METABOLIC AND HEMODYNAMIC INTERACTION FOCUSING IN ANGIOTENSIN II AS CARDIOVASCULAR RISK DJANGGAN SARGOWO FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2006 1 METABOLIC AND HEMODYNAMIC INTERACTION FOCUSING IN ANGIOTENSIN II AS CARDIOVASCULAR RISK Djanggan Sargowo Fakultas kedokteran Universitas Brawijaya, Malang Ringkasan Sistem renin angiotensin memainkan peranan penting pada kardiovaskuler. Angiotensin II memediasi sebagian besar efek biologis yang terkait melalui aktivasi reseptor angiotensin II tipe I (AT1). Aktivasi reseptor AT1 tidak hanya meningkatkan tekanan darah, tetapi juga menyebabkan inisiasi disfungsi vaskuler secara dini dan hipertrofi jantung. Hipertensi yang berlangsung lama, ditambah dengan faktor resiko, akan mengarah pada penyakit jantung koroner dan infark miokard yang berhubungan dengan tingginya angka kematian dan kecacatan. Stimulasi terhadap reseptor AT 1 tidak hanya berperan pada atherosklerosis, melainkan juga berperan pada cardiac remodelling setelah infark miokard. Sasaran utama penelitian ini adalah pasien hipertensi dan / atau infark miokard yang beresiko menderita gagal jantung. Aktivasi reseptor AT 1 mengurangi keutuhan miokardium, meningkatkan overload jantung dan retensi garam / air, serta menurunkan fungsi ginjal serta metabolik. Hambatan pada sistem renin angiotensin oleh penghambat ACE atau penghambat reseptor AT1 menurunkan tekanan darah dan mempunyai efek menguntungkan pada lesi atherosklerotik dan kerusakan jantung karena hipertensi. Selain ini, penghambat ACE dan penghambat reseptor AT1 mengurangi cardiac remodelling, mengurangi gejala klinis, dan mengurangi angka kematian pada gagal jantung. Penelitian-penelitian menunjukkan pentingnya antagonis reseptor AT1 dalam sistem kardiovaskuler. Kata kunci : reseptor AT1, angiotensin, atherosklerosis, hipertensi, gagal jantung 2 Summary The renin-angiotensin system plays a pivotal role in many cardiovascular diseases. Angiotensin II mediates most of its relevant biological effects via angiotensin II type-1 (AT1) receptor activation. AT1-receptor activation not only elevates blood pressure but also leads to initiation of early vascular dysfunction and cardiac hypertrophy. Longlasting hypertension, together with additional risk factors, frequently results in coronary artery disease and myocardial infarction associated with high morbidity and mortality. Stimulation of AT1 receptors not only propagates underlying atherosclerosis, but is also important in cardiac remodeling after myocardial infarction. Finally, patients with hypertension and/or myocardial infarction are at risk of developing heart failure, the ultimate endpoint of the cardiovascular continuum. AT 1-receptor activation increases loss of intact myocardium, enhances cardiac afterload and water/salt retention, and has a detrimental influence on renal and metabolic function. Inhibition of the renin-angiotensin system by ACE inhibitors or AT1-receptor blockers lowers blood pressure and has a significant beneficial impact on atherosclerotic lesions and hypertensive cardiac damage. In addition, it diminishes cardiac remodeling after myocardial infarction and ameliorates clinical symptoms and reduces mortality in heart failure. These findings underline the potential importance of AT1-receptor antagonists as protective drugs in virtually all stages of the cardiovascular continuum. Keywords: AT1 receptor, angiotensin, atherosclerosis, hypertension, heart failure. 