analisis enzim - WordPress.com

advertisement
ENZIM
( Laporan Praktikum Biokimia )
OLEH
ADE SAFITRI
1413024001
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Percobaan
: Enzim
Tanggal Percobaan
: 8 Mei 2015
Tempat Percobaan
: Laboratorium Pendidikan Kimia FKIP
Nama
: Ade Safitri
NPM
: 1 413024001
Fakultas
: Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Jurusan
: Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Program Studi
: Pendidikan Biologi
Kelompok
: 1 ( satu )
Bandarlampung, 8 Mei 2015
Mengetahui
Asisten
NPM :
I PENDAHULUAN
I.I
Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari –hari metabolisme merupakan suatau reaksi kimia yang
terjadi didalam tubuh makhluk hidup. Reaksi metabolisme tersebut dimaksudkan untuk
memperoleh energi, menyimpan energi, menyusun bahan makanan, merombak bahan
makanan, memasukkan atau mengeluarkn zat - zat, melakukan gerakan, menyusun
struktur sel, merombak struktur – struktur sel yang tidak dapat digunakan lagi, dan
menanggapi rangsang.
Tentunya dalam suatu reaksi kimia terdapat zat - zat atau senyawa - senyawa baik
yang sifatnya menghambat (inhibitor), atau mempercepat reaksi (aktivator).Senyawa –
senyawa yang mempercepat suatu reaksi dikenal dengan sebutan katalisator.
Katalisator adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksireaksi kimia pada suhu
tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu.Suatu katalis berperan
dalam reaksi tapi bukan sebagai pereaksi ataupun produk.
Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat atau memungkinkan reaksi
pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang dipicunya terhadap pereaksi.Katalis
menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih rendah.Katalis
mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya reaksi.
Metabolisme yang merupakan reaksi kimia memiliki katalisator yang disebut
dengan enzim.
Enzim yang tersusun atas protein dan molekul lainnya bekerja dengan
menurunkan energi aktivasi, sehingga tidak diperlukan suhu dan energi tinggi untuk
melakukan suatu reaksi kimia didalam tubuh.Jika tidak terdapat katalisator dalam
metabolisme, maka suhu tubuh akan meningkat dan membahayakan bagi tubuh makhluk
hidup.
Kerja enzim tentunya dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar enzim.Faktor dalam
misalnya substansi – substansi genetik yang dibawa oleh masing – masing enzim. Oleh
karena itulah dilakukan percobaan dengan tujuan untuk mengetahui sifat Proteolitik
enzim pepsin dan tripsin serta mengetahui aktivitas dehidrogenase dalam air susu.
I.2
Tujuan Percobaan
Adapun tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui sifat proteolitik enzim pepsin
2. Mengetahui sifat proteolitik enzim tripsin
3. Mengetahui aktivitas dehidrogenase dalam air susu.
II TINJAUAN PUSTAKA
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat
penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada
enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga
pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat
memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan terlarut yang dapat diserap ke dalam sel,
memperoleh energi Kimia yang digunakan untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan,
dan lain-lain. Pada Enzim amilase dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk
maltosa.Ada tiga macam enzim amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat
dalam saliva (ludah) dan pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang
terdapat dalam amilum dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian
tengah molekul amilum (Poedjiadi, 2006).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan reaksi Enzim Perubahan suhu dan pH
mempunyai pengaruh besar terhadap kerja enzim. Kecepatan reaksi enzim juga dipengaruhi oleh
konsentrasi enzim dan konsentrasi substrat. Pengaruh aktivator, inhibitor, koenzim dan
konsentrasi elektrolit dalam beberapa keadaan juga merupakan faktor-faktor yang penting.
a.
Pengaruh suhu :
Suhu rendah mendekati titik beku tidak merusak enzim, namun enzim tidak dapat
bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu
maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan
berkurang karena mengalami denaturasi. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada
suhu optimum. Enzim dalam tubuh manusia mempunyai suhu optimum sekitar 37° C. Sebagian
besar enzim menjadi tidak aktif pada pemanasan sampai ± 60° C, karena terjadi denaturasi
( Hafiz Soewoto,2000) .
