1 MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas 1 Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Zamaludin/I34100084 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Debby Oktavira/I34100112 Dr. Ir. Saharuddin, M.Si /19641203 199303 1 001 Pengaruh Karakteristik Individu pada Sistem Pertukaran Sosial Masyarakat Pelaku Ekonomi Kreatif Sektor Kerajinan 13 Maret 2014, 09.00-10.00 WIB ABSTRAK ZAMALUDIN Pengaruh Karakteristik Individu pada Sistem Pertukaran Sosial Masyarakat Pelaku Ekonomi Kreatif Sektor Kerajinan. Di bawah bimbingan SAHARUDDIN Industri kreatif menurut Department for Culture, Media and Sport-DCMS pemerintah United Kingdom (UK) adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Terdapat empat belas kelompok industri yang teridentifikasi dalam industri kreatif di Indonesia, yaitu: periklanan, arsitektur, pasar seni dan barang antik, kerajinan, desain, fesyen, video, film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan computer dan piranti lunak, televisi dan radio, serta riset dan pengembangan. Salah satu sektor yang dominan dan dapat bertahan hingga saat ini adalah sektor kerajinan. Dalam masyarakat pelaku ekonomi kreatif sektor kerajinan juga dikenal teori pertukaran sosial. Teori pertukaaran sosial menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling memengaruhi. Dalam teori tersebut dikatakan bahwa manusia melakukan suatu pertukaran untuk keseimbangan antara apa yang di berikan dan apa yang dikeluarkan dari pertukaran yang dilakukan. Pola interaksi tersebut akan dipengaruhi oleh karakteristik yang berbeda yang melekat pada satu individu pelaku sektor kerajinan. Kata Kunci: teori pertukaran sosial, ekonomi kreatif, motif tindakan sosial, karakteristik individu. ABSTRACT ZAMALUDIN. The effect of Individual Characteristic againts Social Exchange System on Creative Economy Actors Craft Sector. Supervised by SAHARUDDIN Creative industry according to Department for Culture, Media and Sport-DCMS UK As those industries which their origin in individual creativity, skill and talent, and which have a potential for wealth and job creation through the generation and exploration of intellectual property and content. There are fourteen industry groups identified in the creative industry in Indonesia, namely: advertising, architecture, art and antiques market, crafts, design, fashion, video, film and photography, interactive games, music, performing arts, publishing and printing, computer services and software, television and radio, and research and development. One of the dominant sectors and survive is the craft sector. Society actors in the craft sector is also known theory of social exchange. The theory says that there are motives in social relations discipline, sacrifice, and the interplay profits. Social exchange theory says that humans do an exchange for a balance between 2 what is given and what is excluded from the exchange. these interactions will be influenced by the different characteristics inherent in the individual actors craft sector. Keywords: social exchange theory, creative economy, craft sector, individual characteristic. 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Industri kreatif menurut Department for Culture, Media and Sport-DCMS pemerintah United Kingdom (UK) adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Hal ini sesuai dengan kebijakan yang dibuat oleh Departemen Perdagangan Republik Indonesia. Yaitu Pada tahun 2007, Departemen Perdagangan melakukan klasifikasi lapangan usaha standar KBLI 2005 (Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia) 5 digit. Terdapat 14 kelompok industri yang teridentifikasi dalam industri kreatif di Indonesia, yaitu: (1) Periklanan; (2) Arsitektur; (3) Pasar seni dan barang antik; (4) Kerajinan; (5) Desain; (6) Fesyen; (7) Video, Film dan Fotografi; (8) Permainan interaktif; (9) Musik; (10) Seni pertunjukan; (11) Penerbitan dan percetakan; (12) Layanan computer dan piranti lunak; (13) Televisi dan Radio; serta (14) Riset dan Pengembangan. Tujuan utama berkembangnya industri kreatif adalah untuk menambah daya saing produk Indonesia di era pasar bebas atau yang sering disebut era globalisasi ini. Karena pasar bebas memang sangat berpengaruh terhadap perekonomian di Indonesia. Tidak sedikit dampak negatif yang ditimbulkan dari era globalisasi ini, diantaranya adalah kalah saingnya produk indonesia dibandingkan dengan produk asing yang kini beredar dipasaran dengan harga yang lebih rendah dibandingkan produk asli indonesia. Untuk itu, dibutuhkan perekonomian yang lebih efisien dan dibutuhkan inovasi yang semakin besar untuk menambah daya saing produk Indonesia dan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan industri kreatif. Salah satu sektor ekonomi kreatif yang dapat bertahan hingga saat ini dan memiliki kontribusi yang besar terhadap perkembangan ekonomi Indonesia adalah sektor kerajinan. Berdasarkan data yang didapatkan dari Departemen Perdagangan 2007, rata-rata nilai PDB industri kerajinan dalam periode 2002-2006 mencapai Rp 29 triliun. Ini berarti bahwa industri kerajinan memberi kontribusi PDB sebesar 1,76 persen terhadap total PDB nasional pada periode tersebut. Dalam periode yang sama, sumbangan industri kerajinan untuk lapangan pekerjaan yang dihasilkan juga besar yakni mencapai 1,8 juta pekerja. Produkivitas tenaga kerja mencapai ratarata 16,1 juta rupiah per pekerja pertahun. Selain PDB dan penyerapan tenaga kerja, industri kerajinan juga memiliki kontribusi terhadap ekspor. Nilai ekspor dalam industri ini mencapai ratarata 24,18 triliun rupiah, yaitu menyumbang 3,72 persen dari seluruh ekspor yang dilakukan Indonesia dalam periode tersebut. Hal ini berarti bahwa kinerja yang optimal dari industri kerajinan dapat memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia. Dalam pandangan ekonom, pusat kajian ekonomi adalah pertukaran ekonomi, pasar, dan ekonomi, sedangkan masyarakat dianggap sebagai sesuatu yang sudah ada atau sesuatu yang ada diluar proses ekonomi tersebut (cateris paribus). Sosiologi memandang ekonomi sebagai bagian integral