3 I. Angiotensin II dan reseptornya Octapeptide angiotensin II (ang II), yang berasal dari angiotensin I, mengatur tekanan darah, keseimbangan air dan garam, fungsi saraf, dan sistem neurohumoral yang lain (Gambar 1). Penelitian awal yang terpusat pada peranan ang II dalam patogenesis hipertensi menunjukkan peranan ang II dalam patogenesis atherosklerosis, vascular and myocardial remodelling, dan gagal jantung kongestif. Efek ang II diatur oleh 2 reseptor, yaitu reseptor ang II tipe I (AT1) dan reseptor ang II tipe 2 (AT2). Reseptor AT2 terutama didapatkan pada otak dan kelenjar adrenal. Reseptor AT2 menyebabkan vasodilatasi dan menghambat pertumbuhan otot polos vaskuler. Efek ang II berhubungan dengan aktivasi reseptor AT1. Reseptor AT1 berhubungan dengan seven membrane domain superfamily of G-protein coupled receptors dan ditunjukkan pada sel otot polos vaskuler, jantung, paru, otak, hepar, ginjal, kelenjar adrenal, dan organ lain. Reseptor AT1 berpasangan dengan bermacam-macam intracellular signaling molecules, termasuk phospholipase A2, C dan D, adeny1ate cyclase, voltage dependent Ca 2+ channels, dan kinase yang termasuk dalam phosphorylation cascades. Tergantung pada tipe sel dan organ, stimulasi jalur transduksi sinyal mengawali kontraksi sel, hipertrofi, proliferasi, dan / atau apoptosis (Gambar 1). Efek penting dari aktivasi reseptor AT1 dalam sistem kardiovaskuler adalah produksi reactive oxygen species (ROS). Produksi ROS, berlawanan dengan sistem antioksidan, berperan penting dalam kondisi seperti kerusakan jantung karena rokok, hiperkolesterolemia, diabetes, hipertensi, dan gagal jantung. Akibat dari tekanan oksidatif meliputi hambatan nitric oxide (NO), modifikasi oksidatif DNA dan protein, oksidasi lemak, dan aktivasi gen yang sensitif terhadap redox, misalnya molekul adhesi dan kemotaksis, pro-inflamatory cytokines, dan matrix metalloproteinases (MMP s), yang memainkan peranan penting pada progresi atherosklerosis. Produksi ROS yang dirangsang oleh reseptor AT1 pada dinding vaskuler berhubungan dengan aktivasi superoxide radical producing NAD(P)H oxidase pada sel vaskuler. Aktivasi reseptor AT1 menimbulkan berbagai macam 4 efek biologis yaitu peningkatan tekanan darah seiring dengan disfungsi vaskuler dan miokardium. Gambar 1. Sistem renin angiotensin (RAS = Renin Angiotensin -System). Ang II, efektor utama dalam RAS, mengaktivasi reseptor AT1. ACE : angiotensin converting enzime; reseptor AT2 : reseptor angiotensin tipe II; reseptor B1 : reseptor bradikinin tipe 1: reseptor B2 : reseptor, bradikinin tipe 2; NO : nitric oxide.(Wassmann, S., Eur.Heart.J.,2004) II. Reseptor AT1 dan hipertensi Aktivasi reseptor AT1 menyebabkan vasokonstriksi, retensi air dan garam, aktivasi neurohumoral, dan peningkatan produksi ROS. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan darah. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa aktivasi reseptor AT1 melalui peningkatan produksi renin, ekspresi angiotensinogen, atau pengaturan ang II, atau overexpression reseptor AT, akan meningkatkan tekanan darah yang berhubungan dengan komplikasi organ. Pada manusia, terdapat kontroversi apakah gen polimorfisme dalam ACE, renin, atau reseptor AT1, yang mungkin dapat meningkatkan aktivasi reseptor AT1, berperan dalam hipertensi atau penyakit kardiovaskuler. Hubungan antara perubahan gen dengan peningkatan tekanan darah belum jelas karena hipertensi merupakan suatu 5 penyakit yang disebabkan berbagai macam faktor endogen dan eksogen. Hipertensi sekunder seringkali disebabkan aktivasi sistem renin angiotensin (renin angiotensin system = RAS). Misalnya, penyakit ginjal dan stenosis vaskuler ginjal akan diawali oleh peningkatan produksi renin, diikuti oleh peningkatan aktivasi reseptor AT1 karena adanya peningkatan ang I.I dalam sirkulasi. Pasien hipertensi dengan tanda-tanda peningkatan RAS mempunyai resiko tinggi terkena penyakit kardiovaskuler. RAS dan reseptor AT1 berhubungan dengan onset dan progresivitas hipertensi, walaupun peranan RAS sebagai etiologi dari hipertensi primer masih belum jelas. Bukti lain yang menunjukkan hubungan reseptor AT dengan hipertensi adalah adanya penurunan tekanan darah dengan menggunakan penghambat ACE dan penghambat reseptor AT1 (AT1 receptor blockers = ARBs). Penelitian terbaru juga menunjukkan bahwa ARB mempunyai tingkat keefektifan dalam penurunan tekanan darah bila dibandingkan dengan obat lainnya. III. Reseptor AT1 dan hipertrofi jantung Pasien hipertensi seringkali mengalami hipertrofi jantung. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan respon miokardium terhadap rangsangan biomekanik dan hormonal. Hipertrofi miokardial merupakan proses adaptasi terhadap peningkatan kebutuhan tubuh. Hipertrofi jantung juga disebabkan aktivasi neurohumoral yang didapatkan pada hipertensi, infark miokard, atau gagal jantung. Growth factor, sitokin, dan hormon merangsang pertumbuhan kardiomiosit dan fibroblas yang akan merangsang terbentuknya matriks ekstraseluler. RAS berperan penting dalam hipertrofi jantung. Hipertrofi jantung dirangsang melalui signal transduction pathways yang meliputi kalsium, MAP kinases, nuclear factor kB (NFkB) dan lain-lain. Aktivasi reseptor AT1 menimbulkan hipertrofi miosit jantung dan menyebabkan fibrosis jantung melalui produksi kolagen dan pertumbuhan fibroblas. Hipertrofi ventrikel kiri merupakan faktor resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler pada pasien hipertensi. Hipertrofi jantung menyebabkan disfungsi 6 sistolik dan diastolik. Obat yang mempengaruhi RAS terbukti efektif dalam penanganan hipertrofi ventrikel kiri. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa ARBs merupakan obat yang paling efektif. IV. Reseptor AT1 dan atherosklerosis Banyak penelitian menyebutkan bahwa aktivasi reseptor AT1 menyebabkan vascular superoxide radical release in vitro and in v'ivo, stres oksidatif, dan disfungsi endotel. Penghambatan terhadap aktivasi reseptor AT1 oleh ARBs atau penghambat ACE dapat memperbaiki fungsi endotel. Kehilangan NO dan peningkatan produksi ROS menimbulkan atherosklerosis dalam berbagai stadium. Hiperkolesterolemia berhubungan dengan overexpression reseptor AT1. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa abnormalitas vaskuler dapat diatasi oleh penghambat reseptor AT. Lesi atherosklerotik juga dapat diatasi dengan menggunakan penghambat reseptor AT. Penelitian ini mendukung konsep bahwa hiperkolesterolemia meningkatkan ekspresi reseptor AT1, dan menyebabkan atherosklerosis. Penelitian ini telah disesuaikan dengan manusia, dan menunjukkan pula hubungan molekuler antara hiperlipidemia dengan hipertensi. Stadium dini atherosklerosis berhubungan dengan adanya adhesi antara monosit dengan endothelium. Hal ini meliputi pula ekspresi redox sensitive chemotaxis dan molekul adhesi, seperti monocyte chemoattractant protein-1 (MCP-1.), vasicular cell adhesion molecule-1 (VCAM-l), dan intercellular adhesiion molecule-1 (ICAM-l). Terbentuknya ang II dirangsang oleh ROS dan penekanan NO. Ekspresi monocyte CD11b ditimbulkan oleh ang II. Aktivasi reseptor AT juga menyebabkan ketidakseimbangan t-cell subtype dengan meningkatkan Thl cell fraction. Stadium lain dari atherosklerosis adalah pembentukan fatty streak yang ditandai adanya peningkatan LDL, ekspresi oxLDL reseptor LOX-l dalam sel endotel, pengambilan ox-LDL oleh makrofag, dan pembentukan foam cell. Proses ini disebabkan oleh aktivasi reseptor AT. Pembentukan plak atherosklerotik ditimbulkan oleh migrasi dan proliferasi sel otot 7 polos vaskuler. Ruptur plak merupakan akibat peningkatan deposisi lemak, reaksi inflamasi, apoptosis, dan degradasi matriks. Aktivasi reseptor AT juga merangsang produksi pro-inflamatory cytokine seperti interleukin 6. lnterleukin 6 dapat meningkatkan ekspresi reseptor AT dan ROS. Apoptosis dari sel otot polos vaskuler dirangsang oleh ang II dan dihambat oleh ARBs. Ang II meningkatkan ekspresi dan aktivitas MMPs, yang menyebabkan degradasi matriks ektraseluler pada plak. Ang II berperan pada proses atherosklerotik melalui