BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak
itu, manusia kecil telah memasuki\\ masa perjuangan hidup yang salah satunya
menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang
mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka
janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam
kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama
kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan.
Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa
kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik
mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat
placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya
tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan
asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya(Depkes,2011).
Menurut
(Goldon,2005)
pertumbuhan
janin
terhambat-PJT
(Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin
berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan.
Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilanKMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki
taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang
dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin
1
2
dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula
lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu).
IUFD merupakan kematian janin yang berkaitan dengan ekspulsi komplet atau
ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa
kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi Angka insidensi
kematian janin di dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 - 3,82 juta jiwa (Gamella
2008).
BBLR merupakan masalah besar karena memberikan konstribusi tinggi
terhadap kematian neonatal. Diperkirakan, sebanyak 70% kematian neonatal
disebabkan oleh BBLR, 76% meninggal pada jam pertama kelahiran dan lebih
dari 2/3 meninggal pada minggu pertama kehidupan. WHO mengestimasikan
pada tahun 2003 insiden BBLR di Indonesia sebesar 10,5%, IUGR 19,8%,
kelahiran prematur 18,5% dan kematian bayi 33 per 1.000 kelahiran hidup.
Penelitian ini telah dilakuan di pendahuluan di dua Rumah Sakit Umum (RSU)
Banjarmasin selama periode 5 tahun terakhir menunjukkan insiden BBLR yang
bervariasi, RSU Ansyari Saleh 10%-12% dan RSUD Ulin 18%-22% (Depkes,
2010, Download).
Menurut World Health Organisation (WHO) setiap tahun di dunia
diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Kelahiran
BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan
sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam
kandungan (IUGR). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan
tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian
3
pada neonatus. Menurut perkiraan WHO, terdapat 5 juta kematian neonatus
setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari
pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian
tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian
neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan
WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 20002003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi
Berat Lahir Rendah karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih
dalam kandungan (IUGR).
Di negara maju angka prematuritas sesuai kriteria WHO adalah antara
5– 10 %, sedangkan di Indonesia belum jelas, karena masih banyak bayi lahir
dengan berat badan yang rendah atau BBLR, yaitu sekitar 14 – 17 % yang
terbanyak disebabkan karena kurang gizi pada masa kehamilannya sehingga
lahir dismatur, yaitu berat badan lahir yang tidak sesuai dengan usia kehamilan,
Kecil Menurut Kahamilan atau (KMK) Angka – angka di atas mencerminkan
baik tidaknya sosial-ekonomi dan menentukan pola demografi di suatu daerah
atau negara. Di Indonesia, jumlah anak di dalam satu keluarga dianjurkan
untuk tidak melebihi dua anak untuk menjamin kelangsungan hidup yang
optimal, fisik, sosial dan mental bagi setiap anak yang dilahirkan. Untuk itu
secara nasionaldi Indonesia telah sampai pada gerakan keluarga berencana
yang mandiri (Varney, 2007).
4
Di berbagai negara berkembang di dunia, angka kematian janin semakin bertambah
seiring dengan tingkat kesejahteraan rakyat dan kualitas pelayanan kesehatan di negara
tersebut.Pelaporan angka insidensi kematian janin juga masih terbatas dan belum
terdokumentasi dengan baik. Padahal laporan tersebut dapat menjadi acuan atau rujukan
yang berguna dalam memperbaiki kinerja tenaga kesehatan maternal yang ada (Ayu
agustin, 2012).
Jenjang pendidikan akademik diploma III merupakan jenjang
pendidikan
tinggi.
Menurut
Notoadmojo
(2010)
pendidikan
dapat
mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup
terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada
umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima
informasi dan semakin luas pengetahuannya.
Pendidikan kebidanan memiliki kurikulum wajib seperti mata kuliah
Askeb hamil dan Askeb persalinan yang setiap mahasiswi mempelajari
mengenai kelainan yang terjadi pada ibu hamil dan bayi, dari hasil studi
pendahuluan yang penulis lakukan dari 10 orang mahasiswi Prodi D-III
kebidanan STIKes U’budiyah mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD 6
diantaranya tidak mempunyai pengetahuan tentang tentang IUGR terhadap
kejadian IUFD dan 4 mahasiswa mempunyai pengetahaun tentang IUGR
terhadap kejadian IUFD.(STIKes U’budiyah,2013)
Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk
meneliti lebih lanjut mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan
5
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi DIII Kebidanan STIKes U’Budiyah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar
belakang
diatas,
maka
dapat
dirumuskan
permasalahannya adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasisiwi
kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil
di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah?.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di
Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil
ditinjau dari informasi.
b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan
mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil
di tinjau dari pengalaman.
6
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan
untuk menambah wawasan penulis tentang gambaran pengetahuan
mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian
IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah.
2. Bagi tempat penelitian
Proposal ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana penambah
informasi menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk membuat
kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian IUGR dapat
diantisipasi sedini mungkin.
3. Bagi institusi
Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang gambaran
pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab
kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes
U’Budiyah.