dari masyarakat. Sebagai contoh adalah masyarakat adat yang memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin disuatu wilayah. Masyarakat tersebut pada umumnya memproduksi barang untuk dua tujuan. Tujuan pertama adalah untuk digunakan (use value) oleh masyarakat tersebut, kedua untuk diperjual belikan (exchange value). Hal tersebut tidak bukan adalah sebagai upaya masyarakat untuk mempertahankan eksistensinya. Tujuan masyarakat melakukan tindakan ekonomi dapat dilihat dari beberapa teori, salah satunya adalah teori pertukaran. Teori pertukaran melihat dunia ini sebagai arena pertukaran, tempat orang-orang saling bertukar ganjaran/hadiah. Apapun bentuk perilaku sosial seperti persahabatan, perkawinan, atau perceraian tidak lepas dari soal pertukaran. Beberapa asumsi manusia melakukan pertukaran diantaranya: manusia adalah makhluk yang rasional yang memperhitungkan untung dan rugi, pertukaran berorientasi pada tujuan yang hanya dapat dicapai jika berinteraksi dengan orang lain, 3 dan transaksi pertukaran tersebut hanya terjadi jika pihak yang terlibat memperoleh keuntungan dari pertukaran itu. Teori menyatakan bahwa dalam hubungan sosial terdapat unsur ganjaran, pengorbanan, dan keuntungan yang saling memengaruhi. Dalam teori ini dikatakan bahwa manusia melakukan suatu pertukaran untuk keseimbangan antara apa yang di berikan dan apa yang dikeluarkan dari pertukaran yang dilakukan. Dengan kata lain dalam teori ini dibahas mengenai motif pengrajin dalam menjalin hubungan dengan pengrajin lainnya dipengaruhi oleh unsur ganjaran, pengorbanan dan keuntungan. Ganjaran merupakan segala hal yang diperoleh melalui adanya pengorbanan, manakala pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah ganjaran dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antara dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, polapola perilaku di tempat kerja para pengrajin. Teori pertukaran ini memusatkan perhatiannya pada tingkat analisis mikro, khususnya pada tingkat kenyataan sosial antarpribadi (interpersonal), berbeda dengan analisis yang diungkapkan oleh teori interaksi simbolik, teori pertukaran ini terutama melihat perilaku nyata, bukan proses-proses yang bersifat subyektif semata. Salah satu wilayah yang memiliki potensi kerajinan yang sangat tinggi adalah Desa Gunung Bunder 1, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa ini merupakan sebuah desa dengan potensi hutan bambu yang juga dijadikan sumber bahan baku kerajinan masyarakat. Kerajinan bambu yang diproduksi diantaranya bilik bambu, kerajinan kandang ternak, dan beberapa kerajinan lain yang sudah menjadi kebudayaan turun temurun masyarakat. Diketahui berdasarkan suurvey awal yang telah dilakukan bahwa kerajinan bambu ini sudah ada sejak tahun 1960an dan masih bertahan hingga kini. 1.2. MASALAH PENELITIAN Kerajinan (craft) merupakan kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya. Dalam kajian sosiologi memandang ekonomi sebagai bagian integral dari masyarakat. Dengan kata lain bukan hanya kegiatan ekonomi saja yang menjadi perhatian penting dalam sudut pandang sosiologi, melainkan karakteristik individu pelaku kegiatan ekonomi juga merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Karakteristik individu tersebut juga lah yang sangat mempengaruhi kelembagaan yang tercipta dalam sistem ekonomi yang berlangsung. Untuk itu masalah penelitian yang coba disampaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana karakteristik individu dari pelaku ekonomi kreatif sektor kerajinan? 2. Apa bentuk-bentuk sistem pertukaran sosial yang terjadi pada masyarakat pelaku ekonomi kreatif sektor kerajinan? 3. Bagaimana pengaruh karakteristik sosial ekonomi terhadap sistem pertukaran sosial masyarakat pelaku ekonomi kreatif sektor kerajinan? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Penelitian dengan judul “Pengaruh Karakteristik Individu pada Sistem Pertukaran Sosial Masyarakat Pelaku ekonomi Kreatif Sektor Kerajinan” ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi karakteristik individu dari pelaku ekonomi kreatif sektor kerajinan. 2. Mengidentifikasi bentuk-bentuk pertukaran sosial pada masyarakat pelaku ekonomi kreatif sektor kerajinan. 3. Mengidentifikasi pengaruh karakteristik individu terhadap sistem pertukaran sosial masyarakat pelaku ekonomi kreatif sektor kerajinan. 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengantar atau sebagai pengenalan lebih lanjut mengenai bentuk-bentuk pertukaran sosial pada masyarakat pengrajin di Kabupaten Bogor. Melalui penelitian ini, terdapat juga beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan pada berbagai pihak, yaitu: 4 1. 2. 3. Bagi akademisi, diharapkan tulisan ini menjadi referensi dalam melakukan penelitianpenelitian terkait sistem pertukaran sosial. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemahaman kepada masyarakat mengenai karakteristik rumah tangga pengrajin dan strategi nafkah yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat memberikan masukan berupa kritik dan saran kepada pemerintah dalam pembuatan kebijakan yang menyangkut kerajinan tradisional. 4. PENDEKATAN TEORETIS 4.1. TINJAUAN PUSTAKA Industri Ekonomi Kreatif Industri kreatif menurut Department for Culture, Media and Sport-DCMS pemerintah United Kingdom (UK) adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. Konsep ekonomi kreatif dikembangkan untuk menjawab tuntutan akan perekonomian yang lebih efisien yang mengedepankan inovasi dalam sebuh produk untuk menambahkan daya saing pada produk tersebut. Ekonomi kreatif pada dasarnya adalah pengembangan sumber daya manusia yang bermutu tinggi dan didayagunakan sepenuhnya dalam pembangunan. Dua faktor utama yang yang harus dimanfaatkan dalam ekonomi kreatif ini adalah tenaga kerja yang memiliki skill dan ilmu pengetahuan yang baik dan teknologi yang mampu menciptakan nilai tambah bagi produk yang diciptakan. Pemerintah UK mengklasifikasikan industri kreatif menjadi 11 subsektor. Sedangkan pemerintah RI menetapkan 14 subsektor yang merupakan industri berbasis kreativitas. Lebih jelasnya, perbedaan antara