PENGARUH KERJASAMA FEDERASI RUSIA DAN REPUBLIK RAKYAT TIONGKOK TERHADAP DINAMIKA PEREKONOMIAN INDONESIA Skripsi oleh: NATASHIA IVANA CHANDRA E 131 11 252 diajukan sebagai syarat memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Hubungan Internasional FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerjasama ekonomi internasional merupakan salah satu kajian yang tidak dapat dipisahkan dari Ilmu Hubungan Internasional. Kerjasama yang dijalin antar negara sangatlah berhubungan dengan kepentingan nasional sebuah negara dan sangat berpengaruh terhadap hubungan antar negara yang di jalin, serta memberikan kontribusi dalam percaturan politik internasional secara global. Rusia yang biasanya disebut Federasi Rusia merupakan negara yang terbesar di dunia, yakni 17.075.400 km2 dengan jangkauan lingkungan yang sangat luas yang juga mencakup sebelas zona waktu dunia. 1 Terbentuknya Federasi Rusia setelah pecahnya Uni Soviet telah menjadi awal perjalanan negara ini, yang kemudian mengalami pasang surut dan melewati berbagai tantangan, terutama pada tahun 1998 ketika terjadi krisis finansial Federasi Rusia.2 Namun, perubahan pun terjadi ketika terjadi pergantian presiden, yakni naiknya Presiden Putin, yang membawa Federasi Rusia ke arah yang lebih baik, terjadi pertumbuhan ekonomi dalam sembilan tahun berturut-turut serta peningkatan 1 Berdasarkan Deklarasi 725 Pemerintah Federasi Federasi Rusia pada tanggal 26 Oktober 2014, ditandatangani oleh Presiden Vladimir Putin, diakses dari http://www.worldtimezone.com/dst_news/dst_news_russia66.html, pada tanggal 10 Desember 2014 2 A. Aslund. 2008. Russia’s Capitalist Revolution. Washington D.C.: World Bank, 20 standar hidup yang membawa Federasi Rusia kembali masuk ke pasar dunia sejak tahun 2000. 3 Federasi Rusia merupakan negara yang ekonominya sangat bergantung kepada energi. Saat ini Federasi Rusia sedang berjuang untuk kembali mengejar ketertinggalan ekonominya. Sejak tahun 2011, perekonomian Federasi Rusia mulai mencapai stagnansi, meskipun harga minyak dan gas meninggi. Pada bulan Maret tahun 2014, Federasi Rusia mendapatkan sanksi atas krisis Ukraina oleh negara-negara Barat, yakni Amerika Serika, Uni Eropa dan beberapa organisasi lainnya. Pengadaan sanksi tersebut semakin memberatkan perekonomian Federasi Rusia. Hal ini juga mengakibatkan melemahnya Ruble, dan meningginya utang negara, yakni hampir mencapai 1/3 dari GDP (Gross Domestic Product), sebesar $57 Milyar, dan utang korporasi bahkan mencapai sepuluh kali lipat dari nilai tersebut. Adapun sanksi yang diberikan oleh Dewan Uni Eropa terhadap negara anggota Uni Eropa terhadap Federasi Rusia, dicantumkan ke dalam Regulasi Dewan Uni Eropa dengan nomor 833/2014 berupa larangan-larangan bagi negara anggota yang dikeluarkan pada tanggal 31 Juli 2014. Larangan tersebut sangat memberatkan bagi Federasi Rusia, mengingat Uni Eropa merupakan partner dagang terbesar Rusia untuk pemasaran minyak dan sumber daya mineral lainnya. Dalam regulasi tersebut, negara-negara anggota Uni Eropa dilarang untuk melakukan transaksi dengan Rusia dalam bentuk apapun, seperti tercantum dibawah ini: 3 Berdasarkan data CIA World Factbook, diakses dari www.cia.gov/library/publications/theworld-factbook/geos/rs.html, pada tanggal 10 November 2014. (4) It is also appropriate to apply restrictions on the sale, supply, transfer or export, directly or indirectly, of certain technologies for the oil industry in Russia in the form of a prior authorisation requirement. Article 2: 1. It shall be prohibited to sell, supply, transfer or export, directly or indirectly, dual-use goods and technology, whether or not originating in the Union, to any natural or legal person, entity or body in Russia or for use in Russia, if those items are or may be intended, in their entirety or in part, for military use or for a military end-user. Where the end-user is the Russian military, any dual-use goods and technology procured by it shall be deemed to be for military use. 2. When deciding