BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Investasi

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Investasi
Investasi adalah kegiatan penundaan konsumsi dimasa sekarang untuk
digunakan dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu (Hartono,
2008:5). Menurut Tandeilin (2010:2), investasi adalah komitmen atas sejumlah
dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan
memperoleh keuntungan di masa mendatang. Hampir serupa dengan Tandelilin,
Gumanti (2011: 3) mengemukakan bahwa investasi adalah penempatan sejumlah
dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh manfaat di masa yang akan
datang. Tujuan dari kegiatan investasi adalah untuk memperoleh penghasilan
selama suatu jangka waktu tertentu, menambah nilai modal yang ditempatkan dan
menjaga aset terhadap inflasi.
Halim (2005) dalam Gumanti (2011) mengklasifikasikan investasi dalam
dua bentuk, yaitu investasi pada aset-aset riil (real assets) dan investasi pada asetaset finansial (financial assets). Investasi pada aset-aset riil dapat berupa
pembelian
aset
produktif,
pendirian
pabrik,
pembukaan
pertambangan,
perkebunan, dan lain-lain. Sedangkan investasi dalam bentuk financial assets
dapat dilakukan antara lain dalam bentuk investasi di pasar uang, seperti: sertifikat
deposito, comercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Investasi
dilakukan di pasar modal, misalnya pembelian obligasi, waran, reksadana, opsi,
futures, saham, dan lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Dari pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa investasi pada
dasarnya adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara menempatkan dana pada
satu atau beberapa aktiva baik itu real assets maupun financial assets pada periode
waktu tertentu dengan harapan memperoleh keuntungan di masa yang akan
datang.
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Saham adalah surat berharga yang menunjukkan kepemilikan seseorang
atau badan terhadap suatu perusahaan (Syahyunan, 2013:200). Artinya, jika
seseorang membeli saham suatu perusahaan, berarti dia telah menyertakan modal
ke dalam suatu perusahaan tersebut sebanyak jumlah saham yang dibeli.
Manfaat yang diperoleh dalam kepemilikan saham antara lain:
1. Dividen, yaitu pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan penerbit
saham (emiten) atas keuntungan yang dihasilkan perusahaan.
2. Capital Gain, yaitu selisih antara harga beli dan harga jual saham tersebut.
2.2.2 Harga Saham
Harga saham merupakan nilai saham yang mencerminkan kekayaan
perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (Fahmi, 2015:38) . Perubahan
harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di
pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli saham suatu
perusahaan maka harga saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi.
Sebaliknya jika semakin banyak investor menjual atau melepaskan suatu saham,
maka akan berdampak pada turunnya harga saham.
Universitas Sumatera Utara
Dalam penilaian harga saham dikenal adanya tiga jenis nilai, yaitu nilai
buku, nilai pasar, dan nilai intrinsik saham. Nilai buku merupakan nilai yang
dihitung berdasarkan pembukuan perusahaan penerbit saham (emiten). Nilai pasar
adalah nilai saham di pasar yang ditunjukkan oleh harga saham tersebut di pasar.
Sedangkan nilai intrinsik atau dikenal sebagai nilai teoritis adalah nilai saham
yang sebenarnya atau seharusnya terjadi (Tandelilin, 2010:301).Dalam hal
penilaian harga saham, terdapat tiga pedoman yang dipergunakan yaitu :
1. Apabila harga saham melampaui nilai intrinsik saham, maka saham tersebut
dinilai overvalued (harganya terlalu mahal). Dalam situasi seperti ini, investor
tersebut bisa mengambil keputusan untuk menjual sahamnya tersebut.
2. Apabila harga saham sama dengan nilai intrinsiknya, maka harga saham
tersebut dinilai wajar dan berada dalam berada kondisi keseimbangan. Dalam
situasi seperti ini sebaiknya investor tidak melakukan transaksi pembelian
maupun penjualan saham.
