Bab 6.1.2. Struktur Perusahaan 6.1.2.1. Diferensiasi dan integrasi Dalam kehidupan sosial manusia sehari-hari – bahkan juga dalam kehidupan binatang – terjadi diferensiasi atau pembedaan pekerjaan yang mengakibatkan pembagian kerja. Dalam kehidupan serigala, misalnya, di antara kawanan yang sedang memangsa, ada yang menghadang di samping, ada yang di belakang, dan ada yang menyergap. Dalam kehidupan manusia, ada yang mengurus rumah tangga, ada yang mencari uang. Hal ini pun terjadi pada perusahaan sebagai kehidupan sosioteknis berdasarkan sistem ekonomi (dalam arti bahwa pendapatan perusahaan harus dapat melebihi biaya-biaya perusahaan): ada bagian produksi, bagian pembukuan, dan pemasaran/penjualan. Dengan perkembangan dunia usaha selama abad ke-20, khususnya pada paruh kedua, pasar tumbuh pesat karena berbagai penghalang dibuka akibat perdagangan bebas. Globalisasi dan deregulasi, seperti ACFTA (ASEAN China Free Trade Agreement) dan meningkatnya peranan pasar modal, semuanya mengakibatkan terbukanya pasar-pasar baru yang di satu pihak mengakibatkan peningkatan permintaan customer dan di pihak lain terjadi peningkatan persaingan secara intensif. Misalnya, ACFTA memungkinkan ASEAN dan Cina saling membuka pasarnya satu bagi yang lain: Cina membuka pasarnya bagi ekspor Indonesia yang sangat menguntungkan untuk produk komoditas, tetapi di lain pihak Cina juga membanjiri Indonesia dengan produk konsumen, yang menjadi pesaing tangguh terhadap produk lokal. Akibat globalisasi dan perdagangan bebas, muncullah perusahaan-perusahaan besar dan kompleks yang harus dilihat terutama dengan latar belakang timbulnya pasar yang semakin besar (dan semakin efisien) serta berkembangnya pembagian kerja ( division of labour) yang tumbuh di masyarakat kita. Turunnya biaya transportasi barang (lewat darat, laut atau udara) serta transportasi data dan informasi (lewat telepon, telex, fax, komputer, Internet) memacu meluasnya pasar dan akhirnya membawa dunia menuju “ekonomi pembagian kerja” (division of labour economy), seperti outsourcing pembuatan sepatu olahraga ke Indonesia. Perkembangan ini merupakan indikasi adanya pengalaman bahwa diferensiasi, yaitu pembagian kerja dan spesialisasi, mempunyai keunggulan efisiensi yang khas, baik di bidang perakitan industri maupun di bidang jasa (misalnya outsourcing IT ke India) dan administrasi. Hasil-hasil bagian (intermediate outputs) dari berbagai proses yang muncul akibat pembagian kerja harus diintegrasikan secara tepat selama proses berjalan. Oleh karena itu, perusahaan yang beroperasi berdasarkan proses-proses memerlukan koordinasi – yang dilakukan oleh process owner – untuk mengintegrasikan bagian-bagian pekerjaan yang sudah selesai menjadi satu keseluruhan yang berarti. Dengan demikian, keuntungan efisiensi berkat pembagian kerja dan standardisasi diperlawankan dengan biaya koordinasi. Bila kita berbicara mengenai keunggulan efisiensi, yang dimaksudkan ialah fenomena bahwa terjadi peningkatan output dengan biaya lebih rendah dan juga 1 lebih cepat. Hal itu dimungkinkan berkat kepandaian pembagian kerja, keahlian tenaga kerja dengan kualifikasi yang sesuai, dan pada taraf tertentu juga karena standardisasi proses maupun produk dan jasa. Pembagian kerja, spesialisasi, dan standardisasi – semua akibat dari timbulnya produksi masal dalam bidang industri – dengan cepat memungkinkan masyarakat luas mampu membeli berbagai macam inovasi teknologi baru seperti mobil, sepeda motor, kulkas, TV, dan telepon seluler. Walaupun kini sudah lebih dari 200 tahun sejak permulaan revolusi industri, pembagian kerja, spesialisasi dan standarisasi masih terus merupakan tantangan utama bagi aktivitas usaha perusahaan. Pada masa sekarang, spesialisasi dan standardisasi bukan hanya diterapkan pada proses produksi industri, tetapi makin banyak juga diterapkan di bidang pengembangan produk (proses inovasi produk), bidang