BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Alasan Sampai saat ini

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang dan Alasan
Sampai saat ini, sebagian besar masyarakat dan guru masih sangat kurang
memahami tentanga tari lebih khusus pendidikan tari.
Selain hal tersebut masih
kurang penghargaan terhadap prestasi anak dalam bidang seni seni tari. Oleh sebab itu
pelaksanaan pembelajaran tari khususnya di Taman Kanak-kanak tidak berjalan
dengan maksimal.
Padahal pembelajaran tari bagi anak memberikan kesenangan, hiburan, sebagai
sarana apresiasi, dan juga memberikan kebanggaan bagi anak yang berprestasi.
Pembelajaran tari selain hal tersebut juga melatih berpikir kritis. Bagi anak sejak kecil
sebenarnya telah melakukan sesuatu yang didasari dengan berpikir kritis. Hal ini
ditandai dengan aktivitas yang selalu mencari dan mencari kebenaran dalam bertutur,
bertindak, dan lain-lain. Hal tersebut terus berlangsung meningkat seiring dengan
bertambahnya usia anak. Kekritisan berpikir anak ini akan sangat baik jika terus
distimulasi khususnya oleh orang dewasa orang tua dan pendidik.
Aristoteles seorang filsuf yang mengatakan bahwa kebenaran dapat ditemukan
melalui kenyataan secara empiris telah mengilhami penulis untuk mengidentifikasi
kegiatan berkesenitarian sebagai wujud pencarian kebenaran melalui pengalaman
berapresiasi menuju keutuhannya sebagai manusia dewasa kelak.
Peneliti akan
mencoba mengidentifikasi tari tradisi secara empiris sesuai dengan kebutuhan dengan
tahapan perkembangan usia anak. Tari tradisi tersebut akan dianalisis ditinjau dari
kelompok kecerdasan jamak.
Sebagaimana
diakui oleh para ahli pendidikan anak yang diilhami oleh
pemikiran para filosof, seni sebagai dasar pembentukan kepribadian. Melalui berseni
merupakan
hal
yang
amat
penting
bagi
anak
karena
merupakan
ajang
penumbuhkembangan segala potensi yang ada dalam diri anak. Pendapat ini tentu
tidak diragukan kebenarannya. Namun, hal ini belum tentu disadari sepenuhnya oleh
para pendidik dan orang dewasa/orang tua pada umumnya. Artinya anak yang
melakukan aktivitas berseni dianggap sebagai hal kodrati dan tak perlu arahan dan
bimbingan orang dewasa. Padahal keterlibatan orang dewasa yang dengan sengaja
1
2
menstimulasi aktivitas berkesenitarian anak akan lebih mengoptimalkan manfaat seni
bagi perkembangan kecerdasan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Mempelajari tari dengan manfaat yang tidak terhingga bagi perkembangan
kecerdasan anak bentuknya dapat bermacam-macam. Ada menari yang semata-mata
menekankan pada segi hiburan, namun ada pula yang lebih dari pada itu yaitu menari
yang dapat melatih dan mengembangkan berbagai macam kecerdasan. Ada menari
yang hanya menekankan pada aktivitas tari itu sendiri, namun ada pula yang
menggunakan media tambahan misalnya media tembang ataupun unsur-unsur musik.
Tari yang telah memiliki pola dan sudah menjadi suatu bentuk yang standar dapat
dikatakan sebagai tarian klasik.
Tersedianya materi tari sebagai materi pembelajaran khusus untuk
pembelajaran di TK masih amat kurang.
Hal ini cukup dapat dimaklumi karena
masih sedikit masyarakat (senimam tari) yang tergerak untuk membuat materi tari
untuk anak TK, demikan pula guru-guru TK yang berlatar belakang seni lebih khusus
berbekal keseni tarian masih sangat kurang kalaupun ada hanya sedikit jumlahnya.
Padahal melalui kegiatan pembelajaran tari anak mendapat perangsangan
musik dan gerak, perangsangan musik dan gerak ini akan menambah semakin cerdas
bagi anak tersebut. Selaian hal tersebut bahwa dalam kegiatan pembelajaran tari amat
sarat dengan nilai-nilai filosofis dan budaya yang dapat dijadikan ajang
penumbuhkembangan kecerdasan anak. Pembelajaran tari juga memiliki nilai gotong
royong (kerjasama), kejujuran, tenggang rasa, cinta kasih, dan lain-lain nilai positif
lainnya saat ini sudah amat susah dijumpai.
Kegiatan pembelajaran tari akan lebih tepat dan efektif jika dalam pemilhan
materi tarinya didasarkan pada tema. Sebab tema dalam pembelajaran tari di TK
memberi bingkai sehingga memudahakan anak dalam penguasaan materi. Demikian
pula bagi guru yang mengajar member kemudahan dalam menentukan setiap materi.
Oleh karena itu, peneliti amat tertarik dan merasa bertanggungjawab untuk
mengangkat hal ini ke permukaan dengan berupaya mengembangkan materi tari untuk
anak TK.
Pengembangan materi disesuikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak. Materi tari akan diujicobakan di TK Negeri Pembina Kecamatan
Plantungan Kabupaten Kendal.
3
Rumusan Masalah
Setelah mencermati latar belakang di atas rumusan masalah utama dalam
penelitian ini adalah ingin menemukan bentuk materi ajar tari untuk anak TK yang
mengacu pada tema. Sub rumusan masalahnya adalah tema-tema apa saja yang dapat
sebagai pijakan untuk mengembangkan materi tari sebagai bahan ajar Anak TK?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan: ingin mengembangkan materi tari yang mengacu
pada tema sebagai bahan ajar di TK
Keluaran Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara praktis maupun teoretis.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
1. Bagi penulis sebagai bahan refleksi untuk mengupayakan perbaikan pembelajaran
tari bagi anak khususnya pembuatan materi yang berdasarkan pada tema.
2. Untuk Guru Taman Kanak-kanak sebagai bahan dalam memberikan pelajaran seni
tari.
3. Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Taman Kanak-kanak dan PGSD sebagai
salah satu bahan ajar tari dalam mempersiapkan diri menjadi guru.
Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat :
1. Sebagai bahan untuk merumuskan bentuk materi tari yang berdasarkan pada tema
yang lain.
2. Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan memperkaya jumlah materi tari untuk
anak yang dapat dipakai sebagai acuan penelitian pada bidang ilmu yang sejenis.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Tari
Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu tari. Karena sampai saat ini, belum ada
kesepakatan definisi tentang tari baik kalangan seniman tari, guru tari, maupun
apresiator tari. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa definisi tari yang ada seperti
yang dikemukakan oleh Curt Sahck dalam Soedarsono (1986:81) bahwa tari adalah
gerak yang ritmis.
Menurut Rohkyatmo (1986:74) yang dikatakan tari pada
hakekatnya gerak ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa manusia. Pendapat lainnya
adalah sebagaimana yang dikemukakan Admadibrata(1986:186) bahwa tari untuk
menyampaikan suatu peristiwa atau beberapa peristiwa melalui media gerak, sedang
Corre Hartong dalam Soedarsono(1986:83) mengemukakan bahwa tari adalah gerak
yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang.
Definisi ini memberi
penekanan bahwa unsur utama tari adalah gerak dari anggota badan manusia yang
dibentuk dan ritmis.
Senada dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh
Benny(1986:241) bahwa tari adalah gerakan yang sengaja dibentuk melalui tubuh.
Menurutnya gerak tubuh manusia merupakan materi utama dalam penggarapan sebuah
tari. Pendapat ini diperkuat oleh Sal Murgiyanto(1986:23) yang mengemukakan
bahwa bahan baku tari adalah gerak tubuh manusia yang dilakukan untuk
mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang, dengan harapan untuk
mendapatkan tanggapan orang lain. Untuk itu gerak tari sebagai gerak yang indah
untuk mewujudkan pengalam-pengalam tidak hanya untuk dinikmati sendiri tetapi
untuk dimengerti dan dihayati orang lain.
Soedarsono
mendefinisikan
tari
sebagai
ekspresi
diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah (1986:83).
jiwa
manusia
yang
Seorang ahli tari Jawa
Pangeran Soerjodiningrat mendefinisikan tari adalah gerak dari tubuh manusia yang
disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu (1986:83). Bila
dicermati pendapat Sorjodiningrat ada tiga elemen dalam tari, pertama tubuh manusia,
kedua selaras dengan irama musik, dan ketiga mengandung maksud tertentu. Ketiga
tersebut dapat dimaknai sebagai elemen wiraga, wirama, dan wirasa.
5
Bertolak dari beberapa definisi tari tersebut, penulis menyimpulkan bahwa yang
dikatan tari adalah gerak indah yang digerakkan oleh anggota tubuh manusia yang
mempunyai maksud dan sesuai dengan iringan musik pengiring.
B. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran yang berasal dari kata belajar mempunyai arti mengumpulkan
sejumlah pengetahuan yang diperoleh dari seseorang yang lebih mengerti dan
mengetahui akan sebuah bahan atau materi. Hal ini sejalan dengan pendapat Winkel
(tt:13) yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan. Ia juga mengatakan
bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, dan nilai
sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar menurut Whittaker (tt:13) “as the prosess by which behaviour
organetes or is altered through training or experience”. Menurut pendapatnya belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman.
Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Cronbach dalam Kusnadi (2005:5)
bahwa learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. Belajar
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman.
Menurut
Kingsley dalam Kusnadi learning is the process by which behavioer (in the broader
sense) is organited or changed through practice or training. Menurut pendapat ini
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan.
Pada hakekatnya dengan belajar akan terjadi perubahan. Perubahan itu dapat
berupa sesuatu yang baru yang secara nampak dalam perilaku nyata atau yang masih
tersembunyi, mungkin juga perubahan itu berupa penyempurnaan terhadap hal yang
sudah dipelajari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Partini (1980:48) mengatakan
pada prinsipnya belajar adalah perubahan dari seseorang, perubahan itu dapat berujud
pengertian-pengertian, dapat pula berupa kecakapan, kebiasaan, dan sikap. Perubahan
itu diperoleh setelah seseorang melakukan.
Pendapat Partini menunjukan bahwa
wujud perubahan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik yang baru
maupun penyempurnaan yang telah ada. Perubahan tersebut juga karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut Kusnadi (2005:12-13)
6
belajar adalah aktivitas
yang dilakukan sebagai usaha dalam
kegiatan yang
menghasilkan perubahan kemampuan baru maupun penyempurnaan.
Hasil belajar dapat berupa keterampilan motorik.
Menurut Winkel (tt:53)
belajar keterampilan motorik melalui beberapa fase, yaitu fase kognitif, fase fiksasi,
dan fase otomatisme.
Belajar menari termasuk belajar yang mengutamakan
keterampilan motorik, karena pada fase kognitif anak dituntut mengetahui jenis
keterampilan. Keterampilan dalam belajar menari berupa melakukan gerak-gerak
anggota tubuh, sedang keterampilan dalam belajar karawitan (musik jawa) dituntut
keterampilan memainkan instrumen gamelan.
Belajar menggambar dituntut
keterampilan dalam menggoreskan pensil, kuas, atau sejenisnya. Setelah paham jenis
keterampilan yang dikuasai, kemudian fase fiksasi. Fase fiksasi anak dituntut untuk
melakukan latihan. Latihan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah diketahui.
