BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia dimulai sejak masa janin dalam rahim ibu. Sejak itu, manusia kecil telah memasuki\\ masa perjuangan hidup yang salah satunya menghadapi kemungkinan kurangnya zat gizi yang diterima dari ibu yang mengandungnya. Jika zat gizi yang diterima dari ibunya tidak mencukupi maka janin tersebut akan mempunyai konsekuensi kurang menguntungkan dalam kehidupan berikutnya. Sejarah klasik tentang dampak kurang gizi selama kehamilan terhadap outcome kehamilan telah banyak didokumentasikan. Fenomena the Dutch Famine menunjukkan bahwa bayi-bayi yang masa kandungannya (terutama trimester 2 dan 3) jatuh pada saat-saat paceklik mempunyai rata-rata berat badan, panjang badan, lingkar kepala, dan berat placenta yang lebih rendah dibandingkan bayi-bayi yang masa kandungannya tidak terpapar masa paceklik dan hal ini terjadi karena adanya penurunan asupan kalori, protein dan zat gizi essential lainnya(Depkes,2011). Menurut (Goldon,2005) pertumbuhan janin terhambat-PJT (Intrauterine growth restriction) diartikan sebagai suatu kondisi dimana janin berukuran lebih kecil dari standar ukuran biometri normal pada usia kehamilan. Kadang pula istilah PJT sering diartikan sebagai kecil untuk masa kehamilanKMK (small for gestational age). Umumnya janin dengan PJT memiliki taksiran berat dibawah persentil ke-10. Artinya janin memiliki berat kurang dari 90 % dari keseluruhan janin dalam usia kehamilan yang sama. Janin 1 2 dengan PJT pada umumnya akan lahir prematur (<37 minggu) atau dapat pula lahir cukup bulan (aterm, >37 minggu). IUFD merupakan kematian janin yang berkaitan dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi Angka insidensi kematian janin di dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 - 3,82 juta jiwa (Gamella 2008). BBLR merupakan masalah besar karena memberikan konstribusi tinggi terhadap kematian neonatal. Diperkirakan, sebanyak 70% kematian neonatal disebabkan oleh BBLR, 76% meninggal pada jam pertama kelahiran dan lebih dari 2/3 meninggal pada minggu pertama kehidupan. WHO mengestimasikan pada tahun 2003 insiden BBLR di Indonesia sebesar 10,5%, IUGR 19,8%, kelahiran prematur 18,5% dan kematian bayi 33 per 1.000 kelahiran hidup. Penelitian ini telah dilakuan di pendahuluan di dua Rumah Sakit Umum (RSU) Banjarmasin selama periode 5 tahun terakhir menunjukkan insiden BBLR yang bervariasi, RSU Ansyari Saleh 10%-12% dan RSUD Ulin 18%-22% (Depkes, 2010, Download). Menurut World Health Organisation (WHO) setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR). Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan (IUGR). Di negara berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan. BBLR merupakan penyumbang utama angka kematian 3 pada neonatus. Menurut perkiraan WHO, terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan) adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per 1000 kelahiran hidup. Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s mother 2007 (data tahun 20002003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah karena mengalami gangguan pertumbuhan selama masih dalam kandungan (IUGR). Di negara maju angka prematuritas sesuai kriteria WHO adalah antara 5– 10 %, sedangkan di Indonesia belum jelas, karena masih banyak bayi lahir dengan berat badan yang rendah atau BBLR, yaitu sekitar 14 – 17 % yang terbanyak disebabkan karena kurang gizi pada masa kehamilannya sehingga lahir dismatur, yaitu berat badan lahir yang tidak sesuai dengan usia kehamilan, Kecil Menurut Kahamilan atau (KMK) Angka – angka di atas mencerminkan baik tidaknya sosial-ekonomi dan menentukan pola demografi di suatu daerah atau negara. Di Indonesia, jumlah anak di dalam satu keluarga dianjurkan untuk tidak melebihi dua anak untuk menjamin kelangsungan hidup yang optimal, fisik, sosial dan mental bagi setiap anak yang dilahirkan. Untuk itu secara nasionaldi Indonesia telah sampai pada gerakan keluarga berencana yang mandiri (Varney, 2007). 4 Di berbagai negara berkembang di dunia, angka kematian janin semakin bertambah seiring dengan tingkat kesejahteraan rakyat dan kualitas pelayanan kesehatan di negara tersebut.Pelaporan angka insidensi kematian janin juga masih terbatas dan belum terdokumentasi dengan baik. Padahal laporan tersebut dapat menjadi acuan atau rujukan yang berguna dalam memperbaiki kinerja tenaga kesehatan maternal yang ada (Ayu agustin, 2012). Jenjang pendidikan akademik diploma III merupakan jenjang pendidikan tinggi. Menurut Notoadmojo (2010) pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam pembangunan. Pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah menerima informasi dan semakin luas pengetahuannya. Pendidikan kebidanan memiliki kurikulum wajib seperti mata kuliah Askeb hamil dan Askeb persalinan yang setiap mahasiswi mempelajari mengenai kelainan yang terjadi pada ibu hamil dan bayi, dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan dari 10 orang mahasiswi Prodi D-III kebidanan STIKes U’budiyah mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD 6 diantaranya tidak mempunyai pengetahuan tentang tentang IUGR terhadap kejadian IUFD dan 4 mahasiswa mempunyai pengetahaun tentang IUGR terhadap kejadian IUFD.