on requests for authorisations in accordance with Council Regulation (EC) No 428/2009, the competent authorities shall not grant an authorisation for exports to any natural or legal person, entity or body in Russia or for use in Russia, if they have reasonable grounds to believe that the end-user might be a military end-user or that the goods might have a military end-use.4 Dengan jelas, Uni Eropa melarang adanya penjualan, penyediaan, transfer atau ekspor, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada individu atau entitas atau institusi di Rusia. Selain itu, salah satu bidang yang paling krusial, yakni perdagangan energi juga tidak diperbolehkan jika tidak diotorisasi semasa 4 Dalam Regulations of European Union Council, diakses dari http://eur-lex.europa.eu/legalcontent/EN/TXT/PDF/?uri=CELEX:32014R0833&from=EN. Diakses pada tanggal 12 November 2014. Federasi Rusia dikenakan sanksi, yang tercantum dalam Artikel 3 Aturan Dewan Uni Eropa: 3. Annex II shall include certain technologies suited to the oil industry for use in deep water oil exploration and production, Arctic oil exploration and production, or shale oil projects in Russia. 4. Exporters shall supply the competent authorities with all relevant information required for their application for an export authorisation. 5. The competent authorities shall not grant any authorisation for any sale, supply, transfer or export of the technologies included in Annex II, if they have reasonable grounds to determine that the sale, supply, transfer or export of the technologies is for projects pertaining to deep water oil exploration and production, Arctic oil exploration and production, or shale oil projects in Russia.5 Oleh karena itu, Federasi Rusia harus segera mencari pengganti market Uni Eropa untuk dapat mempertahankan negaranya, sehingga Federasi Rusia memutuskan untuk melirik pasar Asia Pasifik, di mana peluang masih terbuka lebar dan populasi target pemasaran juga memadai. Di sisi lain, Republik Rakyat Tiongkok dianggap sebagai salah satu ancaman baru dalam perekonomian dunia. Dengan jumlah penduduk sebanyak kurang lebih 1,35 Milyar jiwa 6 menjadikan Republik Rakyat Tiongkok sebagai 5 6 Ibid. Berdasarkan data World Bank 2014, diakses melalui http://data.worldbank.org/indicator/SP.POP.TOTL, pada tanggal 10 November 2014 kekuatan ekonomi yang kini memainkan peran yang sangat besar bagi perkembangan ekonomi global. Pada tahun 2013, Republik Rakyat Tiongkok dinyatakan sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia dengan penghasilan nominal total dan purchasing power parity yang luar biasa serta merupakan negara importer dan eksporter terbesar. 7 Hubungan bilateral Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok telah mengalami fluktuasi, hubungan Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok sebagai negara tetangga tidak selamanya akur, yakni pada tahun 1969 terjadi konflik perbatasan antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok yang pernah mengakibatkan hubungan bilateral kedua negara renggang. Federasi Rusia mulai mengurangi penjualan senjata ke Republik Rakyat Tiongkok pada tahun 1990-an, berdasarkan kekhawatiran tentang kebangkitan Republik Rakyat Tiongkok, yakni kempampuan Republik Rakyat Tiongkok untuk mereplikasi beberapa sistem senjata yang paling canggih, dan kemampuannya untuk campur tangan atas ruang lingkup pengaruh Federasi Rusia. Kekhawatiran mereka hanya tumbuh dengan berjalannya waktu. Program rudal China dapat dikatakan sebagus Federasi Rusia dan mungkin unggul dalam hal pesawat udara kendali jauh. Pada waktunya, Federasi Rusia dapat membeli senjata dari China, bukan sebaliknya. Pada tahun 2004, Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok kembali menjalin hubungan bilateral yang aktif, dimulai dengan adanya perjanjian SinoFederasi Rusia, yakni sebuah perjanjian kerjasama untuk mengatasi masalah perbatasan antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok. Kemudian pada 7 Gary White. China Trade Now