(Yoh. 3 : 30) EDISI April 2015 Saudara-saudari

advertisement
“ ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil” (Yoh. 3 : 30)
EDISI April 2015
Saudara-saudari yang terkasih dalam Kristus, Selamat Hari Raya Paskah!
Dalam bulan April ini, tepatnya pada tanggal lima, kita merayakan Hari Raya Paskah,
peringatan Kebangkitan Yesus, hari raya paling utama dalam tradisi Gereja Katolik,
karena pada Minggu Paskah itulah seluruh misteri penebusan umat manusia
direfleksikan. Perayaan Paskah tidak bisa dipisahkan dari Paschal Triduum yaitu
rangkaian perayaan trihari Paskah, yang dimulai dengan Misa Kamis Putih, peringatan
Perjamuan Akhir dan pencucian kaki para Rasul. Jumat Agung hari peringatan wafat
Yesus di salib dan pada hari Sabtu malam kita merayakan misa vigil sebelum perayaan
Misa Paskah pada hari Minggu pagi.
Keluarga Katolik Indonesia di Melbourne tahun ini mengawali Pekan Suci dan
persiapan Paskah dengan cara istimewa yaitu menampilkan Lenten Concert “The
Seven Last Words of Christ” karya Theodore Dubois, pada tanggal 27 Maret 2015 di
Our Lady of Mount Carmel Church, Middle Park. Lewat lagu-lagu yang dibawakan
oleh penyanyi-penyanyi berbakat dan koor KKI dengan iringan orkes lengkap, para
audiens diajak merenungkan kembali tujuh kata-kata terakhir Yesus pada saat-saat
akhir menghadapi ajalNya. Sungguh luarbiasa bahwa KKI dapat mementaskan konser
rohani yang sebagus ini yang dihadiri juga oleh Mgr Greg Bennet, Vicar General of
Archdiocese of Melbourne, Bishop Vincent Long OFM dan Bishop Mark Edwards OMI.
Congratulations dan salut kita untuk semua yang terlibat dalam konser ini, panitia
penyelenggara, para penyanyi serta pemain musik. Salut khusus untuk conductor kita,
Ibu Ratna Ronosulistyo.
Misa Paskah KKI yang dipimpin oleh Romo Bonifasius Buahendri SVD bersama tiga
konselebran imam telah dirayakan dengan khidmat dan mulia. Koor KKI memeriahkan
perayaan Ekaristi dengan lagu-lagu yang merdu dan banyak keluarga membawa
anak-anaknya yang ikut dalam kegiatan sekolah Minggu. Sesudah misa ada bazaar yang
menjual bermacam-macam makanan yang enak dan anak-anak sibuk dengan Easter egg
hunting. Banyak terima kasih kepada Romo Boni dan panitia Paskah yang sibuk dengan
persiapan dan penyelenggaraan Perayaan Paskah yang dimulai sejak misa Minggu
Palma sampai dengan Hari Raya Paskah.
Dalam edisi ini Anda dapat membaca tulisan Romo Waris berjudul “Mencintai Salib”,
diambil dari kumpulan karangannya “Ngopi Bareng MoRis” yang dapat diakses lewat
website Karmel Indonesia. Anda juga dapat mengikuti renungan Paskah tulisan Romo
Boni berjudul “Missing Link – Connection Lost, Retry”. Juga ada renungan singkat
“Keraguan” sumbangan sdr Frans Suryana dan tulisan mengenai Paus Fransiskus dan
upacara-upacara Paskahnya di tahun 2015 ini. Selamat membaca dan sampai bertemu
di kegiatan-kegiatan Keluarga Katolik Indonesia Melbourne!