Pada fase otomatisme anak dalam melakukan gerak tari sudah berjalan dengan lancar.
Dari ke tiga fase tersebut penekanan untuk belajar keterampilan motorik adalah untuk
menjadikan anak secara otomatis dalam melakukan gerak tari. Untuk dapat mencapai
fase otomatisme diperlukan latihan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Berdasarkan fase kognitif, fase fiksasi, dan fase otomatisme, dapat disimpulkan
bahwa belajar menari dapat dikategorikan pada jenis belajar keterampilan motorik,
karena aspek yang paling diutamakan pada pembelajaran tari adalah aspek
psikomotor. Jenis belajar keterampilan motorik, memberikan penekanan terbentuknya
otomatisme pada anak, yaitu dalam melakukan gerak tari dituntut berjalan secara
lancar, teratur, luwes tanpa disertai pikiran berkaitan dengan apa yang harus dilakukan
serta mengapa hal tersebut dilakukan.
Semakin sering melakukan latihan, akan
semakin terbentuk otomatisasi.
C. Pendidikan Bagi Anak Taman Kanak-kanak
Berbicara tentang anak, tidak bisa lepas dengan pentingnya layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Berkenaan dengan layanan
pendidikan untuk anak telah disepakati untuk diangkat sebagai salah satu program
prioritas bagi setiap negara. Napitupulu (2002:32) menjelaskan pendidikan untuk anak
dini usia telah menjadi perhatian dunia internasional. Akan tetapi kenyataan yang ada
di Indonesia menurut Fasli (2002:4) perhatian terhadap pendidikan bagi anak dini usia
7
masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN seperti
Singapura, Malaisia, Thailan, dan Brunai Darusalam. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan anak dini usia masih sangat
rendah serta pada umumnya mereka berpandangan bahwa pendidikan identik dengan
sekolah, sehingga pendidikan bagi anak dini usia dipandang belum perlu (2002:5).
Hal sama dikemukakan oleh Nurlaila (2004:13) yang mengatakan bahwa sebagian
besar masyarakat berpandangan bahwa memberikan pendidikan (PADU) cukup
dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang pendidikan
anak dini usia. Bruner dan Donalson (2002:28) dari telaahnya menemukan bahwa
sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak
yang paling awal.
Berkenaan dengan anak TK, banyak pakar yang mengingatkan bahwa usia TK
merupakan masa keemasan bagi perkembangan kecerdasan anak. Benyamin S. Blom
yang dikutip Gotama (2002:v) mengatakan bahwa pada usia 4 tahun kapasitas
kecerdasan anak telah mencapai 50% dan pada usia 8 tahun telah mencapai 80%. Hal
senada dikemukakan oleh Djalal (2002:5), bahwa perkembangan kecerdasan anak
terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% kapasitas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi
ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun.
Bahkan menurut Hidayat (2002:9) bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak perlu
diperhatikan sejak dalam rahim seorang ibu sampai usia sekitar 6 tahun, karena
investasi pembangunan manusia pada usia dini merupakan investasi yang amat penting
bagi pembangunan sumberdaya manusia berkualitas di masa mendatang.
Semiawan (2002:18) menjelaskan, pada waktu manusia lahir intelegensi yang
bersumber dari otak, secara genitis (potensial) strukturnya telah ditentukan dan
memiliki 100 sampai 200 milyard neuron sel otak. Neuron tersebut siap mengelola
beberapa trilyun informasi.
Namun otak itu dapat berfungsi sangat ditentukan
lingkungan memperlakukan individu anak.
Intelegensia diperpecaya datang dari
interaksi antara bawaan genetik dan lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
berkembang (Akil Mala, 2002:35).
8
Lebih lanjut Semiawan menjelaskan bahwa otak manusia terdiri dari dua belahan
otak kiri dan kanan. Belahan otak kiri mempunyai fungsi, ciri, dan respon untuk
berfikir logis, teratur, dan linier, sedang belahan fungsi otak kanan terutama
dikembangkan untuk mampu berfikir holistic, imajinatif, dan kreatif. Menurut Lily
(2002:23) struktur otak mempunyai dua hemisphere yaitu kiri dan kanan. Setiap area
otak akan berkembang dalam urutan yang dapat diperhitungkan sehingga dapat
ditentukan waktu-waktu prima (window of opportunity) suatu kepandaian tertentu
berkembang di otak seorang anak.
Lily juga menegaskan hal yang penting
diperhatikan bahwa otak anak dua setengah kali lipat lebih aktif dari pada orang
dewasa. Dengan keaktifan yang begita pesat maka perlu dimanfaatkan secara optimal.
Dengan berpedoman adanya waktu-waktu prima, menurut Lily perkembangan
motorik terjadi pada 4 tahun pertama kehidupan anak. Perkembangan motorik dapat
dirangsang dengan gerak dan musik. Semakin sering anak berlatih gerakan-geran
maka synapsis-sinapsis dalam otak akan cepat terhubung. Demikian pula dalam hal
musik. Perlu diketahui bahwa antara musik dan tari tidak dapat dipisahkan. Dengan
demikian
ketika anak berlatih menari, secara otomatis anak-anak mendapatkan
kesempatan dan pengalaman mendengarkan musik.
Mereka mulai proses belajar
mengenai irama, melodi, dan pada akhirnya berlatih mengembangkan keterampilan
motorik. Keterampilan motorik yang dapat dilihat pada anak yang belajar tari dan
musik, anak-anak secara alamiah akan bereaksi terhadap musik dan seringkali secara
spontan akan menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik yang didengar. Musik
juga menjadi ajang sosial untuk berbagi dengan orang lain, sehingga keterampilan
sosialnya juga terbentuk. Selain keterampilan motorik, dan sosial, musik merupakan
alat efektif untuk belajar bahasa. Selain itu, melalui musik yaitu “dari lagu biasanya
anak-anak mudah menangkap sebuah pesan”.
Oleh karena itu menjadi semakin
sempurna, bila dalam pembelajaran seni tari yang menggunakan musik berisi lagu
anak-anak bermuatan budi pekerti.
Rahmitha
(2002:34)
menjelaskan
bahwa
usia
dini
merupakan
masa
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak di masa
depannya. Pada usia dini ini stimulasi yang proposional perlu diberikan kepada anak
sehingga memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
9
Rahmitha (2002:35) juga menjelaskan bahwa pendidikan anak TK adalah bentuk
pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, bentuk
pembelajaran bagi anak seharusnya dalam bentuk yang menyenangkan, tanpa ada
beban bagi anak yang dapat menciptakan hambatan bagi anak dalam mengikuti
pendidikan di masa-masa selanjutnya.
Selanjutnya menurut Soemiarti (2002:36) pembinaan anak usia 0 sampai 8 tahun
sangat penting, karena anak usia dini memiliki multi dimensi yaitu terdiri dari
kesehatan, gizi, psikososial/pendidikan (perkembangan fisik, gerak, kecerdasan,
sosial-moral), ekonomi, hak asasi manusia, hokum, dan sebagainya.
Mengingat tahun-tahun awal kehidupan anak ikut menentukan kepribadian anak,
maka diperlukan pemberian bekal yang optimal dengan memberdayakan beberapa
potensi yang dimiliki anak. Menurut Rachman (2002:51) ada lima potensi yang perlu
dikembangkan pada anak agar tumbuh secara seimbang dan optimal yaitu, potensi
spiritual, potensi perasaan, potensi akal, potensi sosial, dan potensi jasmani.
Rachman lebih jauh menjelaskan bahwa potensi spiritual antara lain mampu
menghadirkan Tuhan/keimanan dalam setiap kegiatan, kegemaran berbuat untuk
Allah, disiplin beribadah, sabar berupaya, dan berterima kasih/bersyukur atas
pemberian Allah pada kita. Potensi perasaan juga sering disebut potensi emosi. Halhal yang perlu dibangun dalam potensi perasaan tersebut adalah mengendalikan emosi,
mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat, dan
berkepribadian stabil. Potensi akal adalah kemampuan berhitung, kemampuan verbal,
kemampuan spisialis, kemampuan membedakan, dan kemampuan membuat daftar
prioritas.
Potensi sosial adalah senang berkomunikasi, senang menolong, senang
berteman, senang membuat orang lain senang, dan senang bekerja sama. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam mengembangkan potensi jasmani adalah sehat secara medis,
tahan cuaca, dan tahan bekerja keras. Pelatihan-pelatihan jasmani ditekankan pada
koordinasi gerakan tubuh, misal menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan
dalam meningkatkan Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar (Martini,
2003:6).
Masa perkembangan anak TK merupakan periode awal dari perkembangan
setiap individu. Langeveld dalan Napitupulu (2001) mengatakan bahwa manusia
10
adalah “animal educandum” atau hewan yang dapat dididik, jadi jika anak itu tidak
dididik, maka ia akan tetap sama dengan monyet atau hewan lainnya, artinya tiada
perubahan tingkahlaku dan ia akan mendasarkan segala tindak-tanduknya melulu atas
dasar naluri (instinct).
Oleh karena itu, pendidikan yang diikutinya merupakan
pendidikan awal yang akan mendasari pendidikan-pendidikan berikutnya (Ishak
Abdulhak, 2002:43).
Menurut Rohidi (2000:160) Anak-anak merupakan manusia yang telah
mengalami proses pembentukan budaya. Mereka merupakan manusia yang juga telah
terlatih untuk dapat berbicara dengan orang lain dengan penguasaan bahasa tertentu;
manusia yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan tertentu; manusia yang
mempunyai pengetahuan tertentu, terutama mengenai lingkungan dekat masingmasing. Anak, betapapun sangat muda usia hidupnya, telah mempunyai nilai-nilai
tertentu yang dijadikan pedoman dalam bertindak, dan pedoman dalam menanggapi
banyak hal yang dihadapinya. Anak tidak belajar menggunakan aturan-aturan tertentu
sebagai pegangan dalam pergaulan dengan orang lain; aturan-aturan yang menyatakan
hak dan kewajiban masing-masing. Anak telah mempunyai cara berpikir tertentu yaitu
cara berpikir sesuai dengan kebudayaan di lingkungnnya. Pendidikan bagi anak usia
dini merupakan basis penentu atau pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam
kehidupan bangsa (Suara Merdeka, 2008:7)
Pembentukan karakter bangsa dan
kehandalan sumberdaya manusia sangat ditentukan bagaimana pendidikan sejak anak
usia dini (Damanhuri Rosadi, 2002: 47). Lebih lanjut Damanhuri menjelaskan bahwa
anak, yang merupakan subyek sentral yang memiliki potensi, bakat, minat yang harus
dikembangkan di dalam suasana penuh kasih sayang, aman, mendapat rangsangan dan
kesempatan serta peluang yang besar untuk mengembangkan potensi sepenuhnya.
Pentingnya memberikan layanan bagi anak usia dini sebagaimana tercantum
dalam naskah akademik kurikulum Program D2 PGTK (2000).
Pertama, fungsi
adaptasi dan sosialisasi, yakni berperan dalam membantu anak melakukan
penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuikan diri dengan
keadaan dalam dirinya dan juga membantu anak agar ia memiliki keterampilanketerampilan sosial yang berguna dalam pergaulannya di masyarakat. Kedua fungsi
pengembangan,
yang
berkaitan
dengan
pendidikan
anak
usia
dini
dalam
11
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Setiap unsur potensi yang
dimiliki oleh anak membutuhkan suatu situasi dan lingkungan yang dapat
menumbuhkembangkan potensi tersebut ke arah perkembngan yang optimal sehingga
menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri dan lingkunganya. Ketiga
fungsi bermain, yakni peran pendidikan anak usia dini dalam memberi kesempatan
pada anak untuk bermain.