4. Bagi Profesi Kebidanan
Pedoman bagi tenaga profesi kebidanan Khususnya bidan agar dapat
memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang IUGR sebagai
penyebab kejadian IUFD
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian IUGR
Istilah small gestational age (SGA) dan intrauterine growth retardation
(IUGR) sering digunakan secara bergantian untuk menunjukkan pertumbuhan
janin yang buruk, namun ada perbedaan minor secara terminology. SGA adalah
apabila perkiraan berat janin (EFW) terhadap usia kehamilan berada dibawah
persentil 10. Dari janin SGA yang didiagnosa (Rahmanurs, 2011).
IUGR mengacu pada pertumbuhan janin yang telah dibatasi oleh
lingkungan gizi yang tidak adekuat di dalam rahim, sehingga menyebabkan
bayi baru lahir tidak mencapai potensi pertumbuhannya. Bayi ini kurang
beruntung sebelum mereka memasuki dunia. Meskipun klasifikasi IUGR masih
didasarkan pada data referensi kurang standar, ada tiga kelompok yang berbeda
(Rahmanurs, 2011).
Bayi baru lahir di Grup 1 adalah lahir setelah setidaknya usia kehamilan
37 minggu dan berat badan lahir dari 2.500 gram. Dalam sebagian besar
populas, ini adalah kelompok terbesar dari bayi baru lahir dipengaruhi oleh
IUGR. Kelompok 2 bayi yang baru lahir yang prematur dan berat kurang dari
persentil 10 saat lahir. Bayi yang baru lahir di Grup 3, sebuah kelompok yang
lebih kecil, berat kurang dari persentil 10 (berada di bawah kurva), tetapi
mempunyai berat lahir lebih besar dari 2.500 gram (dr.Suryawan ahmad,2005).
8
B. Etiologi
Penyebab terjadinya IUGR terbahagi pada tiga kategori major yaitu
pengaruh dari maternal, janin dan plasenta(Gomella et al, 2004).
1. Faktor maternal
a.
Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi gestasional, autoimun).
b. Diabetes.
c.
Infeksi
viral
dan
parasit
TORCH
(Toxoplasmosis,
Rubella,
Citamegallo, Herpes) malaria, infeksi bacterial (penyakit menular
seksual).
d. Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit jantung sianotik,
anemia berat).
e. Toksin – medikasi (warfarin), antikonvulsan, agen antineoplastik).
f. Malformasi uterine atau fibroid.
g.
Thrombofilia (sindrom antifosfolipid).
h. Berat badan ibu – kurang berat badan pada awal kehamilan, malnutrisi
kalori- protein atau ibu obesitas (BMI tinggi).
i. Variasi sosiodemografi
j. Merokok dan/atau pemakaian alcohol, dan/atau pemakaian bahan lain.
k. Wanita
dengan
pertumbuhan
terhambat,
mempunyai
kehamilan IUGR atau mempunyai kakak yang hamil IUGR.
2.
Faktor janin
a.
Kelainan bawaan (termasuk mereka dengan infeksi maternal).
riwayat
9
b. Kelainan kromosom ( Sindrom Turner dan Sindrom Down), kelainan
genetik lainnya yang tidak disebabkan oleh masalah kromosom adalah
seperti Sindrom Russell-Silver, pertumbuhan tulang skeletal abnormal
dan beberapa sindrom lain.
c.
Sindrom transfusi kembar ke kembar.
d. Gestasi multiple.
3.
Faktor plasenta
a.
Plasenta infark.
b. Trombosis pada pembuluh darah janin.
c. Gangguan kronis prematur.
d. Vili plasenta oedema.
e. Anomali cord.
C. Patofisiologi
Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan janin termasuk jenis
kelamin yaitu laki-laki lebih berat dari perempuan, paritas contohnya bayi yang
lahir pertama lebih kecil, etnis tergantung norma-norma yang berbeda,
ketinggian, ukuran ibu yaitu ibu besar mendapat bayi besar, jumlah janin yaitu
berat lahir mengecil dengan meningkatkan jumlah janin dan insulin yaitu faktor
hormonal yang paling penting (Pranoto,2012).
Normal pertumbuhan intrauterin terjadi dalam 3 tahap. Mitosis cepat
dan konten DNA meningkat (hiperplasia) terjadi selama trimester pertama
(kehamilan 4-20 minggu). Trimester kedua (umur kehamilan 20-28 minggu)
adalah periode hiperplasia dan hipertropi dengan mitosis menurun tetapi
10
peningkatan ukuran sel. Trimester ketiga (umur kehamilan 28-40 minggu)
adalah periode peningkatan pesat dalam ukuran sel dengan cepat akumulasi
lemak, otot dan jaringan ikat. Hambatan pertumbuhan selama trimester
pertama menghasilkan janin yang sel yang berkurang tetapi berukuran normal,
menyebabkan IUGR simetris. Contohnya termasuk pengekangan pertumbuhan
melekat
genetik,
infeksi
dan
kelainan
kromosom
bawaan. Hambatan
pertumbuhan selama trimester kedua dan ketiga menyebabkan ukuran sel
mengecil dan berat badan janin dengan efek kurang pada panjang dan
pertumbuhan kepala yang mengarah ke IUGR asimetris. Dengan onset
kemudian, contoh termasuk kekurangan atau defisiensi gizi uteroplasenta
selama trimester 3 (Ayu agustin,2012).