aktivasi reseptor AT1 (Gambar 2). Penghambatan terhadap aktivasi reseptor AT dapat menurunkan stres oksidatif. Penghambatan terhadap RAS dapat menurunkan insiden penyakit kardiovaskuler pada pasien atherosklerotik. Gambar 2. Reseptor AT1. Aktivasi reseptor AT1 oleh ang II dan peningkatan ROS (reactive oxygen species) berhubungan dengan berbagai macam kejadian dalam sel, seperti penurunan bioavailabilitas NO, modifikasi DNA dan protein, oksidasi lemak, peningkatan mitogenisitas dan apoptosis sel vaskuler, peningkatan ekspresi dan aktivasi gen, seperti reseptor LOX- 1 (low density lipoprotein - 1), molekul adhesi, faktor kemotaksis, proinflammatory cytokines, regulator dari cycle cell progression, dan matrix metalloproteinase. Aktivasi reseptor AT1 menyebabkan proses atherosklerotik. MCP-l : monocyte chemoattractant protein-1: ICAM-l : intercelluler adhesion molecule-1; VCAM-l : vascular adhesicn molecule-1: NFkB : nuclear factor kB: sel otot polos vaskuler; EC : endothelial cells; IL-6 : interleukin-6: MMP : matrix metalloproteinases. (Wassmann, S., Eur.Heart.J.,2004) 8 V. Reseptor AT1 dan infark miokard Faktor resiko seperti hipertensi dan hiperkolesterolemia dapat menimbulkan atherosklerosis dan mempengaruhi organ-organ seperti otak, jantung, atau ginjal. Pada jantung, atherosklerosis menyebabkan sumbatan arteri koronaria, yang dapat mengarah pada infark miokard. Reseptor AT1 mempunyai peranan penting dalam patofisiologi dan terapi hipertensi dan hiperkolesterolemia. Reseptor AT1 juga berperan dalam rekonstruksi miokard. Adanya infark miokard dan hilangnya massa kontraktil menimbulkan overload mekanik pada jaringan miokard sehat pada ventrikel kiri. Proses ini merupakan usaha untuk memperbaiki miokard dan cardiac output. Hal ini tergantung pada re-ekspresi program gen fetal yang mengawali modifikasi fenotipik termasuk fibrosis dan kematian sel miokard. Selain karena stres mekanik, proses ventricular remodelling juga dipengaruhi aktivitas neurohumoral, termasuk sistem saraf simpatis dan RAS. Aktivasi reseptor AT1 menimbulkan apoptosis set miokird dan fibrosis, serta dapat merangsang fenotipe miokard fetal. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa hambatan pada reseptor AT1 melalui intervensi farmakologis dengan ARBs menurunkan ukuran daerah infark, mengurangi apoptosis cardiac, menurunkan fibrosis, dan meningkatkan prognosis hidup. Penelitian ini juga disesuaikan dengan manusia. Hambatan pada ACE dan hambatan pada reseptor AT1 menurunkan angka kecacatan dan kematian pasien infark miokard. VI. Reseptor AT1 dan gagal jantung Hipertensi yang berlangsung lama dan infark miokard merupakan faktor pencetus gagal jantung kongestif. Hambatan pada reseptor AT1 dapat mencegah progresivitas gagal jantung. Penurunan cardiac output merangsang aktivitas neurohumoral, termasuk sistem saraf simpatis dan RAS. Aktivasi neurohumoral tersebut dapat meningkatkan frekuensi jantung, afterload, serta retensi air dan garam. Peningkatan katekolamin terutama ang II dapat menyebabkan kerusakan pada kalsium intraseluler, kontraksi sel, re-ekspresi gen fetal, apoptosis miokard, 9 dan fibrosis. Kombinasi dari hilangnya jaringan kontraktil dan peningkatan preload serta afterload dapat meningkatkan progresivitas gagal jantung. Hambatan pada reseptor AT1 menurunkan aktivasi neurohumoral. Hal ini diikuti oleh penurunan frekuensi jantung, tekanan darah, afterload, dan retensi air. Selain ini, hambatan pada reseptor AT1 dapat mencegah apopotosis dan fibrosis. Hal ini merupakan dasar penggunaan penghambat ACE dan ARBs pada gagal jantung. Penelitian menunjukkan bahwa kombinasi penghambat ACE dan ARBs dapat mengurangi angka kecacatan dan kematian pasien gagal jantung. Gambar 3. Hambatan reseptor AT1. Ruptur plak dan trombosis, yang menyebabkan sumbatan arteri koroner, menimbulkan infark miokard dan