pemerintah UK dengan pemerintah RI dalam membagi subsektor industri kreatif dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 1. Perbandingan Subsektor Industri Kreatif Berdasarkan DCMS UK dan Dedag RI Subsektor Industri Kreatif DCMS UK Periklanan Arsitektur Pasar barang seni Kerajinan Desain Fesyen Video, film, dan fotografi Piranti lunak, games komputer, dan e-publishing Musik dan seni pertunjukan Penerbitan TV dan radio Depdag RI Periklanan Arsitektur Pasar barang seni Kerajinan Desain Fesyen Video, film, dan fotografi Permainan interaktif Musik Seni pertunjukan Penerbitan dan percetakan Layanan komputer dan piranti lunak TV dan radio Riset dan pengembangan 5 Klasifikasi Ekonomi Kreatif Pemerintah sendiri telah mengidentifikasi lingkup industri kreatif mencakup 14 subsektor, antara lain: 1. Periklanan (advertising): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan jasa periklanan, yakni komunikasi satu arah dengan menggunakan medium tertentu. Meliputi proses kreasi, operasi, dan distribusi dari periklanan yang dihasilkan, misalnya riset pasar, perencanaan komunikasi periklanan, media periklanan luar ruang, produksi material periklanan, promosi dan kampanye relasi publik. Selain itu, tampilan periklanan di media cetak (surat kabar dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio), pemasangan berbagai poster dan gambar, penyebaran selebaran, pamflet, edaran, brosur dan media reklame sejenis lainnya, distribusi, serta penyewaan kolom untuk iklan. 2. Arsitektur: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan desain bangunan secara menyeluruh, baik dari level makro (town planning, urban design, landscape architecture) sampai level mikro (detail konstruksi). Misalnya arsitektur taman, perencanaan kota, perencanaan biaya konstruksi, konservasi bangunan warisan sejarah, pengawasan konstruksi, perencanaan kota, konsultasi kegiatan teknik dan rekayasa seperti bangunan sipil dan rekayasa mekanika dan elektrikal 3. Pasar Barang Seni: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan perdagangan barang-barang asli, unik dan langka serta memiliki nilai estetika seni dan sejarah yang tinggi melalui lelang, galeri, toko, pasar swalayan dan internet, meliputi barang-barang musik, percetakan, kerajinan, automobile, dan film. 4. Kerajinan (craft): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi dan distribusi produk yang dibuat atau dihasilkan oleh tenaga pengrajin yang berawal dari desain awal sampai proses penyelesaian produknya. Antara lain meliputi barang kerajinan yang terbuat dari batu berharga, serat alam maupun buatan, kulit, rotan, bambu, kayu, logam (emas, perak, tembaga, perunggu dan besi), kaca, porselen, kain, marmer, tanah liat, dan kapur. Produk kerajinan pada umumnya hanya diproduksi dalam jumlah yang relatif kecil (bukan produksi massal). 5. Desain: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain grafis, desain interior, desain produk, desain industri, konsultasi identitas perusahaan dan jasa riset pemasaran serta produksi kemasan dan jasa pengepakan. 6. Fesyen (fashion): kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi desain pakaian, desain alas kaki, dan desain aksesoris mode lainnya, produksi pakaian mode dan aksesorisnya, konsultasi lini produk berikut distribusi produk fesyen. 7. Video, Film dan Fotografi: kegiatan kreatif yang terkait dengan kreasi produksi video, film, dan jasa fotografi, serta distribusi rekaman video dan film. Termasuk di dalamnya penulisan skrip, dubbing film, sinematografi, sinetron, dan eksibisi atau festival film. 8. Permainan Interaktif (game): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi, produksi, dan distribusi permainan komputer dan video yang bersifat hiburan, ketangkasan, dan edukasi. Sub-sektor permainan interaktif bukan didominasi sebagai hiburan semata-mata tetapi juga sebagai alat bantu pembelajaran atau edukasi. 9. Musik: kegiatan kreatif yang berkaitan dengan kreasi atau komposisi, pertunjukkan, reproduksi, dan distribusi dari rekaman suara. 10. Seni Pertunjukkan (showbiz): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha pengembangan konten, produksi pertunjukkan. Misalnya, pertunjukkan wayang, balet, tarian tradisional, tarian kontemporer, drama, musik tradisional, musik teater, opera, termasuk musik etnik, desain dan pembuatan busana pertunjukkan, tata panggung, dan tata pencahayaan. 11. Penerbitan dan Percetakan: kegiatan kreatif yang terkait dengan penulisan konten dan penerbitan buku, jurnal, koran, majalah, tabloid, dan konten digital serta kegiatan kantor berita dan pencari berita. Subsektor ini juga mencakup penerbitan perangko, materai, uang kertas, blanko cek, giro, surat andil, obligasi, saham dan surat berharga lainnya, paspor, tiket pesawat terbang, dan terbitan khusus lainnya. Juga mencakup penerbitan foto-foto, grafir (engraving) dan kartu pos, formulir, poster, reproduksi, percetakan lukisan, dan barang cetakan lainnya, termasuk rekaman mikro film. 6 12. Layanan Komputer dan Piranti Lunak (software): kegiatan kreatif yang terkait dengan pengembangan teknologi informasi, termasuk layanan jasa komputer, pengolahan data, pengembangan database, pengembangan piranti lunak, integrasi sistem, desain dan analisis sistem, desain arsitektur piranti lunak, desain prasarana piranti lunak dan piranti keras, serta desain portal termasuk perawatannya. 13. Televisi & Radio (broadcasting): kegiatan kreatif yang berkaitan dengan usaha kreasi, produksi dan pengemasan acara televisi (seperti games, kuis, reality show, infotainment, dan lainnya), penyiaran, dan transmisi konten acara televisi dan radio, termasuk kegiatan station relay (pemancar) siaran radio dan televisi. 