jasa baik keuangan maupun pengobatan (industrialisasi jasa). Melakukan standardisasi tidak berarti bahwa variasi produk menjadi lebih sedikit. Malahan sebaliknya, variasi sangat meningkat. Perusahaan-perusahaan harus meningkatkan perhatiannya untuk menjamin manfaat paling besar bagi pelanggannya. Usaha ini dapat mereka lakukan dengan menggunakan apa yang disebut integrated business solutions (solusi bisnis terpadu) melalui customerspecific integration of intermediate outputs (integrasi hasil-hasil sementara khusus bagi customer), lebih-lebih barang kompleks yang menciptakan nilai unggul bagi customer. Sebagian besar inovasi modern didasarkan pada permainan pintar atas standardisasi yang tidak disadari oleh customer dan memainkan kombinasi dan integrasi khusus untuk customer, yang benar-benar menjadi inti bagi customer value tertentu, sebagaimana dapat dilihat dari operasi katarak dalam contoh berikut. Dalam buku The Bottom of The Pyramid ada beberapa contoh bagaimana inovasi standardisasi dan integrasi menjadi inti customer value untuk segmen-segmen paling bawah pada kelas sosial masyarakat yang belum digarap dan jumlahnya sangat besar untuk negara-negara seperti Cina, India dan Indonesia. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai penanganan operasi katarak di India. Proses-proses operasinya distandardisasi sehingga dapat dikerjakan dengan proses ’ban berjalan’. Satu dokter dapat melakukan puluhan operasi dalam sehari karena semua proses persiapan sudah dilakukan sebelumnya sehingga seluruhnya diintegrasikan menjadi satu proses. Dengan begitu, biaya dapat ditekan hingga 50 dolar AS per pasien, sementara klinik tetap memperoleh laba. Contoh lain lagi adalah pemenang Nobel Perdamaian Mohammad Yunus, yang banknya menggarap kredit ke lapisan paling rendah. Baik contoh pertama maupun kedua, semuanya berdasarkan pembagian kerja, spesialisasi, dan standardisasi, yang dengan customer-specific integration (integrasi khusus bagi customer) menjadi superior customer value (nilai unggul bagi customer). Ini merupakan bukti nyata bahwa stadardisasi membuat jasa pengobatan dan keuangan juga lebih terjangkau. 2 Dengan adanya struktur kita dapat: menentukan pembagian kerja (diferensiasi) yang sesuai dan dengan demikian meningkatkan efisiensi di produksi, jasa dan administrasi di satu pihak; dan di pihak lain, mengoordinasi berbagai output-bagian yang tercipta oleh pembagian kerja, sehingga semuanya dapat diintegrasikan secara efektif dalam satu output yang lebih bernilai. Oleh sebab itu, diferensiasi terutama membantu menciptakan proses produksi yang paling efektif dari segi biaya (cost-effective) untuk tujuan efisiensi: 'mencapai output maksimum dengan input sesedikit mungkin'. Adapun integrasi terutama membantu menghasilkan manfaat sebesar mungkin bagi customer untuk tujuan efektivitas: ’setepat mungkin dalam memenuhi tuntutan kualitas suatu jasa yang sebelumnya telah dijanjikan kepada stakeholders'. Inilah prinsip yang membuat General Electric dengan Six Sigma-nya begitu tersohor ketika berada di bawah pimpinan Jack Welch. Struktur memperlihatkan semacam tingkat kekonstanan sementara. Dalam pengertian ini struktur adalah perwujudan tatanan (order) atau organisasi. Dalam istilah manajemen bisnis, kita dapat membedakan dua kategori struktur yang penting, yakni struktur organisasi dan struktur proses. 