Bigger Than US. London: The Telegraph, 2013, diakses melalui http://www.telegraph.co.uk/finance/economics/9860518/China-tradenow-bigger-than-US.html, pada tanggal 12 November 2014 tahun 2008, Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Tiongkok dan Perdana Mentri Sergei Lavrov kembali menandatangani perjanjian tambahan atas perbatasan Sino-Federasi Rusia, dan hubungan bilateral keduanya makin berkembang. Hubungan kerjasama antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok belakangan ini telah menarik banyak perhatian dari berbagai aktor politik internasional. Setelah Federasi Rusia menerima sanksi dari Uni Eropa dan Amerika Serikat atas sengketa Krimea di Ukraina, Federasi Rusia harus mencari solusi bagaimana cara terbaik untuk dapat memasarkan atau mengekspor hasil bumi yang dimiliki untuk disubstitusi dengan kepentingan nasional Federasi Rusia melihat lebih jauh kepada pasar Asia Pasifik yang sedang berkembang dengan langkah awal menjalin kerjasama dengan Republik Rakyat Republik Rakyat Tiongkok. Presiden Federasi Rusia, Vladimir Putin dan Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Xi Jin Ping telah melakukan kunjungan diplomatis berkelanjutan sejak bulan Maret 2014, yakni kunjungan Presiden Xi Jin Ping ke Moscow, Russia, yang kemudian dilanjutkan pada pertemuan Shanghai Cooperaton Organization (SCO) yang dilaksanakan di Dushanbe pada bulan September 2014. Berbagai kunjungan kenegaraan lainnya pun dilaksanakan seperti kunjungan Presiden Vladimir Putin pada bulan November 2014. Perjanjian kerjasama yang ditandatangani pada bulan Oktober 2014 oleh Perdana Menteri Federasi Rusia, Dmitriy Medvedev dan Perdana Menteri Republik Rakyat Republik Rakyat Tiongkok, Li Keqiang menjadi tanda keseriusan jalinan kerjasama ekonomi antara kedua belah pihak. Perjanjian tersebut meliputi 38 jenis perjanjian energi, keuangan dan perdagangan antara Republik Rakyat Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia, juga berisi ketentuan bahwa dalam perdagangan antara kedua belah pihak, mata uang yang akan digunakan merupakan pertukaran mata uang Republik Rakyat Republik Rakyat Tiongkok (Yuan) dan mata uang Federasi Rusia (Rubel).8 Kerjasama yang dijalin antara kedua belah pihak kini telah berkembang hingga lebih dari 100% dibandingkan dengan enam tahun lalu yakni dari $40milyar menjadi $90milyar, meskipun jika dibandingkan dengan perdagangan Federasi Rusia dengan negara-negara Uni Eropa yang masih jauh lebih besar. 9 Menurut China Daily, Federasi Rusia hanya masuk dalam 10 besar partner dagang Republik Rakyat Republik Rakyat Tiongkok di tahun 2013. Dengan adanya perjanjian kerjasama yang baru di tahun 2014 ini, diprediksikan bahwa ranking tersebut akan meningkat. Pada tahun 2014, tepatnya pada tanggal 25 Februari, Indonesia dan Federasi Rusia mengadakan pertemuan komisi untuk membahas perdagangan kedua belah pihak, yang menghasilkan proyek pembangunan kereta batu bara di Kalimantan Timur. Indonesia merupakan salah satu negara eksportir energi terbesar di dunia. Pada tahun 2013, Indonesia dianugerahi peringkat keempat eksporter LNG (Liquid Natural Gas) atau Gas Alam Cair, dan merupakan peringkat pertama eksporter batu bara dunia menurut berat ekspornya, yakni mengekspor 75% hasil 8 Chris Wright. $400 Billion Gas Deal Shows Russia Looking to China to Replace Western Money, diakses melalui http://www.forbes.com, pada tanggal 30 November 2014 9 Pernyataan Dmitry Medvedev dalam pernyataan publik setelah penandatanganan perjanjian di Moscow, 13 Oktober 2014, diakses dari http://www.reuters.com/article/2014/10/13/russia-china-banksidUSL6N0S82EJ20141013, pada tanggal 17 November 2014 produksinya. 