14. Riset dan Pengembangan (R&D): kegiatan kreatif terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi, serta mengambil manfaat terapan dari ilmu dan teknologi tersebut guna perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar. Termasuk yang berkaitan dengan humaniora, seperti penelitian dan pengembangan bahasa, sastra, dan seni serta jasa konsultansi bisnis dan manajemen. Dengan melihat definisi tersebut, maka dapat dikatakan industri ekonomi kreatif merupakan sebuah bentuk industri yang dalam pelaksanaannya sangat membutuhkan kompetensi dari pelaku industri tersebut. Kompetensi tersebut yang akan menjadi tolak ukur dari kreasi dan kreatifitas yang dihasilkan oleh pelaku industri kreatif. Pertukaran sosial Dalam bermasyarakat, manusia juga mengenal adanya interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbal balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun antara seseorang dengan suatu kelompok. Ciri-ciri dari sebuah interaksi sosial adalah, pelakunya lebih dari satu orang, adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial, mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku, terakhir ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung. Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial (Social Exchange Theory) antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961), Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, seseorang melakukan hubungan pertukaran dengan orang lain dilatarbelakangi oleh adanya imbalan yang didapatkan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkan suatu imbalan bagi kita. Teori pertukaran sosial melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orang lain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang saling mempengaruhi. Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan (cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melalui adanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, dan keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri atas pertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya, pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan. Perilaku seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan. Berdasarkan keyakinan tersebut Homans dalam bukunya ”Elementary Forms of Social Behavior, 1974 mengeluarkan beberapa proposisi dan salah satunya berbunyi :”Semua tindakan yang dilakukan oleh seseorang, makin sering satu bentuk tindakan tertentu memperoleh imbalan, makin cenderung orang tersebut menampilkan tindakan tertentu tadi”. Proposisi ini secara eksplisit menjelaskan bahwa satu tindakan tertentu akan berulang dilakukan jika ada imbalannya. Proposisi lain yang juga memperkuat proposisi tersebut berbunyi : ”Makin tinggi nilai hasil suatu perbuatan bagi seseorang, makin besar pula kemungkinan perbuatan tersebut diulanginya kembali”. Bagi Homans, prinsip dasar pertukaran sosial adalah ”distributive justice” aturan yang mengatakan bahwa sebuah imbalan harus sebanding dengan investasi. Proposisi yang terkenal sehubungan 7 dengan prinsip tersebut berbunyi ” seseorang dalam hubungan pertukaran dengan orang lain akan mengharapkan imbalan yang diterima oleh setiap pihak sebanding dengan pengorbanan yang telah dikeluarkannya - makin tinggi pengorbanan, makin tinggi imbalannya dan keuntungan yang diterima oleh setiap pihak harus sebanding dengan investasinya - makin tinggi investasi, makin tinggi keuntungan”. Homans (1961) menjelaskan dalam perilaku sosial sebagai pertukaran. Dimana Homans menekankan pada perilaku individu aktor dalam interaksi dengan satu sama lain. Tujuan utamanya adalah untuk menjelaskan proses dasar perilaku sosial (kekuasaan, kesesuaian, status, kepemimpinan, dan keadilan) dari bawah ke atas. Homans percaya bahwa tidak ada yang muncul dalam kelompok-kelompok sosial yang tidak dapat dijelaskan oleh proposisi tentang individu sebagai individu, bahwa perilaku yang terjadi adalah untuk berinteraksi. Homans mendefinisikan pertukaran sosial sebagai pertukaran aktivitas, berwujud atau tidak berwujud, dan lebih atau kurang menguntungkan atau rugi, yang dilakukan paling sedikit dua orang. Homans menjelaskan perilaku sosial dan bentuk-bentuk organisasi sosial yang dihasilkan oleh interaksi sosial dengan menunjukkan bagaimana perilaku A diperkuat perilaku B (dalam hubungan dua pihak antara aktor A dan B), dan bagaimana perilaku B diperkuat perilaku A dengan imbalan. Ini adalah dasar yang jelas untuk interaksi sosial melanjutkan menjelaskan pada "sub-kelembagaan" tingkat. Kondisi historis dan struktural yang ada diambil seperti yang diberikan. Nilai ditentukan oleh sejarah aktor penguatan yang menjadi awal dalam hubungan pertukaran. Fokus utama Homans 'adalah perilaku sosial yang muncul sebagai akibat dari proses sosial saling memperkuat (reinforcement). Hubungan juga bisa berakhir atas dasar kegagalan penguatan. Struktur pertukaran sosial dijelaskan oleh Blau (1964) yang mengembangkan formulasi teoritis yang bisa membentuk dasar untuk teori struktur makro-sosial. Yaitu Usahanya untuk membangun hubungan antara teori mikro-sosiologis perilaku dan teori makro-sosial struktur sosial. Selain upaya untuk membangun sebuah teori makro-sosial struktur atas dasar teori mikro-sosial perilaku, Blau mengidentifikasi proses sosial generik dan mekanisme bahwa dia dipandang sebagai operasi di berbagai tingkatan organisasi sosial. Ini termasuk tindakan kolektif, legitimasi, oposisi, konflik, dan kerjasama. Karya ini menetapkan panggung untuk sejumlah perkembangan dalam teori pertukaran lama kemudian pada tindakan kolektif, pembentukan koalisi, keadilan dan status. Inti dari teori pertukaran sosial adalah perilaku sosial seseorang hanya bisa dijelaskan oleh sesuatu yang bisa diamati, bukan oleh proses mentalistik (black-box). Semua teori yang dipengaruhi oleh perspektif ini menekankan hubungan langsung antara perilaku yang teramati dengan lingkungan. Pelaku pertukaran sosial sendiri akan melakukan pertukaran tersebut secara berulang apabila mendapatkan ganjaran (reward) dan tidak akan melakukan pertukaran tersebut apabila mereka mendapatkan kerugian (cost) yang tinggi akibat pertukaran tersebut. Bentuk Pertukaran Sosial Polanyi (1968) membedakan pertukaran menjadi tiga pola, yaitu: resiprositas, redistribusi, dan pertukaran pasar. Klasifikasi tersebut didasarkan pada harapan atau motif-motif yang ingin diperoleh para partisipan dalam melakukan transisi. Menurutnya, motif yang mendasari pertukaran, resiprositas dan redistribusi adalah