MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/AIDS OLEH

advertisement
MALNUTRISI PADA PENDERITA
HIV/AIDS
OLEH :
Dr. Dra. Nurhaedar Jafar, Apt,M.Kes
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2004
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah kumpulan gejala
penyakit yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
ditandai dengan gejala menurumya sistem kekebalan tubuh. Kerusakan progresif pada
system kekebalan tubuh menyebabkan ODHA ( orang dengan HIV /AIDS ) amat
rentan dan mudah terjangkit bermacam-macam penyakit.
Permasalahan HIV dan AIDS bukan saja menjadi masalah nasional akan
tetapi sudah menjadi masalah global karena lebih dari 40 juta jiwa manusia di dunia
hidup dengan HIV. Secara nasional, berdasarkan data September 2005 jumlah kasus
HIV/AIDS sebanyak 8.251 kasus dan yang sduah memasuki fase AIDS sebanyak
4.065 kasus. Dari jumlah tersebut kelompok yang paling berisiko adalah kelompok
pengguna narkoba suntik, yaitu sebesar 59,9%. Pada tahun 2008, bila diakumulasikan
sejak tahun 1987, pengidap HIV dan kasus AIDS telah berjumlah 6.554 HIV dan
16.110 penderita AIDS. Jumlah penderita HIV dan AIDS sebesar 222.664 dengan
jumlah kematian 3.362 kasus.
Ada lingkaran setan antara HIV/AIDS dan malnutrisi. Hal ini dikarenakan
malnutrisi pada penderita dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat meningkatkan
perkembangan infeksi HIV. Infeksi HIV akan mempengaruhi status nutria dan status
imun ODHA. Asupan zat gizi yang tidak memenuhi kebutuhan akibat infeksi HIV
akan menyebabkan kekurangan gizi yang bersifat kronis. Sebagian besar pasien
HIV/AIDS di Indonesia mengalami malnutrisi. Bahkan sebagian sudah masuk dalam
kategori wadting syndrome, yaitu suatu keadaan dimana pasien mengalami
kehilangan berat badan lebih dari 10% atau yang mempunyai indeks massa tubuh
kurang dari 20 kg/m2 sejak kunjungan terakhir atau kehilangan berat badan lebih dari
5% dalam waktu 6 bulan, yang bertahan selama 1 tahun. (Zubair Djoerban,
dkk:2005).
Wasting syndrome merupakan penggambaran yang dipaparkan seorang
ODHA mengalami KEP karena adanya malnutrisi. Karena, seperti yang dipaparkan
di atas, ketika seseorang mengalami kondisi wasting syndrome, maka hal tersebut
telah masuk kategori gejala mayor bagi penderita HIV/AIDS. Hal ini sangat
memprihatinkan. Karena, nutrisi yang baik akan menjaga sistem imun ODHA tetap
kuat, sehingga penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dapat dilawan. Selain itu,
asupan gizi yang baik dapat membantu proses di dalam tubuh untuk memetabolisir
obat-obatan yang dikonsumsi oleh ODHA itu sendiri.
Infeksi HIV ini antara lain mengakibatkan ketidakmampuan mengabsorbsi zat
gizi dari makanan, perubahan metabolisme, serta berkurangnya asupan makanan
akibat ge1ala-gejala yang terkait HIV, sehingga menyebabkan penurunan berat badan
dan infeksi oportunistik. Infeksi oportunistik merupakan infeksi yang. ter.iadi pada
ODHA ketika kekebalan tubuhnya sudah sangat rendah. sehingga berbagai penyakit
yang tadinya dapat diatasi dengan tnudah oleh sistem imun tubuh. malah meniadi
sangat berbahaya.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk membahas
masalah mallnutrisi pada penderita HIV AIDS
B.TUJUAN
Makalah ini bertujuan untuk membahas :
l. Bagaimana mekanisme terjadinya penyakit HIV/AIDS
2. Komplikasi-komplikasi yang dialami penderita.
3. Epidemi dari penderita HIV/AIDS.
4. Hubungan antara Nutrisi dan HIV/AIDS
C. TUJUAN PENUI,ISAN
Tujuan Umum
Tuiuan unum penulisan makalah ini adalah untuk membahas tentang
Mallnutrisi pacia
Penderita HIV/AIDS
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
l. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme terjadinya penyakit HIV/AIDS
2. Untuk mengetahui komplikasi-komplikasi yang diarami penderita.
3- Untuk mengetahui prevalensi HIV/AIDS dan mallnutrisi yang disebabkan
penyakit tersebut di lndonesia
4. Untuk mengetahuih hubungan antara Nutrisi dan HIV/AIDS
BAB II
PBMBAHASAN
A. Mekanisme Terjadinya Penyakit HIV/AIDS
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menginfeksi sel-sel
di system kekebalan tubuh manusia. Merusak fungsi-fungsi sel tersebut. sehingga selsel kekebalan tubuh manusia tidak dapat melaksanakan peramva untuk melarvan
antigeni
zat
asing
dari
luar.
Sedangkan
pengertian
AIDS
(Acquired
lmmunodeficiency Syndrome) adalah tahapan dari infeksi HIV berupa gejala-gejala
penvakit (WHO). Ada pula definisi lain dari AIDS yaitu kumpulan gejala penyakit
akibat menurumva sistem kekebalan tubuh. yang disebabkan oleh virus HIV (Human
lmmunodeflciency Virus). Kerusakan progresif pada sistem kekebalan tubuh
menyebabkan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) amat rentan dan mudah terjangkit
bermacam-macam penyakit. HIV/AIDS secara progresif melemahkan system
kekebalan tubuh dan menyebabkan malmttrisi.