(STIKes U’budiyah,2013) Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan 5 mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi DIII Kebidanan STIKes U’Budiyah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahannya adalah bagaimanakah gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah?. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil ditinjau dari informasi. b. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di tinjau dari pengalaman. 6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pengetahuan untuk menambah wawasan penulis tentang gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah. 2. Bagi tempat penelitian Proposal ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana penambah informasi menjadi masukan dan sebagai pertimbangan untuk membuat kebijakan dalam bidang KIA, sehingga kejadian IUGR dapat diantisipasi sedini mungkin. 3. Bagi institusi Proposal ini diharapkan dapat memberikan masukan tentang gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD pada ibu hamil di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah. 4. Bagi Profesi Kebidanan Pedoman bagi tenaga profesi kebidanan Khususnya bidan agar dapat memberikan penyuluhan kepada ibu hamil tentang IUGR sebagai penyebab kejadian IUFD 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian IUGR Istilah small gestational age (SGA) dan intrauterine growth retardation (IUGR) sering digunakan secara bergantian untuk menunjukkan pertumbuhan janin yang buruk, namun ada perbedaan minor secara terminology. SGA adalah apabila perkiraan berat janin (EFW) terhadap usia kehamilan berada dibawah persentil 10. Dari janin SGA yang didiagnosa (Rahmanurs, 2011). IUGR mengacu pada pertumbuhan janin yang telah dibatasi oleh lingkungan gizi yang tidak adekuat di dalam rahim, sehingga menyebabkan bayi baru lahir tidak mencapai potensi pertumbuhannya. Bayi ini kurang beruntung sebelum mereka memasuki dunia. Meskipun klasifikasi IUGR masih didasarkan pada data referensi kurang standar, ada tiga kelompok yang berbeda (Rahmanurs, 2011). Bayi baru lahir di Grup 1 adalah lahir setelah setidaknya usia kehamilan 37 minggu dan berat badan lahir dari 2.500 gram. Dalam sebagian besar populas, ini adalah kelompok terbesar dari bayi baru lahir dipengaruhi oleh IUGR. Kelompok 2 bayi yang baru lahir yang prematur dan berat kurang dari persentil 10 saat lahir. Bayi yang baru lahir di Grup 3, sebuah kelompok yang lebih kecil, berat kurang dari persentil 10 (berada di bawah kurva), tetapi mempunyai berat lahir lebih besar dari 2.500 gram (dr.Suryawan ahmad,2005). 8 B. Etiologi Penyebab terjadinya IUGR terbahagi pada tiga kategori major yaitu pengaruh dari maternal, janin dan plasenta(Gomella et al, 2004). 1. Faktor maternal a. Hipertensi dan penyakit vaskuler (hipertensi gestasional, autoimun). b. Diabetes. c. Infeksi viral dan parasit TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, Citamegallo, Herpes) malaria, infeksi bacterial (penyakit menular seksual). d. Hipoksemia maternal (penyakit pulmonal, penyakit jantung sianotik, anemia berat). e. Toksin – medikasi (warfarin), antikonvulsan, agen antineoplastik). f. Malformasi uterine atau fibroid. g. Thrombofilia (sindrom antifosfolipid). h. Berat badan ibu – kurang berat badan pada awal kehamilan, malnutrisi kalori- protein atau ibu obesitas (BMI tinggi). i. Variasi sosiodemografi j. Merokok dan/atau pemakaian alcohol, dan/atau pemakaian bahan lain. k. Wanita dengan pertumbuhan terhambat, mempunyai kehamilan IUGR atau mempunyai kakak yang hamil IUGR. 2. Faktor janin a. Kelainan bawaan (termasuk mereka dengan infeksi maternal). riwayat 9 b. Kelainan kromosom ( Sindrom Turner dan Sindrom Down), kelainan genetik lainnya yang tidak disebabkan oleh masalah kromosom adalah seperti Sindrom Russell-Silver, pertumbuhan tulang skeletal abnormal dan beberapa sindrom lain. c. Sindrom transfusi kembar ke kembar. d. Gestasi multiple. 3. Faktor plasenta a. Plasenta infark. b. Trombosis pada pembuluh darah janin. c. Gangguan kronis prematur. d. Vili plasenta oedema. e. Anomali cord. C. Patofisiologi Faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan janin termasuk jenis kelamin yaitu laki-laki lebih berat dari perempuan, paritas contohnya bayi yang lahir pertama lebih kecil, etnis tergantung norma-norma yang berbeda, ketinggian, ukuran ibu yaitu ibu besar mendapat bayi besar, jumlah janin yaitu berat lahir mengecil dengan meningkatkan jumlah janin dan insulin yaitu faktor hormonal yang paling penting (Pranoto,2012). Normal pertumbuhan intrauterin terjadi dalam 3 tahap. Mitosis cepat dan konten DNA meningkat (hiperplasia) terjadi selama trimester pertama (kehamilan 4-20 minggu). Trimester kedua (umur kehamilan 20-28 minggu) adalah periode hiperplasia dan hipertropi dengan mitosis menurun tetapi 10 peningkatan ukuran sel. Trimester ketiga (umur kehamilan 28-40 minggu) adalah periode peningkatan pesat dalam ukuran sel dengan cepat akumulasi lemak, otot dan jaringan ikat. Hambatan pertumbuhan selama trimester pertama menghasilkan janin yang sel yang berkurang tetapi berukuran normal, menyebabkan IUGR simetris. Contohnya termasuk pengekangan pertumbuhan melekat genetik, infeksi dan kelainan kromosom bawaan. Hambatan pertumbuhan selama trimester kedua dan ketiga menyebabkan ukuran sel mengecil dan berat badan janin dengan efek kurang pada panjang dan pertumbuhan kepala