3. Apabila harga saham lebih kecil dari nilai intrinsiknya maka saham tersebut
dikatakan undervalued (harganya terlalu rendah). Bagi para investor, saham
yang undervalued ini sebaiknya dibeli atau dipertahankan apabila saham
tersebut telah dimilikinya, karena kemungkinan besar akan terjadi lonjakan
saham di masa yang akan datang.
2.3 Risiko Sistematik
Risiko
adalah
pengembalian
yang
perbedaan
diharapkan
antara
(Van
pengembalian
Horne
dan
aktual
dengan
Wachowicz,
Universitas Sumatera Utara
2008:145).Sedangkan, risiko sistematis (Systematic Risk) adalah faktor-faktor
risiko yang mempengaruhi pasar secara keseluruhan, seperti perubahan ekonomi
suatu negara, perubahan pajak oleh dewan, atau perubahan situasi energi dunia.
Semua itu adalah risiko yang mempengaruhi sekuritas secara keseluruhan,
sehingga tidak dapat didiversifikasi (Van Horne dan Wachowicz, 2008:155).
Menurut Syahyunan (2013:171), risiko yang relevan dipertimbangkan oleh
investor dalam pengambilan keputusan investasi adalah risiko sistematis, karena
investor bisa mengeliminasi risiko tidak sistematik melalui pembentukan
portofolio investasi. Sedangkan risiko sistematik tidak bisa dihindari karena
memiliki sifat dimana pengaruhnya relatif sama terhadap semua saham di pasar,
sehingga risiko ini disebut juga risiko pasar (market risk).
Dalam literatur keuangan,risiko sistematik sering dinyatakan dengan
Beta.Semakin besarBeta suatu sekuritas semakin besar kepekaan return sekuritas
tersebutterhadap perubahan return pasar (Syahyunan, 2013:171).Langkah-langkah
untuk mencari risiko sistematis adalah sebagai berikut :
-
Dalam menghitung Beta, sebelumnya dilakukan penghitungan return saham
(Ri) dan return pasar (Rm). Harga saham penutupan perusahaan digunakan
sebagai indikator untuk mengukur return saham individual dengan rumus
sebagai berikut (Fahmi, 2015:89) :
Keterangan:
𝑅𝑅𝑖𝑖
=
𝑃𝑃𝑑𝑑
− 𝑃𝑃𝑑𝑑−1
𝑃𝑃𝑑𝑑−1
Pt
= harga saham perusahaan pada periode t
Pt-1
= harga saham perusahaan pada satu periode sebelum periode t
Universitas Sumatera Utara
-
Return pasar (Rm) merupakan perubahan indeks pasar yaitu indeks pasar
sekarang yang dibandingkan dengan indeks pasar hari sebelumnya (Fahmi,
2015:89).
π‘…π‘…π‘šπ‘š
Keterangan :
-
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑑𝑑
=
− 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑑𝑑−1
𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝑑𝑑−1
IHSG.t
= indeks harga saham gabungan periode t
IHSGt-1
= indeks harga saham gabungan periode t-1
Kemudian, menghitung Beta (β) dimana Beta merupakan pengukur volatilitas
return sekuritas atau return portofolio terhadap pasar (Hartono, 2008:265).
Rumus untuk menghitung beta adalah sebagai berikut (Fahmi, 2015:90) :
𝛽𝛽
=
∑𝑅𝑅𝑖𝑖 π‘…π‘…π‘šπ‘š
Keterangan :
∑π‘…π‘…π‘šπ‘š 2
𝑅𝑅� i
= rata-rata return pasar
n
= jumlah data
𝑅𝑅� m
− π‘›π‘›π‘…π‘…οΏ½π‘šπ‘š ∑𝑅𝑅�𝑖𝑖
2
− π‘›π‘›π‘…π‘…οΏ½π‘šπ‘š
= rata-rata return saham individual
2.4 Analisis Fundamental
2.4.1 Pengertian Analisis Fundamental
Analisis fundamental
merupakan
analisis
yang digunakan untuk
memperkirakan nilai atau harga saham di masa mendatang melalui pendekatan
Universitas Sumatera Utara
terhadap faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi perusahaan secara
menyeluruh, mulai dari pengaruh makro ekonomi, situasi industri hingga analisis
terhadap perusahaan. Secara umum, analisis fundamental merupakan analisis yang
berhubungan dengan kondisi perusahaan yang
umumnya ditunjukkan dalam
laporan keuangan (Tandeilin, 2010:333).