Infeksi HIV dimulai dengan invasi selektif sel-sel T-helper (linfosit dependentimus), yang disebut sel-sel CD4. karena sel-sel tersebutmemiliki reseptor CD4. Selsel T-helper sangat penting bagi pelaksanaan fungsi kekebalan yang kompeten.Pada
mulanya pasien. Sedang terinfeksi HIV akan mengalami sakit mirip mononukleosis
selama I hingga 2 minggu yang disebut infeksi retrovirus akut dengan gejala demam,
sakit leher. Mialgia, pembesaran kelenjar limfe dan mungkin pula ruam serta tandatanda leukopenia dan hepatosplenisme. Sero-konversi atau tes HIV yang positif
terjadi 6 hingga l2 minggu kemudian, dan antibody terhadap antigen p24 (HIV)
muncul. Umumnya pasien akan mengalami infeksi asimtomatik atau mempedihatkan
adenopati yang menyeluruh.
Setelah beberapa waktu, jumlah CD4 yang normalnya lebih dari 1000/mm3
akan mulai menurun yaitu kurang lebih 50/mm3 pertahun setelah penurunan awal
menjadi 300 hingga 400/m3 selama tahun pertama. Setelah jumlah CD4 menumn
dibawah 500/mm3, pasien menghadapi risiko terkena infeksi opportunistik seperti
inf-eksi paru herpes simpleks, kandidiasis mulut dan tuberkolosis paru. Setelah
jumlah CD4 menurun dibawah 200/mm3. pasien tersebut menjadi rentan terhadap
infeksi yang lebih berat sepefii pCp yang menunjukkan penyakit AIDS. pelisutan
HlV dan kandidiasis esophagus
Kerentanan terhadap infbksi berat laimya seperti kompleks Mycobacterium
Avium (MAC), Cytomegalovirus diseminata (CMV) dan limfoma akan meningkat
ketika jumlah CD4 menurun hingga kurang dari 50 sampai 100/mm3. dan sebagian
besar kematian teriadi pada saat jumlah CD4 menurun dibawah 50/mm3.
HIV dan virus-virus sejenisnya Umumnya ditularkan melalui kontak
langsung antara Napisan kulit dalam (membran mukosa) atau aliran darah, dengan
cairan tubuh yang mengandung HIV, seperti darah. air mani. cairan vagina, cairan
preseminal dan air susu ibu. Penularan dapat terjadi melalui hubungan intin (vaginal.
anal ataupun oral). transfirsi darah. iarum suntik yang terkontaminasi. antara ibu dan
bayi selama kehadilan. bersalin. Atau menyusui sefta bentuk kontak laimya dengan
cairan-cairan tubuh tersebut
B. Komplikasi-Komplikasi yang Dialami penderita.
Beberapa gejala akan memedukan perhatian tambahan selain rekomendasi
gizi umum. Sebagai contoh, diare dengan cepat akan mengurangi kadar air tubuh,
menyebabkan perubahan parah di tubuh metabolisme dan keseimbangan erektrolit.
Elektrolit dapat digantikan dengan produk-produk seperti Pedialyte arau
Gatorade. Protein dan kalori harus ditingkatkan untuk mencegah penurunan berat
badan. dan produk susu alkohol, kafein, dan pedas dan bedemak harus dihindari.
Sebuah komplikasi kedua adalah bahwa kehilangan berat badan dan
rvasting.Menurut Derek Macallan, di wasting Infek,si HIV dan AIDS, membuang
mungkin baik akut (terkait dengan penyakit sekunder) atau kronis (yang berhubungan
dengan penyakit gastrointestinal), dan merupakan hasil dari berbagai proses,
termasuk penggunaan narkoba dan obat-obatan bersamaan penyakit, dan HIV itu
sendiri..
Infeksi HIV menyebabkan protein abnormal dan metabolisme lemak. Selama
episode buang akut pasien mungkin memedukan resep untuk steroid, untuk
membantu mendukung pemeliharaan jaringan dan pengembangan jaringan, daram
kombinasi dengan protein optimal dan kalori dalam makanan.
Berbagai gejala AIDS umumnya tidak akan terjadi pada orang-orang yang
memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Kebanyakan kondisi tersebut akibat
infeksi oleh bakteri, virus, fungi dan parasit, yang biasanya dikendalikan oleh unsurunsur sistem kekebalan tubuh yang dirusak HlV. lnfeksi oportunistik umum didapati
'pada penderita AIDS. HIV mempengaruhi hampir semua organ tubuh. Penderita
AIDS juga beresiko lebih besar menderita kanker sepedi sarkoma Kaposi. kanker
leher rahim. dan kankcr sistem kekebalan yang disebut Iimfbma.
Biasanya penderita AIDS memiliki gejala infeksi sistemik; sepedi demam.
Berkerilgat (terutama pada malam hari), pembengkakan kelenjar. kedinginan, nerasa
lemah. Serta penurunan berat badan. Infeksi oportunistik tertentu yang diderita pasien
AIDS. Juga tergantung pada tingkat kekerapan terjadinya infeksi tersebut di wilayah
geografis tempat hidup pasien. Pneumonia pneumocystis (PCP) .iarang dijumpai pada
orang sehat yang memiliki kekebalan tubuh yang baik. tetapi umumnya dilumpai
pada orans ),ang terinfeksi HIV.Penyebab penyakit ini adalah fungi Pneumc.ystis
jirovec'ii. Sebelum adanva cliagnosis. perawatan, dan tindakan pencegahan rutin yang
efektif di negara-negara Barat. penyakit ini mumnya segera menvebabkan kematian.
