BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pendidikan adalah upaya menggali dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh setiap insan. Potensi itu berupa kemampuan berbahasa, berfikir, mengingat menciptakan dan sebagainya. Pendidikan juga dianggap sebagai suatu proses pewarisan pola fikir dan tata cara hidup atau nilai-nilai dari suatu generasi ke generasi berikutnya agar identitas dan keberadaan masyarakat tersebut terpelihara sepanjang masa. Dengan masuknya hindu budha di Indonesia khususnya di Jawa memberikan suatu peradaban baru,mulai dari kebudayaan,kepercayaan,pendidikan bahkan sistem pemerintahan. Pendidikan menurut kamus bahasa Indonesia adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan di Indonesia telah mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu,begitu pula pada saat Hindu dan Budha serta islam masuk ke Indonesia yang memiliki banyak pengaruh terhadap pendidikan diIndonesia,sebagian masyarakat Indonesia mulai mengenal budaya baca tulis. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Perkembangan Pendidikan pada masa Hindu Budha? 2. Apa saja jenis-jenis Pendidikan pada masa Hindu Budha? 3. Apa saja Lembaga Pendidikan pada masa Hindu Budha? BAB II PEMBAHASAN 1. Perkembangan Pendidikan pada masa Hindu Budha Perkembangan sejarah Hindu Budha di Indonsia diawali dengan munculnya beberapa kerajaan diabad ke 5 M antara lain :kerajaan Hindu kutai dengan rajanya Mulawarman,putra Aswawarman. Di Jawa Barat muncul kerajaan Hindu Tarumanegara dengan rajanya Purnawarman.1 Perkembangan pendidikan pada zaman ini, sudah mulai menampakkan suatu gerakan pendidikan dengan misi penyebaran ajaran agama dan cara hidup yang lebih universal (keseluruhan) dibandingkan dengan pendidikan sebelumnya. Pendidikan masa Hindu-Budha di Indonesia dimulai sejak Hindu-Budha datang ke Indonesia. Perkembangan agama Hindu Budha di Indonesia membawa perubahan besar bagi kehidupan masyarakat Indonesia.2 Masuknya Hindu Budha juga mempengaruhi masyarakat Indonesia dalam bidang pendidikan,sebab sebelumnya masyarakat Indonesia khususnya Jawa belum mengenal tulisan. Dengan datangnya Hindu Budha masyarakat mulai mengenal budaya baca dan tulis. Bukti-buktinya antara lain: a. Digunakan bahasa sansekerta dan hurus pallawa dalam kehidupan sehari-hari, yang biasanya digunakan oleh kalangan pendeta dan bangsawan kerajaan. b. Sistem pendidikan berasrama dan didirikan sekolah khusus untuk mempelajari agama Hindu Budha. c. Banyaknya sastra bermutu tinggi yang merupakan interpretasi kisah dalam budaya Hindu Budha ,seperti Bharatayuda,Arjuna,wiwaha,Negarakertagama,Amaradhana : dan Sutasoma. 1 Kamajaya,Karkono,Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,IKAPI,Yogja,1995 Wardiman,Djojonegoro.Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta :Departemen Pendidikan dan Kebudyaan,1996.hlm:86 2 d. Berkembangnya ajaran budi pekerti yang berlandasan pada ajaran Hindu Budha yang menekankan kasih sayang,kedamaian,dan sikap saling menghargai sesama manusia. Agama Budha merupakan agama yang disebarkan oleh Sidharta Gautama di India yang kemudian terpecah menjadi dua aliran yaitu Mahayana dan Hinayana. Yang berkembang di Indonesia ialah bangsa Hinayana. Agama ini berkembang pada masa kerajaan Sriwijaya di Sumatera dan pada zaman Wangsa Syailendra di Pulau Jawa. Menurut ajaran agama Budha manusia hidup dalam penderitaan karena nafsu duniawi. Manusia dalam hidup ini berusaha untuk mengusir penderitaan, mencari kebahagiaan yang abadi yaitu untuk mencapai nirwana. Adapun pembagian dari perkembangan pendidikan Hindu Budha antara lain sebagai berikut: A. Pendidikan Hindu Budha Pendidikan zaman ini lebih tepat dikatakan sebagai “perguruan”dimana para murid berguru kepada para cerdik cendekia. Kemudian lembaga pendidikan dikenal dengan nama pesantren. Sistem perguruan yang dikenal dengan pesantren itu berkembang terus sampai pada pengaruh Budha, zaman Islam sampai sekarang (pesantren tradisional). Pada zaman Budha pendidikan berkembang pada kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang sudah terdapat perguruan tinggi