TUGAS UKD 2 TEORI SOSIOLOGI KLASIK DISUSUN OLEH Nama: Ferera Yuli Astuti NIM: D0312041 SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 EMILE DURKHEIM A. Sekilas tentang Emile Durkheim Emile Durkheim (1855-1917), putra seorang rabi Yahudi, memasuki Ecole Normale Superieure di Paris tahun 1879, dan setelah belajar tiga tahun, dia mulai mengajar filsafat. Salah satu karya yang membangkitkan minatnya terhadap sosiologi ialah buku karangan Schaffle yang berjudul Structure and Life of the Social Body. Tahun 1885 dan 1886 dia sekolah di Jerman.1 Paradigma Fakta Sosial dikembangkan oleh Emile Durkheim dlm “The Rules of mengkritik Sociological Method” th.1895 dan “Suicide” th. 1897. Ia sosiologi yang didominasi August Comte dengan positivismenya bahwa sosiologi dikaji berdasarkan pemikiran, bukan fakta lapangan. Durkheim menempatkanfakta sosial sebagai sasaran kajian sosiologi yang harus melalui kajian lapangan (field research) bukan dengan penalaran murni. Teori-teori dlm paradigma ini adalah: teori Fungsional Struktural, teori Konflik, teori Sosiologi Makro, dan teori Sistem. B. Apa itu Subjek Matter? Perbedaan pandangan mengenai subject matter didalam sosiologi menumbuhkan sejumlah paradigma: a. Paradigma fakta sosial Menurut Durkheim sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang fakta sosial. Fakta sosial adalah semua cara bertindak yang mampu bekerja atas individu sebagai tekanan dari luar. Fakta sosial juga bisa diartikan sebagai cara bertindak atau cara berperilaku yang umumnya terdapat dalam suatu masyarakat tertentu yang memiliki eksistensi sendiri, terlepas dari manifestasi individu. Durkheim menyebut fakta sosial sebagai ‘thing’ yaitu sesuatu yang dianggap sebagai suatu benda. Contoh dari fakta sosial 1 a. Kebiasaan/Tradisi Sesuatu yang telah dilakukan untuk sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. b. Peraturan Merupakan pedoman agar manusia hidup tertib dan teratur yang harus ditaati dan dilaksanakan. c. Norma Cara kelakuan yang dilakukan untuk mencapai nilai (sesuatu yang dianggap baik) b. Paradigma definisi sosial Paradigma ini dikembangkan oleh Max Weber untuk menganalisis tindakan sosial (social action). Tindakan sosial yang dimaksud Weber dapat berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tindakan yang bersifat “membatin” atau bersifat subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Atau merupakan tindakan perulangan dengan sengaja sebagai akibat dari pengaruh situasi yang serupa. Atau berupa persetujuan pasif dalam situasi tertentu. Berdasarkan konsep tentang tindakan sosial terdapat lima ciri pokok sasaran penelitian sosiologi menurut Weber, yaitu: a. Tindakan manusia yang menurut si actor mengandung makna yang subyektif b. Tindakan nyata dan yang bersifat membatin dan yang sepenuhnya bersifat subyektif. c. Tindakan karena suatu situasi, sengaja diulang, dan tindakan dalam bentuk persetujuan diam-diam. d. Tindakan yang diarahkan kepada individu atau kepada beberapa orang. e. Tindakan itu memperhatikan tindakan orang lain dan mengarah pada tindakan itu.2 Tindakan sosial dapat pula dibedakan dari sudut waktu sehingga ada tindakan yang diarahkan kepada waktu sekarang, waktu lalu atau waktu yang akan datang. c. Paradigma perilaku sosial Paradigma ini dikembangkan B.F Skiner dengan meminjam pendekatan behaviorisme dari ilmu psikologi. Ia sangat kecewa dengan dua paradigma sebelumnya karena dinilai tidak ilmiah, dan dianggap ber nuansa mistis. Menurutnya obyek studi yang konkret-realistik itu adalah perilaku manusia yang Nampak kemungkinan perulangannya ( behavioral of man and contingencies of reinforcement). C. Mengenai Evolusi Sosial. Berbicara tentang evolusi sosial, tidak akan terpisah dari anggapan Durkheim mengenai solidaritas. Ia membagi solidaritas menjadi dua tipe utama solidaritas 1. Solidaritas mekanik: merupakan suatu tipesolidaritas yang didasarkanatas persamaan. Menurut Durkheim solidaritas mekanik dijumpai pada masyarakat yang masihsederhana-masyarakatyang dinamakan “segmental”. Pada masyarakat seperti ini belum terdapat pembagian kerja yang berarti: apa yang dilakukan oleh seorang anggota masyarakat.3 2. Solidaritas organik Lambat laun pembagian kerja dalam masyarakat-proses yang sekarang dinamakan diferensiasi, spesialisasi-semakin berkembang sehingga solidaritas mekanik berubah menjadi organic. Pada 2 George Ritzer. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. 2004. Halaman 38-39 3 Kamanto, Sunarto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004. Halaman 5 solidaritas organik masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhanya sendiri melainkan ditandai oleh kesalingtergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas organik merupakan suatu system terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu organisme biologi. Berbeda dengan solidaritas mekanik yang yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas organic didasarkan pada hati nurani kolejtif maka solidartas organic didasarkan pada hukum dan akal.4 D. Integrasi dan Bunuh Diri Integrasi Berbicara tentang integrasi maka tidak akan lepas dari Struktur sosial mengenai pranata, kedudukan serta peran. Konsep struktur sosial pertama kali oleh Radcliffe Brown. Terdapat pula pendapat bahwa struktur sosial dari suatu masyarakat itu mengendalikan tindakan individu dalam masyarakat, tetapi tidak tampak oleh seorang peneliti dengan sekejap paandangan, dan harus diabstraksikan secar induksi dan dari kenyataan kehidupan masyarakat yang konkret.5 Bunuh diri Studi Durkheim tentang bunuh diri adalah contoh paradigmatis dari bagaimana seharusnya sosiolog menghubungkan teori dan penelitian. Sebenarnya,Durkheim telah menjelaskan hal ini dalam “Kata Pengantar buku ini. Dia menyatakan bahwa tujuannya dalam studi ini tidak hanya untuk memberikan kontribusi terhadap pemahaman persoalan sosial saja, akan tetapi juga menetengahkan sebuah contoh metode disiplin sosiologi yang baru lahir hari ini.6 Dia membagi bunuh diri menjadi 3 macam: 4 Kamanto, Sunarto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. 2004. Halaman 5 5 Koentjaraningrat. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. 2009. Halaman. 140-142 6 George Ritzer. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. 2008. Halaman. 91-92 1. Alturistik : dimana kasus bunuh diri terjadi demi kepentingan kelimpok, misalnya seorang pahlawan perang. 2. Egoistik : karena adanya kekurangan dalam organisasi sosial dan berupaya untuk menjauhkan dari kelompok itu. 3. Anomik : dimana penyesuaian diri masyarakat terganggu oleh perubahan ekonomi, dan banhkin serta jatuhnya suatu kelas sosial7 7 Wardi Bacthiar. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosda Karya. 2006. Halaman. 87 DAFTAR PUSTAKA Bacthiar, Wardi. 2006. Sosiologi Klasik. Bandung: Remaja Rosda Karya. Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Ritzer, George. 2004. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada. Ritzer, George. 2008. Teori Sosiologi. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.