1
MISA KKI
Minggu, 3 Mei 2015
St Martin de Porres
25 Bellin Street
Laverton VIC
Pukul: 11.30
Minggu, 10 Mei 2015
St. Joseph Church
95 Stokes Street
Port Melbourne VIC
Pukul: 11.00
Minggu, 17 Mei 2015
St Francis’ Church
326 Lonsdale St
Melbourne VIC
Pukul: 14:30
Minggu, 24 Mei 2015
St. Paschal
98-100 Albion Rd
Box Hill VIC
Pukul: 11.00
MISA MUDIKA
Sabtu pertama
Monastry Hall
St. Francis Church
326 Lonsdale Street
Melbourne VIC
Pukul: 12.00
PDKKI
Setiap Sabtu
St. Augustine’s City Church
631 Bourke Street
Melbourne VIC
Pukul: 18.00
Mencintai SALIB
Oleh Romo Waris O Carm.
Sahabat, sudah beberapa minggu ini pikiran saya selalu diisi dengan kata SALIB. Bemula dari ruang kelas di saat saya
menghadapi ujian, kemudian mengikuti dan memberi refleksi ibadat jalan salib, mengajak saya untuk melihat lebih jelas
SALIB yang sesungguhnya dalam hidup harian saya.
Sebelum melangkah lebih jauh baik kalau kita sadari bahwa setiap orang memiliki SALIBnya sendiri, memiliki persoalan
hidup sendiri-sendiri. Ada yang berat ada yang sedikit ringan, ada yang besar ada yang relatif kecil. Tetapi kita tidak bisa
membandingkan begitu saja SALIB setiap orang.
Misalnya: ada orang yang memiliki persoalan dalam keluarganya. Relasi antara orangtua dan anak-anak tidak bagus.
Ada yang memiliki persoalan di dalam tempat kerjanya. Entah persoalan antar teman, dengan atasan atau bawahan, atau
persoalan mencari pekerjaan. Yang lain memiliki persoalan dalam menemukan makna yang mendalam dalam hidup me
reka, karena mereka seolah hidup tanpa arah, tanpa makna, melangkah tanpa tujuan bak daun kering tertiup angin.
Ada banyak sekali persoalan, ada banyak sekali SALIB. Jika kita membuat daftar dalam buku harian kita, akan menghasilkan berhalaman-halaman daftar yang semakin hari semakin panjang.
Bagaimana dengan saya sendiri? Saya akan menceritakan sedikit saja salib yang saya panggul ini. Saat ini SALIB terbesar dan terberat adalah belajar bahasa Kanton. Hampir seluruh waktu saya tercurah ke sana, tetapi hasilnya belumlah
seberapa. Hal ini yang membuat beban salib ini terasa lebih berat. Dulu saya masih sering membuat tulisan, membuat
ini dan itu, tetapi sekarang hampir semuanya terhenti dan terpusat pada belajar bahasa Kanton, tetapi hasilnya belum
seberapa.
Sudah setahun lebih saya belajar, tetapi sekali lagi hasilnya belum seberapa. Bahkan dalam percakapan sehari-hari saja
banyak istilah yang tidak saya mengerti, belum mampu saya hafalkan meski sudah diajarkan. Sekali ini, ini membuat
beban menjadi semakin berat.
Selama setahun yang lalu, ketika saya mulai belajar bahasa Kanton, saya tinggal di biara Maryknoll. Di sana tinggal
romo-romo dari Amerika yang membuat kami berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Di sana saya seperti menemukan tempat persembunyian. Saya tidak harus bercakap-cakap dalam bahasa Kanton. INILAH PERSOALANNYA. Saya
belajar bahasa tetapi menghindar untuk menggunakannya.
TAKUT.
Mungkin ini istilah yang pas untuk menggambarkan kondisi yang saya alami. Takut mendapati kenyataan bahwa saya
tidak mengerti, takut mendapati kenyataan bahwa orang lain akan tahu bahwa saya tidak tahu, takut bahwa saya akan
dianggap “bodoh”. Dan sebenarnya, ini ketakutan yang tidak berdasar. Ketakutan yang entah datang dari mana, tetapi
begitu kuat menguasai.