Suhu campuran reaksi juga berpengaruh terhadap laju reaksi enzimatik. Jika reaksi
tersebut dilangsungkan dalam berbagai suhu, kurva hubungan tersebut akan menunjukkan suhu
tertentu, yang menghasilkan laju reaksi yang maksimum. Dengan demikian, dalam hal ini juga
ada kondisi optimum yang disebut sebagai suhu optimum.
Makin besar perbedaan suhu reaksi dengan suhu optimum, makin rendah pula laju
reaksinya. Akan tetapi, keadaan yang menyebabkan rendahnya suhu di luar suhu optimum
berbeda antara suhu yang lebih rendah dengan suhu yang lebih tinggi. Pada suhu yang lebih
rendah penyebab kurangnya laju reaksi enzimatik yaitu kurangnya gerak termodinamik, yang
menyebabkan kurangnya tumbukan antara molekul enzim dengan substrat. Jika kontak antara
kedua jenis molekul itu tidak terjadi, kompleks ES tidak terbentuk. Padahal kompleks ini sangat
penting untuk mengolah S menjadi P. Oleh karena itu, makin rendah suhu, gerak termodinamik
tersebut akan makin berkurang.
Pada daerah suhu yang lebih tinggi gerak termodinamik akan lebih meningkat, sehingga
tumbukan antara molekul akan lebih sering. Akan tetapi laju reaksi tidak terus meningkat,
melainkan malah menurun dengan cara yang lebih kurang sebanding dengan selisih nilai dan
suhu optimum. Dalam peningkatan suhu ini, selain gerak termodinamik meningkat, molekul
protein enzim juga mengalami denaturasi, sehingga bangun tiga dimensinya berubah secara
bertahap. Jika suhu jauh lebih tinggi dari suhu optimum, maka makin besar deformasi struktur
tiga dimensi tersebut dan makin sukar bagi substrat untuk menempati secara tepat di bagian aktif
molekul enzim. Akibatnya, kompleks E-S akan sukar terbentuk, sehingga produk juga makin
sedikit.
Pada sisi A dari kurva terdapat hubungan tertentu antara kenaikan suhu dengan laju
reaksi. Arrhenius secara empiris telah mengembangkan suatu rumusan umum antara laju suatu
reaksi kimia dengan suhu mutlak system reaksi tersebut( Mohamad Sadikin, 2002 ).
b.
Pengaruh pH
Enzim bekerja pada kisaran pH tertentu. Jika dilakukan pengukuran aktivitas enzim pada
beberapa macam pH yang berlainan, sebagian besar enzim di dalam tubuh akan menunjukkan
aktivitas maksimum antara pH 5,0 sampai 9,0. Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya
pada pH optimum. Ada enzim yang mempunyai pH optimum yang sangat rendah, seperti pepsin,
yang mempunyai pH optimum 2. pada pH yang jauh di luar pH optimum, enzim akan
terdenaturasi. Selain itu pada keaadan ini baik enzim maupun substrat dapat mengalami
perubahan muatan listrik yang mengakibatkan enzim tidak dapat berikatan dengan substrat
( Hafiz Soewoto,2000) .
Sebagian besar enzim bekerja aktif dalam trayek pH yang sempit umumnya 5 - 9. Ini
adalah hasil merupakan hasilpengaruh dari pH atas kombinasi factor ( 1 ) ikatan dari substrat ke
enzim ( 2 ) aktivitas katalik dari enzim ( 3 ) ionisasi substrat dan ( 4 ) variasi struktur protein (
biasanya signifikan hanya pada pH yang cukup tinggi ) ( M.T. Simanjuntak, 2003).
Ada 2 alasan untuk menyelidiki pengaruh tingkat keasaman atau pH terhadap aktivitas
emzim, yaitu :
1.
Sebagai produk makhluk hidup secara teori selalu ada kemungkinan dari
pengaruh ph ini terhadap aktivitas biologis dari enzim ini.
2.
c.
Sebagai suatu protein enzim tidak berbeda dengan protein lainnya.
