadah Novena
Katolik yang ada di Graha Annai Maria Velangkanni Medan.
4. Sebagai
dokumentasi
sehingga
menambah
referensi
bagi
dunia
pengetahuan Etnomusikologi
1.4 Konsep dan Teori
Untuk lebih memperjelas kajian ini, selain menentukan judul, pokok
masalah, masalah lanjutan, maka perlu pula diterangkan apa konsep-konsep dan
teori-teori yang penulis gunakan dalam rangka penelitian ini. Berbagai konsep dan
teori yang digunakan adalah saling mendukung sebuah bangunan kajian atau
Universitas Sumatera Utara
tulisan yang padu. Berikut uraian tentang berbagai konsep dan teori yang
digunakan.
1.4.1 Konsep
Skripsi ini adalah salah satu karya ilmiah di Deparetemn Etnomusikologi,
Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara, Medan, yang bertajuk: Kajian
Fungsi, Teks, Dan Melodi Tiga Lagu Ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ
Dalam Ibadah Novena Di Graha Maria Annai Velangkanni Medan. Untuk lebih
mengarahkan konsep-konsep yang terdapat dalam judul di atas, maka penulis
menjabarkan konsep tentang: (1) kajian, (2) fungsi, (3) teks, (4) lagu, (5) Pastor
James Bharataputra, SJ, (6) novena, dan (7) Graha Annai Maria Velangkanni
Medan.
Yang penulis maksudkan dengan konsep adalah pengertian abstrak dari
jumlah konsepsi-konsepsi atau pengertian, pendapat (paham) yang telah ada dalam
pikiran (Bachtiar 1997:10). Jadi konsep itu wujudnya adalah dalam bentuk abstrak.
Konsep itu dapat berkaitan dengan makna-makna yang dilatarbelakangi oleh agama
dan budaya, dalam hal ini adalah agama Katolik dan budaya campuran India dengan
Indonesia sebagai latar belakang munculnya Graha Annai Maria Velangkanni Medan.
(1)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata studi atau kajian, adalah
telaah, penelitian, dan penyelidikan ilmiah (1990:860). Dengan demikian, kata kajian
dalam skripsi ini bermaksud melakukan studi, penelaahan, penelitian mendalam,
penyelidikan ilmiah, dan makna-makna sejenis seperti observsi, pengamatan terlibat,
pengungkapan makna, dan seterusnya, yang sejalan dengan cara kerja di bidang
etnomusikologi.
(2)
Yang
dimaksud
dengan
fungsi
menurut
Radcliffe-Brown
(11952:181) adalah bahwa fungsi sangat berkait erat dengan struktur sosial
Universitas Sumatera Utara
masyarakat. Bahwa struktur sosial itu hidup terus, sedangkan individu-individu
dapat berganti setiap masa. Dengan demikian, Radcliffe-Brown yang melihat
fungsi ini dari sudut sumbangannya dalam suatu masyarakat, mengemukakan
bahawa fungsi adalah sumbangan satu bagian aktivitas kepada keseluruhan
aktivitas di dalam sistem sosial masyarakatnya. Tujuan fungsi adalah untuk
mencapai tingkat harmoni atau konsistensi internal, seperti yang diuraikannya
berikut ini.
By the definition here offered ‘function’ is the contribution which
a partial activity makes of the total activity of which it is a part.
The function of a perticular social usage is the contribution of it
makes to the total social life as the functioning of the total social
system. Such a view implies that a social system ... has a certain
kind of unity, which we may speak of as a functional unity. We
may define it as a condition in which all parts of the social system
work together with a sufficient degree of harmony or internal
consistency, i.e., without producing persistent conflicts can neither
be resolved not regulated (1952:181).