6.1.2.2. Dari struktur organisasi vertikal ke horizontal Kalau perusahaan-perusahaan di Indonesia dan mungkin juga di negara-negara lain, termasuk di negara maju, ditanya mengenai struktur organisasinya, yang disodorkan pasti struktur organisasi vertikal. Dalam pembagian kerja, baik itu kegiatan yang menghasilkan nilai tambah maupun tugas kepemimpinan, struktur organisasi perusahaan memperlihatkan kriteria dasar yang mengatur bagaimana sejumlah aktivitas atau tugas dikelompokkan dan selanjutnya dilaksanakan. Misalnya dikelompokkan menurut: fungsi (produksi, maketing, sumber daya manusia, penjualan, keuangan, dll) – inilah struktur organisasi fungsional; bidang-bidang aktivitas yang berkaitan dengan pasar atau produk (majalah wanita, majalah lelaki, majalah anak-anak, majalah interior) – inilah struktur organisasi divisional; secara geografi (regional, area, distrik, kota madia) – inilah struktur organisasi geografis/regional; Berikut adalah contoh struktur organisasi vertikal berdasarkan fungsi: 3 Board of Directors Production Finance Marketing Sales Yang biasanya terjadi adalah perpaduan antara struktur berdasarkan fungsi, bidang aktivitas, dan regional-geografis tersebut, sehingga semuanya sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Misalnya, semua penjualan (fungsi) pada divisi majalah wanita (divisional) di wilayah Jawa Timur (regional) dilakukan melalui agen, sedangkan semua penjualan majalah wanita ini di wilayah Jawa Barat dilakukan melalui pasar swalayan, toko buku, kios hotel. Struktur organisasi vertikal cukup memadai, bahkan dapat dikatakan sukses untuk keadaan ketika pembeli mencari produk – sellers market. Ketika itu kekuatan perusahaan terletak pada spesialisasi dan pembagian kerja untuk menghasilkan produk sebaik mungkin dan semurah mungkin. Keadaan seperti ini terjadi pada permulaan Revolusi Industri dan terulang lagi pada zaman yang dikenal dengan julukan 'baby boomers', yaitu tahun-tahun setelah Perang Dunia II. Anekdot Henry Ford, pendiri merek mobil Ford, pada permulaan industri mobil, mengatakan: “You can get any car from me as long as the colour is black” (“Anda bisa mendapatkan mobil apa saja dari saya, asalkan warnanya hitam”). Anekdot ini memperlihatkan bagaimana pada zaman sellers market pihak penjual sungguh-sungguh menjadi raja. Akan tetapi, ketika pembeli merasa jenuh, keadaan pun berubah. Pembeli mulai mempunyai keinginan-keinginan khusus seperti pelayanan purnajual, jangka waktu pengiriman, ketersediaan, prestise, dan lain-lain. Keadaan pasar telah berubah dari sellers market ke buyers market. Perubahan ini mengakibatkan bahwa struktur vertikal tidak cocok lagi. (Lihat penjelasan Knut Bleicher pada hal ...) Bagaimana dengan keadaan perusahaan di Indonesia? Pada umumnya perusahaan berada dalam masa peralihan, masa adaptasi terhadap perubahan dari sellers market ke buyers market. Keadaan ini dapat kita lihat dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi pemasok lokal dalam melayani outlet-outlet modern seperti hipermarket, supermarket, dan minimarket. Semua outlet atau pengecer modern ini menggunakan trading terms (persetujuan dagang) sebab tujuan strategi mereka adalah kepuasan pelanggan (customer satisfaction), alias buyers market. Trading terms ini dirasa mencekik oleh para pemasok lokal. Apakah benar demikian atau karena pola kerja pemasok lokal yang ketingalan zaman? Sebabnya antara lain karena pola pikir fungsional tidak sesuai untuk buyers market, seperti yang dijelaskan pada gambar .... 4 Berbagai Konsekuensi Pemikiran Fungsional: Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Ÿ Tidak terfokus pada customer. Tidak responsif terhadap kebutuhan customer yang berubah-ubah. Alur proses panjang dan rumit, yang sebenarnya tidak diperlukan. Penduplikasian dan langkah-langkah yang berlebihan. Jeda w aktu yang panjang, w aktu tunggu yang lama, bottle necks. Keputusan-keputusan yang tidak mendukung. Usaha peningkatan dalam departemen dilakukan sendiri-sendiri sehingga tidak optimal . Konsekuensi ini mengarah kepada: Ÿ Ketidakpuasan customer Ÿ Berbagai ketidakefisienan dan kerugian Akibatnya pada bisnis: Ÿ Berkurangnya Laba Ÿ Berkurangnya Daya Saing Berbeda halnya di negara maju. Perusahaan-perusahaan di sana menyadari bahwa untuk menyusun aktivitas perusahaan, pola pikir fungsional tidaklah tepat. Aktivitas perusahaan harus dilakukan berdasarkan sistem yang terdiri atas sejumlah proses (value