Melalui bermain anak akan senang dan gembira
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Keempat, fungsi ekonomik yakni
bahwa pendidikan yang terencana pada anak usia dini merupakan investasi jangka
panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya.
Secara ekonomik, investasi yang ditanamkan berupa sikap, perilaku dan berbagai
fungsi mental pada anak usia dini akan menjadi penopang kokoh bagi pertumbuhan
dan perkembangan di masa berikutnya. Arti kata lain dengan pondasi yang kokoh
anak-anak akan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang akan dihadapinya.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya mempersiapkan pendidikan sedini mungkin
pada anak usia dini maka diperlukan perencanaan yang matang untuk pendidikan anak
usia dini, termasuk dalam hal ini perencanaan di bidang pembelajaran seni tari.
12
BAB III
Metode Penelitian
A. Tujuan Khusus Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah menemukan materi tari untuk anak yang
berdasarkan pada tema hewan dan pelaksanaan pembelajarannya.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Taman Kanak-kanak Pembina Kecamatan
Plantungan Kabupaten Kendal Propinsi Jawa Tengah sebagai tempat uji coba materi
tari yang bertemakan hewan. Alasan pemilihan tempat dengan pertimbangan bahwa
TK Pembina sebagai binaan dari pemerintah maka fasilitas yang menunjang kegiatan
belajar mengajar dan kualitas maupun kuantitas tenaga pengajar akan lebih lengkap,
serta dalam setiap perolehan informasi sari pusat lebih awal baik informasi tentang
akademis maupun non akademis, jika dibanding dengan TK non Pembina.
Pelaksanaan penelitian pada saat anak TK melaksanakan aktivitas belajar
mengajar.
C. Pendekatan
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Pemillihan metode
kualitatif karena sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, hal tersebut didasarkan
pada (1) proses sosial; (2) asumsi dan bukan uji hipotesis atupun berangkat dari teori;
(3) verstehen (tidak generalisasi); (4) simbolik (tidak statistik); (5) makna/meaning ;
(6) induktif; (7) sasaran penelitian adalah subjek (Sairin, 2004). Permasalahan yang
diungkap lebih bersifat komprehensif dan mendalam serta lebih menekankan pada
makna dan proses dalam pelaksanaan penelitiannya.
D. Teknik Pengumpulan Data
Setelah mendapatkan ijin untuk mengadakan penelitian baik dari pemerintah
maupun pihak TK pelaksanaan pengumpulan data yaitu dengan pengamatan
pembelajaran tari, dan wawancara yang ditujukan kepada guru dan kepala TK, serta
anak-anak TK. Wawancara akan mengungkap bagaimana guru melakukan persiapan,
13
proses, strategi apa saja yang digunakan, dan evaluasi pembelajaran tari. Selain hal
tersebut juga untuk mengetahui kebutuhan, kelebihan, kekurangan, kendala, dalam
pelaksanaan pembelajaran tari.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis deskriptif-kualitatif, yaitu data yang terkumpul dideskripsikan. Analisis data
dilakukan melalui empat tahap, yaitu reduksi data, sajian data, penarikan simpulan,
dan verifikasi penelitian yang dilakukan saling menjalin dengan proses pengumpulan
data. Model analisis yang dilakukan adalah analisis interaktif. Artinya, empat
komponen analisis, yaitu reduksi data, sajian data, penarikan kesimpulan, dan
verifikasi penelitian yaitu dilakukan secara simultan sejak proses pengumpulan data
Milles & Huberman. Analisis model interaktif yang dikembangkan dapat digambarkan
sebagai berikut:
14
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Taman Kanak-kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal
Gambar TK Negeri Pembina Kecamatan Plantungan
Tampak dari Depan
Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten
Kendal beralamat di Jalan Suratman No 50 Desa Tirto Mulya Kecamatan Plantungan
Kabupaten Kendal 51362. Letak Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plantungan Kabupaten Kendal adalah sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang: dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Jurang Agung
Kabupaten Kendal. Sedangkan disebelah sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Wonodadi, dan sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wana Tirta Kabupaten Kendal.
Luas tanah Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan Plantungan Kabupaten
Kendal 2000 meter, sedang luas bangunannya 1200 meter.
Awal
terbentuknya Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plantungan Kabupaten Kendal yaitu bermula dari berdirinya Taman Kanak-Kanak
Tunas Harapan. Selanjutnya atas inisiatif kepala Sekolah yaitu Ibu Sukardiah (46
15
tahun), dan dorongan Kepala Dinas Kecamatan Plantungan, serta dukungan dari
beberapa orang tua wali murid maka ini diusulkan menjadi Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina.
Persyaratan lain yang turut mendukung adalah faktor keamanan lokasinya.
Kriteria keamanannya yaitu tidak terlalu dekat dengan jalan raya, dan tidak di pinggir
tebing, pemakaman, jaringan listrik bertegangan tinggi, serta dipinggir sungai. Selain
itu dalam hal kebersihannyapun mendukung, karena Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina tidak berdekatan dengan tempat pembuangan sampah dan tidak dekat dengan
pabrik yang banyak mengeluarkan polusi.
Dalam hal ketenangan juga mendukung yaitu tidak berdekatan dengan pabrik,
bengkel, dan pasar yang dapat mengganggu kegiatan belajar Taman Kanak-Kanak,
serta realatif mudah transpotasinya. Selain hal tersebut juga penduduk di sekitar
Taman Kanak-Kanak relatif banyak anak prasekolah. Oleh karena itu pada tanggal 14
Juli 2008 terbit SK disetujuinya TK Tunas Harapan menjadi Taman Kanak-Kanak
Negeri Pembina Kecamatan Plantungan.
Motto yang di canangkan adalah ISTANAKU (indah, sejuk, tertib, aman,
nyaman, asri, kekeluargaan, ulum/ilmu). Visi Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina
Kecamatan Plantungan Kabupaten Kendal adalah terwujudnya generasi yang sehat
jasmani dan rohani, berilmu dan berbudaya. Misinya adalah: (1) membentuk generasi
yang seimbang antara aspek jasmani dan rohani dengan memberi bekal dan keimanan
untuk kehidupan masa depan, (2) mengembangkan anak didik menjadi penerus bangsa
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (3) mengutamakan kerja
sama antar teman, (4) menumbuhkembangkan kreativitas anak dalam seni, budaya,
olahraga, melalui pembelajaran dan bimbingan secara efektif dan optimal.
TK Negeri pembina Kecamatan Plantungan memiliki tujuan-tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan yang hendak dicapai: (1) agar menjadi anak yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, (2)
agar menjadi anak yang mandiri,
bertanggung jawab terhadap tugas dan setia kawan, (3) agar anak berdaya dan peka
terhadap lingkungan sosial, (4) agar anak dapat menyesuaikan diri mampu belajar ke
jenjang yang lebih tinggi.
16
Prasarana permainan anak di taman kanak-kanak Negeri Pembina Kecamatan
Plantungan Kabupaten Kendal merupakan faktor penunjang utama bagi ketercapaian
tujuan pendidikan. Fokus utama pendidikan di Taman Kanak-Kanak melalui media
bermain dan permainan, ditunjang oleh adanya halaman Taman Kanak-Kanak yang
cukup luas untuk ruang gerak dan bermain anak.
Luas halaman, telah
memperhitungkan keperluan ruang gerak untuk setiap anak lebih kurang 9 m2. Luas
tanah yang dimiliki telah memenuhi standar minimal yang telah ditentukan
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu 1500 m2 dengan rincian luas
gedung seluruhnya 594 m2 luas halaman 906 m2.
Secara umum bangunan terdiri dari: ruang belajar dan ruang penunjang. Ruang
belajar terdiri 2 ruang kelas, 1 ruang untuk bermain bebas, 1 ruang perpustakaan.
Ruang penunjang terdiri dari: 1 ruang kepala sekolah, 1 ruang guru, 1 ruang tamu, 1
ruang tata usaha, 1 ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS), 1 ruang gudang, 1 ruang
serbaguna, 1 ruang makan/ dapur, 2 gudang, 7 kamar mandi/wc anak, 2 kamar
mandi/wc guru, 1 tempat cuci tangan anak, 1 ruang tunggu, 1 ruang ibadah, 2 area
bermain di luar, dan halaman Taman Kanak-Kanak.
Sarana merupakan kelengkapan yang penting dalam penyelenggaraan
pendidikan Taman Kanak-Kanak.
Sarana yang dimaksud adalah meliputi perabot dan alat peraga atau alat
permainan. Perabot merupakan perlengkapan ruang yang mendukung kegiatan belajar
mengajar (KBM) di Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina.
Alat peraga/alat
permainan merupakan alat yang digunakan oleh guru maupun anak dalam belajar
mengajar.
Sarana yang terdapat dalam TKN Pembina yaitu: (1) ruang kelas terdiri dari
meja anak 40 unit, kursi anak 40 unit, loker 4 unit, papan tulis 6 lembar, kapur dan
spidol white board, penghapus, meja dan kursi guru 10 unit, lambang negara RI 4
buah, bendera merah putih 2 lembar, tiang bendera 1 batang, gambar presiden dan
wakil presiden 6 unit, papan absen anak 4 unit, rak untuk tempat sepatu 4 unit, lemari
8 unit, papan panel 3 unit, keset kaki 9 lembar, tempat sampah 7 unit, kalender 7 unit.
17
Dua ruang kegiatan bermain bebas meliputi: rak tempat mainan 5 unit, karpet 7
unit, lemari kaca 2 unit, sapu 5 unit, meja kursi anak 25 unit, alat-alat untuk lima
sudut kegiatan, televisi 2 unit, papan lukis 1 unit, dan orjen 1 unit.
Tiga ruang kantor Kepala Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina: meja tulis 2
unit, kursi 1 set, lemari 3 unit, rak buku 1 unit, gambar presiden wakil presiden 1
pasang. (4) ruang guru meliputi: meja tulis 9 unit, kursi 9 unit, lemari 4 unit, kaca rias
1 unit, jam dinding 1 unit, papan pengumuman 1 buah, kalender 2 buah.
Lima ruang Tata Usaha meliputi: Meja Kursi 5 unit, komputer 2 unit, lemari 3
unit, Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina, stempel sekolah, tempat sampah dan sapu
1 buah, jam dinding 1 buah, kalender 1 buah.
Enam ruang kesehatan meliputi: dipan lengkap dengan kasur 1 Buah, bantal
seprai 2 buah, meja kursi 1 buah, dan obat serta perlengkapannya, penyimpanan kartu
kesehatan 1 buah, pengukur tinggi badan 1 buah, timbangan berat badan 1 buah,
gambar kesehatan 4 buah, pengukur suhu badan 1 buah, tempat sampah 1 buah, dan
tempat cuci tangan 1 buah. (7) ruang dapaur meliputi: kompor 1 buah, peralatan
masak 1 set, rak piring 1 buah, lemari 1 buah, tempat cuci tangan 1 buah, serber dan
peralatan untuk makan 1 set, tempat sampah 1 buah, keset kaki 1 buah. (8) ruang
gudang meliputi : rak besar 1 buah, peralatan kebersihan 1 set, peralatan kebun
(cangkul, arit, gunting tanamam), dan alat pertukangan (gergaji, palu, tang, catut,
drei).