Selaras dengan pandangan Radcliffe-Brown, lagu-lagu ciptaan Pastor
James Bharataputra, SJ bisa dianggap sebagai bagian dari struktur sosial
masyarakat Katolik Medan, yang merupakan salah satu bagian aktivitas yang bisa
menyumbang kepada keseluruhan aktivitas, yang pada masanya akan berfungsi
bagi kelangsungan kehidupan budaya masyarakat Katolik Medan. Fungsinya lebih
jauh adalah untuk mencapai tingkat harmoni dan konsistensi internal. Pencapaian
kondisi itu, dilatarbelakangi oleh berbagai kondisi sosial dan budaya dalam
masyarakat Katolik Medan, misalnya lingkungan yang heterogen secara etnik,
bahasa, sosial, namun diintegrasikan ke dalam ajaran yang sama yaitu Katolik.
(3)
Teks dimaksud dalam tulisan ini adalah lirik atau kata-kata yang
dipergunakan dalam bentuk nyanyian atau lagu. Kata-kata dalam lagu ini merupakan
Universitas Sumatera Utara
bagian dari komunikasi verbal antara yang menyanyi dengan yang mendengarkannya.
Teks yang digunakan dalam lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ
sebahagian besar adalah berbahasa Indonesia. Ini merupakan sebuah strategi
kebudayaan untuk beradaptasi dengan lingkungan Medan yang heterogen, dan umat
Katolik Medan menjadi bagian dari umat Katolik Indonesia dan Dunia.Dalam tingkat
nasional mereka tergabung ke dalam organisasi Komisi Wali Gereja Indonesia.
(4)
Yang dimasud dengan lagu dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990:987) adalah nyanyian, musik yang disertai dengan vokal dan menggunakan
teks. Lagu ini adalah salah satu bentuk musik yang lazim disebut dengan musik
vokal. Dalam hal ini lagu-lagu yang dimaksud adalah musik vokal yang teksnya
diciptakan oleh Pastor James Bharataputra, SJ. Teks yang diciptakan merupakan
rangkaian fonem, morfem, kata-kata dengan diksi tertentu, dan memiliki nilai estetik
dan religius tertentu pula
(5)
Pastor James Bharataputra, SJ adalah seorang Pastor Serikat Jesuit
(SJ) yang mendirikan Graha Annai Maria Velangkanni Medan. Dalam Katolik
banyak terdapat perkumpulan/serikat. Salah satunya adalah Serikat Jesuit. Dimana
serikat ini pada mulanya dibentuk oleh St.Ignatius Loyola sebagai senjata Katolik
roma untuk memperkuat kedudukan Katolik Roma dan menentang Protestanisme
yang sedang berkembang pada masa itu. Dalam ajaran Katolik Roma, organisasi
Gereja amatlah penting untuk diterapkan, baik secara vertikal maupun horizontal.
Paling atas adalah Paus, kemudian disusul oleh Kardinal, Uskup, Pastor, dan
sejenisnya. Organisasi keagamaan ini penting untuk menjalankan manajemen
organisasi gereja Katolik yang begitu besar, dan jemaatnya mencapai hampir 1,5
milyar jiwa diseluruh dunia ini. Mengapa memilih Pastor James Bharataputra,SJ
disebabkan karena Pastor James Bharataputra selain membangun Graha Annai Maria
Universitas Sumatera Utara
Velangkanni juga menciptakan tiga buah syair lagu bagi umat Katolik. Yang mana
ketiga lagu ini diakui oleh Keuskupan sebagai lagu yang dapat dinyanyikan di acara
Novena di Graha Annai Velangkanni Medan.
(6) Kata novena adalah bentuk feminim dari kata bahasa Latin abad
Pertengahan, novenus (kesembilan), yang merupakan angka ordinal dari novem
(sembilan). Dalam Gereja Katolik, sebuah novena adalah sebuah devosi atau
kebaktian khusus kepada berbagai misteri iman yang dikaitkan dengan pribadi
tertentu yang terdiri atas doa-doa yang diucapkan (biasanya) selama sembilan hari
berturut-turut, memohon terkabulnya rahmat khusus. Doa-doa ini bisa terdiri atas
doa-doa dari buku doa, Doa Rosario, atau doa-doa kecil yang diucapkan dalam
beberapa waktu sepanjang hari. Praktek doa novena itu sendiri berasal dari Injil.