SAYA HARUS KELUAR.
Ya, saya harus keluar dari ketakutan itu. Bagaimana caranya? Hadapi saja. TIDAK ADA PILIHAN, hadapi saja. BERBICARA ITU GAMPANG TETAPI MELAKUKAN ITU SUSAH!!! Itu yang saya alami. Kepala saya mengatakan, “Kamu harus
segera keluar dari biara itu, pindah ke paroki yang membuat kamu bisa bertemu dengan banyak orang, yang membuat
kamu memiliki kesempatan untuk berkomunikasi dengan banyak orang, dengan itu bahasa Kanton-mu perlahan-lahan
akan membaik.”
Namun hati saya berbisik, “apa kamu sanggup? apa kamu yakin bisa bercakap-cakap dengan mereka? apa kamu nggak
akan malu?...”
Hati dan kepala saya berkelahi saling mencari perhatian. Pada awalnya hati saya menang. Saya menunda tinggal di
paroki. Pada akhirnya TIDAK ADA PILIHAN, saya tidak bisa menunda lagi dan saya pindah ke paroki. Setelah pindah ke
paroki, saya mendapati bahwa semuanya baik-baik saja, saya mendapati banyak kesulitan tetapi juga banyak
2
keuntungan di sisi lain.
Sahabat, pengalaman bergulat mengahdapi bahasa Kanton telah mengajari saya dalam menghadapi masalah, persoalan, beban, atau SALIB. Setidaknya ada tiga langkah yang bisa dibuat untuk menghadapi SALIB:
1. Menerima SALIB tersebut
2. Merangkul SALIB tersebut
3. Mencintai SALIB tersebut.
Ketika saya belum mampu menerima SALIB saya, keadaannya sangat kacau, semua terasa berat. Tetapi ketika saya
mulai menerimanya, perlahan-lahan beban itu terasa berkurang beratnya. Beban itu masih ada, kesulitan itu masih besar, tetapi ketakutan itu mulai hilang.
Menerima SALIB berarti menerima kenyataan, menerima situasi, dan menerima siapa diri kita. Ada orang yang mampu
membawa salib seberat 100kg, ada yang hanya mampu membawa 50kg, atau hanya 10kg saja. Saya menyadari bahwa
kemampuan saya (mungkin) hanya membawa 10kg saja. Maka kalau di depan saya ada 1000kg SALIB, butuh 100 kali
untuk membawanya. Bagi yang lain, yang mampu membawa 100kg, bagi mereka cukup 10 kali saja memanggul salib.
Kalau saya memaksa membawa 50kg atau 100kg, mungkin saya mampu pada langkah awal, tetapi saya akan jatuh dan
(mungkin) lumpuh tertimpa beban itu.
Menerima SALIB berarti menyadari kenyataan akan besarnya salib dan besarnya kemampuan dalam memanggul, Selanjutnya setia untuk terus memanggul.
Ini yang saya maknai sebagai MERANGKUL SALIB.
Saya belajar dari Yesus saat terjatuh di jalan saat memanggul salib. Yesus jatuh sampai tiga kali. Tetapi yang dilakukan
oleh Yesus adalah memeluk salib tersebut, memanggulnya kembali dan meneruskan perjalanan. Saya juga mengalami
berkali-kali jatuh tertimpa salib, jatuh karena merasa mampu membawa beban yang berat nyatanya saya gagal, saya
terjatuh. Belajar dari Yesus, saya mencoba merangkul salib tersebut dan kembali meneruskan perjalanan.
Sampai kapan saya harus merangkul SALIB? Saya tidak tahu. Tetapi ketika kita setia merangkul SALIB, akan ada “Veronika” atau “Simon dari Kirene” yang akan datang meringankan. Tetapi tetap, beban utama SALIB itu menjadi tanggungjawab kita. Orang lain hanya akan mengelap peluh dan membantu mengangkat, tetapi tanggungjawab itu ada pada diri
kita.