Di negara-negara berkembang. penyakit ini masih merupakan indikasi pertama AIDS
pada orang-orang yang belum dites. walaupun umumnya indikasi tersebut tidak
muncul kecuali jika jumlah cD4 kurang dari 200 per pL.
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi unik di antara infeksi-infeksi laimya
yang terkait HIV, karena dapat ditularkan kepada orang yang sehat (imunokompeten)
melalui rute pemapasan (respirasi). Ia dapat dengan mudah ditangani bila telah
diidentifikasi. Dapat muncul pada stadium awal HIV, serta dapat dicegah melalui
terapi pengobatan. Namun demikian, resistensi TBC terhadap berbagai obat
merupakan masalah potensial pada penyakit lni.
Meskipun munculnya penyakit ini di negara-negara Barat telah berkurang
karena digunakamya terapi dengan pengamatan langsung dan metode terbaru laimya,
namun tidaklah demikian yang terjadi di negara-negara berkembang tempat HIV
paling banyak ditemukan . Pada stadium awal infeksi HIV fiumlah CD4 >300 sel per
pL), TBC muncul sebagai penyakit paru-paru. Pada stadium lanjut infeksi HlV, ia
sering muncul sebagai penyakit sistemik yang menyerang bagian tubuh laimya
(tuberkulosis ekstrapulmoner). Gejala-gejalanya biasanya bersifat tidak spesifik
(konstitusional) dan tidak terbatasi pada satu tempat.TBC yang menyertai infeksi
HIV sering menyerang sumsum tulang, tulang, saluran kemih dan saluran pencemaan,
hati, kelenjar getah bening (nodus limfa regional). dan sistem syaraf pusat. Dengan
demikian. gejala yang muncul mungkin lebih berkaitan dengan tempat munculnya
penyakit ekstrapu lmoner.
Esofagitis adalah peradangan pada kerongkongan (esofbgus), yaitu jalur
makanan dari mulut ke lambung. Pada individu y'ang terinf-eksi HlV. penlakit ini
teriadi karena infeksi jamur (amur kandidiasis) atau virus (herpes simpleks-l atau
virus sitomegalo). la pun dapat disebabkan oleh mikobakteria. meskipun kasusnya
langka.
Diare kronis yang tidak dapat dijelaskan pada infeksi HIV dapat terjadi karena
berbagai penyebab; antara lain infeksi bakteri dan parasit yang umum (seperti
Salmonella, Shigella, Li.steria. Kampilobakter. dan E.scherichia coli), serta infeksi
oportunistik yang tidak umum dan virus (seperti kriptosporidiosis, mikrosporidiosis,
A'{ycobacleriunt uvinm complex. dan virus sitomegalo (CMV) yang merupakan
penyebab kolitis). Pada beberapa kasus. diare terjadi sebagai efek samping dari obatobatan yang digunakan untuk menangani HIV. atau efek samping dari infeksi utama
(primer) dari HIV itu sendiri. Selain itu, diare dapat.iuga merupakan efek samping
dari antibiotik rang digunakan untuk menangani bakteri diare (misalnl,a pada
C'lo.stridium cli//icilc). Pada stadium akhir infeksi HIV. diare diperkirakan
merupakan petunjuk terjadinya perubahan cara saluran Pencemaan menyerap nutrisi,
serta mungkin merupakan komponen penting dalam sistem pembuangan yang
berhubungan dengan HIV.
Infeksi HIV dapat menimbulkan beragam kelainan tingkah laku karena
gangguan pada syaraf (neuropsychiatric sequelae), yang disebabkan oleh infeksi
organisma atas sistem syaraf yang telah menjadi rentan, atau sebagai akibat langsung
dari penyakit itu sendiri. Toksoplasmosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit bersel-satu. Vang disebut Toxopla.sma gondii. Parasit ini biasanya
menginfeksi otak dan menyebabkan radang otak akut (toksoplasma ensefalitis).
namun ia ,juga dapat menginf-eksi dan menvebabkan penyakit pada mata dan paruparu. Meningitis kriptokokal adalah infeksi meninges nembran yang menutupi otak
dan sumsum tulang belakang) oleh .iamur Cryptococcus neoformans .Hal ini dapat
menyebabkan demam, sakit kepala, lelah, mual, dan muntah. Pasien juga mungkin
mengalami sawan dan kebingungan, yang jika tidak ditangani dapat mematikan.
Leukoensefalopati multifokal progresif adalah penyakit demielinasi, yaitu
penyakit yang menghancurkan selubung syaraf (mielin) yang menutupi serabut sel
syaraf (akson). sehingga merusak penghantaran impuls syaraf. Ia disebabkan oleh
virus JC. yang 70Vo populasinya terdapat di tubuh manusia dalam kondisi laten. dan
meny'ebabkan
penyakit
hanya
ketika
sistem
kekebalan
sangat
lemah.
sebagaimana,yang teriadi pada pasien AIDS. Penyakit ini berkembang cepat
(progresif) dan menyebar (multilokal). sehingga biasam amenyebabkan kematian
dalam waktu sebulan setelah diagnosis.