Sembilan kamar mandi/WC guru meliputi: gayung 3 buah, handuk kecil
setengah lusin, tempat sabun, ember, gantungan handuk, keset kaki, sikat pembersih
lantai 1 buah. Sepuluh kamar mandi/WC siswa meliputi: gayung 7 buah, handuk kecil
dua lusin, tempat sabun, ember, gantungan handuk, keset kaki, sikat pembersih lantai
7 buah. Alat peraga dan alat permainan di masing-masing ruang adalah sebagai
berikut:
1. Ruang sudut keluarga meliputi: meja tamu 1buah, meja makan 1 buah,
peralatan makan satu set, tempat tidur dan perlengkapannya, lemari pakaian,
lemari dapur, rak piring, peralatan masak, setrika, cermin, bak cuci/ember,
papan cucian, serbet, celemek, boneka satu buah.
18
2. Ruang sudut pembengunan meliputi: balok bangunan, mainan konstruksi,
legpuzzie bermacam-macam bentuk, permainan palu, alat pertukangan, kotak
menara dan menara gelap.
3. Ruang sudut kebudayaan meliputi: perpustakaan, permainan, media kreatif,
alat-alat kesenian musik, sandiwara boneka.
4. Sudut
alam
sekitar
dan
pengetahuan
meliputi:
aquarium
beserta
kelengkapannya, timbangan, biji-bijian dengan tempatnya, batu-batuan,
gambar proses pertumbuhan binatang, gambar proses pertumbuhan tanaman,
magnet, kaca pembesar, benda-benda laut.
5. Sudut Ketuhanan meliputi: 1 buah maket (masjid, gereja, pura wihara), alat
perlengkapan untuk ibadah 1 set, gambar yang memupuk rasa ketuhanan
gambar masjid, gambar gereja.
Halaman meliputi: bak pasir 1 buah, bak air 1 buah, papan peluncur/prosotan 1
buah, papan jungkitan 1 buah, ayunan 1 buah, bola besar dan kecil 1 buah, papan
titian 1 buah, ban bekas 5 buah, kereta dorong, sepeda roda 3, taman lalu lintas, tangga
majemuk, kebun anak.
Pembiayaan Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Pembina Plantungan, untuk
penyelenggaraannya pendidikan sangat tergantung pada penyediaan dana untuk
melaksanakan proses belajar mengajar. Sumber-sumber pembiayaan diperoleh dari
Pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang bersumber dari APBN/APBD berupa
dana alokasi umum, dana alokasi khusus, Block Grand, dan bantuan fasilitas lainnya.
Sumber dana dari masyarakat yang dapat dihimpun iuran bulanan, bantuan orang tua
dalam bentuk (uang, barang, dan tenaga).
Komponen yang dibiayai meliputi:
1. Gaji dan kesejahteraan guru serta tanaga kependidikan lainnya.
2. Penyelenggara teknis edukatif, termasuk kegiatan belajar mengajar, evaluasi
dan bimbingan.
3. Pengadaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan.
4. Kegiatan penunjang, antara lain kegiatan kemasyarakatan, kegiatan lomba dan
lain-lain.
5. perjalanan (kepala, guru, tenaga TU, dan penjaga).
19
Pelaksanaan manajemen dengan prinsip berbasis sekolah. Pengawasan dan
pengendalian mutu kegiatan dilaksanakan secara internal dan eksternal serta
transparan dengan prinsip akuntabilitas publik. Kegiatannya meliputi:
1. merumuskan visi, misi, target peningkatan mutu secara berkelanjutan.
2. Merencanakan program Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina.
3. Melaksanakan program Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina.
4. Melaksanakan monitoring dan evaluasi keberhasilan program.
5. Merumuskan program baru sebagai kelanjutan dari program yang telah
dilaksanakan.
6. Melaporkan kemajuan yang telah dicapai oleh Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina kepada oran tua, masyarakat dan pemerintah (stakeholders
pendidikan).
7. pengawasan dan pengendalian mutu kegiatan di Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina di laksankan secara internal dan eksternal, serta transparan dengan
prinsip akuntabilitas publik, dan
8. Evaluasi pelaksanaan program Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina yang
diaksud
untuk
mengatahui
efisiensi
dan
efektifitas
penyelenggaraan
pendidikan, pelaksanaan kurikulum, dan penilaian kinerja Taman KanakKanak Negeri Pembina sebagai satu kesatuan secara menyeluruh.
Struktur organisasi terdiri dari:
1. Kepala taman kanak-kanak.
2. Guru
3. Tenaga tata usaha.
4. Penjaga.
5. Pembantu.
6. Badan penasehat serta masyarakat/Komite Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina/BP3
Taman
Kanak-Kanak
Negeri
Pembina
Peran
serta
masyarakat/Komite Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina BP3 Taman KanakKanak Negeri Pembina dengan tujuan untuk membantu kelancaran
penyelenggaraan
pendidikan
yaitu
dengan
melakukan
pemantauan,
pengawasan, dan mengevaluasi. Keanggotaannya terdiri dari unsur orang tua,
20
guru, dan tokoh masyarakat yang mempunyai perhatian di bidang pendidikan
khususnya Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina.
Peraturan Pemerintah No 9 tahun 1992 perean serata masyarakat meliput:
1. pendirian dan penyelenggaraan satuan pendidikan.
2. Pengadaan dan pemberian bantuan tenaga pendidikan.
3. Pengadaan dan pemberian tenaga ahli.
4. Pengadaan dan penyelenggaraan program pendidikan.
5. Pengadaan dan pemberian ruang gedung.
6. Pengadaan dan pemberian buku ajar.
7. Pemberian kesempatan atau magang.
8. Pemberian bantuan managemen.
9. Pemberian kesempatan untuk magang.
10. Pemberian bantuan manageman bagi penyelenggara satuan pendidikan.
11. Pemberian pemikiran dan pertimbangan.
12. Ikut serta dalam program pendidikan (Depdiknas, 1999).
Peran serta masyarakat dalam turut serta menyukseskan pendidikan di Taman
Kanak-Kanak Negeri Pembina Plantungan sangat memberikan dampak yang sangat
positif. Keikutsertaannya dapat dikelompokkan dalam tujuh komponen, yaitu:
1. Menggunakan jasa pelayanan yang tersedia.
2. Peran serta dengan memberi kontribusi dana, bahan dan tenaga,
3. Peran serta dalam bentuk keikutsertaan.
4. Peran serta melaui konsultasi mengenai hal-hal tertentu.
5. Keterlibatan dalam memberikan pelayanan tertentu.
6. Keterlibatan dalam pelaksanaan kegiatan yang telah didelegasikan,
7. Peran serta pengambilan keputusan pada berbagai jenjang (Sediono, 2003).
Partisipasi orang tua dan masyarakat memberikan kontribusi dalam kegiatan
belajar mengajar secara efektif yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa. Partisipasi yang berlangsung adalah:
1. Keterlibatan orang tua dalam kelas, ketika orang tua secara volanter
memberikan pembelajaran di kelas, orang tua secara tidak langsung belajar
bagaimana mengajar siswa di kelas, dan turut merasakan bagaimana
21
sebenarnya menjadi sebagai seorang guru. Hal ini akan lebih memberikan rasa
empati pada dunia pendidikan khususnya di Taman Kanak-Kanak Negeri
Pembina.
2. Belajar di rumah, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dari
pada di sekolah, menstimulasi peningkatan pendidikan dalam belajar di rumah
sangat berpengaruh pada cara belajar dan pencapaian hasil belajar anak.
3. Keterlibatan dalam pengambilan keputusan sekolah, keputusan yang telah
ditetapkan tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah akan tetapi juga
tanggung jawab bersama.
Perencanaan dan persiapan yang telah dilakukan berupa program pelayanan
pendidikan, pengembangan kurikulum, mengenali kebutuhan perkembangan khusus
anak, mengembangkan program separuh hari dan penuh hari. Penilaian dilakukan
secara berkelanjutan dan menyeluruh yaitu berkaitan dengan konsep diri anak,
keterampilan psikomotorik anak, dan perkembangan emosional.
B. Pengembangan Tari Bertema Hewan
1. Tari Kelinci
Tema
Hewan
Indikator
Materi
Keterangan
Hitungan/
Syair Lagu
Uraian gerak
Mengikuti
Kelinciku
Dua ibu jari
Tempo cepat,
gerak tari
kelinciku
menempel di
sedang, dan lambat
sederhana
kau manis
kepala,
dibentuk oleh music
sekali
melengkah ke
pengiring yang ada.
kanan dan ke
kiri sambil
Pemilihan materi
menggelengkan
tari dengan tema
kepala
lingkunganku sub
tema
(binatang peliharaan
keluarga). Bagi
22
anak selain dapat
melakukan gerak
tari sederhana juga
penanaman konsep
(misal: kelinci,
lompat, pulang
sekolah, teman,
dll).yang berada
dalam sair ke dalam
sebuah gerak.
Melompat
Dua ibu jari
kian kemari
menempel di
sepanjang
kepala, dua
hari
kaki melompat
ke kanan dan
ke kiri
Aku ingin
Dua tangan
menemani
mendekap
sepulang
dada, badan
sekolah
digoyang ke
kanan dan
kekiri
Bersamamu
Dua tangan
lagi
membuka kaki
menari-nari
jalan ke depan
dan berputar
2. Tari Ayam Jantan
Indikator
Materi
Keterangan
Hitungan/ Syair
Lagu
Uraian
gerak
Mengikuti
Kukukukuruyuk
Jalan
Tempo mengikuti
gerak tari
begitulah
memutar
iringan lagu.
sederhana
bunyinya
dua tangan
di
Pemilihan materi tari
23
belakang
dengan tema
punggung
lingkunganku sub
tema (binatang
peliharaan keluarga).
Indikator mengikuti
gerak tari sederhana.
Sebagai apresiasi
dan ekspresi dengan
mengikuti gerak tari
sederhana.
Menanamkan konsep
pada anak berkaitan
dengan ayam jantan
dan berlatih
melakukan
berbagaimacam
gerak sderhana
dengan mengikuti
sair lagu.
Kakinya
Jalan
bertanduk
memutar
hewan apa
dua tangan
namanya
di
belakang
punggung
Kuku
Jalan
kukuruyuk
memutar
begitulah
dua tangan
bunyinya
di
belakang
punggung
Kakinya
Jalan
bertanduk ayam
memutar
jantan
dua tangan
namanya
di
belakang
punggung
24
3. Tari Jaranan (Kuda Kepang)
Indikator
Materi
Keterangan
Hitungan/
Syair Lagu
Uraian gerak
Intro
Dua tangan
Tempo mengikuti sair
tari dengan irama
memegang kuda
lagu.
musik
kepang posisi
Mengikuti gerak
di depan muka
Pemilihan materi tari
diayunkan ke
dengan tema binatang
samping kanan
peliharaan. Nama tarian
dan kiri.
Jaranan (Kuda Kepang).
Kaki berjalan
Memberi apresiasi pada
membuat
anak berkaitan dengan
lingkaran
kesenian tradisi dan
mengekspresikan dengan
gerak tari yang diiringi
musik, memberi kesan
yang mendalam
khususnya bagi anak
lelaki.