Tahap berikutnya adalah mencintai SALIB. Tahap ini akan datang dengan sendirinya ketika kita mampu setia merangkul
dan memanggul SALIB kita. Percayalah, saat kita mampu mencintai SALIB itu, sebenarnya salib itu tidak akan menjadi
beban lagi, karena salib itu telah menjadi bagian diri kita.
PENTINGNYA SALIB
Apakah memang SALIB itu begitu penting?
Saya belajar dari YESUS bahwa Salib itu memiliki makna penting. Salib dan penderitaan Yesus, yang kemudian membawanya kepada kematian menjadi berarti karena ada kebangkitan. Tanpa sengsara dan kematian, tidak ada kebangkitan. Sebaliknya, jika tidak ada kebangkitan, maka sia-sialah sengsara dan kematian itu.
Maka, SALIB dalam hidup kita itu menjadi berarti kalau kita nanti pada akhirnya juga mengalami kebangkitan. Kalau
Salib itu membawa kita menjadi manusia baru yang diubah oleh salib itu. Ketika hidup kita tidak ada yang baru, kita tidak
belajar apa-apa dan CINTA KITA KEPADA TUHAN tidak semakin besar, maka SIA-SIALAH salib yang kita rangkul itu.
Salib menjadi berarti ketika kita satukan dalam Salib Tuhan, dan terlebih lagi ketika kita membiarkan diri mati bersama
Kristus dan akhirnya bangkit kembali, memperoleh kehidupan baru.
Sahabat, saat menulis catatan singkat ini saya mendengarkan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh Grezia. Dia adalah
gadis kecil yang (mungkin) buta sejak lahir, namun dikaruniai suara yang sangat merdu. Dia menyanyikan lagu berjudul
“Walau aku tidak dapat melihat”. Sejenak saya diajak untuk menyadari bahwa kerap kali saya tidak mampu melihat rencana Allah, aku juga tidak mampu berharap karena Yesus yang menjadi harapanku telah “mati” di salib, namun aku tetap
diajak untuk memandang Allah, karena Dia selalu ada.
3
Kusadar tak semua dapat aku miliki
di dalam hidupku
hatiku percaya rancanganMu bagiku
adalah yang terbaik
Walau ku tak dapat melihat semua rancanganMu Tuhan
Namun hatiku tetap memandang padaMu
Kau tuntun langkahku
....
Hong Kong, 03/04/2015
Jumat Agung
MISSING LINK – Connection lost, Retry!
Renungan Paskah 2015
oleh Pastor Boni Buahendri SVD
Akhir pekan yang lalu, tepatnya seminggu setelah hari raya Paskah, saya mendapat kesempatan sederhana untuk membimbing retreat adik-adik MUDIKA KKI Melbourne, di Mount Morton Camp Belgrave High - Vic. Sebuah retreat tahunan
MUDIKA yang selalu menarik banyak minat anak muda Katolik di Melbourne untuk hadir dan menjadi bagian dari acara
dimaksud. Itu terlihat jelas dari peserta yang hadir cukup banyak (sekitar 90 orang), dan teristimewa lagi keakraban di
antara mereka dalam tiga hari retreat itu sendiri. Semua peserta dengan tekun mengikuti session yang serius, sejumlah
games , role play atau juga drama/expresi dalam group – group kecil. Semuanya berlangsung dalam suasana yang
penuh canda ria, khas gaya anak muda. (Lihat Face Book Mudika atau media communikasi lainnya tentang mereka,di
internet.....).