chain) bila ingin berhasil dalam buyers market. Proses-proses ini disusun secara horizontal, melintasi batas fungsi, yang di dalamnya terdapat proses-proses horizontal, yang disebut core processes (proses inti) atau business processes (proses bisnis), dan ada proses-proses fungsional yang disebut supporting processes (proses penunjang) atau enabling processes (proses pendukung). Berdasarkan pemahaman ini, tidak mungkin perusahaan melakukan pembagian kerja hanya berdasarkan struktur organisasi vertikal atau fungsional. Perusahaan perlu menambahkan proses-proses horizontal yang berfokus pada customer, bahkan proses-proses horizontal ini semakin hari semakin dominan dalam struktur organisasi perusahaan. Perbedaan antara pola pikir vertikal berdasarkan bidang-bidang fungsi dan proses horizontal yang membentuk value-chain terletak pada cakupannya. Pada pola pikir vertikal, cakupan prosesnya terbatas pada cakupan proses-proses yang ada di dalam fungsi tersebut, sedangkan pada pola pikir core process atau business process, cakupannya meliputi dan melintasi beberapa fungsi sesuai dengan kebutuhan untuk mencapai output akhir 'customer satisfaction' yang hendak dicapai. Misalnya, business process (proses bisnis) pada supply chain dapat dimulai dari ‘mendapatkan bahan baku’ sampai ’produk masuk outlet’ atau bahkan sampai ’produk diserahkan kepada customer’. Gambar ... memberi penjabaran sederhana mengenai sebuah struktur vertikal dan horisontal yang sederhana. 5 Perencanaan & Pengembangan Produksi Distribusi Kepuasan Customer Berbagai Kebutuhan Customer Penelitian Pasar Contoh proses horizontal ini memperlihatkan dengan jelas bahwa fokus perusahaan adalah pada pembeli (buyers). Proses bisnis ini dimulai dari customer, yaitu kebutuhannya, dan berakhir pada customer, yaitu kepuasannya. Sebagai contoh proses bisnis, kita gunakan pemesanan makan pagi di hotel. Untuk mengetahui hidangan dan pelayanan apa saja – termasuk kecepatan mengantar pesanan –yang diharapkan tamu untuk makan pagi, hotel melakukan survei dan wawancara tiga kali setahun pada periode puncak yang paling ramai. Berdasarkan survei ini disusun perencanaan dan pengembangan, termasuk target untuk produksi dan distribusi (antar ke kamar) yang hendak dicapai. Inilah yang disebut 'perancangan proses' (process design). Produksi di sini terdiri atas beberapa proses, misalnya memanggang roti, membuat kopi, memasak telur, dan hal-hal lain sesuai dengan pesanan tamu. Semuanya harus memiliki target waktu dan mutu yang harus dipertahankan terus-menerus. Hal yang sama juga berlaku untuk pelayanan; selain waktuantar, penting juga kerapian penyajian. Semua faktor ini perlu dikontrol. Proses pemesanan dan pengantaran makan pagi meliputi berbagai fungsi, dan untuk setiap fungsi ada orang yang bertanggung jawab. Kerjasama mereka – atau pengintegrasian hasil kerja mereka – merupakan prasyarat keberhasilan. Mereka tidak bekerja sendiri-sendiri melainkan sebagai satu tim yang terorganisasi. Pembahasan mengenai proses membawa kita ke aneka ragam struktur proses. 6 6.1.2.3. Struktur-struktur proses Struktur proses (process structure) menentukan tugas atau aktivitas mana yang perlu dilakukan dan dengan urutan mana harus dilakukan lebih dulu. Jadi, struktur proses terutama memfasilitasi keahlian dalam mengoordinasi waktu, yaitu sinkronisasi tugas-tugas pekerjaan atau sinkronisasi bidang-bidang tugas pekerjaan. Pada tahun-tahun terakhir ini penelitian tentang prosedur dan proses telah bertambah penting. Yang diutamakan sekarang tidak hanya melakukan hal yang tepat dan melakukannya dengan cara yang tepat, tetapi juga melakukannya dalam waktu yang tepat. Pelanggan makin hari makin ingin dipuaskan secepat mungkin dan sesuai dengan waktu yang dijanjikan. Di pasar sekarang, tuntutan terhadap mutu pelayanan tidak hanya meliputi objek layanannya, tetapi juga kecepatan, ketepatan waktu, dan keandalan. Perkembangan