yang mengarah ke IUGR asimetris. Dengan onset kemudian, contoh termasuk kekurangan atau defisiensi gizi uteroplasenta selama trimester 3 (Ayu agustin,2012). D. Klasifikasi IUGR 1. IUGR Simetrik Tipe IUGR ini menunjuk pada bayi dengan potensi penurunan pertumbuhan. Tipe IUGR ini dimulai pada gestasi yang lebih awal, dan semua fetus ini menurut perbandingan SGA. Lingkar dada dan kepala, panjang dan beratnya semua dibawah 10 persentil untuk usia kehamilan, tetapi bayi ini memiliki Indek Ponderal yang normal. Tipe IUGR simetrik merupakan akibat dari hambatan pertumbuhan pada awal kehamilan. Pada tahapan awal pertumbuhan embrio fetus, ditandai dengan mitosis pada usia kehamilan 4 sampai dengan 20 minggu yang disebut fase hiperplasti. Apabila ada kondisi patologis selama fase ini akan mengurangi jumlah sel untuk bayi. IUGR simetrik terjadi pada 20-30% pada fetus yang 11 mengalami hambatan pertumbuhan. Keadaan ini disebabkan adanya hambatan mitosis ketika terjadi infeksi dalam kandungan (misalnya, herpes simplek, rubella, cytomegalovirus dan toksoplasma), kelainan kromosom, dan kelainan congenital. Harus diingat, bagaimanapun, fetus yang simetrik mungkin secara aturan kecil dan menderita tetapi tidak semuanya mengalami ketidaknormala (Ayu agustin, 2012). Secara umum, IUGR simetrik berhubungan dengan prognosisi yang tidak baik ; ini berhubungan dengan kondisi phatologis yang menyebabkannya. Weiner dan Wiliamson menunjukkan,ada tidak adanya faktor resiko yang diidentifikasi dari ibu, diperkirakan 25% beberapa fetus yang dinilai, hambatan pertumbuhan yang dimulai lebih awal terjadi pada aneuploidy. Oleh karena itu, penilaian sample darah pada umbilical (Percutaneus Umbillical Blood Sampling), direkomendasikan untuk mengetahui Karyotipe abnormal. 2. IUGR Asimetrik Tipe IUGR asymetrik menunjuk pada hambatan pertumbuhan pada neonatus dan frekuensi terbanyak berhubungan dengan isufisiensi uteroplasental. Tipe IUGR ini merupakan hasil keterlambatan pertumbuhan Tipe ini dan selalu terjadi sesudah minggu ke 28 dari kehamilan. Pada akhir trimester II, pertumbuhan fetus normal ditandai dengan adanya hipertropi. Pada fase hipertropi, secara cepat telah terjadi peningkatan ukuran sel dan pembentukan lemak, otot, tulang dan jaringan yang lainnya. Hambatan pertumbuhan fetus yang asimetrik, total jumlah 12 sel mendekati normal, tetapi sel sel tersebut mengalami penurunan/pengecilan ukuran. Fetus IUGR simetrik memiliki Indek Ponderal yang rendah dibandingkan dengan rata rata bawah berat bayi, tetapi ukuran lingkar kepala dan panjang lengan adalah normal. Pada beberapa kasus asimetrik IUGR, pertumbuhan fetus adalah normal sampai dengan akhir Trimester II dan awal Trimeseter III, ketika pertumbuhan kepala tetap normal, sedangkan pertumbuhan abdominal lambat (Brain Sparring Effect). Tipe asimetrik ini merupakan hasil dari mekanisme kompensasi fetus dalam memberikan reaksi terhadap fase penurunan perfusi plasenta. Terjadinya pendistribusian ulang dari Fetal Cardiac Output, dengan penurunan aliran ke otak, hati, dan adrenal dan penurunan cadangan glikogen dan liver mass. Bagaimanapun, isufisiensi plasenta adalah merugikan selama akhir kehamilan, pertumbuhan kepala menjadi rata, dan ukurannya mungkin menjadi turun pada curve pertumbuhan normal. Diperkirakan, 70% - 80% hambatan pada pertumbuhan fetus adalah tipe ini. IUGR ini seringkali berhubungan dengan penyakit ibu seperti Hipertensi kronis, gangguan ginjal, Diabetes Mellitus dengan vaskulopati, dan yang lainnya. E. Diagnosis 1. Menentukan usia kehamilan. Menentukan usia kehamilan yang benar adalah penting. Menstruasi terakhir, ukuran rahim, time of quickening (gerakan ‘kencang’ di perut yang disebabkan oleh aktivitas janin, yang dirasakan oleh ibu untuk 13 pertama kalinya), dan pengukuran USG awal digunakan untuk menentukan usia kehamilan (Gomella et al, 2004). 2. Penilaian Janin a) Diagnosis klinis. Riwayat pasien akan meningkatkan indeks kecurigaan mengenai pertumbuhan suboptimal. Estimasi berat secara manual, pengukuran tinggi fundus secara serial, dan perkiraan dari ibu tentang keaktifan aktifitas janin adalah ukuran klinis sederhana. Ketidaktepatan dan inkonsistensi dapat mencegah keyakinan luas dalam metodemetode klinis. b) Evaluasi Hormonal. Tes hormon itu pada satu waktu populer untuk penilaian IUGR tetapi jarang digunakan sekarang. Estriol urin dan kadar human placental lactogen cenderung rendah atau menurun pada kehamilan dengan IUGR, meskipun terdapat variasi pada beberapa individu. c) Ultrasonografi. Karena keandalannya untuk menentukan usia kehamilan, kemampuan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan janin dengan pengukuran antropomorfik, dan kemampuan untuk mendeteksi anomali janin, oleh karena itu USG merupakan alat untuk diagnosis yang diandalkan saat ini. Pengukuran antropomorfik berikut digunakan dalam kombinasi untuk memprediksi penurunan pertumbuhan dengan tingkat akurasi yang tinggi. d) Pengukuran kecepatan gelombang dengan menggunakan alat Doppler pada sirkulasi ibu dan janin dapat mendeteksi IUGR. Penurunan 14 kecepatan gelombang sirkulasi ibu menunjukkan penurunan perfusi arteri uteroplasenta. Kecepatan gelombang yang dideteksi oleh Fetal Doppler pada sirkulasi arteri menunjukkan gawat janin kronis, fetal distress dan hipoksia. Resiko terbesar untuk IUGR dikaitkan dengan tidak adanya aliran diastolik atau aliran balik dalam arteri umbilikalis (Gomella,2004). 