Jaranan
Posisi naik kuda
jaranan
dua tangan
jarane jaran
memegang
teji
kepala kuda
kepang kaki
berjalan
berputar
Sing
Tangan kiri
nunggang
tetap memegang
dara bei
kepala kuda
kepang tangan
kanan memutarmutar pecut
Sing ngiring
Tangan kiri
para mantri
tetap memegang
25
kepala kuda
kepang tangan
kanan memutarmutar pecut
Jek-jek
Dua tangan
nong jek-
memegang
jeknongJek-
kepala kuda
jek nurut
kepang kaki
lurung
kanan jangkah
samping kiri
dan samping
kanan
Gedebug
Melompat ke
krincing
depan
gedebug
melompat ke
krincing
belakang
Jek-jek
Jangkah
gedebug
samping kiri
jeder
jangkah
samping kanan
kemudian
melompat di
tempat tangan
kanan mecut
Jaranan
Posisi naik kuda
jaranan
dua tangan
jarane jaran
memegang
teji
kepala kuda
kepang kaki
berjalan
berputar
Sing
Posisi naik kuda
nunggang
dua tangan
dara bei
memegang
Sing ngiring
kepala kuda
para mantri
kepang kaki
berjalan
26
berputar
Jek-jek
Melompat ke
nong jek-
depan
jekno Jek-
melompat ke
jek nurut
belakang
lurung
Gedebug
Melompat ke
krincing
depan
gedebug
melompat ke
krincingJek-
belakang
jek gedebug
Jangkah
jeder
samping kiri
jangkah
samping kanan
kemudian
melompat di
tempat tangan
kanan mecut
4. Tari Menthok
Indikator
Materi
Keterangan
Hitungan/
Syair Lagu
Uraian gerak
Menggerakkan
Mentok
Jari tangan
Pemilihan materi tari
kepala, tangan,
mentok
kanan di atas
dengan tema
dan kaki sesuai
jari tangan
binatang. Indikator
irama musik
kiri, badan
menggereakkan
(menari
merendah,
kepala, tangan dan
“Menthok”)
kaki kanan di
kaki dikemas dalam
depan kaki kiri
sebuah tari menthok
sangat tepat untuk
anak TK, sebagai
kegiatan apresiasi
dan ekspresi dalam
tari.
27
Mentok
Jari tangan kiri
mentok
di atas jari
tangan kanan,
badan
merendah
Takkandani
Tangan kiri di
pinggang
tangan kanan
mengacungkan
telunjuk
Mung
Dua tangan
rupamu
ukel di depan
angisin-
muka, badan
ngisni
turun naik
Bokya aja
Dua tangan di
ngetok ana
lipat depan
kandang
dada
wae
Enak enak
Dua tangan di
ngorok ora
lipat depan
nyambut
dada, badan
gawe
turun naik
Mentok
Jalan putar dua
mentok
tangan di
Mung
pinggang
lakumu
megal
megol
gawe
guyu
28
5. Tari Gajah Melin
Indikator
Materi
Keterangan
Hitungan/
Syair Lagu
Uraian gerak
Pratek menari, nama
gajah belang
Posisi badan
Pemilihan materi tari dengan tema
tarian
asale saka
membungkuk
binatang, nama tarian
tari: Gajah Melin.
Palembang,
dua tangan
tari: Gajah Melin. Gerak-gerak tari
lurus ke
gajah melen memiliki fareasi dan
bawah
kombinasi irama yang sangat
digerakkan
kompleks, hal ini melatih kepekaan
samping kiri
gerak dan irama pada anak.
dan kanan
ngendikane
Berjalan ke
simbah
depan
bapak ibu
kemudian
guru,
membungkuka
n badan
tanah
Jalan samping
Palembang
kanan,
pulau
kembali
Sumatra
samping kiri
tanahe,
dengan
melambailambaikan dua
tangan
plau sisih
Jalan cinjit
kulon
berputar
wilayah
Indonesia,
gajah kuwi
Badan
gedene
membungkuk,
ngedap-
dua tangan
edapi,
lurus ke
bawah badan
berputar
29
sikil
Posisi berdiri
bumbung
dua tangan di
irung dawa
pinggang, kaki
kuping
diayun ke
amba,
depan
bergantian
kanan dan kiri
kopat kapit
Kaki kanan
buntut
jinjit letakkan
amung sak
di belakang
ceprit,
kaki kiri,
badan
memutar ke
kanan dua
tangan
samping
telinga.
awak kaya
lumbung yen
nesu gawe
bingung
Lari memutar
30
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Hasil pengembangan materi tari yang mengacu pada tema sebagai bahan ajar
untuk anak Taman Kanak-kanak adalah lebih difokuskan pada teman binatang.
Beberapa tariannya adalah Tari Kelinci, Tari Ayam Jantan, Tari Menthok, Tari
Jaranan, dan Tari Gajah. Pengembangan gerak-gerak tari lebih pada gerak menirukan
perilaku hewan. Selain hal tersebut gerak tari juga mengikuti sair lagu yang ada dalam
musik pengiring. Saat pengembangan pola gerak lebih diawali dengan rangsangan
musik. Dengan demikian maka pengembangan irama lebih mengikuti pada tempo
iringan musik. Langkah-langkah tersebut dengan maksud agar anak lebih cepat dalam
penguasaan gerak tari. Karena iringan yang di pilih telah dikenal dan akrab dengan
anak.
B. SARAN
Bagi guru-guru Taman Kanak-kanak sebaiknya untuk pengajaran seni tari
mengembangkan sendiri materi tari dan disesuikan dengan tema-tema yang ada dalam
kurikulum.
Karena Guru-guru TK lebih mengenali dan memahami karakter dan
kemampuan motorik anak TK. Bagi lembaga yang mencetak calon-calon guru TK
seyogyanya dibekali materi kreativitas seni khususnya seni tari, karena tidak ada
kegiatan yang tidak menggunakan seni termasuk tari di setiap TK. Bagi Dinas baik di
tingkat Kecamatan maupun Kabupaten dan Propinsi perlu menyelengaran pelatihan
atau workshop tentang seni khususnya tari. Serta memberi peningkatan kepada guruguru TK berupa pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang berkaitan dengan
berkesenitarian.
31
DAFTAR PUSTAKA
Akil, M., Mala, ”Fungsi strategis Sarana Pembelajaran Dalam Pendidikan Anak Dini
Usia”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember
2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002.
Benny, C.J., ”Cara-cara Pencatatan Tari Tradisi di Jawa Barat”, dalam, Pengetahuan
Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian,1986.
Depdiknas, Profil TAMAN KANAK-KANAK (TK) Pembina, Jakarta 1999
Djalal, Fasli, ”Pendidikan Anak Dini Usia, Pendidikan yang Mendasar”, dalam,
Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta:
Direktorat PADU, 2002.
Gutama. Pengantar Direktorat PADU”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini
Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002.
Hidayat, Syarif, ”Pengembangan Anak Dini Usia Memerlukan keutuhan”, dalam,
Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta:
Direktorat PADU, 2002.
Jalal, Fasli, ”Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan Anak
Dini Usia” dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03
Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002.
Matthew B.Miles, A. Michael Huberman, ”Analisis Data Kualitatif”, Penerjemah
Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Nurlaila N.Q.,Mei Tientje dan H., Yul Iskandar, PADU Untuk Mengembangkan
Multipel Inteligensi, Jakarta: Dharma Graha Group, 2004.
Padmonodewa, Soemiarti, ”Pengembangan Anak Dini Usia, Beberapa Model yang
Ada” dalam, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta:
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, 2002.
Parani, Yulianti,
”Penari sebagai sumberdaya dalam Penata Tari”, dalam,
Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat
Kesenian.1986.
Rachman, Arif, ”Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini” dalam, Buletin PADU
Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.
2002.
Rilantono, Lily I., ”Konsep pengasuhan dan Pengembangan Anak Dini Usia”, dalam,
Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Anak Dini Usia, 2002.
Rohidi, T. R., Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan, STSI Bandung, Bandung,
2000.
Rohidi, R. Tjetjep. ”Pendidikan Seni Sebagai Tradisi Pemuliaan Kemanusiaan:
Refleksi Paradigmatik dalam Konteks Kebudayaan”.Makalah.Disajikan Pada
Seminar nasional “Globalisasi dan Lokaliti dalam Pendidikan Seni” 18-19 Mei
2004. Universitas Sultan Idris, Perak, Malaysia.
Sairin, Safri, “Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Catatan Singkat” Makalah.
Disampaikan Pada Pelatihan Penulisan Proposal Universitas Negeri Semarang 20
Juli 2004.
Sediono, et al. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Kerjasama
Depdiknas, UNESCO, UNICEF dan Nzaid. 2003
32
Sdyawati, Edi, ”Yang Tersampaikan Oleh Tari”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari
dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986.
Sdyawati, Edi, ”Tari Sebagai Salah Satu Pernyataan Budaya”, dalam, Pengetahuan
Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986.
Semiawan, R., Cony, ”Pendidikan Anak Dini Usia Belajar Melalui Bermain”, dalam,
Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Anak Dini Usia. 2002.
Semiawan, R., Conny, ”Menuju Pendidikan Multikultural”, Makalah, 2004.
Soedarsono, ”Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari” dalam, Pengetahuan
Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian. 1986.
Soendjojo, Rahmitha P., ”Pendidikan Anak Dini Usia Hak Semua Anak” dalam,
Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Anak Dini Usia. 2002.
Yufiarti, ”Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Indonesia”, dalam, Buletin PADU
Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.
2002.
33
ARTIKEL
34
PENGEMBANGAN TARI BERTEMA HEWAN
SEBAGAI MATERI AJAR DI TK
Latar Belakang
Masyarakat dan guru TK masih kurang memahami tentang pendidikan tari dan
juga masih kurangnya dalam menghargai terhadap prestasi anak dalam bidang seni
khususnya seni tari. Oleh sebab itu pelaksanaan pembelajaran tari khususnya di
Taman Kanak-kanak tidak berjalan dengan maksimal. Padahal pembelajaran tari bagi
anak memberikan kesenangan, hiburan, sebagai sarana apresiasi, dan juga memberikan
kebanggaan bagi anak yang berprestasi. Pembelajaran tari selain hal tersebut juga
melatih berpikir kritis. Bagi anak sejak kecil sebenarnya telah melakukan sesuatu
yang didasari dengan berpikir kritis. Hal ini ditandai dengan aktivitas yang selalu
mencari dan mencari kebenaran dalam bertutur, bertindak, dan lain-lain. Hal tersebut
terus berlangsung meningkat seiring dengan bertambahnya usia anak. Kekritisan
berpikir anak ini akan sangat baik jika terus distimulasi khususnya oleh orang dewasa
orang tua dan pendidik.
Aristoteles seorang filsuf yang mengatakan bahwa kebenaran dapat ditemukan
melalui kenyataan secara empiris telah mengilhami penulis untuk mengidentifikasi
kegiatan berkesenitarian sebagai wujud pencarian kebenaran melalui pengalaman
berapresiasi menuju keutuhannya sebagai manusia dewasa kelak. Peneliti akan
mencoba mengidentifikasi tari tradisi secara empiris sesuai dengan kebutuhan dengan
tahapan perkembangan usia anak. Tari tradisi tersebut akan dianalisis ditinjau dari
kelompok kecerdasan jamak.