Kompleks demensia AIDS adalah penyakit penurunan kemampuan mental
(demensia) yang ter-iadi karena menurumya metabolisme sel otak (enselidopati
metabolik) yang disebabkan oleh infeksi HIV: dan didorong pula oleh terjadinya
pengaktifan imun oleh makrofag dan mikroglia pada otak yang mengalami inf'eksi
HlV, sehingga mengeluarkan neurotoksin. Kerusakan syaraf yang spesifik, tampak
dalam bentuk ketidaknomalan kognitif, perilaku, dan motorik, yang muncul bertahuntahun setelah infeksi HIV terjadi. Hal ini berhubungan dengan keadaan rendahnya
jumlah sel T CD4* dan tingginya muatan virus pada plasma darah. Angka
kemunculamya (prevalensi) di negara-negara Barat adalah sekitar 10-20% namLm di
lndia hanya terjadi pada l-2oh pengidap inf-eksi HIV. Perbedaan ini mungkin terjadi
karena adanya perbedaan subtipe HIV di lndia.
Pasien dengan infeksi HIV pada dasamya memiliki resiko yang lebih tinggi
terhadap terjadinya beberapa kanker. Hal ini karena infeksi oleh virus DNA penvebab
mutasi genetik: yaitu terutama virus Epstein-Barf'1enV1" virus herpes Sarkona
Kaposi (KSHV). dan virus papiloma manusia (HPV).
Sarkoma Kaposi adalah tumor yang paling umum menyerang pasien yang
terinfeksi HIV. Kemunculan tumor ini pada sejumlah pemuda homoseksual tahun
l98l adalah salah satu pertanda pertama wabah AIDS. Penyakit ini disebabkan oleh
virus
dari
subfamily
gammaherpesvirinae,
yaitu
virus
herpes
manusia-8
yang.iuga.disebut virus herpes Sarkoma Kaposi (KSHV). Penyakit ini sering muncnl
di kulit dalam bentuk bintik keungu-unguan. tetapi dapat menverang organ lain.
terutama mulut. saluran pencemaan. dan paru-paru.
Kanker getah bening tingkat tinggi (limfbma sel B) adalah kanker yang
menverang sel darah putih dan terkumpul dalam kelenjar getah bening. misalnya
seperti limfbda Burkitt (Burkitt'.s lymphomct) atau sejenisnya (Burkitt'.s-like
lymphoma). difussi large B-cell Ivmphoma (DLBCL), dan limfoma sistem syaraf
pusat primer, lebih sering muncul pada pasien yang terinfeksi HIV. Kanker ini
seringkali merupakan perkiraan kondisi (prognosis) yang buruk. Pada beberapa kasus.
limfoma adalah tanda utama AIDS. l-idfbma ini sebagian besar disebabkan oleh virus
Epstein-Ban atau virus herpes Sarkoma Kaposi.Kanker leher rahim pada wanita yang
terkena HIV dianggap tanda utama AIDS. Kanker ini disebabkan oleh virus papiloma
manusia.
Pasien yang terinfeksi HIV juga dapat terkena tumor laimya. seperti limfoma
Hodgkin. kanker usus besar bawah (recturtt)^ dan kanker anus. Namun demikian.
Banyak tumor-tumor yang umum seperti kanker payudara dan kanker ushs besar
(cttlon). yang tidak meningkat kejadiamya pada pasien terinfeksi HIV. Di tempat-
tempat dilakukamya terapi antiretrovirus yang sangat aktif (HAART) dalam
menangani AIDS, kemunculan berbagai kanker yang berhubungan dengan AIDS
menurun. namun pada saat yang sama kanker kemudian menjadi penyebab kematian
yang paling unlum pada pasien I'ang terinfeksi HIV
Pasien AIDS biasanya menderita infeksi oportunistik dengan ge.iala tidak
spesifik. terutama demam ringan dan kehilangan berat badan. Infeksi opodunistik ini
temasuk infeksi Mycobacterium avium-intracellulare dan virus sitomegalo. Virus
sitomegalo dapat menyebabkan gangguan radang pada usus besar (kolitis) seperti
yang diielaskan di atas, dan gangguan radang pada retina mata (retiniti.s
sitomegalovint,s). yang dapat menyebabkan kebutaan. Infeksi yang disebabkan oleh
jamur Penicillium mameffeii, atau disebut Penisiliosis. kini adalah infeksi
oportunistik ketiga yang paling ur"nLun (setelah tuberculosis dan kriptokokosis) pada
orang yang positif HIV di daerah endemik Asia tenggara.
C. Prevalensi HIV/AIDS.
Angka dari Program Bersama Perserikatan Bangsa-Bangsa. tentang HIV /
AIDS dan Organisasi Kesehatan Dunia:
 Kematian akibat AIDS pada tahun 2003 (Amerika Utara): 15.000
 Kematian akibat AIDS tahun 2003 (seluruh dunia): 3 juta Orang yang baru
terinfeksi HIV pada tahun 2003 (seluruh dunia): 5 juta
Di Asia, prevalensi HIV lebih rendah apabila dibandingkan dengan area lain di
dunia. Kurang lebih 5 .iuta jiwa PLHIV hidup di Asia. Saat iiri WFP
mengimplementasikan program AIDS di l0 negara di Asia dan Pasifik - dalam mana
seluruh kesiatan bertuiuan untuk mencapai akses Lmiversal untuk pencegahan.
perawatan serta pelaranan HIV dan AIDS. Program-program ini menargetkan baik
individu dan
keluarga mereka, melalui penyediaan dukungan makanan dan gizi.
Contohnya di lndia, WFP telah bermitra dengan National AIDS Control
Organisation (NACO) milik pemerintah, untuk menyediakan produk makanan
terfortifikasi yang disebut NutriPLUS - bersamaan dengan bimbingan counselling bagi 15.000 PLHIV penerima ART selama periode lebih dari l5 bulan. Hasilnya
menunjukkan perkembangan status gizi secara tlmum yang signifikan bagi
beneflciaries yang menerima NutriPLUS dan ART.