3. Penilaian pada neonatus. a) Penurunan berat badan waktu usia kehamilan merupakan metode paling ringkas untuk mendiagnosa IUGR. Namun, metode ini cenderung salah diagnose secara konstitusional dengan bayi kecil dan bayi yang ukuran pertumbuhan proporsional terhambat (Gomella,2004). b) Tampilan fisik. Apabila bayi tanpa dengan sindrom malformasi kongenital dan infeksi, kelompok IUGR ini mempunyai ciri tampilan fisik. Bayi-bayi ini umumnya kurus, dengan kulit mengelupas dan longgar karena kehilangan tisu subkutan, abdomen skafoid, dan kepala besar yang tidak proporsional (Gomella,2004). c) Kurva Lubchencho mungkin sulit digunakan untuk memperkirakan terjadinya IUGR (Varney,2007). F. Penemuan Klinis Pada inspeksi pertama pada banyak bayi kecil masa kehamilan, beberapa karakteristik fisik jelas segera menunjukkan adanya IUGR. Pada IUGR asimetrik, salah satu segera terlihat adalah kepala tampak besar, namun lingkar kepala sebenarnya normal atau hampir , ini karena dada dan terutama 15 keliling perut yang berkurang. Kepala hanya terlihat besar pada tubuhnya. Otak terhindar atau kurang dipengaruhi oleh hambatan intrauterin, yang mungkin karena gangguan intrauterine relatif pada akhir kehamilan. Karena rasio massa otak dengan massa hati adalah tinggi, hipoglikemia mungkin untuk timbul pada bayi tersebut. Lemak pada kulit subkutan menghilang dan kulit terlihat longgar longgar dan kering. Meskipun kulit mereka tampak pucat, banyak dari bayi IUGR ini mengalami polisitemia; hematokrit vena mereka mungkin lebih besar dari 60 (Mochtar,2008). Pada IUGR asimeterik yang ekstrem, massa otot pada pantat, paha, dan pipi juga berkurang. Oleh karena panjang tubuh bayi IUGR ini tidak berkurang seperti lemak subkutan, maka bayi ini sering terlihat tipis dan panjang. Lipatan kulit longitudinal di paha menunjukkan penurunan berat lemak di bawah kulit, sebaliknya dengan lipatan paha horisontal pada bayi yang lebih besar, menunjukkan status gizi negara jauh lebih baik. Bayi bermata lebar, mungkin karena terjadinya hipoksia kronis saat intrauterin. Perut terlihat mendatar atau cekung (skafoid), bukan bulat seperti pada bayi dengan gizi yang baik. Saat lahir, umbilikus umumnya tipis, berbeda dengan umbilikus biasa, yang besar, abu-abu, berkilau, dan lembab. Oleh karena semua umbilicus akan terlihat semakin layu setelah lahir, maka kondisi umbilikus setelah 24 jam usia kelahiran mempunyai signifikansi diagnostik yang kecil. Rambut pada kulit kepala biasanya jarang. Sutura di kepala sering melebar akibat pertumbuhan tulang terganggu. Ubun-ubun besar, meskipun ukurannya besar, teraba lembut atau cekung, sehingga menyebabkan tekanan intrakranial meningkat sehingga 16 mengakibatkan sutura melebatr. Sebagian besar bayi ini lebih aktif dari yang diperkirakan untuk berat lahir rendah. Kekuatan tangisan mereka mungkin sangat mengesankan. Seringkali, tanda, ekspresi wajah terbelalak dikombinasikan dengan menyodorkan lidah berulang yang merangsang gerakan mengisap. Kesan keseluruhan semangat dan baik sering disalah artikan, karena kesan ini adalah hasil dari stres yang disebabkan oleh hipoksia kronis saat intrauterin. Banyak dari bayi mengalami kejang setelah 6-18 jam kemudian, terutama mereka yang ubun-ubun besar keras akibat adanya edema otak dari hipoksia intrauterin. Sebaliknya, pada asfiksia perinatal berat, bayi mengalami depresi, sehingga terlihat flasid dan lethargi (Cunningham,2006). G. Komplikasi Morbiditas dan mortalitas janin dan bayi meningkat pada IUGR dan meningkat tinggi apabila berat lahir bayi kurang dari persentil 5. IUGR pada saat kelahiran mungkin berhubung kait dengan resiko kesehatan dimana ini mungkin akan menetap hingga dewasa (Sarwono,2003). Terdapat bukti dari asosiasi antara pertumbuhan janin terhambat dan tekanan darah, non insulin dependent diabetes , penyakit jantung koroner, dan kanker dalam kehidupan dewasa. Hipotesis Barker mengatakan asal-usul penyakit dengan gizi kurang selama periode kritis pada awal kehamilan dan bayi meningkatan resiko penyakit kronis pada masa dewasa. Transisi gizi yaitu pergeseran pola diet dan gaya hidup yang telah dihasilkan dari urbanisasi dan pembangunan ekonomi yang cepat - dapat mempercepat munculnya awal undernutrition pada konsekuensi dewasa (Manuaba 2001). 17 Dibawah adalah ringkasan konsekuensi pada kejadian IUGR yang sering terjadi, yaitu; a) Asfiksia perinatal. Hipertensi pulmonal persisten. Banyak bayi IUGR mengalami hipoksia intrauterine yang kronis sehingga mengakibatkan penebalan abnormal otot polos pada arteriol kecil di pulmonal. Akhirnya, aliran darah pulmonal menurun dan mengakibatkan derajat hipertensi arteri pulmonat berubah. Oleh karena inilah bayi IUGR beresiko terjadinya hipertensi pulmonal persisten. Penyakit membrane hialin jarang terjadi pada IUGR karena bayi ini cenderung mengalami pematangan paru sekunder akibat stress intrauterine kronis. b) Sindrom distress nafas. Beberapa laporan mengatakan maturasi pulmonal janin berhubung kait dengan IUGR, sekunder akibat stress intrauterin kronis. Aspirasi mekonium. Terjadi pada 5-15% kelahiran dan biasanya terjadi pada bayi pasca panjang dan panjang. IUGR umum pada bayi pasca-panjang (Gamella, 2004). c) Hipotermia. Termoregulasi berkurang pada bayi IUGR karena hilangnya lemak subkutan. Bayi IUGR sekunder akibat malnutrisi janin pada akhir kehamilan cenderung menjadi kurus kering akibat dari hilangnya lemak subkutan. Mereka cenderung lebih mudah hiportermi berbanding bayi prematur (Gamella, 2004). 