Budha. Dimana para murid-muridnya banyak berasal dari Indocina, Jepang dan Tiongkok. Guru yang terkenal pada saat itu ialah Dharmapala. Perguruan-perguruan Budha tersebut mungkin menyebar keseluruh kekuasaan Sriwijaya. Mungkin saja candi-candi Borobudur, Mendut, dana Kalasan merupakan pusat pendidikan agama Budha .3 Kalau kita memperhatikan peninggalan-peninggalan sejarah seperti candicandi, patung-patung maka sudah pasti para santri atau murid belajar tentang ilmu membangun dan seni pahat. Karena pembuatan candi memerlukan kemampuan teknik dan seni yang tinggi. Demikian juga dengan memahat relief-relief candi dibimbing oleh suatu alur cerita yang menceritakan kehidupan sang Budha atau para dewa, bisa juga cerita tentang Ramayana. Karya hasil sastra yang ditulis para pujangga banyak yang bermutu tinggi antara lain : Pararaton, Negara Kertagama, 3 Waini, Raisyidin, dkk. Landasan Pendidikan. Bandung : CV Ilmu Bandung, 2007.hlm.34 arjuna Wiwaha, dan Brata Yudha. Para pujangga yang terkenal diantaranya sebagai berikut : Mpu Kawa, Mpu Sedah, Mpu Panuluh, Mpu Prapanca. Dalam perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu seperti Singasari, Majapahit dan kerajaan Budha Sriwijaya, tidak terdapat uraian yang jelas mengenai pendidikan. Namun sudah pasti bahwa pada zaman tersebut sudah berkembang pendidikan dengan lembaga-lembaga yang dengan sengaja dibuat secara formal. Lembagalembaga pendidikan tersebut berbentuk perguruan yang lebih dikenal dnegan sebutan pesantren. Pada saat itu mutu pendidikan cukup memuaskan berbagai pihak yang bersangkutan. A. Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan identik dengan tujuan hidup yaitu manusia hidup untuk mencapai moksa bagi agama Hindu, dan manusia mencapai nirwana bagi agama Budha. Karena itu secara umum tujuan akhir adalah mencapai moksa atau nirwana. Secara khusus mungkin dapat dibedakan sebagai berikut : 1. Bagi kaum Brahmana (kasta tertinggi), pendidikan bertujuan untuk menguasai kitab suci ( Weda untuk Hindu dan Tripitaka untuk Budha) sebagai sumber kebenaran dan pengetahuan yang universal. 2. Bagi golongan Ksatria sebagai raja yang berkuasa, pendidikan bertujuan untuk memiliki pengetahuan teoritis yang berkaitan tentang pengaturan pemerintahan (kerajaan). 3. Bagi rakyat biasa, pendidikan bertujuan agar warga masyarakat memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup, sesuai dengan pekerjaan yang secara turun temurun. Misalnya keterampilan bercocok tanam, pelayaran, perdagangan,seni pahat dan sebagainya. B. Sifat Pendidikan Beberapa sifat dan ciri pendidikan yang menonjol pada waktu itu adalah : 1. Informal, karena pendidikan masih bersatu dengan proses kehidupan. 2. Berpusat pada religi, karena kehidupan atas dasar kepercayaan dan keagamaan menguasai segala-galanya. 3. Penghormatan yang tinggi terhadap guru, karena gurunya adalah kaum Brahmana (kasta tertinggi dalam masyarakat Hindu) dan tidak memperoleh imbalan gaji. Mereka menjadi guru semata-mata karena kewajiban sebagai Pandita atau Brahmana yang didasarkan pada perasaan tulus, mengabdi tanpa pamrih ( tanpa memikirkan imbalan dunia ). 4. Aristokratis artinya pendidikan hanya diikuti oleh segolongan masyarakat saja yaitu golongan Brahmana, pendeta dan golongan Ksatria dan golongan keturunan raja-raja. Dalam agama kita kenal penggolongan berdasarkan kasta, namun diIndonesia perbedaan tidak begitu tajam dan menonjol yang menonjol adalah antara golongan raja-raja dan rakyat jelata. 2. Jenis-jenis Pendidikan Beberapa jenis pendidikan pada zaman Hindu Budha dapat dibedakan menjadi beberapa golongan diantaranya sebagai berikut : 1. Pendidikan Intelektual Kegiatan pendidikan ini dikhususkan untuk menguasai kitab-kitab suci. Veda dipelajari oleh kaum Brahmana, dan kitab Tripitaka dipelajari oleh penganut Budha. Pada waktu itu hanya golongan Brahmanalah yang berhak mempelajari kitab suci Veda. Pendidikan intelektual juga berkaitan dengan penguasaan doa dan mantera, yang berkaitan dengan penguasaan alam semesta, pengabdian kepada Syiwa dan Budha Gautama. 