1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Alasan Sampai saat ini, sebagian besar masyarakat dan guru masih sangat kurang memahami tentanga tari lebih khusus pendidikan tari. Selain hal tersebut masih kurang penghargaan terhadap prestasi anak dalam bidang seni seni tari. Oleh sebab itu pelaksanaan pembelajaran tari khususnya di Taman Kanak-kanak tidak berjalan dengan maksimal. Padahal pembelajaran tari bagi anak memberikan kesenangan, hiburan, sebagai sarana apresiasi, dan juga memberikan kebanggaan bagi anak yang berprestasi. Pembelajaran tari selain hal tersebut juga melatih berpikir kritis. Bagi anak sejak kecil sebenarnya telah melakukan sesuatu yang didasari dengan berpikir kritis. Hal ini ditandai dengan aktivitas yang selalu mencari dan mencari kebenaran dalam bertutur, bertindak, dan lain-lain. Hal tersebut terus berlangsung meningkat seiring dengan bertambahnya usia anak. Kekritisan berpikir anak ini akan sangat baik jika terus distimulasi khususnya oleh orang dewasa orang tua dan pendidik. Aristoteles seorang filsuf yang mengatakan bahwa kebenaran dapat ditemukan melalui kenyataan secara empiris telah mengilhami penulis untuk mengidentifikasi kegiatan berkesenitarian sebagai wujud pencarian kebenaran melalui pengalaman berapresiasi menuju keutuhannya sebagai manusia dewasa kelak. Peneliti akan mencoba mengidentifikasi tari tradisi secara empiris sesuai dengan kebutuhan dengan tahapan perkembangan usia anak. Tari tradisi tersebut akan dianalisis ditinjau dari kelompok kecerdasan jamak. Sebagaimana diakui oleh para ahli pendidikan anak yang diilhami oleh pemikiran para filosof, seni sebagai dasar pembentukan kepribadian. Melalui berseni merupakan hal yang amat penting bagi anak karena merupakan ajang penumbuhkembangan segala potensi yang ada dalam diri anak. Pendapat ini tentu tidak diragukan kebenarannya. Namun, hal ini belum tentu disadari sepenuhnya oleh para pendidik dan orang dewasa/orang tua pada umumnya. Artinya anak yang melakukan aktivitas berseni dianggap sebagai hal kodrati dan tak perlu arahan dan bimbingan orang dewasa. Padahal keterlibatan orang dewasa yang dengan sengaja 1 2 menstimulasi aktivitas berkesenitarian anak akan lebih mengoptimalkan manfaat seni bagi perkembangan kecerdasan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Mempelajari tari dengan manfaat yang tidak terhingga bagi perkembangan kecerdasan anak bentuknya dapat bermacam-macam. Ada menari yang semata-mata menekankan pada segi hiburan, namun ada pula yang lebih dari pada itu yaitu menari yang dapat melatih dan mengembangkan berbagai macam kecerdasan. Ada menari yang hanya menekankan pada aktivitas tari itu sendiri, namun ada pula yang menggunakan media tambahan misalnya media tembang ataupun unsur-unsur musik. Tari yang telah memiliki pola dan sudah menjadi suatu bentuk yang standar dapat dikatakan sebagai tarian klasik. Tersedianya materi tari sebagai materi pembelajaran khusus untuk pembelajaran di TK masih amat kurang. Hal ini cukup dapat dimaklumi karena masih sedikit masyarakat (senimam tari) yang tergerak untuk membuat materi tari untuk anak TK, demikan pula guru-guru TK yang berlatar belakang seni lebih khusus berbekal keseni tarian masih sangat kurang kalaupun ada hanya sedikit jumlahnya. Padahal melalui kegiatan pembelajaran tari anak mendapat perangsangan musik dan gerak, perangsangan musik dan gerak ini akan menambah semakin cerdas bagi anak tersebut. Selaian hal tersebut bahwa dalam kegiatan pembelajaran tari amat sarat dengan nilai-nilai filosofis dan budaya yang dapat dijadikan ajang penumbuhkembangan kecerdasan anak. Pembelajaran tari juga memiliki nilai gotong royong (kerjasama), kejujuran, tenggang rasa, cinta kasih, dan lain-lain nilai positif lainnya saat ini sudah amat susah dijumpai. Kegiatan pembelajaran tari akan lebih tepat dan efektif jika dalam pemilhan materi tarinya didasarkan pada tema. Sebab tema dalam pembelajaran tari di TK memberi bingkai sehingga memudahakan anak dalam penguasaan materi. Demikian pula bagi guru yang mengajar member kemudahan dalam menentukan setiap materi. Oleh karena itu, peneliti amat tertarik dan merasa bertanggungjawab untuk mengangkat hal ini ke permukaan dengan berupaya mengembangkan materi tari untuk anak TK. Pengembangan materi disesuikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Materi tari akan diujicobakan di TK Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal. 3 Rumusan Masalah Setelah mencermati latar belakang di atas rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah ingin menemukan bentuk materi ajar tari untuk anak TK yang mengacu pada tema. Sub rumusan masalahnya adalah tema-tema apa saja yang dapat sebagai pijakan untuk mengembangkan materi tari sebagai bahan ajar Anak TK? Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: ingin mengembangkan materi tari yang mengacu pada tema sebagai bahan ajar di TK Keluaran Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoretis. Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat 1. Bagi penulis sebagai bahan refleksi untuk mengupayakan perbaikan pembelajaran tari bagi anak khususnya pembuatan materi yang berdasarkan pada tema. 2. Untuk Guru Taman Kanak-kanak sebagai bahan dalam memberikan pelajaran seni tari. 3. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak dan PGSD sebagai salah satu bahan ajar tari dalam mempersiapkan diri menjadi guru. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : 1. Sebagai bahan untuk merumuskan bentuk materi tari yang berdasarkan pada tema yang lain. 2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memperkaya jumlah materi tari untuk anak yang dapat dipakai sebagai acuan penelitian pada bidang ilmu yang sejenis. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tari Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu tari. Karena sampai saat ini, belum ada kesepakatan definisi tentang tari baik kalangan seniman tari, guru tari, maupun apresiator tari. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa definisi tari yang ada seperti yang dikemukakan oleh Curt Sahck dalam Soedarsono (1986:81) bahwa tari adalah gerak yang ritmis. Menurut Rohkyatmo (1986:74) yang dikatakan tari pada hakekatnya gerak ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa manusia. Pendapat lainnya adalah sebagaimana yang dikemukakan Admadibrata(1986:186) bahwa tari untuk menyampaikan suatu peristiwa atau beberapa peristiwa melalui media gerak, sedang Corre Hartong dalam Soedarsono(1986:83) mengemukakan bahwa tari adalah gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. Definisi ini memberi penekanan bahwa unsur utama tari adalah gerak dari anggota badan manusia yang dibentuk dan ritmis. Senada dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh Benny(1986:241) bahwa tari adalah gerakan yang sengaja dibentuk melalui tubuh. Menurutnya gerak tubuh manusia merupakan materi utama dalam penggarapan sebuah tari. Pendapat ini diperkuat oleh Sal Murgiyanto(1986:23) yang mengemukakan bahwa bahan baku tari adalah gerak tubuh manusia yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang, dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain. Untuk itu gerak tari sebagai gerak yang indah untuk mewujudkan pengalam-pengalam tidak hanya untuk dinikmati sendiri tetapi untuk dimengerti dan dihayati orang lain. Soedarsono mendefinisikan tari sebagai ekspresi diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah (1986:83). jiwa manusia yang Seorang ahli tari Jawa Pangeran Soerjodiningrat mendefinisikan tari adalah gerak dari tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu (1986:83). Bila dicermati pendapat Sorjodiningrat ada tiga elemen dalam tari, pertama tubuh manusia, kedua selaras dengan irama musik, dan ketiga mengandung maksud tertentu. Ketiga tersebut dapat dimaknai sebagai elemen wiraga, wirama, dan wirasa. 5 Bertolak dari beberapa definisi tari tersebut, penulis menyimpulkan bahwa yang dikatan tari adalah gerak indah yang digerakkan oleh anggota tubuh manusia yang mempunyai maksud dan sesuai dengan iringan musik pengiring. B. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran yang berasal dari kata belajar mempunyai arti mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang diperoleh dari seseorang yang lebih mengerti dan mengetahui akan sebuah bahan atau materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel (tt:13) yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan. Ia juga mengatakan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar menurut Whittaker (tt:13) “as the prosess by which behaviour organetes or is altered through training or experience”. Menurut pendapatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman. Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Cronbach dalam Kusnadi (2005:5) bahwa learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. Belajar ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Menurut Kingsley dalam Kusnadi learning is the process by which behavioer (in the broader sense) is organited or changed through practice or training. Menurut pendapat ini belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Pada hakekatnya dengan belajar akan terjadi perubahan. Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang secara nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi, mungkin juga perubahan itu berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Partini (1980:48) mengatakan pada prinsipnya belajar adalah perubahan dari seseorang, perubahan itu dapat berujud pengertian-pengertian, dapat pula berupa kecakapan, kebiasaan, dan sikap. Perubahan itu diperoleh setelah seseorang melakukan. Pendapat Partini menunjukan bahwa wujud perubahan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik yang baru maupun penyempurnaan yang telah ada. Perubahan tersebut juga karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut Kusnadi (2005:12-13) 6 belajar adalah aktivitas yang dilakukan sebagai usaha dalam kegiatan yang menghasilkan perubahan kemampuan baru maupun penyempurnaan. Hasil belajar dapat berupa keterampilan motorik. Menurut Winkel (tt:53) belajar keterampilan motorik melalui beberapa fase, yaitu fase kognitif, fase fiksasi, dan fase otomatisme. Belajar menari termasuk belajar yang mengutamakan keterampilan motorik, karena pada fase kognitif anak dituntut mengetahui jenis keterampilan. Keterampilan dalam belajar menari berupa melakukan gerak-gerak anggota tubuh, sedang keterampilan dalam belajar karawitan (musik jawa) dituntut keterampilan memainkan instrumen gamelan. Belajar menggambar dituntut keterampilan dalam menggoreskan pensil, kuas, atau sejenisnya. Setelah paham jenis keterampilan yang dikuasai, kemudian fase fiksasi. Fase fiksasi anak dituntut untuk melakukan latihan. Latihan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah diketahui. Pada fase otomatisme anak dalam melakukan gerak tari sudah berjalan dengan lancar. Dari ke tiga fase tersebut penekanan untuk belajar keterampilan motorik adalah untuk menjadikan anak secara otomatis dalam melakukan gerak tari. Untuk dapat mencapai fase otomatisme diperlukan latihan secara terus menerus dan berkelanjutan. Berdasarkan fase kognitif, fase fiksasi, dan fase otomatisme, dapat disimpulkan bahwa belajar menari dapat dikategorikan pada jenis belajar keterampilan motorik, karena aspek yang paling diutamakan pada pembelajaran tari adalah aspek psikomotor. Jenis belajar keterampilan motorik, memberikan penekanan terbentuknya otomatisme pada anak, yaitu dalam melakukan gerak tari dituntut berjalan secara lancar, teratur, luwes tanpa disertai pikiran berkaitan dengan apa yang harus dilakukan serta mengapa hal tersebut dilakukan. Semakin sering melakukan latihan, akan semakin terbentuk otomatisasi. C. Pendidikan Bagi Anak Taman Kanak-kanak Berbicara tentang anak, tidak bisa lepas dengan pentingnya layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Berkenaan dengan layanan pendidikan untuk anak telah disepakati untuk diangkat sebagai salah satu program prioritas bagi setiap negara. Napitupulu (2002:32) menjelaskan pendidikan untuk anak dini usia telah menjadi perhatian dunia internasional. Akan tetapi kenyataan yang ada di Indonesia menurut Fasli (2002:4) perhatian terhadap pendidikan bagi anak dini usia 7 masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaisia, Thailan, dan Brunai Darusalam. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan anak dini usia masih sangat rendah serta pada umumnya mereka berpandangan bahwa pendidikan identik dengan sekolah, sehingga pendidikan bagi anak dini usia dipandang belum perlu (2002:5). Hal sama dikemukakan oleh Nurlaila (2004:13) yang mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa memberikan pendidikan (PADU) cukup dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang pendidikan anak dini usia. Bruner dan Donalson (2002:28) dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal. Berkenaan dengan anak TK, banyak pakar yang mengingatkan bahwa usia TK merupakan masa keemasan bagi perkembangan kecerdasan anak. Benyamin S. Blom yang dikutip Gotama (2002:v) mengatakan bahwa pada usia 4 tahun kapasitas kecerdasan anak telah mencapai 50% dan pada usia 8 tahun telah mencapai 80%. Hal senada dikemukakan oleh Djalal (2002:5), bahwa perkembangan kecerdasan anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun. Bahkan menurut Hidayat (2002:9) bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak perlu diperhatikan sejak dalam rahim seorang ibu sampai usia sekitar 6 tahun, karena investasi pembangunan manusia pada usia dini merupakan investasi yang amat penting bagi pembangunan sumberdaya manusia berkualitas di masa mendatang. Semiawan (2002:18) menjelaskan, pada waktu manusia lahir intelegensi yang bersumber dari otak, secara genitis (potensial) strukturnya telah ditentukan dan memiliki 100 sampai 200 milyard neuron sel otak. Neuron tersebut siap mengelola beberapa trilyun informasi. Namun otak itu dapat berfungsi sangat ditentukan lingkungan memperlakukan individu anak. Intelegensia diperpecaya datang dari interaksi antara bawaan genetik dan lingkungan di mana seseorang tumbuh dan berkembang (Akil Mala, 2002:35). 8 Lebih lanjut Semiawan menjelaskan bahwa otak manusia terdiri dari dua belahan otak kiri dan kanan. Belahan otak kiri mempunyai fungsi, ciri, dan respon untuk berfikir logis, teratur, dan linier, sedang belahan fungsi otak kanan terutama dikembangkan untuk mampu berfikir holistic, imajinatif, dan kreatif. Menurut Lily (2002:23) struktur otak mempunyai dua hemisphere yaitu kiri dan kanan. Setiap area otak akan berkembang dalam urutan yang dapat diperhitungkan sehingga dapat ditentukan waktu-waktu prima (window of opportunity) suatu kepandaian tertentu berkembang di otak seorang anak. Lily juga menegaskan hal yang penting diperhatikan bahwa otak anak dua setengah kali lipat lebih aktif dari pada orang dewasa. Dengan keaktifan yang begita pesat maka perlu dimanfaatkan secara optimal. Dengan berpedoman adanya waktu-waktu prima, menurut Lily perkembangan motorik terjadi pada 4 tahun pertama kehidupan anak. Perkembangan motorik dapat dirangsang dengan gerak dan musik. Semakin sering anak berlatih gerakan-geran maka synapsis-sinapsis dalam otak akan cepat terhubung. Demikian pula dalam hal musik. Perlu diketahui bahwa antara musik dan tari tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian ketika anak berlatih menari, secara otomatis anak-anak mendapatkan kesempatan dan pengalaman mendengarkan musik. Mereka mulai proses belajar mengenai irama, melodi, dan pada akhirnya berlatih mengembangkan keterampilan motorik. Keterampilan motorik yang dapat dilihat pada anak yang belajar tari dan musik, anak-anak secara alamiah akan bereaksi terhadap musik dan seringkali secara spontan akan menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik yang didengar. Musik juga menjadi ajang sosial untuk berbagi dengan orang lain, sehingga keterampilan sosialnya juga terbentuk. Selain keterampilan motorik, dan sosial, musik merupakan alat efektif untuk belajar bahasa. Selain itu, melalui musik yaitu “dari lagu biasanya anak-anak mudah menangkap sebuah pesan”. Oleh karena itu menjadi semakin sempurna, bila dalam pembelajaran seni tari yang menggunakan musik berisi lagu anak-anak bermuatan budi pekerti. Rahmitha (2002:34) menjelaskan bahwa usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak di masa depannya. Pada usia dini ini stimulasi yang proposional perlu diberikan kepada anak sehingga memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. 9 Rahmitha (2002:35) juga menjelaskan bahwa pendidikan anak TK adalah bentuk pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, bentuk pembelajaran bagi anak seharusnya dalam bentuk yang menyenangkan, tanpa ada beban bagi anak yang dapat menciptakan hambatan bagi anak dalam mengikuti pendidikan di masa-masa selanjutnya. Selanjutnya menurut Soemiarti (2002:36) pembinaan anak usia 0 sampai 8 tahun sangat penting, karena anak usia dini memiliki multi dimensi yaitu terdiri dari kesehatan, gizi, psikososial/pendidikan (perkembangan fisik, gerak, kecerdasan, sosial-moral), ekonomi, hak asasi manusia, hokum, dan sebagainya. Mengingat tahun-tahun awal kehidupan anak ikut menentukan kepribadian anak, maka diperlukan pemberian bekal yang optimal dengan memberdayakan beberapa potensi yang dimiliki anak. Menurut Rachman (2002:51) ada lima potensi yang perlu dikembangkan pada anak agar tumbuh secara seimbang dan optimal yaitu, potensi spiritual, potensi perasaan, potensi akal, potensi sosial, dan potensi jasmani. Rachman lebih jauh menjelaskan bahwa potensi spiritual antara lain mampu menghadirkan Tuhan/keimanan dalam setiap kegiatan, kegemaran berbuat untuk Allah, disiplin beribadah, sabar berupaya, dan berterima kasih/bersyukur atas pemberian Allah pada kita. Potensi perasaan juga sering disebut potensi emosi. Halhal yang perlu dibangun dalam potensi perasaan tersebut adalah mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat, dan berkepribadian stabil. Potensi akal adalah kemampuan berhitung, kemampuan verbal, kemampuan spisialis, kemampuan membedakan, dan kemampuan membuat daftar prioritas. Potensi sosial adalah senang berkomunikasi, senang menolong, senang berteman, senang membuat orang lain senang, dan senang bekerja sama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan potensi jasmani adalah sehat secara medis, tahan cuaca, dan tahan bekerja keras. Pelatihan-pelatihan jasmani ditekankan pada koordinasi gerakan tubuh, misal menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar (Martini, 2003:6). Masa perkembangan anak TK merupakan periode awal dari perkembangan setiap individu. Langeveld dalan Napitupulu (2001) mengatakan bahwa manusia 10 adalah “animal educandum” atau hewan yang dapat dididik, jadi jika anak itu tidak dididik, maka ia akan tetap sama dengan monyet atau hewan lainnya, artinya tiada perubahan tingkahlaku dan ia akan mendasarkan segala tindak-tanduknya melulu atas dasar naluri (instinct). Oleh karena itu, pendidikan yang diikutinya merupakan pendidikan awal yang akan mendasari pendidikan-pendidikan berikutnya (Ishak Abdulhak, 2002:43). Menurut Rohidi (2000:160) Anak-anak merupakan manusia yang telah mengalami proses pembentukan budaya. Mereka merupakan manusia yang juga telah terlatih untuk dapat berbicara dengan orang lain dengan penguasaan bahasa tertentu; manusia yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan tertentu; manusia yang mempunyai pengetahuan tertentu, terutama mengenai lingkungan dekat masingmasing. Anak, betapapun sangat muda usia hidupnya, telah mempunyai nilai-nilai tertentu yang dijadikan pedoman dalam bertindak, dan pedoman dalam menanggapi banyak hal yang dihadapinya. Anak tidak belajar menggunakan aturan-aturan tertentu sebagai pegangan dalam pergaulan dengan orang lain; aturan-aturan yang menyatakan hak dan kewajiban masing-masing. Anak telah mempunyai cara berpikir tertentu yaitu cara berpikir sesuai dengan kebudayaan di lingkungnnya. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan basis penentu atau pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan bangsa (Suara Merdeka, 2008:7) Pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumberdaya manusia sangat ditentukan bagaimana pendidikan sejak anak usia dini (Damanhuri Rosadi, 2002: 47). Lebih lanjut Damanhuri menjelaskan bahwa anak, yang merupakan subyek sentral yang memiliki potensi, bakat, minat yang harus dikembangkan di dalam suasana penuh kasih sayang, aman, mendapat rangsangan dan kesempatan serta peluang yang besar untuk mengembangkan potensi sepenuhnya. Pentingnya memberikan layanan bagi anak usia dini sebagaimana tercantum dalam naskah akademik kurikulum Program D2 PGTK (2000). Pertama, fungsi adaptasi dan sosialisasi, yakni berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuikan diri dengan keadaan dalam dirinya dan juga membantu anak agar ia memiliki keterampilanketerampilan sosial yang berguna dalam pergaulannya di masyarakat. Kedua fungsi pengembangan, yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini dalam 11 mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki oleh anak membutuhkan suatu situasi dan lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut ke arah perkembngan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri dan lingkunganya. Ketiga fungsi bermain, yakni peran pendidikan anak usia dini dalam memberi kesempatan pada anak untuk bermain. Melalui bermain anak akan senang dan gembira mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Keempat, fungsi ekonomik yakni bahwa pendidikan yang terencana pada anak usia dini merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Secara ekonomik, investasi yang ditanamkan berupa sikap, perilaku dan berbagai fungsi mental pada anak usia dini akan menjadi penopang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan di masa berikutnya. Arti kata lain dengan pondasi yang kokoh anak-anak akan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, mengingat pentingnya mempersiapkan pendidikan sedini mungkin pada anak usia dini maka diperlukan perencanaan yang matang untuk pendidikan anak usia dini, termasuk dalam hal ini perencanaan di bidang pembelajaran seni tari. 12 BAB III Metode Penelitian A. Tujuan Khusus Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah menemukan materi tari untuk anak yang berdasarkan pada tema hewan dan pelaksanaan pembelajarannya. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah sebagai tempat uji coba materi tari yang bertemakan hewan. Alasan pemilihan tempat dengan pertimbangan bahwa TK Pembina sebagai binaan dari pemerintah maka fasilitas yang menunjang kegiatan belajar mengajar dan kualitas maupun kuantitas tenaga pengajar akan lebih lengkap, serta dalam setiap perolehan informasi sari pusat lebih awal baik informasi tentang akademis maupun non akademis, jika dibanding dengan TK non Pembina. Pelaksanaan penelitian pada saat anak TK melaksanakan aktivitas belajar mengajar. C. Pendekatan Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pemillihan metode kualitatif karena sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, hal tersebut didasarkan pada (1) proses sosial; (2) asumsi dan bukan uji hipotesis atupun berangkat dari teori; (3) verstehen (tidak generalisasi); (4) simbolik (tidak statistik); (5) makna/meaning ; (6) induktif; (7) sasaran penelitian adalah subjek (Sairin, 2004). Permasalahan yang diungkap lebih bersifat komprehensif dan mendalam serta lebih menekankan pada makna dan proses dalam pelaksanaan penelitiannya. D. Teknik Pengumpulan Data Setelah mendapatkan ijin untuk mengadakan penelitian baik dari pemerintah maupun pihak TK pelaksanaan pengumpulan data yaitu dengan pengamatan pembelajaran tari, dan wawancara yang ditujukan kepada guru dan kepala TK, serta anak-anak TK. Wawancara akan mengungkap bagaimana guru melakukan persiapan, 13 proses, strategi apa saja yang digunakan, dan evaluasi pembelajaran tari. Selain hal tersebut juga untuk mengetahui kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kendala, dalam pelaksanaan pembelajaran tari. E. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif-kualitatif, yaitu data yang terkumpul dideskripsikan. Analisis data dilakukan melalui empat tahap, yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan, dan verifikasi penelitian yang dilakukan saling menjalin dengan proses pengumpulan data. Model analisis yang dilakukan adalah analisis interaktif. Artinya, empat komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan, dan verifikasi penelitian yaitu dilakukan secara simultan sejak proses pengumpulan data Milles & Huberman. Analisis model interaktif yang dikembangkan dapat digambarkan sebagai berikut: 14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal Gambar TK Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Tampak dari Depan Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal beralamat di Jalan Suratman No 50 Desa Tirto Mulya Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal 51362. Letak Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal adalah sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bawang Kabupaten Batang: dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jurang Agung Kabupaten Kendal. Sedangkan disebelah sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Wonodadi, dan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wana Tirta Kabupaten Kendal. Luas tanah Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal 2000 meter, sedang luas bangunannya 1200 meter. Awal terbentuknya Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal yaitu bermula dari berdirinya Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan. Selanjutnya atas inisiatif kepala Sekolah yaitu Ibu Sukardiah (46 15 tahun), dan dorongan Kepala Dinas Kecamatan Plantungan, serta dukungan dari beberapa orang tua wali murid maka ini diusulkan menjadi Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina. Persyaratan lain yang turut mendukung adalah faktor keamanan lokasinya. Kriteria keamanannya yaitu tidak terlalu dekat dengan jalan raya, dan tidak di pinggir tebing, pemakaman, jaringan listrik bertegangan tinggi, serta dipinggir sungai. Selain itu dalam hal kebersihannyapun mendukung, karena Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah dan tidak dekat dengan pabrik yang banyak mengeluarkan polusi. Dalam hal ketenangan juga mendukung yaitu tidak berdekatan dengan pabrik, bengkel, dan pasar yang dapat mengganggu kegiatan belajar Taman Kanak-Kanak, serta realatif mudah transpotasinya. Selain hal tersebut juga penduduk di sekitar Taman Kanak-Kanak relatif banyak anak prasekolah. Oleh karena itu pada tanggal 14 Juli 2008 terbit SK disetujuinya TK Tunas Harapan menjadi Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan. Motto yang di canangkan adalah ISTANAKU (indah, sejuk, tertib, aman, nyaman, asri, kekeluargaan, ulum/ilmu). Visi Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal adalah terwujudnya generasi yang sehat jasmani dan rohani, berilmu dan berbudaya. Misinya adalah: (1) membentuk generasi yang seimbang antara aspek jasmani dan rohani dengan memberi bekal dan keimanan untuk kehidupan masa depan, (2) mengembangkan anak didik menjadi penerus bangsa yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (3) mengutamakan kerja sama antar teman, (4) menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam seni, budaya, olahraga, melalui pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan optimal. TK Negeri pembina Kecamatan Plantungan memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang hendak dicapai: (1) agar menjadi anak yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2) agar menjadi anak yang mandiri, bertanggung jawab terhadap tugas dan setia kawan, (3) agar anak berdaya dan peka terhadap lingkungan sosial, (4) agar anak dapat menyesuaikan diri mampu belajar ke jenjang yang lebih tinggi. 16 Prasarana permainan anak di taman kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal merupakan faktor penunjang utama bagi ketercapaian tujuan pendidikan. Fokus utama pendidikan di Taman Kanak-Kanak melalui media bermain dan permainan, ditunjang oleh adanya halaman Taman Kanak-Kanak yang cukup luas untuk ruang gerak dan bermain anak. Luas halaman, telah memperhitungkan keperluan ruang gerak untuk setiap anak lebih kurang 9 m2. Luas tanah yang dimiliki telah memenuhi standar minimal yang telah ditentukan Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu 1500 m2 dengan rincian luas gedung seluruhnya 594 m2 luas halaman 906 m2. Secara umum bangunan terdiri dari: ruang belajar dan ruang penunjang. Ruang belajar terdiri 2 ruang kelas, 1 ruang untuk bermain bebas, 1 ruang perpustakaan. Ruang penunjang terdiri dari: 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tamu, 1 ruang tata usaha, 1 ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), 1 ruang gudang, 1 ruang serbaguna, 1 ruang makan/ dapur, 2 gudang, 7 kamar mandi/wc anak, 2 kamar mandi/wc guru, 1 tempat cuci tangan anak, 1 ruang tunggu, 1 ruang ibadah, 2 area bermain di luar, dan halaman Taman Kanak-Kanak. Sarana merupakan kelengkapan yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan Taman Kanak-Kanak. Sarana yang dimaksud adalah meliputi perabot dan alat peraga atau alat permainan. Perabot merupakan perlengkapan ruang yang mendukung kegiatan belajar mengajar (KBM) di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina. Alat peraga/alat permainan merupakan alat yang