Setelah Yesus naik ke surga, Ia memerintahkan murid-muridnya untuk berdoa
bersama dalam ruangan dan mendevosikan diri mereka seluruhnya pada doa yang
dilaksanakan secara teratur (Kisah Para Rasul 1:14). Para murid, Bunda Maria,
dan para pengikut Yesus lainnya berdoa bersama selama sembilan hari berturutturut, berakhir pada saat Roh Kudus turun atas para rasul di hari Pentakosta.
(Wawancara dengan Pastor James Bharataputra, SJ, November 2010)
(7) Graha Annai Maria Velangkanni adalah tempat/bangunan yang didirikan
untuk menghormati Bunda Maria. Juga sebagai tempat ibadah bagi umat Katolik
khususnya ada di sekitarnya dan juga terbuka bagi masyarakat Katolik umumnya.
Graha Annai
Velangkani juga menjadi tempat wisata bagi masyarakat umum yang ingin melihat.
Tempat ziarah rohani Katolik yang beralamat di Taman Sakura Indah, Jalan
Sakura III, No.10 Tanjung Selamat Medan.
Universitas Sumatera Utara
Demikian kira-kira konsep-konsep yang penulis gunakan dalam tajuk
skripsi ini. Semoga uraian di atas akan memperjelas apa yang penulis maksudkan
dalam penelitian ini. Selanjutnya diuraikan teori-teori yang digunakan dalam
penelitian ini.
1.4.2 Teori
Poerdawarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, menyebutkan
bahwa teori diartikan sebagai suatu keterangan mengenai suatu peristiwa (kejadian) dan asas-asas, hukum-hukum umum yang dijadikan dasar dan pendapat,
cara-cara dan aturan-aturan untuk melakukan sesuatu.
Untuk mengkaji dua pokok permasalah, yaitu masalah fungsi dan teks
lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ, digunakan dua teori utama.
Untuk mengkaji fungsi dan guna lagu tersebut digunakan teori fungsionalisme
didalam disiplin ilmu social budaya termasuk etnmusikologi. Untuk mengkaji
bagaimana teks lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ, baik struktur maupun
maknanya digunaan teori semiotik. Kajian terhadap struktur musik menggunakan
teori weighted scale. Teori-teori ini akan penulis uraikan secara terperinci sebagai
berikut.
1.4.2.1 Teori Fungsionalisme
(1) seorang pakar yang sangat penting dalam sejarah teori antropologi, yaitu
Bronislaw Malinowski (1884-1942). Malinowski lahir di Cracow, Polandia,
sebagai putra keluarga bangsawan Polandia. Ayahnya seorang profesor dalam
ilmu sastra Slavia. Jadi tidak mengherankan apabila Malinowski memperoleh
pendidikan yang kelak memberikannya kerja akademik juga. Tahun 1908 beliau
lulus dari Fakultas Ilmu Pasti dan Alam dari Universitas Cracow. Yang menarik,
Universitas Sumatera Utara
selama kajiannya ia gemar membaca buku mengenai folklor dan dongengdongeng rakyat, sehingga ia menjadi tertarik kepada ilmu psikologi. Dia
kemudian belajar psikologi kepada Profesor W. Wundt, di Leipzig, Jerman.
Perhatiannya terhadap folklor menyebabkan dia membaca buku J.G.
Frazer, yang berjudul The Golden Bough, mengenai ilmu gaib, yang
menyebabkannya tertarik kepada ilmu etnologi. Dia melanjutkan pelajarannya ke
London School of Economics. Namun karena di Perguruan Tinggi itu tidak ada
ilmu folklor atau etnologi, maka dia memilih ilmu yang paling dekat kepada
keduanya, yaitu ilmu sosiologi empiris. Gurunya dalam ilmu etnologi, ialah C.G.
Seligman.
Tahun 1916 dia mendapat gelar doktor dalam ilmu itu, dengan
menyerahkan dua buah karangan sebagai ganti disertasi, iaitu The Family among
the Australian Aborigines (1913) dan The Native of Mailu (1913). Kemudian
pada tahun 1914 dia berangkat ke Pulau Trobiand di utara Kepulaun Massim,
sebelah tenggara Papua Nugini, untuk melakukan penelitian. Setelah Perang
Dunia Pertama pada tahun 1918, dia pergi ke Inggris karena mendapat pekerjaan
sebagai pembantu ahli di London School of Economics.
