Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012

advertisement
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
EKSPLORASI AWAL NIKEL LATERIT DI DESA LAMONTOLI DAN LALEMO,
KECAMATAN BUNGKU SELATAN, KABUPATEN MOROWALI,
PROPINSI SULAWESI TENGAH
Sri Ayu Ningsih
Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
Abstract
The exploration area is included in the administration area in the village of
Lalemo (UTM 0436240, 9652332) and in the village of Lamontoli (UTM0433380,
9652752) District of South Bungku, Morowali regency, Central Sulawesi. Judging
from the results of laboratory analysis of the nickel content in the block A are the
highest found on the point A12 which is the 1.22 located at a depth of 3 m, of the
results of drilling in 4(four) point location, low levels with a relatively shallow depth.
Based on a sample of handauger and Test Pit, it is known nickel content for block B
high enough because there are standards above 1.8 are eligible in to do the
exploitation. After conducting the survey, there are many serpentine rock outcrops
exposed on the surface that has experienced a high degree of weathering. As for
the block C should be considered again because relatively low levels, there are only
a few wells that already meet the standard that is above 1.8.
Keywords : levels of nickel, handauger, Test Pit, serpentine rock.
Sari
Daerah eksplorasi termasuk kedalam wilayah administrasi Desa Lalemo
(UTM 0436240, 9652332) dan Desa Lamontoli (UTM0433380, 9652752) Kecamatan
Bungku selatan, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Dilihat dari hasil analisis
laboratorium kadar nikel di block A yang tertinggi terdapat pada titik A12 yaitu 1,22
berada pada kedalaman 3 m, dari hasil pengeboran di 4 titik lokasi, kadarnya
rendah dengan kedalamannya yang relatif dangkal. Berdasarkan sampel dari
handauger dan Tes Pit, maka diketahui kadar nikel untuk block B cukup tinggi
karena ada yang memenuhi standar diatas 1,8 sehingga memenuhi syarat untuk
dilakukan eksploitasi. Setelah melakukan survey tinjau, terdapat banyak singkapan
batuan serpentine yang tersingkap diatas permukaan yang sudah mengalami
pelapukan tingkat tinggi. Sedangkan untuk block C perlu dipertimbangan lagi karena
kadarnya relatif rendah, hanya ada beberapa sumur yang sudah memenuhi standar
yaitu diatas 1,8.
Kata-kata kunci : kadar nikel, handauger, Tes Pit, batuan serpentine.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Secara umum, endapan nikel yang terdapat di Lamontoli dan Lalemo
merupakan endapan nikel laterit. Endapan nikel laterit merupakan bijih yang
dihasilkan dari proses pelapukan batuan ultrabasa yang ada di atas permukaan
bumi. Nikel merupakan mineral yang sangat banyak dicari karena memiliki nilai yang
sangat mahal, selain bersifat tahan karat, logam ini juga berfungsi sebagai bahan
paduan logam lain membentuk baja. Nikel laterit merupakan sumber bahan
tambang yang sangat penting. Endapan nikel laterit terbentuk dari hasil pelapukan
dari batuan induk dari jenis ultrabasa. Kegiatan Eksplorasi merupakan tahapan yang
menentukan untuk kegiatan Eksploitasi selanjutnya.
Permasalahan
Di desa Lamontoli dan desa Lalemo, Kecamatan Bungku Selatan,
Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah, secara regional menunjukkan
adanya potensi sumber daya nikel laterit, oleh sebab itu penulis melakukan
eksplorasi awal untuk mengetahui kualitas dan kuantitas nikel laterit didaerah
tersebut.
Tujuan
Tujuan dari penyusunan jurnal ini adalah untuk mengetahui potensi sumber
daya nikel laterit yang meliputi kualitas dan kuantitas, dimana kualitas dilihat dari
analisis kadar Ni dan Fe, sedangkan kuantitas dihitung dari cadangan atau volume
nikel laterit tersebut.
Ruang Lingkup
Pembahasan ini melingkupi kegiatan pengeboran dangkal dan pengeboran
dalam, analisis kadar Ni dilaboratorium, penyebaran lateritya hingga penentuan
prospek dan tidak prospeknya endapan laterit tersebut.