digunakan oleh guru maupun anak dalam belajar mengajar. Sarana yang terdapat dalam TKN Pembina yaitu: (1) ruang kelas terdiri dari meja anak 40 unit, kursi anak 40 unit, loker 4 unit, papan tulis 6 lembar, kapur dan spidol white board, penghapus, meja dan kursi guru 10 unit, lambang negara RI 4 buah, bendera merah putih 2 lembar, tiang bendera 1 batang, gambar presiden dan wakil presiden 6 unit, papan absen anak 4 unit, rak untuk tempat sepatu 4 unit, lemari 8 unit, papan panel 3 unit, keset kaki 9 lembar, tempat sampah 7 unit, kalender 7 unit. 17 Dua ruang kegiatan bermain bebas meliputi: rak tempat mainan 5 unit, karpet 7 unit, lemari kaca 2 unit, sapu 5 unit, meja kursi anak 25 unit, alat-alat untuk lima sudut kegiatan, televisi 2 unit, papan lukis 1 unit, dan orjen 1 unit. Tiga ruang kantor Kepala Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina: meja tulis 2 unit, kursi 1 set, lemari 3 unit, rak buku 1 unit, gambar presiden wakil presiden 1 pasang. (4) ruang guru meliputi: meja tulis 9 unit, kursi 9 unit, lemari 4 unit, kaca rias 1 unit, jam dinding 1 unit, papan pengumuman 1 buah, kalender 2 buah. Lima ruang Tata Usaha meliputi: Meja Kursi 5 unit, komputer 2 unit, lemari 3 unit, Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina, stempel sekolah, tempat sampah dan sapu 1 buah, jam dinding 1 buah, kalender 1 buah. Enam ruang kesehatan meliputi: dipan lengkap dengan kasur 1 Buah, bantal seprai 2 buah, meja kursi 1 buah, dan obat serta perlengkapannya, penyimpanan kartu kesehatan 1 buah, pengukur tinggi badan 1 buah, timbangan berat badan 1 buah, gambar kesehatan 4 buah, pengukur suhu badan 1 buah, tempat sampah 1 buah, dan tempat cuci tangan 1 buah. (7) ruang dapaur meliputi: kompor 1 buah, peralatan masak 1 set, rak piring 1 buah, lemari 1 buah, tempat cuci tangan 1 buah, serber dan peralatan untuk makan 1 set, tempat sampah 1 buah, keset kaki 1 buah. (8) ruang gudang meliputi : rak besar 1 buah, peralatan kebersihan 1 set, peralatan kebun (cangkul, arit, gunting tanamam), dan alat pertukangan (gergaji, palu, tang, catut, drei). Sembilan kamar mandi/WC guru meliputi: gayung 3 buah, handuk kecil setengah lusin, tempat sabun, ember, gantungan handuk, keset kaki, sikat pembersih lantai 1 buah. Sepuluh kamar mandi/WC siswa meliputi: gayung 7 buah, handuk kecil dua lusin, tempat sabun, ember, gantungan handuk, keset kaki, sikat pembersih lantai 7 buah. Alat peraga dan alat permainan di masing-masing ruang adalah sebagai berikut: 1. Ruang sudut keluarga meliputi: meja tamu 1buah, meja makan 1 buah, peralatan makan satu set, tempat tidur dan perlengkapannya, lemari pakaian, lemari dapur, rak piring, peralatan masak, setrika, cermin, bak cuci/ember, papan cucian, serbet, celemek, boneka satu buah. 18 2. Ruang sudut pembengunan meliputi: balok bangunan, mainan konstruksi, legpuzzie bermacam-macam bentuk, permainan palu, alat pertukangan, kotak menara dan menara gelap. 3. Ruang sudut kebudayaan meliputi: perpustakaan, permainan, media kreatif, alat-alat kesenian musik, sandiwara boneka. 4. Sudut alam sekitar dan pengetahuan meliputi: aquarium beserta kelengkapannya, timbangan, biji-bijian dengan tempatnya, batu-batuan, gambar proses pertumbuhan binatang, gambar proses pertumbuhan tanaman, magnet, kaca pembesar, benda-benda laut. 5. Sudut Ketuhanan meliputi: 1 buah maket (masjid, gereja, pura wihara), alat perlengkapan untuk ibadah 1 set, gambar yang memupuk rasa ketuhanan gambar masjid, gambar gereja. Halaman meliputi: bak pasir 1 buah, bak air 1 buah, papan peluncur/prosotan 1 buah, papan jungkitan 1 buah, ayunan 1 buah, bola besar dan kecil 1 buah, papan titian 1 buah, ban bekas 5 buah, kereta dorong, sepeda roda 3, taman lalu lintas, tangga majemuk, kebun anak. Pembiayaan Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Pembina Plantungan, untuk penyelenggaraannya pendidikan sangat tergantung pada penyediaan dana untuk melaksanakan proses belajar mengajar. Sumber-sumber pembiayaan diperoleh dari Pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersumber dari APBN/APBD berupa dana alokasi umum, dana alokasi khusus, Block Grand, dan bantuan fasilitas lainnya. Sumber dana dari masyarakat yang dapat dihimpun iuran bulanan, bantuan orang tua dalam bentuk (uang, barang, dan tenaga). Komponen yang dibiayai meliputi: 1. Gaji dan kesejahteraan guru serta tanaga kependidikan lainnya. 2. Penyelenggara teknis edukatif, termasuk kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan bimbingan. 3. Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan. 4. Kegiatan penunjang, antara lain kegiatan kemasyarakatan, kegiatan lomba dan lain-lain. 5. perjalanan (kepala, guru, tenaga TU, dan penjaga). 19 Pelaksanaan manajemen dengan prinsip berbasis sekolah. Pengawasan dan pengendalian mutu kegiatan dilaksanakan secara internal dan eksternal serta transparan dengan prinsip akuntabilitas publik. Kegiatannya meliputi: 1. merumuskan visi, misi, target peningkatan mutu secara berkelanjutan. 2. Merencanakan program Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina. 3. Melaksanakan program Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina. 4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi keberhasilan program. 5. Merumuskan program baru sebagai kelanjutan dari program yang telah dilaksanakan. 6. Melaporkan kemajuan yang telah dicapai oleh Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina kepada oran tua, masyarakat dan pemerintah (stakeholders pendidikan). 7. pengawasan dan pengendalian mutu kegiatan di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina di laksankan secara internal dan eksternal, serta transparan dengan prinsip akuntabilitas publik, dan 8. Evaluasi pelaksanaan program Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina yang diaksud untuk mengatahui efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan, pelaksanaan kurikulum, dan penilaian kinerja Taman KanakKanak Negeri Pembina sebagai satu kesatuan secara menyeluruh. Struktur organisasi terdiri dari: 1. Kepala taman kanak-kanak. 2. Guru 3. Tenaga tata usaha. 4. Penjaga. 5. Pembantu. 6. Badan penasehat serta masyarakat/Komite Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina/BP3 Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Peran serta masyarakat/Komite Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina BP3 Taman KanakKanak Negeri Pembina dengan tujuan untuk membantu kelancaran penyelenggaraan pendidikan yaitu dengan melakukan pemantauan, pengawasan, dan mengevaluasi. Keanggotaannya terdiri dari unsur orang tua, 20 guru, dan tokoh masyarakat yang mempunyai perhatian di bidang pendidikan khususnya Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina. Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1992 perean serata masyarakat meliput: 1. pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan. 2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga pendidikan. 3. Pengadaan dan pemberian tenaga ahli. 4. Pengadaan dan penyelenggaraan program pendidikan. 5. Pengadaan dan pemberian ruang gedung. 6. Pengadaan dan pemberian buku ajar. 7. Pemberian kesempatan atau magang. 8. Pemberian bantuan managemen. 9. Pemberian kesempatan untuk magang. 10. Pemberian bantuan manageman bagi penyelenggara satuan pendidikan. 11. Pemberian pemikiran dan pertimbangan. 12. Ikut serta dalam program pendidikan (Depdiknas, 1999). Peran serta masyarakat dalam turut serta menyukseskan pendidikan di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Plantungan sangat memberikan dampak yang sangat positif. Keikutsertaannya dapat dikelompokkan dalam tujuh komponen, yaitu: 1. Menggunakan jasa pelayanan yang tersedia. 2. Peran serta dengan memberi kontribusi dana, bahan dan tenaga, 3. Peran serta dalam bentuk keikutsertaan. 4. Peran serta melaui konsultasi mengenai hal-hal tertentu. 5. Keterlibatan dalam memberikan pelayanan tertentu. 6. Keterlibatan dalam pelaksanaan kegiatan yang telah didelegasikan, 7. Peran serta pengambilan keputusan pada berbagai jenjang (Sediono, 2003). Partisipasi orang tua dan masyarakat memberikan kontribusi dalam kegiatan belajar mengajar secara efektif yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Partisipasi yang berlangsung adalah: 1. Keterlibatan orang tua dalam kelas, ketika orang tua secara volanter memberikan pembelajaran di kelas, orang tua secara tidak langsung belajar bagaimana mengajar siswa di kelas, dan turut merasakan bagaimana 21 sebenarnya menjadi sebagai seorang guru. Hal ini akan lebih memberikan rasa empati pada dunia pendidikan khususnya di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina. 2. Belajar di rumah, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dari pada di sekolah, menstimulasi peningkatan pendidikan dalam belajar di rumah sangat berpengaruh pada cara belajar dan pencapaian hasil belajar anak. 3. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan sekolah, keputusan yang telah ditetapkan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah akan tetapi juga tanggung jawab bersama. Perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan berupa program pelayanan pendidikan, pengembangan kurikulum, mengenali kebutuhan perkembangan khusus anak, mengembangkan program separuh hari dan penuh hari. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan dan menyeluruh yaitu berkaitan dengan konsep diri anak, keterampilan psikomotorik anak, dan perkembangan emosional. B. Pengembangan Tari Bertema Hewan 1. Tari Kelinci Tema Hewan Indikator Materi Keterangan Hitungan/ Syair Lagu Uraian gerak Mengikuti Kelinciku Dua ibu jari Tempo cepat, gerak tari kelinciku menempel di sedang, dan lambat sederhana kau manis kepala, dibentuk oleh music sekali melengkah ke pengiring yang ada. kanan dan ke kiri sambil Pemilihan materi menggelengkan tari dengan tema kepala lingkunganku sub tema (binatang peliharaan keluarga). Bagi 22 anak selain dapat melakukan gerak tari sederhana juga penanaman konsep (misal: kelinci, lompat, pulang sekolah, teman, dll).yang berada dalam sair ke dalam sebuah gerak. Melompat Dua ibu jari kian kemari menempel di sepanjang kepala, dua hari kaki melompat ke kanan dan ke kiri Aku ingin Dua tangan menemani mendekap sepulang dada, badan sekolah digoyang ke kanan dan kekiri Bersamamu Dua tangan lagi membuka kaki menari-nari jalan ke depan dan berputar 2. Tari Ayam Jantan Indikator Materi Keterangan Hitungan/ Syair Lagu Uraian gerak Mengikuti Kukukukuruyuk Jalan Tempo mengikuti gerak tari begitulah memutar iringan lagu. sederhana bunyinya dua tangan di Pemilihan materi tari 23 belakang dengan tema punggung lingkunganku sub tema (binatang peliharaan keluarga). Indikator mengikuti gerak tari sederhana. Sebagai apresiasi dan ekspresi dengan mengikuti gerak tari sederhana. Menanamkan konsep pada anak berkaitan dengan ayam jantan dan berlatih melakukan berbagaimacam gerak sderhana dengan mengikuti sair lagu. Kakinya Jalan bertanduk memutar hewan apa dua tangan namanya di belakang punggung Kuku Jalan kukuruyuk memutar begitulah dua tangan bunyinya di belakang punggung Kakinya Jalan bertanduk ayam memutar jantan dua tangan namanya di belakang punggung 24 3. Tari Jaranan (Kuda Kepang) Indikator Materi Keterangan Hitungan/ Syair Lagu Uraian gerak Intro Dua tangan Tempo mengikuti sair tari dengan irama memegang kuda lagu. musik kepang posisi Mengikuti gerak di depan muka Pemilihan materi tari diayunkan ke dengan tema binatang samping kanan peliharaan. Nama tarian dan kiri. Jaranan (Kuda Kepang). Kaki berjalan Memberi apresiasi pada membuat anak berkaitan dengan lingkaran kesenian tradisi dan mengekspresikan dengan gerak tari yang diiringi musik, memberi kesan yang mendalam khususnya bagi anak lelaki. Jaranan Posisi naik kuda jaranan dua tangan jarane jaran memegang teji kepala kuda kepang kaki berjalan berputar Sing Tangan kiri nunggang tetap memegang dara bei kepala kuda kepang tangan kanan memutarmutar pecut Sing ngiring Tangan kiri para mantri tetap memegang 25 kepala kuda kepang tangan kanan memutarmutar pecut Jek-jek Dua tangan nong jek- memegang jeknongJek- kepala kuda jek nurut kepang kaki lurung kanan jangkah samping kiri dan samping kanan Gedebug Melompat ke krincing depan gedebug melompat ke krincing belakang Jek-jek Jangkah gedebug samping kiri jeder jangkah samping kanan kemudian melompat di tempat tangan kanan mecut Jaranan Posisi naik kuda jaranan dua tangan jarane jaran memegang teji kepala kuda kepang kaki berjalan berputar Sing Posisi naik kuda nunggang dua tangan dara bei memegang Sing ngiring kepala kuda para mantri kepang kaki berjalan 26 berputar Jek-jek Melompat ke nong jek- depan jekno Jek- melompat ke jek nurut belakang lurung Gedebug Melompat ke krincing depan gedebug melompat ke krincingJek- belakang jek gedebug Jangkah jeder samping kiri jangkah samping kanan kemudian melompat di tempat tangan kanan mecut 4. Tari Menthok Indikator Materi Keterangan Hitungan/ Syair Lagu Uraian gerak Menggerakkan Mentok Jari tangan Pemilihan materi tari kepala, tangan, mentok kanan di atas dengan tema dan kaki sesuai jari tangan binatang. Indikator irama musik kiri, badan menggereakkan (menari merendah, kepala, tangan dan “Menthok”) kaki kanan di kaki dikemas dalam depan kaki kiri sebuah tari menthok sangat tepat untuk anak TK, sebagai kegiatan apresiasi dan ekspresi dalam tari. 27 Mentok Jari tangan kiri mentok di atas jari tangan kanan, badan merendah Takkandani Tangan kiri di pinggang tangan kanan mengacungkan telunjuk Mung Dua tangan rupamu ukel di depan angisin- muka, badan ngisni turun naik Bokya aja Dua tangan di ngetok ana lipat depan kandang dada wae Enak enak Dua tangan di ngorok ora lipat depan nyambut dada, badan gawe turun naik Mentok Jalan putar dua mentok tangan di Mung pinggang lakumu megal megol gawe guyu 28 5. Tari Gajah Melin Indikator Materi Keterangan Hitungan/ Syair Lagu Uraian gerak Pratek menari, nama gajah belang Posisi badan Pemilihan materi tari dengan tema tarian asale saka membungkuk binatang, nama tarian tari: Gajah Melin. Palembang, dua tangan tari: Gajah Melin. Gerak-gerak tari lurus ke gajah melen memiliki fareasi dan bawah kombinasi irama yang sangat digerakkan kompleks, hal ini melatih kepekaan samping kiri gerak dan irama pada anak. dan kanan ngendikane Berjalan ke simbah depan bapak ibu kemudian guru, membungkuka n badan tanah Jalan samping Palembang kanan, pulau kembali Sumatra samping kiri tanahe, dengan melambailambaikan dua tangan plau sisih Jalan cinjit kulon berputar wilayah Indonesia, gajah kuwi Badan gedene membungkuk, ngedap- dua tangan edapi, lurus ke bawah badan berputar 29 sikil Posisi berdiri bumbung dua tangan di irung dawa pinggang, kaki kuping diayun ke amba, depan bergantian kanan dan kiri kopat kapit Kaki kanan buntut jinjit letakkan amung sak di belakang ceprit, kaki kiri, badan memutar ke kanan dua tangan samping telinga. awak kaya lumbung yen nesu gawe bingung Lari memutar 30 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Hasil pengembangan materi tari yang mengacu pada tema sebagai bahan ajar untuk anak Taman Kanak-kanak adalah lebih difokuskan pada teman binatang. Beberapa tariannya adalah Tari Kelinci, Tari Ayam Jantan, Tari Menthok, Tari Jaranan, dan Tari Gajah. Pengembangan gerak-gerak tari lebih pada gerak menirukan perilaku hewan. Selain hal tersebut gerak tari juga mengikuti sair lagu yang ada dalam musik pengiring. Saat pengembangan pola gerak lebih diawali dengan rangsangan musik. Dengan demikian maka pengembangan irama lebih mengikuti pada tempo iringan musik. Langkah-langkah tersebut dengan maksud agar anak lebih cepat dalam penguasaan gerak tari. Karena iringan yang di pilih telah dikenal dan akrab dengan anak. B. SARAN Bagi guru-guru Taman Kanak-kanak sebaiknya untuk pengajaran seni tari mengembangkan sendiri materi tari dan disesuikan dengan tema-tema yang ada dalam kurikulum. Karena Guru-guru TK lebih mengenali dan memahami karakter dan kemampuan motorik anak TK. Bagi lembaga yang mencetak calon-calon guru TK seyogyanya dibekali materi kreativitas seni khususnya seni tari, karena tidak ada kegiatan yang tidak menggunakan seni termasuk tari di setiap TK. Bagi Dinas baik di tingkat Kecamatan maupun Kabupaten dan Propinsi perlu menyelengaran pelatihan atau workshop tentang seni khususnya tari. Serta memberi peningkatan kepada guruguru TK berupa pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang berkaitan dengan berkesenitarian. 31 DAFTAR PUSTAKA Akil, M., Mala, ”Fungsi strategis Sarana Pembelajaran Dalam Pendidikan Anak Dini Usia”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Benny, C.J., ”Cara-cara Pencatatan Tari Tradisi di Jawa Barat”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian,1986. Depdiknas, Profil TAMAN KANAK-KANAK (TK) Pembina, Jakarta 1999 Djalal, Fasli, ”Pendidikan Anak Dini Usia, Pendidikan yang Mendasar”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Gutama. Pengantar Direktorat PADU”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Hidayat, Syarif, ”Pengembangan Anak Dini Usia Memerlukan keutuhan”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Jalal, Fasli, ”Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan Anak Dini Usia” dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Matthew B.Miles, A. Michael Huberman, ”Analisis Data Kualitatif”, Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia Press. Nurlaila N.Q.,Mei Tientje dan H., Yul Iskandar, PADU Untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi, Jakarta: Dharma Graha Group, 2004. Padmonodewa, Soemiarti, ”Pengembangan Anak Dini Usia, Beberapa Model yang Ada” dalam, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, 2002. Parani, Yulianti, ”Penari sebagai sumberdaya dalam Penata Tari”, dalam, Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986. Rachman, Arif, ”Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini” dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002. Rilantono, Lily I., ”Konsep pengasuhan dan Pengembangan Anak Dini Usia”, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, 2002. Rohidi, T. R., Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan, STSI Bandung, Bandung, 2000. Rohidi, R. Tjetjep. ”Pendidikan Seni Sebagai Tradisi Pemuliaan Kemanusiaan: Refleksi Paradigmatik dalam Konteks Kebudayaan”.Makalah.Disajikan Pada Seminar nasional “Globalisasi dan Lokaliti dalam Pendidikan Seni” 18-19 Mei 2004. Universitas Sultan Idris, Perak, Malaysia. Sairin, Safri, “Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Catatan Singkat” Makalah. Disampaikan Pada Pelatihan Penulisan Proposal Universitas Negeri Semarang 20 Juli 2004. Sediono, et al. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Kerjasama Depdiknas, UNESCO, UNICEF dan Nzaid. 2003 32 Sdyawati, Edi, ”Yang Tersampaikan Oleh Tari”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986. Sdyawati, Edi, ”Tari Sebagai Salah Satu Pernyataan Budaya”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986. Semiawan, R., Cony, ”Pendidikan Anak Dini Usia Belajar Melalui Bermain”, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002. Semiawan, R., Conny, ”Menuju Pendidikan Multikultural”, Makalah, 2004. Soedarsono, ”Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari” dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian. 1986. Soendjojo, Rahmitha P., ”Pendidikan Anak Dini Usia Hak Semua Anak” dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002. Yufiarti, ”Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Indonesia”, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002. 