Dia mulai mengembangkan suatu kerangka teori baru untuk menganalisis
fungsi dari kebudayaan manusia, yang disebutnya dengan teori fungsional tetang
kebudayaan, atau a functional theory of culture.
Dia kemudian mengambil
keputusan untuk menetap di Amerika Serikat, ketika ditawari untuk menjadi
profesor antropologi di University Yale pada tahun 1942. Namun pada tahun itu
juga dia meninggal dunia. Buku mengenai teori fungsional yang baru yang telah
ditulisnya, diredaksi oleh muridnya, H. Cairns, dan menerbitkannya dua tahun
sesudah itu (Malinowski, 1944).
Universitas Sumatera Utara
Pemikiran
Malinowski
mengenai
syarat-syarat
metode
etnografi
berinteraksi secara fungsional yang dikembangkannya dalam berbagai kuliahnya.
Isinya adalah tentang metode-metode penelitian lapangan. Dalam masa penulisan
ketiga buku etnografi mengenai kebudayaan Trobiand selanjutnya, menyebabkan
konsepnya mengenai fungsi sosial adat, perilaku manusia, dan institusi-institusi
sosial menjadi lebih mantap. Ia membedakan fungsi sosial dalam tiga tingkat
abstraksi (Kaberry, 1957:82), yaitu:
(1) Fungsi sosial dari suatu adat, institusi sosial, atau unsur kebudayaan pada
tingkat abstraksi pertama mengenai pengaruh atau kesannya terhadap adat,
perilaku manusia dan institusi sosial yang lain dalam masyarakat;
(2) Fungsi sosial dari suatu adat, institusi sosial, atau unsur kebudayaan pada
tingkat abstraksi kedua mengenai pengaruh atau kesannya terhadap
keperluan suatu adat atau institusi lain untuk mencapai maksudnya, seperti
yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat yang terlibat;
(3) Fungsi sosial dari suatu adat atau institusi sosial pada tingkat abstraksi
ketiga mengenai pengaruh atau kesannya terhadap keperluan mutlak
untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial
tertentu.
Malinowski juga mengemukakan teori fungsional tentang kebudayaan.
Kegemaran Malinowski terhadap ilmu psikologi juga tampak ketika dia
mengujungi University Yale di Amerika Serikat selama setahun, pada tahun 1935.
Di sana dia bertemu dengan ahli-ahli psikologi seperti J. Dollard, yang ketika itu
sedang mengembangkan serangkaian penelitian mengenai proses belajar.
Menurut sarjana psikologi dari Yale itu, asas dari proses belajar adalah tidak lain
Universitas Sumatera Utara
dari ulangan-ulangan kepada reaksi-reaksi suatu organisme terhadap gejala-gejala
dari luar dirinya, yang terjadi sedemikian rupa sehingga salah satu keperluan
naluri daripada organisme tadi dapat dipuaskan.
Teori belajar, atau learning
theory, ini sangat menarik perhatian Malinowski, sehingga dipakainya untuk
memberi dasar pasti bagi pemikirannya terhadap hubungan-hubungan berfungsi
dari unsur-unsur sebuah kebudayaan.
Seperti yang telah diuraikan di atas, ketika Malinowski awal kali menulis
karangan-karangannya tentang berbagai aspek masyarakat Trobiand sebagai
kebulatan, dia tidak sengaja mengenalkan pandangan yang baru dalam ilmu
antropologi. Namun reaksi dari kalangan ilmu itu memberinya dorongan untuk
mengembangkan satu teori tentang fungsi dari unsur-unsur kebudayaan manusia.
Dengan demikian, dengan menggunakan learning theory sebagai dasar,
Malinowski mengembangkan teori fungsionalismenya, yang baru terbit selepas ia
meninggal dunia.