18 d) Metabolik 1) Hipoglikemia. Metabolisme karbohidrat serius terganggu, dan bayi IUGR sangat rawan untuk terjadi hipoglikemi akibat oleh hilangnya simpanan glikogen dan kurangnya kapasitas glukoneogenesis. Oksidasi asam lemak bebas dan trigliserida berkurang pada bayi IUGR, dimana hal ini membatasi sumber simpanan alternative. Hiperinsulin, sensitive berlebihan terhadap insulin, dan defisiensi pelepasan katekolamin waktu hipoglikemia menyebabkan abnormal pada mekanisme hormon regulasi saat periode hipoglikemi pada bayi IUGR. 2) Hiperglikemia. Bayi dengan kurang berat badan sangat rendah mempunyai sekresi insulin yang rendah sehingga menyebabkan hiperglikemia. 3) Hipokalsemia. Hipokalsemia bisa terjadi pada bayi IUGR setelah asfiksia (Gamella, 2004). e) Gangguan hematologi Hiperviskositi dan polisitemia mungkin merupakan hasil dari meningkatnya kadar eritropoietin sekunder akibat janin hipoksia berhubung dengan IUGR. Trombositopenia, neutropenia, dan koagulasi profil berubah bisa terlihat pada bayi IUGR. Polisitemia juga menyumbang terjadinya hipoglikemia dan mengarahkan terjadinya cedera serebral. Perubahan imunitas. Bayi IUGR mempunyai kadar IgG yang rendah. Tambahan pula, ukuran timus berkurang 50% dan limfosit darah periferal juga menurun (Putrimulyarahman,2009). 19 H. Pengertian IUFD Intra uterine fetal deadth (IUFD) atau kematian janin dalam rahim adalah kematian janin dalam kehamilan sebelum terjadi proses persalinan pada usia kehamilan 28 minggu ke atas atau berat janin 1000 gram. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, IUFD adalah kematian intrauterin sebelum seluruh produksi konsepsi manusia dikeluarkan, ini tidak diakibatkan oleh aborsi terapeutik atau kematian janin juga disebut kematian intrauterin dan mengakibatkan kelahiran mati (Sarwono,2005). 1. Adapun penyebab IUFD: a. perdarahan antepartum seperti plasenta previa dan solusio plasenta b. pre eklamsi dan eklamsi c. penyakit kelainan darah d. penyakit infeksi menular e. penyakit saluran kencing f. penyakit endokrin sperti DM dan hipertiroid g. malnutris I. Faktor Predisposisi IUFD 1. Faktor ibu (High Risk Mothers) a. Status social ekonomi yang rendah b. Tingkat pendidikan ibu yang rendah c. Umur ibu yang melebihi 30 tahun atau kurang dari 20 tahun 20 d. Paritas pertama atau paritas kelima atau lebih e. Tinggi dan BB ibu tidak proporsional f. kehamilan di luar perkawinan g. kehamilan tanpa pengawasan antenatal h. ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan i. ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati j. 2. 3. riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu Faktor Bayi (High Risk Infants) a. Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital b. Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation) c. Bayi dalam keluarga yang mempunyai problema sosial Faktor yang berhubungan dengan kehamilan a. Abrupsio plasenta b. Plasenta previa c. Preeklamsi / eklamsi d. Polihidramnion e. Inkompatibilitas golongan darah f. Kehamilan lama g. Kehamilan ganda h. Infeksi i. Diabetes j. Genitourinaria J. Tanda dan gejala 1. Terhentinya pertumbuhan uterus, atau penurunan TFU 2. Terhentinya pergerakan janin 3. Terhentinya denyut jantung janin 21 4. Penurunan atau terhentinya peningkatan berat badan ibu. 5. Perut tidak membesar tapi mengecil dan terasa dingin 6. Terhentinya perubahan payudara. K. Komplikasi 1. Trauma emosional yg cukup berat terjadi bila wktu antara kematia janin & persalinan cukup lama. 2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah 3. Dapat terjadi koagulasi bila kematian janin berlangsung lebih dari 2minggu. 4. Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak memvbahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipofibrinogenemia) akan lebih besar. Kematian janin akan menyebabkan desidua plasenta menjadi rusak menghasilkan tromboplastin masuk kedalam peredaran darah ibu, pembekuan intravaskuler yang dimulai dari endotel pembuluh darah oleh trombosit terjadilah pembekuan darah yang meluas menjadi Disseminated intravascular coagulation hipofibrinogenemia (kadar fibrinogen < 100 mg%). Kadar normal fibrinogen pada wanita hamil adalah 300-700 mg%. Akibat kekurangan fibrinogen maka dapat terjadi hemoragik postpartum. Partus biasanya berlangsung 2-3 minggu setelah janin mati. L. Penanganan 1. Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada. 2. Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan. 22 3. Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan. 4. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus tidak lebih dari 12 minggu kehamilan. Persiapan: a. Keadaan memungkinkan yaitu Hb > 10 gr%, tekanan darah baik. b. Dilakukan pemeriksaan laboratorium, yaitu:pemeriksaan trombosit, fibrinogen, waktu pembekuan, waktu perdarahan, dan waktu protombin. Tindakan: a. Kuretasi vakum b. Kuretase tajam c. Dilatasi dan kuretasi tajam d. Pengakhiran kehamilan jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu e. Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. f. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya. g. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. Catatan : dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan. 1. Pengakhiran kehamilan jika lebih dari 20 – 28 minggu 2. Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. 3. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam. 23 4. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. 5. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati. 6. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati. Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melahirkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen. M . Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rsa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo 2007). Menurut pendekatan kontruktivistis, pengetahuan bukanlah fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap obyek, pengalaman, maupun lingkungannya. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. 24 N . Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Seseorang 1) Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut . 25 2) Sumber Informasi Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesanpesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal tersebut. (Notoatmodjo, 2012) 3) Sosial budaya dan ekonomi Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang. (Adi 2011) 26 4) Lingkungan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 5) Pengalaman Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerjanya.(Manulang. 1984) 6) Usia Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan 27 persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua, selain itu orang usia madya akan lebih banyak menggunakan banyak waktu untuk membaca. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah, dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan pada usia ini. O. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Memiliki Beberapa Tingkatan (Sarwono 2007) 1. Tahu (Know) merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. 2. Memahami (Comrehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkancontoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks dan situasi yang lain. 28 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan suatu materi atau suatu obyek ke dalam komponen – komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi penelitian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Evaluasi meliputi kata kerja membandingkan menanggapi penafsiran. 29 BAB III KERANGKA KONSEP A. Kerangka Konsep IUFD merupakan faktor kematian janin yang berkaitan dengan ekspulsi komplet atau ekstraksi hasil konsepsi dari Ibu, pada durasi yang tidak dapat diperkirakan di dalam masa kehamilan, dan merupakan terminasi kehamilan yang tidak diinduksi Angka insidensi kematian janin di dunia diperkirakan mencapai rentang 2,14 - 3,82 juta jiwa (Cousens, 2011). Karena keterbatasan waktu maka peneliti hanya meneliti variabel independen (Bebas) yaitu: informasi, lingkungan dan pengalaman.variabel dependen (terikat) yaitu pengetahuan mahasiswa, untuk lebih jelas kerangka konsep dapat di gambarkan seperti ini: Variabel independen Variabel dependen Sumber Informasi Pengetahuan Mahasiswa Pengalaman Gambar 3.1 Kerangka Konsep 30 A. Definisi Operasional Tabel 3.1 definisi operasional N O Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur Kuesioner Tinggi Ordinal Jika X ≥10 Dependen 1 Pengetahua n mahasiswa Tingkat pengetahuan mahasiswi tentang IUGR Membagikan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan, dengan kriteria : Tinggi bila, x < ̅ Rendah bila, x < ̅ Rendah Jika X< 10 Independen 2 3 Sumber Informasi Iformasi yang didapat mahasiswi kebidanan terkait hubungan IUGR terhadap kejadian IUFD Pengalaman Mahasiswi melihat kasus IUGR terhadap IUFD ditempat prkatek yang lalu Menyebarkan kuesioner sebanyak 2 pertanyaan Media cetak bila responden mendapat Informasi dari Koran,Majalah,Selebaran dan lain-lain Media elektronik Tv,Radio,Internet,dan lain-lain Menyebarkan kuesioner sebanyak 7 pertanyaan dengan kriteria : Pernah bila, x < ̅ Tidak pernah bila, x< ̅ Kuesioner Pernah X ≥ 10 Ordinal Tidak pernah Jika X< 10 Kuesioner Baik Jika X ≥ 10 kurang Jika X < 10 Ordinal 31 BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yaitu pengumpulan data di lakukan sekaligus pada suatu waktu bersamaan (Notoatmodjo, 2005). B. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi tingkat III Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh yang berjumlah 102 mahasiswi. 2. Sampel Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu mahasiswi STIKes U’Budiyah Banda Aceh yang mengetahui IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil yang berjumlah 102 orang. Jumlah sampel tersebut di tentukan dengan menggunakan Teori Slovin. C. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Tempat penelitian ini akan dilaksanakan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh. 32 2. Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September tahun 2013 D. Cara Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang langsung di peroleh dari responden dengan cara menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan yang telah di sediakan dan selanjutnya oleh responden sesuai dengan petunjuk. Sedangkan data sekunder adalah data yang di tinjau dari laporan kunjungan di Di Prodi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah tingkat III. E.Instrumen Penelitian Adapun instrument penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner mengenai gambaran pengetahuan mahasisiwi kebidanan mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil dan form penilaian antropometri yang disusun berdasarkan telaah kepustakaan. F.Pengolahan Dan Analisa Data 1. Pengolahan Data Data dalam penelitian ini akan di olah dengan cara: a. Editing yaitu melakukan pengecekan kembali semua item pertnyaan telah terisi dan melihat apakah ada kekeliruan yang mungkin dapat menggangu pengolahan data selanjutnya. b. Coding yaitu pemberian kode berupa nomor pada lembaran kuesioner untuk memudahkan pengolahan data 33 c. Transferring yaitu data yang telah di berkan kode di susun secara berurutan dari responden pertama sampai responden terkhir untuk dimasukan ke dalam tabel sesuai dengan variabel yang telah di teliti. d. Tabulating yaitu pengelompokan responden yang telah dibuat pada tiaptiap variabel yang di ukur dan selanjutnya dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi . 2. Analisa data a. Analisa univariat Yaitu untuk mengetahui distribusi frekuensi, adapun rumus yang akan dipakai dalam analisis data univariat diantara adalah (Arikunto, 2006) Keterangan: n = jumlah sampel (populasi) P= Keterangan: P= Persentase f 1= Frekuensi n = Sampel 34 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian STIKes U’Budiyah yang berdiri pada tahun 2004. STIKes U’Budiyah merupakan institusi pendidikan resmi yang telah mendapatkan izin dari Menteri Pendidikan Nasional RI berdasarkan SK No.122/D/O/2004. STIKes U’Budiyah memiliki Akreditas tertinggi di Aceh dan Sumatra Utara untuk prodi D-III Kebidanan dengan peringkat B (Baik) dari BAN-PT hingga tahun 2015. STIKes U’Budiyah sampai saat ini terus berkembang dan pada bulan September 2013 ini STIKes U’Budiyah akan menjadi Universitas U’Budiyah Indonesia. STIKes U’Budiyah Banda Aceh berada di Kecamatan Syiah Kuala, terletak di antara Desa Alue Naga dan Desa Tibang Banda Aceh. Dengan beberapa Jurusan Kesehatan yaitu Jurusan FKM, D-IV, dan D-III Kebidanan Umum. Salah satu penelitian yang saya lakukan pada jurusan D-III Akademi Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh, yaitu penelitian pada tingkat III yang berjumlah 102 siswi dengan, 52 siswi di kelas IIIA, dan 50 siswi di kelas IIIB. Di tinjau dari segi geografisnya STIKes U’Budiyah Banda Aceh di batasi oleh : 1. Bagian barat berbatasan dengan Desa Tibang. 2. Bagian timur berbatasan dengan sungai Krueng Alue Naga. 3. Bagian selatan berbatasan dengan Hutan Kota. 4. Bagian Utara berbatasan dengan komplek STT IT. B. Hasil Penelitian 35 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di kampus Akademi D-III Kebidanan STIKes U’Budiyah Banda Aceh dilakukan pada tanggal 1 sampai 5 September 2013. Adapun penelitian yang dilakukan pada mahasiswi tingkat IIIA dan IIIB dengan total 102 orang mahasiswi tentang Gambaran Pengetahuan Mahasiswi Kebidanan Mengenai IUGR (INTRA UTERIN GROWTH RETARTION) Terhadap Kejadian IUFD (INTRA UTERIN FETAL DEATH) Pada Ibu Hamil di STIKes U’Budiyah Banda Aceh didapat hasil sebagai berikut: 1. Analisa Univariat Penyajian hasil penelitian memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi. a. Sumber Infomasi Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Sumber Informasi Responden Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013 No Sumber Informasi 1 Pernah 2 Tidak Pernah Total f % 50 49.0 52 51.0 102 100 Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.1 di dapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 52 responden (51,0%) tidak pernah mendapatkan sumber informasi. b. Pengalaman Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengalaman Responden Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013 36 No Pengalaman 1 Baik 2 Kurang Total f % 60 58.8 42 41.2 102 100 Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.2 di dapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 60 responden (58,8%) memiliki pengalaman yang baik. c. Pengetahuan Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD Pada Ibu Hamil Di STIKes U’Budiyah Banda Aceh Tahun 2013 No Pengetahuan 1 Tinggi 2 Rendah Total f % 54 52.9 48 47.1 102 100 Sumber data primer (di olah tahun 2013) Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan hasil, dari 102 responden sebanyak 54 responden (52,9%) memiliki Pengetahuan yang tinggi. 2. Analisa Bivariat a. Hubungan pengetahuan dengan sumber informasi mengenai IUGR Tabel 5.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Sumber Informasi Mengenai IUGR Di STIkes U’Budiyah Banda Aceh tahun 2013 37 Tinggi f 22 % 40,7 Informasi Kurang f % F 32 59,3 54 Rendah 28 58,3 20 41,7 48 100 50 49,0 52 51,0 102 100 Pengetahuan Total Baik Total % 100 Sumber Data Primer diolahTahun 2013 Berdasarkan tabel 5.4 diatas diketahui bahwa dari 54 responden yang pengetahuan tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari 48 responden pengetahuan rendah ternyata 41,7% informasinya rendah. Tabel 5.5 Hubungan Pengetahuan Dengan Pengalaman Mengenai IUGR Di STIkes U’Budiyah Banda Aceh tahun 2013 Tinggi f 37 % 68,5 Pengalaman Kurang f % F 17 31,5 54 Rendah 23 47,9 25 52,1 48 100 60 58,8 42 41,2 102 100 Pengetahuan Total Baik Total % 100 Sumber Data Primer diolahTahun 2013 Berdasarkan tabel 5.5 diatas diketahui bahwa dari 54 responden yang pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%. Dari 48 responden pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya rendah. C. Pembahasan 1. Sumber Informasi Yang Didapatkan Mahasiswi Tentang IUGR Terhadap IUFD 38 Berdasarkan hasil penelitian bahwa dari 54 responden yang pengetahuan tinggi ternyata informasi baik sebanyak 59,3%. Dari 48 responden pengetahuan rendah ternyata 41,7% informasinya rendah. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh adanya informasi dari sumber media sebagai sarana komunikasi yang dibaca atau dilihat, baik dari media cetak maupun elektronik seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain (Azwar,2003). Menurut Gordon B.Davis informasi adalah data yang telah dirposes/diolah ke dalam bentuk yang sangat berarti untuk penerimanya dan merupakan nilai yang sesungguhnya atau dipahami dalam tindakan atau keputusan yang sekarang atau nantinya. Informasi mempunyai manfaat dan peranan yang sangat dominan dalam suatu organisasi/perusahaan. Tanpa adanya suatu informasi dalam suatu organisasi, para manajer tidak dapat bekerja dengan efisien dan efektif. Tanpa tersedianya informasi pun para manajer tidak dapat mengambil keputusan dengan cepat dan mencapai tujuan dengan efektif dan efisien. Sehingga bisa dibilang bahwa informasi merupakan sebuah keterangan yang bermanfaat untuk para pengambil keputusan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan sebelumnya. Menurut Siska (2009) dari Universitas Diponegoro, sumber informasi sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang, semakin seseorang sering mendapatkan informasi, semakin tinggi pengetahuannya. Menurut asumsi peneliti, sumber informasi dapat diperoleh dari banyak media seperti media cetak (buku kuliah, koran, majalah, tabloid dll) , atau media elektronik (TV, internet, radio, dll). Dari 102 mahasiswi tingkat III di STIKes U’Budiyah, terdapat 84 orang mahasiswi yang mendapatkan informasi tentang IUGR terhadap 39 IUFD, yang diantaranya 43 mahasiswi mendapatkan informasi melalui media cetak, dan 41 mahasiswi mendapatkan informasi melalui media elektronik. 2. Pengalaman Yang Didapatkan Mahasisiwi Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dari 54 responden yang pengetahuan tinggi ternyata pengalaman baik sebanyak 68,5%. Dari 48 responden pengetahuan rendah ternyata 47,9% pengalamannya rendah. Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang berfungsi sebagai referensi otobiografi. (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 1003). Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehari – harinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan dan menjadi pedoman serta pembelajaran manusia. Pengalaman ibu dalam perawatan Luka Episiotomi juga merupakan hal yang tidak terlupakan, karena hampir semua ibu yang merawat luka bekas episiotomi mengharapkan hal yang terbaik untuk mempercepat penyembuhan luka episiotomi. Menurut Munifatul Maimonah (2009) dari Politeknik Kesehatan Depkes Malang, pengalaman juga berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang. Karena dengan adanya pengalaman, seseorang mendapatkan pembelajaran yang sangat berguna. 40 Menurut asumsi peneliti, pengalaman mahasiswi, dapat membantu mahasiswi mengetahui apa itu IUGR terhadap IUFD, juga dapat menambah pengetahuan mahasiswi tentang penanggulangannya. 3. Pengetahuan Mahasiswi Tentang IUGR Terhadap Kejadian IUFD Berdasarkan hasil yang diteliti didapatkan, dari 102 responden sebanyak 61 responden (59,8%) memiliki Pengetahuan yang tinggi. suatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2003). Menurut asumsi Rina Septiani (2010) dari Kebidanan poltekes Banjarmasin. Pengetahuan responden tentang IUGR terhadap kejadian IUFD berada pada ketegori rendah. Menurut Asumsi Peneliti, mahasiswi harus memiliki pengetahuan yang tinggi tentang IUGR terhadap kejadian IUFD, karena kejadian ini, akan selalu mahasiswi dapatkan, baik saat meraka Praktek , maupun saat mereka sudah menjadi ahli madya kebidanan nanti. BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 41 Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di STIKes U’Budiyah Banda Aceh pada 102 orang responden, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Dari 102 responden sebanyak 84 responden (82,4%) pernah mendapatkan sumber informasi. 2. Dari 102 responden sebanyak 59 responden (57,8%) memiliki pengalaman yang baik. 3. Dari 102 responden sebanyak 61 responden (59,8%) memiliki Pengetahuan yang tinggi. B. Saran 1. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan pada instansi pendidikan STIKes U’Budiyah Banda Aceh untuk memberikan pembelajaran yang lebih tentang IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil. 2. Bagi Responden Diharapkan kepada mahasiswi untuk dapat lebih mempelajari dan menguasai ilmu tentang IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil. 3. Bagi Peneliti Pada penulis untuk menambah wawasan dan dapat mengembangkan kemampuan berfikir secara objektif dan menjadi bahan untuk penelitian lebih lanjut mengenai IUGR terhadap kejadian IUFD pada ibu hamil.