10 Indonesia sangatlah berpotensi untuk menjadi salah satu sumber energi yang dapat diandalkan, terutama di regionnya. Keberadaan Indonesia di Asia sebagai net eksportir gas dan energi terbesar, seharusnya dapat menggarap pasar Asia, seperti Republik Rakyat Tiongkok sebagai konsumer energi terbesar. Adanya kerjasama Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok dengan membangun pipeline langsung, tentunya dapat memberikan pengaruh terhadap dinamika perekonomian Indonesia, yakni penguasaan pasar oleh Federasi Rusia. Melihat fenomena ini, penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam bagaimana perkembangan kerjasama antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok, serta pengaruhnya terhadap dinamika perekonomian Indonesia dalam judul “Pengaruh Kerjasama Ekonomi Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok Terhadap Dinamika Perekonomian Indonesia”. Alasan penulis memilih judul tersebut karena kajian perekonomian internasional dan perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak serta pengaruhnya terhadap perekonomian Indonesia merupakan kajian yang sangat menarik untuk dikaji lebih dalam. B. Batasan dan Rumusan Masalah Hubungan bilateral antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok merupakan salah satu topik pembahasan dalam politik internasional yang diperbincangkan saat ini. Hal ini tentu menyangkut aspek diperhitungkannya 10 Menurut data U.S. Energy Information Administration, diakses dari http://www.eia.gov/beta/international/country.cfm?iso=IDN, pada tanggal 04 April 2015 Republik Rakyat Tiongkok sebagai kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat saat ini. Dilihat dari sisi historis, hubungan Republik Rakyat Tiongkok dan Federasi Rusia memang memiliki ikatan yang tidak dapat dipisahkan. Perjanjian kerjasama antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok meliputi berbagai perjanjian kerjasama energi, perdagangan bahan mentah, persenjataan dan lainnya. Saat ini Republik Rakyat Tiongkok merupakan negara kedua penerima impor dari Federasi Rusia untuk bahan mentah yang berasal dari alam, sedangkan Russia masuk dalam 20 besar negara yang melakukan perdagangan dengan Republik Rakyat Tiongkok. Saat ini, Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok telah menandatangani perjanjian kerjasama perdagangan energi dan sedang mengerjakan proyek pembangunan pipeline untuk distribusi energi langsung dari Federasi Rusia ke Republik Rakyat Tiongkok. Kerjasama antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok juga mendapatkan perhatian dari mata dunia, terutama pasca pemberian sanksi Uni Eropa terhadap Federasi Rusia. Indonesia sebagai salah satu eksporter energi terbesar di Asia pun perlu memperhatikan hal ini. Meskipun Indonesia menjalin hubungan kerjasama dengan Federasi Rusia untuk pembangunan infrastruktur energi, namun kerjasama langsung yang diadakan oleh Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok tentunya juga memberikan pengaruh terhadap dinamika perekonomian Indonesia yang berada dalam satu region dengan Republik Rakyat Tiongkok. Melihat fenomena yang terjadi, penulis menetapkan untuk melihat lebih jauh mengenai permasalahan tersebut serta merumuskan pertanyaan sebagai batasan penulisan skripsi ini, dengan tujuan untuk menghindari kesalahan dalam menganalisis permasalahan di atas, yakni sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan kerjasama ekonomi Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok di bidang energi dan infrastruktur? 2. Bagaimana dinamika perekonomian di Indonesia dalam bidang energi dan infrastruktur? 3. Sejauh mana kerjasama ekonomi Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok mempengaruhi dinamika perekonomian Indonesia? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan yang ada dalam batasan masalah, yakni: 1. Menjelaskan perkembangan kerjasama ekonomi yang dijalin antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok di bidang energi dan infrastruktur 2. Menjelaskan dinamika perekonomian Indonesia dalam bidang energi dan infrastruktur 3. Menjelaskan sejauh mana kerjasama ekonomi Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok mempengaruhi dinamika perekonomian Indonesia b. Kegunaan Penelitian Dengan adanya hasil penelitian di lapangan, maka penelitian ini diharapkan: 1. Memberi sumbangan pemikiran