Bukunya bertajuk A Scientific Theory of Culture and Other
Essays (1944). Dalam buku ini Malinowski mengembangkan teori tentang fungsi
unsur-unsur kebudayaan yang sangat kompleks. Namun inti dari teori itu adalah
pendirian bahawa segala kegiatan kebudayaan itu sebenarnya bermaksud
memuaskan
satu
rangkaian
kebutuhan
naluri
makhluk
manusia
yang
berhubungan dengan seluruh kehidupannya. Kesenian sebagai contoh daripada
salah satu usur kebudayaan, terjadi karena manusia ingin memuaskan keperluan
nalurinya akan keindahan. Ilmu juga timbul kerana keperluan naluri manusia
untuk ingin tahu.
Namun banyak juga kegiatan kebudayaan terjadi karana
kombinasi dari beberapa macam keperluan itu. Dengan pemahaman ini, kata
Universitas Sumatera Utara
Malinowski, seseorang peneliti bisa mengkaji dan menerangkan banyak masalah
dalam kehidupan masyarakat dan kebudayaan manusia.
Mengikut penjelasan Ihromi (1987:59-61) Malinowski mengajukan sebuah
orientasi teori yang dinamakan fungsionalisme, yang ditulis Malinowski dalam
artikel berjudul “The Group and the Individual in Functional Analysis” dalam
jurnal American Journal of Sociology, jilid 44 (1939), hal. 938-964.
Dalam
artikel ini Malinowski beranggapan bahwa semua unsur kebudayaan bermanfaat
bagi masyarakat. Dengan kata lain, pandangan fungsionalisme terhadap
kebudayaan menyatakan bahwa setiap pola kelakuan yang telah menjadi
kebiasaan. Setiap kepercayaan dan sikap yang merupakan bagian dari kebudayaan
dalam suatu masyarakat, yang memenuhi beberapa fungsi mendasar dalam
kebudayaan bersangkutan. Menurut Malinowski, fungsi dari satu unsur budaya
adalah kemampuannya untuk memenuhi beberapa keperluan dasar atau beberapa
keperluan yang timbul dari keperluan dasar yaitu keperluan sekunder dari satu
entitas kepada sebuah masyarakat. Kebutuhan dasar adalah seperti makanan,
reproduksi (melahirkan keturunan), merasa enak badan (bodily comfort),
keamanan, kesantaian, gerak, dan pertumbuhan. Beberapa aspek dari kebudayaan
memenuhi keinginan-keinginan dasar itu. Untuk memenuhi keinginan dasar ini,
muncul keinginan jenis kedua (derived needs), keinginan sekunder yang juga
harus dipenuhi oleh kebudayaan. Misalnya unsur kebudayaan yang memenuhi
kebutuhan terhadap makanan menimbulkan keinginan sekunder yaitu keinginan
untuk kerja sama dalam mengumpulkan makanan atau yang untuk diproduksi.
Untuk ini masyarakat mengadakan bentuk-bentuk organisasi politik dan
pengawasan sosial yang akan menjamin kelangsungan kewajiban kerjasama itu.
Universitas Sumatera Utara
Sehingga menurut pandangan Malinowski mengenai kebudayaan, semua unsur
kebudayaan akhirnya dapat dipandang sebagai hal yang memenuhi keinginan
dasar para warga masyarakat.