"Hasilnya menuniukkan perkembangan status gizi secara umunl vang signifikan bagi
benet'iciaries yang menerima NutriPLUS dan ART."
EPIDEMIOLOGI MALNUTRISI PADA ODHA
HIV merupakan wabah global. Jumlah orang yang terjangkit HIV terus
meningkat diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Data terakhir menunjukkan jumlah
penderita HIV/AIDS di Indonesia mencapai 10.859 pada tahun 2006. Dalam periode
waktu April - Juni 2006. tercatat 509 penderita AIDS baru dan 194 orang terjangkit
HlV. Jumlah penderita AIDS baru paling tinggi ditemukan di DKI Jakarta. mencapai
105 kasus. Sementara HIV positif baru paling banyak ditemukan di Suniatera Utara.
mencapai 92 orang. Selain kedua provinsi tersebut, tercatat l5 provinsi lain yang juga
memiliki
kasus
HIV/AIDS
baru.
Sejak
ditemukan
tahun
1978,
secara
kumulatifjumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dengan 30 September 2009
sebanyak 18.442 kasus. Selama periode Juli - September 2009 kasus AIDS
bertambah sebesar 743 kasus yang tersebar di 32 Propinsi di lndonesia- .lumlah kasus
AIDS selama tahun 2009 (Januari-September) sebanyak 2.332 kasus.
Penularan kasus AIDS tertinggi terjadi melalui heteroseksual (9,7%). Melalui
pengguna napza suntik/Penasun (40,7o/o), dan homoseksual (3,4%). Proporsi
penderita paling banyak ditemukan pada kelompok umur 20-29 tahun (49,57%).
disusul kelompok umur 30- 39 tahun (29,84yo), dan kelompok umur 40-49 tahun
(8,71%). Sedangkan berdasarkan Propinsi yang melaporkan. kasus AIDS lebih
banyak di Jarva Barat, Jawa Timur. DKI Jakarta, Papua, Bali, Kalimantan Barat,
Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau. Kepulauan Riau. Jumlah penderita AIDS yang
meninggal sekitar 3.708 orang (20,10 ).
Epidemi HIV berpotensi menimbulkan dampak buruk untuk
kesehatan. psikologis. ekonomi dan sosial. Menurut Dr Basuri dari Program
Studi Ilmu Gizi Kekhususan llmu Gizi Klinik Departemen Gizi FK UI,
malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi infeksi HIV/AIDS dan juga
meningkatkan morbiditas dan mortalitas pada penderita HIV/AIDS.
D. Hubungan antara Nutrisi dan HIV/AIDS
Nutrisi yang baik pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) memang dapat
meningkatkan kualitas dan kuantitas hidup ODHA. Pada saat orang terinfeksi
HIV/AIDS. maka sistem'kekebalan dalam tubuh akan menurun. Pada saat itu, bila
terjadi malnutrisi. maka sistem ilnun akan turun dan kemungkinan timbulnya
penyakit semakin besar, Nutrisi yang baik berarti ter-iadi asupan makanan yang baik,
berat badan terjaga, dan jaringan otot, juga status mikronutriea dalam tubuh tetap
dalam kondisi baik.
Hasilnya, dapat menguatkan sistem imun sehingga mampu melarvan HIV dan
infeksi laimya. Daya tahan terhadap infeksi pun meningkat, misalnya diare"
tuberkulosis, dan infeksi pemapasan.
Asupan diet yang tidak cukup bisa menyebabkan malabsorbri diare, gangguan
metabolisme dan penyimpanan nutriea. sehingga terjadi defisiensi nutriea.
Berikutnya. defisiensi nutriea ini bisa mendorong meningkatkan stres oksidatif dan
menurunkan sistem imum. Akibatnya, replikasi HIV m:ningkat dan juga
kemungkinan terkena penyakit semakin meningkat. juga morbiditas.
Selain itu, orang yang terinfeksi HIV biasanya mengalami gejala yang
berpengaruh pada asupan nutrisi yang bisa mengakibatkan terjadinya malnutrisi.
Diantaranya, anoreksia atau kehilangan nafsu makan. diare. demam, mual dan
muntah yang sering. infeksi.jamurdan anemia.
Karena itu, ODHA mempunyai kebutuhan nutrisi tersendiri dibandingkan
orang sehat. Kebutuhan energi pada ODHA dihitung berdasarkan ada atau tidak
adanya gejala seperti demam, penurunan berat badan dan wasting. Wasting adalah
terjadinya penurunan massa otot tubuh. gangguan fungsi metabolisme dan ganggnan
funesi sistem imun dan penurunan berat badan,
Seseorang dikatakan mengalami v,a.sting bila ter.iadi penlnunan berat badan
lebih dari l0 persen berat badan normal disertai dengan lebih dari 30 hari diare.
demam, dan gangguan penyakit laimya.
Dengan melihat kondisi tersebut.memadai, seperti karbohidrat, protein, dan
lemak pada ODHA. Selain itu, diperlukan mikronutrian lain yaitu vitamin dan
mineral.
FAKTOR PENYEBAB MALNUTRISI PADA ODHA
Faktor penyebab timbulnya kondisi gizi yang buruk pada ODHA adalah :

Penurunan asupan makanan. Konsumsi nutrient ynag tidak adekuat adalah salah
satu faktor yang dapat menyebabkan kondisi gizi yang buruk. Beberapa faktor
dapat menyebabkan asupan makanan menjadi tidak normal. Misalnya. inflamasi
dan ulkus pada saluran pencemaan bagian atas dapat menyebabkan anoreksia
akibat timbLrlnya nyeri saat menelan atau nyeri perut saat makan.