dan informasi bagi Akademisi Ilmu Hubungan Internasional, yaitu Dosen dan Mahasiswa dalam mengkaji dan memahami masalah perjanjian kerjasama yang dijalin antara dua negara, khususnya antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok sebagai kedua negara yang dapat diperhitungkan dalam perekonomian global, serta bagaimana pengaruhnya terhadap perekonomian di Indonesia 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi setiap aktor Hubungan Internasional, baik itu individu, organisasi, pemerintah, maupun organisasi nonpemerintah baik dalam level nasional, regional, maupun internasional tentang bagaimana menjalin hubungan kerjasama ekonomi yang baik secara bilateral dengan negara lain serta bagaimana memformulasikan kerjasama yang dijalin demi mencapai kepentingan nasional. D. Kerangka Konseptual Dalam menuliskan skripsi ini penulis menggunakan berbagai kerangka konseptual untuk membantu membangun ide sehingga tetap berada pada jalurnya. Diplomasi merupakan langkah awal dalam menjalin kerjasama internasional khususnya hubungan bilateral atau multilateral yang mempunyai kepentingan bagi negara yang bersangkutan untuk mencapai kepentingan nasional masing-masing negara. Dalam bukunya Guide to Diplomatic Practice, Sir Ernest Satow (1917) menjelaskan bahwa diplomasi adalah penerapan kepandaian dan taktik pada pelaksanaan hubungan resmi antara pemerintah negara-negara berdaulat. Sedangkan menurut kamus The English Oxford Dictionary, diplomasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi, yang mana hubungan ini diselaraskan dan diatur oleh duta besar dan para wakil, bisnis atau seni para diplomat.11 Dalam buku The Principle and Practice of Diplomacy, KM Panikkar menyatakan diplomasi dalam hubungannya dengan politik internasional adalah seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. Dalam hubungan internasional, kerjasama antar negara, baik secara bilateral, multilateral maupun regional dan internasional, definisi ini sangatlah tepat dalam praktik diplomasi. 12 Menurut G. R. Berridge, diplomasi dijelaskan sebagai berikut: Diplomacy is not foreign policy, foreign policy is the attitude struck by one state towards another: diplomacy is one of a number of instruments employed in order to make that attitude persuasive.13 Diplomasi berbeda dengan kebijakan luar negeri. Diplomasi merupakan salah satu instrumen yang digunakan oleh negara sebagai sikap untuk melakukan pendekatan kepada negara lain, bukannya sebuah sikap yang telah diatur oleh 11 Sir Ernest Satow, Guide to Diplomatic Practice. New York: Cambridge University Press, 1917 12 K.M. Panikkar, Principles and Practice of Diplomacy. Bombay: Asia Publishing House, 1956 13 G.R. Berridge, dkk, Diplomacy Theory from Machiavelli to Kissinger New York: Palgrave, 2001 suatu negara dalam menghadapi negara lainnya. Diplomasi akhirnya menjadi sebuah alat yang digunakan negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya, dengan cara yang persuasif. Kepentingan nasional merupakan salah satu konsep yang tak terpisahkan dari ilmu hubungan internasional. Kepentingan nasional merupakan sebuah konsep yang cukup sukar untuk dipahami, hal ini dikarenakan betapa luasnya makna dan kategori kepentingan nasional dalam hubungan internasional. 14 Dalam penelitiannya menggunakan istilah Frankel membagi kepentingan dua nasional antara untuk subjectivists yang membenarkan atau merasionalisasi sikap dari sebuah negara dalam hubungan internasional dan objectivists yang menggunakan kepentingan nasional untuk menjelaskan dan menganalisa kebijakan luar negeri dari suatu negara.15 Kepentingan nasional dalam hubungan internasional dapat dilihat dari berbagai perspektif. Scott Burchill dalam bukunya National Interest in International Relations Theory menyatakan bahwa “terkadang kepentingan nasional merupakan fondasi utama atas pendekatan teoritis, namun pada kasus lainnya dimaksudkan untuk merasionalisasi dan menjadi dasar pembuatan keputusan untuk berbagai macam alasan”.16 Penerapan konsep