Sebagaimana diakui oleh para ahli pendidikan anak yang diilhami oleh
pemikiran para filosof, seni sebagai dasar pembentukan kepribadian. Melalui berseni
merupakan hal yang amat penting bagi anak karena merupakan ajang
penumbuhkembangan segala potensi yang ada dalam diri anak. Pendapat ini tentu
tidak diragukan kebenarannya. Namun, hal ini belum tentu disadari sepenuhnya oleh
para pendidik dan orang dewasa/orang tua pada umumnya. Artinya anak yang
melakukan aktivitas berseni dianggap sebagai hal kodrati dan tak perlu arahan dan
bimbingan orang dewasa. Padahal keterlibatan orang dewasa yang dengan sengaja
menstimulasi aktivitas berkesenitarian anak akan lebih mengoptimalkan manfaat seni
bagi perkembangan kecerdasan anak sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Mempelajari tari dengan manfaat yang tidak terhingga bagi perkembangan
kecerdasan anak bentuknya dapat bermacam-macam. Ada menari yang semata-mata
menekankan pada segi hiburan, namun ada pula yang lebih dari pada itu yaitu menari
yang dapat melatih dan mengembangkan berbagai macam kecerdasan. Ada menari
yang hanya menekankan pada aktivitas tari itu sendiri, namun ada pula yang
menggunakan media tambahan misalnya media tembang ataupun unsur-unsur musik.
Tari yang telah memiliki pola dan sudah menjadi suatu bentuk yang standar dapat
dikatakan sebagai tarian klasik.
Tersedianya materi tari sebagai materi pembelajaran khusus untuk
pembelajaran di TK masih amat kurang. Hal ini cukup dapat dimaklumi karena
masih sedikit masyarakat (senimam tari) yang tergerak untuk membuat materi tari
35
untuk anak TK, demikan pula guru-guru TK yang berlatar belakang seni lebih khusus
berbekal keseni tarian masih sangat kurang kalaupun ada hanya sedikit jumlahnya.
Padahal melalui kegiatan pembelajaran tari anak mendapat perangsangan
musik dan gerak, perangsangan musik dan gerak ini akan menambah semakin cerdas
bagi anak tersebut. Selaian hal tersebut bahwa dalam kegiatan pembelajaran tari amat
sarat dengan nilai-nilai filosofis dan budaya yang dapat dijadikan ajang
penumbuhkembangan kecerdasan anak. Pembelajaran tari juga memiliki nilai gotong
royong (kerjasama), kejujuran, tenggang rasa, cinta kasih, dan lain-lain nilai positif
lainnya saat ini sudah amat susah dijumpai.
Kegiatan pembelajaran tari akan lebih tepat dan efektif jika dalam pemilhan
materi tarinya didasarkan pada tema. Sebab tema dalam pembelajaran tari di TK
memberi bingkai sehingga memudahakan anak dalam penguasaan materi. Demikian
pula bagi guru yang mengajar member kemudahan dalam menentukan setiap materi.
Oleh karena itu, peneliti amat tertarik dan merasa bertanggungjawab untuk
mengangkat hal ini ke permukaan dengan berupaya mengembangkan materi tari untuk
anak TK.
Pengembangan materi disesuikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Tidak mudah untuk menjelaskan apa itu tari. Karena sampai saat ini, belum ada
kesepakatan definisi tentang tari baik kalangan seniman tari, guru tari, maupun
apresiator tari. Hal tersebut dapat dilihat dari beberapa definisi tari yang ada seperti
yang dikemukakan oleh Curt Sahck dalam Soedarsono (1986:81) bahwa tari adalah
gerak yang ritmis. Menurut Rohkyatmo (1986:74) yang dikatakan tari pada
hakekatnya gerak ritmis yang indah sebagai ekspresi jiwa manusia. Pendapat lainnya
adalah sebagaimana yang dikemukakan Admadibrata(1986:186) bahwa tari untuk
menyampaikan suatu peristiwa atau beberapa peristiwa melalui media gerak, sedang
Corre Hartong dalam Soedarsono(1986:83) mengemukakan bahwa tari adalah gerak
yang diberi bentuk dan ritmis dari badan di dalam ruang. Definisi ini memberi
penekanan bahwa unsur utama tari adalah gerak dari anggota badan manusia yang
dibentuk dan ritmis.
Senada dengan pendapat tersebut dikemukakan oleh
Benny(1986:241) bahwa tari adalah gerakan yang sengaja dibentuk melalui tubuh.
Menurutnya gerak tubuh manusia merupakan materi utama dalam penggarapan sebuah
tari. Pendapat ini diperkuat oleh Sal Murgiyanto(1986:23) yang mengemukakan
bahwa bahan baku tari adalah gerak tubuh manusia yang dilakukan untuk
mengungkapkan pengalaman batin dan perasaan seseorang, dengan harapan untuk
mendapatkan tanggapan orang lain. Untuk itu gerak tari sebagai gerak yang indah
untuk mewujudkan pengalam-pengalam tidak hanya untuk dinikmati sendiri tetapi
untuk dimengerti dan dihayati orang lain.
Soedarsono mendefinisikan tari sebagai ekspresi jiwa manusia yang
diungkapkan dengan gerak ritmis yang indah (1986:83). Seorang ahli tari Jawa
Pangeran Soerjodiningrat mendefinisikan tari adalah gerak dari tubuh manusia yang
disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu (1986:83). Bila
dicermati pendapat Sorjodiningrat ada tiga elemen dalam tari, pertama tubuh manusia,
kedua selaras dengan irama musik, dan ketiga mengandung maksud tertentu. Ketiga
tersebut dapat dimaknai sebagai elemen wiraga, wirama, dan wirasa.
36
Bertolak dari beberapa definisi tari tersebut, penulis menyimpulkan bahwa yang
dikatan tari adalah gerak indah yang digerakkan oleh anggota tubuh manusia yang
mempunyai maksud dan sesuai dengan iringan musik pengiring.
Tari tidakhanya untuk dinikmati, tetapi juga perlu dipelajari sebagai ujud
dalam upaya melestarikan, pengembangan dan juga untuk memupuk bakat. Telah
diketahui bersama bahwa pembelajaran yang berasal dari kata belajar mempunyai arti
mengumpulkan sejumlah pengetahuan yang diperoleh dari seseorang yang lebih
mengerti dan mengetahui akan sebuah bahan atau materi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Winkel (tt:13) yang mengatakan bahwa belajar merupakan suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam suatu interaksi aktif dengan lingkungan. Ia
juga mengatakan bahwa belajar menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.
Belajar menurut Whittaker (tt:13) “as the prosess by which behaviour
organetes or is altered through training or experience”. Menurut pendapatnya belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku melalui latihan atau pengalaman.
Pendapat hampir sama dikemukakan oleh Cronbach dalam Kusnadi (2005:5)
bahwa learning is shown by a change in behaviour as a result of experience. Belajar
ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman. Menurut
Kingsley dalam Kusnadi learning is the process by which behavioer (in the broader
sense) is organited or changed through practice or training. Menurut pendapat ini
belajar merupakan proses perubahan tingkah laku melalui praktek atau latihan.
Pada hakekatnya dengan belajar akan terjadi perubahan. Perubahan itu dapat
berupa sesuatu yang baru yang secara nampak dalam perilaku nyata atau yang masih
tersembunyi, mungkin juga perubahan itu berupa penyempurnaan terhadap hal yang
sudah dipelajari. Sejalan dengan pendapat tersebut, Partini (1980:48) mengatakan
pada prinsipnya belajar adalah perubahan dari seseorang, perubahan itu dapat berujud
pengertian-pengertian, dapat pula berupa kecakapan, kebiasaan, dan sikap. Perubahan
itu diperoleh setelah seseorang melakukan. Pendapat Partini menunjukan bahwa
wujud perubahan dapat berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan baik yang baru
maupun penyempurnaan yang telah ada. Perubahan tersebut juga karena adanya
interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Menurut Kusnadi (2005:12-13)
belajar adalah aktivitas yang dilakukan sebagai usaha dalam kegiatan yang
menghasilkan perubahan kemampuan baru maupun penyempurnaan.
Hasil belajar dapat berupa keterampilan motorik. Menurut Winkel (tt:53)
belajar keterampilan motorik melalui beberapa fase, yaitu fase kognitif, fase fiksasi,
dan fase otomatisme.
Belajar menari termasuk belajar yang mengutamakan
keterampilan motorik, karena pada fase kognitif anak dituntut mengetahui jenis
keterampilan. Keterampilan dalam belajar menari berupa melakukan gerak-gerak
anggota tubuh, sedang keterampilan dalam belajar karawitan (musik jawa) dituntut
keterampilan memainkan instrumen gamelan.
Belajar menggambar dituntut
keterampilan dalam menggoreskan pensil, kuas, atau sejenisnya. Setelah paham jenis
keterampilan yang dikuasai, kemudian fase fiksasi. Fase fiksasi anak dituntut untuk
melakukan latihan. Latihan dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah diketahui.
Pada fase otomatisme anak dalam melakukan gerak tari sudah berjalan dengan lancar.
Dari ke tiga fase tersebut penekanan untuk belajar keterampilan motorik adalah untuk
37
menjadikan anak secara otomatis dalam melakukan gerak tari. Untuk dapat mencapai
fase otomatisme diperlukan latihan secara terus menerus dan berkelanjutan.
Berdasarkan fase kognitif, fase fiksasi, dan fase otomatisme, dapat disimpulkan
bahwa belajar menari dapat dikategorikan pada jenis belajar keterampilan motorik,
karena aspek yang paling diutamakan pada pembelajaran tari adalah aspek
psikomotor. Jenis belajar keterampilan motorik, memberikan penekanan terbentuknya
otomatisme pada anak, yaitu dalam melakukan gerak tari dituntut berjalan secara
lancar, teratur, luwes tanpa disertai pikiran berkaitan dengan apa yang harus dilakukan
serta mengapa hal tersebut dilakukan. Semakin sering melakukan latihan, akan
semakin terbentuk otomatisasi.
Berbicara tentang anak, tidak bisa lepas dengan pentingnya layanan pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak. Berkenaan dengan layanan
pendidikan untuk anak telah disepakati untuk diangkat sebagai salah satu program
prioritas bagi setiap negara. Napitupulu (2002:32) menjelaskan pendidikan untuk anak
dini usia telah menjadi perhatian dunia internasional. Akan tetapi kenyataan yang ada
di Indonesia menurut Fasli (2002:4) perhatian terhadap pendidikan bagi anak dini usia
masih sangat rendah apabila dibandingkan dengan Negara-negara ASEAN seperti
Singapura, Malaisia, Thailan, dan Brunai Darusalam. Hal ini menunjukkan bahwa
pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan anak dini usia masih sangat
rendah serta pada umumnya mereka berpandangan bahwa pendidikan identik dengan
sekolah, sehingga pendidikan bagi anak dini usia dipandang belum perlu (2002:5).
Hal sama dikemukakan oleh Nurlaila (2004:13) yang mengatakan bahwa sebagian
besar masyarakat berpandangan bahwa memberikan pendidikan (PADU) cukup
dilakukan oleh orang dewasa yang tidak memerlukan pengetahuan tentang pendidikan
anak dini usia. Bruner dan Donalson (2002:28) dari telaahnya menemukan bahwa
sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh dari masa kanak-kanak
yang paling awal.