Hubungan antara pH larutan enzim dengan laju reaksi enzim
Kadang-kadang, seperti pada enzim amylase liur, hubungan tersebut tidak menunjukkan
suatu titik puncak, melainkan suatu garis merata (plateau setelah kurva yang naik, untuk
kemudian turun lagi sesudah plateau ) Fenomena seperti ini dapat ditafsirkan sebab adanya
molekul amylase dalam bentuk beberapa molekul protein yang berbeda (isozim). Tiap molekul
isozem niscaya bekerja pada pH yang sedikit berbeda.
Perlu diingat bahwa dalam mencari hubungan antara derajat keasaman dengan laju reaksi
maksimum ini, rentangan pH yang diselidiki biasanya berkisar dalam rentangan yang tidak lebar
dan bukan dalam rentangan antara pH 1 sampai 14. Karena tidak ada sistem dapar masingmasing di sekitar nilai kapasitas yang maksimum dari tiap dapar (rentangan pH di sekitar nilai
pKa komponen asam tiap dapar), bukan tidak mengkin ada interaksi yang merugikan antara
enzim dan ion penyusun dapar dan bukan karena pH yang disebabkan dapar itu sendiri.
d.
Pengaruh konsentrasi enzim :
Peningkatan konsentrasi enzim akan meningkatkan kecepatan reaksi enzimatik. Dapat
dikatakan bahwa kecepatan reaksi enzimatik (v) berbanding lurus dengan konsentrasi enzim [E].
Makin besar konsentrasi enzim, reaksi makin cepat( Hafiz Soewoto,2000) .
Semakin besar konsentrasi enzim maka makin banyak pula produk yang terbentuk dalam
tiap waktu pengamatan. Dari pengamatan tersebut dapat dikatakan bahwa konsentrasi enzim
berbanding lurus dengan kecepatan enzim. Dengan bertambahnya waktu, pada tiap konsentrasi
enzim pertambahan jumlah produk akan menunjukkan defleksi, tidak lagi berbanding lurus
sejalan dengan berlalunya waktu tersebut. Fenomena itu tentu mudah dimaklumi, karena setelah
selang beberapa waktu, jumlah substrat yang tersedia sudah mulai berkurang, sehingga dengan
sendirinya produk olahan enzim juga akan berkurang. Akan tetapi pada gambar 1 tampak pula
dengan jelas, bahwa defleksi tersebut makin jelas dengan makin tingginya konsentrasi enzim.
Sebaliknya, pada konsentrasi enzim yang rendah, dalam jangka waktu pengamatan yang sama
hubungan waktu dengan jumlah produk yang dihasilkan masih berbanding lurus.
Hubungan antara laju reaksi dengan konsentrasi enzim ternyata berbanding lurus. Jadi,
makin besar konsentrasi enzim, maka makin cepat laju reaksi.
Kadang-kadang terjadi penyimpangan dari persamaan ini, sehingga diperoleh garis agak
melengkung. Biasanya, penyimpangan ini terjadi jika enzim yang dipelajari tidak dalam keadaan
murni, sehingga mungkin terdapat senyawa-senyawa penghambat reaksi dalam jumlah yang
sangat kecil. Sebaliknya, penyimpangan juga terdapat dalam sediaan enzim dengan kemurniaan
yang tinggi. Dalam keadaan ini, penyimpangan disebabkan oleh senyawa pengaktif (aktivator),
misalnya tidak adanya ion tertentu, meskipun ph yang diperlukan sudah dipastikan dengan
menggunakan larutan dapar dan tidak hanya sekedar larutan dengan ph yang diperlukan tersebut
( Mohamad Sadikin, 2002 ).
e.
Pengaruh konsentrasi substrat :
Pada suatu reaksi enzimatik bila konsentrasi substrat diperbesar, sedangkan kondisi
lainnya tetap, maka kecepatan reaksi (v) akan meningkat sampai suatu batas kecepatan
maksimum (V). Pada titik maksimum ini enzim telah jenuh dengan substrat.
Dalam suatu reaksi enzimatik, enzim akan mengikat substrat membentuk kompleks
enzim-substrat [ES], kemudian kompleks ini akan terurai menjadi [E] dan produk [P]. Makin
banyak kompleks [ES] terbentuk, makin cepat reaksi berlangsung sampai batas kejenuhan [ES].
Pada konsentrasi substrat [S] melampaui batas kejenuhan kecepatan reaksi akan konstan. Dalam
keadaan itu seluruh enzim sudah berada dalam bentuk kompleks E-S. Penambahan jumlah
substrat tidak menambah jumlah kompleks E-S.
