Pembahasan Pengertian Psikologi Dakwah Secara harfiah

advertisement
Pembahasan
A. Pengertian Psikologi Dakwah
Secara harfiah, psikologi artinya ‘ilmu jiwa’ berasal dari kata yunani psyce ‘jiwa’
dan logos ‘ilmu’. Akan tetapi yang dimaksud bukanlah ilmu tentang jiwa. Psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sebagai gambaran dari keadaan
jiwanya.
Kata dakwah menurut bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Arab, yaitu dari
kata: da’a – yad’u – da’watan. Kata tersebut mempunyai makna menyeru, memanggil,
mengajak dan melayani.1
Abdul Munir Mulkan, mengemukakan bahwa dakwah adalah mengubah umat
dari suatu situasi kepada situasi lain yang lebih baik di dalam segala segi kehidupan
dengan tujuan merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik
bagi kehidupan seorang pribadi, kehidupan keluarga maupun masyarakat sebagai
suatu keseluruhan tata kehidupan bersama.2
Psikologi
dakwah
dapat
didefinisikan
sebagai
ilmu
pengetahuan
yang
mempelajari tentang gejala-gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses
kegiatan dakwah. Psikologi dakwah dapat juga diberi batasan sebagai ilmu yang
mempelajari tentang tingkah laku manusia yang merupakan cerminan hidup
kejiwaannya untuk diajak kepada pengalaman ajaran-ajaran Islam demi kesejahteraan
hidup manusia dunia dan akhirat.3
Tujuan psikologi dakwah adalah membantu dan memberikan pandangan
kepada para Da’i tentang pola dan tingkah laku para Mad’u dan hal-hal yang
mempengaruhi tingkah laku tersebut yang berkaitan dengan aspek kejiwaan (psikis)
sehingga mempermudah para Da’i untuk mengajak mereka kepada apa yang
dikehendaki ajaran Islam.
A.1 Psikologi
1 Mahmud Yunus, Pedoman Dakwah Islamiyah, (Jakarta: Hidakarya Agung, 1980), hal. 127.
2 Abdul Munir Mulkhan, Paradigma Intelektual Muslim, (Yogyakarta: Sipress, 1993), hal. 100.
3 Lihat, Faizah dan Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, hlm 8
1
Secara sederhana Psikologi sering disebut sebagai ilmu yang mempelajari
tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Sedangkan pengertian atau
definisi yang lebih terperinci menyebutkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan
yang mempelajari tingkah laku lahiriah manusia dengan menggunakan metode
observasi secara obyektif, seperti terhadap rangsang (stimulus) dan jawaban (respon)
yang menimbulkan tingkah laku.
A.2 Dakwah
Kalimat dakwah mengandung muatan makna aktif dan menantang, berbeda
dengan kalimat tabligh yang artinya menyampaikan. Ukuran keberhasilan seorang
mubaligh adalah manakala ia berhasil menyampaikan pesan islam dan pesannya
sampai (wama ‘alaina illa al balagh), sedangkan bagaimana respon masyarakat tidak
menjadi tanggung jawabnya. Dari sini kita juga dapat menyebutkan apa sebenarnya
tujuan dari dakwah itu sendiri? Adapun tujuan dari dakwah adalah untuk menumbuhkan
pengertian, kesadaran, penghayatan dan pengamalan ajaran agama yang dibawakan
oleh aparat dakwah/da’i.
Dengan demikian maka dapat dirumuskan bahwa dakwah ialah usaha
mempengaruhi orang lain agar mereka bersikap dan bertingkah laku seperti apa yang
didakwahkan oleh Da’i. Setiap da’i agama pun pasti berusaha mempengaruhi orang lain
agar mereka bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan agama mereka. Dengan
demikian pengertian dakwah islam adalah upaya mempengaruhi orang lain agar
mereka bersikap dan bertingkah laku islami (memeluk agama islam).
Sebagai perbuatan atau aktifitas, dakwah adalah peristiwa komunikasi di mana
da’i menyampaikan pesan melalui lambang-lambang kepada Mad’u, dan mad’u
menerima pesan itu, mengolahnya dan kemudian meresponnya. Jadi, proses saling
mempengaruhi antara da’I dan mad’u adalah merupakan peristiwa mental. Dengan
mengacu pada pengertian psikologi, maka dapat dirumuskan bahwa psikologi dakwah
ialah ilmu yang berusaha menguraikan, meramalkan dan mengendalikan tingkah laku
manusia yang terkait dalam proses dakwah. Psikologi dakwah berusaha menyingkap
apa yang tersembunyi di balik perilaku manusia yang terlibat dalam dakwah, dan
selanjutnya menggunakan pengetahuan itu untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan
dari dakwah itu.
2
B. Objek Kajian Psikologi Dakwah
Sebagaimana umumnya ilmu pengetahuan yang lain, selalu terdiri dari dua objek
kajian, yaitu objek material dan objek formal. Objek material yaitu objek yang menjadi
pokok bahasan sebuah ilmu, sedangkan objek formal yaitu sudut pandang sebuah ilmu
dikaji, seperti apakah dari segi epistemologi, ontologi ataukah aksiologi. Oleh karena itu
objek material psikologi dakwah adalah manusia sebagai objek dakwah. Sedangkan
objek formalnya yaitu segala hidup kejiwaan (tingkah laku) manusia yang terlibat dalam
proses dakwah.
C. Tujuan Psikologi Dakwah
Oleh karena psikologi dakwah mempedomani kegiatan dakwah, maka tujuan
psikologi dakwah adalah memberikan pandangan tentang mungkinnya dilakukan
perubahan tingkah laku atau sikap mental psikologis sasaran dakwah sesuai dengan
pola/pattern
kehidupan
yang
dikehendaki
oleh
ajaran
agama
yang
didakwahkan/diserukan oleh aparat dakwah/da’i.