Tidak seperti analisis teknikal yang menaruh perhatian pada pola
pergerakan harga di masa lalu, analisis fundamental berusaha menentukan nilai
yang tepat untuk saham dengan melihat kinerja perusahaan melalui laporan
keuangan tentang efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mencapai sasarannya
(May, 2014:34). Menurut Van Horne dan Wachowicz (2008:202), analisis laporan
keuangan dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan, yaitu
indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan membagi
satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi dan kinerja perusahaan. Dari rasio keuangan ini akan terlihat kondisi
kesehatan perusahaan yang bersangkutan.
2.4.2 Rasio Keuangan dalam Analisis Fundamental
2.4.2.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban/hutang jangka pendeknya dengan
membandingkan kewajiban jangka pendek dengan sumber daya jangka pendek
(atau likuid) yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut (Kasmir,
2014:133).Rasio likuiditas dapat diukur dengan rasio lancar (Current Ratio)
Universitas Sumatera Utara
yaiturasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo.
Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat
keamanan (margin of safety) suatu perusahaan. Apabila likuiditas suatu
perusahaan baik (dalam hal ini diukur dengan Current Ratio), maka akan menjadi
sebuah respon yang positif bagi investor karena menjamin perusahaan emiten
tersebut mampu menutup semua kewajiban lancarnya dan bisa bertahan ditengah
fluktuasi bisnis (Sugiono et al, 2008:62). Respon positif dari investor ini tentu
akan berdampak pada meningkatnya harga saham perusahaan akibat kenaikan
permintaan.
Aktiva lancar (current assets) merupakan harta perusahaan yang dapat
dijadikan uang dalam waktu singkat (maksimal satu tahun). Komponen aktiva
lancar meliputi kas, surat-surat berharga, piutang, sediaan, biaya dibayar di muka,
pendapatan yang masih harus diterima, pinjaman yang diberikan, dan aktiva
lancar lainnya. Kewajiban lancar (current liabilities) merupakan kewajiban yang
harus dilunasi perusahaan dalam jangka waktu paling lama satu tahun. Komponen
kewajiban lancar terdiri dari hutang dagang, hutang bank yang akan jatuh tempo
dalam 1 tahun, hutang wesel, hutang gaji, hutang pajak, hutang dividen, biaya
diterima dimuka, serta hutang jangka pendek lainnya. Rasio lancar dapat dihitung
dengan rumus (Kasmir, 2014:135) :
𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 (𝐢𝐢𝐢𝐢) =
𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢𝐢 𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿𝐿
Universitas Sumatera Utara
2.4.2.2 Rasio Solvabilitas (Solvability/Leverage Ratio)
Rasio Solvabilitas atau leverage ratio merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang. Apabila
rasio solvabilitas suatu perusahaan tinggi, maka hal ini berdampak akan
menimbulkan risiko kerugian yang lebih besar tetapi berdampak pada peluang
meraup laba yang lebih besar pula. Disisi lain, apabila rasio solvabilitas rendah,
maka risiko kerugian yang bisa timbul juga rendah. Dalam arti luas, rasio
solvabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya,
baik jangka panjang maupun jangka pendek apabila perusahaan dilikuidasi atau
dibubarkan (Kasmir, 2014:151). Salah satu rasio untuk mengukur solvabilitas
perusahaan adalah Debt to Equity Ratio.
