Masa Paskah 2010 Bahan Dasar Masa Paskah 2010 Sejalan dengan peristiwa Paskah sebagai kelanjutan dan puncak karya Kristus yang telah dirintis sejak peristiwa Natal, tema Masa Paskah tahun 2010 ini – “Keteladanan dan Kerja Keras” – merupakan kelanjutan tema Masa Adven dan Natal akhir tahun 2009 yang lalu. Tema Masa Adven dan Natal 2009: “Memberitakan Kabar Baik bagi Bangsa”, mengandung makna memberitakan kabar baik bagi bangsa tentang datangnya Kerajaan Allah di dunia ini, yaitu situasi baru yang dijiwai oleh damai sejahtera sudah dimulai dan sedang serta akan disempurnakan oleh Allah sendiri di masa depan. Situasi baru itu pasti terjadi, karena Allah sendiri yang berkarya dengan melibatkan manusia. Manusia yang dilibatkan oleh Allah itu terpanggil untuk berjuang menyingkirkan keserakahan, mau menang sendiri, penindasan, dan segala bentuk kejahatan yang menghancurkan kehidupan di dunia ini. Sekarang, pada masa Paskah – yaitu masa sengsara, kematian, dan kebangkitan Tuhan Yesus – kita rayakan dengan tema “Keteladanan dan Kerja Keras”. Tema ini dipilih berdasarkan makna peristiwa Paskah bagi orang beriman pada masa kini, bahwa kebangkitan Kristus membenarkan dan meneguhkan cara hidup Yesus – rendah hati dan rela berkorban – yang seharusnya menjadi teladan bagi 1 Masa Paskah 2010 2 hidup orang beriman1 di satu pihak, dan kesadaran kita orang beriman akan panggilan Allah untuk terlibat dalam karya-Nya mewujudkan damai sejahtera di dunia ini di pihak yang lain. Kesadaran kita akan panggilan Allah itu membawa kita pada suatu pemahaman bahwa keterlibatan kita dalam karya Allah dalam mewujudkan damai sejahtera di dunia saat ini harus kita jalankan dengan meneladan atau mencontoh pada keteladanan Kristus dalam menjalankan karya-Nya di dunia ini, dan dengan kerja keras – gigih, pantang menyerah dan dengan sepenuh hati – karena tantangan yang menghambat terwujudnya damai sejahtera di dunia ini masih sangat kuat, seperti: keserakahan, mau menang sendiri, penindasan, dan segala bentuk kejahatan yang menghancurkan kehidupan di dunia ini. Rendah hati dan rela berkorban Dalam Injil Matius 11:29, Tuhan Yesus berkata: “............ belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati ..................”. Kerendahan hati Yesus itu tercermin dalam cara hidup yang Ia jalani dalam sepanjang hidup-Nya di dunia ini, terutama pada saat Ia menjalani kesengsaraan sampai dengan kematian-Nya di atas kayu salib demi keselamatan manusia (Matius 21:5). Kerendahan hati Yesus juga dicerminkan dalam tindakan Yesus sebagai hamba yang membasuh kaki para murid-Nya (Yoh. 13:1-17 bdk. Lukas 22:27). Cara hidup yang rendah hati inilah kemudian oleh Paulus disebut sebagai cara hidup yang berpadanan dengan panggilan orang beriman, cara hidup rendah hati yang seharusnya dicerminkan dalam hidup orang beriman sebagai kawan sekerja Allah di dunia ini (Efesus 4:1-2; Filipi 2:3-10). Sejajar dengan cara hidup rendah hati, orang beriman juga dipanggil untuk menjalani hidup dengan rendah hati dan semangat rela berkorban, dengan meneladan pada kerendahan hati dan kerelaan berkorban yang Yesus lakukan dalam karya-Nya menyelamatkan 1 Verne H. Fletcher, Lihatlah Sang Manusia, Duta Wacana University Press, 1990, hlm. 21 dyb. Masa Paskah 2010 manusia. Kerelaan Yesus untuk berkorban dengan jalan penderitaan dan penyerahan diri demi orang lain (Yoh. 10:11, 15; Matius 20:28; 1 Petrus 2:21) ini, menjadi teladan bagi orang beriman sebagai manusia baru dalam mengasihi sesama manusia dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Cara hidup rendah hati dan rela berkorban sabagai jalan menuju kehidupan yang damai dan sejahtera, kini kian terasa semakin langka. Dalam konteks masyarakat yang sedang berkembang dewasa ini, dipicu oleh meningkatnya kemampuan manusia menemukan berbagai jalan untuk menyejahterakan kehidupan, justru melahirkan cara hidup yang arogan, mau menang sendiri, dan mengarah serta berpusat pada pemenuhan kepentingan diri sendiri. Cara hidup yang demikian membuat manusia lupa akan keterbatasan dan kebutuhannya untuk hidup bersama orang lain. Cara hidup yang demikian itulah pada akhirnya menimbulkan berbagai tragedi kehidupan. Oleh karena itu, orang beriman sebagai orang yang telah dipanggil menjadi kawan sekerja Allah di dunia, terpanggil untuk berusaha dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati untuk menjadi teladan bagi banyak orang, sekurang-kurangnya menjadi teladan sebagai orang yang rendah hati dan rela berkorban di lingkungan keluarga, gereja, kerja, dan di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Kerja keras Aktivitas Tuhan Yesus di dunia ini, semata-mata melaksanakan kehendak Allah (Yoh. 5:17, 19; Yoh. 9:4). Kesengsaraan yang Ia derita, penolakan yang Ia terima dalam pelayanan yang Ia jalankan, bahkan kematian yang menimpa diri-Nya, itu semua merupakan konsekuensi dari kesetiaan-Nya menjalankan kehendak Allah. Namun kesengsaraan, penolakan, dan bahkan ancaman kematian, tidak menyurutkan semangat dan ketaatan-Nya terhadap kehendak Allah, yang oleh penulis kitab Ibrani digambarkan dengan kata-kata: “..........yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita.....” (Ibr. 12:2), “......... tekun menanggung bantahan sehebat itu terhadap diri-Nya.............” (Ibr. 12:3). 3 4 Masa Paskah 2010 Kerja keras Yesus – gigih, tekun, dengan sepenuh hati – inilah yang seharusnya diteladani oleh setiap orang beriman, dalam segala aktivitas hidupnya mentaati kehendak Allah di dunia ini. Di tengahtengah zaman di mana manusia mudah sekali putus asa dalam berupaya, kurang sungguh-sungguh dalam menjalankan kehendak Allah, mudah menyerah terhadap kenyataan yang tidak menggembirakan, mudah mengingkari kehendak Allah demi kenyamanan dan keamanan hidupnya di dunia ini, kita orang beriman dipanggil untuk meneladani kerja keras Yesus dalam memenuhi kehendak Allah dalam seluruh aspek hidup kita. DEN