Adapun bahasan mengenai enzim adalah pengertian Enzim menurut Syamsuri metabolisme
sangat bergantung pada enzim.Enzim berperan sebagai pemercepat reaksi metabolisme di dalam
tubuh mahkluk hidup, tetapi enzim tidak ikut bereaksi. Struktur enzim,enzim merupakan protein
yang tersusun atas asam – asam amino. Kebanyakan enzim berukuran lebih besar dari
substratnya, akan tetapi,hanya daerah tertentu dari molekul enzim tersebut yang berikatan
dengan substrat, yaitu bagian yang disebut dengan sisi aktif (active side). Secara kimia, enzim
yang lengkap (holoenzim) tersusun atas dua bagian, yaitu bagian protein dan bagain bukan
protein.
1.
Bagian protein disebut apoenzim, tersusun atas asam – asam amino. Bagian protein bersifat
labil (mudah berubah), misalnya terpengaruh oleh suhu dan keasaman.
2.
Bagian bukan protein yang disebut gugus protetik, yaitu gugusan yang aktif.Gugus prostetik
yang berasal dari molekul non organik disebut kofaktor, misalnya besi, tembaga, zink. Gugus
prostetik yang terdiri dari senyawa – senyawa kompleks disebut konenzim, misalnya NADH,
FADH, koenzim A, tiamin, riboflavin, asam pantotenat, niasin, piridoksin, biotin, asam folat, dan
kobalamin.
Adapun ciri – ciri enzim adalah sebagai berikut.
1.
Biokatalisator : enzim hanya dihasilkan oleh sel-sel mahkluk hidup yang digunakan untuk
mempercepat proses reaksi.
2.
Protein : sifat-sifat enzim sama dengan protein yaitu dapat rusak pada suhu yang tinggi dan
dipengaruhi pH.
3.
Bekerja Secara Khusus : enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu, tidak
dapat mempengaruhi raeksi lainnya. Zat yang terpengaruhi oleh enzim tersebut substrat.Substrat
adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi di dalam sel sangat banyak,
maka macam enzim pun banyak.
4.
Dapat Digunakan Berulang Kali: dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak berubah
pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali selama enzim itu tidak
rusak.
5.
Rusak Oleh Panas : enzim rusak oleh panas karena merupakan suatu protein . Rusaknya
enzim oleh panas disebut denaturasi jika telah rusak enzim tidak dapat bekerja lagi.
6.
Tidak Ikut Bereaksi : enzim hanya diperlukan untuk mempercepat reaksi namun tidak ikut
bereaksi.
7.
Bekerja Dapat Balik : suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa menjadi
senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawa-senyawa itu
menjadi senyawa semula.
Adapun cara kerja enzim ada dua yaitu:
1. Teori Gembok - Anak Kunci
Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang hanya sesuai untuk satu jenis substrat
saja.Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti gembok cocok dengan anak kuncinya.Hal
itu menyebabkan enzim bekerja secara spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang
sesuai dengan sisi aktif enzim akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat.
Senyawa transisi ini tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan
sendirinya.Jika enzim mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah
sehingga substrat tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama.
2.
Teori Induced Fit
Reaksi antara substrat denan enzim berlangsung karena adanya induksi molekul substrat
terhadap molekul enzim.Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat fleksibel dalam menyesuaikan
struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat akan terinduksi dan kemudian mengubah
bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi
cocok (fit). Kemidian terjadi pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah
menjadi produk.Produk kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap
untuk mengikat substrat baru.
III METODOLOGI PERCOBAAN
3. 1
Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah tabung reaksi,
penagas air,termometer, pengukur waktu, rak tabung reaksi, pipet tetes, gelas ukur dan
labu ukur.
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan pepsin,
HCL 0,4%, fibrin atau albumin kering, larutan tripsin, larutan buffer fosfat pH 7,6 ( 8 ml
Na2HPO4 dan 13,2 ml KH2 PO4 ) , air susu segar, metilen biru, griseraldehid, aquades
dan parafin cair.
3. 2
Diagram Alir
Adapun langkah kerja uji yang akan dilakukan seperti diagram berikut.