Metode Penulisan
 Melakukan pemetaan untuk menentukan daerah prospek zona laterit dan
juga lokasi titik bor pada block A dan C.
 Melakukan pemboran dangkal dengan menggunakan alat handauger dan
Tes pit pada block B meliputi 4 titik yaitu dengan kedalaman bervariasi dari
1-10 m.
 Melakukan pemboran dalam pada titik zona prospek laterit dengan
menggunakan mesin Jackro 100 pada block A dan C. kegiatan pemboran
dalam ini meliputi set up rig, Running (pemboran dalam), dan treatment
sampel.
 Melakukan pengeringan sampel untuk hasil dari pemboran dangkal dan
pemboran dalam serta dilanjutkan dengan analisis laboratorium untuk
menetukan kadar nikel (Ni) pada setiap titik pemboran.
Lokasi
Lokasi paling banyak ditemukan nikel laterit ada di Indonesia Timur, namun
ada juga di Kalimantan. Secara administrasi terletak pada Desa Lamontoli dan Desa
Lalemo, Kecamatan Bungku Selatan, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi
Tengah, berada sekitar 246 Km sebelah Timur Kota Kendari.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 1. Lokasi keterdapatan nikel laterit di Indonesia
Gambar 2. Peta lokasi daerah penelitian
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
TINJAUAN PUSTAKA
Geologi Regional

Tektonik
Sulawesi terdiri dari 3 bagian berdasarkan tektonik seting pembentukannya
:
1. Bagian utara pulau Sulawesi termasuk dalam magmatic arc yang masih
aktif hingga sekarang.
2. Bagian timur dan timur laut merupakan fragmen dari mikro kontinen yang
bergerak dari bagian utara Australia kraton yang saling bersinggungan pada
sisi bagian barat dan barat daya.
3. Sisi selatan merupakan bagian dari sunda land.
4. Lokasi penelitian terletak pada bagian timur dan timur laut karena tumbukan
lempeng dan tergeser oleh sesar sorong maka daerah penelitian sangat
komplek.
Gambar 3. Tatanan tektonik Indonesia Bagian Timur
(diambil dari Satyana, 2006)

Stratigrafi
Stratigrafi regional terdiri dari 1 kelompok batuan yaitu Batuan Ofiolit (Ku)
dan 2 formasi yaitu Formasi Matano (Tmpp) dan Formasi Salodik (Tems).
 Batuan Ofiolit ( Ku)
Terdiri dari batuan-batuan ultramafik yaitu peridotit, harzburgit, dunit, gabro
dan serpentinit. Satuan batuan ini berumur Kapur. Penyebaranya hampir
meliputi 15% dari pada wilayah area konsesi tersebar di bagian selatan dan
sebagian di bagian utara area konsesi.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
 Formasi Salodik ( Tems)
Terdiri dari batuan Gamping yaitu Kalsilutit dan gamping ooid. Satuan ini
memiliki umur Oligosen, tersebar pada daerah utara hingga tengah dari
area konsesi sebesar 75% dari total keseluruhan semua area konsesi.
 Formasi Matano (Km)
Formasi ini berumur Kapur Akhir – Paleosen, terdiri atas kalsilutit
bersisipan dengan lempung dan rijang.
 Qa
Endapan ini berumur kuarter, terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan
lempung.
 Batuan Sedimen
Batuan Sedimen meliputi batuan konglomerat, batupasir, dan batulempung
Batu konglomerat memiliki butiran krakal dan berbentuk rounded dan
memiliki fragmen batuan beku, semen yang mengikat batuan ini adalah
silica, batuan ini diendapkan pada lingkungan darat. Batupasir memiliki
besar butir kasar dan berbentuk sub rounded. Batupasir ini berwarna abuabu jika keadaan fresh dan berwarna putih jika keadaan lapuk. Sedangkan
batugamping berwarna putih dan masih nampak molusca, karena tidak
ditemukannya lapisan dibatuan ini maka batugamping ini termasuk
batugamping non klastik.
 Batuan Beku
Batuan beku ini terdiri dari batuan beku peridotit, hazburgit dan serpentinit.