kebutuhan untuk mendapatkan prestise serta kebutuhan ekonomi akan tetapi kebutuhan ekonomi tersebut tidak bersifat komersil. Reprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau antara kelompok yang bersifat simetris. Tanpa adanya syarat hubungan yang simetris pada kenyataannya individu atau kelompok tersebut tidak akan melakukan pertukaran barang dan jasa yang mereka miliki. Hubungan simetris ini merupakan hubungan sosial dimana masing-masing pelaku menempatkan diri mereka dalam suatu peranan yang sama. Selain itu, konsep reprositas juga memerlukan adanya hubungan personal diantara pihak yang terkait. Pentingnya syarat adanya hubungan personal tersebut berkaitan dengan motif dari orang untuk melakukan reprositas yang berbentuk penghargaan, kemuliaan, kewibawaan, popularitas, sanjungan, dan berkah. Ada tiga macam reprositas yang kita kenal, yaitu: reprositas umum, reprositas sebanding, dan reprositas negatif. Akan tetapi selain tiga jenis reprositas tersebut swartz dan Jordan (1976) juga menambahkan reprositas simbolik. Dalam reprositas umum, individu atau kelompok memberikan barang atau jasa kepada individu atau 8 kelompok lainnya tanpa menentukan batas waktu mengembalikan. Dalam hal ini, masing-masing pihak percaya pihak bersangkutan akan memberikan balasan meskipun tidak jelas waktunya. Reprositas simbolik merupakan salah satu bentuk dari reprositas umum ini, suatu adat kebiasaan memberi dan menerima sebagai media untuk menjalin hubungan persahabatan semata, tanpa mempunyai makna yang dekat dengan usaha memenuhi kebutuhan ekonomi. Reprositas sebanding menekankan pada barang dan jasa yang dipertukarkan mempunyai nilai yang sebanding. Dalam pertukaran ini, masing-masing pihak pihak membutuhkan barang atau jasa dari partnernya namun masing-masing tidak menghendaki untuk memberi dengan nilai lebih dibandingkan dengan yang diterima. Dengan kata lain pada reprositas ini diberlakukan dengan jelas aturan dan norma yang mengatur berlangsungnya reprositas. Sedangkan jenis yang terakhir yaitu reprositas negatif yang merupakan reprositas yang menggunakan sistem jual beli dalam pelaksanaannya atau lebih dikenal juga dengan pertukaran pasar. Redistribusi yaitu pemindahan barang atau jasa yang tersentralisasi, yang melibatkan proses pengumpulan kembali dari anggota-anggota suatu kelompok melalui pusat kepada dan pembagian kembali kepada anggota-anggota kelompok tersebut. Syarat dari redistribusi ini yaitu hubungan yang asimetris yang ditandai oleh adanya peranan individu tertentu dengan wewenang yang dimiliki didalam kelompok untuk mengorganisir pengumpulan barang dari anggota kelompok untuk di distribusikan kembali ke seluruh anggota kelompok tersebut. Di zaman modern ini redistribusi dapat berupa pajak, fiskal, retribusi, dan sejenisnya yang dilakukan pemerintah yang selanjutnya dikembalikan lagi kepada rrakyat dalam bentuk subsidi, bantuan, pelayanan publik, pembangunan infrastruktur, dan lainnnya. Pertukaran pasar yaitu distribusi yang dilakukan atau terjadi melalui pasar. Dalam kajian sosiologi, pasar dibedakan menjadi pasar sebagai tempat pasar (market place) dan pasar (market). Pasar sebagai tempat pasar merupakan bentuk fisik dimana barang dan jasa dibawa untuk dijual dan dimana pembeli bersedia membeli barang dan jasa tersebut. Sedangkan pasar (market) dilihat oleh sosiologi sebagai suatu institusi sosial, yaitu suatu struktur sosial yang memberikan tatanan siap pakai bagi pemecahan persoalan kebutuhan dasar manusia, khususnya kebutuhan dasar ekonomi dalam distribusi barang dan jasa. Selain itu, kajian sosiologi pada aspek distribusi dapat dilihat dari beberapa hal lain, yaitu transportasi, perdagangan, kewirausahaan, uang, pemberian, perusahaan, ritel, dan lain-lain. Dengan penjabaran mengenai pola atau jenis pertukaran sosial tersebut, maka pertukaran sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk. Yaitu: reprositas, redistribusi, dan pertukaran pasar. Reprositas sendiri dibagi kedalam tiga jenis yaitu reprositas umum, reprositas sebanding, dan reprositas negatif. Pengaruh Kekuasaan pada Pertukaran Sosial Emerson (1962), menjelaskan tentang hubungan pertukaran dan kekuasaan yang mana hubungan antara kekuasaan dan struktur sosial adalah masalah teoritis sentral dalam teori pertukaran sosial. Dari karyanya paling awal dalam pertukaran sosial, Emerson (1962) mendefinisikan kekuasaan dalam hal relasional sebagai fungsi dari ketergantungan satu aktor di atas yang lain. Dalam angka dua tertentu ( A , B ) mitra bertukar, kekuatan satu aktor A di atas yang lain aktor B adalah fungsi dari ketergantungan B pada A untuk sumber daya dihargai dan perilaku. Ketergantungan dan kekuasaan, dengan demikian, fungsi dari nilai satu tempat aktor pada sumber daya yang dikendalikan oleh orang lain dan ketersediaan relatif alternatif sumber pasokan untuk sumber daya tersebut. Konsepsi relasional kekuasaan memiliki dua fitur utama yang membantu untuk menghasilkan tubuh besar penelitian pertukaran sosial yang ada saat ini. Pertama, kekuasaan diperlakukan secara eksplisit sebagai relasional, bukan hanya milik aktor tertentu. Kedua, kekuasaan adalah kekuatan potensial dan berasal dari hubungan sumber daya di antara para pelaku yang mungkin atau mungkin tidak dapat digunakan. Berdasarkan definisi Emerson tersebut, maka dalam sebuah pertukaran sosial pasti akan dipengaruhi oleh unsur kekuasaan. Hal ini dapat terlihat dari pola pertukaran sosial di masyarakat tradisional yang biasanya didasarkan pada hutang budi pada orang yang lebih berkuasa karena sebelumnya pihak terkait sudah dibantu oleh pihak yang berkuasa. Tentu saja alasan dari pertukaran yang berdasarkan kekuasaan ini dilakukan agar pelaku dapat menerima keuntungan, atau dapat ikut memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki oleh seorang yang berkuasa. 