3.2.1
Sifat proteolitik enzim pepsin
Serabut fibrin atau albumin
Dimasukan
kedalam
4
tabung
reaksi
kemudian memberi label nomor setelah itu,
menambahkan
2 ml pepsin dan 2 ml HCL 0,4%
Pada tabung nomor 1, lalu menambahkan
2 ml pepsin dan 3 ml aquades
Pada
tabung
menambahkan
2 ml aquades dan 2 ml HCL 0,4%
nomor
2,
setelah
itu
Pada tabung nomor 3, kemudian
menambahkan
2 ml pepsin dan 2 ml HCL 0,4%
Pada tabung nomor 4, selanjutnya
mencampur semua zat yang ada di setiap
tabung reaksi dengan mengocoknya ,
kemudian simpan pada temperatur 38 0C
pada penangas air selama 30
menit,kemudian mengamati dan mencatat
perubahan pada setiap tabung reaksi.
Hasil percobaan
3.2.2
Sifat proteolitik enzim tripsin
Serabut fibrin atau albumin
Dimasukan
kedalam
3
tabung
reaksi
kemudian memberi label nomor setelah itu,
menambahkan
2 ml tripsin dan 2 ml buffer pH 7,6
Pada tabung nomor 1, lalu menambahkan
2 ml tripsin dan 2 ml akuades
Pada
tabung
nomor
2,
setelah
menambahkan
2 ml tripsin dan 2 ml buffer pH 7,6
Pada tabung nomor 3 , selanjutnya
mencampur semua zat yang ada di setiap
tabung reaksi dengan mengocoknya ,
kemudian simpan pada temperatur 38 0C
Hasil percobaan
itu
pada penangas air selama 30
menit,kemudian mengamati dan mencatat
perubahan pada setiap tabung reaksi.
3.2. 3 Aktifitas enzim dehidrogenase didalam air susu
5 ml air susu
Dimasukkan
kedalam
masing-masing
tabung yang sudah di beri label nomer 1
sampai 3. Kemudian panaskan tabung nomer
3 samapi susunya mendidih lalu dinginkan.
Setelah itu tambahkan
3 tetes 0,02 % metilen biru
Selanjutnya tambahkan pula kedalam tabung
nomer 2 dan 3 .
1 ml 0,04 % formaldehid
Lalu mencampurkan semua zat pada setiap
tabung dengan memutarnya pelan –pelan
kemudian menambahkan
2 ml parafin cair
kemudian simpan pada temperatur 38 0C
pada penangas air selama 30
menit,kemudian mengamati dan mencatat
perubahan pada setiap tabung reaksi.
Hasil percobaan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagi berikut.
No
Tabung
1
2
3
4
No
Tabung
1
2
3
No
Tabung
1
2
3
Sifat proteolitik enzim pepsin
Perubahan yang terjadi
Bahan yang terkandung
( campuran terdiri atas )
Awal
Akhir
2 ml pepsin + 2 ml HCL
Bening
Keruh
0,4%
2 ml pepsin + 3 ml
Bening
Keruh
aquades
2 ml aquades + 2 ml HCL
Bening
Jernih
0,4%
2 ml pepsin + 2 ml HCL
Bening
Jernih
0,4%
Sifat proteolitik enzim tripsin
Bahan yang terkandung
Perubahan yang terjadi
( campuran terdiri atas )
2 ml tripsin + 2 ml buffer
Ungu Muda
pH 7,6
2 ml tripsin + 2 ml
Ungu Muda
akuades
2 ml tripsin yang
dididihkan + 2 ml buffer
Ungu Tua
pH 7,6
Aktifitas enzim dehidrogenase dalam air susu
Bahan yang terkandung
Warna Asal
Hasil
( campuran terdiri atas )
5 ml susu + 1 ml metilen
Biru Muda
Biru Muda Pekat
biru
5 ml susu + 1 ml metilen
Biru Muda
Biru Muda Pudar
biru + 1 ml formaldehid
5 ml susu + 1 ml metilen
Biru Muda
Biru Muda Pudar
biru + 1 ml formaldehid
4.2
Pembahasan
Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh
sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis
oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi
metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu.Reaksi-reaksi
enzimatik dibutuhkan agar bakteri dapat memperoleh makanan/ nutrient dalam keadaan
terlarut yang dapat diserap ke dalam sel, memperoleh energi Kimia yang digunakan
untuk biosintesis, perkembangbiakan, pergerakan, dan lain-lain. Pada Enzim amilase
dapat memecah ikatan pada amilum hingga terbentuk maltosa.Ada tiga macam enzim
amilase, yaitu α amilase, β amilase dan γ amilase. Yang terdapat dalam saliva (ludah) dan
pankreas adalah α amilase. Enzim ini memecah ikatan 1-4 yang terdapat dalam amilum
dan disebut endo amilase sebab enzim ini bagian dalam atau bagian tengah molekul
amilum.