D. Klasifikasi IUGR
1.
IUGR Simetrik
Tipe IUGR ini menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan
pertumbuhan. Tipe IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan
semua fetus ini menurut perbandingan SGA. Lingkar dada dan kepala,
panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan,
tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal. Tipe IUGR simetrik
merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada
tahapan awal pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia
kehamilan 4 sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti.
Apabila ada kondisi patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel
untuk bayi. IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang
11
mengalami hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya
hambatan mitosis ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya,
herpes simplek, rubella, cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan
kromosom, dan kelainan congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus
yang simetrik mungkin secara aturan kecil dan menderita tetapi tidak
semuanya mengalami ketidaknormala (Ayu agustin, 2012).
Secara umum, IUGR simetrik berhubungan dengan prognosisi yang
tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis
yang
menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya
faktor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus
yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada
aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical
(Percutaneus Umbillical Blood Sampling), direkomendasikan untuk
mengetahui Karyotipe abnormal.
2. IUGR Asimetrik
Tipe IUGR asymetrik menunjuk pada hambatan pertumbuhan
pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi
uteroplasental.
Tipe
IUGR
ini
merupakan
hasil
keterlambatan
pertumbuhan Tipe ini dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari
kehamilan. Pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal ditandai
dengan adanya hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah terjadi
peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan jaringan
yang lainnya. Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total jumlah
12
sel
mendekati
normal,
tetapi
sel
sel
tersebut
mengalami
penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR simetrik memiliki Indek
Ponderal yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi,
tetapi ukuran lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada
beberapa kasus asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai
dengan akhir Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan
kepala tetap normal, sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain
Sparring Effect). Tipe asimetrik ini merupakan hasil dari mekanisme
kompensasi fetus dalam memberikan reaksi terhadap fase penurunan
perfusi plasenta. Terjadinya pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac
Output, dengan penurunan aliran ke otak, hati, dan adrenal dan penurunan
cadangan glikogen dan liver mass. Bagaimanapun, isufisiensi plasenta
adalah merugikan selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala menjadi
rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun pada curve pertumbuhan
normal. Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus
adalah tipe ini. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu
seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetes Mellitus dengan
vaskulopati, dan yang lainnya.
E. Diagnosis
1. Menentukan usia kehamilan.
Menentukan usia kehamilan yang benar adalah penting. Menstruasi
terakhir, ukuran rahim, time of quickening (gerakan ‘kencang’ di perut
yang disebabkan oleh aktivitas janin, yang dirasakan oleh ibu untuk
13
pertama kalinya), dan pengukuran USG awal digunakan untuk
menentukan usia kehamilan (Gomella et al, 2004).
2. Penilaian Janin
a) Diagnosis klinis. Riwayat pasien akan meningkatkan indeks kecurigaan
mengenai pertumbuhan suboptimal. Estimasi berat secara manual,
pengukuran tinggi fundus secara serial, dan perkiraan dari ibu tentang
keaktifan aktifitas janin adalah ukuran klinis sederhana. Ketidaktepatan
dan inkonsistensi dapat mencegah keyakinan luas dalam metodemetode klinis.
b) Evaluasi Hormonal. Tes hormon itu pada satu waktu populer untuk
penilaian IUGR tetapi jarang digunakan sekarang. Estriol urin dan
kadar human placental lactogen cenderung rendah atau menurun pada
kehamilan dengan IUGR, meskipun terdapat variasi pada beberapa
individu.
c) Ultrasonografi.
Karena
keandalannya
untuk
menentukan
usia
kehamilan, kemampuan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan janin
dengan pengukuran antropomorfik, dan kemampuan untuk mendeteksi
anomali janin, oleh karena itu USG merupakan alat untuk diagnosis
yang diandalkan saat ini. Pengukuran antropomorfik berikut digunakan
dalam kombinasi untuk memprediksi penurunan pertumbuhan dengan
tingkat akurasi yang tinggi.
d) Pengukuran kecepatan gelombang dengan menggunakan alat Doppler
pada sirkulasi ibu dan janin dapat mendeteksi IUGR. Penurunan
14
kecepatan gelombang sirkulasi ibu menunjukkan penurunan perfusi
arteri uteroplasenta. Kecepatan gelombang yang dideteksi oleh Fetal
Doppler pada sirkulasi arteri menunjukkan gawat janin kronis, fetal
distress dan hipoksia. Resiko terbesar untuk IUGR dikaitkan dengan
tidak adanya aliran diastolik atau aliran balik dalam arteri umbilikalis
(Gomella,2004).