Malinowski percaya bahawa pendekatan fungsional mempunyai sebuah
nilai praktis yang penting. Pengertian nilai praktis ini dapat dimanfaatkan oleh
mereka yang bergaul dengan masyarakat primitif. Dia menjelaskan bahwa nilai
yang praktis dari teori fungsionalisme adalah bahwa teori ini mengajar kita
tentang kepentingan relatif dari berbagai kebiasaan yang beraneka ragam,
bagaimana kebiasaan-kebiasaan itu tergantung satu dengan yang lainnya,
bagaimana harus dihadapi oleh para penyiar agama, oleh penguasa kolonial, dan
oleh mereka yang secara ekonomi mengeksploitasi perdagangan dan tenaga
orang-orang masyarakat primitif (Malinowski, 1927:40-41).1
Dalam kaitannya dengan tulisan skripsi ini, penulis menggunakan teori
fungsionalisme dalam ilmu sosial tersebut, yang dikemukakan Malinowski, untuk
melihat sejauh mana guna dan fungsi lagu-lagu yang diciptakan oleh Pastor James
Bharataputra, SJ dalam lingkungan masyarakat atau umat Katolik yang menjadi
warganya. Fungsi ini tentu saja berkaitan dengan aspek-aspek sosioreligius
1
Keberatan utama terhadap teori fungsionalismenya Malinowski adalah bahwa
teori ini tidak dapat memberi penjelasan mengenai adanya aneka ragam kebudayaan
manusia. Keinginan-keinginan yang didefinisikannya, sedikit banyak bersifat universal,
seperti keinginan akan makanan yang semua masyarakat harus memikirkannya kalau
ingin hidup terus. Jadi teori fungsionalisme memang dapat menerangkan bahwa semua
masyarakat menginginkan manajemen soal mendapatkan makanan, namun teori ini tidak
dapat menjelaskan kepada kita mengapa setiap masyarakat berbeda manajemennya
mengenai pengadaan makanan mereka. Dengan kata lain, teori fungsionalisme tidak
menerangkan mengapa pola-pola kebudayaan tertentu timbul untuk memenuhi suatu
keinginan manusia,
yang sebenarnya boleh saja dipenuhi dengan cara yang lain, yang boleh dipilih dari
sejumlah pilihan dan mungkin cara itu lebih mudah.
Universitas Sumatera Utara
masyarakat yang mengamalkan dan menggunakannya. Selain itu sistem estetika
yang digunakan juga pastilah berkaitan engan kebudayaan dan agama Katolik
yang mendasarinya.
Teori fungsionalisme dalam etnomusikologi juga penulis gunakan
terutama seperti yang ditawarkan oleh Alan P. Meriam (1964). Ia menganjurkan
untuk membuat pengertian yang berbeda antara kata guna dan fungsi terutama
untuk musik dalam masyarakat. Merriam menjelaskan pengertian penggunaan dan
fungsi itu sebagai berikut.
Dengan tetap bertolak dari teori fungsi, yang kemudian mencoba
menerapkannya dalam etnomusikologi, lebih lanjut secara tegas Merriam
membedakan pengertian fungsi ini dalam dua istilah, yaitu penggunaan dan
fungsi. Menurutnya, membedakan pengertian penggunaan dan fungsi adalah
sangat penting. Para ahli etnomusikologi pada masa lampau tidak begitu teliti
terhadap perbedaan ini. Jika kita berbicara tentang penggunaan musik, maka kita
menunjuk kepada kebiasaan (the ways) musik dipergunakan dalam masyarakat,
sebagai praktik yang biasa dilakukan, atau sebagai bagian dari pelaksanaan adat
istiadat, baik ditinjau dari aktivitas itu sendiri maupun kaitannya dengan aktivitasaktivitas lain (1964:210). Lebih jauh Merriam menjelaskan perbedaan pengertian
antara penggunaan dan fungsi sebagai berikut.
Music is used in certain situations and becomes a part of them, but it
may or may not also have a deeper function. If the lover uses song
to w[h]o his love, the function of such music may be analyzed as the
continuity and perpetuation of the biological group. When the
supplicant uses music to the approach his god, he is employing a
particular mechanism in conjunction with other mechanism as such
as dance, prayer, organized ritual, and ceremonial acts. The function
of music, on the other hand, is enseparable here from the function of
religion which may perhaps be interpreted as the establishment of a
sense of security vis-á-vis the universe. “Use” them, refers to the
Universitas Sumatera Utara
situation in which music is employed in human action; “function”
concerns the reason for its employment and perticularly the broader
purpose which it serves. (1964:210).
Dari kutipan di atas terlihat bahawa Merriam membedakan pengertian
penggunaan dan fungsi musik berdasarkan kepada tahap dan pengaruhnya dalam
sebuah masyarakat. Musik dipergunakan dalam situasi tertentu dan menjadi
bagiannya. Penggunaan bisa atau tidak bisa menjadi fungsi yang lebih dalam.