Adapun ciri – ciri enzim adalah sebagai berikut.
1.
Biokatalisator : enzim hanya dihasilkan oleh sel-sel mahkluk hidup yang digunakan
untuk mempercepat proses reaksi.
2.
Protein : sifat-sifat enzim sama dengan protein yaitu dapat rusak pada suhu yang
tinggi dan dipengaruhi pH.
3.
Bekerja Secara Khusus : enzim tertentu hanya dapat mempengaruhi reaksi tertentu,
tidak dapat mempengaruhi raeksi lainnya. Zat yang terpengaruhi oleh enzim tersebut
substrat.Substrat adalah zat yang bereaksi. Oleh karena macam zat yang bereaksi di
dalam sel sangat banyak, maka macam enzim pun banyak.
4.
Dapat Digunakan Berulang Kali: dapat digunakan berulang kali karena enzim tidak
berubah pada saat terjadi reaksi. Satu molekul enzim dapat bekerja berkali-kali selama
enzim itu tidak rusak.
5.
Rusak Oleh Panas : enzim rusak oleh panas karena merupakan suatu protein .
Rusaknya enzim oleh panas disebut denaturasi jika telah rusak enzim tidak dapat bekerja
lagi.
6.
Tidak Ikut Bereaksi : enzim hanya diperlukan untuk mempercepat reaksi namun
tidak ikut bereaksi.
7.
Bekerja Dapat Balik : suatu enzim dapat bekerja menguraikan suatu senyawa
menjadi senyawa-senyawa lain dan sebaliknya dapat pula bekerja menyusun senyawasenyawa itu menjadi senyawa semula.
Adapun cara kerja enzim ada dua yaitu Teori Gembok - Anak Kunci dan Teori Induced
Fit. Pada teori gembok- anak kunci, Sisi aktif enzim mempunyai bentuk tertentu yang
hanya sesuai untuk satu jenis substrat saja.Bentuk substrat sesuai dengan sisi aktif, seperti
gembok cocok dengan anak kuncinya.Hal itu menyebabkan enzim bekerja secara
spesifik. Substrat yang mempunyai bentuk ruang yang sesuai dengan sisi aktif enzim
akan berikatan dan membentuk kompleks transisi enzim-substrat. Senyawa transisi ini
tidak stabil sehingga pembentukan produk berlangsung dengan sendirinya.Jika enzim
mengalami denaturasi (rusak) karena panas, bentuk sisi aktif berubah sehingga substrat
tidak sesuai lagi. Perubahan pH juga mempunyai pengaruh yang sama. Sedangkan pada
teori induced fit, Reaksi antara substrat denan enzim berlangsung karena adanya induksi
molekul substrat terhadap molekul enzim.Menurut teori ini, sisi aktif enzim bersifat
fleksibel dalam menyesuaikan struktur sesuai dengan struktur substrat. Ketika substrat
akan terinduksi dan kemudian mengubah bentuknya sedikit sehingga mengakibatkan
perubahan sisi aktif yang semula tidak cocok menjadi cocok (fit). Kemidian terjadi
pengikatan substrat oleh enzim, yang selanjutnya substrat diubah menjadi produk.Produk
kemudian dilepaskan dan enzim kembali pada keadaan semula, siap untuk mengikat
substrat baru.