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menilai
hutang dengan ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang
disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain,
rasio ini menunjukkan setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan sebagai jaminan
hutang (Kasmir, 2014:158). Rasio ini dicari dengan menggunakan rumus :
𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷 𝑑𝑑𝑑𝑑 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅
=
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸
Bagi investor, semakin besar rasio ini semakin kurang baik, karena
menunjukkan kondisi perusahaan yang memiliki komposisi utang yang besar
sehingga semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar risiko yang
akan ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Pandangan
Universitas Sumatera Utara
negatif investor terhadap DER perusahaan akan meningkatkan keraguan untuk
berinvestasi sehingga harga saham perusahaan akan menurun (Kasmir, 2014:158).
2.4.2.3 Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui
kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara
keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal (Sugiono et al,
2008:67).
Penggunaan rasio profitabilitas bertujuan untuk melihat perkembangan
perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan maupun penaikan,
sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut dan hasilnya akan dijadikan alat
evaluasi terhadap kinerja manajemen. Ada beberapa rasio yang umum digunakan
dalam menilai profitabilitas perusahaan, salah satunya adalah Return On Asset
(ROA).
Return on Asset merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas
jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. ROA juga merupakan suatu
ukuran tentang efektvitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir,
2014:202). Rumus untuk mencari ROA dapat digunakan sebagai berikut:
𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑂𝑂𝑂𝑂 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴
=
Apabila kinerja suatu perusahaan
𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁𝑁 𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼𝐼
𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 π‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž
yang diukur dengan dimensi
profitabilitas dalam kondisi baik (dalam hal ini melalui ROA), maka akan
Universitas Sumatera Utara
memberikan dampak dan minat positif terhadap investor di pasar modal untuk
melakukan pembelian saham perusahaan tersebut. Meningkatnya minat investor
akan berdampak positif pada meningkatnya harga saham perusahaan (Sugiono et
al, 2008:68).
2.4.2.4 Rasio Pasar
Rasio pasar bertujuan menjadi tolok ukur yang mengaitkan hubungan
antara harga saham biasa dengan pendapatan perusahaan dan nilai buku saham
atau mencerminkan performance perusahaan secara keseluruhan. Rasio ini bisa
disebut rasio penilaian atau dapat juga dikatakan bahwa rasio ini mengaitkan
antara kondisi internal dengan kondisi pasar (market measure). Rasio pasar bisa di
analisis melalui Price Earning Ratio (PER).
Price Earning Ratio diperoleh dari harga pasar saham dibagi dengan laba
per saham, maka semakin tinggi rasio ini akan mengindikasikan bahwa kinerja
perusahaan juga semakin membaik (Kasmir, 2014:204). Indikasi akan kinerja
yang baik akan berdampak pada meningkatnya minat investor sehingga
mendorong kenaikan harga saham. Namun, jika PER terlalu tinggi juga dapat
mengindikasikan bahwa harga saham yang ditawarkan sudah sangat tinggi atau
tidak rasional. Rasio harga terhadap laba dapat dihitung dengan rumus :
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
=
𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻𝐻 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 π‘ π‘ π‘ π‘ β„Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž
𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 π‘ π‘ β„Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Žπ‘Ž
Universitas Sumatera Utara
2.5 Penelitian Terdahulu
1. Mehrara et al (2014) melakukan penelitian dengan judul “The Relationship
between systematic risk and stock returns in Tehran Stock Exchange using the
capital asset pricing model (CAPM)” menemukan bahwa risiko sistematis dan
return saham memiliki hubungan yang positif dan signifikan.
2. Setiyawan et al (2014) melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh
Current Ratio, Inventory Turnover, TimeInterest Earned Dan Return On
EquityTerhadap
HargaSaham
Pada
Perusahaan
Manufaktur
Sektor
BarangKonsumsi Yang Terdaftar Di Bei Periode 2009-2012”, melalui teknik
analisis data regresi linier berganda menemukan bahwa secara parsial CR,
TIE, dan ROE berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga saham
sedangkan ITO berpengaruh negative tidak signifikan terhadap harga saham.
Sedangkan secara serempak, keempat rasio berpengaruh signifikan terhadap
harga saham.