Malabsorbsi gastrointestinal. Mlalabsorbsi dapat menyebabkan perubahan status
gizi pada ODHA. Sehingga, meskipun makanan y'ang dimakan sudah mencukupi.
namun biasa saja tidak semua zat gizi tersebut dapat cliserap tubuh dengan efektii.
Hal ini dapat disebabkan oleh abnormalitas mukosa gastrointestinal yang dapar
disebabkan oleh infeksi HIV-nya sendiri atau merupakan akibat sekunder dari
infbksi usus agen lain. Apabila tnalabsorbsi disertai dengan diare kronik. maka
akan meniadi pr.edisposisi terjadinya malnutrisi yang berat jika tidak segera
ditangani. Diare ini mungkin sa.ia merupakan efek samping dari obat-obatan.
seperti beberapa obat antiretroviral dan antibiotika.

Peningkatan jumlah kebutuhan asupan makanan atau katabolisme jaringan.
Peningkatan kebutuhan nutrisi dan la-iu katabolisme.iaringan .iuga dialami oleh
sebagian ODHA. Penyebabnya antara lain. tingginva kadar virus lllV cli clalam
darah. Intbksi sekunder, serta ge-lala konstitusional seperti demam dan keringat
malam.
Infeksi virus kronik dapat mempengaruhi penggunaan energi. dan dapat menjadi
predisposisi terhadap infeksi sekunder, sehingga mengubah pola penggunaan
energi. OIeh karena itu, pada ODHA peningkatan penggunaan energi terutama
disebabkan oleh.jumlah virus HIV di dalam darah serta adbnya koinfeksi dan
komorbiditas.

Faktor psikososial, seperti kemiskinan. keterbatasan akses layanan kesehatan.
Atau penyalahgunaan obat. (Zubairi Djoerban, dkk. ;2005)
NUTRISI PADA ODHA
Kebutuhan energi pada ODHA dihitung berdasarkan ada ataLr tidak adanya
gejala seperti demam, penurunan berat badan dan wasting. Wasting adalah ter-iadinva
penurunan massa otot tubuh. gangguan fungsi metabolisme. ganggLran fimgsi sistem
imun. Dan penurunan berat badan.
Berikut ini merupakan kebutuhan nutrisi yang diperlukan seseorang
berdasarkan kategori ada atau tidaknya HIV/AIDS pada dirinya. Pada kategori A
(tidak ada gejala HIV dan akut HIV), kebutuhan kalori 30-35 kkal/kg. Sementara
kebutuhan protein mencapai l,l- 1,5 grlkg. Kemudian kategori B (ada gejala HIV dan
komplikasi oleh HIV), maka kebutuhan kalori 35-40 kkal/kg dan kebutuhan protein
1,5-2 gr/kg. Kemudian pada kategori C (dengan tingkat kekebalan I CD4 di bawah
200 dan terjadi infeksi oponunistik), kebutuhan kalori meningkat menjadi 40-50
kkal/kg dan kebutuhan prorein meniadi 2-2.5.gr/kg- Idealnya, asupan diet yang
memadai akan didapatkan asupan mikronutriea yang memadai juga. Untuk menjaga
status nutrisi yang memadai, ODHA dian-jurkan memakan makanan yang bervariasi,
seperti karbohidrat. susu. kacang-kacangan. daging. lemak dan minyak, buah-buahan,
serta sayur-sayuran. KLrantitasnya.iuga'cukup Lmtuk kebutuhan tubuh akan energi.
protein dan mikronulrieu. ODHA harus diet vang seirlbang agar kebLrtuhan energi
tercukupi, terjaga berat badan ideal. dan fimgsi tubuh ber.ialan densan baik.
Namun. pemberian nutrisi harus tetap memperhatikan kesehatan per individu. Untuk
beberapa kondisi, perlu diet khusus. Misalnya. ODHA 1'ang menderita einial. hati
dari diabetes melitus.
PENCEGAHAN MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/AIDS
Malnutrisi Pada penderita HIV/AIDS dapat dicegah dengan beberapa cara.
yaitu :
l. Diet
Orang dengan HIV/AIDS sering mengalami masalah nutrisi. oleh karena iru
sebaiknya tidak perlu berpantang makanan apa pun. kecuali nemang sangat
diperlukan. Bahkan untuk odha yang mengalarli malnutrisi. apalagi wu,tting
s.1,mlroute. iiiberikan diet tinggi kalori dan tinggi protein: susu. telur. daging, ikan.
sangat clian-iurkan. Makanan yan$ harus dihindari adalah makanan yang
memperberat masalah. misalnva.iika diare jangan makan makanan berlemak. ODHA
dianjurkan untuk makan makanan yang disukai. Jika mual, maka dianjurkan makan
dalam jumlah yang sedikit tapi sering, sehingga asupan makanan total tetap
mencukupi.
Oleh karena ODHA seringkali mengalami defisiensi mikronutrien, seperti
vitamin Bl2, asam folat, tiamin, seng, selenium, kalsium, magnesium, sefta vitamin
yang larut dalam lemak, terutama vitamin A dan D. maka dapat diberikan suplemen
untuk mengatasi kekurangan zat gizi yang terjadi.