Batuan beku ini memiliki warna gelap dan jika lapuk berwarna hitam
kehijauan. Batuan beku ini memiliki memiliki tekstur yang halus, mineral
batuan ini tidak nampak dengan mata telanjang maka termasuk afanitik.
Batuan ini termasuk homokristalin karena kristal batuan ini menyeluruh
maka termasuk dalam lepidoblastik, kekerasan batuan ini < 7,5%.
Gambar 4. Kolom stratigrafi regional area konsesi
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012

Struktur Geologi
Daerah penelitian termasuk ke dalam sabuk Ofiolit Sulawesi Timur
(Kadarusman, 2004). Dimana Ofiolit Sulawesi Timur tersebar mulai dari lengan timur
Sulawesi hingga lengan selatan Sulawesi. Ofiolit Sulawesi Timur ini berasal dari
punggungan tengah samudera (mid oceanic ridge) dan oceanic plateau Pasifik yang
teralih-tempatkan.
Pada dasarnya daerah lengan timur Sulawesi memiliki jenis batuan yang sangat
bervariasi. Dimana di setiap daerah tidak selalu tersusun dari batuan dan stratigrafi
yang sama. Basement terdiri dari beberapa jenis batuan, pada daerah Komplek
Lamasi batuan dasarnya berupa batuan sediment klastik berumur Mezosoik yang
memiliki kontak sesar dengan batuan diatasnya yaitu batuan beku basaltik.
Sulawesi bagian timur tersusun oleh dua zona melange yang terangkat sebelum
dan sesudah Miosen. Melange yang terletak pada bagian selatan dan barat
tersusun dari batuan sekis yang berorentasi ke arah tenggara dengan disertai
beberapa batuan ultrabasa relatif kecil yang penyebarannya terbatas.

Pembentukan Nikel Laterit
Proses pembentukan endapan nikel laterit ini diawali dari proses pelapukan
batuan ultramafik yaitu seperti peridotit, serpentinit dan dunit dengan kandungan
mineral olivin, piroksen, magnesium silikat dan besi sehingga sangat mudah
mengalami proses pelapukan karena mineral – mineral tersebut tidak stabil.
Sebelum terbentuk profil nikel laterit yang terdiri dari bedrock, saprolit, dan limonit,
pada awalnya semua merupakan satu kesatuan bedrock yang tersingkap
dipermukaan. Bedrock tersebut merupakan bagian dari kelompok batuan ofiolit
yang ada di Sulawesi dan merupakan cikal bakal terbentuknya endapan nikel laterit
pada area konsesi dan sekitarnya.
PEMBAHASAN
Dari hasil pemetaan daerah zona prospek laterit, lokasi terbagi menjadi 3
block yaitu block A, B dan C, dari ke-3 block ini dapat mengetahui penyebaran
Laterit yang dominan di Block B dan C serta sebagian berada di block A yang
penyebarannya tidak terlalu luas. Dari ketiga block ini, fokus pemboran di lakukan
pada block A dan block C saja.
BLOCK A
Mesin yang digunakan untuk melakukan pengeboran di block A adalah
Jackro 100. Pada block A jumlah pengeboran yang dilakukan adalah 3 titik dengan
ketebalan laterit mencapai 2 m, bagian bawahnya sudah dijumpai bedrock berupa
batugamping kristalin yang sangat kompak sehingga pemboran diblock A
dihentikan. Tidak semua block A memiliki ketebalan laterit 2 m, dan ada yg lebih dari
2 m. Hal ini menyebabkan pengeboran dialihkan ke block C. Hasil analisis sampel
pengeboran pada block A di ketahui kadar nikel (Ni) yang tertinggi terdapat di titik
bor A-19 pada kedalaman 1 m yaitu 0,60.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 5. Peta lokasi titik bor di block A
Gambar 6. Peta stratigrafi titik bor di block A
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
BLOCK B
Pada block B dilakukan Uji Pengeboran dengan alat handauger dan Tes Pit
pada 2 titik. Dari hasil analisis diketahui bahwa kadar nikel (Ni) yang tertinggi
terdapat di titik GR-1 yaitu 1,83 pada kedalaman 8 m dan kadar terendah pada
kedalaman 3 m dengan kadar 0,88. Penyebaran lateritnya berada dipunggungan
bukit, dengan kondisi litologi yang memiliki kandungan serpentine yang sangat
tinggi yang telah mengalami pelapukan lanjut, sehingga menyebabkan kadar
nikelnya tinggi.