Dalam retreat tersebut saya diminta untuk membawakan tema tentang MISSING LINK – conection lost, retry. Sebuah
topik yang sangat menarik untuk adik-adik MUDIKA yang kebanyakan jauh dari orang tua dan keluarga mereka Indonesia. Sekarang mereka sedang menempuh ilmu di tanah rantau seperti Australia. Dalam situasi tertentu, ada kemungkinan mereka bisa saja mengalami “MISSING LINK” karena perbedaan budaya yang secular di Australia.. Ditambah lagi
bahwa di zaman modern sekarang, koneksi seperti Wi-Fi atau phone itu sangat penting. Karena itu ketika kita berada di
tanah orang, koneksi dengan alam, orang lain apalagi Tuhan, itu aman sangat lebih penting lagi. “Missing Link – Connection Lost, Retry!”
Renungan singkat ini adalah hasil refleksi pribadi saya tentang tema Missing Link di atas. Saya percaya, dalam arti terbatas situasi “missing link” juga bisa menjadi kisah hidup pribadi saya dan kita semua umat KKI di Melbourne.
MANUSIA DICIPTAKAN MENURUT GAMBAR DAN RUPA ALLAH
“Berfirmanlah Allah, baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita. Supaya mereka berkuasa atas ikanikan di laut dan burung-burung di udara, dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang yang melata,
yang merayap di bumi. Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya, menurut gambar Allah diciptakanNya
dia, laki-laki dan perempuan (Kejadian 1: 26 – 27)”
Sejak awal mula penciptaan, Allah mempunyai rencana yang sangat indah dan istimewa bagi kita umatNya. Manusia
pertama (Adam & Hawa) diciptakan menurut gambar dan rupa Allah. Manusia itu diciptakan dengan sebuah tujuan yang
sangat mulia pula, yakni untuk beranak cucu, menguasai bumi dan terutama untuk memuliakan Allah. Di mata Allah manusia mempunyai kedudukan yang sangat istimewa. BagiNya manusia adalah representasi aktif dari diriNya yang MENCINTAI. Motivasi Allah menciptakan kita adalah KASIHNYA. Rasul Paulus pernah mengatakan: “Jauh sebelum dunia
dijadikan, Allah telah merencanakan kita di dalam pikiranNya, menetapkan kita sebagai pusat kasihNya (Ef. 1: 4a)”.
Sejak semula, manusia sangat dekat dengan Allah. Manusia bukan hanya mendengar suaraNya tetapi juga melihat
wajah Allah sendiri di taman Eden.
4
Ketika manusia jatuh dalam dosa, (dosa asal/original sin) manusia diusir dari taman itu. Manusia tidak lagi bisa melihat wajah dan mendengar suara Allah lagi. Manusia harus berjuang dan berkeringat darah untuk mempertahankan
hidupnya. Manusia keluar dari taman Eden dan semakin jauh dari Allah. Itulah dosa asal manusia sesungguhnya, yakni
Turning Away From God, menjauh dari Tuhan. Dan saat itulah anak manusia mengalami “missing link” pertama dalam
hidupnya. Karena keputusan bebasnya, dia menerima tawaran Iblis yang berakibat keluar dari taman Eden. Kemudian
dalam peredaran waktu dan zaman, berdasarkan dosa asal, kemudian keterbatasan manusiawinya dan kebebasan yang
tidak bertanggungjawab, manusia mengalami berbagai missing link-missing link yang lain, yang terkadang membuat
dia semakin jauh lagi dari Tuhan. Dan yang paling tragis, manusia harus mengakhiri kisah kehidupannya dengan sebuah
kematian.
Allah tetap setia.
Lewat suara para nabi, Allah/Yahwe pernah berujar bahwa “seorang dara muda/perempuan akan mengandung dari
keturunan Daud, dan melahirkan seorang Anak yang akan menebus dosa manusia”. Berabad-abad kemudiam, misteri INKARNASI yakni Allah menjadi manusia dalam diri Yesus, telah membuktikan kesetiaan Yahwe yang senantiasa
membimbing perjalanan manusia tersebut. Itu disempurnakan dengan kurban salib Yesus untuk menebus dosa manusia, dan akhirnya membawa manusia kembali kepada Allah, dengan kebangkitan Kristus di hari raya Paskah. Dia bangkit
sebagai yang sulung dari kita untuk bangkit dari alam maut dan kembali ke rumah Bapa di surga. Itulah warta Paskah
bagi kita semua, sebuah “kubur kosong” dan ada kehidupan setelah kematian.