3. Haque et al (2013) melakukan penelitian dengan judul “Impact of
Fundamental Factors on Stock Price: A Case Based Approach on
Pharmaceutical Companies Listed with Dhaka Stock Exchange”, melalui
teknik analisis data multiple linear regression analysis penulis membuktikan
bahwa faktor fundamental perusahaan (EPS, DPS, FA/TA, ROA, dan ROE)
tidak memiliki hubungan signifikan terhadap harga saham di Dhaka Stock
Exchange. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perusahaan lebih dipengaruhi
oleh faktor-faktor lain diluar fundamental perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
4. Arista et al (2012) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Return Saham (Kasus Pada Perusahaan Manufaktur
yang Go Public di BEI periode tahun 2005-2009)”, melalui teknik analisis
regresi berganda penulis menemukan bahwa secara parsial ROA dan EPS
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham, namun DER dan
PBV memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Secara simultan,
keempat variabel fundamental tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap
return saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
5. Uli (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor
Fundamental Dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di BEI”, melalui teknik analisis
regresi berganda penulis mendapatkan hasil bahwa hanya faktor fundamental
Book Value (BV) yang mempengaruhi harga saham secara parsial, sedangkan
factor fundamental yang lainnyatidak berpengaruh, sedangkan secara simultan
semua faktor fundamental (ROA, ROE, BV, DPR, DER dan r) dan risiko
sistematik (beta) berpengaruh terhadap harga saham.
6. Sussanto et al (2009) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh
Faktor Fundamental dan Risiko Ssistematik Terhadap Harga Saham Pada
Perusahaan Perdagangan di BEI” melalui teknik analisis data multiple
regression analysis menunjukkan bahwa secara simultan semua faktor
fundamental (ROA, ROE, BV, dividend ratio, DER) dan risiko sistematis
berpengaruh signifikan tapi tidak secara parsial.
Universitas Sumatera Utara
7. Stella (2009) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Price to Earning
Ratio, Debt to Equity Ratio, Return On Asset dan Price to Book Value
Terhadap Harga Saham “, melalui analisis Panel Data Regression
Modelmenemukan hasil yang bervariasi dimana PER berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham, DER berpengaruh negative tidak signifikan
terhadap harga saham, ROA tidak berpengaruh terhadap harga saham, dan
PBV berpengaruh negative terhadap harga saham
8. Kazi (2008) melakukan penelitian dengan judul “Systematic risk factors for
Australian stock market returns”, melalui teknik analisis cointegration
analysis penulis mengatakan bahwa dalam jangka panjang return saham
dipengaruhi 4 (empat) hingga 5 (lima) risiko sistematis.
9. Ulupui (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Rasio
Likuiditas, Leverage, Aktivitas, Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham
(Studi Pada Perusahaan Makanan Dan Minuman Dengan Kategori Industri
Barang Konsumsi Di BEJ)”, melalui teknik analisis data multiple regression
menunjukkan bahwa Current Ratio dan Return On Asset berpengaruh positif
dan signifikan tehadap return saham, sedangkan variable lainnya berpengaruh
tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
No.
Peneliti/
Tahun
1.
Mohsen
Mehrara,
Zabihallah
Falahati, and
Nazi Heydari
Zahiri/ 2014
2.
Indra
Setiyawan
dan
Pardiman/
2014
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Teknik
Penelitian
Analisis
Data
The Relationship
Beta saham,
Haustman
between systematic risk stock returns
Test
and stock returns in
Tehran Stock Exchange
using the capital asset
pricing model (CAPM)
Pengaruh Current
Ratio, Inventory
Turnover, TimeInterest
Earned Dan Return On
EquityTerhadap
HargaSaham Pada
Perusahaan Manufaktur
Sektor BarangKonsumsi
Yang Terdaftar Di Bei
Periode 2009-2012
Current Ratio
(CR),
Inventory
Turnover
(ITO),
TimeInterest
Earned
(TIE),Return
On
Equity(ROE)
Regresi
Linear
Berganda
Hasil dan
Kesimpulan
Risiko sistematis
(beta) dan return
saham memiliki
hubungan yang
positif dan
signifikan
CR, TIE, dan
ROE berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap harga
saham sedangkan
ITO berpengaruh
negative tidak
signifikan
terhadap harga
saham
Universitas Sumatera Utara
No.