3. Penilaian pada neonatus.
a) Penurunan berat badan waktu usia kehamilan merupakan metode paling
ringkas untuk mendiagnosa IUGR. Namun, metode ini cenderung salah
diagnose secara konstitusional dengan bayi kecil dan bayi yang ukuran
pertumbuhan proporsional terhambat (Gomella,2004).
b) Tampilan fisik. Apabila bayi tanpa dengan sindrom malformasi
kongenital dan infeksi, kelompok IUGR ini mempunyai ciri tampilan
fisik. Bayi-bayi ini umumnya kurus, dengan kulit mengelupas dan
longgar karena kehilangan tisu subkutan, abdomen skafoid, dan kepala
besar yang tidak proporsional (Gomella,2004).
c) Kurva Lubchencho mungkin sulit digunakan untuk memperkirakan
terjadinya IUGR (Varney,2007).
F. Penemuan Klinis
Pada inspeksi pertama pada banyak bayi kecil masa kehamilan,
beberapa karakteristik fisik jelas segera menunjukkan adanya IUGR. Pada
IUGR asimetrik, salah satu segera terlihat adalah kepala tampak besar, namun
lingkar kepala sebenarnya normal atau hampir , ini karena dada dan terutama
15
keliling perut yang berkurang. Kepala hanya terlihat besar pada tubuhnya. Otak
terhindar atau kurang dipengaruhi oleh hambatan intrauterin, yang mungkin
karena gangguan intrauterine relatif pada akhir kehamilan. Karena rasio massa
otak dengan massa hati adalah tinggi, hipoglikemia mungkin untuk timbul pada
bayi tersebut. Lemak pada kulit subkutan menghilang dan kulit terlihat longgar
longgar dan kering. Meskipun kulit mereka tampak pucat, banyak dari bayi
IUGR ini mengalami polisitemia; hematokrit vena mereka mungkin lebih besar
dari 60 (Mochtar,2008).
Pada IUGR asimeterik yang ekstrem, massa otot pada pantat, paha, dan
pipi juga berkurang. Oleh karena panjang tubuh bayi IUGR ini tidak berkurang
seperti lemak subkutan, maka bayi ini sering terlihat tipis dan panjang. Lipatan
kulit longitudinal di paha menunjukkan penurunan berat lemak di bawah kulit,
sebaliknya dengan lipatan paha horisontal pada bayi yang lebih besar,
menunjukkan status gizi negara jauh lebih baik. Bayi bermata lebar, mungkin
karena terjadinya hipoksia kronis saat intrauterin. Perut terlihat mendatar atau
cekung (skafoid), bukan bulat seperti pada bayi dengan gizi yang baik. Saat
lahir, umbilikus umumnya tipis, berbeda dengan umbilikus biasa, yang besar,
abu-abu, berkilau, dan lembab. Oleh karena semua umbilicus akan terlihat
semakin layu setelah lahir, maka kondisi umbilikus setelah 24 jam usia
kelahiran mempunyai signifikansi diagnostik yang kecil. Rambut pada kulit
kepala biasanya jarang. Sutura di kepala sering melebar akibat pertumbuhan
tulang terganggu. Ubun-ubun besar, meskipun ukurannya besar, teraba lembut
atau cekung, sehingga menyebabkan tekanan intrakranial meningkat sehingga
16
mengakibatkan sutura melebatr. Sebagian besar bayi ini lebih aktif dari yang
diperkirakan untuk berat lahir rendah. Kekuatan tangisan mereka mungkin
sangat
mengesankan. Seringkali,
tanda,
ekspresi
wajah
terbelalak
dikombinasikan dengan menyodorkan lidah berulang yang merangsang
gerakan mengisap. Kesan keseluruhan semangat dan baik sering disalah
artikan, karena kesan ini adalah hasil dari stres yang disebabkan oleh hipoksia
kronis saat intrauterin. Banyak dari bayi mengalami kejang setelah 6-18 jam
kemudian, terutama mereka yang ubun-ubun besar keras akibat adanya edema
otak dari hipoksia intrauterin. Sebaliknya, pada asfiksia perinatal berat, bayi
mengalami depresi, sehingga terlihat flasid dan lethargi (Cunningham,2006).
G. Komplikasi
Morbiditas dan mortalitas janin dan bayi meningkat pada IUGR dan
meningkat tinggi apabila berat lahir bayi kurang dari persentil 5. IUGR pada
saat kelahiran mungkin berhubung kait dengan resiko kesehatan dimana ini
mungkin akan menetap hingga dewasa (Sarwono,2003).
Terdapat bukti dari asosiasi antara pertumbuhan janin terhambat dan
tekanan darah, non insulin dependent diabetes , penyakit jantung koroner, dan
kanker dalam kehidupan dewasa. Hipotesis Barker mengatakan asal-usul
penyakit dengan gizi kurang selama periode kritis pada awal kehamilan dan
bayi meningkatan resiko penyakit kronis pada masa dewasa. Transisi gizi yaitu pergeseran pola diet dan gaya hidup yang telah dihasilkan dari urbanisasi
dan pembangunan ekonomi yang cepat - dapat mempercepat munculnya awal
undernutrition pada konsekuensi dewasa (Manuaba 2001).
17
Dibawah adalah ringkasan konsekuensi pada kejadian IUGR yang
sering terjadi, yaitu;
a) Asfiksia perinatal.