MISSING LINK
By definition, missing link means a think that is needed in order to complete the series, to provide continuity, to gain complete knowledge. It also means something lacking or something that you don’t have to solve the problem.
Sebagai orang Indonesia, kebanyakan dari kita (anak-anak muda Katolik) berasal dari keluarga Katolik yang sangat baik.
Di Indonesia mereka rata-rata pernah menempuh pendidikan di sekolah Katolik terbaik, selalu ke gereja pada hari Minggu dan juga sering menjadi putra dan putri Altar. Setelah melanjutkan pendidikan di suatu negara yang sangat secular
seperti Australia, bisa saja secara tiba-tiba atau perlahan-lahan muncul suatu perasaan “bosan” atau kekeringan rohani
yang terkadang kita sendiri tidak tahu penyebabnya secara pasti dan menyeluruh. Itulah suatu tanda awal, di mana kita
sedang mengalami proses missing link, from the thing that “I used to” into the other situation that I “don’t have to”.....
Sebagai anak Adam dan Eva, pasti kita juga merasakan pengalaman “missing link”, just suddenly or slowly feeling
alone, emptiness , so isolated, dis-connected. Sebuah pengalaman putusnya hubungan atau rasa cinta dengan alam/budaya, tempat, suasana,situasi tertentu. Atau juga putusnya hubungan dengan sesama dan terutama hubungan dengan
Tuhan, altogether. Itu bisa terjadi karena mungkin masa kecil yang kurang bahagia, pengalaman traumatis masa lalu,
kehilangan orang yang kita cintai, jauh dari orang tua/sanak keluarga atau orang yang kita kasihi, merasa terasing dinegeri orang, atau kehilangan pegangan hidup, secara tiba-tiba.
Kita sedang dalam masa Paskah. Setelah Yesus bangkit dari alam maut, para muridNya berada dalam situasi ke
bingungan dan rasa takut yang dahsyat. “Physically, there is a clear missing link between them and Jesus, Sang Guru”.
Karena itu mereka selalu berkumpul dan berdoa. Mereka berdoa bersama Maria dari rumah ke rumah terutama ketika
malam tiba. Bagi saya, satu hal yang sangat menarik dari kelompok kawanan kecil itu, adalah sebuah CONNECTION
atau hubungan persaudaraan di antara mereka yang sangat kuat. They are so connected; there is no missing link among
them. Dan ketika mereka merasa sebagai saudara dalam doa dan iman serta pelayanan, Yesus tiba tiba atau selalu menampakkan diri dan menyapa mereka kataNya: “Damai sertamu”. Yesus hadir ketika kita hidup rukun dan damai sebagai
saudara.
Yang menjadi “missing link” dan juga sekaligus ”connecting link”/ tali pengikat semua pengalama hidup (rohani) kita
adalah TUHAN sendiri.
Semoga pengalaman para rasul membantu iman kita untuk bisa mengubah pengalaman “missing link” menjadi “connecting link. Pengalaman “missing link” menjadi “grace experience” yang baru, yang lebih baik lagi. Ingat pepatah Cina
5
Semoga pengalaman para rasul membantu iman kita untuk bisa mengubah pengalaman “missing link” menjadi “connecting link. Pengalaman "missing link" menjadi "grace experience” yang baru, yang lebih baik lagi. Ingat pepatah Cina
kuno yang mengatakan: "There is always an opportunity at the end of the crises". Semoga pengalaman Paskah para
Jemaat Pertama menjadi pengalaman kita umat KKI Melbourne, untuk selalu bersatu dalam doa dan pelayanan.
Selamat Pesta Paskah 2015.
PEACE!