9 4.2. KERANGKA PEMIKIRAN Dengan perkembangan zaman yang semakin pesat, pengrajin tradisional masih dapat dikatakan sebagai sektor ekonomi yang dapat bertahan. Beberapa hal yang menyebabkan pengrajin tradisional masih bertahan adalah karena kelembagaan yang menjadi hukum baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur bagaimana pengrajin tradisonal dalam bertindak. Salah satu bentuk kelambagaan yang terjadi dalam masyarakat pengrajin adalah sistem pertukaran sosial diantara para pengrajin. Sisttem pertukaran ini dapat dibedakan menjadi tiga bentuk tipologi berdasarkan motif yang mendasarinya, yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran pasar (ekonomi). Dikarenakan motif yang terjadi pasti berbeda antara individu satu dan lainnya, maka karakteristik individu tersebut pasti akan mempengaruhi bentuk tipologi yang tercipta. Untuk itu, kerangka pemikiran penelitian ini dapat dijelaskan dalam diagram alur kerangka pemikiran dibawah ini. Masyarakat Pelaku Ekonomi Kreatif Karakteristik Individu Pelaku Industri Kerajinan (Y) a. b. c. d. e. Jenis Kelamin Umur Pekerjaan Sampingan Tingkat Pendapatan Lama Waktu Pengelolaan Industri Kerajinan f. Tingkat Pendidikan Keterangan: Bentuk Pertukaran Sosial (X) : Polanyi (1968) a. Resiprositas b. Redistribusi c. Pertukaran pasar (ekonomi) Fokus penelitian Mempengaruhi Gambar 1. Kerangka Pemikiran 4.3. HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dirumuskan maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik individu yang berbeda dengan bentuk tipologi pertukaran sosial yang terjadi. 2. Diduga satu tipologi pertukaran sosial berhubungan dengan beberapa karakteristik individu sekaligus. 3. Diduga satu individu akan melakukan bantuk tipologi pertukaran sosial yang berbeda sekaligus sesuai dengan jenis karakteristik yang berbeda. 4.4. DEFINISI OPERASIONAL Definisi operasional dan peubah dimaksudkan untuk memberikan batasan yang jelas, sehingga memudahkan dalam melakukan pengukuran. Definisi operasional dan pengukuran peubah dalam rencana penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Karakteristik individu merupakan ciri-ciri yang melekat pada setiap individu dalam suatu komunitas lokal. Peubah ini meliputi: jenis kelamin, pekerjaan sampingan, tingkat pendapatan, dan lama waktu pengelolaan industri kreatif sektor kerajinan. 10 a. Jenis kelamin adalah identitas biologis individu yang terbagi atas dua kategori, yaitu laki-laki dan perempuan. b. Tingkat umur adalah lama individu hidup (tahun) yang dibagi kedalam tiga kategori, yaitu: kategori muda, dewasa, dan tua c. Pekerjaan sampingan adalah profesi yang menopang kehidupan individu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya selain profesi utama sebagai pelaku industri kreatif sektor kerajinan. Kategori dari pekerjaan sampingan ini dibagi kedalam dua jenis: yaitu pertanian dan non pertanian d. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah yang diperoleh individu sebagai hasil dari bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan dalam satuan rupiah per waktu (tahun). Tingkat pendapatam ini dibagi kedalam tiga katgori yaitu : rendah, sedang, dan tinggi. e. Lama waktu pengelolaan industri kreatif sektor kerajinan adalah lamanya individu dalam mengelola industri kreatif sektor kerajinan yang dihitung dalam satuan waktu (tahun). Lama waktu pengelolaan ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. f. Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh individu. Tingkat pendidikan ini dinagi kedalam tiga kategori, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. 4.5. DEFINISI KONSEPTUAL 1. Bentuk pertukaran sosial adalah jenis sistem pertukaran sosial yang terjadi di suatu masyarakat. Bentuk pertukaran ini terbagi kedalam tiga jenis utama yaitu resiprositas, redistribusi, dan pertukaran pasar (ekonomi). a. Reprositas adalah pertukaran timbal balik antar individu atau antara kelompok yang bersifat simetris. Tanpa adanya syarat hubungan yang simetris pada kenyataannya individu atau kelompok tersebut tidak akan melakukan pertukaran barang dan jasa yang mereka miliki. Hubungan simetris ini merupakan hubungan sosial dimana masing-masing pelaku menempatkan diri mereka dalam suatu peranan yang sama. Selain itu, konsep reprositas juga memerlukan adanya hubungan personal diantara pihak yang terkait. Pentingnya syarat adanya hubungan personal tersebut berkaitan dengan motif dari orang untuk melakukan reprositas yang berbentuk penghargaan, kemuliaan, kewibawaan, popularitas, sanjungan, dan berkah. b. Redistribusi yaitu pemindahan barang atau jasa yang tersentralisasi, yang melibatkan proses pengumpulan kembali dari anggota-anggota suatu kelompok melalui pusat kepada dan pembagian kembali kepada anggota-anggota kelompok tersebut. Syarat dari redistribusi ini yaitu hubungan yang asimetris yang ditandai oleh adanya peranan individu tertentu dengan wewenang yang dimiliki didalam kelompok untuk mengorganisir pengumpulan barang dari anggota kelompok untuk di distribusikan kembali ke seluruh anggota kelompok tersebut. c. Pertukaran pasar (ekonomi) yaitu distribusi yang dilakukan atau terjadi melalui pasar. Dalam kajian sosiologi, pasar dibedakan menjadi pasar sebagai tempat pasar (market place) dan pasar (market). Pasar sebagai tempat pasar merupakan bentuk fisik dimana barang dan jasa dibawa untuk dijual dan dimana pembeli bersedia membeli barang dan jasa tersebut. Sedangkan pasar (market) dilihat oleh sosiologi sebagai suatu institusi sosial, yaitu suatu struktur sosial yang memberikan tatanan siap pakai bagi pemecahan persoalan kebutuhan dasar manusia, khususnya kebutuhan dasar ekonomi dalam distribusi barang dan jasa. 5. PENDEKATAN LAPANGAN 5.1. LOKASI DAN WAKTU Penelitian akan dilakukan di Desa Gunung Buder 1, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa 11 Desa Gunung Bunder 1, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor memiliki potensi kerajinan tradisional yang tinggi dan tepat untuk dijadikan objek penelitian, peneliti melakukan observasi melalui penelusuran hasil penelitian dari beberapa peneliti terdahulu. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, pengolahan data dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian. Lama pelaksanaan penelitian sekitar lima bulan dan dapat dilihat pada tabel Tabel 1 berikut ini. Tabel 2. Jadwal Rencana Pelaksanaan Penelitian Periode Tahun 2013/2014 Aktivitas Februari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Penyusunan proposal skripsi Kolokium Perbaikan Proposal Pengambilan Data lapang Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan skripsi 5.2. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan skunder. Data primer diperoleh melalui penelitian langsung dengan menggunakan instrumen kuesioner dan wawancara mendalam kepada responden dan informan, sementara data skunder diperoleh dari data data berupa dokumen kependudukan Desa Gunung Bunder 1, Kecamatan pamijahan, Kabupaten Bogor dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan terkait sistem pertukaran sosial. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh pengrajin yang tersebar di Desa Gunung Bunder 1, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Dalam pendekatan kuantitatif responden dipilih untuk menjadi target survey. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu pengrajin. Pemilihan responden dilakukan dengan teknik snowball yaitu dengan memilih responden berdasarkan petunjuk dari responden sebelumnya. Jumlah sampel yang akan dijadikan responden berjumlah 30 orang. Jumlah ini dirasa cukup untuk memenuhi reliabilitas dan validitas data yang dihasilkan. Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap responden maupun informan. Informan dipilih secara purposive atau sengaja. Informan dalam penelitian ini berasal dari berbagai kalangan mulai dari kepala aparat desa, tokoh masyarakat, dan masyarakat pengrajin. Adapun panduan wawancara bisa dilihat pada Lampiran 2. Selain itu data kualitatif juga diperoleh melalui observasi lapang di lokasi penelitian guna melihat fenomena faktual yang terjadi dan juga mengkaji dokumen yang ada seperti data kependudukan. Tabel 3. Metode Pengumpulan Data Teknik Data yang dikumpulkan Pengumpulan Data Kuantitatif - Karakteristik responden (Kuesioner) - Data komposisi anggota rumah tangga - Data jenis kerajinan yang diproduksi. - Bentuk pertukaran sosial Sumber Data 1. Responden 12 Wawancara Mendalam - 5.3. Observasi - Analisis dokumen - Kesempatan-kesempatan kerja di sektor lain. Hubungan karakteristik individu terhadap 1. Responden 2. Tokoh sistem pertukaran sosial yang terjadi Masyarakat Motivasi dalam melakukan pertukaran social Aktivitas yang dilakukan pelaku industri 1. Responden kerajinan dalam melakukan aktifitas produksi, distribusi, dan konsumsi. Gambaran umum desa melalui data 1. Data Pemerintahan monografi. Desa TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA Data yang diperoleh dalam penelitian ini baik secara kuantitatif maupun kualitatif diolah dengan cara mereduksi bagian-bagian terpenting sehingga menjawab masalah penelitian yang diajukan. Data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah dengan proses coding menggunakan Microsoft Excel 2007, ditabulasi kemudian dianalisis secara deskriptif. Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan hubungan antar dua variabel atau lebih dan mempermudah dalam membaca serta memahami data. Data tersebut kemudian diinterpretasikan dan ditarik kesimpulan berdasarkan hipotesis yang sudah ada. Data kualitatif dari wawancara mendalam dan observasi disajikan secara deskriptif untuk mendukung dan memperkuat analisis kuantitatif. Gabungan dari data kuantitatif dan kualitatif diolah dan dianalisis selanjutnya disajikan dalam bentuk teks naratif, matriks, dan gambar. Tahap terakhir yaitu menarik kesimpulan sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. 13 DAFTAR PUSTAKA Afiff Faisal. 2012. Pilar-pilar Ekonomi Kreatif. [internet]. [dikutip 29 Oktober 2013]. Dapat diunduh dari: http://sbm.binus.ac.id/files/2013/04/Pilar-Pilar-Ekonomi-Kreatif.pdf Cook Karen, Cook Eric. 2003. Social exchange theory. [internet]. [dikutip 12 November 2013]. Dapat diunduh dari: https://campus.fsu.edu/bbcswebdav/institution/academic/social_sciences/sociology/Reading %20Lists/Social%20Psych%20Prelim%20Readings/I.%20Classics/2003%20Cook%20Rice% 20-%20Social%20Exchange.pdf Damsar. [2011]. Pengantar sosiologi ekonomi. Jakarta [ID]. Prenada Media Group. 265 halaman. Departemen Perdagangan. 2007. Studi Industri Kreatif 2007. Depdag, 2007. Hudayana Bambang. [1991]. Konsep Resiprositas dalam Antropologi Ekonomi. Jurnal humaniora UGM. [internet]. [dikutip 15 Oktober 2013]. Dapat diunduh dari: http://jurnal.ugm.ac.id/index.php/jurnal-humaniora/article/view/2076 Indra Irvan. [2009]. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Kerajinan di Indonesia. [skripsi]. Bogor [ID]. Institut Pertanian Bogor. 58 halaman. Khristianto Wheny. 2008. Peluang dan Tantangan Industri Kreatif di Indonesia. Jurnal Bisnis dan Manajemen. [internet]. [dikutip 15 Desember 2013]. 5 (1). 33-48. Dapat diunduh dari: http://fe-manajemen.unila.ac.id/jbm/JBM/Volume/5/No./1/September/2008.pdf LEMHANNAS. 2012. Pengembangan Ekonomi Kreatif guna Menciptakan Lapangan Kerja dan Mengentaskan Kemiskinan dalam Rangka Ketahanan Nasional. Jurnal Kajian LEMHANNAS RI. [internet]. [dikutip 15 Januari 2014]. 14. 4-11. Dapat diunduh dari: http://www.lemhannas.go.id/portal/images/stories/humas/jurnal/Edisi_14__Desember_2012_-_1_-_ekonomi.pdf Mustafa Hasan. 2011. Perilaku Manusia dalam Perspektif Psikologi Sosial. jurnal administrasi bisnis. [internet]. [dikutip 15 oktober 2013]. 7 (2): 143-156. Dapat diunduh dari: http://journal.unpar.ac.id/index.php/JABCebis/article/view/156/145 Satria Dias, Pramewari Ayu. 2011. Strategi Pengembangan Industri Kreatif untuk Meningkatkan Daya Saing Pelaku Ekonomi Lokal. Jurnal Aplikasi Manajemen. [internet]. [dikutip 15 Desember 2013]. 9 (1). 301-308. Dapat diunduh dari: http://jurnaljam.ub.ac.id/index.php/jam/article/view/296/327 Suparwoko. 2010. Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Industri Pariwisata. Makalah Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan Kreatif . [internet]. [dikutip 15 Januari 2014]. Dapat diunduh dari: http://dppm.uii.ac.id/dokumen/dikti/files/DPPMUII_07._5266_Pengembangan_Ekonomi_Kreatif_Sebagai_Penggerak_Industri_Pariwisata.pdf Susanti Rina, Asriwandari Hesti. 