Gambar 7. Peta lokasi titik bor di block B
BLOCK C
Lokasi di block C memiliki luasan 11,75 Ha. Kenampakan relief perbukitan
0
bergelombang dengan ketinggian antara 19 sampai 55 mdpl, slope rata – rata 5
0
sampai 23 , dilokasi penyelidikan banyak terdapat rawa dan sungai.
Pada pemboran pada block C, mesin yang digunakan adalah Jackro 100. Jumlah
keseluruhan titik diblock C adalah 129 titik, sedangkan yang berhasil dibor adalah
52 titik dengan total depth keseluruhan adalah 691,12 m dan diblock C ada 4 titik
dengan total kedalaman 19.86 m, sisanya terkendala masalah izin lahan.
Penyebaran laterit umumnya utara-selatan, dengan ketebalan rata-rata sekitar 4 m,
sedangkan saprolit mempunyai ketebalan rata-rata 7 m. Pada kedalaman rata-rata
sekitar 11 m dijumpai bedrock berupa batugamping, breksi dan konglomerat. Dari
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
hasil analisis pengeboran 56 titik di block C diketahui kadar nikel (Ni) tertinggi
adalah di titik bor C-3 yaitu 1,03 pada kedalaman 8 m, serta titik bor C-37 yaitu 1,25
pada kedalaman 6 m.
Gambar 8. Peta lokasi titik bor di block C
Gambar 9. Peta lokasi penyebaran laterit di lokasi block C
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Gambar 10. Peta 3D titik bor block C menggunakan Rockworks
Gambar 11. Penampang stragrafi lokasi block C setelah di modelling
KESIMPULAN
Dilihat dari hasil analisis laboratorium kadar nikel di block A yang tertinggi
terdapat pada titik A12 yaitu 1,22 berada pada kedalaman 3 m. Dari hasil
pengeboran 4 titik kadarnya rendah dan kedalamanya yang relatif dangkal maka
pengeboran diblock A bagian barat disarankan untuk ditutup atau tidak prospek dan
difokuskan ke block A bagian selatan serta selanjutnya mengarah ke block B.
Dari hasil analisis laboratoruim berdasarkan sampel dari handauger dan Tes Pit
maka diketahui kadar nikel untuk block B cukup tinggi karena ada yang memenuhi
standar diatas 1,8 sehingga memenuhi syarat untuk dilakukakan eksploitasi.
Setelah melakukan survey tinjau dilihat banyak singkapan batuan serpentine yang
tersingkap diatas permukaan yang sudah mengalami pelapukan tingkat tinggi.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 5, No. 2, Juli 2012
Sedangkan untuk block C perlu dipertimbangan lagi karena kadarnya relatif rendah,
hanya ada beberapa sumur yang sudah memenuhi standar yaitu diatas 1,8
sedangkan kebanyakan sumur lainnya, kadarnya rendah. Jadi kesimpulan untuk
block C adalah tidak prospek untuk dieksploitasi karena penyebarannya tipis.
DAFTAR PUSTAKA
Aflan. Z., 2010., Geologi dan Estimasi Cadangan dengan Metode Ordinary Kriging
pada Endapan Nikel Laterit di Bukit TLC 4 Pomala Wilayah Penambangan
PT Aneka Tambang., Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta (Tesis tidak
dipublikasikan)
Ahmad. W., 2005., Nickel Laterites., PT INCO, Indonesia
Golightly, J.P., 1979, Geology Of Soroako Nickeliferous Laterite Deposite, Int.
Laterite Simp, New Orleans.
Sulasmoro. B., 1985., Buletin: Kajian Nikel., Departemen Pertambangan dan energi.
Direktorat Jenderal Pertambangan Umum. Pusat Pengembangan Teknologi
Mineral., Bandung
Waheed, A., 2002. Nickel Laterites-A Short Course : Chemistry, Mineralogy, and
Formation of Nickel Laterites (tidak dipublikasikan ).
Download