Hipertensi pulmonal persisten. Banyak bayi IUGR mengalami
hipoksia intrauterine yang kronis sehingga mengakibatkan penebalan
abnormal otot polos pada arteriol kecil di pulmonal. Akhirnya, aliran darah
pulmonal menurun dan mengakibatkan derajat hipertensi arteri pulmonat
berubah. Oleh karena inilah bayi IUGR beresiko terjadinya hipertensi
pulmonal persisten. Penyakit membrane hialin jarang terjadi pada IUGR
karena bayi ini cenderung mengalami pematangan paru sekunder akibat
stress intrauterine kronis.
b) Sindrom distress nafas.
Beberapa laporan mengatakan maturasi pulmonal janin berhubung
kait dengan IUGR, sekunder akibat stress intrauterin kronis. Aspirasi
mekonium. Terjadi pada 5-15% kelahiran dan biasanya terjadi pada bayi
pasca panjang dan panjang. IUGR umum pada bayi pasca-panjang
(Gamella, 2004).
c) Hipotermia.
Termoregulasi berkurang pada bayi IUGR karena hilangnya lemak
subkutan. Bayi IUGR sekunder akibat malnutrisi janin pada akhir
kehamilan cenderung menjadi kurus kering akibat dari hilangnya lemak
subkutan. Mereka cenderung lebih mudah hiportermi berbanding bayi
prematur (Gamella, 2004).
18
d) Metabolik
1) Hipoglikemia. Metabolisme karbohidrat serius terganggu, dan bayi
IUGR sangat rawan untuk terjadi hipoglikemi akibat oleh hilangnya
simpanan glikogen dan kurangnya kapasitas glukoneogenesis. Oksidasi
asam lemak bebas dan trigliserida berkurang pada bayi IUGR, dimana
hal ini membatasi sumber simpanan alternative. Hiperinsulin, sensitive
berlebihan terhadap insulin, dan defisiensi pelepasan katekolamin
waktu hipoglikemia menyebabkan abnormal pada mekanisme hormon
regulasi saat periode hipoglikemi pada bayi IUGR.
2) Hiperglikemia. Bayi dengan kurang berat badan sangat rendah
mempunyai sekresi insulin yang rendah sehingga menyebabkan
hiperglikemia.
3) Hipokalsemia. Hipokalsemia bisa terjadi pada bayi IUGR setelah
asfiksia (Gamella, 2004).
e) Gangguan hematologi
Hiperviskositi dan polisitemia mungkin merupakan hasil dari
meningkatnya kadar eritropoietin sekunder akibat janin hipoksia
berhubung dengan IUGR. Trombositopenia, neutropenia, dan koagulasi
profil berubah bisa terlihat pada bayi IUGR. Polisitemia juga
menyumbang terjadinya hipoglikemia dan mengarahkan terjadinya cedera
serebral. Perubahan imunitas. Bayi IUGR mempunyai kadar IgG yang
rendah. Tambahan pula, ukuran timus berkurang 50% dan limfosit darah
periferal juga menurun (Putrimulyarahman,2009).
19
H. Pengertian IUFD
Intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim
adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada
usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram. Pedarahan
Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri
Patologis, IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi
konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau
kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran
mati (Sarwono,2005).
1.
Adapun penyebab IUFD:
a. perdarahan antepartum seperti plasenta previa dan solusio plasenta
b. pre eklamsi dan eklamsi
c. penyakit kelainan darah
d. penyakit infeksi menular
e. penyakit saluran kencing
f. penyakit endokrin sperti DM dan hipertiroid
g. malnutris
I. Faktor Predisposisi IUFD
1. Faktor ibu (High Risk Mothers)
a.
Status social ekonomi yang rendah
b.
Tingkat pendidikan ibu yang rendah
c.
Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun
20
d.
Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih
e.
Tinggi dan BB ibu tidak proporsional
f.
kehamilan di luar perkawinan
g.
kehamilan tanpa pengawasan antenatal
h.
ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
i.
ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik
seperti bayi lahir mati
j.
2.
3.
riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
Faktor Bayi (High Risk Infants)
a.
Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
b.
Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
c.
Bayi dalam keluarga yang mempunyai problema sosial
Faktor yang berhubungan dengan kehamilan
a. Abrupsio plasenta
b. Plasenta previa
c. Preeklamsi / eklamsi
d. Polihidramnion
e. Inkompatibilitas golongan darah
f. Kehamilan lama
g. Kehamilan ganda
h. Infeksi
i. Diabetes
j. Genitourinaria
J. Tanda dan gejala
1. Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU
2. Terhentinya pergerakan janin
3. Terhentinya denyut jantung janin
21
4. Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu.
5. Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin
6. Terhentinya perubahan payudara.
K. Komplikasi
1. Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila wktu antara kematia janin &
persalinan cukup lama.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah
3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari
2minggu.
4. Kematian
janin
dalam
kandungan
3-4
minggu,
biasanya
tidak
memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan
terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian
janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan
tromboplastin
masuk
kedalam
peredaran
darah
ibu,
pembekuan
intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit
terjadilah
pembekuan
darah
yang meluas
menjadi
Disseminated
intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100
mg%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%.
Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum.
Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati.
L. Penanganan
1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan
ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini
bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental
ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2.
Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter
spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka
bidan seharusnya melakukan rujukan.
22
3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh
Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk
menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero.
Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24
jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka
sering dilakukan terminasi kehamilan.
4. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu
kehamilan.
Persiapan:
a.
Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik.
b.
Dilakukan
pemeriksaan
laboratorium,
yaitu:pemeriksaan
trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan
waktu protombin.
Tindakan:
a. Kuretasi vakum
b. Kuretase tajam
c. Dilatasi dan kuretasi tajam
d.
Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu
sampai 20 minggu
e.
Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam
sesudah pemberian pertama.
f. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya.
g. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau
pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai
20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
Catatan : dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.
1. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu
2. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6
jam sesudah pemberian pertama.
3. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam.
23
4. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20
tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit.
5. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup
maupun janin mati.
6. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati.
Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melahirkan
pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu,
dengan sepengetahuan konsulen.
M . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang
melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rsa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telingan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo 2007).
Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari
suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi
kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya.
Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara
orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu
pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami
reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru.
24
N . Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang
1) Pendidikan
Pendidikan
adalah
suatu
usaha
untuk
mengembangkan
kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung
seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi
pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima
informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung
untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media
massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula
pengetahuannya.
Namun
perlu
ditekankan
bahwa
seorang
yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal,
akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan
seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek
positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan
sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif
dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif
terhadap obyek tersebut .
25
2) Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non
formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact)
sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.
Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang
dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian
informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang.
Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan
kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut.
(Notoatmodjo, 2012)
3) Sosial budaya dan ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui
penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian
seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan.
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu
fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial
ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. (Adi 2011)
26
4) Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal
balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap
individu.
5) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan
memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman
belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan
mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan
menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam
bidang kerjanya.(Manulang. 1984)
6) Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif
dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan
27
persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain
itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu
untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan
kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini.
O. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Memiliki Beberapa
Tingkatan (Sarwono 2007)
1. Tahu (Know)
merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk
mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain
menyebutkan,
menguraikan,
mendefinisikan,
menyatakan
dan
sebagainya.
2.
Memahami (Comrehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek
atau
materi
harus
dapat
menjelaskan,
menyebutkancontoh,
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang
dipelajari.
3.
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi penggunaan
hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks
dan situasi yang lain.
28
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi
atau suatu obyek ke dalam komponen – komponen tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
5. Sintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan
kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi meliputi kata kerja
membandingkan menanggapi penafsiran.
29
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konsep
IUFD merupakan faktor kematian janin yang berkaitan dengan ekspulsi
komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat
diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang
tidak diinduksi Angka insidensi kematian janin di dunia diperkirakan mencapai rentang
2,14 - 3,82 juta jiwa (Cousens, 2011).
Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya meneliti variabel
independen (Bebas) yaitu: informasi, lingkungan dan pengalaman.variabel
dependen (terikat) yaitu pengetahuan mahasiswa, untuk lebih jelas
kerangka konsep dapat di gambarkan seperti ini:
Variabel independen
Variabel dependen
Sumber Informasi
Pengetahuan Mahasiswa
Pengalaman
Gambar 3.1 Kerangka Konsep
30
A. Definisi Operasional
Tabel 3.1 definisi operasional
N
O
Variabel
Definisi
operasional
Cara ukur
Alat ukur
Hasil ukur
Skala
ukur
Kuesioner
Tinggi
Ordinal
Jika X ≥10
Dependen
1
Pengetahua
n
mahasiswa
Tingkat
pengetahuan
mahasiswi tentang
IUGR
Membagikan kuesioner
yang berisi 10
pertanyaan, dengan
kriteria :
Tinggi bila, x < ̅
Rendah bila, x < ̅
Rendah
Jika X< 10
Independen
2
3
Sumber
Informasi
Iformasi yang
didapat mahasiswi
kebidanan terkait
hubungan IUGR
terhadap kejadian
IUFD
Pengalaman Mahasiswi
melihat kasus
IUGR terhadap
IUFD ditempat
prkatek yang lalu
Menyebarkan kuesioner
sebanyak 2 pertanyaan
Media cetak bila
responden mendapat
Informasi dari
Koran,Majalah,Selebaran
dan lain-lain
Media elektronik
Tv,Radio,Internet,dan
lain-lain
Menyebarkan kuesioner
sebanyak 7 pertanyaan
dengan kriteria :
Pernah bila, x < ̅
Tidak pernah bila,
x< ̅
Kuesioner
Pernah X
≥ 10
Ordinal
Tidak
pernah
Jika X< 10
Kuesioner
Baik
Jika X ≥
10
kurang
Jika X <
10
Ordinal
31
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan
pendekatan cross sectional, yaitu pengumpulan data di lakukan sekaligus
pada suatu waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005).
