Dikutip dalam jurnal penelitian international oleh Kumar, Smart

advertisement
13
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Kualitas Layanan (Jasa)
2.1.1 Definisi Kualitas Layanan
Menurut Goetsch & Davis (1994) dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius
Chandra (2011 : 64) “Kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan
produk, jasa, sumber daya manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau
melebihi harapan.”
Kotler (2000) dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2011 : 17)
mendefinisikan jasa sebagai “Setiap tindakan atau perbuatan yang dapat
ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya bersifat
intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu.”
Lewis & Booms (1983) dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2011 :
180) merupakan pakar yang pertama kali mendefinisikan kualitas jasa sebagai
“Ukuran seberapa bagus tingkat layanan yang diberikan mampu sesuai ekspektasi
pelanggan.”
Berdasarkan definisi diatas dapat dikatakan bahwa kualitas layanan adalah
suatu tindakan yang bersifat intangible (tidak berwujud fisik) yang dapat
ditawarkan kepada pelanggan dan mampu memenuhi kebutuhan serta keinginan
pelanggan.
14
2.1.2 Dimensi Kualitas Layanan
Menurut Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1988) dalam Fandy Tjiptono
dan Gregorius Chandra (2011 : 198) terdapat 5 dimensi kualitas layanan yaitu :
1. Bukti Fisik (Tangibles), berkenaan dengan daya tarik fasilitas fisik,
perlengkapan, dan material yang digunakan perusahaan, serta penampilan
karyawan.
2. Empati (Emphaty), berarti bahwa perusahaan memahami masalah para
pelanggannya
dan
bertindak
demi
kepentingan
pelanggan,
serta
memberikan perhatian personal kepada para pelanggan dan memiliki jam
operasi yang nyaman.
3. Keandalan (Reliability), berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
memberikan layanan yang akurat sejak pertama kali tanpa membuat
kesalahan apapun dan menyampaikan jasanya sesuai dengan waktu yang
disepakati.
4. Daya tanggap (Responsiveness), berkenaan dengan kesediaan dan
kemampuan para karyawan untuk membantu
para pelanggan dan
merespon permintaan mereka , serta menginformasikan kapan jasa akan
diberikan dan kemudian memberikan jasa secara cepat.
15
5. Jaminan (Assurance), perilaku para karyawan mampu menumbuhkan
kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan dan perusahaan bisa
menciptakan rasa aman bagi para pelanggannya. Jaminan juga berarti
bahwa para karyawan selalu bersikap sopan dan menguasai pengetahuan
dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk menangani setiap pertanyaan atau
masalah pelanggan.
Berdasarkan 5 dimensi diatas dapat dikatakan bahwa kelima dimensi
tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur bagi perusahaan dalam memberikan
kualitas layanan terhadap pelanggan.
2.1.3. Prinsip – Prinsip Kualitas Layanan
Menurut Scheuing & Christopher dalam (1993) dalam Fandy Tjiptono dan
Gregorius Chandra (2011 : 203-204). Prinsip-prinsip kualitas jasa adalah sebagai
berikut :
1) Kepemimpinan
Strategi kualitas perusahaan harus merupakan inisiatif dan komitmen dari
manajemen puncak. Manajemen puncak harus memimpin dan mengarahkan
organisasinya dalam upaya peningkatan kinerja kualitas. Tanpa adanya
kepemimpinan dari manajemen puncak, usaha peningkatan kualitas hanya akan
berdampak kecil.
16
2) Pendidikan
Semua karyawan perusahaan, mulai dari manajer puncak sampai karyawan
operasional, wajib mendapatkan pendidikan mengenai kualitas.
3) Perencanaan Strategik
Proses perencanaan strategik harus mencakup pengukuran dan tujuan kualitas
yang digunakan dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai visi dan
misinya.
4) Review ( Meninjau)
Proses review (meninjau) merupakan satu-satunya alat yang paling efektif bagi
manajemen untuk mengubah prilaku organisasional. Proses ini menggambarkan
mekanisme yang menjamin adanya perhatian terus-menerus terhadap upaya
mewujudkan sasaran-sasaran kualitas.
5) Komunikasi
Implementasi strategi kualitas dalam organisasi dipengaruhi oleh proses
komunikasi organisasi, baik dengan karyawan, pelanggan maupun stakeholder
lainnya (seperti pemasok, pemegang saham, pemerintah, masyarakat sektor dan
lain-lain).