D. Hubungan Psikologi Dakwah dengan Ilmu-ilmu Lain
Faizah dan Muchsin Effendi dalam bukunya Psikologi Dakwah (2006)
menyebutkan beberapa contoh hubungan ilmu psikologi dakwah dengan ilmu-ilmu lain
seperti:
1) Hubungan psikologi dakwah dengan psikologi agama
Islam adalah agama dakwah, agama menyebar luaskan kebenaran dan mengajak
orang-orang yang belum mempercayainya untuk percaya, menumbuhkan pengetian
dan kesadaran agar umat islam mampu menjalani hidup sesuai dengan perintah.
Dengan
demikian,
setiap
muslm
berkewajiban
untuk
berdakwah.
Dalam
melaksanakan tugas dakwah, seorang da’i dihadapkan pada kenyataan bahwa
individu-individu yang akan di dakwah memiliki keberagaman dalam berbagai hal
3
seperti fikiran (ide-ide), pengalaman kepribadian dan lain-lain. Dengan kata lain
seorang da’i di tuntut menguasai studi Psikologi yang mempelajari tentang kejiwaan
manusia
sebagai
individu
maupun
anggota
masyarakat,
baik
pada
fase
perkembangan manusia anak, remaja dewasa dan manula.
2) Hubungan Psikologi Dakwah Dengan Ilmu Komunikasi
Kegiatan dakwah adalah kegiatan komunikasi, dimana da’i mengkomunikasikan
pesan kepada mad’u perorangan atau kelompok secara teknis dakwah adalah
komunikasi antara da’i (komunikator dan mad’u (komunikan) hukum dalam
komunikasi berliku juga dalam dakwah, hambatan komunikasi berarti hambatan
dakwah. Perbedaan dakwah dengan komunikasi terletak pada muatan pesannya,
pada komunikasi sifatnya netral sedang pada dakwah terkandung nilai keteladanan
dan kebenaran.
3) Hubungan Psikologi Dakwah dengan Patologi Sosial
Sebelum memulai kegiatan dakwah, para da’i perlu mengetahui lebih jauh apa saja
penyakit-penyakit masyarakat dan penyakit masyarakat di bahas dalam patologi
sosial yang membahas tentang sikap, kegiatan yang bertentangan dengan normanorma agama, masyarakat, adat istiadat dan sebagainya.
4) Hubungan Psikologi Dakwah dengan Sosiologi
Dakwah merupakan komunikasi antara da’i dan mad’u akan melahirkan interaksi
sosial, karena itu sosiologi menaruh perhatian pada interaksi sosial tersebut.
5) Hubungan Psikologi Dakwah dengan Psikologi Individual
Misi dakwah dalam hal ini adalah menyadarkan manusia sebagai makhluk individual
yang harus meningkatkan diri pada khaliknya dan mengintegrasikan dirinya dengan
masyarakat. Bantuan psikologi individual dengan psikologi dakwah terletak pada
pengungkapan tentang hal ikhwal hidup kejiwaan individual dengan aspek-aspek
dan ciri-cirinya sesuai dengan kebutuhan melalui proses dakwah yang tepat.
6) Hubungan Psikologi Dakwah dengan Psikologi Sosial
Psikologi sosial merupakan landasan yang memberikan dan mengarahkan psikologi
dakwah kepada pembinaan sosialisasi manusia sebagai objek dakwah karena
psikologi sosial mempelajari tentang penyesuaian diri manusia yang ditimbulkan
oleh rangsangan-rangsangan sosial.
4
Kesimpulan
1. Psikologi dakwah dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari
tentang gejala-gejala hidup kejiwaan manusia yang terlibat dalam proses kegiatan
dakwah
2. Dari penjelasan tentang psikologi dakwah di atas dapat kita lihat bahwa erat sekali
hubungan antara psikologi dengan dakwah.
3. Karena ketika seseorang berdakwah (da’i) maka ia perlu bahkan harus mengetahui
kondisi psikologis obyek yang didakwahi (mad’u) agar apa yang disampaikan
nantinya dapat tersampaikan dengan baik. Karena dakwah itu sendiri merupakan
suatu kegiatan yang mempengaruhi orang lain agar mau merubah tingkah lakunya
dan mengikuti sesuai dengan yang disyari’atkan oleh agama (islam).
4. Perlu kita ketahui juga bahwasanya tujuan utama dari dakwah adalah bagaimana
nantinya seorang mad’u dapat atau mau menjalankan apa yang disampaikan oleh
seorang da’i, bukan hanya sekedar dipahami, direnungkan dan dirasakan saja. Dan
bagaimana agar seorang mad’u benar-benar menjalankan apa yang disampaikan
oleh da’i dengan penuh kesadaran dari dirinya sendiri.
5
Daftar Pustaka
Abdul Munir Mulkhan, 1993. Paradigma Intelektual Muslim. Yogyakarta: Sipress.
Arifin, M. 1990. Psikologi Dakwah Suatu Pengantar Studi. Jakarta: Bumi Aksara.
Faizah dan Effendi, Muchsin. 2006. Psikologi dakwah. Jakarta: Kencana.
Mubarok, Achmad. Psikologi Dakwah. 1997. Jakarta: Pustaka Firdaus.
http://nurhafani.blogspot.com/2012/05/psikologi-dakwah.html
http://ienhaalfair.blogspot.com/p/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
Yunus Mahmud, 1973. Pedoman Dakwah Islamiyah. Jakarta: Hidakarya Agung.
6
Download