proses remodelling. Pada akhimya, akan terjadi gagal jantung. Penghambat reseptor AT1 (AT1 re,ceptor blockers = ARB) terbukti mempengaruhi stadium penyakit kardiovaskuler. (Wassmann, S., Eur.Heart.J.,2004) 10 VII. Kesimpulan Penyakit kardiovaskuler seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan gagal jantung merupakan penyebab kematian utama penduduk daerah barat. Meskipun sudah banyak penelitian yang dilakukan, etiologi dan patofisiologi penyakit tersebut belum diketahui dengan jelas. Aktivasi reseptor AT1 mempunyai peranan penting pada penyakit kardiovaskuler (Gambar 3). Faktor resiko seperti hipertensi, hiperkolesterolemia, dan diabetes berhubungan dengan over-expression dan peningkatan aktivitas reseptor AT1. Faktor-faktor tersebut menyebabkan atherosklerosis, penyakit jantung koroner, infark miokard, dan gagal jantung. Penghambat AT1 merupakan terapi primer untuk mengatasi hat tersebut. Terdapat banyak perdebatan tentang kebutuhan ARB, penghambat ACE, dan kombinasi obat tersebut untuk melawan efek RAS. ARBs terbukti mempunyai efek samping yang lebih sedikit dari pada penghambat ACE. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui peranan sentral reseptor AT1 terhadap penyakit kardiovaskuler. 11 DAFTAR PUSTAKA Bascands JL, Girolami JP, Troly M, et al. Angiotensin II Induces phenotypedependent apoptosis in vascular smooth muscle cells. Hypertension 2001;38:1294-9. Frey N, Katus HA, Olson EN, et al. Hypertrophy of the heart: a new therapeutic target? Circulation 2004;109:1580-9. Griendling KK, Murphy TJ, Alexander RW. Molecular biology of the renninangiotensin system. Circulation 1993;87:1816-28. Hansson L, Lindholm LH, Niskanen L, et al. Effect of angiotensin-convertingenzyme inhibition compared with conventional therapy on cardiovascular morbidity and mortality in hypertension: the Captopril Prevention Project (CAPPP) randomised trial. Lancet 1999;353:611-6. Harada K, Sugaya T, Murakami K, et al. Angiotensin II type 1A receptor knockout mice display less left ventricular remodeling and improved survival after myocardial infarction. Circulation 1999;100:2093-9. Hunter JJ, Chien KR. Signaling pathways for cardiac hypertrophy and failure. N Engl J Med 1999;341:1276-83. Morawietz H, Rueckschloss U, Niemann B, et al. Angiotensin II induces LOX-1, the human endothelial receptor for oxidized low-density lipoprotein. Circulation 1999;100:899-902. Mueller C, Baudler S, Welzel H, et al. Identification of a novel redox-sensitive gene, Id3, which mediates angiotensin II-induced cell growth. Circulation 2002;105:2423-8. Nickenig G, Harrison DG. The AT(1)-type angiotensin receptor in oxidative stress and atherogenesis: part I: oxidative stress and atherogenesis. Circulation 2002; 105:39-6. Schieffer B, Schieffer E, Hilfiker-Kleiner D, et al. Expression of angiotensin II and interleukin 6 in human coronary atherosclerotic plaques: potential implications for Inflammation and plaque instability. Circulation 2000; 101: 1372-8. 12 Schieffer B, Wirger A, Meybrunn M, et al. Comparative effects of chronic angiotensin-converting enzyme inhibition and angiotensin II type 1 receptor blockade on cardiac remodeling after myocardial infarction in the rat. Circulation 1994;89:2273-82. Shao J, Nangaku M, Mlyata T, et al. Imbalance of T-cell subsets in angiotensin IIInfused hypertensive rats with kidney injury. Hypertension 2003;42: 31-8. Unger T. The angiotensin type 2 receptor: variations on an enigmatic theme. J. Hypertens 1999; 17:1775-86. Warnholtz A, Nickenig G, Schulz E, et at. Increased NADH-oxidase-mediated superoxide production in the early stages of atherosclerosis: evidence for involvement of the renin-angiotensin system. Circulation 1999;99: 2027-33. Wollert KC, Drexler H. The renin-angiotensin system and experimental heart failure. Cardiovasc Res 1999;43:838-49. 13