kepentingan nasional dalam penulisan skripsi ini digunakan untuk melihat dari kacamata setiap negara yang terlibat di dalamnya, baik Federasi Rusia, Republik Rakyat Tiongkok, maupun Indonesia; setiap negara 14 Joseph Frankel, 1970, National Interest. New York: Praeger Publisher. Ibid., hal. 15-17 16 Scott Burchill, National Interest in International Relations Theory. (New York: Palgrave Macmillan, 2005) 15 memiliki kepentingan nasionalnya masing-masing yang ingin mereka raih, dengan demikian negara tersebut melakukan cara-cara tertentu untuk menggapainya, termasuk diplomasi. Free trade merupakan perdagangan yang tidak terbatas atas barang dan jasa antar negara tanpa adanya hambatan biaya, tugas maupun quota, yang menguntungkan kedua belah pihak yang bekerjasama atas dasar kepentingan nasionalnya. Makna free trade secara esensi menurut Benjamin Cohen (1990) ialah bagaimana perdagangan global memberikan kontribusi positif dalam memperluas kesejahteraan ekonomi. 17 Free trade dianggap dan dipercaya telah memberikan kontribusi atas kekayaan bangsa-bangsa saat ini, sebagai hasil dari berbagai perdagangan internasional yang dilakukan di masa lalu. Adapun Susan Strange menyimpulkan logika perdagangan ekonomi bebas sebagai berikut: Liberal economists believe that the individual pursuit of private gain is consistent with the general welfare of society, since the hidden hand of the market ensures that the producer will make what the consumer wants and at the lowest price, or else he will go out of business.'Transposing the coincidence of individual and collective interest from the national to the international level.... the pursuit of national interests by individual states is consistent with the general welfare of international society-or, in short.... the world economy will be well served if each individual government or 17 Benjamin J. Cohen, The Political Economy of International Trade, 44, hal. 261, 271. Int’l ORG, 1990. state observes the law of comparative costs and sells on the world market what it produces best.18 Dalam tulisannya tersebut Susan Strange menjelaskan bahwa pencarian keuntungan pribadi sangatlah konsisten dengan kesejahteraan umum dalam masyarakat, hal ini dikarenakan para produser di balik layar akan membuat apa yang diinginkan oleh para konsumer pada harga yang termurah atau jika tidak, perusahaan tersebut akan bangkrut. Selayaknya hal ini, negara pun dalam mengejar kepentingan nasionalnya, konsisten dengan kesejahteaan masyarakat internasional. Perekonomian dunia akan terpenuhi jika setiap pemerintah atau negara mengobservasi law of comparative costs (perbandingan biaya) dan menjual atau menyediakan produk terbaik yang telah dihasilkan oleh negara tersebut. Perdagangan antar dua negara sepatutnya harus saling menguntungkan kedua belah pihak. Dalam hal ini Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok telah berusaha membangun kerjasama dalam melakukan perdagangan bebas dalam bidang energi dan infrastruktur, dimana di satu sisi, Federasi Rusia berperan sebagai produsen energi, dan di sisi lain, Republik Rakyat Tiongkok merupakan salah satu negara dengan konsumsi energi terbesar, sesuai dengan data U.S. Energy Information.19 Dalam pengkajian lebih lanjut mengenai perjanjian kerjasama antara Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok juga dibutuhkan pemahaman 18 Susan Strange, International Organization: Protectionism and World Politics. New York: Cambridge University Press, 1985 19 Diakses melalui http://www.eia.gov/todayinenergy/detail.cfm?id=15531, pada tanggal 04 Januari 2015 mengenai konsep comparative advantage. Teori comparative advantage dikembangkan oleh David Ricardo pada tahun 1817 yang digunakan untuk menjelaskan alasan mengapa negara-negara di dunia melakukan perdagangan internasional meskipun pekerja dalam negaranya lebih efisien dan dapat memproduksi lebih banyak dan lebih baik barang yang akan diperdagangkan. Ricardo menyatakan bahwa ketika kedua negara yang berdagang mampu untuk memproduksi dua