ini meningkat lebih-lebih berkat kesempatan atau kemungkinan yang ditawarkan oleh teknologi informasi dan komunikasi modern. Di satu pihak, kesempatan ini memberikan peranti baru bagi dunia usaha untuk mengoordinasi pekerjaannya, dan di pihak lain, kemungkinan itu memaksa dinamika persaingan berubah menuju kompetisi waktu dan kecepatan. Sebagai contoh, sales order yang dikirim lewat media elektronik ke kantor pusat dapat diterima dalam sekejap sehingga pengiriman dapat segera dilakukan. Dengan adanya struktur proses diperoleh jaminan bahwa prosedur akan mengikuti pola-pola yang sama, antara lain memiliki tingkat standardisasi tertentu yang terkait dengan penghematan waktu. Pembentukan dan pengembangan struktur proses masuk dalam lingkup ’manajemen proses’ (process management) seperti dijabarkan dalam dua gambar berikut. 7 Sales Order Delivery Cross Process Functional Map – 2 Days (Gambar 3-20 dan 21) dijajarkan. Gambar ini memperlihatkan proses dari berbagai fungsi – termasuk waktu mengerjakannya – yang merupakan sejumlah mata rantai dalam rangkaian sales order delivery process (proses pengiriman order penjualan) yang memerlukan dua hari kerja. Gambar ini perlu apabila yang hendak diperbaiki adalah waktu kerja pada proses fungsi. 8 Sales Order Delivery Cross Process Relationship Map (2 Days) - Gambar 3-22 Gambar ini memperlihatkan bagaimana berbagai fungsi dalam ’proses pengiriman order penjualan’ (sales order delivery process) berhubungan satu dengan yang lain. Gambar ini diperlukan jika ingin menghilangkan suatu fungsi karena fungsi itu tidak memberikan nilai tambah (non-value added). 6.1.2.4. Peraturan struktur (Structural regulations) Struktur organisasi maupun struktur proses diwujudkan dalam peraturan struktur (structural regulations). Peraturan ini ditentukan oleh mereka yang berwenang dan seharusnya menciptakan tatanan (orders). Bentuknya antara lain berupa diagram organisasi, peran jabatan (job role), termasuk akuntabilitas, bagan arus (flow charts), aturan (rules), pedoman (directives), dan segala macam buku pegangan (handbooks). Peraturan ini menghasilkan bentuk-bentuk tertentu dalam pembagian kerja, dalam koordinasi, dalam kepemimpinan, dan dalam hubungan antara orang-orang perusahaan serta antara departemen satu dan yang lain. Pada akhirnya, peraturan itu menghasilkan tipe-tipe struktur organisasi dan struktur proses seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. 6.1.2.5. Proses strukturisasi Struktur – seperti halnya strategi – tidak terbentuk sejadinya saja, melainkan perlu dirancang berdasarkan sasaran (objectives) tertentu. Agar berhasil dalam ‘optimalisasi’ dan ‘pembaruan’, perusahaan harus senantiasa memantau dan mengembangkan struktur-strukturnya. Struktur ini akan terus diubah oleh peraturan baru dan kegiatan-kegiatan baru sehingga mencapai tujuan khusus perusahaan secara lebih efektif. Contoh berikut ini memperlihatkan bagaimana waktu dua hari untuk sales order delivery process diperbaiki lewat Process Redesign dengan menggunakan 'Six Sigma', yang didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut: o Organise work around results, not tasks. Pekerjaan diatur berdasarkan hasil yang dituju, bukan menurut tugas. o Capture data only one time – when it is first created. Data diambil sekali saja – pada saat pertama kali dibuat. o Allow decision points where the work is performed, empower. Wewenang pengambilan keputusan pada tempat pekerjaan dilakukan, pemberdayaan. o Incorporate controls into information processing, IT. 9 Fungsi kontrol dimasukkan dalam proses informasi, TI. o Make people who use a process do the work, process ownership. Pekerjaan dilakukan oleh orang yang menggunakan proses, kepemilikan proses. o Work parallel instead of sequentially, then integrate results. Pekerjaan dilakukan secara paralel, bukan berurutan, lalu hasilnya diintegrasikan. o Treat geographical dispersed