17
6) Total Human Reward (Total Pahala Manusia)
Reward (pahala) dan recognition (pengakuan) merupakan aspek krusial dalam
implementasi strategi kualitas. Setiap karyawan berprestasi perlu diberi imbalan
dan prestasinya harus diakui. Dengan cara seperti ini, motivasi, semangat kerja
,rasa bangga ,dan rasa memiliki (sense of belonging) setiap anggota organisasi
dapat meningkat, yang pada gilirannya berkontribusi pada peningkatan
produktivitas dan profitabilitas bagi perusahaan, serta kepuasan dan loyalitas
pelanggan.
2.1.4 Faktor Penyebab Buruknya Kualitas Layanan
Menurut Fandy Tjiptono (2012 : 178–181). Faktor penyebab buruknya
kualitas layanan adalah sebagai berikut :
1. Produksi dan konsumsi yang terjadi secara simultan
Salah satu karakteristik unik jasa/layanan adalah inseparability (tidak
dapat dipisahkan), artinya jasa diproduksi dan dikonsumsi pada saat
bersamaan. Hal ini kerapkali membutuhkan kehadiran dan partisipasi
pelanggan dalam proses penyampaian jasa. Konsekuensinya, berbagai
macam persoalan sehubungan dengan interaksi antara penyedia layanan
dan pelanggan bisa saja terjadi.
18
Beberapa kelemahan yang mungkin ada pada karyawan jasa dan mungkin
berdampak negatif terhadap persepsi kualitas meliputi :
-
Tidak terampil dalam melayani pelanggan
-
Cara berpakaian karyawan yang kurang sesuai konteks
-
Tutur kata karyawan kurang sopan bahkan menyebalkan
-
Bau badan karyawan mengganggu kenyamanan pelanggan
-
Karyawan selalu cemberut atau pasang tampang “angker”
2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi
Keterlibatan karyawan secara intensif dalam penyampaian layanan dapat
pula menimbulkan masalah kualitas yaitu berupa tingginya variabilitas
yang dihasilkan. Faktor-faktor yang bias mempengaruhinya antara lain :
-
Upah rendah (umumnya karyawan yang melayani atau berinteraksi
langsung dengan pelanggan memiliki tingkat pendidikan dan upah
yang paling rendah dalam suatu perusahaan)
-
Pelatihan yang kurang memadai atau bahkan tidak sesuai dengan
kebutuhan organisasi
-
Tingkat perputaran karyawan terlalu tinggi
-
Motivasi kerja karyawan rendah
3. Dukungan terhadap pelanggan internal kurang memadai
Karyawan front line merupakan ujung tombak sistem penyampaian
layanan. Dalam banyak kasus,keramahan dan kesopanan operator telepon
dan satpam bisa jadi memberikan kesan pertama bagi calon pelanggan
19
yang ingin berhubungan dengan sebuah perusahaan penyedia jasa.agar
para karyawan front line mampu melayani pelanggan secara efektif,
mereka membutuhkan dukungan dari fungsi-fungsi utama manajemen
(operasi, pemasaran, keuangan, R&D, dan SDM). Dukungan tersebut bisa
berupa peralatan (perkakas, material, pakaian seragam), pelatihan
keterampilan maupun informasi (misalnya, prosedur operasi).
4. Gap komunikasi
Bila terjadi Gap komunikasi, maka bias timbul penilaian atau persepsi
negatif terhadap kualitas layanan. Gap-gap komunikasi bisa berupa :
-
Penyedia layanan memberikan janji berlebihan, sehingga tidak mampu
memenuhinya
-
Penyedia layanan tidak bias selalu menyajikan informasi terbaru
kepada para pelanggan
-
Pesan komunikasi penyedia layanan tidak dipahami pelanggan
-
Penyedia
layanan
tidak
memperhatikan
atau
tidak
segera
menindaklanjuti keluhan dan atau saran pelanggan
5. Memperlakukan semua pelanggan dengan cara yang sama
Dalam hal interaksi dengan penyedia layanan, tidak semua pelanggan bersedia
menerima layanan yang seragam. Sering terjadi ada pelanggan yang
menginginkan atau bahkan menuntut layananyang sifatnya personal dan
berbeda dengan pelanggan lain. Hal ini memunculkan tantangan bagi penyedia
layanan dalam hal kemampuan memahami kebutuhan spesifik pelanggan
20
individual dan memahami perasaan pelanggan terhadap penyedia layanan dan
layanan spesifik yang mereka terima
6. Perluasan atau pengembangan layanan secara berlebihan
Bila terlampau banyak layanan baru dan tambahan terhadap layanan yang
sudah ada, hasil yang didapatkan belum tentu optimal, bahkan tidak
tertutup kemungkinan timbul masalah-masalah seputar standar kualitas
layanan. Selain itu, pelanggan juga bisa bingung membedakan variasi
penawaran layanan, baik dari segi fitur,keunggulan, maupun tingkat
kualitasnya.