B. Populasi dan sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat III Prodi D-III
Kebidanan
STIKes U’Budiyah Banda Aceh yang berjumlah 102
mahasiswi.
2. Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu
mahasiswi STIKes U’Budiyah Banda Aceh yang mengetahui IUGR
terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil
yang berjumlah 102 orang.
Jumlah sampel tersebut di tentukan dengan menggunakan Teori Slovin.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat
Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di STIKes U’Budiyah Banda
Aceh.
32
2. Waktu
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September tahun 2013
D. Cara Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data
primer adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara
menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan
selanjutnya oleh responden sesuai dengan petunjuk.
Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau dari laporan
kunjungan di Di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah tingkat III.
E.Instrumen Penelitian
Adapun instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan
mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil dan form penilaian
antropometri yang disusun berdasarkan telaah kepustakaan.
F.Pengolahan Dan Analisa Data
1. Pengolahan Data
Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara:
a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item pertnyaan
telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat
menggangu pengolahan data selanjutnya.
b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner
untuk memudahkan pengolahan data
33
c. Transferring yaitu data yang telah di berkan kode di susun secara
berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir untuk
dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di teliti.
d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiaptiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel
distribusi frekuensi .
2. Analisa data
a. Analisa univariat
Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus yang
akan dipakai dalam analisis data univariat diantara adalah (Arikunto,
2006)
Keterangan:
n = jumlah sampel (populasi)
P=
Keterangan:
P= Persentase
f 1= Frekuensi
n = Sampel
34
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
STIKes U’Budiyah yang berdiri pada tahun 2004. STIKes U’Budiyah
merupakan institusi pendidikan resmi yang telah mendapatkan izin dari Menteri
Pendidikan Nasional RI berdasarkan SK No.122/D/O/2004. STIKes U’Budiyah
memiliki Akreditas tertinggi di Aceh dan Sumatra Utara untuk prodi D-III
Kebidanan dengan peringkat B (Baik) dari BAN-PT hingga tahun 2015. STIKes
U’Budiyah sampai saat ini terus berkembang dan pada bulan September 2013 ini
STIKes U’Budiyah akan menjadi Universitas U’Budiyah Indonesia.
STIKes U’Budiyah Banda Aceh berada di Kecamatan Syiah Kuala, terletak
di antara Desa Alue Naga dan Desa Tibang Banda Aceh. Dengan beberapa
Jurusan Kesehatan yaitu Jurusan FKM, D-IV, dan D-III Kebidanan Umum. Salah
satu penelitian yang saya lakukan pada jurusan D-III Akademi Kebidanan STIKes
U’Budiyah Banda Aceh, yaitu penelitian pada tingkat III yang berjumlah 102
siswi dengan, 52 siswi di kelas IIIA, dan 50 siswi di kelas IIIB.
Di tinjau dari segi geografisnya STIKes U’Budiyah Banda Aceh di batasi
oleh :
1. Bagian barat berbatasan dengan Desa Tibang.
2. Bagian timur berbatasan dengan sungai Krueng Alue Naga.
3. Bagian selatan berbatasan dengan Hutan Kota.
4. Bagian Utara berbatasan dengan komplek STT IT.
B. Hasil Penelitian
35
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kampus Akademi D-III
Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1 sampai 5
September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada mahasiswi tingkat IIIA dan IIIB
dengan total 102 orang mahasiswi tentang Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Kebidanan
Mengenai IUGR (INTRA UTERIN GROWTH RETARTION) Terhadap Kejadian IUFD
(INTRA UTERIN FETAL DEATH) Pada Ibu Hamil di STIKes U’Budiyah Banda Aceh
didapat hasil sebagai berikut:
1. Analisa Univariat
Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi
frekuensi.
a. Sumber Infomasi
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Responden Tentang IUGR Terhadap
Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Tahun 2013
No
Sumber Informasi
1
Pernah
2
Tidak Pernah
Total
f
%
50
49.0
52
51.0
102
100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.1 di dapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 52
responden (51,0%) tidak pernah mendapatkan sumber informasi.
b. Pengalaman
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Pengalaman Responden Tentang IUGR Terhadap
Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Tahun 2013
36
No
Pengalaman
1
Baik
2
Kurang
Total
f
%
60
58.8
42
41.2
102
100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 60
responden (58,8%) memiliki pengalaman yang baik.
c. Pengetahuan
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang IUGR Terhadap
Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh
Tahun 2013
No
Pengetahuan
1
Tinggi
2
Rendah
Total
f
%
54
52.9
48
47.1
102
100
Sumber data primer (di olah tahun 2013)
Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 54
responden (52,9%) memiliki Pengetahuan yang tinggi.
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan pengetahuan dengan sumber informasi mengenai IUGR
Tabel 5.4
Hubungan Pengetahuan Dengan Sumber Informasi Mengenai IUGR Di
STIkes U’Budiyah Banda Aceh
tahun 2013
37
Tinggi
f
22
%
40,7
Informasi
Kurang
f
%
F
32
59,3
54
Rendah
28
58,3
20
41,7
48
100
50
49,0
52
51,0
102
100
Pengetahuan
Total
Baik
Total
%
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 54 responden yang
pengetahuan tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari 48
responden pengetahuan rendah ternyata 41,7% informasinya rendah.