Berkenaan dengan anak TK, banyak pakar yang mengingatkan bahwa usia TK
merupakan masa keemasan bagi perkembangan kecerdasan anak. Benyamin S. Blom
yang dikutip Gotama (2002:v) mengatakan bahwa pada usia 4 tahun kapasitas
kecerdasan anak telah mencapai 50% dan pada usia 8 tahun telah mencapai 80%. Hal
senada dikemukakan oleh Djalal (2002:5), bahwa perkembangan kecerdasan anak
terjadi sangat pesat pada tahun-tahun awal kehidupan anak. Sekitar 50% kapasitas
kecerdasan orang dewasa telah terjadi ketika anak berumur 4 tahun, 80% telah terjadi
ketika berumur 8 tahun, dan mencapai titik kulminasi ketika anak berumur 18 tahun.
Bahkan menurut Hidayat (2002:9) bahwa pertumbuhan dan perkembangan anak perlu
diperhatikan sejak dalam rahim seorang ibu sampai usia sekitar 6 tahun, karena
investasi pembangunan manusia pada usia dini merupakan investasi yang amat penting
bagi pembangunan sumberdaya manusia berkualitas di masa mendatang.
Semiawan (2002:18) menjelaskan, pada waktu manusia lahir intelegensi yang
bersumber dari otak, secara genitis (potensial) strukturnya telah ditentukan dan
memiliki 100 sampai 200 milyard neuron sel otak. Neuron tersebut siap mengelola
beberapa trilyun informasi. Namun otak itu dapat berfungsi sangat ditentukan
lingkungan memperlakukan individu anak. Intelegensia diperpecaya datang dari
interaksi antara bawaan genetik dan lingkungan di mana seseorang tumbuh dan
berkembang (Akil Mala, 2002:35).
38
Lebih lanjut Semiawan menjelaskan bahwa otak manusia terdiri dari dua belahan
otak kiri dan kanan. Belahan otak kiri mempunyai fungsi, ciri, dan respon untuk
berfikir logis, teratur, dan linier, sedang belahan fungsi otak kanan terutama
dikembangkan untuk mampu berfikir holistic, imajinatif, dan kreatif. Menurut Lily
(2002:23) struktur otak mempunyai dua hemisphere yaitu kiri dan kanan. Setiap area
otak akan berkembang dalam urutan yang dapat diperhitungkan sehingga dapat
ditentukan waktu-waktu prima (window of opportunity) suatu kepandaian tertentu
berkembang di otak seorang anak. Lily juga menegaskan hal yang penting
diperhatikan bahwa otak anak dua setengah kali lipat lebih aktif dari pada orang
dewasa. Dengan keaktifan yang begita pesat maka perlu dimanfaatkan secara optimal.
Dengan berpedoman adanya waktu-waktu prima, menurut Lily perkembangan
motorik terjadi pada 4 tahun pertama kehidupan anak. Perkembangan motorik dapat
dirangsang dengan gerak dan musik. Semakin sering anak berlatih gerakan-geran
maka synapsis-sinapsis dalam otak akan cepat terhubung. Demikian pula dalam hal
musik. Perlu diketahui bahwa antara musik dan tari tidak dapat dipisahkan. Dengan
demikian ketika anak berlatih menari, secara otomatis anak-anak mendapatkan
kesempatan dan pengalaman mendengarkan musik. Mereka mulai proses belajar
mengenai irama, melodi, dan pada akhirnya berlatih mengembangkan keterampilan
motorik. Keterampilan motorik yang dapat dilihat pada anak yang belajar tari dan
musik, anak-anak secara alamiah akan bereaksi terhadap musik dan seringkali secara
spontan akan menggerakkan tubuhnya mengikuti irama musik yang didengar. Musik
juga menjadi ajang sosial untuk berbagi dengan orang lain, sehingga keterampilan
sosialnya juga terbentuk. Selain keterampilan motorik, dan sosial, musik merupakan
alat efektif untuk belajar bahasa. Selain itu, melalui musik yaitu “dari lagu biasanya
anak-anak mudah menangkap sebuah pesan”. Oleh karena itu menjadi semakin
sempurna, bila dalam pembelajaran seni tari yang menggunakan musik berisi lagu
anak-anak bermuatan budi pekerti.
Rahmitha (2002:34) menjelaskan bahwa usia dini merupakan masa
perkembangan dan pertumbuhan yang sangat menentukan bagi anak di masa
depannya. Pada usia dini ini stimulasi yang proposional perlu diberikan kepada anak
sehingga memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Rahmitha (2002:35) juga menjelaskan bahwa pendidikan anak TK adalah bentuk
pendidikan yang fundamental dalam kehidupan seseorang. Oleh karena itu, bentuk
pembelajaran bagi anak seharusnya dalam bentuk yang menyenangkan, tanpa ada
beban bagi anak yang dapat menciptakan hambatan bagi anak dalam mengikuti
pendidikan di masa-masa selanjutnya.
Selanjutnya menurut Soemiarti (2002:36) pembinaan anak usia 0 sampai 8 tahun
sangat penting, karena anak usia dini memiliki multi dimensi yaitu terdiri dari
kesehatan, gizi, psikososial/pendidikan (perkembangan fisik, gerak, kecerdasan,
sosial-moral), ekonomi, hak asasi manusia, hokum, dan sebagainya.
Mengingat tahun-tahun awal kehidupan anak ikut menentukan kepribadian anak,
maka diperlukan pemberian bekal yang optimal dengan memberdayakan beberapa
potensi yang dimiliki anak. Menurut Rachman (2002:51) ada lima potensi yang perlu
dikembangkan pada anak agar tumbuh secara seimbang dan optimal yaitu, potensi
spiritual, potensi perasaan, potensi akal, potensi sosial, dan potensi jasmani.
39
Rachman lebih jauh menjelaskan bahwa potensi spiritual antara lain mampu
menghadirkan Tuhan/keimanan dalam setiap kegiatan, kegemaran berbuat untuk
Allah, disiplin beribadah, sabar berupaya, dan berterima kasih/bersyukur atas
pemberian Allah pada kita. Potensi perasaan juga sering disebut potensi emosi. Halhal yang perlu dibangun dalam potensi perasaan tersebut adalah mengendalikan emosi,
mengerti perasaan orang lain, senang bekerja sama, menunda kepuasan sesaat, dan
berkepribadian stabil. Potensi akal adalah kemampuan berhitung, kemampuan verbal,
kemampuan spisialis, kemampuan membedakan, dan kemampuan membuat daftar
prioritas. Potensi sosial adalah senang berkomunikasi, senang menolong, senang
berteman, senang membuat orang lain senang, dan senang bekerja sama. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam mengembangkan potensi jasmani adalah sehat secara medis,
tahan cuaca, dan tahan bekerja keras. Pelatihan-pelatihan jasmani ditekankan pada
koordinasi gerakan tubuh, misal menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan
dalam meningkatkan Keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar (Martini,
2003:6).
Masa perkembangan anak TK merupakan periode awal dari perkembangan
setiap individu. Langeveld dalan Napitupulu (2001) mengatakan bahwa manusia
adalah “animal educandum” atau hewan yang dapat dididik, jadi jika anak itu tidak
dididik, maka ia akan tetap sama dengan monyet atau hewan lainnya, artinya tiada
perubahan tingkahlaku dan ia akan mendasarkan segala tindak-tanduknya melulu atas
dasar naluri (instinct). Oleh karena itu, pendidikan yang diikutinya merupakan
pendidikan awal yang akan mendasari pendidikan-pendidikan berikutnya (Ishak
Abdulhak, 2002:43).
Menurut Rohidi (2000:160) Anak-anak merupakan manusia yang telah
mengalami proses pembentukan budaya. Mereka merupakan manusia yang juga telah
terlatih untuk dapat berbicara dengan orang lain dengan penguasaan bahasa tertentu;
manusia yang mempunyai kepercayaan-kepercayaan tertentu; manusia yang
mempunyai pengetahuan tertentu, terutama mengenai lingkungan dekat masingmasing. Anak, betapapun sangat muda usia hidupnya, telah mempunyai nilai-nilai
tertentu yang dijadikan pedoman dalam bertindak, dan pedoman dalam menanggapi
banyak hal yang dihadapinya. Anak tidak belajar menggunakan aturan-aturan tertentu
sebagai pegangan dalam pergaulan dengan orang lain; aturan-aturan yang menyatakan
hak dan kewajiban masing-masing. Anak telah mempunyai cara berpikir tertentu yaitu
cara berpikir sesuai dengan kebudayaan di lingkungnnya. Pendidikan bagi anak usia
dini merupakan basis penentu atau pembentukan karakter manusia Indonesia di dalam
kehidupan bangsa (Suara Merdeka, 2008:7) Pembentukan karakter bangsa dan
kehandalan sumberdaya manusia sangat ditentukan bagaimana pendidikan sejak anak
usia dini (Damanhuri Rosadi, 2002: 47). Lebih lanjut Damanhuri menjelaskan bahwa
anak, yang merupakan subyek sentral yang memiliki potensi, bakat, minat yang harus
dikembangkan di dalam suasana penuh kasih sayang, aman, mendapat rangsangan dan
kesempatan serta peluang yang besar untuk mengembangkan potensi sepenuhnya.
Pentingnya memberikan layanan bagi anak usia dini sebagaimana tercantum
dalam naskah akademik kurikulum Program D2 PGTK (2000). Pertama, fungsi
adaptasi dan sosialisasi, yakni berperan dalam membantu anak melakukan
penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan serta menyesuikan diri dengan
keadaan dalam dirinya dan juga membantu anak agar ia memiliki keterampilan-
40
keterampilan sosial yang berguna dalam pergaulannya di masyarakat. Kedua fungsi
pengembangan, yang berkaitan dengan pendidikan anak usia dini dalam
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki oleh anak. Setiap unsur potensi yang
dimiliki oleh anak membutuhkan suatu situasi dan lingkungan yang dapat
menumbuhkembangkan potensi tersebut ke arah perkembngan yang optimal sehingga
menjadi potensi yang bermanfaat bagi anak itu sendiri dan lingkunganya. Ketiga
fungsi bermain, yakni peran pendidikan anak usia dini dalam memberi kesempatan
pada anak untuk bermain. Melalui bermain anak akan senang dan gembira
mengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya. Keempat, fungsi ekonomik yakni
bahwa pendidikan yang terencana pada anak usia dini merupakan investasi jangka
panjang yang dapat menguntungkan pada setiap rentang perkembangan selanjutnya.
Secara ekonomik, investasi yang ditanamkan berupa sikap, perilaku dan berbagai
fungsi mental pada anak usia dini akan menjadi penopang kokoh bagi pertumbuhan
dan perkembangan di masa berikutnya. Arti kata lain dengan pondasi yang kokoh
anak-anak akan mampu mengatasi berbagai permasalahan yang akan dihadapinya.
Oleh karena itu, mengingat pentingnya mempersiapkan pendidikan sedini mungkin
pada anak usia dini maka diperlukan perencanaan yang matang untuk pendidikan anak
usia dini, termasuk dalam hal ini perencanaan di bidang pembelajaran seni tari.