2. Olahraga
Olahraga aman dilakukan oleh ODFTA dan akan memberikan ef-ek ),ang
menguntungkan. Latihan beban merupakan metode yang dapat secara langsung
meningkatkan massa otot. Untuk ODHA yang mengalatni wa:;titrg .symlronte,
latihan tersebut dapat meningkatkan massa tubuh dan berat badan secara keseluruhan
.jika dikombinasikan dengan asupan makanan yang adekuat. Untuk ODHA yang
mengalami masalah lipodistrofi, obesitas. dan resistensi insulin, maka olahraga yang
bersif-at aerobic sangat baik untuk dilakukan dan dapat mengurangi risiko terjadinya
penyakit kardiovaskuler.
3. Obat
Untuk mengatasi hilangnya nafsu makan atau anoreksia, dokter dapat
memberikan obat untuk memperbaiki nafsu makan. Salah satu obat yang sering
digunakan dan memberikan hasil yang cukup baik adalah megestrol asetat (Megace).
Selain memperbaiki nafsu makan, obat ini juga dapat membentuk obat, menambah
massa otot dan lemak. Selain itu harus diperhatikan pula efek samping lain dari obat
ini, rerurama untuk penggunaan.iangka panjang. Cara lain yang dapat dilakukan
untuk menqatasi wcr'slirtg 's.r'ndrome adalah dengan mcmberikan injeksi
testosterone. 5tr''clne perlumbuhan. dan anabolic steroid. Cara pengobatan ini harus
dilakukan cJengan lrari-hari karena efek sampingnya yang cukup bermakna.
Terstosteron misalnya. dapat meneurangi kadar HDL dan menyebabkan penyakit hati
mengalami eksaserbasi sehingga dapat menimbulkan masalah dalam pengobatan
ODHA.
INDIKATOR TEJADINYA MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV AIDS
Defisiensi protein merupakan salah satu indikator terjadinya malnutrisi pada
pasien AIDS'.Bila terjadi malnutrisi maka akan mempengaruhi status gizi pasien
AIDS tersebut. Kadar albumin nomal yang ada 3.8 - 4,4 gldl. Kondisi dibawah kadar
allrumin menyebabkan pasien menderita hipoalbumin atau status gizi kurang.
Defisiensi ini menyebabkan penurlman serum albumin karena protein yang
dikonsLmrsi oleh pasien sedikit sehingga teriadi penurunan sintesis protein.
Penurunan sintesis protein ini men.vebabkan asam amino yang dipecah menjadi
berkurang kadaml,a dalam tubuh. Kadar asam amino yang kurang menyebabkan
penurunan serum albumin (Ester. 2000).
DAMPAK MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/AIDS
Dampak malnutrisi pada penderita HIV/AIDS disebabkan oleh tidak adanl,a
penunjang gizi yang baik dalam memperlambat proses penyebaran virus. Dampak
dari malnutrisi ini antara lain :
- Berat Badan
Banyaknya obat-obatan yang harus dikonsumsi menyebabkan penderita
kehilangan nafsu makan. Hal ini menyebabkan asupan gizi pada penderita
tidak terpenuhi dan mengakibatkan penurunan berat badan.
Kehilangan otot dan jaringan lemak
Karena asupan gizi -vang sangat kurang. bukan han.va berar badan vang
menurun tetapi juga .iuga otot dan remak tidak mengarami pertumbuhan.
Malah yang terjadi adalah sebaliknya.
Kekurangan vitamin dan mineral
Vitamin dan minerar sangat penting daram perkembangan dan daya tahan
tubuh, jika tubuh tidak didukung oreh asupan vitamin dan minerar yang baik
maka virus akan mudah menyerang daram kata rain sebuah penyakit san_qat
mLrdah untuk memasuki tubuh penderita HIV/AIDS
Mengurangi fungsi kekebalan dan kompetensi
Penderita Hlv/lDS yang mengarami mamLrtrisi akan mengarami penurunan
fungsi kekebalan tubrh yang sansat menon-ioln kerena kurangnva asrpan
makanan ber-eizi dan berprotein tinggi ,v-ang dikonsumsi oren penderita.
Peningkatan kerentanan terhadap infbksi sekunder
Daya tahan tubuh yang menurun menyebabkan mudarmya si penderita
mengalami infeksi sekunder. Kekebalan tubuh yang mulai melemah membuat
setiap infeksi menjadi bebas untuk berkembang dan menjadikamya masarah
baru bagi penderita HIV/AIDS
Dampak diatas ini hanya sebagian dari seluruh dampak yang biasa dialami
oleh para penderita HIV/AIDS. Dampak yang paling berat biasa dirasakan pada
beban barin .r.,anu dirasakan si penderita dan tidak terlewatkan bebam materi vans
harus tlikeluarkan sipenderita beserta keluarga ataupun yang merawatnya. Beban
batin yang peling dirasakan dimana orang yang mengidap HIV/AIDS dengan
sendirinya akan dijaLrhi oleh orang-orang sekitar karena pemahaman masyarakat
yang sangat miring terhadap penyakit ini.
PENANGGULANGAN MALNUTRISI PADA PENDERITA HIV/ATDS
Penganggulangan
malnutrisi
pada
HIV/AIDS
lebih
mengacu
pada
mempertahankan kondisi tubuh agar tetap seperti sebelumnya, akan tetapi penderita
HIV/AIDS sangatlah sulit untuk mendapatkan kecukupan nutrsi. Protein dan energi
yang merupakan salah satu kebutukan mendasar tubuh juga tidak mudah untuk bisa
diterima dengan mudah karena banyaknya masalah-masalah dalam tubuh yang
membuatnya terhalangi untuk memasuki tubuh' Ada beberapa penanggulangan
kepada penderita HIV/AIDS lang mungkin bias memberikan pencegahan dalam
menurumya kondisi tubuh.