2012. Analisa Pertukaran Sosial Mengenai Pola Bekerja Pemulung di TPA Muara fajar Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. [internet]. [dikutip 11 November 2013]. Dapat diunduh dari: http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/395/1/Jurnal%20Karya%20Ilmiah.pdf Zilaikha Ellya. 2008. Transformasi IKM Kerajinan Tradisional Menjadi Industri Kreatif. Makalah pada seminar Internasional ”Pengembangan Industri Kreatif Berbasis Tradisi” ISI Solo. [internet]. [dikutip 12 November 2013]. Dapat diunduh dari: http://personal.its.ac.id/files/pub/2005-ellya.desproTRANSFORMASI%20IKM%20KERAJINAN%20TRADISIONAL.pdf 14 Lampiran 1. Peta Desa Gunung Bunder 1, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat Gambar 2. Peta Desa Gunung Bunder 1, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. 15 Lampiran 2. Kuesioner No Tanggal survey Nama Responden Alamat KUESIONER Pengaruh Karakteristik Individu pada Sistem Pertukaran Sosial Masyarakat Pelaku Ekonomi Kreatif Sektor Kerajinan Karakteristik Individu Responden No. 1 Karakteristik Jenis kelamin Tingkat 2 Tingkat umur 1. 15 – 20 tahun 2. 21 – 40 tahun 3. > 40 tahun 3 Pekerjaan sampingan 1. Pertanian 2. Non pertanian 4 Tingkat pendapatan 1. Rp. 6.000.000- Rp. 15.999.000 2. Rp. 16.000.000- Rp. 23.999.000 3. Rp. 24.000.000- Rp. 50.000.000 5 Lama waktu pengelolaan industri kreatif sektor kerajinan 1. 1 – 4 tahun 2. 5 – 10 tahun 3. > 11 tahun 6 Tingkat Pendidikan 1. ≤ SD 2. SMP 3. ≥ SMA Jawaban 1. Laki-laki 2. Perempuan Pengaruh Karakteristik Jenis Kelamin No. 7 Pernyataan Saya sangat membutuhkan orang lain dalam melakukan usaha kerajinan ini. Setuju Tidak setuju 16 8 9 10 11 12 Saya selalu memberikan bantuan kepada pengrajin lain jika dia membutuhkan. Saya selalu mendapat bantuan orang lain dalam melakukan usaha kerajinan Ketika saya membantu orang lain maka saya mengharapkan balasan dari orang itu. Orang yang membantu saya adalah seorang yang juga selalu saya bantu Jenis kelamin menjadi penghambat saya dalam melakukan usaha kerajinan Pengaruh Karakteristik Tingkat Umur No. 13 14 15 16 17 18 Pernyataan Setuju Tidak setuju Setuju Tidak setuju Setuju Tidak setuju Saya lebih senang dibantu oleh oleh seorang yang seusia dengan saya Ketika saya mengalami kesulitan maka saya akan dibantu oleh orang yang lebih tua dari saya Sebagai balas jasa saya akan membantu juga orang yang telah membantu saya Saya mengharapkan penghargaan, kemuliaan, kewibawaan, popularitas, sanjungan, dari orang yang telah saya bantu. Saya membantu orang lain karena merasa bahwa saya mampu untuk membantunya Semakin tua seseorang maka kemampuannya dalam kerajinan semakin tinggi Pengaruh Karakteristik Pekerjaan Sampingan No. Pernyataan 19 Pekerjaan sampingan saya mencukupi kebutuhan saya sehari-hari 20 Meskipun saya mempunyai pekerjaan sampingan tetapi saya masih membuituhkan bantuan orang lain Ketika saya melakukan pekerjaan sampingan hal tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak didapat dari kerajinan Pekerjaan sampingan saya lebih menjanjikan daripada usaha kerajinan 21 22 Pengaruh Tingkat Pendapatan No. Pernyataan 23 Pendapatan utama saya adalah dari sektor kerajinan 24 Saya akan mendapatkan penghasilan yang lebih tinggi ketika bekerjasama dengan pengrajin lain. Modal merupakan hal utama untuk meningkatkan pendapatan 25 26 Ketika saya tidak memiliki modal maka saya akan meminjam pada orang lain untuk menambah produksi 17 27 Jika pendapatan saya lebih tinggi maka saya bersedia memberikan bantuan pinjaman modal kepada pengrajin yang membutuhkan Pengaruh Lama Waktu Pengelolaan Industri Kreatif Sektor Kerajinan No. 28 29 30 Pernyataan Setuju Tidak setuju Setuju Tidak setuju Semakin lama seseorang dalam usaha kerajinan maka semakin ahli dalam kemampuan sebagai pengrajin Saya akan meminta bantuan orang yang lebih ahli dalam kerajinan ketika saya mengalami masalah Seseorang yang ahli akan membantu saya jika saya mengalami masalah Pengaruh Tingkat Pendidikan No. 31 32 33 34 35 Pernyataan Pendidikan merupakan modal utama untuk bisa bertahan di sektor kerajinan Saya melakukan interaksi dengan orang lain karena saling membutuhkan Saya menetapkan harga jual produk karena saya tau dari pengalaman sendiri Saya menetapkan harga jual produk karena saya tau dari pengrajin lain Ketika orang lain butuh sesuatu dari saya maka dia harus memberikan sesuatu kepada saya 18 Lampiran 3. Panduan Pertanyaan Mendalam 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mengapa anda bersedia untuk berhubungan dengan pengrajin lainnya? Hal apakah yang anda butuhkan dari pengrajin lain? Keuntungan apa yang anda dapatkan dengan membantu pengrajin lain? Kerugian apa yang anda dapatkan dengan membantu pengrajin lain? Bagaimana pengaruh jenis kelamin terhadap interaksi anda dengan pengrajin lain? Bagaimana pengaruh umur anda pada interaksi dengan pengrajin lain? Bagaimana pengaruh pekerjaan sampingan terhadap interaksi anda dengan pengrajin lain? Bagaimana pengaruh lama pengalaman bekerja sebagai pengrajin terhadap interaksi anda dengan pengrajin lain? 9. Bagaimana pengaruh penghasilan terhadap interaksi anda dengan pengrajin lain? 10. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap interaksi anda dengan pengrajin lain? 19 Lampiran 4. Rancangan Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis 2.4. Definisi Operasional 2.5. Definisi Konseptual 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Lokasi dan Waktu 3.2. Teknik Pengumpulan Data 3.3. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Kondisi Geografis 4.2. Kondisi Ekonomi 4.3. Kondisi Sosial 5. KONDISI INDUSTRI KERAJINAN DESA GUNUNG BUNDER 1 5.1. Sejarah dan Perkembangan Industri Kerajinan Desa Gunung Bunder 1 6. PENGARUH KARAKTERISTIK INDIVIDU PADA SISTEM PERTUKARAN SOSIAL MASYARAKAT PELAKU INDUSTRI KREATIF 6.1. Karakteristik Individu Pelaku Industri Kreatif 6.2. Bentuk Pertukaran Sosial Masyarakat Pelaku Industri Kerajinan 6.3. Pengaruh Karakteristik Individu Terhadap Sistem Pertukaran Sosial Masyarakat Pelaku Ekonomi Kreatif Sektor Kerajinan. 7. PENUTUP 7.1. Kesimpulan 7.2. Saran 8. DAFTAR PUSTAKA 9. LAMPIRAN 10. RIWAYAT HIDUP