Tabung no 1, 2, dan 4 yaitu dengan bahan campuran secara berturut-turut 2 ml
pepsin dan 2 ml HCL 0,4 %, 2 ml pepsin dan 3 ml, dan 2 ml pepsin yang didihkan + 2 ml
HCL 0,4 % aquadest kemudian dikocok secara merata dan terlihat warna bening,
kemudian setelah dipanaskan selama 30 menit pada suhu 380 C terjadi perubahan warna
yaitu menjadi keruh. Kekeruhan ini bertanda bahwa albumin tidak diuraikan oleh
protein.Sedangkan pada tabung no 3 terlihat sangat jernih dibandingkan dengan yang
lainnnya, kerana albumin telah diuraikan oleh protein. Dan pepsin menguraikan albumin
dalam keadaan acid. Hal ini juga dipengaruhi oleh kerja pada suhu yang optimal yaitu
380 C. Enzim Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna
protein dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil. Enzim ini
termasuk protease; pepsin disekresi dalam bentuk inaktif, pepsinogen, yang akan
diaktifkan oeh asam lambung. Enzim ini diproduksi oleh bagian mukosa dalam perut
yang berfungsi untuk mendegradasi protein. Enzim ini memiliki pH optimum 2-4 dan
akan inaktif pada pH diatas 6. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk
mendegradasi protein yang lain adalah kemotripsin dan tripsin. Pepsin disintesa dalam
bentuk inaktif oleh lambung; asam hidroklori; juga diproduksi oleh gastric mucosa dan
akan diaktifkan pada pH optimum yaitu 1-3.
Pada tabung no.3, menghasilkan warna yang berbeda yaitu ungu tua, dalam
percobaannya enzim ini didihkan dulu pada suhu 380C sehingga dapat disimpulkan
bahwa suhu yang optimal bagi enzim tripsin sangat mempengaruhi dalam kerja enzim
tersebut. Sedangkan pada tabung no.1 dan 2 ini berbeda hasilnya yaitu ungu muda. Hal
ini karena suhunya belum optimal, sehingga hasil dari kerja enzim tersebut belum
maksimal.
Dalam percobaan ini enzim bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan
hydrogen dari substrat. Yaitu Hidrogen bereaksi dengan dengan methylin blue. Dan telah
terbukti bahwa dalam susu terdapat banyak enzim dehidrogenase. Karena terlihat pada
tabung no.1 menghasilkan perubahan warna biru muda yang sangat pekat dibandingkan
dengan yang lainya.
V KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil percobaan ini adalah sebagai berikut
1. Enzim Pepsin adalah enzim yang terdapat dalam perut yang akan mulai mencerna protein
dengan memecah protein menjadi bagian–bagian yang lebih kecil.
2. Pepsin adalah salah satu dari 3 enzim yang berfungsi untuk mendegradasi protein yang
lain adalah kemotripsin dan tripsin.
3. Pepsin disintesa dalam bentuk inaktif oleh lambung; asam hidroklori; juga diproduksi
oleh gastric mucosa danvvc diaktifkan pada pH optimum yaitu 1-3.
4. Enzim pepsin memiliki pH optimum 2-4 dan akan inaktif pada pH diatas 6.
5. Pada enzim pepsin albumin tidak diuraikan oleh protein, pepsin menguraikan albumin
dalam keadaan acid.
6. Suhu yang optimal bagi enzim tripsin sangat mempengaruhi dalam kerja enzim.
7. Enzim dehidrogenase bekerja mengoksidasi substrat dengan melepaskan hydrogen dari
substrat.
VI DAFTAR PUSTAKA
Anne. 2011. Mengenal Enzim-enzim Pencernaan Manusia. (online). http://www.anneahira.com.
Diakses pada tanggal 16 Oktober 2012.
Anonim. 2008. Enzim. (online). http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 16 Oktober
2011.
Lehninger AL. 1982. Dasar – Dasar Biokimia Jilid I. Maggy Thenawijaya, penerjemah. Jakarta:
Erlangga. Terjemahan dari: Principles of Biochemistry.
Ruddin, Choi.2010. LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA II PERCOBAAN II ENZIM. Jayapura :
Universitas Cendrawasih
Sadikin, Mohamad. 2002. Biokimia Enzim. Jakarta : Widya Medika.
Soewoto, Hafiz, dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya Medika.
Tim . 2013. Petunjuk Praktikum Biokimia. Surabaya: Unesa Press.
Download