Pastor Boni Buahendri, SVD
Keraguan
Oleh Franciscus Suryana
Santo Thomas, sang rasul, sering mendapat julukan sebagai “Thomas the Doubful” yang artinya Thomas si peragu. Ini
dikarenakan dia pernah mengatakan bahwa dia tidak akan percaya bahwa Yesus sudah bangkit sampai dia bisa memasukkan jarinya ke dalam bekas luka di tangan dan lambung Yesus. Cerita selanjutnya anda sudah tahu.
Dalam hidup sehari-hari kita seringkali harus bergumul dengan keraguan. Keraguan dalam memilih pasangan hidup, ke
raguan akan pilihan kerja atau bisnis, keraguan akan jurusan yang kita pilih di perguruan tinggi termasuk juga keraguan
dalam iman. Berbicara mengenai keraguan iman seringkali kita mendengar pendapat bahwa ragu-ragu dalam beriman
menandakan kurang percaya. Ini bisa terjadi kalau kita menanggapi keraguan iman dengan cara menarik diri dan cuek
terhadap iman. Tetapi bagaimana kalau kita mengambil langkah yang berbeda?
Seorang pemuka agama terkenal menyarankan bahwa dalam beragama ada baiknya kita menyisakan sedikit keraguan.
Anda mungkin bertanya kenapa? Jawaban si pemuka agama ini adalah supaya kita terus mencari Dia. Penjelasannya
begini. Kalau kita ragu-ragu akan sesuatu, kita cenderung untuk mencari tahu tentang hal yang membuat kita ragu-ragu.
Kita berusaha menghalau keraguan itu dengan minta pendapat orang lain, membaca buku, meng-Google di Internet dan
lain sebagainya. Prinsip ini bisa kita bisa terapkan kala kita mengalami keraguan dalam beriman.
Kita tanggapi keraguan ini dengan mencari tahu lebih banyak mengenai ajaran Yesus dan para nabi dengan cara misalnya membaca Kitab Suci dan mengikuti pendalam iman. Proses pencarian ini niscaya akan semakin memperkuat iman
kita. Seperti bunyi lirik di salah satu lagu rohani: “Laksana rusa mendamba air jiwaku rindu padaMu Tuhan”. Semoga kita
pakai keraguan dalam beriman untuk terus berjalan mencari Yesus yang sudah bangkit untuk kita.
Salam,
Franciscus Suryana
(Penulis adalah warga lingkungan St Yohanes)
Paus Fransiskus dan Paskah 2015
Oleh Rufin Kedang
Pekan Suci
Bapa Suci Paus Fransiskus mengawali Pekan Suci dengan prosesi dan perayaan Misa Minggu Palma di St Peter’s
Square yang dihadiri oleh sekitar 70 000 orang. Dalam homilinya Paus Fransiskus menekankan tentang pentingnya
kerendahan hati, suatu keutamaan yang telah menjadi ciri khas kepausannya. Beliau juga mengajak umat mendoakan
150 korban kecelakaan pesawat Germanwings di French Alps dalam penerbangan dari Barcelona ke Dusseldorf pada
tanggal 24 Maret 2015. Paus Fransiskus juga menyampaikan penghargaannya kepada mereka yang dengan diam-diam
bekerja untuk membantu orang lain sambil mengabaikan kepentingan diri mereka sendiri dan juga kepada orang-orang
Kristen yang tabah menghadapi penindasan, diskriminasi, bahkan penganiayaan karena iman mereka.
6
Pada hari pertama Paschal Triduum Paus Fransiskus merayakan Misa Kamis Putih di penjara Rebibbia di kota Roma
dan mencuci kaki 12 orang tahanan ditambah seorang anak kecil anak dari seorang wanita yang ikut dicuci kakinya oleh
Paus Fransiskus. Di penjara inilah Paus Yohanes Paulus II berkunjung pada tahun 1983 untuk bertemu dan mengampuni Mehmet Ali Agca yang menembaknya. Kepada para tahanan Paus Fransiskus menekankan pentingnya cinta kasih.