2. Pendidikan Kesatriaan Kegiatan pendidikan ini dilakukan untuk mendidik kaum bangsawan keluarga istana kerajaan, untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan yang berkaitan dengan mengatur pemerintahan (kerajaan), mengatur Negara, dan belajar untuk berperang. 3. Pendidikan Keterampilan Pendidikan keterampilan dan pendidikan kesatriaan merupakan pendidikan kegiatan yang deprogram secara tertib(dalam arti pendidikan bagi kaum Brahmana dan bangsawan (keluarga raja)) sudah berjalan dengan teratur. Sedangkan pendidikan keterampilan yang diajukan bagi masyarakat jelata berlangsung secara informal yang berlangsung dalam keluarga sesuai dengan keterampilan yang dimiliki orang tuanya. Seorang pemahat akan diwariskan keterampilannya kepada anak-anaknya begitu pula dengan para petani, nelayan dan sebagainya. 3. Lembaga Pendidikan Pendidikan pada waktu itu masih bersifat informal, belum ada pendidikan formal dalam bentuk sekolah seperti yang kita kenal sekarang ini. Namun dengan demikian ada beberapa tempat yang biasa dijadikan sebagai lembaga pendidikan. 1. Padepokan atau Pecatrikan Merupakan tempat berkumpulnya para catrik, yaitu murid-murid yang belajar kepada guru disuatu tempat, sehingga disebut pecatrikan dan dengan nama lain biasa disebut padepokan. Dari kata-kata catrik dan pecatrikan itulah muncul kata santri dan pesantren. Jadi lembaga pesantren sudah dikenal keberadaannya sejak zaman Hindu Budha. Dipesantren atau padepokan itulah berkumpul para murid, khususnya keturunan Brahmana untuk mempelajari segala macam pengetahuan yang bersumber dari kitab suci ( Veda dan Upanishad bagi Hindu serta Tripitaka bagi Budha). Dicandi Borobudur terlihat suatu lukisan yang menggambarkan suatu proses pendidikan seperti yang berlaku sekarang ini. Ditengah-tengah pendopo besar seorang Brahmana atau pendeta duduk dilingkari oleh murid-muridnya, semuanya membawa buku, dan mereka belajar membaca dan menulis. 2. Pura Merupakan tempat yang berada di istana. Tempat ini diperuntukkan bagi putraputri raja belajar. Mereka diberi pelajaran yang berkaitan dengan hidup sopan santun sebagai keturunan raja yang berbeda dengan masyarakat biasa. Mereka belajar tentang mengatur Negara, ilmu bela diri baik secara fisik maupun secara batiniah. 3. Pertapaan Karena orang yang bertapa dianggap telah memiliki pengetahuan kebatinan yang sangat tinggi. Oleh karenaitu para pertapa menjadi tempat bertanya tentang segala hal terutama berkaitan dengan hal-hal yang gaib. 4. Keluarga Pada waktu itu pendidikan keluarga juga ada sampai sekarang juga tapi hanya pendidikan sebagai informal. Dalam keluargalah akan terjadi partisipasi dalam menyelesaikan pekerjaan orang tua yang dilakukan anak-anak dan anggota keluarga lainnya.4 4 Waini, Raisyidin, dkk. Landasan Pendidikan. Bandung : CV Ilmu Bandung, 2007.hlm.4 BAB III PENUTUP KESIMPULAN Pendidikan pada zaman Hindu dan Budha ini melalui penyebaran agama yang pada waktu dulu belum ada sekolah-sekolah yang kita lihat sekarang ini. Pendidikan dulu dengan sekarang sangatlah berbeda sekali. Dulu para biarawan maupun ulama menjadi guru itu tanpa di kasih imbalan dunawi. Anaknya seorang raja mempunyai tempat tersendiri untuk belajar yang disebut Pura, disna mereka belajar tentang ilmu tata kenegaraan, sopan santun dan ilmu bela diri. Materi yang diajarkan bukan hanya bersifat umum tapi mempelajari ilmu-ilmu yang bersifat spiritual religious juga. Murid juga dapat berpindah dari guru yang satu ke guru yang lainnya untuk belajar. Khusus untuk materi keterampilan ini biasannya diselenggarakan secara turun temurun melalui jalur kastanya masing-masing seperti keterampilan bermain pedang, berperang, berpanah, menunggang kuda dan seni pahat. Menjelang jatuhnya kerajaan Hindu, pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dipegang oleh kaum ulama. DAFTAR PUSTAKA Djojonegoro, Wardiman. (1996). Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendidikan Indonesia. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudyaan. Kamajaya,Karkono.1995.Kebudayaan jawa:perpaduannya dengan islam,IKAPI,Yogja. Raisyidin, Waini, dkk. (2007). Landasan Pendidikan. Bandung : CV Ilmu Bandung.