33 ARTIKEL 34 PENGEMBANGAN TARI BERTEMA HEWAN SEBAGAI MATERI AJAR DI TK Latar Belakang Masyarakat dan guru TK masih kurang memahami tentang pendidikan tari dan juga masih kurangnya dalam menghargai terhadap prestasi anak dalam bidang seni khususnya seni tari. Oleh sebab itu pelaksanaan pembelajaran tari khususnya di Taman Kanak-kanak tidak berjalan dengan maksimal. Padahal pembelajaran tari bagi anak memberikan kesenangan, hiburan, sebagai sarana apresiasi, dan juga memberikan kebanggaan bagi anak yang berprestasi. Pembelajaran tari selain hal tersebut juga melatih berpikir kritis. Bagi anak sejak kecil sebenarnya telah melakukan sesuatu yang didasari dengan berpikir kritis. Hal ini ditandai dengan aktivitas yang selalu mencari dan mencari kebenaran dalam bertutur, bertindak, dan lain-lain. Hal tersebut terus berlangsung meningkat seiring dengan bertambahnya usia anak. Kekritisan berpikir anak ini akan sangat baik jika terus distimulasi khususnya oleh orang dewasa orang tua dan pendidik. Aristoteles seorang filsuf yang mengatakan bahwa kebenaran dapat ditemukan melalui kenyataan secara empiris telah mengilhami penulis untuk mengidentifikasi kegiatan berkesenitarian sebagai wujud pencarian kebenaran melalui pengalaman berapresiasi menuju keutuhannya sebagai manusia dewasa kelak. Peneliti akan mencoba mengidentifikasi tari tradisi secara empiris sesuai dengan kebutuhan dengan tahapan perkembangan usia anak. Tari tradisi tersebut akan dianalisis ditinjau dari kelompok kecerdasan jamak. Sebagaimana diakui oleh para ahli pendidikan anak yang diilhami oleh pemikiran para filosof, seni sebagai dasar pembentukan kepribadian. Melalui berseni merupakan hal yang amat penting bagi anak karena merupakan ajang penumbuhkembangan segala potensi yang ada dalam diri anak. Pendapat ini tentu tidak diragukan kebenarannya. Namun, hal ini belum tentu disadari sepenuhnya oleh para pendidik dan orang dewasa/orang tua pada umumnya. Artinya anak yang melakukan aktivitas berseni dianggap sebagai hal kodrati dan tak perlu arahan dan bimbingan orang dewasa. Padahal keterlibatan orang dewasa yang dengan sengaja menstimulasi aktivitas berkesenitarian anak akan lebih mengoptimalkan manfaat seni bagi perkembangan kecerdasan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Mempelajari tari dengan manfaat yang tidak terhingga bagi perkembangan kecerdasan anak bentuknya dapat bermacam-macam. Ada menari yang semata-mata menekankan pada segi hiburan, namun ada pula yang lebih dari pada itu yaitu menari yang dapat melatih dan mengembangkan berbagai macam kecerdasan. Ada menari yang hanya menekankan pada aktivitas tari itu sendiri, namun ada pula yang menggunakan media tambahan misalnya media tembang ataupun unsur-unsur musik. Tari yang telah memiliki pola dan sudah menjadi suatu bentuk yang standar dapat dikatakan sebagai tarian klasik. Tersedianya materi tari sebagai materi pembelajaran khusus untuk pembelajaran di TK masih amat kurang. Hal ini cukup dapat dimaklumi karena masih sedikit masyarakat (senimam tari) yang tergerak untuk membuat materi tari 35 untuk anak TK, demikan pula guru-guru TK yang berlatar belakang seni lebih khusus berbekal keseni tarian masih sangat kurang kalaupun ada hanya sedikit jumlahnya. Padahal melalui kegiatan pembelajaran tari anak mendapat perangsangan musik dan gerak, perangsangan musik dan gerak ini akan menambah semakin cerdas bagi anak tersebut. Selaian hal tersebut bahwa dalam kegiatan pembelajaran tari amat sarat dengan nilai-nilai filosofis dan budaya yang dapat dijadikan ajang penumbuhkembangan kecerdasan anak. Pembelajaran tari juga memiliki nilai gotong royong (kerjasama), kejujuran, tenggang rasa, cinta kasih, dan lain-lain nilai positif lainnya saat ini sudah amat susah dijumpai. Kegiatan pembelajaran tari akan lebih tepat dan efektif jika dalam pemilhan materi tarinya didasarkan pada tema. Sebab tema dalam pembelajaran tari di TK memberi bingkai sehingga memudahakan anak dalam penguasaan materi. Demikian pula bagi guru yang mengajar member kemudahan dalam menentukan setiap materi. Oleh karena itu, peneliti amat tertarik dan merasa bertanggungjawab untuk mengangkat hal ini ke permukaan dengan berupaya mengembangkan materi tari untuk anak TK. Pengembangan materi disesuikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu tari. Karena sampai saat ini, belum ada kesepakatan definisi tentang tari baik kalangan seniman tari, guru tari, maupun apresiator tari. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa definisi tari yang ada seperti yang dikemukakan oleh Curt Sahck dalam Soedarsono (1986:81) bahwa tari adalah gerak yang ritmis. Menurut Rohkyatmo (1986:74) yang dikatakan tari pada hakekatnya gerak ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa manusia. Pendapat lainnya adalah sebagaimana yang dikemukakan Admadibrata(1986:186) bahwa tari untuk menyampaikan suatu peristiwa atau beberapa peristiwa melalui media gerak, sedang Corre Hartong dalam Soedarsono(1986:83) mengemukakan bahwa tari adalah gerak yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. Definisi ini memberi penekanan bahwa unsur utama tari adalah gerak dari anggota badan manusia yang dibentuk dan ritmis. Senada dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh Benny(1986:241) bahwa tari adalah gerakan yang sengaja dibentuk melalui tubuh. Menurutnya gerak tubuh manusia merupakan materi utama dalam penggarapan sebuah tari. Pendapat ini diperkuat oleh Sal Murgiyanto(1986:23) yang mengemukakan bahwa bahan baku tari adalah gerak tubuh manusia yang dilakukan untuk mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang, dengan harapan untuk mendapatkan tanggapan orang lain. Untuk itu gerak tari sebagai gerak yang indah untuk mewujudkan pengalam-pengalam tidak hanya untuk dinikmati sendiri tetapi untuk dimengerti dan dihayati orang lain. Soedarsono mendefinisikan tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah (1986:83). Seorang ahli tari Jawa Pangeran Soerjodiningrat mendefinisikan tari adalah gerak dari tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu (1986:83). Bila dicermati pendapat Sorjodiningrat ada tiga elemen dalam tari, pertama tubuh manusia, kedua selaras dengan irama musik, dan ketiga mengandung maksud tertentu. Ketiga tersebut dapat dimaknai sebagai elemen wiraga, wirama, dan wirasa. 36 Bertolak dari beberapa definisi tari tersebut, penulis menyimpulkan bahwa yang dikatan tari adalah gerak indah yang digerakkan oleh anggota tubuh manusia yang mempunyai maksud dan sesuai dengan iringan musik pengiring. Tari tidakhanya untuk dinikmati, tetapi juga perlu dipelajari sebagai ujud dalam upaya melestarikan, pengembangan dan juga untuk memupuk bakat. Telah diketahui bersama bahwa pembelajaran yang berasal dari kata belajar mempunyai arti mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang diperoleh dari seseorang yang lebih mengerti dan mengetahui akan sebuah bahan atau materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel (tt:13) yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan. Ia juga mengatakan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas. Belajar menurut Whittaker (tt:13) “as the prosess by which behaviour organetes or is altered through training or experience”. Menurut pendapatnya belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman. Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Cronbach dalam Kusnadi (2005:5) bahwa learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. Belajar ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Menurut Kingsley dalam Kusnadi learning is the process by which behavioer (in the broader sense) is organited or changed through practice or training. Menurut pendapat ini belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan. Pada hakekatnya dengan belajar akan terjadi perubahan. Perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang secara nampak dalam perilaku nyata atau yang masih tersembunyi, mungkin juga perubahan itu berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Partini (1980:48) mengatakan pada prinsipnya belajar adalah perubahan dari seseorang, perubahan itu dapat berujud pengertian-pengertian, dapat pula berupa kecakapan, kebiasaan, dan sikap. Perubahan itu diperoleh setelah seseorang melakukan. Pendapat Partini menunjukan bahwa wujud perubahan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik yang baru maupun penyempurnaan yang telah ada. Perubahan tersebut juga karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut Kusnadi (2005:12-13) belajar adalah aktivitas yang dilakukan sebagai usaha dalam kegiatan yang menghasilkan perubahan kemampuan baru maupun penyempurnaan. Hasil belajar dapat berupa keterampilan motorik. Menurut Winkel (tt:53) belajar keterampilan motorik melalui beberapa fase, yaitu fase kognitif, fase fiksasi, dan fase otomatisme. Belajar menari termasuk belajar yang mengutamakan keterampilan motorik, karena pada fase kognitif anak dituntut mengetahui jenis keterampilan. Keterampilan dalam belajar menari berupa melakukan gerak-gerak anggota tubuh, sedang keterampilan dalam belajar karawitan (musik jawa) dituntut keterampilan memainkan instrumen gamelan. Belajar menggambar dituntut keterampilan dalam menggoreskan pensil, kuas, atau sejenisnya. Setelah paham jenis keterampilan yang dikuasai, kemudian fase fiksasi. Fase fiksasi anak dituntut untuk melakukan latihan. Latihan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah diketahui. Pada fase otomatisme anak dalam melakukan gerak tari sudah berjalan dengan lancar. Dari ke tiga fase tersebut penekanan untuk belajar keterampilan motorik adalah untuk 37 menjadikan anak secara otomatis dalam melakukan gerak tari. Untuk dapat mencapai fase otomatisme diperlukan latihan secara terus menerus dan berkelanjutan. Berdasarkan fase kognitif, fase fiksasi, dan fase otomatisme, dapat disimpulkan bahwa belajar menari dapat dikategorikan pada jenis belajar keterampilan motorik, karena aspek yang paling diutamakan pada pembelajaran tari adalah aspek psikomotor. Jenis belajar keterampilan motorik, memberikan penekanan terbentuknya otomatisme pada anak, yaitu dalam melakukan gerak tari dituntut berjalan secara lancar, teratur, luwes tanpa disertai pikiran berkaitan dengan apa yang harus dilakukan serta mengapa hal tersebut dilakukan. Semakin sering melakukan latihan, akan semakin terbentuk otomatisasi. Berbicara tentang anak, tidak bisa lepas dengan pentingnya layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Berkenaan dengan layanan pendidikan untuk anak telah disepakati untuk diangkat sebagai salah satu program prioritas bagi setiap negara. Napitupulu (2002:32) menjelaskan pendidikan untuk anak dini usia telah menjadi perhatian dunia internasional. Akan tetapi kenyataan yang ada di Indonesia menurut Fasli (2002:4) perhatian terhadap pendidikan bagi anak dini usia masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN seperti Singapura, Malaisia, Thailan, dan Brunai Darusalam. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan anak dini usia masih sangat rendah serta pada umumnya mereka berpandangan bahwa pendidikan identik dengan sekolah, sehingga pendidikan bagi anak dini usia dipandang belum perlu (2002:5). Hal sama dikemukakan oleh Nurlaila (2004:13) yang mengatakan bahwa sebagian besar masyarakat berpandangan bahwa memberikan pendidikan (PADU) cukup dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang pendidikan anak dini usia. Bruner dan Donalson (2002:28) dari telaahnya menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak yang paling awal. Berkenaan dengan anak TK, banyak pakar yang mengingatkan bahwa usia TK merupakan masa keemasan bagi perkembangan kecerdasan anak. Benyamin S. Blom yang dikutip Gotama (2002:v) mengatakan bahwa pada usia 4 tahun kapasitas kecerdasan anak telah mencapai 50% dan pada usia 8 tahun telah mencapai 80%. Hal senada dikemukakan oleh Djalal (2002:5), bahwa perkembangan kecerdasan anak terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% kapasitas kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun. Bahkan menurut Hidayat (2002:9) bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak perlu diperhatikan sejak dalam rahim seorang ibu sampai usia sekitar 6 tahun, karena investasi pembangunan manusia pada usia dini merupakan investasi yang amat penting bagi pembangunan sumberdaya manusia berkualitas di masa mendatang. Semiawan (2002:18) menjelaskan, pada waktu manusia lahir intelegensi yang bersumber dari otak, secara genitis (potensial) strukturnya telah ditentukan dan memiliki 100 sampai 200 milyard neuron sel otak. Neuron tersebut siap mengelola beberapa trilyun informasi. Namun otak itu dapat berfungsi sangat ditentukan lingkungan memperlakukan individu anak. Intelegensia diperpecaya datang dari interaksi antara bawaan genetik dan lingkungan di mana seseorang tumbuh dan berkembang (Akil Mala, 2002:35). 38 Lebih lanjut Semiawan menjelaskan bahwa otak manusia terdiri dari dua belahan otak kiri dan kanan. Belahan otak kiri mempunyai fungsi, ciri, dan respon untuk berfikir logis, teratur, dan linier, sedang belahan fungsi otak kanan terutama dikembangkan untuk mampu berfikir holistic, imajinatif, dan kreatif. Menurut Lily (2002:23) struktur otak mempunyai dua hemisphere yaitu kiri dan kanan. Setiap area otak akan berkembang dalam urutan yang dapat diperhitungkan sehingga dapat ditentukan waktu-waktu prima (window of opportunity) suatu kepandaian tertentu berkembang di otak seorang anak. Lily juga menegaskan hal yang penting diperhatikan bahwa otak anak dua setengah kali lipat lebih aktif dari pada orang dewasa. Dengan keaktifan yang begita pesat maka perlu dimanfaatkan secara optimal. Dengan berpedoman adanya waktu-waktu prima, menurut Lily perkembangan motorik terjadi pada 4 tahun pertama kehidupan anak. Perkembangan motorik dapat dirangsang dengan gerak dan musik. Semakin sering anak berlatih gerakan-geran maka synapsis-sinapsis dalam otak akan cepat terhubung. Demikian pula dalam hal musik. Perlu diketahui bahwa antara musik dan tari tidak dapat dipisahkan. Dengan demikian ketika anak berlatih menari, secara otomatis anak-anak mendapatkan kesempatan dan pengalaman mendengarkan musik. Mereka mulai proses belajar mengenai irama, melodi, dan pada akhirnya berlatih mengembangkan keterampilan motorik. Keterampilan motorik yang dapat dilihat pada anak yang belajar tari dan musik, anak-anak secara alamiah akan bereaksi terhadap musik dan seringkali secara spontan akan menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik yang didengar. Musik juga menjadi ajang sosial untuk berbagi dengan orang lain, sehingga keterampilan sosialnya juga terbentuk. Selain keterampilan motorik, dan sosial, musik merupakan alat efektif untuk belajar bahasa. Selain itu, melalui musik yaitu “dari lagu biasanya anak-anak mudah menangkap sebuah pesan”. Oleh karena itu menjadi semakin sempurna, bila dalam pembelajaran seni tari yang menggunakan musik berisi lagu anak-anak bermuatan budi pekerti. Rahmitha (2002:34) menjelaskan bahwa usia dini merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak di masa depannya. Pada usia dini ini stimulasi yang proposional perlu diberikan kepada anak sehingga memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Rahmitha (2002:35) juga menjelaskan bahwa pendidikan anak TK adalah bentuk pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, bentuk pembelajaran bagi anak seharusnya dalam bentuk yang menyenangkan, tanpa ada beban bagi anak yang dapat menciptakan hambatan bagi anak dalam mengikuti pendidikan di masa-masa selanjutnya. Selanjutnya menurut Soemiarti (2002:36) pembinaan anak usia 0 sampai 8 tahun sangat penting, karena anak usia dini memiliki multi dimensi yaitu terdiri dari kesehatan, gizi, psikososial/pendidikan (perkembangan fisik, gerak, kecerdasan, sosial-moral), ekonomi, hak asasi manusia, hokum, dan sebagainya. Mengingat tahun-tahun awal kehidupan anak ikut menentukan kepribadian anak, maka diperlukan pemberian bekal yang optimal dengan memberdayakan beberapa potensi yang dimiliki anak. Menurut Rachman (2002:51) ada lima potensi yang perlu dikembangkan pada anak agar tumbuh secara seimbang dan optimal yaitu, potensi spiritual, potensi perasaan, potensi akal, potensi sosial, dan potensi jasmani. 39 Rachman lebih jauh menjelaskan bahwa potensi spiritual antara lain mampu menghadirkan Tuhan/keimanan dalam setiap kegiatan, kegemaran berbuat untuk Allah, disiplin beribadah, sabar berupaya, dan berterima kasih/bersyukur atas pemberian Allah pada kita. Potensi perasaan juga sering disebut potensi emosi. Halhal yang perlu dibangun dalam potensi perasaan tersebut adalah mengendalikan emosi, mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat, dan berkepribadian stabil. Potensi akal adalah kemampuan berhitung, kemampuan verbal, kemampuan spisialis, kemampuan membedakan, dan kemampuan membuat daftar prioritas. Potensi sosial adalah senang berkomunikasi, senang menolong, senang berteman, senang membuat orang lain senang, dan senang bekerja sama. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan potensi jasmani adalah sehat secara medis, tahan cuaca, dan tahan bekerja keras. Pelatihan-pelatihan jasmani ditekankan pada koordinasi gerakan tubuh, misal menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan dalam meningkatkan Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar (Martini, 2003:6). Masa perkembangan anak TK merupakan periode awal dari perkembangan setiap individu. Langeveld dalan Napitupulu (2001) mengatakan bahwa manusia adalah “animal educandum” atau hewan yang dapat dididik, jadi jika anak itu tidak dididik, maka ia akan tetap sama dengan monyet atau hewan lainnya, artinya tiada perubahan tingkahlaku dan ia akan mendasarkan segala tindak-tanduknya melulu atas dasar naluri (instinct). Oleh karena itu, pendidikan yang diikutinya merupakan pendidikan awal yang akan mendasari pendidikan-pendidikan berikutnya (Ishak Abdulhak, 2002:43). Menurut Rohidi (2000:160) Anak-anak merupakan manusia yang telah mengalami proses pembentukan budaya. Mereka merupakan manusia yang juga telah terlatih untuk dapat berbicara dengan orang lain dengan penguasaan bahasa tertentu; manusia yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan tertentu; manusia yang mempunyai pengetahuan tertentu, terutama mengenai lingkungan dekat masingmasing. Anak, betapapun sangat muda usia hidupnya, telah mempunyai nilai-nilai tertentu yang dijadikan pedoman dalam bertindak, dan pedoman dalam menanggapi banyak hal yang dihadapinya. Anak tidak belajar menggunakan aturan-aturan tertentu sebagai pegangan dalam pergaulan dengan orang lain; aturan-aturan yang menyatakan hak dan kewajiban masing-masing. Anak telah mempunyai cara berpikir tertentu yaitu cara berpikir sesuai dengan kebudayaan di lingkungnnya. Pendidikan bagi anak usia dini merupakan basis penentu atau pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam kehidupan bangsa (Suara Merdeka, 2008:7) Pembentukan karakter bangsa dan kehandalan sumberdaya manusia sangat ditentukan bagaimana pendidikan sejak anak usia dini (Damanhuri Rosadi, 2002: 47). Lebih lanjut Damanhuri menjelaskan bahwa anak, yang merupakan subyek sentral yang memiliki potensi, bakat, minat yang harus dikembangkan di dalam suasana penuh kasih sayang, aman, mendapat rangsangan dan kesempatan serta peluang yang besar untuk mengembangkan potensi sepenuhnya. Pentingnya memberikan layanan bagi anak usia dini sebagaimana tercantum dalam naskah akademik kurikulum Program D2 PGTK (2000). Pertama, fungsi adaptasi dan sosialisasi, yakni berperan dalam membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuikan diri dengan keadaan dalam dirinya dan juga membantu anak agar ia memiliki keterampilan- 40 keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulannya di masyarakat. Kedua fungsi