“Jesus never tires of loving, forgiving, embracing us”, kata beliau. Kedua belas orang tahanan yang dicuci kakinya itu
berasal dari Nigeria, Congo, Ecuador, Brazil dan Italia.
Pada hari Jumat Agung Paus Fransiskus memimpin upacara Jalan Salib di Colosseum. Sesudah upacara itu beliau berdoa untuk orang Kristen yang dianiaya karena iman mereka. “We see in you (Jesus) our persecuted brothers, beheaded
and crucified because of their faith in you, before our eyes or often with our complicit silence.”
Perayaan Misa Vigil pada hari Sabtu dipimpin oleh Paus Fransiskus di Basilika Santo Petrus. Dalam perayaan itu Bapa
Suci memberikan Sakramen Baptis kepada 9 orang dewasa dan seorang gadis 13 tahun asal Cambodia. Dalam homilinya Paus Fransiskus mengajak umat Katolik untuk belajar “memasuki misteri” Paskah. Menurut beliau, “memasuki
misteri” Paskah berarti “going beyond our comfort zone, beyond the laziness and indifference which hold us back, and
going out in search of truth, beauty and love”.
Urbi et Orbi
Paus Fransiskus memimpin perayaan Misa Paskah pada hari Minggu pagi di St Peter’s Square. Meskipun hujan mengguyur kota Roma pagi itu, puluhan ribu umat yang hadir tetap khusuk mengikuti jalannya upacara.
Sesudah misa, Paus Fransiskus memberikan berkat dan pesannya untuk kota (Roma) dan untuk dunia, yang dikenal
dengan istilah Latinnya Urbi et Orbi. Bapa Suci memulai pesannya dengan kalimat “Yesus Kristus telah bangkit! Cinta
kasih telah mengalahkan kebencian, kehidupan telah mengalahkan kematian, cahaya terang telah menghalaukan kegelapan”.
Di awal pesannya Paus Fransiskus berkata bahwa Yesus menunjukkan kepada kita jalan menuju kehidupan daan
kebahagiaan. Jalan itu adalah kerendahan hati. “Only those who humble themselves can go towards the ‘things that are
above,’ towards God.” Dan hal ini bukanlah kelemahan melainkan kekuatan yang sesungguhnya. Selanjutnya Paus
Fransiskus menyerukan perdamaian khususnya di Syria dan Irak, dan mengajak masyarakat internasional untuk mengatasi tragedi kemanusiaan yang luar biasa ini. Beliau juga mengharapkan pembaharuan proses perdamaian di Tanah
Suci. Juga perdamaian di Yemen, Ukraine dan Negara-negara di Afrika termasuk Nigeria, Sudan dan Republik Demokratik Congo. Secara khusus Paus Fransiskus mengenang para pemuda pemudi yang terbunuh pada hari Kamis Putih di
Garissa University College, Kenya.
Paus Fransiskus menutup pesannya dengan doa untuk para korban perbudakan modern, para korban drug dealers dan
arm dealers dan untuk semua yang terpinggirkan dan yang menderita. Kalimat akhir pesan Urbi et Orbi adalah “Fear not,
for I am risen and I shall always be with you” (bdk Roman Missal, Entrance Antiphon untuk Hari Paskah).
(Sumber-sumber: News.VA, official Vatican Network; Papal Audience; Crux, covering all things Catholic; CNA, Catholic
News Agency; CERC, Catholic Education Resource Centre).
Warta KKI diterbitkan oleh pengurus Keluarga Katolik Indonesia setiap akhir bulan.
Sumbangan tulisan, naskah, dan berita seputar kegiatan KKI anda, bisa di kirim lewat email ke Bpk Rufin
Kedang di [email protected]
Deadline penerimaan tulisan/naskah tanggal 15 setiap bulannya.
7
8
Download