resources as one. Sumber daya yang tempatnya tersebar diperlakukan sebagai satu kesatuan. Berikut gambar 'sales order delivery process' yang baru: 10 Gambar 3-29 dan 3-30 Walaupun dengan Six Sigma banyak proses dapat diperbaiki, ini tidak berarti bahwa perusahaan dapat dibongkar-pasang seperti mesin. Perusahaan itu kompleks. Pembagian kerja berarti bahwa orang-orang dengan kebiasaan, kepetingan, karakter dan pandangannya sendiri-sendiri harus bekerjasama. Mencapai atau mengubah semua itu dengan peraturan tidaklah mudah, sebagaimana akan dibahas pada Bab 6.1.3 Kebudayaan Perusahaan. Oleh sebab itu, agar dapat menggunakan Six Sigma, diperlukan keahilian berdasarkan training yang cukup berat sesuai tingkatnya; yang paling rendah Greenbelt, lalu Blackbelt, dan yang paling tinggi Master Blackbelt. Untuk setiap orang, setiap departemen, termasuk tugas-tugasnya di dalam organisasi, dalam berhubungan satu dengan yang lain, berbagai pilihan dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat diprediksi karena sangat dinamis. Sungguh merupakan pemikiran yang sempit bila menganggap bahwa pucuk pimpinan perusahaan melalui keputusan-keputusan otokratisnya dapat megendalikan dan mengontrol semua gerak-gerik bawahannya melalui peraturan struktural dan sistem kontrol yang canggih, walaupun keputusan itu dapat membuahkah hasil yang luar biasa, baik yang dikehendaki maupun yang tidak dikehendaki. Timbulnya struktur, baik struktur organisasi maupun struktur proses (sebagai hasil dari pengembangan proses secara sistematis), pada hakikatnya merupakan proses pengaturan. Struktur dan kebiasaan lambat-laun tercipta melalui kejadian seharihari, melalui masukan orang, dan intervensi yang cocok atau yang tidak cocok. Diperlukan banyak inisiatif dan pekerjaan detail dari beraneka ragam orang di perusahaan sampai, misalnya, betul-betul dipahami bagaimana proses pengiriman 11 pesanan barang dilakukan dalam waktu singkat. Dengan demikian, tatanan dan organisasi dilahirkan melalui proses-proses strukturisasi yang melibatkan sejumlah orang dengan bermacam-macam cara dan dalam tingkat yang berbeda-beda. Jadi, proses strukturisasi dan struktur yang kemudian diberlakukan itu berdiri berhadap-hadapan dalam sebuah lingkaran spiral yang hubungannya berulang terus-menerus tetapi dengan tingkat yang makin tinggi. Hal ini disebabkan karena sekali tercipta, struktur itu akan selalu menentukan lingkup pengembangan, yakni konteks dan kondisi struktural, bagi setiap proses strukturisasi berikutnya. Lihat gambar .... (masih harus didesign) Gambar 6.8 tetapi dalam bentuk spiral. Oleh sebab itu, semua aktivitas yang berkaitan dengan mengelola atau mengorganisasi perusahaan, pada umumnya, terjadi dalam konteks struktural (dan kultural) tertentu. Dengan adanya konteks itu perusahaan mampu mempersepsi (dan melaksanakan) banyak aktivitas sebagai sesuatu yang berguna, logis, bahkan wajib, sedangkan aktivitas lain dianggap tidak cocok dan tidak berguna. Jadi, yang mengorganisasi perusahaan itu bukan hanya orang. Selalu ada faktor lain yang ikut menentukan tatanan, misalnya struktur yang sudah ada serta proses komunikasi dan interaksi yang berjalan terus-menerus. Dalam arti ini perusahaan dapat dimengerti sebagai sistem yang mengorganisasi diri sendiri. Struktur sering dianggap membatasi dan memaksakan. Pendapat demikian tidak melihat bahwa struktur adalah kekuatan yang membatasi sekaligus memberdayakan. Sebagai contoh, perusahaan memilih personal digital assistant (PDA, yang langsung terhubung dengan mainframe komputer) untuk salesman, supaya dari lapangan ia dapat mengirim order ke kantornya. PDA ini membatasi dia sehingga tidak menggunakan cara-cara lain, tetapi sekaligus juga memberikan akses ke kegunaan peranti lunak tersebut sebagai alat yang mempermudah kerjasama perusahaan dan memperlancar hubungan salesman dengan pelanggan karena pengiriman barang dipercepat. 12