Dia memberikan contoh, jika seeorang menggunakan nyanyian yang ditujukan
untuk kekasihnya, maka fungsi musik seperti itu bisa dianalisis sebagai
perwujudan dari kontinuitas dan kesinambungan keturunan manusia—[yaitu
untuk memenuhi kehendak biologis bercinta, kawin dan berumah tangga dan pada
akhirnya
menjaga
kesinambungan
keturunan
manusia].
Jika
seseorang
menggunakan musik untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, maka mekanisme
tersebut
behubungan
mengorganisasikan
dengan
ritual,
dan
mekanisme
lain,
seperti
kegiatan-kegiatan
menari,
upacara.
berdoa,
“Penggunaan”
menunjukkan situasi musik yang dipakai dalam kegiatan manusia; sedangkan
“fungsi” berkaitan dengan alasan mengapa si pemakai melakukan, dan terutama
tujuan-tujuan yang lebih jauh dari sekedar apa yang dapat dilayaninya. Dengan
demikian, selaras dengan Merriam, menurut penulis penggunaan lebih berkaitan
dengan sisi praktis, sedangkan fungsi lebih berkaitan dengan sisi integrasi dan
konsistensi internal budaya.
1.4.2.2 Teori Weighted Scale dan Semiotik
Teori weighted scale adalah sebuah teori yang mengkaji keberadaan melodi
berdasarkan kepada delapan unsurnya. Kedelapan unsur melodi itu menurut Malm
Universitas Sumatera Utara
(1977:15), adalah: (1) tangga nada; (2) nada pusat atau nada dasae; (3) wilayah nada;
(4) jumlah nada; (5) penggunaan interval; (6) pola cadensa; (7) formula melodi; dan (8)
kontur. Teori ini dipergunakan untuk menganalisis melodi lagu-lagu ciptaan Pastor Jamer
Bharataputra, SJ.
Dalam rangka mengkaji makna yang terkandung di dalam lagu-lagu
ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ,
penulis menggunakan teori semiotik.
Selanjutnya teori ini digunakan dalam usaha untuk memahami bagaimana makna
diciptakan dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah
peristiwa seni. Dua tokoh perintis semiotika adalah Ferdinand de Saussure
seorang ahli bahasa dari Swiss dan Charles Sanders Pierce, seorang filosof dari
Amerika Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang
bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang
berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi
tersendiri.
Peirce juga menginterpretasikan bahasa sebagai sistem lambang, tetapi
terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representatum, (2) pengamat
(interpretant), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus
memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari
lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses
penciptaan. Peirce membedakan lambang-lambang ke dalam tiga kategori: ikon,
indeks, dan simbol. Apabila lambang itu menyerupai yang dilambangkan seperti
foto, maka disebut ikon. Jika lambang itu menunjukkan akan adanya sesuatu
seperti timbulnya asap akan diikuti api, disebut indeks. Jika lambang tidak
menyerupai yang dilambangkan, seperti burung garuda melambangkan negara
Republik Indonesia, maka disebut dengan simbol.
Universitas Sumatera Utara
Dua tokoh perintis semiotik adalah Ferdinand de Saussure seorang pakar
bahasa dari Swiss--dan Charles Sanders Peirce, seorang filosof dari Amerika
Serikat. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa
itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier, yang berhubungan
dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri.
Semiotika atau semiologi adalah kajian teradap tanda-tanda (sign) serta
tanda-tanda yang digunakan dalam perilaku manusia. Definisi yang sama pula
dikemukakan oleh salah seorang pendiri teori semiotika, yaitu pakar linguistik
dari Swiss Ferdinand de Sausurre. Menurutnya semiotika adalah kajian mengenai
“kehidupan tanda-tanda dengan masyarakat yang menggunakan tanda-tanda itu.”
Meskipun kata-kata ini telah dipergunakan oleh filosof Inggris abad ke-17 yaitu
John Locke, gagasan semiotika sebagai sebuah modus interdisiplin ilmu, dengan
berbagai contoh fenomena yang berbeda dalam berbagai lapangan studi, baru
muncul ke permukaan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, ketika
munculnya karya-karya Sausurre dan karya-karya seorang filosof Amerika
Serikat, Charles Sanders Peirce.