Penanggulangamya antara lain,
- Multivitamin
Sebuah uji coba yang melibatkan ribuan perempuan fllV positif hamil di
Tanzania menemukan bahwa multivitamin sehari-hari sangat bermanfaat
bagi ibu dan bayi mereka. Setelah empat tahun, multivitamin temyata dapat
mengurangi risiko perempuan terhadap HIV/AIDS dan resiko kenatian
sekitar 30%- Sebuah uji coba besar di Thailand juga menemukan baHIVa
multivitamin menyebabkan kematian lebih sedikit. terapi hany,a antara
orang-orang pada tahap lanjut penyakir HIV/AIDS
- Konseling Gizi
Konseling gizi mungkin termasuk pendidikan yang baik bagi para pnderita
HIV/AIDS. seperti topic konseling berikut ini
. Mencapai atau mempertahankan berat badan ,r.,ang sehat
. Mengelola kelainan lipid dan Iipod1,,stoph1.
' Mengelola komplikasi diet berhubungan dengan pengobatan
antiretroviral
' Mengelola gejala -vang dapat mempengaruhi asupan makanan
. Tepat penggunaan suplemen herbal dan I atau gizi
. Peran latihan
. Keamanan pangan (penting untuk mencegah infeksi oporlunistik )
- Makanan Sehat

Tempe atau produknya mengandung protein dan vitamin Bl2 untuk
mencukupi kebutuhan odha dan mengandung bakterisida yang
dapat mengobati dan mencegah diare. '

Kelapa dan produknya dapat memenulri kebutLrhan Iemak
sekaligus sebagai sumber energi karena mengandung MCT
(metlium chain trigliseride) yang mudah diserap dan tidak
menyebabkan diare. IVICT merupakan enersi yang dapat digunakan
untuk pembentukan sel.

Wortel mengadung beta-karoten yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan daya tahan tubuh juga sebagai bahan pembentuk
cD4.

Vitamin E bersama dengan vitamin C dan beta-karoten berfungsi
sebagai antiradikal bebas. Seperti diketahui akibat perusakan oleh
HIV pada selsel maka tubuh menghasilkan radikal bebas

Kembang kol, tinggi kandungan Zn, Fe, Mn, Se untuk mengatasi
dan mencegah defisiensi zat gizi mikro dan untuk pembentukan
CD4

Sayuran
hijau
dan
kacang-kacangan.
mengandung
vitamin
neurotropik Bl, 86, Bl2 dan zat gizi mikro yang berguna untuk
pembentukan cD4 dan pencegahan anemia
Penanggulangan diatas sebenamya belum bisa menjacli dasar mangatasi
malnutrisi pada penderita HIV/AlDS. HIV/AIDS .nempakan penyakit yang sangar
komplek dan hingga saat ini belum ditemukan cara pengobatan yang bias
menyembuhkan HIV/AIDS secara sempuma.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Infeksi HIV dimulai dengan invasi selektif sel-sel T-helper (linfbsit dependentimus). umumnya ditularkan melalui kontak langsung antara lapisan kulit dalam
(membrane mukosa) atatt aliran darah. dengan cairan tubuh vang menganclung
IllV. sepefti clarah. air mani. cairan vagina. cairan preseminal dan air sustr ibu.
lrenularan ciapat ter.jatji melalui hubungan intim (vaginal. anal ataupun oral).
translirsi ciaralr..iarunr ssntik yang terkontaminasi, antara ibu dan ba.r,i selama
kehamilan. bersalin. atau menvusui serta bentuk kontak laimya dengan cairancairan tubuh tersebut
2. Penderita AIDS biasanya mengalami komplikasi-komplikasi seperti pneumonia
pneumocy'tti.t, Tuberkulosis (TBC), Esofagitis. diare kronis. Toksoplasmosis.
Leukoensefalopati multifokal progresif, Kompleks demensia Sarkoma Kaposi .
Kanker getah bening tingkailinggi. dan lain_lain
3. Epidemi HIV berpotensi menimbulkan dampak buruk untuk kese6atan.
psikolo_eis. ekonomi dan sosial.Malnutrisi dapat menyebabkan komplikasi
intbksi HIV/AIDS dan .iuga meningkatkan morbiditas dan mo.talitas pada
penderita HIV/AIDS
4. Pada saat orang terinfeksi HIV/AIDS. maka sistem kekebalan dalam tubuh akan
menurun' Pada saat itu' bila terjadi malnutrisi, maka sisteln imun akan turun dan
kemungkinan timbulnya penyakit semakin besar, Nutrisi yang baik berarti terjadi
asupan makanan yang baik, berat badan terjaga. dan jaringan otot. juga status
ntikronutriea dalam tubuh tetap dalam kondisi baik
SARAN
1. Upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS human t.r6 dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan melibatkan semua pihak, melihat besamva dampak
yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut
2. Penanggulangan AIDS harus diupayakan untuk menghindariarau meminimalisisr
terjadinya berbagai kompl ikasi
3. Salah satu upaya penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan
memberikan diet yang sesuai.
4. Diet yang diberikan pada penderita Hlv/AIDS sebaiknl,a membamu peningkatan
kekebalan tubuh dan meminimalisir terjadinya komplikasi
5. Menggalakkan penelitian tentang berbagai bahan makanan yang dapat
meningkatkan kekebalan tubuh, sehingga dapat digunakan sebagai menu
makanan pada penderita HIV/AIDS
DAFTAR PUSTAKA
Download