pengembangan, yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Setiap unsur potensi yang dimiliki oleh anak membutuhkan suatu situasi dan lingkungan yang dapat menumbuhkembangkan potensi tersebut ke arah perkembngan yang optimal sehingga menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri dan lingkunganya. Ketiga fungsi bermain, yakni peran pendidikan anak usia dini dalam memberi kesempatan pada anak untuk bermain. Melalui bermain anak akan senang dan gembira mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Keempat, fungsi ekonomik yakni bahwa pendidikan yang terencana pada anak usia dini merupakan investasi jangka panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya. Secara ekonomik, investasi yang ditanamkan berupa sikap, perilaku dan berbagai fungsi mental pada anak usia dini akan menjadi penopang kokoh bagi pertumbuhan dan perkembangan di masa berikutnya. Arti kata lain dengan pondasi yang kokoh anak-anak akan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang akan dihadapinya. Oleh karena itu, mengingat pentingnya mempersiapkan pendidikan sedini mungkin pada anak usia dini maka diperlukan perencanaan yang matang untuk pendidikan anak usia dini, termasuk dalam hal ini perencanaan di bidang pembelajaran seni tari. B. Pengembangan Tari Bertema Hewan Tari Kelinci Tema Hewan Indikator Mengikuti gerak tari sederhana Hitungan/ Syair Lagu Kelinciku kelinciku kau manis sekali Materi Uraian gerak Melompat kian kemari sepanjang hari Aku ingin menemani sepulang sekolah Dua ibu jari menempel di kepala, melengkah ke kanan dan ke kiri sambil menggelengkan kepala Dua ibu jari menempel di kepala, dua kaki melompat ke kanan dan ke kiri Dua tangan mendekap dada, badan digoyang ke Keterangan Tempo cepat, sedang, dan lambat dibentuk oleh music pengiring yang ada. Pemilihan materi tari dengan tema lingkunganku sub tema (binatang peliharaan keluarga). Bagi anak selain dapat melakukan gerak tari sederhana juga penanaman konsep (misal: kelinci, lompat, pulang sekolah, teman, dll).yang berada dalam sair ke dalam sebuah gerak. 41 Bersamamu lagi menari-nari 1. Tari Ayam Jantan Indikator Mengikuti gerak tari sederhana Materi Hitungan/ Syair Uraian Lagu gerak Kukukukuruyuk Jalan begitulah memutar bunyinya dua tangan di belakang punggung Kakinya bertanduk hewan apa namanya Kuku kukuruyuk begitulah bunyinya Kakinya bertanduk ayam jantan namanya 2. kanan dan kekiri Dua tangan membuka kaki jalan ke depan dan berputar Keterangan Tempo mengikuti iringan lagu. Pemilihan materi tari dengan tema lingkunganku sub tema (binatang peliharaan keluarga). Indikator mengikuti gerak tari sederhana. Sebagai apresiasi dan ekspresi dengan mengikuti gerak tari sederhana. Menanamkan konsep pada anak berkaitan dengan ayam jantan dan berlatih melakukan berbagaimacam gerak sderhana dengan mengikuti sair lagu. Jalan memutar dua tangan di belakang punggung Jalan memutar dua tangan di belakang punggung Jalan memutar dua tangan di belakang punggung Tari Jaranan (Kuda Kepang) Indikator Hitungan/ Syair Lagu Mengikuti gerak tari dengan irama musik Intro Materi Uraian gerak Dua tangan memegang kuda kepang posisi di depan muka diayunkan ke samping kanan Keterangan Tempo mengikuti sair lagu. Pemilihan materi tari dengan tema binatang peliharaan. Nama tarian Jaranan (Kuda Kepang). Memberi apresiasi 42 dan kiri. Kaki berjalan membuat lingkaran Jaranan jaranan jarane jaran teji Sing nunggang dara bei Sing ngiring para mantri Jek-jek nong jekjeknongJekjek nurut lurung Gedebug krincing gedebug krincing Jek-jek gedebug jeder Jaranan jaranan jarane jaran teji Sing nunggang dara bei Sing ngiring para mantri Jek-jek nong jekjekno Jekjek nurut lurung Gedebug krincing gedebug krincingJekjek gedebug Posisi naik kuda dua tangan memegang kepala kuda kepang kaki berjalan berputar Tangan kiri tetap memegang kepala kuda kepang tangan kanan memutar-mutar pecut Tangan kiri tetap memegang kepala kuda kepang tangan kanan memutar-mutar pecut Dua tangan memegang kepala kuda kepang kaki kanan jangkah samping kiri dan samping kanan Melompat ke depan melompat ke belakang Jangkah samping kiri jangkah samping kanan kemudian melompat di tempat tangan kanan mecut Posisi naik kuda dua tangan memegang kepala kuda kepang kaki berjalan berputar Posisi naik kuda dua tangan memegang kepala kuda kepang kaki berjalan berputar Melompat ke depan melompat ke belakang Melompat ke depan melompat ke belakang Jangkah samping kiri jangkah pada anak berkaitan dengan kesenian tradisi dan mengekspresikan dengan gerak tari yang diiringi musik, memberi kesan yang mendalam khususnya bagi anak lelaki. 43 jeder 3. samping kanan kemudian melompat di tempat tangan kanan mecut Tari Menthok Indikator Menggerakkan kepala, tangan, dan kaki sesuai irama musik (menari “Menthok”) Hitungan/ Syair Lagu Mentok mentok Materi Uraian gerak Mentok mentok Takkandani Mung rupamu angisinngisni Bokya aja ngetok ana kandang wae Enak enak ngorok ora nyambut gawe Mentok mentok Mung lakumu megal megol gawe guyu Jari tangan kanan di atas jari tangan kiri, badan merendah, kaki kanan di depan kaki kiri Jari tangan kiri di atas jari tangan kanan, badan merendah Tangan kiri di pinggang tangan kanan mengacungkan telunjuk Dua tangan ukel di depan muka, badan turun naik Dua tangan di lipat depan dada Dua tangan di lipat depan dada, badan turun naik Jalan putar dua tangan di pinggang Keterangan Pemilihan materi tari dengan tema binatang. Indikator menggereakkan kepala, tangan dan kaki dikemas dalam sebuah tari menthok sangat tepat untuk anak TK, sebagai kegiatan apresiasi dan ekspresi dalam tari. 44 4. Tari Gajah Melin Indikator Pratek menari, nama tarian tari: Gajah Melin. Hitungan/ Syair Lagu gajah belang asale saka Palembang, Materi Uraian gerak ngendikane simbah bapak ibu guru, tanah Palembang pulau Sumatra tanahe, plau sisih kulon wilayah Indonesia, gajah kuwi gedene ngedap-edapi, sikil bumbung irung dawa kuping amba, kopat kapit buntut amung sak ceprit, awak kaya lumbung yen nesu gawe bingung Posisi badan membungkuk dua tangan lurus ke bawah digerakkan samping kiri dan kanan Berjalan ke depan kemudian membungkukan badan Jalan samping kanan, kembali samping kiri dengan melambailambaikan dua tangan Jalan cinjit berputar Keterangan Pemilihan materi tari dengan tema binatang, nama tarian tari: Gajah Melin. Gerak-gerak tari gajah melen memiliki fareasi dan kombinasi irama yang sangat kompleks, hal ini melatih kepekaan gerak dan irama pada anak. Badan membungkuk, dua tangan lurus ke bawah badan berputar Posisi berdiri dua tangan di pinggang, kaki diayun ke depan bergantian kanan dan kiri Kaki kanan jinjit letakkan di belakang kaki kiri, badan memutar ke kanan dua tangan samping telinga. Lari memutar DAFTAR PUSTAKA Akil, M., Mala, ”Fungsi strategis Sarana Pembelajaran Dalam Pendidikan Anak Dini Usia”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. 45 Benny, C.J., ”Cara-cara Pencatatan Tari Tradisi di Jawa Barat”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian,1986. Depdiknas, Profil TAMAN KANAK-KANAK (TK) Pembina, Jakarta 1999 Djalal, Fasli, ”Pendidikan Anak Dini Usia, Pendidikan yang Mendasar”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Gutama. Pengantar Direktorat PADU”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Hidayat, Syarif, ”Pengembangan Anak Dini Usia Memerlukan keutuhan”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Jalal, Fasli, ”Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan Anak Dini Usia” dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002. Matthew B.Miles, A. Michael Huberman, ”Analisis Data Kualitatif”, Penerjemah Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia Press. Nurlaila N.Q.,Mei Tientje dan H., Yul Iskandar, PADU Untuk Mengembangkan Multipel Inteligensi, Jakarta: Dharma Graha Group, 2004. Padmonodewa, Soemiarti, ”Pengembangan Anak Dini Usia, Beberapa Model yang Ada” dalam, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, 2002. Parani, Yulianti, ”Penari sebagai sumberdaya dalam Penata Tari”, dalam, Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986. Rachman, Arif, ”Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini” dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002. Rilantono, Lily I., ”Konsep pengasuhan dan Pengembangan Anak Dini Usia”, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, 2002. Rohidi, T. R., Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan, STSI Bandung, Bandung, 2000. Rohidi, R. Tjetjep. ”Pendidikan Seni Sebagai Tradisi Pemuliaan Kemanusiaan: Refleksi Paradigmatik dalam Konteks Kebudayaan”.Makalah.Disajikan Pada Seminar nasional “Globalisasi dan Lokaliti dalam Pendidikan Seni” 18-19 Mei 2004. Universitas Sultan Idris, Perak, Malaysia. Sairin, Safri, “Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Catatan Singkat” Makalah. Disampaikan Pada Pelatihan Penulisan Proposal Universitas Negeri Semarang 20 Juli 2004. Sediono, et al. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Kerjasama Depdiknas, UNESCO, UNICEF dan Nzaid. 2003 Sdyawati, Edi, ”Yang Tersampaikan Oleh Tari”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986. Sdyawati, Edi, ”Tari Sebagai Salah Satu Pernyataan Budaya”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986. 46 Semiawan, R., Cony, ”Pendidikan Anak Dini Usia Belajar Melalui Bermain”, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002. Semiawan, R., Conny, ”Menuju Pendidikan Multikultural”, Makalah, 2004. Soedarsono, ”Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari” dalam, Pengetahuan Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian. 1986. Soendjojo, Rahmitha P., ”Pendidikan Anak Dini Usia Hak Semua Anak” dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002. Yufiarti, ”Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Indonesia”, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia. 2002.