7. Visi bisnis jangka pendek
Visi jangka pendek (misalnya, orientasi pencapaian target penjualan dan
laba
tahunan,
penghematan
biaya
sebesar-besarnya,
peningkatan
produktivitas tahunan, dll) bisa merusak kualitas layanan yang sedang
dibentuk untuk jangka panjang.
Dari beberapa faktor diatas dapat dikatakan bahwa beberapa faktor
penyebab buruknya kualitas jasa tersebut dapat digunakan oleh perusahaan
untuk menghindari hal- hal yang menyebabkan buruknya kualitas jasa
sehingga perusahaan mampu memberikan kualitas jasa dengan lebih baik.
21
2.2. Kepuasan Pelanggan
2.2.1 Definisi Kepuasan Pelanggan
Kata kepuasan (satisfaction) berasal dari bahasa Latin “satis”
(artinya cukup baik, memadai ) dan “facio” (melakukan atau membuat).
Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2011 : 292) “Kepuasan
bisa diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu
memadai”.
Oxford Advanced Learner’s Dictionary dalam Fandy Tjiptono &
Gregorius Chandra (2011 : 292) mendeskripsikan kepuasan sebagai “ The
good feeling that you have when you acghieved something or when
something that you wanted to happen does happen” dan “the act of
fulfilling a need or desire”. Dari pendapat diatas dapat diartikan bahwa
kepuasan adalah perasaan menyenangkan yang dimiliki saat mendapatkan
sesuatu atau ketika sesuatu yang diinginkan terjadi dan aksi terpenuhinya
kebuthan dan keinginan.
Kotler,et al (2004) mengatakan bahwa “Kepuasan pelanggan
adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau
hasil) yang ia persepsikan dibandingkan dengan harapannya.” dalam
Fandy Tjiptono (2012 : 312)
Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kepuasan pelanggan
adalah tingkat perasaan seseorang seperti senang atau tidaknya seseorang
terhadap sesuatu yang diberikan.
22
2.2.2 Dimensi Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler & Keller (2009 : 140) pelanggan yang puas akan :
-
Tetap setia untuk waktu yang lebih lama
-
Membeli lagi ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan
memperbaharui produk lama
-
Membicarakan hal-hal baik tentang perusahaaan dan produknya
kepada orang lain
-
Tidak terlalu memperhatikan merek pesaing dan tidak terlalu sensitif
terhadap harga
-
Menawarkan ide produk atau jasa kepada perusahaan
Dari beberapa faktor kepuasan pelanggan diatas dapat dikatakan
bahwa faktor tersebut akan ada apabila pelanggan merasa puas
terhadap apa yang didapatkan dari perusahaan dan perusahaan akan
mendapatkan keuntungan dari kepuasan pelanggan tersebut.
23
2.2.3 Pengukuran Kepuasan Pelanggan
Menurut Kotler,et al. (2004) dalam Fandy Tjiptono dan Gregorius
Chandra (2011 : 316–319) Pengukuran kepuasan pelanggan dengan metode survei
kepuasaan pelanggan dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya :
a. Kepuasaan Dilaporkan Langsung (Directly Reported Satisfaction)
Pengukuran dilakukan dengan menggunakan item-item spesifik yang
menanyakan langsung tingkat kepuasan pelanggan.
b. Kepuasan Berasal (Derived Satisfaction)
Pengukuran dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
menyangkut dua hal utama yaitu tingkat harapan terhadap kinerja produk
atau perusahaan pada atribut-atribut yang relevan dan persepsi pelanggan
terhadap kinerja aktual produk atau perusahaan bersangkutan.
c. Analisis Masalah (Problem Analysis)
Dalam teknik ini,responden diminta mengungkapkan masalah-masalah
yang mereka hadapi berkaitan dengan produk atau jasa perusahaan dan
saran-saran perbaikan.
24
d. Analisis Pentingnya Kinerja (Importance Performance Analysis)
Dalam teknik ini responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan
berbagai atribut relevan dan tingkat kinerja perusahaan pada masingmasing atribut tersebut.
2.2.4 Strategi Kepuasan Pelanggan
Menurut Fandy Tjiptono (2012 : 362) “Secara garis besar, berdasarkan
momen proses layanan , strategi kepuasan pelanggan dapat dikelompokkan
menjadi 3 kategori yaitu strategi pra pembelian , strategi saat pembelian
dan paska pembelian , serta strategi berkesinambungan.”