Peneliti/
Tahun
Lanjutan Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
Judul Penelitian
Variabel
Teknik
Penelitian
Analisis
Data
3.
Samina
Haque and
Murtaza
Faruquee/
2013
Impact of
Fundamental Factors
on Stock Price: A
Case Based
Approach on
Pharmaceutical
Companies Listed
with Dhaka Stock
Exchange
Earning per
share (EPS),
dividend per
share (DPS),
ratio fixed
asset to total
asset (FA
/TA), return
on asset
(ROA), dan
return on
equity (ROE)
Analisis FaktorEarning per
faktor Yang
share (EPS),
Mempengaruhi
debt to equity
Return Saham (Kasus ratio (DER),
Pada Perusahaan
price to book
Manufaktur yang Go value (PBV),
Public di BEI periode dan return on
tahun 2005-2009)
asset (ROA)
4.
Desy Arista
dan Astohar/
2012
5.
Herry
Sussanto dan
Dika
Nurliana/
2009
Analisis Pengaruh
Faktor Fundamental
dan Risiko Sistematik
Terhadap Harga
Saham Pada
Perusahaan
Perdagangan di BEI
ROA, ROE,
Multiple
BV, dividend
regression
payout ratio
analysis
(DPR), debt to
equity ratio
(DER),
required rate
of return (r),
dan beta saham
6.
Annissa
Analisis Pengaruh
Return on
Hasil dan
Kesimpulan
Multiple
linear
regression
analysis
EPS, DPS,
FA/TA, ROA,
dan ROE tidak
memiliki
hubungan
signifikan
terhadap harga
saham
Analisis
regresi linear
berganda
Secara parsial
ROA dan EPS
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham, namun
DER dan PBV
tidak
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham. Secara
serempak ROA,
EPS, DER, PBV
berpengaruh
signifikan
terhadap return
saham
Semua faktor
fundamental
(ROA, ROE, BV,
dividend ratio,
DER) dan risiko
sistematis
berpengaruh
signifikan tapi
tidak secara
parsial.
Hanya Book
Analisis
Universitas Sumatera Utara
Yunita Uli/
2009
Faktor Fundamental
Dan Risiko
Sistematik Terhadap
Harga Saham Pada
Perusahaan Sektor
Industri Barang
Konsumsi di BEI
7.
Stella/ 2009
Pengaruh Price to
Earning Ratio, Debt
to Equity Ratio,
Return On Asset dan
Price to Book Value
Terhadap Harga
Saham
8.
M. Kazi/ 2008 Systematic risk
factors for Australian
stock market returns
9
IG. K. A
Ulupui/ 2007
Analisis Pengaruh
Rasio Likuiditas,
Leverage, Aktivitas,
Dan Profitabilitas
Terhadap Return
Saham (Studi Pada
Perusahaan
Makanan Dan
Minuman Dengan
Kategori Industri
Barang Konsumsi Di
BEJ)
asset (ROA),
regresi linear
return on
berganda
equity (ROE),
book value
(BV), dividend
payout ratio
(DPR), debt to
equity ratio
(DER),
required rate
of return (r),
dan beta saham
Value (BV) yang
mempengaruhi
harga saham
secara parsial,
secara simultan
semua faktor
fundamental
(ROA, ROE, BV,
DPR, DER dan r)
dan risiko
sistematik (beta)
berpengaruh
terhadap harga
saham
PER, DER,
Panel Data
PER berpengaruh
ROA, PBV
Regression
positif signifikan,
Model
DER
berpengaruh
negative tidak
signifikan, ROA
tidak
berpengaruh,
PBV berpengaruh
signifikan, dan
secara serempak
berpengaruh
signifikan
terhadap harga
saham
Beta saham
Cointegration Risiko sistematik
analysis
(beta) memiliki
pengaruh dalam
jangka panjang
CR, ROA,DER, Multiple
Hanya CR dan
dan TATO.