B. Pengembangan Tari Bertema Hewan
Tari Kelinci
Tema
Hewan
Indikator
Mengikuti
gerak tari
sederhana
Hitungan/
Syair Lagu
Kelinciku
kelinciku
kau manis
sekali
Materi
Uraian gerak
Melompat
kian kemari
sepanjang
hari
Aku ingin
menemani
sepulang
sekolah
Dua ibu jari
menempel di
kepala,
melengkah ke
kanan dan ke
kiri sambil
menggelengkan
kepala
Dua ibu jari
menempel di
kepala, dua
kaki melompat
ke kanan dan
ke kiri
Dua tangan
mendekap
dada, badan
digoyang ke
Keterangan
Tempo cepat, sedang,
dan lambat dibentuk
oleh music pengiring
yang ada.
Pemilihan materi tari
dengan tema
lingkunganku sub tema
(binatang peliharaan
keluarga). Bagi anak
selain dapat melakukan
gerak tari sederhana juga
penanaman konsep
(misal: kelinci, lompat,
pulang sekolah, teman,
dll).yang berada dalam
sair ke dalam sebuah
gerak.
41
Bersamamu
lagi
menari-nari
1.
Tari Ayam Jantan
Indikator
Mengikuti
gerak tari
sederhana
Materi
Hitungan/ Syair Uraian
Lagu
gerak
Kukukukuruyuk Jalan
begitulah
memutar
bunyinya
dua tangan
di belakang
punggung
Kakinya
bertanduk
hewan apa
namanya
Kuku
kukuruyuk
begitulah
bunyinya
Kakinya
bertanduk ayam
jantan
namanya
2.
kanan dan
kekiri
Dua tangan
membuka kaki
jalan ke depan
dan berputar
Keterangan
Tempo mengikuti
iringan lagu.
Pemilihan materi tari
dengan tema
lingkunganku sub tema
(binatang peliharaan
keluarga). Indikator
mengikuti gerak tari
sederhana. Sebagai
apresiasi dan ekspresi
dengan mengikuti gerak
tari sederhana.
Menanamkan konsep
pada anak berkaitan
dengan ayam jantan dan
berlatih melakukan
berbagaimacam gerak
sderhana dengan
mengikuti sair lagu.
Jalan
memutar
dua tangan
di belakang
punggung
Jalan
memutar
dua tangan
di belakang
punggung
Jalan
memutar
dua tangan
di belakang
punggung
Tari Jaranan (Kuda Kepang)
Indikator
Hitungan/
Syair Lagu
Mengikuti gerak
tari dengan irama
musik
Intro
Materi
Uraian gerak
Dua tangan
memegang kuda
kepang posisi di
depan muka
diayunkan ke
samping kanan
Keterangan
Tempo mengikuti sair lagu.
Pemilihan materi tari dengan
tema binatang peliharaan.
Nama tarian Jaranan (Kuda
Kepang). Memberi apresiasi
42
dan kiri.
Kaki berjalan
membuat
lingkaran
Jaranan
jaranan
jarane jaran
teji
Sing
nunggang
dara bei
Sing ngiring
para mantri
Jek-jek
nong jekjeknongJekjek nurut
lurung
Gedebug
krincing
gedebug
krincing
Jek-jek
gedebug
jeder
Jaranan
jaranan
jarane jaran
teji
Sing
nunggang
dara bei
Sing ngiring
para mantri
Jek-jek
nong jekjekno Jekjek nurut
lurung
Gedebug
krincing
gedebug
krincingJekjek gedebug
Posisi naik kuda
dua tangan
memegang kepala
kuda kepang kaki
berjalan berputar
Tangan kiri tetap
memegang kepala
kuda kepang
tangan kanan
memutar-mutar
pecut
Tangan kiri tetap
memegang kepala
kuda kepang
tangan kanan
memutar-mutar
pecut
Dua tangan
memegang kepala
kuda kepang kaki
kanan jangkah
samping kiri dan
samping kanan
Melompat ke
depan melompat
ke belakang
Jangkah samping
kiri jangkah
samping kanan
kemudian
melompat di
tempat tangan
kanan mecut
Posisi naik kuda
dua tangan
memegang kepala
kuda kepang kaki
berjalan berputar
Posisi naik kuda
dua tangan
memegang kepala
kuda kepang kaki
berjalan berputar
Melompat ke
depan melompat
ke belakang
Melompat ke
depan melompat
ke belakang
Jangkah samping
kiri jangkah
pada anak berkaitan dengan
kesenian tradisi dan
mengekspresikan dengan
gerak tari yang diiringi musik,
memberi kesan yang
mendalam khususnya bagi
anak lelaki.
43
jeder
3.
samping kanan
kemudian
melompat di
tempat tangan
kanan mecut
Tari Menthok
Indikator
Menggerakkan
kepala, tangan,
dan kaki sesuai
irama musik
(menari
“Menthok”)
Hitungan/
Syair Lagu
Mentok
mentok
Materi
Uraian gerak
Mentok
mentok
Takkandani
Mung
rupamu
angisinngisni
Bokya aja
ngetok ana
kandang
wae
Enak enak
ngorok ora
nyambut
gawe
Mentok
mentok
Mung
lakumu
megal
megol
gawe
guyu
Jari tangan
kanan di atas
jari tangan kiri,
badan
merendah, kaki
kanan di depan
kaki kiri
Jari tangan kiri
di atas jari
tangan kanan,
badan
merendah
Tangan kiri di
pinggang
tangan kanan
mengacungkan
telunjuk
Dua tangan
ukel di depan
muka, badan
turun naik
Dua tangan di
lipat depan
dada
Dua tangan di
lipat depan
dada, badan
turun naik
Jalan putar dua
tangan di
pinggang
Keterangan
Pemilihan materi tari
dengan tema binatang.
Indikator menggereakkan
kepala, tangan dan kaki
dikemas dalam sebuah tari
menthok sangat tepat
untuk anak TK, sebagai
kegiatan apresiasi dan
ekspresi dalam tari.
44
4.
Tari Gajah Melin
Indikator
Pratek menari, nama
tarian
tari: Gajah Melin.
Hitungan/
Syair Lagu
gajah belang
asale saka
Palembang,
Materi
Uraian gerak
ngendikane
simbah bapak
ibu guru,
tanah
Palembang
pulau
Sumatra
tanahe,
plau sisih
kulon wilayah
Indonesia,
gajah kuwi
gedene
ngedap-edapi,
sikil bumbung
irung dawa
kuping amba,
kopat kapit
buntut amung
sak ceprit,
awak kaya
lumbung yen
nesu gawe
bingung
Posisi badan
membungkuk
dua tangan lurus
ke bawah
digerakkan
samping kiri
dan kanan
Berjalan ke
depan kemudian
membungkukan
badan
Jalan samping
kanan, kembali
samping kiri
dengan
melambailambaikan dua
tangan
Jalan cinjit
berputar
Keterangan
Pemilihan materi tari dengan tema
binatang, nama tarian
tari: Gajah Melin. Gerak-gerak tari
gajah melen memiliki fareasi dan
kombinasi irama yang sangat kompleks,
hal ini melatih kepekaan gerak dan
irama pada anak.
Badan
membungkuk,
dua tangan lurus
ke bawah badan
berputar
Posisi berdiri
dua tangan di
pinggang, kaki
diayun ke depan
bergantian
kanan dan kiri
Kaki kanan
jinjit letakkan di
belakang kaki
kiri, badan
memutar ke
kanan dua
tangan samping
telinga.
Lari memutar
DAFTAR PUSTAKA
Akil, M., Mala, ”Fungsi strategis Sarana Pembelajaran Dalam Pendidikan Anak Dini
Usia”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember
2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002.
45
Benny, C.J., ”Cara-cara Pencatatan Tari Tradisi di Jawa Barat”, dalam, Pengetahuan
Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian,1986.
Depdiknas, Profil TAMAN KANAK-KANAK (TK) Pembina, Jakarta 1999
Djalal, Fasli, ”Pendidikan Anak Dini Usia, Pendidikan yang Mendasar”, dalam,
Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta:
Direktorat PADU, 2002.
Gutama. Pengantar Direktorat PADU”, dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini
Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002.
Hidayat, Syarif, ”Pengembangan Anak Dini Usia Memerlukan keutuhan”, dalam,
Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03 Desember 2002, Jakarta:
Direktorat PADU, 2002.
Jalal, Fasli, ”Meningkatkan Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Pendidikan Anak
Dini Usia” dalam, Buletin Padu Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Edisi 03
Desember 2002, Jakarta: Direktorat PADU, 2002.
Matthew B.Miles, A. Michael Huberman, ”Analisis Data Kualitatif”, Penerjemah
Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Nurlaila N.Q.,Mei Tientje dan H., Yul Iskandar, PADU Untuk Mengembangkan
Multipel Inteligensi, Jakarta: Dharma Graha Group, 2004.
Padmonodewa, Soemiarti, ”Pengembangan Anak Dini Usia, Beberapa Model yang
Ada” dalam, dalam, Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta:
Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia, 2002.
Parani, Yulianti,
”Penari sebagai sumberdaya dalam Penata Tari”, dalam,
Pengetahuan Elementer Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat
Kesenian.1986.
Rachman, Arif, ”Pendidikan Seks Untuk Anak Usia Dini” dalam, Buletin PADU
Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.
2002.
Rilantono, Lily I., ”Konsep pengasuhan dan Pengembangan Anak Dini Usia”, dalam,
Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Anak Dini Usia, 2002.
Rohidi, T. R., Kesenian dalam Pendekatan Kebudayaan, STSI Bandung, Bandung,
2000.
Rohidi, R. Tjetjep. ”Pendidikan Seni Sebagai Tradisi Pemuliaan Kemanusiaan:
Refleksi Paradigmatik dalam Konteks Kebudayaan”.Makalah.Disajikan Pada
Seminar nasional “Globalisasi dan Lokaliti dalam Pendidikan Seni” 18-19 Mei
2004. Universitas Sultan Idris, Perak, Malaysia.
Sairin, Safri, “Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Catatan Singkat” Makalah.
Disampaikan Pada Pelatihan Penulisan Proposal Universitas Negeri Semarang 20
Juli 2004.
Sediono, et al. Paket Pelatihan Awal untuk Sekolah dan Masyarakat. Kerjasama
Depdiknas, UNESCO, UNICEF dan Nzaid. 2003
Sdyawati, Edi, ”Yang Tersampaikan Oleh Tari”, dalam, Pengetahuan Elemen Tari
dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986.
Sdyawati, Edi, ”Tari Sebagai Salah Satu Pernyataan Budaya”, dalam, Pengetahuan
Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta: Direktorat Kesenian.1986.
46
Semiawan, R., Cony, ”Pendidikan Anak Dini Usia Belajar Melalui Bermain”, dalam,
Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Anak Dini Usia. 2002.
Semiawan, R., Conny, ”Menuju Pendidikan Multikultural”, Makalah, 2004.
Soedarsono, ”Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari” dalam, Pengetahuan
Elemen Tari dan Beberapa Masalah Tari, Jakarta : Direktorat Kesenian. 1986.
Soendjojo, Rahmitha P., ”Pendidikan Anak Dini Usia Hak Semua Anak” dalam,
Buletin PADU Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia, Jakarta: Direktorat Pendidikan
Anak Dini Usia. 2002.
Yufiarti, ”Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak Indonesia”, dalam, Buletin PADU
Jurnal Ilmiah Anak Dini Usia Jakarta: Direktorat Pendidikan Anak Dini Usia.
2002.
Download