1. Strategi Pra- Pembelian
Strategi manajemen ekspektasi pelanggan
Salah satu kunci utama memuaskan pelanggan adalah kemampuan
memahami dan mengelola ekspektasi pelanggan. Tak jarang pelanggan
tidak memahami apa yang bisa diharapkan atau bahkan keliru
mempersepsikan aspek-aspek yang dapat diharapkan dari sebuah
jasa/layanan.
Menurut Kotler (2004) dalam Fandy Tjiptono (2012 : 363) “Ekspektasi
pelanggan dibentuk dan didasarkan pada sejumlah faktor, seperti
pengalaman berbelanja di masa lalu, opini teman dan kerabat , serta
informasi dan janji-janji perusahaan dan pesaingnya.”
25
2. Strategi saat dan paska –pembelian
a. Aftermarketing
Konsep yang dicetuskan Terry Vavra (1994) dalam Fandy Tjiptono
(2012 : 367-368) menekankan pentingnya orientasi pelanggan pada
saat ini. Ia menguraikan pentingnya customer lifetime value (nilai
pelanggan seumur hidup) yang menggambarkan bahwa semakin lama
sebuah perusahaan mampu mempertahankan seorang pelanggan ,
semakin profitable pelanggan bersangkutan bagi perusahaan. Perhatian
dan upaya pemasaran yang difokuskan pada pelanggan saat ini guna
memaksimumkan kepuasan pelanggan terhadap perusahaan disebut
aftermarketing. Aftermarketing bertujuan membangun relasi jangka
panjang dengan pelanggan dan meningkatkan customer lifetime value.
b. Strategi Retensi Pelanggan
Ahmad dan Buttle (2001) dalam Fandy Tjiptono (2012 : 374)
mengungkapkan strategi potensial untuk mengelola retensi pelanggan
dalam konteks pasar konsumen jasa ialah :
-
Berfokus pada penciptaan manfaat ekonomik dan non-ekonomik
-
Berfokus pada upaya mengembangkan dan mempertahankan ikatan
social dengan pelanggan individual
-
Berfokus pada penyempurnaan kualitas jasa
26
c. Sistem penanganan komplain secara efektif
Penanganan komplain secara efektif memberikan peluang untuk
mengubah seorang pelanggan yang tidak puas menjadi pelanggan yang
puas.
Manfaat lain dari penanganan complain secara efektif menurut
Mudie& Cottam(1999) dalam Fandy Tjiptono (2012 : 381) adalah :
-
Penyedia layanan mendapatkan kesempatan lagi untuk memperbaiki
hubungannya dengan pelanggan yang kecewa
-
Penyedia layanan bisa memahami aspek-aspek layanan yang perlu
dibenahi dalam rangka memuaskan pelanggan
-
Penyedia layanan mampu mengidentifikasi dan menindaklanjuti
sumber masalah operasional
-
Karyawan dapat termotivasi untuk memberikan layanan berkualitas
lebih baik
d. Strategi pemulihan layanan
Secara garis besar aktifitas yang diperlukan dalam rangka memulihkan
pelanggan menurut Bowen& Johnston (1999) dalam Fandy Tjiptono (2012 : 388389) meliputi :
-
Respon : pengakuan bahwa telah terjadi masalah atau kegagalan
layanan, permohonan maaf secara tulus, sikap empati, respon cepat,
keterlibatanan manajemen
-
Informasi : penjelasan atas kegagalan yang terjadi , mendengarkan
pandangan pelanggan terhadap solusi yang diharapkan, menyepakati
27
solusi,menjamin bahwa masalah yang sama tidak akan terulang
lagi,permohonan maaf tertulis
-
Tindakan : Koreksi atas kegagalan atau kesalahan, mengambil
langkah-langkah
perbaikan,
seperti
mengubah
prosedur
untuk
mencegah terulangnya masalah dikemudian hari, melakukan tindak
lanjut untuk memeriksa dampak setelah pemulihan layanan.
-
Kompensasi : pengembalian uang
3. Strategi berkesinambungan
a. Relationship marketing & Management (Hubungan pemasaran
& Manajemen)
Berry (1983) dalam Fandy Tjiptono (2012 : 391-392) mengajukan lima
strategi utama Relationship Marketing yang saling berkaitan dan bisa
digunakan secara simultan :
-
Core service strategy (Strategi layanan inti), yaitu merancang dan
memasarkan layanan inti yang bisa mendasari bertumbuhnya relasi
pelanggan. Layanan inti adalah layanan yang bisa menarik para
pelanggan
baru
melalui
karakter
pemenuhan
kebutuhannya,
memperkuat relasi bisnis melalui kualitas dan memberikan basis bagi
penjualan layanan tambahan sepanjang waktu.