komoditi yang ada dalam pasar bebas, maka masing-masing negara dapat meningkatkan konsumsi komoditi tersebut dengan mengekspor barang hasil produksinya dan disisi lain dapat menerima manfaat seimbang dari negara lain dengan mengimpor barang hasil produksi lainnya yang tersedia di negara lain tersebut.20 Teori ini digunakan untuk melihat apakah kerjasama antara Federasi Rusia dan republik Rakyat Tiongkok merupakan perdagangan yang sehat dan seimbang antara kedua belah pihak. Menurut Adam Smith, dalam bukunya The Wealth of Nations, menyatakan konsep comparative advantage sebagai berikut: If one country can supply a commodity cheaper than we ourselves can make it, better buy it of them with some part of the produce of our own industry employed in a way in which we have some advantage.21 20 William Baumol J dan Alan S. Binder. Economics: Principles and Policy. South-Western Cengage Learning: Mason, OH, USA, 2009 21 Adam Smith. The Wealth of Nations. Melalui Erasmus Journal of Philosophy and Economy:Adam Smith’s theory of absolute advantage and the use of doxography in the history of economics oleh Reinhard Schumacher. University of Potsdam: Germany, 1776. Konsep comparative advantage ini akan digunakan untuk melihat bagaimana Republik Rakyat Tiongkok memilih untuk berdagang dengan Federasi Rusia demi memenuhi kebutuhan negaranya akan energi, dengan pertimbangan yang mungkin berdasarkan dengan konsep ini, yakni ketika Federasi Rusia dianggap dapat menyediakan komoditi (dalam hal ini energi) dengan harga yang lebih murah, sehingga Republik Rakyat Tiongkok mendapatkan keuntungan. E. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh penulis adalah tipe deskriptif-analitik, yaitu penelitian yang menggunakan pola penggambaran keadaan fakta empiris disertai argumen yang relevan. Kemudian, hasil uraian tersebut dilanjutkan dengan analisis untuk menarik kesimpulan yang bersifat analitik. Tipe penelitian deskriptif-analitik dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai fenomena yang terjadi yang relevan dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan kerjasama yang dijalin Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok serta pengaruhnya terhadap perekonomian Asia Pasifik. 2. Teknik Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data, penulis akan menggunakan dan menelaah sejumlah literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, dokumen, artikel dalam berbagai media, baik internet maupun surat kabar harian. Adapun bahan-bahan tersebut diperoleh dari beberapa situs resmi yang telah penulis kunjungi, yaitu: a. Kedutaan Besar Federasi Rusia untuk Indonesia di Jakarta. b. Kedutaan Besar Republik Rakyat Tiongkok untuk Indonesia di Jakarta. c. Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia d. Perpustakaan Pusat Universitas Hasanuddin e. Pusat Informasi dan Administrasi Energi USA (EIA) f. Pusat Statistik Perdagangan Komoditas Perserikatan Bangsa-Bangsa (Commodity Trade) 3. Jenis Data Jenis data yang penulis gunakan adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi literatur. Seperti buku, jurnal, artikel, majalah, handbook, situs internet, institut dan lembaga terkait. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini yakni seputar ekonomi politik internasional, hubungan kerjasama Federasi Rusia dan Republik Rakyat Tiongkok, dinamika perekonomian Indonesia serta data lainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 4. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis data hasil penelitian adalah teknik analisis kualitatif. Adapun dalam menganalisis permasalahan digambarkan berdasarkan fakta-fakta yang ada, kemudian menghubungkan fakta tersebut dengan fakta lainnya sehingga menghasilkan sebuah argumen yang tepat. Sedangkan, data kuantitatif memperkuat analisis kualitatif. 5. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan oleh penulis ialah metode deduktif, yaitu penulis mencoba menggambarkan secara umum masalah yang diteliti, kemudian menarik kesimpulan secara khusus.