Dalam karya awal Peirce di
lapangan semiotik ini, ia menumpukan
perhatian kepada pragmatisme dan logika.
Ia mendefinisikan tanda sebagai
“sesuatu yang mendukung seseorang untuk sesuatu yang lain.”
Salah satu
sumbangannya yang besar bagi semiotika adalah pengkategoriannya mengenai
tanda-tanda ke dalam tiga tipe, yaitu: (a) ikon, yang disejajarkan dengan
referennya (misalnya jalan raya adalah tanda untuk jatuhnya bebatuan);
(b)
indeks, yang disamakan dengan referennya (asap adalah tanda adanya api) dan (c)
simbol, yang berkaitan dengan referennya dengan cara penemuan (seperti dengan
Universitas Sumatera Utara
kata-kata atau signal trafik). Ketiga aspek tanda ini penulis pergunakan untuk
mengkaji lirik lagu-lagu ciptaan Pastor James Bharataputra, SJ.
1.5
Metode Penelitian
Dalam hal metode penelitian, penulis memakai metode penelitian kualitatif,
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Menurut Netll
(1964:62-64) ada dua (2) hal yang esensial untuk melakukan aktifitas penelitian
dalam disiplin etnomusikologi yaitu: kerja lapangan (field work) dan kerja
laboratorium (desk work). Kerja lapangan meliputi: pemilihan informan,
pendekatan , dan pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data.
Sedangkan kerja laboratorium meliputi : pengolahan data, menganalisis dan
membuat kesimpulan dari keseluruhan data-data yang diperoleh.
Namun demikian, sebelum melakukan hal ini terlebih dahulu dilakukan
studi kepustakaan yakni mendapatkan literatur atau sumber-sumber bacaan yang
berkaitan dengan pokok permasalahan.
1.5.1 Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dilakukan sebagai landasan dalam hal penelitian, yakni
dengan mengumpulkan literatur atau sumber bacaan yang akan menjadi dasar
dalam melakukan penelitian. Sumber-sumber bacaan ini dapat berupa buku,
ensiklopedia, jurnal, bulletin, skripsi dan lain-lain. Dengan melakukan studi
kepustakaan ini penulis akan dapat melakukan cara yang efektif dalam melakukan
penelitian lapangan dan penyusunan skripsi ini.
Universitas Sumatera Utara
1.5.2 Kerja Lapangan
Dalam penelitian di lapangan penulis melakukan pengamatan, wawancara
dan perekaman/pencatatan data. Tehnik wawancara yang penulis lakukan adalah
wawancara berfokus (focus interview) yaitu melakukan pertanyaan selalu berpusat
pada pokok permasalahan. Selain itu juga melakukan wawancara bebas (free
interview) yaitu pertanyaan tidak selalu berpusat pada pokok permasalahan tetapi
pertanyaan juga dapat berkembang pada pokok permasalahan yang lainnya
dengan tujuan untuk memperoleh data yang beraneka ragam namun tidak
menyimpang dari pokok permasalahan.
1.5.3 Kerja Laboratorium
Semua data yang telah diperoleh dari penelitian di lapangan dan studi
kepustakaan ankan dianalisis agar sesuai dengan pembahasan sehingga
menghasilkan suatu tulisan yang baik dalam melakukan penelitian. Kerja
laboratorium ini didukung oleh kegiatan-kegiatan keilmuan yang penulis lakukan
seperti mentranskripsi lagu-lagu ciptaan Pastor James Barataputra, SJ.
Mentranskripsi hasil wawancara penulsi dengan beliu. Kemudian mengkajinya
dengan bantuan teori-teori dalam ilmu sosial dan humaniora yang terkait dengan
penelitian ini. Selanjutnya juga membuat uraian-uraian tentang masalah yang
diteliti dan keadaan sesungguhnya di lapangan penelitian.
Selanjutnya menuliskannya dalam bentuk skripsi berdasarkan keadaan
sistematika dan peraturan menulis skripsi di Departemen Etnomusikologi,
Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara. Dalam skripsi ini penulis membuat
kesimpulan dan saran tentang apa yang sudah dikerjakan.
Universitas Sumatera Utara
Download