BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1 ,Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, sekitar 60 Kilometer dari kota Jakarta dengan luas sekitar 28,86 hektar pada ketinggian 290 meter dari permukaan laut. Setelah dirasa bahwa kota Batavia terlalu panas dan ramai sehingga orang-orang Belanda mencari tempat yang berhawa sejuk di luar kota Batavia. Gubernur Jenderal belanda, G.W. Baron Van Imhoff, melakukan pencarian dan menemukan sebuah tempat yang baik dan strategis di sebuah kampung, yang bernama Kampoeng Baroe, pada tanggal 10 Agustus 1744. Setahun kemudian, pada tahun 1745, Gubernur Jenderal G.W. Baron Van Imhoff (1745-1750) memerintahkan pembangunan atas tempat pilihannya itu sebuah pesanggrahan yang diberi nama ‘Buitenzorg’1. Sketsa bangunannya mencontoh arsitektur Istana Bleinheim di Inggris, kediaman Duke of Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Pada 10 Oktober 1834, gempa bumi hebat merusakkan Istana Buitenzorg. Pada 1850, Gubemur Jenderal Albertus Jacob Duymaer Van Twist memutuskan untuk merubuhkan semua bangunan, dan membangun kembali sebuah istana dengan konsep arsitektur yang sama sekali baru. Malapetaka gempa bumi itu juga mengingatkan para perencana untuk tidak membangun puri yang rentan terhadap gempa. Diputuskanlah mendirikan puri berlantai satu mengikuti gaya Palladio yang populer di Eropa pada masanya. Hanya denah puri saja yang masih dipertahankan, yaitu konsep bangunan induk di tengah, dan masing-masing sebuah bangunan di sayap kanan dan kiri. Untuk menghubungkan gedung induk dengan gedung sayap, dibangunlah jembatan lengkung dari kayu. Menurut sumber dari website resmi Sekretariat Negara Republik Indonesia, bangunan ini telah mengalami beberapa pemugaran dan pergantian kekuasaan Gubernur Jenderal Belanda, namun pada tahun 1949, ketika Belanda 1 Brosur resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012. 1 mengakui kedaulatan Republik Indonesia, Istana Bogor diserahkan secara resmi oleh Kerajaan Belanda kepada Republik Indonesia, dan pada tahun 1952 Presiden Soekarno baru mulai melakukan pemugaran secara bertahap, yang pertama dipugar adalah bagian depan bangunan induk. Ditambahkan sebuah beranda (portico)’ yang ditopang oleh enam tiang berlaras ionia. Dalam memugar Istana Bogor, Bung Karno tetap mempertahankan Gaya Arsitektur Palladian. 2 1.2. Perumusan Masalah Sebagai bangunan bersejarah, Istana Kepresidenan Bogor merupakan Bangunan yang memiliki nilai yang tinggi bagi perkembangan arsitektur di Indonesia, Gaya “Arsitektur Palladian” yang dimilikinya berkembang pada saat Pemerintahan Kolonial Belanda di Indonesia. Perbaikan Bangunan sudah berkalikali dialami oleh bangunan ini, namun masih mempertahankan langgam palladian pada gaya arsitekturnya, Maka dari itu, penelitian ini memuat kajian terhadap penerapan langgam arsitektur palladian pada Istana Kepresidenan Bogor. 1.3. Pertanyaan Penelitian - Bagaimana penerapan langgam Arsitektur Palladian Istana Kepresidenan Bogor? 1.4. Maksud Dan Tujuan Penelitian Maksud dari studi dan penulisan skripsi ini adalah menghasilkan identifikasi gaya arsitektur yang dianut oleh Istana Bogor yang mencakup sejarah dan perkembangan fisik objek studi tersebut. Tujuan dari studi dan penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui penerapan langgam palladian pada Istana Kepresidenan Bogor, dilihat dari unsurunsur arsitektur yang dimilikinya. 2 2 Website resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012. Dikutip: 17 Februari 2012, diunduh dari: URL: http://Setneg.go.id. 2 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian dibatasi pada ruang lingkup kajian arsitektur. Diawali dengan pembahasan teori-teori dan literatur yang berkaitan dengan bangunan peninggalan kolonial, langgam arsitektur klasik, langgam Arsitektur Palladian, dan karakteristik Istana Kepresidenan di Indonesia. Objek studi yang akan diteliti adalah bangunan Istana Kepresidenan Bogor yang terletak di pusat kota Bogor. Gambar 1.1. Bagian Sayap Utama Istana Kepresidenan Bogor Gambar 1.2. Bagian Sayap Kanan dan Sayap Kiri Istana Kepresidenan Bogor. Pembahasan penelitian akan terfokus pada : • Penerapan Langgam Arsitektur Palladian pada Istana Kepresidenan Bogor. 