Tabel 5.5
Hubungan Pengetahuan Dengan Pengalaman Mengenai IUGR Di STIkes
U’Budiyah Banda Aceh
tahun 2013
Tinggi
f
37
%
68,5
Pengalaman
Kurang
f
%
F
17
31,5
54
Rendah
23
47,9
25
52,1
48
100
60
58,8
42
41,2
102
100
Pengetahuan
Total
Baik
Total
%
100
Sumber Data Primer diolahTahun 2013
Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 54 responden
yang pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%. Dari
48 responden pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya rendah.
C. Pembahasan
1. Sumber Informasi Yang Didapatkan Mahasiswi Tentang IUGR Terhadap
IUFD
38
Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 54 responden yang pengetahuan
tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari 48 responden pengetahuan
rendah ternyata 41,7% informasinya rendah.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi dari sumber media
sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau dilihat, baik dari media cetak maupun
elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain (Azwar,2003).
Menurut Gordon B.Davis informasi adalah data yang telah dirposes/diolah ke
dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang
sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau
nantinya. Informasi mempunyai manfaat dan peranan yang sangat dominan dalam
suatu organisasi/perusahaan. Tanpa adanya suatu informasi dalam suatu organisasi,
para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Tanpa tersedianya
informasi pun para manajer tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat dan
mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Sehingga bisa dibilang bahwa informasi
merupakan sebuah keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan
dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Siska (2009) dari Universitas Diponegoro, sumber informasi sangat
berpengaruh
terhadap
pengetahuan
seseorang,
semakin
seseorang
sering
mendapatkan informasi, semakin tinggi pengetahuannya.
Menurut asumsi peneliti, sumber informasi dapat diperoleh dari banyak media
seperti media cetak (buku kuliah, koran, majalah, tabloid dll) , atau media elektronik
(TV, internet, radio, dll). Dari 102 mahasiswi tingkat III di STIKes U’Budiyah,
terdapat 84 orang mahasiswi yang mendapatkan informasi tentang IUGR terhadap
39
IUFD, yang diantaranya 43 mahasiswi mendapatkan informasi melalui media cetak,
dan 41 mahasiswi mendapatkan informasi melalui media elektronik.
2.
Pengalaman Yang Didapatkan Mahasisiwi Tentang IUGR Terhadap
Kejadian IUFD
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 54 responden yang
pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%. Dari 48 responden
pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya rendah.
Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai,
ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori
episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau
dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi
otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 1003). Pengalaman merupakan
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya.
Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat
diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta
pembelajaran manusia. Pengalaman ibu dalam perawatan Luka Episiotomi juga
merupakan hal yang tidak terlupakan, karena hampir semua ibu yang merawat luka
bekas
episiotomi
mengharapkan
hal
yang
terbaik
untuk
mempercepat
penyembuhan luka episiotomi.
Menurut Munifatul Maimonah (2009) dari Politeknik Kesehatan Depkes
Malang, pengalaman juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Karena
dengan adanya pengalaman, seseorang mendapatkan pembelajaran yang sangat
berguna.
40
Menurut asumsi peneliti, pengalaman mahasiswi, dapat membantu
mahasiswi mengetahui apa itu IUGR terhadap IUFD, juga dapat menambah
pengetahuan mahasiswi tentang penanggulangannya.
3. Pengetahuan Mahasiswi Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD
Berdasarkan hasil yang diteliti didapatkan, dari 102 responden sebanyak 61
responden (59,8%) memiliki Pengetahuan yang tinggi.
suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima (Notoatmodjo, 2003).
Menurut asumsi Rina Septiani (2010) dari Kebidanan poltekes Banjarmasin.
Pengetahuan responden tentang IUGR terhadap kejadian IUFD berada pada ketegori
rendah.
Menurut Asumsi Peneliti, mahasiswi harus memiliki pengetahuan yang
tinggi tentang IUGR terhadap kejadian IUFD, karena kejadian ini, akan selalu
mahasiswi dapatkan, baik saat meraka Praktek , maupun saat mereka sudah menjadi
ahli madya kebidanan nanti.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
41
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di STIKes U’Budiyah Banda
Aceh pada 102 orang responden, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari 102 responden sebanyak 84 responden (82,4%) pernah mendapatkan sumber
informasi.
2. Dari 102 responden sebanyak 59 responden (57,8%) memiliki pengalaman yang
baik.
3. Dari 102 responden sebanyak 61 responden (59,8%) memiliki Pengetahuan yang
tinggi.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan pada instansi pendidikan STIKes U’Budiyah Banda Aceh untuk
memberikan pembelajaran yang lebih tentang IUGR terhadap kejadian IUFD pada
ibu hamil.
2. Bagi Responden
Diharapkan kepada mahasiswi untuk dapat lebih mempelajari dan menguasai ilmu
tentang IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil.
3. Bagi Peneliti
Pada penulis untuk menambah wawasan dan dapat mengembangkan kemampuan
berfikir secara objektif dan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai
IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil.
Download