-
Relationship
customization
(Hubungan
kustomisasi),
yaitu
mengadaptasi layanan yang ditawarkan sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan spesifik pelanggan individual.
28
-
Service augmentation (Layanan tambahan), yaitu menambahkan
layanan-layanan ekstra pada layanan utama untuk mendiferensiasikan
produk perusahaan dari penawaran para pesaing.
-
Relationship pricing (Hubungan harga), yaitu menggunakan harga
sebagai insentif untuk menjalin relasi jangka panjang.
-
Internal marketing (Pemasaran intern), yaitu menciptakan iklim
organisasi yang bisa memastikan bahwa staf layanan yang tepat
menyampaikan layanan secara tepat
b. Superior
customer
service
(Pemasaran
unggul
layanan
pelanggan)
Menurut Hart (1998), Schlesinger & Maher (1992) dalam Fandy Tjiptono
(2012 : 398) “Strategi superior customer service diwujudkan dengan cara
menawarkan layanan yang lebih baik dibandingkan para pesaing. Salah satu
bentuk layanan pelanggan superior yang mulai banyak diterapkan penyedia jasa
adalah strategi unconditional guarantees atau extraordinary guarantees (jaminan
tanpa syarat atau jaminan luar biasa) Strategi ini berintikan komitmen untuk
memberikan kepuasan kepada pelanggan yang pada gilirannya menjadi sumber
dinamisme penyempurnaan kualitas jasa dan kinerja perusahaan.”
c. Technology infusion strategy (Strategi teknologi infusi)
Menurut Fandy Tjiptono (2011 : 404) Teknologi bisa
dimanfaatkan
secara
efektif
untuk
meningkatkan
dan
memuaskan pengalaman service encounter (momen interaksi
antara pelanggan dan perusahaan) pelanggan.
29
Berdasarkan beberapa strategi diatas dapat dikatakan bahwa beberapa
strategi tersebut dapat digunakan bagi perusahaan untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan.
2.3 Hubungan Teori Kualitas Layanan dan Kepuasan Pelanggan
Dikutip dalam jurnal penelitian international oleh Anand Kumar Jaiswal
(2008) “Customer satisfaction and service quality are two distinct, though highly
correlated,constructs” (Bansal and Taylor, 1997; Dabholkar et al., 2000). Dari
pendapat diatas dapat diartikan kepuasan pelanggan dan kualitas layanan adalah
dua hal yang berbeda meskipun sangat berhubungan, konstruksi.
“In marketing literature several studies have found positive relationships
of service quality and customer satisfaction with customer behavioral intentions.”
(Anderson and Sullivan, 1993; Parasuraman et al., 1988). Dari pendapat diatas
dapat diartikan dalam literatur pemasaran beberapa studi telah menemukan
hubungan yang positif dari kualitas layanan dan kepuasan pelanggan dengan niat
perilaku pelanggan.
Dikutip dalam jurnal penelitian international oleh Birgit Leisen Pollack
(2009)
Cronin and Taylor (1992) “ Found a positive link between service quality
and satisfaction.” Dapat diartikan menemukan hubungan positif antara kualitas
layanan dan kepuasan.
30
Dikutip dalam jurnal penelitian international oleh Kumar, Smart,
Maddern, dan Maull (2008)
“Previous research has indicated that high levels of customer satisfaction
are related to the service quality provided through customer interactions” (van
der Wiele et al., 2002; Vilares and Coehlo, 2003). Dari pendapat diatas dapat
diartikan penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tingkat tinggi
kepuasan pelanggan terkait dengan kualitas layanan yang diberikan melalui
interaksi pelanggan.
Dikutip dalam jurnal penelitian oleh Alifian Amanulla (2012)
Menurut Fandy Tjiptono (1997) “Kualitas pelayanan mempunyai
hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan.”
Dikutip dalam jurnal penelitian oleh Sonya Mahanani (2010)
“Kualitas jasa yang unggul dan konsisten dapat menumbuhkan kepuasan
pelanggan.” (Atmawati dan Wahyuddin, 2007)
Dari pendapat para ahli diatas dapat dikatakan bahwa kualitas layanan dan
kepuasan pelanggan memiliki hubungan yang erat dan saling berkaitan antara
keduanya.
Download