3 1.6. Metoda Studi Metoda studi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini adalah metoda kualitatif-deskriptif-argumentatif yang dilakukan dengan cara observasi secara langsung terhadap objek studi, maupun data wawancara dengan pengurus Istana. 1.6.1. Tempat Dan Waktu Penelitian Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kotamadya Bogor, Provinsi Jawa Barat, sekitar 60 kilometer dari Jakarta atau 43 kilometer dari Cipanas. Waktu Penelitian dimulai dari bulan Januari sampai bulan April. 1.6.2. Populasi Dan Sumber Data Sumber data diperoleh langsung dari wawancara langsung dengan pengurus dan pengelola Istana Kepresidenan Bogor. Adapun data pustaka diperoleh dari buku panduan resmi dan brosur Istana Kepresidenan Bogor, maupun dari website resmi sekretariat negara dan wikipedia. 1.6.3. Metoda Pengumpulan Data Studi Literatur, yaitu sebuah usaha untuk mendapatkan data melalui studi literatur mengenai gaya arsitektur Istana Kepresidenan di Indonesia ,bangunan peninggalan kolonial, dan literatur lainnya yang mendukung penelitian ini. Observasi, yaitu penelitian langsung terhadap objek sehingga dapat dibandingkan antara teori yang didapat dari literatur dengan kenyataan yang ada di lapangan. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui hasil tanya jawab dengan narasumber yang memiliki berbagai informasi mengenai Istana Kepresidenan Bogor. 4 1.7. Kerangka Penelitian. Pemilihan Judul,Topik, dan Objek Studi Pengumpulan Data Studi Literatur Survey Lapangan Pengumpulan data Literatur: Pengumpulan Data Lapangan: Langgam Arsitektur Palladian Foto bangunan tempo dulu dan saat ini. Perkembangan dan Unsur-Unsur Arsitektur Palladian Gambar Kerja Bangunan Karya Andrea Palladio Foto Kawasan sekitar Bangunan Karakteristik Istana Kepresidenan di Indonesia Wawancara dengan pihak terkait Analisis Unsur - Unsur Arsitektur Istana Bogor: Unsur Palladian: Tatanan massa pada bangunan Tatanan massa pada bangunan Denah dan tatanan ruang dalam Denah dan tatanan ruang dalam bangunan Unsur Arsitektur bangunan Tampak bangunan Tampak bangunan Elemen dan ornamen pada Elemen dan ornamen pada bangunan bangunan Sistem konstruksi bangunan Sistem konstruksi bangunan Material khas bangunan Material khas bangunan Kesimpulan Diagram 1.1. Kerangka Penelitian 5 1.8. Sistematika Penulisan Bab 1 : Pendahuluan Merupakan awal bagian yang berisi gambaran secara umum tentang isi skripsi ini, sebagai suatu usaha untuk mengantarkan, memandu, dan menjelaskan ide dan tujuan penelitian dilakukan. Bab ini berisikan tentang latar belakang penelitian, identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, metoda studi, kerangka penelitian, dan sistematika penulisan. Maksud dari penulisan pendahuluan ini adalah memberikan gambaran awal mengenai isi skripsi secara keseluruhan. Bab II: Kajian Pustaka Pada bab ini berisi data-data dan teori-teori yang didapat dari berbagai literatur. Teori-teori tersebut berupa teori tentang arsitektur palladian dan upaya-upaya dalam identifikasi penerapan langgam arsitektur palladian dilihat dari unsur-unsur arsitektur yang dimilikinya. Bab III : Objek Studi Pada bagian ini terdapat penjelasan tentang bangunan berupa data-data lapangan yang didapat dari hasil survei lapangan berupa foto-foto bangunan dari jaman dulu hingga saat ini, gambar kerja bangunan, sejarah bangunan, dan hasil wawancara serta data lain yang berhubungan dengan Istana Bogor. Bab IV : Analisis Menganalisis bangunan dari berbagai data hasil survei yang disesuaikan dengan teori-teori yang telah didapat dari kajian pustaka. Membandingkan unsur-unsur arsitektur palladian dengan unsur arsitektur Istana Bogor lalu mencari persamaan, perbedaan dan kekhasannya masing-masing. Kemudian dibandingkan dengan kenyataan di lapangan sehingga terdapat ulasan mengenai kajian penerapan langgam arsitektur palladian pada Istana Bogor. Bab V : Kesimpulan Bab terakhir ini menguraikan hasil kesimpulan yang didapat dari semua hasil studi dan analisis terhadap bangunan. Serta penambahan saran terhadap bahasan di atas secara keseluruhan. 6