Regression
ROA yang secara
signifikan
berpengaruh
terhadap return
saham
Universitas Sumatera Utara
2.6 Kerangka Konseptual
Sebelum melakukan kegiatan investasi, seperti membeli saham suatu
perusahaan, investor akan mempertimbangkan kondisi keuangan dan kinerja
perusahaan. Salah satu analisis yang digunakan adalah analisis fundamental
perusahaan yang pada umumnya didasarkan pada analisis terhadap rasio-rasio
keuangan(May, 2014:34). Melalui rasio-rasio keuangan tersebut, investor bisa
menilai dan mengevaluasi kondisi kesehatan perusahaan.
Apabila merujuk pada penelitian-penelitian terdahulu, adapun rasio
keuangan
yang
umum
digunakan,
yaitu
Rasio
Likuiditas,
Rasio
Solvabilitas/Leverage, Rasio Profitabilitas, dan Rasio Pasar. Penelitian yang
dilakukan oleh Setiayawan (2014) maupun Ulupui (2007)
sama-sama
menunjukkan bahwa rasio likuiditas (diukur dengan CR) berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham. Likuiditas yang baik memberi sinyal positif bagi
investor sehingga mendorong naiknya harga saham.
Hasil penelitian Stella (2009) mendukung teori bahwa rasio solvabilitas
(diukur dengan DER) berpengaruh negatif terhadap harga saham. Namun pada
penelitian yang dilakukan Ulupui (2007), Uli (2009), maupun Arista (2012)
menemukan bahwa DER hanya mempengaruhi harga saham apabila diukur secara
serempak,tidak secara parsial.
Investor memiliki kecenderungan untuk memilih perusahaan dengan
profitabilitas yang baik, karena peningkatan laba yang konsisten akan mendorong
kenaikan harga saham (Sugiono et al, 2008:68). Teori bertentangan dengan
temuan dalam penelitian Haque (2013) dan penelitian Uli (2009)dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan ROAsebagai ukuran profitabilitas menunjukkan bahwa tidak ada
pengaruh ROA terhadap harga saham. Namun teori tersebut didukung oleh
penelitian Ulupui (2007) dan Arista (2012) yang menunjukkan bahwa ROA
berpengaruh terhadap harga saham.
Kemudian untuk melihat hubungan suatu saham dengan pasar dan
bagaimana pasar menghargai nilai suatu saham maka dianalisis melalui rasio
pasar, dimana dalam hal ini bisa menggunakan Price Earning Ratio. Nilai PER
yang tinggi mengindikasikan kinerja perusahaan yang baik (Kasmis, 2014:204)
sehingga akan mendorong minat investor untuk berinvestasi dan hal ini didukung
oleh penelitian Stella (2009) yang menemukan pengaruh positif PER terhadap
harga saham.
Investor tentunya mengharapkan imbal hasil dari investasi, namun dalam
setiap keputusan investasi saham ada risiko yang mengikutinya, seperti risiko
sistematis yaitu risiko yang mempengaruhi pasar dan tidak bisa didiversifikasi.
Berdasarkan latar belakang, pendapat pakar keuangan, dan beberapa hasil
penelitian terdahulu, maka kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah :
Faktor Fundamental
(CR, DER, ROA, PER)
Harga Saham
Risiko Sistematis
(Beta)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.7 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini,yaitu:
1. Faktor Fundamental (dalam hal ini CR, DER, ROA, PER) secara parsial
berpengaruh terhadap harga saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI periode tahun 2010-2014.
2. Risiko Sistematis (Beta) secara parsial berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014.
3. Faktor Fundamental (dalam hal ini CR, DER, ROA, PER)dan Risiko
Sistematis (Beta) secara serempak berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode tahun 2010-2014.
Universitas Sumatera Utara
Download